7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
1/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1
PNEUMONIA
I. PENDAHULUANPneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia
disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab non-infeksi yang
kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Penyebab noninfeksi ini meliputi, tetapi tidak
terbatas pada, aspirasi makanan dan/atau asam lambung, benda asing, hidrokarbon,
dan bahan lipoid; reaksi hipersensitivitas dan pneumonitis akibat obat atau radiasi.
Infeksi pada neonatus dan hospes terganggu imun lain berbeda dari infeksi yang
terjadi pada bayi dan anak yang normal. Makalah ini akan memfokuskan hanya pada
penyebab mikrobiologi pneumonia yang lazim pada anak normal, termasuk virus
pernapasan. Mycoplasma pneumoniae dan bakteri tertentu. Penyebab pneumonia
infeksius yang kurang lazim, seperti virus nonrespiratori, bakteri enterik gram-negatif,
mikobakteria, Chlamydia spp, Rickettsia spp, Coxiella, Pneumocystis carinii dan
sejumlah jamur dibahas di mana-mana.
Pneumonia digolongkan atas dasar anatomi seperti proses lobar atau lobuler,
alveoler atau interstisial, tetapi klasifikasi pneumonia infeksius atas dasar etiologi
dugaan atau yang terbukti secara diagnostik atau terapeutik lebih relevan.
Virus pernapasan adalah penyebab pneumonia yang paling sering selama usia
beberapa tahun pertama. Mycoplasma pneumoniae mendapat peran dominan pada
etiologi pneumonia pada anak usia sekolah dan anak yang lebih tua. Walaupun bakteri
menurut angka kurang penting sebagai penyebab pneumonia, mereka cenderung
menimbulkan infeksi yang lebih berat daripada mereka yang disebabkan oleh agen
nonbakteri. Penyebab bakteri pneumonia yang paling lazim pada anak normal adalah
Streptococcus pneumoniae, S. Pyogenes dan Staphylococcus aureus. Haemophilus
influenzae tipe b juga menyebabkan pneumonia bakteri pada anak muda pada masa
yang lalu, tetapi mungkin akan menjadi jauh berkurang dengan penggunaan vaksin
efektif rutin yang luas.1
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
2/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2
II. DEFINISIPneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Walaupun banyak
pihak yang sependapat bahwa pneumonia adalah suatu keadaan inflamasi, namun
sangat sulit untuk merumuskan satu definisi tunggal yang universal. Pneumonia
adalah penyakit klinis, sehingga didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, dan
perjalanan penyakitnya. Salah satu definisi klasik menyatakan bahwa pneumonia
adalah penyakit respiratorik yang ditandai dengan batuk, sesak nafas, demam, ronki
basah halus, dengan gambaran infiltrat pada foto polos dada.2
Gambar 1. Ilustrasi pneumonia
Dikenal istilah lain yang mirip yaitu pneumonitis yang maksudnya kurang
lebih sama. Banyak yang menganut pengertian bahwa pneumonia adalah inflamasi
paru karena proses infeksi sedangkan pneumonitis adalah inflamasi paru non infeksi.
Namun hal ini tidak sepenuhnya disetujui oleh para ahli.
Pneumonia komunitas pada naka merupakan penyakit yang secara klinis
dicirikan oleh adanya tanda dan gejala pneumonia diakibatkan oleh suatu infeksi yang
didapat di luar rumah sakit. Di negara maju penyakit infeksi ini bisa didiagnosa
dengan pemeriksaan radiografi yang menunjukkan adanya konsolidasi parenkim paru;
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
3/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
3
sedangkan di negara berkembang digunakan istilah yang lebih praktis yaitu infeksi
saluran nafas bagian bawah dikarenakan kesulitan untuk mendapatkan pemeriksaan
X-ray dada. Sedangkan World Health Organization (WHO) mendefiniskan
pneumonia atas dasar tanda klinis dan laju napas.3
III. EPIDEMIOLOGIPneumonia pada anak merupakan infeksi yang serius dan banyak diderita
anak-anak di seluruh dunia yang secara fundamental berbeda dengan pneumonia pada
dewasa. Di Amerika dan Eropa yang merupakan negara maju angka kejadian
pneumonia masih tinggi, diperkirakan setiap tahunnya 30-45 kasus per 1000 anak
pada umur kurang dari 5 tahun, 16-20 kasus per 1000 anak pada umur 5-9 tahun, 6-12
kasus per 1000 anak pada umur 9 tahun dan remaja.2
Pneumonia tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara
berkembang yang merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia
di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan 20% dari seluruh kematian pada anak di
bawah lima tahun disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan akut (pneumonia,
bronkiolitis dan bronkitis) dengan 90% di antaranya disebabkan oleh pneumonia.
