Transcript

PENDAHULUAN

Kelainan refraksi merupakan kelainan mata yang sangat umum ditemui dan

sangat mudah untuk dikoreksi. Pemeriksaan visus merupakan pengukuran obyek

terkecil yang dapat diidentifikasi terhadap seseorang dalam jarak yang ditetapkan dari

mata. Setiap pasien wajib dilakukan pemeriksaan visus sebagai bagian dari

pemeriksaan fisik mata umum. Pemeriksaan visus jarak jauh juga harus dilakukan

terhadap semua anak-anak sesegera mungkin setelah usia 3 tahun, karena penting

untuk deteksi dini terhadap amblyopia.

Amblyopia adalah penurunan ketajaman penglihatanm walaupun sudaj diberi

koreksi yang terbaik, dapat unilateral atau bilateral (jarang) yang tidak dapat

dihubungkan langsung dengan kelainan structural mata maupun jaras penglihatan

posterior.1

Klasifikasi amblyopia dibagi ke dalam beberapa kategori dengan nama yang

sesuai dengan penyebabnya amblyiopia strabismik, fiksasi eksentrik, amblyopia

anisometropik, amblyopia isometropik dan amblyopia deprivasi.

Amblyopia, dikenal juga dengan istilah “mata malas” (lazy eye), adalah

masalah dalam penglihatan yang memang hanya mengenai 2-3% populasi, tapi bila

dibiarkan akan sangat merugikan nantinya bagi kehidupan si penderita. Amblyopia

tidak dapat sembuh dengan sendirinya, dan amblyopia yang tidak diterapi dapat

menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Jika nantinya pada mata yang baik itu

timbul suatu penyakit ataupun trauma, maka penderita bergantung pada penglihatan

buruk mata yang amblyopia, oleh karena itu amblyopia harus ditatalaksana secepat

mungkin. 2

Hampir seluruh amblyopia itu dapat dicegah dan bersifat reversible dengan

deteksi dini dan intervensi yang tepat. Anak dengan amblyopia atau yang beresiko

amblyopia hendaknya dapat diidentifikasi pada umur dini, dimana prognosis

keberhasilan terapi akan lebih baik. 1,2

TAJAM PENGLIHATAN (VISUS)

Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan dengan memakai kartu Snellen.

Jarak antara kartu Snellen dengan mata 6 meter. Tajam penglihatan diperiksa satu per

satu, dengan mata kanan terlebih dahulu kemudian mata kiri. Tajam penglihatan

adalah jarak kemampuan melihat seseorang, yang dinilai sebelum dan sesudah koreksi

dengan cara menilai kemampuan melihat optotyp atau menghitung jari atau gerakan

tangan. Tajam penglihatan dinyatakan dengan rasio pembilang dan penyebut, dimana

pembilang merupakan jarak mata dengan kartu Snellen dan penyebut merupakan jarak

dimana satu huruf tertentu dapat dilihat mata normal. Sebagai contoh, visus 6/6 berarti

pada jarak 6 meter dapat melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat pada jarak 6

meter. Dan visus 6/10 berarti pada jarak 6 meter hanya dapat melihat huruf yang

seharusnya dapat dilihat pada jarak 10 meter. Visus 1/60 hanya dapat menghitung jari

pada jarak 1 meter, visus 1/300 hanya dapat melihat gerakan tangan pemeriksa pada

jarak 1 meter, dan visus 1/∞ hanya dapat membedakan gelap dan terang saja. 1,2

Cara pengukuran tajam penglihatan:

- Pemeriksaan dilakukan dengan monokuler (satu mata) dimulai dengan mata

kanan.

- Penderita/pasien diperintahkan untuk melihat obyek pada kartu Snellen dari

yang terbesar sampai dengan yang terkecil sesuai batas kemampuannya

dengan jarak antara pasien dan kartu Snellen 5-6 meter tergantung pada kartu

Snellen yang dipakai.

- Bila pasien tidak dapat melihat huruf yang terbesar (dengan visus 6/60) maka

dilakukan dengan cara finger counting yaitu menghitung jari pemeriksa pada

jarak 1 meter sampai 6 meter dengan visus 1/60 sampai 6/60.

- Bila tidak dapat melihat jari dari jarak 1 meter maka dilakukan dengan cara

hand movement dengan visus 1/300. Pasien harus dapat menentukan arah

gerakan tangan pemeriksa.

- Bila dengan hand movement tidak dapat juga, dilakukan dengan cara

penyinaran dengan pen light pada mata pasien, dikenal dengan istilah Light

Perception.

