Transcript
Page 1: Referat Kelainan Refraksi 8

Kapsula Tenon (Fascia Bulbi)

Kapsula Tenon merupakan membran fibrosa yang membungkus bola mata dari limbus

sampai ke nervus

optikus. Di dekat limbus, konjungtiva-kapsula tenon-dan episklera menyatu. Segmen bawah

kapsula tenon tebal dan menyatu dengan fasia muskulus rektus inferior dan muskulus

obliquus inferior membentuk ligamentum

suspensorium bulbi(Ligamentum Lock-wood), tempat terletaknya bola mata.

Sklera dan Episklera

Sklera merupakan 5/6 bagian dinding bola mata berupa jaringan kuat yang berwarna putih.

Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh lapisan tipis jaringan elastik halus yang

disebut episklera. Dibagian anterior, sklera bersambung dengan kornea dan dibagian

belakang bersambung dengan duramater nervus optikus. Beberapa sklera berjalan melintang

bagian anterior nervus optikus sebagai Lamina Cribrosa. Persarafan sklera berasal dari saraf-

saraf siliaris. Episklera banyak mengandung pembuluh darah.

Lapisan pembungkus mata bagian luar :

1. Episklera

2. Sklera

3. Lamina Fusca=> lapisan berpigmen coklat pada permukaan dalam sklera yang membentuk

lapisan

luar ruang suprakoroid.

Kornea

Kornea merupakan lapisan transparan yang melapisi 1/3 depan bola mata. Permukaannya

licin dan mengkilat.

Lebih tebal di bagian pinggir dari pada sentral. Indeks biasnya 1,337 dengan daya refraksi +

42 dioptri.

Kornea bersifat avaskuler sehingga nutrisinya berasal dari pembuluh darah limbus, air mata,

dan akuos humor.

Dipersarafi oleh N. V1 (N. Ophthalmicus).

Lapisan kornea :

1. Epitel : terdiri dari 5-6 lapis sel berbentuk kubus

sampai gepeng.

2. Membrana Bowman : Lapisan jernih aseluler.

1

Page 2: Referat Kelainan Refraksi 8

3. Stroma : terdiri dari kumpulan sel yang

membentuk jaringan ikat yang kuat.

4. Membrana Dessement : sebuah membran jernih

yang elastik, tampak amorf.

5. Endotel : merupakan satu lapis sel berbentuk

kubus.

Uvea

Uvea merupakan lapisan vaskuler tengah mata dan dilindungi oleh sklera dan. Bagian ini ikut

memasok darah

ke retina. Terdiri dari :

Iris => merupakan perpanjangan korpus siliare ke anterior. Di dalam stroma iris terdapat

sfingter dan

otot dilatator. Perdarahan iris berasal dari circulus mayor iris, persarafannya berasal dari serat

di dalam

nervi siliare. Iris berfungsi mengendalikan banyak cahaya yang masuk ke dalam mata.

Ukuran pupil ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatik

yang dihantarkan melalui N. Kranialis III

dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatik.

Korpus Siliare

Korpus siliare dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi untuk produksi akuos humor.

Muskulus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal, sirkuler, radial. Fungsi serat

sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat Zonula yang berorigo

di lembah di antara prosesus siliaris.

Koroid => merupakan segmen posterior dari uvea, di antara retina dan sklera. Tersusun

dari 2 lapis

pembuluh darah

Lensa

Lensa merupakan struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna, dan hampir transparan

sempurna. Lensa Kristalin => saat neonatal bentuknya hampir bulat dengan konsentrasi cair.

Daya akomodasinya sangat kuat. Lensa kristalin ini tumbuh seumur hidup di ekuator lensa

sehingga semakin tua lensanya semakin padat dan daya akomodasinya turun. Saat dewasa,

bentuknya cembung ganda, permukaan anterior lebih flat dibanding posterior. Diameter 9

2

Page 3: Referat Kelainan Refraksi 8

mmm, tebal 4,5-6 mm. Warnanya bening keabuan, transparan, avaskuler. Daya refraksinya

+16 dioptri, indeks bias 1,337. Konsistensinya 65% air dan 35% protein (kristalin).