Kejadian pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan 10%-20% per
tahun dengan angka kematian 6 per 1000. Pemerintah telah merencanakan untuk
menurunkan insiden pneumonia menjadi 3 per 1000 balita pada tahun 2010. Namun,
keberhasilan tersebut bergantung pada banyak faktor risiko, salah satunya adalah
malnutrisi.4
Di RSU Dr Soetomo Surabaya, jumlah kasus pneumonia meningkat dari
tahun-ke tahun. Pada tahun 2003 dirawat sebanyak 190 pasien. Tahun 2004 dirawat
sebanyak 231 pasien, dengan jumlah terbanyak pada anak usia kurang dari 1 tahun
(69%). Pada tahun 2005, anak berumur kurang dari 5 tahun yang dirawat sebanyak
547 kasus dengan jumlah terbanyak pada umur pada umur 1-12 bulan sebanyak 337
orang.
Kasus pneumonia di negara berkembang tidak hanya lebih sering didapatkan
tetapi juga lebih berat dan banyak menimbulkan kematian pada anak. Insiden puncak
pada umur 1-5 tahun dan menurun dengan bertambahnya usia anak. Mortalitas
diakibatkan oleh bakteremia oleh karena Streptococcus pneumoniae dan
Staphylococcus aureus, tetapi di negara berkembang juga berkaitan dengan malnutrisi
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
4/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
4
dan kurangnya peroleh perawatan. Dari data mortalitas tahun 1990, pneumonia
merupakan seperempat penyebab kematian pada anak dibawah 5 tahun dan 80%
terjadi di negara berkembang.
Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi RSV didapatkan sebanyak 40%. Di
negara dengan 4 musim, banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim
semi, di negara tropis pada musim hujan.2
IV. ETIOLOGIBanyak mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia pada anak-
anak. Secara keseluruhan penyebab virus memiliki persentase yang besar pada
kelompok pediatrik dan khususnya pada anak-anak berusia 3 minggu sampai 4 tahun.
Pada studi terbaru di Amerika Serikat, anak-anak usia 2 bulan sampai 17 tahun yang
dirawat karena pneumonia, 45 % nya disebabkan oleh virus. Secara umum, virus yang
paling sering diisolasi adalah respiratory syncytial virus (RSV), parainfluenza,
influenza A dan B, dan adenovirus, meskipun virus yang lain dapat dijumpai pada
keadaan tertentu (seperti infeksi cytomegalovirus atau herpes simplex pada neonatus).
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
5/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
5
Tabel 1. Penyebab pneumonia komunitas pada anak-anak
Penyebab pneumonia pada anak-anak
Penyebab utama pada anak umur 4 bulan - 5tahun Kadang-kadang patogen pada semua umur
Virus pathogen H. influenza type B (menurun)Respiratory syncytial virus H. influenza non type B
Influenza Virus
Parainfluenza virua(khususnya type 3) Penyebab aspirasi pneumonia
Adenovirus S. Aureus
Rhinovirus S. aureus
Human metapneumonia virus Streptococcus species
Bakteri pathogen Oral anaerobs
streptoccus pneumoniae (menurun)
staphylococcus aureus, MRSA (meningkat) Penyebab komplikasi pneumonia
Group A streptococcus streptoccus pneumoniae
mycoplasma pneumonia S. aureus, MRSA (meningkat)
haemophilus influenza type B (menurun) Group A streptococcus
Chlamydiophilia pneumonia H. influenza type B (menurun)
M. Pneumoniae
Penyebab utama pada anak > 5 tahun
Bakteri pathogen Penyebab karena pajanan
M. Pneumoniae Mycobacterium tuberculosis
C. Pneumoniae Jamur Endemik
S. Pneumoniae (menurun) Histoplasma capsulatum
S. Aureus, MRSA (meningkat) Blastomyces dermatitidis
Group A. Streptococcus Coccidioides immitis
Legionella pneumophilia
Viral Patogen (sama dengan diatas) Creptococcus neoformans
Clamydia psittaci
Kadang-kadang ada pada semua umur Coxiella burneti (Q-fever)
Moraxella catharralis Measles
Bordetella pertussis SARS-assocated corona virus
Neisseria Meningitidis (khususnya serogroup Y) Yersinia pestis
Hantavirus
Avian influenza virus
Epidemiologi pneumonia komuniti bakterialis berbeda menurut usia dan
berhubungan dengan riwayat vaksinasi. Dari usia baru lahir sampai 3 minggu,
penyebab paling umum pneumonia adalah streptococcus grup B dan bakteri gram
negatif (terutama enterik seperti Escherichia coli). Walaupun virus mendominasi
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
6/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
6
penyebab pada usia 3 minggu sampai 3 bulan, pneumonia karena bakteri juga dapat
terjadi pada kelompok umur ini. Pneumonia tanpa demam pada usi ini sering
disebabkan oleh Chlamidia trachomatis. Streptococcus pneumoniae merupakan
bakteri penyebab paling umum pada pneumonia yang disertai demam pada anak usia
3 minggu sampai 4 tahun. Penelitian terbaru di Texas menemukan bahwa 60 % anak-
anak usia 2 bulan sampai 17 tahun yang didiagnosa dengan pneumonia memiliki
bakteri patogen yang terisolasi, dan S. pneumoniae ditemukan pada 73 % kasus.