- Light Perception dinyatakan dengan visus 1/∞ proyeksi baik, bila pasien

masih dapat menentukan datangnya arah sinar dari berbagai arah (6 arah)

- Bila pasien tidak dapat menentukan arah datangnya sinar maka visusnya 1/∞

proyeksi buruk.

- Pasien dinyatakan buta total (visus 0) kalau pasien tidak dapat menentukan

ada atau tidak ada sinar (No Light Perception)

- Visus pasien adalah baris terkecil yang dapat dilihat dengan benar semuanya

tetapi baris dibawahnya tidak bisa terbaca. Contoh: visus 6/18.

- Apabila pasien bisa melihat huruf pada baris tersebut tetapi ada yang salah,

dinyatakan dengan f, contoh dapat membaca baris 6/18 tetapi terdapat satu

kesalahan, maka visus 6/18 f1.

- Kesalahan jumlahnya tidak boleh sampai ½ dari jumlah huruf yang ada di

baris tersebut.

- Kalau jumlah kesalahan ½ atau lebih maka visusnya menjadi visus di baris di

atasnya.

Kelainan refraksi terdiri dari :

1. Myopia

2. Hipermetrop

3. Astigmatism

4. Presbiop

Kelainan refraksi akan dikoreksi dengan pemberian kacamata atau lensa.

Kekuatan lensa diukur dalam satuan Dioptri (D). Lensa 1 D akan memfokuskan sinar-

sinar sejajar yang masuk sejauh 1 meter. Lensa spheris adalah lensa dengan jari-jari

kelengkungan yang sama sehingga pada setiap meridian power refraksinya sama.

Lensa spheris positif sama dengan lensa cembung. Sinar sejajar yang jatuh pada lensa

spheris positif akan disatukan (konv ergen) pada satu titik. Lensa spheris negatif sama

dengan lensa cekung. Sinar sejajar yang jatuh pada lensa spheris negatif akan

disebarkan seakan-akan berasal dari satu titik. 1

Keadaan dimana kelainan refraksi tidak dapat di koreksi dengan

pemebrian kacamata atau lensa disebut dengan ambliopia.

AMBLIOPIA

DEFINISI

Istilah ambliopia berasal dari bahasa yunani yaitu amblys (tumpul) dan ops

(mata). Dikenal juga dengan istilah mata malas “lazy eye”. Ambliopia adalah istilah

yang digunakan untuk menggambarkan kondisi tajam penglihatan mata yang tidak

mencapai optimal sesuai usia dan intelegensinya meskipun sudah dikoreksi kelainan

refraksinya. Kelainan ini dapat terjadi unilateral maupun bilateral, tanpa kelainan

struktur yang tampak pada mata atau lintasan visus bagian belakang. Kelainan ini

dianggap sebagai akibat gangguan perangsangan terhadap perkembangan fungsi

visual pada tahap- tahap awal kehidupan. Dengan kata lain amblyopia adalah

buruknya penglihatan akibat kelainan perkembangan visual yang disebabkan oleh

perangsangan visus abnormal. Dengan demikian gangguan utamanya pada visus

sentral, sedangkan penglihatan perifer normal. Terminologi ambliopia saja biasanya

merujuk pada ambliopia fungsional, yaitu suatu ambliopia yang bersifat reversible

dengan terapi oklusi. Ambliopia organik adalah ambliopia yang ireversibel. Sebagian

besar kasus penurunan fungsi penglihatan karena ambliopia dapat dicegah/

dikembalikan fungsinya dengan intervensi yang tepat. Pengembalian fungsi

penglihatan bergantung pada beberapa faktor seperti lamanya penurunan fungsi

penglihatan, tingkat kematangan visual, dan usia dimulainya terapi. 2,3

EPIDEMIOLOGI

Prevalensi ambliopia secara umum sulit ditentukan karena sangat bervariasi.

Amblyopia bisa ditemukan sebanyak 1-2,5% dari populasi. Rentang kejadian pada

anak-anak yang sehat adalah 1-3,5% dan 4-5,3% pada anak-anak dengan masalah

mata sebelumnya.

Ambliopia terjadi pada periode kritis perkembangan visual. Resiko kejadian

ambliopia meningkat pada anak-anak yang mengalami perkembangan terlambat, lahir

prematur, dan/ atau memiliki riwayat keluarga dengan ambliopia. Ambliopia dapat

mengenai semua ras, dan tidak ada kecenderungan gender. 4

KLASIFIKASI

Amblyopia dibagi kedalam beberapa bagian sesuai denga gangguan/kelainan

yang menjadi penyebabnya.