Kandungan kalsium lensa lebih banyak dari pada jaringan tubuh lain. Asam askorbat dan

glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,

pembuluh darah. Menggantung pada korpus siliare melalui Zonula Zinii. Di anteriornya

terdapat akuos humor dan di posteriornya terdapat vitreus humor.

Aquaeus Humor

Akuos humor merupakan cairan yang mengisi COA, diproduksi oleh korpus siliare di COP

(Kamera Okuli

Posterior) yang selanjutnya mengisi COA dan dieksresi melalui trabekula. Sepuluh persennya

dieksresikan melalui iris.

Fungsi :

Nutrisi lensa dan kornea sampai epitel

Pertahankan TIO normal 10-20 mmHg

ADNEKSA MATA

Alis Mata

Alis mata merupakan lipatan kulit menebal yang ditutupi rambut. Lipatan kulit ini ditunjang

oleh serat otot di

bawahnya. Glabela merupakan prominentia tanpa rambut di antara alis.

Palpebra

Palpebra merupakan modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata

bagian anterior.

Struktur palpebra :

Lapisan Kulit => lapisan kulit luar, berbeda

dengan kulit pada bagian tubuh lain karena lebih longgar, tipis, dan elastik. Terdapat sedikit

folikel

rambut dan lemak subkutan.

Muskulus Orbikularis Okuli => berfungsi untuk

menutup palpebra. Dipersarafi oleh N. Facialis.

Jaringan Alveolar => jaringan aerolar

3

Page 4: Referat Kelainan Refraksi 8

submuskular yang terdapat di bawah muskulus

orbikularis okuli.

Tarsus => struktur penyokong utama palpebra

berupa jaringan fibrosa padat. Terdapat tarsus

superior dan inferior.

Konjungtiva Palpebra => selapis membran yang

melekat pada tarsus di bagian posterior palpebra.

Tepian Palpebra :

1. Tepian Anterior

o Bulu mata

o Glandula Zeis => modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara ke dalam folikel rambut

pada dasar bulu mata.

o Glandula Moll => modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu

baris dekat bulu mata.

2. Tepian Posterior => bagian posterior palpebra yang berkontak dengan mata dan di

sepanjangnya bermuara dari kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi (Glandula Meibom)

3. Punktum Lakrimale

PERSYARAFAN MATA

Nervus Optikus

Nervus opticus merupakan kumpulan dari 1 juta serat saraf. Terdapat beberapa bagian :

Pars Intra Okuler

Terdapat papil saraf optik berwarna merah muda dengan diameter 1,5 mm, berbatas tegas,

tempat

keluar masuk arteri dan vena sentralis retina. Terdapat cekungan (cup) normal dibanding

papil

(disc) dengan C/D = 0,3.

Pars Intra Orbita

Keluar dari sklera, diameter 3 mm, panjang 25-30 mm. Berbentuk S dan berjalan dalam

muskular

memasuki foramen optikum 4-9 mm.

Pars Intra Kranial

4

Page 5: Referat Kelainan Refraksi 8

Panjangnya 10 mm dan bergabung dengan nervus optikum sebelahnya membentuk kiasma

optikum Ganglion retina dan aksonnya merupakan bagian dari susunan saraf pusat sehingga

tidak dapat beregenerasi bila

terpotong. Mendapat pasokan darah dari cabang arteri retina.

Kiasma Optikus

Kiasma dibentuk dari pertemuan kedua nervi optici dan merupakan tempat penyilangan serat-

serat nasal ke tractus optikus. Kiasma menerima perdarahan dari circulus Willis.

2.3 Emetropia6

Mata dengan sifat emetropia adalah mata tanpa adanya kelainan reftraksi pembiasan

mata dan berfungsi normal. Pada mata ini daya bias adalah normal, dimana sinar jauh

difokuskan sempurna di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Bila sinar sejajar

tidak difokuskan pada makula lutea disebut ametropia. Mata emetropia akan mempunyai

penglihatan normal atau 6/6 atau 100 %. Bila media penglihatan seperti kornea, lensa, dan

badan kaca keruh maka sinar tidak dapat

diteruskan makula lutea. Pada keadaan media

penglihatan keruh maka penglihatan tidak akan

100 % atau 6/6.