Bakteri lain yang kurang umum sebagai penyebab pneumonia adalah Haemophilus
influenzae, Streptococcus pyogenese, Staphylococcus aureus dana spesies
streptokokkus lainnya (termasuk kelompok Streptococcus milleri). Pada anak usia 5
tahun lebih, bakteri yang paling sering menjadi penyebab adalah Mycoplasma
pneumoniae dan Chlamydophila pneumoniae.5
V. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGISebagian besar pneumonia timbul melalui aspirasi kuman atau penyebaran
langsung kuman dari saluran respiratorik atas. Hanya sebagian kecil merupakan
akibat sekunder dari viremia/bakteremia atau penyebaran dari infeksi intra abdomen.
Dalam keadaan normal saluran respiratorik bawah mulai dari sublaring hingga unit
terminal adalah steril. Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme
termasuk barier anatomi dan barier mekanik, juga sistem pertahanan tubuh lokal
maupun sistemik. Barier anatomi dan mekanik diantaranya adalah filtrasi partikel di
hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing melalui
refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh lapisan mukosilier. Sistem pertahanan
tubuh yang terlibat baik sekresi lokal imunoglobulin A maupun respon inflamasi oleh
sel-sel leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, alveolar makrofag dan cell
mediated immunity.2
Pneumonia terjadi bila satu atau lebih mekanisme diatas mengalami gangguan
sehingga kuman patogen dapat mencapai saluran nafas bagian bawah. Inokulasi
patogen penyebab pada saluran nafas menimbulkan respon inflamasi akut pada
penjamu yang berbeda sesuai dengan patogen penyebabnya.
Virus akan menginvasi saluran nafas kecil dan alveoli, umumnya bersifat
patchy dan mengenai banyak lobus. Pada infeksi virus ditandai lesi awal berupa
kerusakan silia epitel dengan akumulasi debris ke dalam lumen. Respon inflamasi
awal adalah infiltrasi sel-sel mononuklear ke dalam submukosa dan perivaskular.
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
7/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
7
Sejumlah kecil sel-sel PMNakan didapatkan dalam saluran nafas kecil. Bila proses
ini meluas, dengan adanya sejumlah debris dan mukus serta sel-sel inflamasi yang
meningkat dalam saluran nafaskecil maka akan menyebabkan obstruksi baik parsial
maupun total. Respon inflamasi iniakan diperberat dengan adanya edema submukosa
yang mungkin bisa meluas ke dindingalveoli. Respon inflamasi di dalam alveoli ini
juga seperti yang terjadi pada ruang intersitial yang terdiri dari sel-sel mononuklear.
Proses infeksi yang berat akan mengakibatkan terjadinya denudasi (pengelupasan)
epitel dan akan terbentuk eksudat hemoragik. Infiltrasi ke intersitial sangat jarang
menimbulkan fibrosis. Pneumonia viralpada anak merupakan predisposisi terjadinya
pneumonia bakterial oleh karena rusaknyabarier mukosa.Pneumonia bakterial terjadi
oleh karena inhalasi atau aspirasi patogen, kadangkadang terjadi melalui penyebaran
hematogen. Terjadi tidaknya proses pneumonia tergantung dari interaksi antara
bakteri dan ketahanan sistem imunitas penjamu.
Ketikabakteri dapat mencapai alveoli maka beberapa mekanisme pertahanan
tubuh akan dikerahkan. Saat terjadi kontak antara bakteri dengan dinding alveoli
maka akan ditangkap oleh lapisan cairan epitelial yang mengandung opsonin dan
tergantung padarespon imunologis penjamu akan terbentuk antibodi imunoglobulin G
spesifik. Dariproses ini akan terjadi fagositosis oleh makrofag alveolar (sel alveolar
tipe II), sebagian kecil kuman akan dilisis melalui perantaraan komplemen.