A mbliopia Strabismik

Ambliopia yang paling sering dijumpai ini terjadi pada mata yang berdeviasi

konstan. Yang dimaksud kontan adalah tropia yng tidak bergantian (nonalternating,

khususnya esodeviasi) sering menyebabkan amblyopia yng signifikan. Amblyopia

umumnya tidak terjadi bila terdapat fiksasi yang bergantian, sehingga masing- masing

mata mendapat jalan/akses yang sama ke pusat penglihatan yang lebih tinggi, atau

bila deviasi strabismus berlangsung intermiten maka aka nada suatu periode interaksi

binocular yang normal sehingga kesatuan system penglihatan tetap terjaga dengan

baik.

Amblyopia strabismik juga disebabkan karena kompetisi atau terhambatnya

antara neuron yang membawa input yang tidak menyatu (fusi) dari kedua mata, yang

akhirnya akan terjadi dominasi pusat penglihatan kortikal oleh mata yang berfiksasi

dan lama kelamaan terjadi penurunan respon terhadap input dari mata yang berfiksasi.

Penolakan kronis dari mata yang berdeviasi oleh pusat penglihatan binocular ini

tampaknya merupakan factor utama terjadinya amblyopia strabismik, namun

pengaburan bayangan foveal oleh karena akomodasi yang tidak sesuai, dapat juga

menjadi factor tambahan.

Hal tersebut diatas terjadi sebagai usaha inhibisi atau supresi untuk

menghilangkan diplopia dan konfusi. Ketika kita menyebut amblyopia strabismik,

kita langsung mengacu pada esotropia, bukan eksotropia. Perlu dingingat, tanpa ada

gangguan lain, esotropia primerlah yang sering diasosiasikan dengan amblyopia. Hal

ini disebabkan karena eksotropia sering berlangsung intermiten dan/ atau deviasi

alternant disbanding deviasi unilateral konstan, yang merupakan prasyarat untuk

terjadinya amblyopia.

Pengobatannya dengan menutup mata yang sehat dan dirujuk ke dokter mata.

Ambliopia strabismik dapat pulih kembali pada usia di bawah 9 tahun dengan

menutup total mata yang baik. 4,5

Ambliopia Refraktif

Ambliopia refraktif merupakan ambliopia yang terjadi pada mata dengan

kelainan refraksi yang tidak dikoreksi (ambliopia ametropik) atau terdapatnya

kelainan refraksi antara kedua mata (ambliopia anisometropik). Penglihatan dapat

baik setelah beberapa bulan memakai kacamata koreksi. Pengobatannya dengan

menutup mata yang baik setelah mata yang ambliopia mendapatkan kacamata yang

sesuai.

Ambliopia Anisometropik

Terbanyak kedua setelah amblyopia strabismik adalah amblyopia anisometropik,

terjadi ketika adanya perbendaan refraksi antara kedua mata yang menyebabkan

lama-kelamaan bayangan pada satu retina tidak fokus.

Jika bayangan difovea pada kedua mata berlainan bentuk dan ukuran yang

disebabkan karena kelainan refraksi yang ridak sama antara mata kanan dan kiri,

maka akan terjadi hambatan untuk fusi.

Ambliopia anisometropik terjadi akibat terdapatnya kelainan refraksi kedua mata

yang berbeda jauh, sehingga bayangan benda pada kedua mata tidak sama besar

yang menimbulkan bayangan pada retina secara relatif diluar fokus dibanding

dengan mata lainnya, sehingga mata akan memfokuskan melihat dengan satu

mata. Bayangan yang lebih suram akan di supresi, biasanya pada mata yang lebih

ametropik.

Derajat ringan anisometropia hypermetropia atau astigmatisma (1-2 D) dapat

menyebabkan amblyopia ringan. Myopia astigmat rinfan (< -3 D) biasanya tidak

menyebabkan amblyopia, akan tetapi myopia tinggi unilateral ( -6 D) sering

menyebabkan amblyopia berat. Begitu juga dengan hyperopia tinggi unilateral

( +6 D). Tapi pada beberapa pasien yang kemungkinan onsetnya terjadi pada umur

lanjut, gangguan penglihatan biasanya ringan. Bila gangguan penglihatan sangat

besar, sering didapatkan bukti adanyamalformasi atau perubahan degenerative

mata ametropia yang menyebabkan kerusakan fungsional atau menambah factor

ambliopiogenik.