Gambar 1 : mata normal

Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan dan

kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar

terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama

pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panjang bola mata

seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar,

mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka

5

Page 6: Referat Kelainan Refraksi 8

sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai emetropia yang

dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmat.

Kelainan lain pada pembiasan mata normal adalah gangguan perubahan

kecembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga

terjadi gangguan akomodasi. Gangguan akomodasi dapat terlihat pada usia lanjut sehingga

terlihat keadaan yang disebut presbiopia.

2.4 Akomodasi6

Adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot

siliar. Akibat akomodasi daya pembiasan lensa bertambah kuat. Kebutuhan akomodasi

meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus

berakomodasi (mencembung). Kekuatan akomodasi diatur

oleh refleks akomodasi.

Gambar 2 : akomodasi mata

Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat

kabur dan pada waktu melihat dekat. Bila benda terletak

jauh bayangan akan terletak pada retina. Bila benda tersebut didekatkan maka bayangan akan

bergeser ke belakang retina. Akibat benda ini didekatkan penglihatan menjadi kabur, maka

mata akan berakomodasi dengan mencembungkan lensa. Kekuatan akomodasi ditentukan

dengan satuan Dioptri (D), lensa 1 D mempunyai titik fokus pada jarak 1 meter. Dikenal

beberapa teori akomodasi seperti :

o Teori akomodasi Hemholtz : zonula Zinn kendor akibat kontraksi otot siliar sirkuler,

mengakibatkan lensa yang elastis menjadi cembung dan diater menjadi kecil.

o Teori akomodasi Thsernig : dasarnya adalah bahwa nukleus tidak dapat berubah

bentuk sedang, yang dapat berubah bentuk adalah bagian lensa yang superfisial atau

korteks lensa. Ketika akomodasi terjadi tegangan pada zonula Zinn sehingga nukleus

lensa terjepit dan bagian lensa superfisial di depan nukleus mencembung.

6

Page 7: Referat Kelainan Refraksi 8

Mata akan berakomodasi bila benda difokuskan di belakang retina. Bila sinar jauh

tidak difokuskan pada retina seperti pada mata dengan kelainan refraksi hipermetropia

maka mata tersebut akan berakomodasi terus- menerus walaupun letak bendanya jauh,

pada keadaan ini diperlukan fungsi akomodasi yang baik.

2.5 Ametropia6,7

Suatu keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang. Hal

ini akan terjadi akibat kelainan kekuatan pembiasan sinar media penglihatan atau kelainan

bentuk bola mata. Pada ametropia, sinar cahaya paralel tidak jauh pada fokus di retina pada

mata dalam keadaan istirahat. Diperlukan perubahan refraksi untuk mendapatkan penglihatan

yang jelas, dikenal berbagai bentuk ametropia, seperti :

a. Ametropia aksial

Terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang, atau lebih pendek sehingga

bayangan benda difokuskan di depan atau di belakang retina.

b. Ametropia refraktif

akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata. Bila daya bias kuat maka

bayangan benda terletak di depan retina (miopia) atau bila daya bias kurang maka

bayangan benda akan terletak di belakang retina (hipermetropia).

Ametropia dapat disebabkan kelengkungan kornea atau lensa yang tidak normal

(ametropia kurvatur) atau indeks bias abnormal (ametropia indeks) di dalam mata. Panjang

mata normal. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk kelainan :

2.5.1 Miopia3,6,7,10

Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat

melihat dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa

(kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus

sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.

7

Page 8: Referat Kelainan Refraksi 8

Gambar 3 : miopia5

Dikenal beberapa bentuk miopia seperti :

a) Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti pada

katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih

kuat. Sama dengan miopia bias dimana terjadi akibat pembiasan nedia penglihatan

kornea dan lensa terlalu kuat.

b) Miopia aksial : akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan

kornea dan lensa yang abnormal.

Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam :

a) Miopia ringan : dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri

b) Miopa sedang : dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri

c) Miopia berat/ tinggi : dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri

8

Page 9: Referat Kelainan Refraksi 8

Gambar 4 : Snellen chart miopia

Menurut perjalanan miopia dikenal dengan bentuk :

a) Miopia stasioner : miopia yang menetap setelah dewasa

b) Miopia progresif : miopia bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah

panjangnya bola mata.

c) Miopia maligna : miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan

ablasia retina dan kebutaan atau sama dengan Miopia pernisiosa = miopia

maligna = miopia degeneratif. Miopia jenis ini biasanya bila miopia lebih dari

6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata

sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak di bagian temporal papil

disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi ini berjalan kemudian setelah

terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang

dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neurovaskularisasi subretina.