Mekanisme seperti ini terutamapenting pada infeksi oleh karena bakteri yang tidak
berkapsul seperti Streptococcus pneumoniae. Ketika mekanisme ini tidak dapat
merusak bakteri dalam alveolar, leukosit PMN dengan aktifitas fagositosisnya akan
direkrut dengan perantaraan sitokin sehingga akan terjadi respon inflamasi. Hal ini
akan mengakibatkan terjadinya kongesti vaskular dan edema yang luas, dan hal ini
merupakan karakteristik pneumonia oleh karenapneumokokus. Kuman akan dilapisi
oleh cairan edematus yang berasal dari alveolus kealveolus melalui pori-pori Kohn
(the pores of Kohn). Area edematus ini akan membesar secara sentrifugal dan akan
membentuk area sentral yang terdiri dari eritrosit, eksudatpurulen (fibrin, sel-sel
lekosit PMN) dan bakteri. Fase ini secara histopatologi dinamakan red hepatization
(hepatisasi merah).2
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
8/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
8
Gambar 2 . Parenkim paru yang mengalami infeksi
Tahap selanjutnya adalah hepatisasi kelabu yang ditandai dengan fagositosis
aktif oleh lekosit PMN. Pelepasan komponen dinding bakteri dan pneumolisin melalui
degradasi enzimatik akan meningkatkan respon inflamasi dan efek sitotoksik terhadap
semua sel-sel paru. Proses ini akan mengakibatkan kaburnya struktur seluler paru.
Resolusi konsolidasi pneumonia terjadi ketika antibodi antikapsular timbul
dan lekosit PMN meneruskan aktifitas fagositosisnya; sel-sel monosit akan
membersihkan debris. Sepanjang struktur retikular paru masih intak (tidak terjadi
keterlibatan instertitial), parenkim paru akan kembali sempurna dan perbaikan epitel
alveolar terjadi setelah terapi berhasil. Pembentukan jaringan parut pada paru
minimal.2
Pada infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, kerusakan jaringan
disebabkan oleh berbagai enzim dan toksin yang dihasilkan oleh kuman. Perlekatan
Staphylococcus aureus pada sel mukosa melalui teichoic acid yang terdapat di
dinding sel dan paparan di submukosa akan meningkatkan adhesi dari fibrinogen,
fibronektin, kolagen dan protein yang lain. Strain yang berbeda dari Staphylococcus
aureus akan menghasilkan faktor-faktor virulensi yang berbeda pula. dimana faktor
virulensi tersebut mempunyai satu atau lebih kemampuan dalam melindungi kuman
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
9/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
9
dari pertahanan tubuh penjamu, melokalisir infeksi, menyebabkan kerusakan jaringan
yang lokal dan bertindak sebagai toksin yang mempengaruhi jaringan yang tidak
terinfeksi. Beberapa strain Staphylococcus aureus menghasilkan kapsul polisakarida
atau slime layer yang akan berinteraksi dengan opsonofagositosis. Penyakit yang
serius sering disebabkan Staphylococcus aureus yang memproduksi koagulase.
Produksi coagulase atau clumpingfactor akan menyebabkan plasma menggumpal
melalui interaksi dengan fibrinogen dimana hal ini berperan penting dalam
melokalisasi infeksi (contoh: pembentukan abses, pneumatosel). Beberapa strain
Staphylococcus aureus akan membentuk beberapa enzim seperti catalase (meng-
nonaktifkan hidrogen peroksida, meningkatkan ketahanan intraseluler kuman)
penicillinase atau lactamase (mengnonaktifkan penisilin pada tingkat molekular
dengan membuka cincin beta laktam molekul penisilin) dan lipase.2
Pada pneumonia terjadi gangguan pada komponen volume dari ventilasi akibat
kelainan langsung di parenkim paru. Terhadap gangguan ventilasi akibat gangguan
volume ini tubuh akan berusaha mengkompensasinya dengan cara meningkatkan
volume tidal dan frekuensi nafas sehingga secara klinis terlihat takipnea dan dispnea
dengan tanda-tanda inspiratory effort. Akibat penurunan ventilasi maka rasio optimal
antara ventilasi perfusi tidak tercapai (V/Q < 4/5) yang disebut ventilation perfusion
mismatch, tubuh berusaha meningkatkannya sehingga terjadi usaha nafas ekstra dan
pasien terlihat sesak. Selain itu dengan berkurangnya volume paru secara fungsional
karena proses inflamasi maka akan mengganggu proses difusi dan menyebabkan
gangguan pertukaran gas yang berakibat terjadinya hipoksia. Pada keadaan yang berat
bisa terjadi gagal nafas.2
VI. GEJALA KLINISGejala yang paling khas yang menunjukkan adanya pneumonia pada anak-
anak adalah demam, sianosis dan lebih dari satu dari tanda-tanda distres pernafasan
berikut: takipnea, batuk, nafas cuping hidung, retraksi, ronki dan suara napas yang
menurun.
Pneumonia dicurigai apabila dijumpai napas cepat pada pasien usia kurang
dari 2 tahun dengan suhu lebih dari 38 C. Pengukuran takipnea memerlukan waktu
penghitungan 1 menit penuh ketika anak dalam keadaan diam. Kriteria spesifik dari
WHO untuk takipnea merupakan kriteria yang paling banyak dipakai: laju napas lebih
dari 50 kali per menit pada bayi umur 2 - 12 bulan; lebih dari 40 kali per menit pada
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
10/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
10
anak-anak umur 1 - 5 tahun; dan lebih dari 30 kali per menit pada anak-anak lebih
dari 5 tahun.