Pengobatannya dengan memberikan kacamata hasil pemeriksaan refraksi secara

objektif disertai penutupan mata yang baik.

Ambliopia ametropik

Pada kedua mata tidak mencapai tajam penglihatan 5/5, biasanya penderita

hipermetropia tinggi lebih dari 5 D, myopia yang lebih dari 10 D atau astigmat

tinggi 3 D karena mata tidak pernah melihat dengan jelas.

Amblyopia ametropik terjadi akibat kelainan refraksi yang tinggi yang tidak

dikoreksi, yang ukurannya hampir sama pada mata kanan dan mata kiri. Dimana

walaupun telah dikoreksi dengan baik, tidak langsung memberi hasil penglihatan

normal. Tajam penglihatnan membaik sesudah koreksi lensa dipakai pada suatu

periode waktu tertentu, biasanya beberapa bulan. Khas untuk amblyopia tipe ini

yaitu, hilangnya penglihatan ringan dapat diatasi dengan terapi penglihatan,

karena interaksi abnormal binocular bukan merupakan factor penyebab.

Mekanismenya hanya karena akibat baying retina yang kabur saja. Pada

amblyopia ametropik, baying retina dengan atau tanpa koreksi lensi dama dalam

hal kejelasan, kerjenihan dan ukuran. 4,5

Ambliopia eks-anopsia

Ambliopia eks anopsia atau sering disebut dnegn “disuse amblyopia”, dimana

sering disebabkan oleh kekeruhan media yang didapatkan secara kongenital. diduga

disebabkan oleh supresi atau suatu proses aktif dari otak untuk menekan kesadaran

melihat. Menurunnya penglihatan pada suatu mata akibat hilangnya kemampuan

bentuk setelah fiksasi sentral. Kelainan ini dapat terjadi pada mata bayi dengan

katarak, ptosis, ataupun kekeruhan kornea sejak lahir atau terlambat dilatasi.

Pengobatannya dengan menutup mata yang sehat yang dilakukan setelah mata yang

sakit dibersihkan kekeruhan media penglihatannya.

Ambliopia Fungsional

Ambliopia dapat terjadi kongenital atau didapat. Ambliopia didapat adalah

ambliopia fungsional yang biasanya unilateral, tanpa kelainan organik, dan tidak

dapat diperbaiki dengan kacamata. Sampai usia 6 atau 7 tahun, anak-anak sensitif

terhadap ambliopia fungsional, namun pada usia ini ambliopia paling baik hasil

pengobatannya. Meskipun usia pasti untuk menentukan keberhasilan terapi tak dapat

ditentukan, ambliopia yang tidak diobati melewati usia 6-9 tahun, defek visual yang

terjadi mungkin tidak dapat diperbaiki.

Ambliopia Organik

Ambliopia terjadi akibat kerusakan fovea kongenital sehingga mengganggu

penderita. Ambliopia organik bersifat ireversibel.

Ambliopia Eksentrik

Fiksasi eksentrik mengacu kepada penggunaan region nonfoveal retina terus

menerus untuk penglihatan monookular oleh mata amblyopia. Fiksasi eksentrik

terdapat sekitar 80% dari penderita amblyopia. Fiksasi eksentrik ringan (derajat

minor), hanya dapat dideteksi dengan uji khusus, seperti visuskop, banyak dijumpai

pada penderita amblyopia strabismik dan hilangnya tajam penlihatan ringan. 4,5

PATOFISIOLOGI

Ambliopia dipercaya terjadi karena kurangnya rangsangan untuk

meningkatkan perkembangan penglihatan. Penyebab-penyebab ekstraneural seperti

katarak, astigmatisme, strabismus, atau kelainan refraksi yang tidak dikoreksi,

merupakan pemicu yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi visual pada orang

yang sensitif. Derajat ringan beratnya ambliopia ditentukan oleh lamanya penderita

mengalami kurangnya rangsang untuk penglihatan makula. Ambliopia yang

ditemukan pada usia dibawah 6 tahun masih dapat dilakukan latihan untuk perbaikan

fungsi penglihatan. Oleh karena itu, sangat penting pemeriksaan kesehatan mata anak

sejak dini.

Pada patofisiologi ambliopia, terdapat dua mekanisme penyebab yaitu nirpakai

dan supresi. Ambliopia nirpakai terjadi akibat tidak dipergunakannya elemen visual

retino-kortikal pada saat masa kritis perkembangan penglihatan, yaitu sebelum usia 9

tahun. Ambliopia supresi terjadi pada tingkat kortikal dimana terdapat skotoma

absolut pada penglihatan binokular untuk mencegah diplopia pada mata yang juling,

atau hambatan binokular pada bayangan retina yang tidak jelas. Supresi tidak

berhubungan dengan masa perkembangan penglihatan.