Pada miopia, dapat terjadi bercak fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan

perdarahan, atrofi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi degenarsi papil saraf

optik. Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat malahan melihat

terlalu dekat, sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun jauh. Pasien

dengan miopia memiliki keuntungan dapat membaca di titik jauh tanpa kacamata bhkan pada

usia presbiopik.

Miopia derajat tinggi menimbulkan peningkatn kerentanan terhadap gangguan-

gangguan retina degeneratif, termasuk pelepasan retina.

Etiologi

Etiologi miopia dipengaruhi berbagai faktor, antara lain :

1. Genetika (Herediter)

Penelitian genetika menunjukkan bahwa miopia ringan dan sedang biasanya bersifat

poligenik, sedangkan miopia berat bersifat monogenik. Penelitian pada pasangan kembar

monozigot menunjukkan bahwa jika salah satu dari pasangan kembar ini menderita miopia,

9

Page 10: Referat Kelainan Refraksi 8

terdapat risiko sebesar 74 % pada pasangannya untuk menderita miopia juga dengan

perbedaan kekuatan lensa di bawah 0,5 D.

2. Nutrisi

Nutrisi diduga terlibat pada perkembangan kelainan-kelainan refraksi. Penelitian di

Afrika menunjukkan bahwa pada anak-anak dengan malnutrisi yang berat terdapat prevalensi

kelainan refraksi (ametropia, astigmatisma, anisometropia) yang tinggi.

3. Tekanan Intraokuler

Peningkatan tekanan intraokuler atau peningkatan tekanan vena diduga dapat

menyebabkan jaringan sklera teregang. Hal ini ditunjang oleh penelitian pada monyet, yang

mana ekornya digantung sehingga kepalanya terletak di bawah. Pada monyet-monyet tersebut

ternyata timbul miopia.

Patofisiologi

1) Miopia aksial : karena sumbu aksial mata lebih panjang dari normal

2) Miopia kurvatura : karena kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal

3) Miopia indeks : karena indeks bias mata lebih tinggi dari normal

Gejala klinis

Gejala utamanya kabur melihat jauh, sakit kepala disertai juling, cendering memicingkan

mata bila melihat jauh. Mengernyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau

mendapatkan efek pinhole (lubang kecil).

Diagnosa

Tes Pin Hole dilakukan untuk mengetahui apakah penglihatan yang buram

disebabkan oleh kelainan refraksi atau bukan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan refraksi

untuk menentukan kelainannya dan juga besar koreksi yang diperlukan, seperti yang sudah

dijelaskan pada bab sebelumnya.

Koreksi pada mata dengan miopia dilakukan dengan memberi lensa minus atau

negatif yang ukurannya teringan dengan tajam penglihatan terbaik. Koreksi dapat dilakukan

dengan pemberian kacamata atau lensa kontak. Selain itu bisa juga dilakukan tindakan

operasi dengan metode-metode berikut:

10

Page 11: Referat Kelainan Refraksi 8

a. Laser-assisted in-situ keratomileusis (LASIK)

b. Laser-assisted subepithelial keratectomy (LASEK)

c. Photorefractive keratectomy (PRK)

refraksi subyektif dengam menggunakan metode Trial and Error, jarak pemeriksaan

6 meter / 5 meter / 20 feet, digunakan kartu snellen yang diletakkan setinggi mata penderita,

mata diperiksa satu persatu, ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata, bila

visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif.

Refraksi obyektif :

a) Retinoskopi : dengan lensa kerja + 2.00 pemeriksa mengamati refleks fundus

yang bergerak berlawanan dengan arah gerakan retinoskop kemudian dikoreksi

dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi.

b) Autorefraktometer (komputer)

Penatalaksanaan

1. Kacamata

Koreksi dengan lensa sferis negatif terlemah yang menghasilkan tajam penglihatan

terbaik.