Anak-anak tanpa demam atau gejala distres pernafasan tidak mungkin
menderita pneumonia. Riwayat pasien yang diambil saat diagnosis harus mencakup
usia anak, status imunisasi, hospitalisai, hari kedatangan dan paparan terbaru,
perjalanan dan penggunaan antibiotik. Harus diketahui riwayat anak untuk
mengidentifikasikan penyakit-penyakit jantung dan paru yang mendasarinya,
kekurangan imun, atau gangguan neuromuskular. Juga harus ditanyakan mengenai
kemungkinan adanya aspirasi benda asing atau tertelannya zat beracun. Temuan-
temuan yang tidak berhubungan dengan saluran napas, seperti letargi, susah makan,
muntah, diare, nyeri perut, iritabilitas dan tanda dehidrasi, juga harus ditanyakan.
Pemeriksaan fisik dimulai dengan penilaian keseluruhan dari kesehatan anak
dan identifikasi tanda hipoxia dan dehidrasi. Anak (khususnya anak usia muda)
diperiksa penampakan keracunan, takipnea, meningkatnya suhu, retraksi, merintih dan
penggunaan otot bantu napas. Saluran nafas atas hendaknya diperiksa sebagai bukti
adanya otitis media, rinorea, polip hidung dan faringitis. Tanda fisik seperti bising
jantung atau jari tabuh dapat mengarah pada penyakit jantung atau paru yang
mendasarinya. Anak yang lebih tua dan remaja lebih mungkin dijumpai ronki, perkusi
tumpul, suara nafas bronkial, fremitus taktil, dan gesekan pleura. Auskultasi yang
baik dengan ukuran stetoskop yang tepat dapat mengungkapkan ronki lokal dan
mengi pada anak yang lebih muda. Anak-anak dengan dehidrasi dapat menunjukkan
tidak adanya temuan auskultasi abnormal.6
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
11/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
11
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambar 3. Konsolidasi lobus bawah kanan pada pasien dengan pneumonia bakteri.
Foto Rontgen toraks proyeksi posterior-anterior merupakan dasar diagnosis
utama pneumonia. Foto lateral dibuat bila diperlukan informasi tambahan, misalnya
efusi pleura. Pada bayi dan anak yang kecil gambaran radiologi seringkali tidak sesuai
dengan gambaran klinis. Tidak jarang secara klinis tidak ditemukan apa-apa tetapi
gambaran foto toraks menunjukkan pneumonia berat. Foto toraks tidak dapat
membedakan antara pneumonia bakteri dan pneumonia virus. Gambaran radiologis
yang klasik dapat dibedakan menjadi tiga macam.
Konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya air bronchogram, biasanyadisebabkan infeksi akibat pneumococcus atau bakteri lain.
Pneumonia interstisial, biasanya karena virus atau Mycoplasma; gambaranberupa corakan bronchovaskular bertambah, peribronchial cuffing, dan
overaeriation; bila berat terjadi pachy consolidation karena atelektasis.
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
12/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
12
Gambaran pneumonia karena S aureus dan bakteri lain biasanya menunjukkangambaran bilateral yang difus corakan peribronchial yang bertambah, dan
tampak infiltrat halus sampai ke perifer.
Staphylococcus pneumonia juga sering dihubungkan dengan pneumatocelle
dan efusi pleural (empiema), sedangkan Mycoplasma akan memberi gambaran berupa
infiltrat retikular atau retikulonodular yang terlokalisir di satu lobus.
Ketepatan perkiraan etiologi dari gambaran foto toraks masih dipertanyakan.
Namun para ahli sepakat adanya infiltrat alveolar menunjukkan penyebab bakteri
sehingga pasien perlu diberi antibiotika.
Gambar 4. Foto anak dengan dugaan pneumonia virus (A) anteroposterior. (B) lateral.
Hasil pemeriksaan leukosit > 15.000 ul dengan dominasi netrofil sering
didapatkan pada pneumonia bakteri, dapat pula karena penyebab non-bakteri. Laju
endap darah (LED) dan C-reaktif protein juga tidak menunjukkan gambaran tidak
khas. Trombositopeni bisa didapatkan pada 90 % penderita pneumonia dengan
empiema.
Pemeriksaan sputum kurang berguna. Biakan darah jarang positif, hanya
positif pada 3-11 % saja, tetapi untuk pneumokokus dan H. influenzae kemungkinan
positif adlah 25-95 %. Rapid test untuk deteksi antigen bakteri mempunyai spesifitas
dan sensitifitas rendah. Pemeriksaan serologis juga kurang bermanfaat.7
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
13/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
13
Gambar 5. (Kiri) Pewarnaan Gram menunjukkan kokus gram-positif berpasangan dan
berantai dan (kanan) kultur positif Streptococcus pneumoniae.