Masa kritis dalam perkembangan ketajaman penglihatan pada seseorang

dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Perkembangan ketajaman penglihatan dari 20/200 sampai 20/20, yang terjadi

dari sejak lahir sampai usia 3 – 5 tahun.

2. Masa dengan resiko tertinggi terjadinya ambliopia, yaitu sejak usia beberapa

bulan hingga 7 – 8 tahun.

3. Masa dimana ambliopia dapat disembuhkan, yaitu dari waktu terjadinya

ambliopia sampai masa remaja, bahkan kadang-kadang sampai masa dewasa. 5

MANIFESTASI KLINIS

Pada pasien yang dicurigai menderita ambliopia harus ditanyakan tentang

riwayat penggunaan patch pada mata atau penggunaan obat tetes mata sebelumnya.

Juga harus dicari tentang riwayat penyakit mata dan operasi mata. Dari keluarga

pasien harus dicari tentang riwayat strabismus dan penyakit mata lainnya.

Ambliopia sering tidak terdeteksi karena tidak bergejala, kecuali terdapat

abnormalitas pada mata anak tersebut. Anak-anak sering mengeluh penglihatan satu

mata baik sedangkan mata lainnya buruk. Oleh karena itu peran orang tua sangat

dibutuhkan. Beberapa tanda pada mata dengan ambliopia, seperti :

Berkurangnya penglihatan satu mata.

Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding.

Hilangnya sensitivitas kontras.

Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik.

Adanya anisokoria.

Tidak mempengaruhi penglihatan warna.

Biasanya daya akomodasi menurun.

Sering menutup satu mata bila membaca atau melihat papan tulis

Pada ERG dan EEG penderita ambliopia dapat normal yang berarti tidak terdapat

kelainan organik pada retina maupun korteks serebri. 5

TES AMBLIOPIA

1. Uji Crowding Phenomena (untuk mengetahui adanya ambliopia)

Penderita diminta membaca huruf kartu Snellen sampai huruf terkecil yang dibuka

satu persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien disuruh

melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari

huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya fenomena crowding

pada mata tersebut. Mata ini menderita ambliopia.

2. Uji Densiti Filter Netral (untuk mengetahui adanya ambliopia)

Tes ini digunakan untuk membedakan amblyopia fungsional dan organic. Dasar

uji adalah diketahuinya pada mata yang ambliopia secara fisiologik berada dalam

keadaan adaptasi gelap, sehingga bila pada mata ambliopia dilakukan uji

penglihatan dengan intensitas sinar yang direndahkan (memakai filter densiti

netral) tidak akan terjadi penurunan tajam penglihatan.

Dilakukan dengan memakai filter yang perlahan-lahan digelapkan sehingga tajam

penglihatan pada mata normal turun 50%. Pada mata ambliopia fungsional tidak

akan atau hanya sedikit menurunkan tajam penglihatan pada pemeriksaan

sebelumnya.

Bila ambliopia adalah fungsional maka paling banyak tajam penglihatan

berkurang satu baris atau tidak terganggu sama sekali. Bila mata tersebut

ambliopia organik maka tajam penglihatan akan sangat menurun dengan

pemakaian filter tersebut.

Gambar 1. Uji density filter netral

Keterangan :

a. Pada saat mata yang sehat ditutup, filter ditempatkan di depan mata yang

ambliopik selama 1 menit sebelum diperiksa visusnya.

b. Tanpa filter pasien bisa membaca 20/40

c. Dengan filter, visus tetap 20/40 (atau membaik 1 atau 2 baris) pada amblyopia

fungsional.

d. Filter bisa menurunkan visus 3 baris atau lebih pada kasus amblyopia organik.

3. Uji Worth’s Four Dot (untuk fusi dan penglihatan stereosis)

Uji untuk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi retina

abnormal, supresi pada satu mata dan juling.

Penderita memakai kacamata dengan filter merah pada mata kanan dan filter hijau

pada mata kiri dan melihat pada objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau,

dan 1 putih. Lampu atau titik putih akan terlihat merah oleh mata kanan dan hijau

oleh mata kiri. Lampu merah hanya dapat dilihat oleh mata kanan dan lampu hijau

hanya dapat dilihat oleh mata kiri. Bila fusi baik maka akan terlihat 4 titik dan

lampu putih terlihat sebagai warna campuran hijau dan merah. 4 titik juga akan

dilihat oleh mata juling tetapi telah terjadi korespondensi retina yang tidak normal.

