Transcript

PENDAHULUANA. Latar BelakangArteri retina sentralis merupakan suatu end-artery yang berfungsi dalam menyalurkan nutrisi ke bagian dalam retina. Adanya oklusi pada arteri retina sentralis dapat menyebabkan kerusakan pada retina. Oklusi arteri retina sentralis (OARS) merupakan suatu kegawatdaruratan pada mata yang dapat menyebabkan buruknya penglihatan secara permanen. (Rudkin et.al : 2010)Pada tahun 1859, Van Graefe pertama kali menggambarkan OARS sebagai emboli pada arteri retina sentralis pada pasien dengan endocarditis. Pada tahun 1868, Mauthner mengemukakan bahwa kontraksi spasmodik dapat menyebabkan oklusi arteri retina sentralis. Kelainan pada pembuluh darah seperti pada penyakit jantung iskemi dan penyakit serebrovaskular memegang peranan penting sebagai faktor resiko terjadinya OARS (Rudkin et.al : 2010, Graham RH, 2012). B. EpidemiologiOARS merupakan kasus yang terbilang jarang ditemukan dengan perbandingan 1:10.000. Secara keseluruhan, 1-2% merupakan OARS bilateral. OARS lebih banyak mengenai laki-laki dibanding wanita. Timbulnya gejala rata-rata pada awal usia 60 tahun, bahkan beberapa penelitian menemukan adanya pasien dengan keluhan pada usia kurang dari 30 tahun. Penyebab oklusi berubah berdasarkan usia pada saat timbulnya gejala. (Graham RH et.al, 2012)

TINJAUAN PUSTAKAA. Vaskularisasi RetinaRetina mendapat suplai nutrisi dari dua pembuluh darah yaitu, koriokapilari yang memsuplai nutrisi bagian luar retina dan arteri retina sentralis yang percabangannya akan mensuplai bagian dalam retina. Kedua pembuluh darah tersebut berasal dari arteri oftalmika. Arteri retina sentralis merupakan percabangan pertama dari arteri oftalmika, koriokapilaris merupakan muara dari arteri silioretina. Arteri silioretina mensuplai nutrisi ke sebagian makula. (Beatty S and Eong KGA, 2000)

Gambar 1. Vaskularisasi retina

B. Definisi Oklusi Arteri Retina SentralisOklusi arteri retina sentralis adalah terhambatnya aliran darah pada arteri retina sentralis yang biasanya disebabkan oleh adanya trombus atau embolus yang mengakibatkan berkurangnya perfusi ke retina dan hilangnya penglihatan secara permanen (Rudkin et.al : 2009).

C. EtiologiLaki-laki lebih banyak terkena OARS dibanding wanita dan usia rata-rata terkena OARS adalah 70 tahun ke atas. Penyebab paling sering OARS adalah embolus, terutama yang berasal dari jantung dan karotis. Berikut ini beberapa penyebab dari OARS:a. Jantung dan karotis: Hollenhorst plaque, platelet-fibrin, dan kalsifikasib. Hipertensic. Diabetes melitusd. Kortikosteroide. Kehamilanf. Penggunaan obat-obatan intravena (American Academy of Opthalmology; Vaughan and Asbury, 2009) D. PatogenesisTerdapat dua mekanisme dalam terjadinya OARS yaitu, emboli dan trombus. Emboli dapat berasal dari pembuluh darah pada bagian mata, arteri karotis, atau jantung. Trombus dapat terjadi akibat akumulasi protrombin akibat adanya ateriosklerosis. Kebutaan yang terjadi secara mendadak dapat disebabkan oleh adanya oklusi total arteri retina sentralis. Penurunan visus yang terjadi secara mendadak pada OARS tidak menimbulkan rasa nyeri oleh karena retina tidak dipersarafi oleh sistem sensorik.(American Academy of Opthalmology)E. Diagnosis

Anamnesis Amarousis fugax Kebutaan mendadak tanpa nyeri Riwayat hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus atau kelainan pada pembuluh darah. (American Academy of Opthalmology)

Pemeriksaan penunjang FunduskopiRetina superfisialis menjadi keruh akibat iskemi dengan gambaran warna difus keputihan pada retina yang terlihat pada pemeriksaan funduskopi. Bercak merah-ceri tampak jelas pada fovea dan retina yang terjaga akibat suplai arteri silioretina.

Gambar1. Funduskopi pada OARS. Terdapat gambaran difus putih pada retina dan bercak merah-ceri pada fovea. (Saxena S et.al; 2013)

Angiografi fluoresceinAdanya gambaran aliran darah yang terlambat pada sistem arteri. Dapat pula terlihat pewarnaan yang terlambat pada diskus. Berkurangnya perfusi arteri silioretina menggambarkan berkurangnya asupan nutrisi ke bagian serabut papilomakular.