VIII. DIAGNOSISPneumonia dapat terjadi pada semua umur, walaupun dia lebih umum pada
anak yang lebih muda. Kelompok umur yang berbeda cenderung terinfeksi oleh
patogen yang berbeda, yang mempengaruhi keputusan diagnostik dan terapeutik.
Banyak pasien yang dialihkan untuk evaluasi pada pneumonia rekuren
didiagnosa dengan asma. Pada studi departemen emergensi, 35 % anak-anak dengan
eksaserbasi asma memiliki abnormalitas yang dapat diamati pada foto polos dada.
Pada anak yang belum didiagnosa dengan asma, kelainan ini sering ditafsirkan
sebagai pneumonia. Inflamasi sering dicetuskan oleh infeksi virus, bagian dari respon
asma. Mengi yang berespon terhadap bronkodilator, riwayat atopi, riwayat asma pada
keluarga, dan riwayat batuk atau mengi dengan olahraga dapat menolong dalam
mengidentifikasikan pasien-pasien ini. Pertimbangkan penyakit lainnya yang dapat
muncul dengan disfungsi pernafasan dalam 24 jam pertama kehidupan.8
Diagnosa menurut WHO dibagi menjadi 2 kategori yaitu pneumonia ringan
dan pneumonia berat:
Pneumonia ringanDi samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas
cepat saja. Kriteria napas cepat yang dipakai adalah:
umur 2 bulan11 bulan: 50 kali/menit umur 1 tahun5 tahun : 40 kali/menit
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
14/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
14
Pastikan bahwa anak tidak mempunyai tanda-tanda pneumonia berat
Pneumonia beratKriteria diagnosisnya mencakup batuk dan atau kesulitan bernapas
ditambah minimalsalah satu hal berikut ini:
Kepala terangguk-angguk Pernapasan cuping hidung Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas,
konsolidasi, dll)
Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini:
Napas cepat:o Anak umur < 2 bulan : 60 kali/menito Anak umur 211 bulan : 50 kali/menito Anak umur 15 tahun : 40 kali/menito Anak umur 5 tahun : 30 kali/menit
Suara merintih (grunting) pada bayi muda Pada auskultasi terdengar:
o Crackles (ronki)o Suara pernapasan menuruno Suara pernapasan bronkial
Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai:
Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkansemuanya
Kejang, letargis atau tidak sadar Sianosis Distres pernapasan berat.
Untuk keadaan di atas ini tatalaksana pengobatan dapat berbeda
(misalnya: pemberian oksigen, jenis antibiotik).8
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
15/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
15
Tabel 2. Pengelompokan pasien berdasarkan gejala, yang membantu dalam diagnosa banding
pneumonia rekuren8
KategoriHasil Laboratorium
dan Radiografi
Gejala
KlinisDiagnosis Banding
1Temuan radiologi
persisten atau rekuren
Demam dan
gejala
persisten atau
rekuren
Fibrosis kistik, imunodefisiensi, obstruksi
(intrinsik [mis, benda asing] atau ekstrinsik
[mis, tumor atau nodul yang menekan]),
sekuestrasi pulmonal, stenosis bronkus, atau
bronkiektasi
2Temuan radiologi
persistenTanpa gejala
Kelainan anatomi (mis, sekuestrasi, fibrosis,
lesi pleural)
3
Infiltrat pulmonal
rekuren dengan
interval radiologic
clearing
Tanpa gejala
Asma dan atelektasis yang salah didiagnosa
sebagai pneumonia bakteri; sindroma aspirasi,
hipersensitivitas pneumonitis, hemosiderosis
pulmonal idiopatik, atau gangguan
imunodefisiensi ringan
IX. TATA LAKSANA
a. Pneumonia Ringan Anak di rawat jalan Antibiotik: Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari atau
Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk pasien HIV
diberikan selama 5 hari.
Tindak lanjutAnjurkan ibu untuk memberi makan anak. Nasihati ibu untuk membawa kembali
anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau keadaan anak memburuk atau tidak
bisa minum atau menyusu.
Ketika anak kembaliJika pernapasannya membaik (melambat), demam berkurang, nafsu makan
membaik, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 3 hari.9
b.
Pneumonia Berat Anak dirawat di rumah sakit
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
16/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
16
Terapi Antibiotik Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam),
yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi
respons yang baik maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi
dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/
kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.
Bila keadaan klinis memburuksebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yangberat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya,
kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka
ditambahkan kloramfenikol(25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).
Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen danpengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekalisehari).
Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan buat fotodada.