Bila terdapat supresi maka akan terlihat hanya 2 merah bila mata kanan dominan

atau 3 hijau bila mata kiri yang dominan. Bila terlihat 5 titik yaitu 3 merah dan 2

hijau yang bersilangan berarti mata dalam kedudukan eksotropia dan bila tidak

bersilangan berarti mata berkedudukan esotropia.

4. Visuskopi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah mata berfiksasi dengan

makula atau eksentrik (diluar makula). Caranya mata yang tidak diperiksa ditutup,

lalu periksa fundus dengan visuskop. Pasien diminta melihat sumber sinar

visuskop dan dilihat letak proyeksi gambar bintang visuskop terhadap makula.

Gambar 2. Visuskop

Posisi tanda asterisk difundus pasien dicatat. Pengujian ini diulang beberapa kali

untuk menentukan ukuran daerah fiksasi eksentrik. Pada fiksasi sentral, tanda

asterisk terletak di vuvea. Pada fiksasi eksentrik, mata akan bergeser sehingga

asterisk bergerak ke daerah ekstra voveal dari fiksasi retina. 6

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding ambliopia adalah keadaan posisi abnormal bola mata,

seperti pada esotropia dan eksotropia, baik kongenital, maupun didapat. Selain itu

sindrom monofiksasi, serta ptosis kongenital juga perlu diperhatikan. Diagnosis lain

yang perlu diperhatikan setelah semua diagnosis banding tersingkirkan adalah

hipoplasia nervus optik, namun kejadiannya sangat jarang. 5,6

PENCEGAHAN

Pertama, orang tua harus peka kalau melihat anaknya ada masalah dengan

penglihatan. Kedua, penapisan rutin, karena biasanya kondisi- kondisi ini tidak

disadari. Ketiga, pemeriksaan refraksi dengan skloplegik. Dengan

sikloplegik(pelumpuh m. ciliaris) akomodasi yang muncul karena hyperopia tidak

bisa dilakukan, dengan begitu status refraksi yang sebenarnya dapat diketahui.

Keempat, mengeliminasi kondisi- kondisi yang menyebabkan ambiopia dengan

tindakan medis. Dan yang terakhit, mengkonpensasi keadaan anisometropia yang

sudah timbul. Selain itu pencegahan dengan menggunakan program skrining

penglihatan juga dapat diterapkan. Pada anak berusia kurang dari 5 tahun perlu

pemeriksaan tajam penglihatan terutama bila memperlihatkan tanda-tanda juling. 5,6

PENATALAKSANAAN

Ambliopia merupakan kelainan yang reversibel dan akibatnya tergantung saat

mulai dan lamanya. Saat yang sangat rentan adalah bayi pada umur 6 bulan pertama

dan ambliopia tidak akan terjadi setelah usia lebih dari 5 tahun.

Ambliopia bila diketahui dini dapat dicegah sehingga tidak menjadi permanen.

Perbaikan dapat dilakukan bila penglihatan masih dalam perkembangannya. Bila

ambliopia ini ditemukan pada usia di bawah 6 tahun maka masih dapat dilakukan

latihan untuk perbaikan penglihatan. 5,6

Pengobatan dapat dengan :

1. Bila memungkinkan menghilangkan semua penghalang penglihatan seperti

katarak.

2. Koreksi kelainan refraksi

3. Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan

mata yang lebih baik.

Pengangkatan Katarak

Katarak yang dapat menyebabkan amblyopia harus segera dioperasi, tidak

perlu ditunda-tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan pertama

kehidupan, sangat penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih dengan optimal.

Pada kasus katarak bilateral, interval operasi pada mata yang pertama dan kedua

sebaiknya tidak lebih dari 1-2 minggu. Terbentuknya katarak traumatika berat dan

akut pada anak dibawah usia 6 tahun harus diangkat dalam beberapa minggu setelah

kejadian trauma, bila memungkinkan. Dimana katarak traumatika itu sangat bersifat

ambliopiogenik. Kegagalan dalam “menjernihkan” media, memperbaiki optikal, dan

penggunaan regular mata yamg terluka, akan mengakibatkan amblyopia berat dalam

beberapa bulan, selambat- lambatnya pada usia 6 hingga 8 tahun.