Gambar 2. (A) Perfusi arteri silioretina (B) Fase lambat menunjukan adanya gangguan pertukaran darah pada sistem arteri-vena dan keterlambatan pewarnaan diskus optikus

Spectral Domain Optical Coherence Tomography (SD-OCT)SD-OCT digunakan untuk menilai ketebalan dari serabut saraf retina. Pada fase akut, edema menggambarkan adanya penipisan lapisan dalam retina. Secara bertahap dalam satu bulan didapatkan adanya daerah yang mengalami atrofi (pseudonormalisasi) dan retina menjadi atrofi dalam waktu 3 bulan. (Saxena S et.al; 2013)

Gambar 3. (A) Edema retina menggambarkan adanya penipisan serabut saraf retina pada hari ke-3 (B) Edema berkurang, mulai terjadi kerusakan pada bagian dalam retina pada hari ke-7 (C) Hiperreflektivitas bagian dalam retina menurun pada hari ke-30 (D) Atrofi retina pada hari ke 90. (Saxena S et.al; 2013)

Emboli merupakan penyebab tersering dari OARS. Terdapat pengkategorian emboli berdasarkan penyebabnya namun sulit untuk dievaluasi. Beberapa pemeriksaan yang disarankan untuk mengetahui penyebab oklusi: Tekanan darah EKG Pemeriksaan darah lengkap USG Doppler (Beatty S and Eong KGA, 2000)

F. Diagnosis Banding

Makroaneurisma arteri retinaArteri yang paling sering terkena adalah arteri superotemporal. Makroaneurisma dapat mengakibatkan edema, eksudasi dan perdarahan retina. Perdarahan jam pasir adalah gambaran khasnya dan disebabkan oleh perdarahan di bawah dan anterior retina. Kekeruhan badan vitreusTerjadi akibat penuaan disertai degenerasi berupa terjadinya koagulasi protein badan vitreus. Akibat bagian depan masih melekat erat maka akan terjadi gerakan-gerakan bergelombang seperti hujan (synchisis scintilans). Perdarahan badan vitreus dapat terjadi spontan pada diabetes mellitus, ruptur retina, dan ablasi badan vitreus posterior. Ablasio retinaPada pemeriksaan funduskopi terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina yang berwarna merah. Oklusi vena retina sentralisPada funduskopi didapatkan vena yang berkelok-kelok, edema makula dan retina, perdarahan berupa titik terutama bila terdapat penyumbatan vena yang tidak sempurna. (Ilyas S, 2010)

G. TatalaksanaTujuan dari terapi OARS adalah untuk meningkatkan perfusi ke retina atau melisiskan trombus atau emboli yang menyebabkan oklusi. Tatalaksana yang dapat dilakukan kurang dari 48 jam setelah timbulnya gejala adalah:1. Menidurkan pasien pada tempat yang datar2. Menurunkan tekanan intraocular dengan medikamentosa. Berikan 500 mg asetazolamid intravena3. Menginstruksikan pasien untuk melakukan masase mata. Masase mata dapat mengakibatkan arteri retina sentralis berdilatasi.4. Parasintesis bilik mata depan5. Inhalasi campuran oksigen-karbon dengan kadar oksigen (95%) and karbondioksida (5%) (karbogen).6. Pemberian fibrinolitik intraarteri harus dipertimbangkan karena dapat mengakibatkan perdarahan intraserebral. Pemberian fibrinolitik intraarteri diberikan 3 hari yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian antikoagulan oral sebagai pencegahan terjadinya kekambuhan.7. Vitrektomi (jika terdapat perdarahan vitreus). (Beatty S and Eong KGA, 2000)

H. PrognosisPrognosis untuk penglihatan pada pasien OARS pada umumnya buruk. Biasanya pasien dapat melihat dengan tes lambaian tangan atau lebih buruk lagi. Penyebab kematian bukan berasal dari OARS, melainkan penyakit yang mendasarinya seperti penyakit jantung. (Beatty S and Eong KGA, 2000)

DAFTAR PUSTAKAAmerican Academy of Opthalmology. Central retinal artery occlusion. [visited: Mei 16th 2014] web: http://one.aao.org/ Beatty S and Eong KGA, 2000. Acute occlusion of the retinal arteries: current concepts and recent advances in diagnosis and management. J. Accid Emerg Med. Graham RH et.al, 2012. Central Retinal Artery Occlusion. [Internet] MedScape [visited: Mei 18th 2014] web: http://emedicine.medscape.com/article/1223625-overview#a0101 Ilyas S, 2010. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. Balai Penerbit FKUI. JakartaRudkin AK, Lee AW, and Chen CS, 2009. Central retinal artery occlusion: timing and mode of presentation. Arch Neurol. AustraliaRudkin AK, Lee AW, and Chen CS, 2009. Vascular risk factors for central retinal artery occlusion. AustraliaSaxena S et.al, 2013. Ischaemia-reperfusion injury in central retinal artery occlusion. St. Louis University, USAVaughan and Asbury, 2009. Oftalmologi Umum. Ed. 17. EGC: Jakarta 1