2. Lensa kontak

Untuk : anisometropia dan miopia tinggi

3. Bedah refraktif

a. Bedah refraktif kornea : tindakan untuk merubah kurvatura permukaan anterior

kornea (Excimer laser, operasi lasik)

b. Bedah refraktif lensa : tindakan ekstraksi lensa jernih, biasanya diikuti dengan

implantasi lensa intraokuler.

Komplikasi

11

Page 12: Referat Kelainan Refraksi 8

1. Ablasio retina terutama pada miopia tinggi

2. Strabismus

Esotropia bila miopia cukup tinggi bilateral

Exotropia pada miopia dengan anisometropia

3. Ambliopia terutama pada miopia dan anisometropia

2.5.2 Hipermetropia3,6,7,10

Gambar 5 :

hipermetropia

Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan

bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara

panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar

terletak di belakang retina. Hipermetropia dapat disebabkan :

a) Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi

akibat bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek.

b) Hipermetropia kurvatur : dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang

sehinga bayangan difokuskan di belakang retina.

c) Hipermetropia refraktif : dimana terdapat indeks bias yang kurang pada sistem

optik mata.

12

Page 13: Referat Kelainan Refraksi 8

Hipermetropia dikenal dalam bentuk :

1) Hipermetropia manifes

Hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang

memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia

absolut ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifes didapatkan

tanpa siklopegik dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata

maksimal.

2) Hipermetropia absolut

Kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dam memerlukan kacamata

positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten yang ada berakhir dengan

hiermetropia yang abssolut ini. Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga

akomodasi sama sekali disebut hieprmetropia absolut, sehingga jumlah hipermetropia

fakultatif dengan hipermetropia absolut adalah hpermetropia manifes.

3) Hipermetropia fakultatif

Kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan akomodasi ataupundenga kacamata

positif. Pasien yang hanya mempunyai hieprmetropia fakultatif akan melihat normal

tanpa kacamata yang bila diberikan kacamata positif yang memberikan penglihatan

normal maka otot akomodasinya akan mendapatkan istirahat. Hipermetropia manifes

yang masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.

4) Hipermetropia laten

Kelainan tanpa siklopegia atau dengan obat yang melemahkan akomodasi diimbangi

seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia jenis ini hanya dapat diukur bila

diberikan siklopegia, makin muda makin besar komponen hipermetropia laren

seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga

hipermetropia laten menjadi fakultatif dan kemudia menjadi absolut. Hipermetropia

sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus-menerus, terutama bila pasien

masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.

13

Page 14: Referat Kelainan Refraksi 8

5) Hipermetropia total

Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia.

Hipermetropia berdasarkan besar kelainan refraksi, dibagi :

1. Hipermetropia ringan : ʃ + 0.25 s/d ʃ + 3.00

2. Hipermetropia sedang : ʃ + 3.25 s/d ʃ + 6.00

3. Hipermetropia berat : ʃ + 6.25 atau lebih

Patofisiologi

a) Hipermetropia aksial karena sumbu aksial mata lebih pendek dari normal

b) Hipermetropia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih lemah dari normal

c) Hipermetropia indeks karena indeks bias mata lebihrendah dari normal

Gejala klinis

1. Penglihatan jauh kabur, terutama pada hipermetropia 3D atau lebih, hipermetropia

pada orang tua dimana amplitudo akomodasi menurun.

2. Penglihatan dekat kabur lebih awal, terutama bila lelah, bahan cetakan kurang terang

atau penerangan kurang.

3. Sakit kepala terutama daerah frontal, makin kuat pada penggunaan mata yang lama

dan membaca dekat.

4. Penglihatan tidak enak ( asthenopia akomodatif = eye strain ) terutama bila melihat

pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas pada jangka waktu yang lama,

misalnya menonton TV.

5. Mata sensitif terhadap sinar

6. Spasme akomodasi yang dapat menimbulkan pseudomiopia

7. Perasaan mata juling karena akomodasi yang berlebihan akan diikuti konvergensi

yang berlebihan pula.

14

Page 15: Referat Kelainan Refraksi 8

Diagnosa

Refraksi subyektif : metode “Trial and Error”

Jarak pemeriksaan 6 meter / 5 meter / 20 feet digunakan kartu snellen yang diletakkan

setinggi mata penderita.