Apabila diduga pneumonia stafilokokal (dijelaskan di bawah untuk pneumoniastafilokokal), ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM sekali
sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam) atau
klindamisin (15 mg/kgBB/hari 3 kali pemberian). Bila keadaan anak
membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral 4 kali sehari
sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara oral
selama 2 minggu.9
Terapi Oksigen Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan untuk terapi oksigen
(berikan pada anak dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia oksigen yang
cukup). Lakukan periode uji coba tanpa oksigen setiap harinya pada anak yang
stabil. Hentikan pemberian oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%. Pemberian
oksigen setelah saat ini tidak berguna
Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal. Penggunaannasal prongs adalah metode terbaik untuk menghantarkan oksigen pada bayi
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
17/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
17
muda. Masker wajah atau masker kepala tidak direkomendasikan. Oksigen
harus tersedia secara terus-menerus setiap waktu.
Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti tarikan dindingdada bagian bawah ke dalam yang berat atau napas > 70/menit) tidak
ditemukan lagi.9
Perawatan penunjang Bila anak disertai demam (> 390 C) yang tampaknya menyebabkan distres,
beri parasetamol.
Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronkhodilator kerja cepat Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat dikeluarkan oleh
anak, hilangkan dengan alat pengisap secara perlahan.
Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan rumatan sesuai umur anak, tetapihati-hati terhadap kelebihan cairan/overhidrasi.
Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral. Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa nasogastrik dan berikan
cairan rumatan dalam jumlah sedikit tetapi sering. Jika asupan cairan
oral mencukupi, jangan menggunakan pipa nasogastrik untuk
meningkatkan asupan, karena akan meningkatkan risiko pneumonia
aspirasi. Jika oksigen diberikan bersamaan dengan cairan nasogastrik,
pasang keduanya pada lubang hidung yang sama.
Bujuk anak untuk makan, segera setelah anak bisa menelan makanan. Berimakanan sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai kemampuan anak dalam
menerimanya.9
X. KomplikasiJika anak tidak mengalami perbaikan setelah dua hari, atau kondisi anak
semakin memburuk, lihat adanya komplikasi atau adanya diagnosis lain. Jika
mungkin, lakukan foto dada ulang untuk mencari komplikasi. Beberapa komplikasi
yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
a) Pneumonia Stafil okokus. Curiga ke arah ini jika terdapat perburukan klinis
secara cepat walaupun sudah diterapi, yang ditandai dengan adanya pneumatokel
atau pneumotoraks dengan efusi pleura pada foto dada, ditemukannya kokus
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
18/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
18
Gram positif yang banyak pada sediaan apusan sputum. Adanya infeksi kulit yang
disertai pus/pustula mendukung diagnosis.
Terapi dengan kloksasilin (50 mg/kg/BB IM atau IV setiap 6 jam) dangentamisin (7.5 mg/kgBB IM atau IV 1x sehari). Bila keadaan anak
mengalami perbaikan, lanjutkan kloksasilin oral 50mg/kgBB/hari 4 kali
sehari selama 3 minggu.
Catatan: Kloksasilin dapat diganti dengan antibiotik anti-stafilokokal lain
seperti oksasilin, flukloksasilin, atau dikloksasilin.
b) Empiema. Curiga ke arah ini apabila terdapat demam persisten, ditemukan
tanda klinis dan gambaran foto dada yang mendukung.
Bila masif terdapat tanda pendorongan organ intratorakal. Pekak pada perkusi. Gambaran foto dada menunjukkan adanya cairan pada satu atau kedua sisi
dada.
Jika terdapat empiema, demam menetap meskipun sedang diberi antibiotikdan cairan pleura menjadi keruh atau purulen.9
Tatalaksana
Drainase
Empiema harus didrainase. Mungkin diperlukan drainase ulangan sebanyak 2-
3 kali jika terdapat cairan lagi. Penatalaksanaan selanjutnya bergantung pada
karakteristik cairan. Jika memungkinkan, cairan pleura harus dianalisis
terutama protein dan glukosa, jumlah sel, jenis sel, pemeriksaan bakteri
dengan pewarnaan Gram dan Ziehl-Nielsen.
Terapi antibiotik
Bila pasien datang sudah dalam keadaan empiema, tatalaksana sebagai
pneumonia, tetapi bila merupakan komplikasi dalam perawatan, terapi
antibiotik sesuai dengan alternatif terapi pneumonia. Jika terdapat kecurigaan
infeksi Staphylococcus aureus, beri kloksasilin (dosis 50 mg/kgBB/kali IM/IV
diberikan setiap 6 jam) dan gentamisin (dosis 7.5 mg/kgBB IM/IV sekali
sehari). Jika anak mengalami perbaikan, lanjutkan dengan kloksasilin oral 50-
100 mg/kgBB/hari. Lanjutkan terapi sampai maksimal 3 minggu.9
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
19/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
19
Gagal dalam terapi
Jika demam dan gejala lain berlanjut, meskipun drainase dan terapi antibiotik adekuat,
lakukan penilaian untuk kemungkinan tuberkulosis.