Koreksi Refraksi

Bila ambliopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka dapat

diterapi dengan kacamata atau lensa kontak. Ukuran kaca mata untuk mata amblyopia

diberi dengan koreksi penuh dengan menggunakan sikloplegia. Bila dijumpai myopia

tinggi unilateral, lensa kontak merupakan pilihan, karena bila memakai kacamata

terasa berat dan kurang baik dalam penampilan.

Karena kemampuan mata amblyopia untuk mengatur akomodasi cenderung

menurun, maka ia tidak dapat mengkompensasi hyperopia yang tidak dikoreksi

seperti pada mata anak normal. Koreksi aphakia pada anak dilakukan segera mungkin

untuk menghindarkan terjadinya deprivasi penglihatan akibat keruhnya lensa menjadi

defisit optikal berat. Amblyopia anisometric dan amblyopia isometric akan sangat

membaik walau hanya dengan koreksi kacamata selama beberapa bulan.

Oklusi dan Degradasi Optikal

1. Oklusi

Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 dan merupakan terapi pilihan,

yang keberhasilannya baik dan cepat, dapdat dilakukan oklusi penuh waktu

(full time) atau paruh waktu (part time).

a. Oklusi Full Time

Pengertian oklusi full-time pada mata yang lebih baik adalah oklusi untuk

semua atau setiap saat kecuali satu jam waktu berjaga. (Occlusion for all

or all but one waking hour), arti ini sangat penting dalam penatalaksanaan

amblyopia dengan cara penggunaan mata yang “rusak”. Biasanya penutup

mata yang digunakan adalah penutup adesif (adhesive patches) yang

tersedia secara komersial.

Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka

sewaktu tidur. Kacamata okluder (spectacle mounted ocuder) atau lensa

kontak opak, atau Annisa’s Fun Patches dapat juga menjadi alternative

full-time patching baru dilaksanakan hanya bila strabismus konstan

menghambat penglihatan binocular, karena full-time patching mempunyai

sedikit resiko, yaitu bingung dalam hal penglihatan binocular.

Terdapat standar yang mengatakan full-time patching diberi selama satu

minggu untuk setiap usia, misalnya penderita amblyopia pada mata kanan

berusia tiga tahun harus memakai full-time patch selama tiga miniggu, lalu

dievaluasi kembali. Hal ini untuk menghindarkan terjadinya amblyopia

pada mata yang baik.

Gambar 3. Terapi patch oklusi

b. Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari, akan memberi

hasil sama dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-

nya tergantung dari derajat amblyopia

Amblyopia Treatment Studies (ATS) telah membantu dalam penjelasan

peranan full-time patching disbanding part-time. Studi tersebut

menunjukan pasien usia 3 – 7 tahun dengan amblyopia berat dengan tajam

penglihatan antara 20/100 = 6/30 dan 20/400 = 6/120), full-time patching

memberi efek sama dengan penutupan selama 6 jam per hari. Dalam studi

lain, patching 2 jam/hari menunjukan kemajuan tajam penglihatan hampir

sama dengan patching 6 jam/hari pada amblyopia sedang dengan tajam

penglihatan lebih baik dari 20/100 pasien usia 3 – 7 tahun. Dalam studi ini,

patching dikombinasi dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam/hari.

Idealnya, terapi amblyopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau tajam

penglihatan dengan Snellen linear 20/20 pada masing- masing mata. Hasil ini tidak

selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukan kemajuan, maka

penatalaksanaan harus tetap diteruskan.

Degradasi Optikal

Metode lain untuk penatalaksanaan amblyopia adalah dengan menurunkan

kualitas bayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi lebih

buruk dari mata yang amblyopia, sering juga disebut penalisasi (penalization).

Sikloplegik (biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes 5%) diberi satu kali

dalam sehari pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat berakomodai dan kabur

bila melihat dekat.

ATS menunjukan metode ini memberi hasil yang sama efektifnya dnegan

patching untuk amblyopia sedang yang tajam penglihatannya lebih baik dari pada

20/100. ATS tersebut dilakukan pada anak usia 3 – 7 tahun. ATS juga

memperlihatkan bahwa pemberian atropine pada akhir minggu memberi perbaikan

tajam penglihatan sama dengan pemberian atropine harian yang dilakukan pada

kelompok anak usia 3 – 7 tahun dengan amblyopia sedang.

Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan disbanding dengan oklusi,

yaitu tidak mengiritasi kulit dan lebih baik dari segi kosmetik. Dengan atropinisasi,

anak sulit untuk menggagalkan metode ini. Evaluasinya juga tidak perlu sesering

oklusi.

Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan lensa positif

dengan ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah terjadinya efek

samping farmakologik atrophine.

Keuntungan lain dari metode atrophinisasi dan metode non-oklusi pada pasien dengan

mata yang lurus (tidak strabismus) adalah kedua mata dapat bekerja sama. Jadi

memungkinkan penglihatan binocular. 1,2,6

KOMPLIKASI

Komplikasi utama dari ambliopia yang tidak ditangani adalah kehilangan

penglihatan ireversibel. Kebanyakan kasus ambliopia reversibel bila dideteksi dan

ditangani dini.

Semua bentuk penatalaksanaan amblyopia memungkinkan untuk terjadinya

amblyopia pada mata yang baik. Oklusi full-time adalah yang paling beresiko tinggi

dan harus dipantau dengan ketat, terutama pada anak balita. Follow up pertama

setelah pemberian oklusi dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1 minggu

pertahun usia pada anak (misalnya: 4 minggu untuk anak usia 4 tahun). Oklusi part-

time dan degradasi optikal observasinya tidak perlu sesering oklusi fill-time, tapi

follow up regular tetap rutin.

Hasil akhir terapi amblyopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi

alternat, tajam penglihatan dengan snellen linear tidak berbeda lebih dari 1 baris

antara kedua mata.

Waktu yang diperlukan untuk lamanya terapi tergantung dari hal berikut:

Derajat amblyopia

Pilihan terapeutik yang digunakan

Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih

Usia pasien

Semakin berat amblyopia dan usia lebih berat membutuhkan penatalaksanaan

yang lebih lama. Oklusi full-time pada bayi dan balita dapat memeberi perbaikan

amblyopia strabismik berat dalam 1 minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang lebih

berumur yang memakai penutup hanya seusai sekolah dan pada akhir minggu saja,

membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih untuk dapat berhasil. 6

REKURENSI

Bila penatalaksanaan amblyopia dihentikan setelah perbaikan atau hasil

sebagian tercapai, sekitar setengah dari pasien- pasien akan mengalami kekambuhan,

yang selalu dapat disembuhkan lagi dengan usaha terpeutik baru. Kegagalan dapat

dicegah dengan memakai pengaturan pada penglihatan, seperti patching selama 1 – 3

jam perhari, penalisasi optikal dengan kaca mata, atau penalisasi farmakologik dengan

atropine selama 1 atau 2 hari perminggu. Pengaturan ini diteruskan hingga ketajaman

penglihatan telah stabil tanpa terapi lain selain kaca mata biasa. Keadaan ini perlu

tetap dipantau secara periodik sampai usia 8 – 10 tahun. Selama penglihatan tetap

stabil, interval kunjungan untuk follow up dapat dilakukan tiap 6 bulan. 5,6

PROGNOSIS

Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien berhasil menggunakan terapi oklusi. Bila

penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus normal dapat tercapai. Hal ini

semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia. Hanya kesembuhan parsial yang

dapat dicapai bila usia lebih dari 10 tahun. Factor resiko gagalnya penatalaksanaan

amblyopia adalah sebagai berikut:

Jenis amblyopia: pasien dengabn anisometropia tinggi dan pasien

dengan kelainan organic prognosisnya paling buruk. Pasien dengan

amblyopia strabismik prognosisnya paling baik.

Usia dimana penatalaksanaan dimulai: semakin muda pasien maka

prognosis semakin baik.

Dalamnya amblyopia pada saat terapi dimulai: semakin bagus tajam

penglihatan awal pada mata amblyopia, maka prognosisnya akan

semakin baik. 5,6

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006

2. Yen,KG.Amblyopia.Diunduhdari: http://www.emedicine.com. Pada tanggal 14

Desember 2008.

3. Suhardjo, SU; Hartono. Ilmu Kesehatan Mata: Ambliopia. Penerbit: Ilmu

Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Univ. Gadjah Mada, 2012. (h) 219-21

4. Amblyopia (Lazy Eye) Diagnosis, Treatment, Prevention. Diunduh dari:

http://www.aafp.org. Pada tanggal 15 Desember 2008.

5. American Academy of Ophthalmology; Pediatric Ophthalmology; Chapter 5 :

Amblyopia; Section 6; Basic and Clinical science Course; 2004 – 2005; p.63 –

70.

6. Leske, M.C ; Hawkins, B.S; Screening: Relationship to diagnosis and therapy in

Duane’s Clinical Ophthalmology; Chapter 54; Volume 5; Revised Edition;

Lippincott Williams & Wilkins; 2004; p.11