Mata diperiksa satu persatu

Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata

Pada dewasa dan bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif.

Pada anak-anak dan remaja dengan visus 6/6 dan keluhan asthenopia akomodativa

dilakukan tes siklopegik, kemudian ditentukan koreksinya.

Refraksi obyektif

Retinoskop

Dengan lensa kerja ʃ + 2.00, pemeriksa mengamati refleks fundus yang bergerak

searah gerakan retinoskop (with movement), kemudian dikoreksi dengan lensa sferis

positif sampai tercapai netralisasi.

Autorefraktometer

Penatalaksanaan

Kacamata

Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam penglihatan

yang terbaik.

Lensa kontak

Untuk anisometropia dan hipermetropia tinggi

Komplikasi

Glaukoma sudut tertutup

15

Page 16: Referat Kelainan Refraksi 8

Esotropia pada hipermetropia > 2.0 D

Ambliopia terutama hipermetropia dan anisotropia. Hipermetropia merupakan

penyebab tersering ambliopia pada anak dan bisa bilateral..

2.5.3 Presbiopia2,7,8,10

Gambar 6 : presbiopia

Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, yaitu

akomodasi untuk melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Presbiopia terjadi akibat penuaan

lensa (lensa makin keras sehingga elastisitas berkurang) dan daya kontraksi otot akomodasi

berkurang. Mata sukar berakomodasi karena lensa sukar memfokuskan sinar pada saat

melihat dekat. Seseorang dengan mata emetropik (tanpa kesalahan refraksi) akan mulai

merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau membedakan benda-benda kecil yang

terletak berdekatan pada sekitar usia 44-46 tahun. Hal ini semakin buruk pada cahaya yang

termaram dan biasanya lebih nyata pada pagi hari atau apabila subyek lelah. Banyak orang

mengeluh mengantuk apabila membaca. Gejala-gejala ini meningkat sampai usia 55 tahun,

kemudian stabil tetapi menetap.

Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun akan

memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan sering terasa

pedas. Pada pasien presbiopia kacamata atau adisi diperlukan untuk membaca dekat yang

berkekuatan tertentu, biasanya :

+1.0 D untuk usia 40 tahun

16

Page 17: Referat Kelainan Refraksi 8

+ 1.5 D untuk usia 45 tahun

+ 2.0 D untuk usia 50 tahun

+ 2.5 D untuk usia 55 tahun

+ 3.0 D untuk usia 60 tahun

Patofisologi

Pada mekanisme akomodasi normal terjadi peningkatan daya refraksi mata karena

adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga lensa

menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadimlebih keras (sklerosis)

dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung, dengan demikian kemampuan melihat

dekat makin kurang.

Gejala klinis

karena daya akomodasi berkurang maka titik dekat makin menjauh dan pada

awalnya akan kesulitan waktu membaca dekat huruf dengan cetakan kecil. Dalam upayanya

untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung menegakkan punggungnya atau

menjauhkan obyek yang dibacanya sehingga mencapai ttik dekatnya dengan demikian obyek

dapat dibaca lebih jelas.

Diagnosis

Penderita terlebih dahulu dikoreksi penglihatan jauhnya dengan metoda “Trial and

Error” hingga visus mencapi 6/6.

Dengan mengoreksi jauhnya kemudian secara binokuler ditambahkan lensa sferis

positif dan diperiksa dengan menggunakan kartu “Jaeger” pada jarak 0,33 meter.

Penatalaksanaan

17

Page 18: Referat Kelainan Refraksi 8

diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu 40 tahun (umur

rata-rata) diberikan tambahan sferis + 1.00 dan setiap 5 tahun diatasnya ditambahkan lagi

sferis +0.50. lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara :

Kacamata baca untuk melihat dekat saja

Kacamata bifokal untuk melihat jauh dan dekat

Kacamata progresif dimana tidak ada batas bagian lensa untuk melihat jauh

dan melihat dekat.

Jika koreksi jauhnya tidak dapat mencapai 6/6 maka penambahan lensa sferis (+)

tidak terikat pada pedoman umur, tetapi boleh diberikan seberapun sampai dapat membaca

cukup memuaskan.