Tuberkulosis. Seorang anak dengan demam persisten 2 minggu dan gejala
pneumonia harus dievaluasi untuk TB. Lakukan pemeriksaan dengan sistem skoring
untuk menentukan diagnosis TB pada anak. Jika skor 6 berarti TB dan diberikan
terapi untuk TB. Respons terhadap terapi TB harus dievaluasi
Anak dengan positi f H IV atau suspek positi f H IV.
Beberapa aspek terapi antibiotik berbeda pada anak dengan HIV positif atau suspek
HIV. Meskipun pneumonia pada anak dengan HIV/suspek HIV mempunyai gejala
yang sama dengan anak non-HIV, PCP, tersering pada umur 4-6 bulan, merupakan
penyebab tambahan yang penting dan harus segera diterapi.
Beri ampisillin + gentamisin selama 10 hari, seperti pada pneumonia Jika anak tidak membaik dalam 48 jam, ganti dengan seftriakson (80 mg/
kgBB IV sekali sehari dalam 30 menit) jika tersedia. Jika tidak tersedia, beri
gentamisin + kloksasilin (seperti pada pneumonia).
Pada anak umur 2-11 bulan juga diberikan kotrimoksazol dosis tinggi (8mg/kgBB TMP dan 40 mg/kg SMZ IV setiap 8 jam, oral 3x/hari) selama 3
minggu. Pada anak berusia 12-59 bulan, pemberian antibiotik seperti di atas
diberikan jika ada tanda PCP (seperti gambaran pneumonia interstisial pada
foto dada)9
XI. PENCEGAHANPemberian imunisasi memberikan arti yang sangat penting dalam pencegahan
pneumonia. Pneumonia diketahui dapat sebagai komplikasi dari campak, pertusis dan
varisela sehingga imunisasi dengan vaksin yang berhubungan dengan penyakit
tersebut akan membantu menurunkan insiden pneumonia. Pneumonia yang
disebabkan oleh Haemophillus influenza dapat juga dicegah dengan pemberian
imunisasi Hib.
Pada bulan Februari 2000, vaksin pneumokokal heptavalen telah dilisensikan
penggunaannya di Amerika Serikat. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
20/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
20
penyakit yang umum disebabkan oleh tujuh serotype Streptococcus pneumonia.
Penggunaan vaksin ini menurunkan insiden invasive pneumococcal disease.
Penggunaan vaksin pneumokokal heptavalen secara rutin di United States ternyata
mampu menurunkan bakteremia yang disebabkan Streptococcus pneumoniae sebesar
84% dan sebesar 67% untuk bakteremia secara keseluruhan pada populasi anak 3
bulan- 3 tahun.
The American Academic of Pediatric (AAP) merekomendasikan vaksinasi
influenzae untuk semua anak dengan resiko tinggi yang berumur 6 bulan dan pada
usia tua. Untuk memberikan perlindungan terhadap komplikasi influenzae termasuk
diantaranya adalah pneumonia, AAP juga merekomendasikan vaksinasi untuk semua
anak usia 6 bulan sampai 23 bulan jika kondisi ekonomi memungkinkan.
Pencegahan lain dapat dilakukan dengan menghindari faktor paparan asap
rokok dan polusi udara, membatasi penularan terutama dirumah sakit misalnya
dengan membiasakan cuci tangan dan penggunaan sarung tangan dan masker, isolasi
penderita, menghindarkan bayi/anak kecil dari tempat keramaian umum, pemberian
ASI, menghindarkan bayi/anak kecil dari kontak dengan penderita ISPA.2
7/29/2019 Refrat Pneumonia.docx
21/21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
21
XII. DAFTAR PUSTAKA
1. Prober CG. Pneumonia. Dalam: Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, dkk,penyunting. Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi kelima belas. Jakarta: EGC; 2000. h
8839.
2. Setyaningrum RA, Landia S, Makmuri MS. Pneumonia. Kapita Selekta IlmuKesehatan Anak VI. Surabaya; 2006.
3. Don M. Pediatric Community-Acquired Pneumonia - A serologic study on etiologywith special focus on newly identified agents (Disertasi). Tampere: the Faculty of
Medicine of the University of Tampere, 2009.
4. Wahani AMI. Efektivitas suplemen zink pada pneumonia anak. Sari Pediatri2012;13(5):357-61.
5. Sandora TJ, Harper MB. pneumonia in hospitalized children. Pediatr Clin N Am2005;52:105981.
6. Ostapchuk M, Robert DM, Haddy R. Community acquired pneumonia in infants andchildren. Am Fam Physician 2004;70:900-8.
7. Supriyatno B. Pneumonia. Dalam Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. 2004.Jakarta
8. Bennett NJ. Pediatric Pneumonia. Medscape. 2012.http://emedicine.medscape.com/article/967822-differential
9. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS. 2008. Jakarta.
http://emedicine.medscape.com/article/967822-differentialhttp://emedicine.medscape.com/article/967822-differentialRecommended