2.5.4 Astigmatisme4,6,7,8,10

Kelainan refraksi dimana pembiasan pada meridian yang berbeda tidak sama, dalam

keadaan istirahat (tanpa akomodasi) sinar sejajar yang masuk ke mata difokuskan pada lebih

dari satu titik.

Gambar 7 : Astigmatism

Bentuk Astigmatism :

18

Page 19: Referat Kelainan Refraksi 8

Astigmat regular : astigmat yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah

atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian

berikutnya. Bayangan yang terjadi pada astigmat regular dengan bentuk yng teratur

dapat berbentuk garis, lonjong, atau lingkaran.

Astigmat iregular : astigmat yang terjadi tidak mempunyai meridian saling tegak

lurus. Astigmat iregular terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi atau akibat

kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda.

Etiologi

Mata mempunyai 2 bagian untuk memfokuskan bayangan – kornea dan lensa. Pada

mata yang bentuknya sempurna, setiap elemen untuk memfokus mempunyai kurvatura yang rata

seperti permukaan bola karet. Kornea atau lensa dengan permukaan demikian merefraksikan

semua sinar yang masuk dengan cara yang sama dan menghasilkan bayangan yang tajam terfokus

pada retina. Jika permukaan kornea atau lensa tidak rata, sinar tidak direfraksikan dengan cara

yang sama dan menghasilkan bayangan-bayangan kabur yang tidak terfokus pada retina.

Astigmatisme bisa terjadi dengan kombinasi kelainan refraksi yang lain, termasuk:

1. Miopia. Ini terjadi bila kurvatura kornea terlalu melengkung atau jika aksis mata lebih panjang

dari normal. Bayangan terfokus di depan retina dan menyebabkan objek dari jauh terlihat kabur.

2. Hiperopia. Ini terjadi jika kurvatura kornea terlalu sedikit atau aksis mata lebih pendek dari

normal. Bayangan terfokus di belakang retina dan menyebabkan objek dekat terlihat kabur.

Biasanya astigmatisme terjadi sejak lahir. Astigmatisme dipercayai diturunkan dengan

cara autosomal dominan. Astigmatisme juga bisa terjadi setelah trauma atau jaringan parut pada

kornea, penyakit mata yang termasuk tumor pada kelopak mata, insisi pada kornea atau karena

faktor perkembangan. Astigmatisme tidak menjadi lebih parah dengan membaca di tempat yang

kurang pencahayaan, duduk terlalu dekat dengan layar televisi atau menjadi juling.

Jika distorsi terjadi pada kornea, disebut astigmatisme kornea, sedangkan jika distorsi

terjadi pada lensa, disebut astigmatisme lentikular. Astigmatisme juga bisa terjadi karena traksi

pada bola mata oleh otot-otot mata eksternal yang merubah bentuk sklera menjadi bentuk

astigma, perubahan indeks refraksi pada vitreous, dan permukaan yang tidak rata pada retina.

Patofisiologi

Penyebab tesering dari astigmastism adalah kelainan bentuk kornea. Pada sebagian kecil

dapat pula disebabkan kelainan lensa.

19

Page 20: Referat Kelainan Refraksi 8

Gejala klinis

Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan : melihat jauh kabur sedang

melihat dekat lebih baik, melihat ganda dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang bulat

menjadi lonjong, penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat

berubah, mengecilkan celah kelopak, sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan fisik lelah.

Koreksi mata astigmat adalah dengan memakai lensa dengan kedua kekuatan yang berbeda.

Astigmat ringan tidak perlu diberi kaca mata.

Diagnosis

Refraksi subyektif : metoda “Trial and Error”

Jarak pemeriksaan 6 meter / 5 meter / 20 feet digunakan kartu snellen yang diletakkan

setinggi mata penderita.

Mata diperiksa satu persatu

Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata

Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa silinder negatif atau positif dengan aksis

diputar 0o samapi 180o . kadang – kadang diperlukan kombinasi lensa sferis negatif atau

positif.

Refraksi obyektif

Dengan lensa kerja ʃ + 2.00, pemeriksa mengamati refleks fundus yang bergerak

searah gerakan retinoskop (with movement), kemudian dikoreksi dengan lensa sferis

negatif, sedangkan bila searah dengan gerakan retinoskop dikoreksi dengan lensa

sferis positif. Meridian yang netral lebih dlu adalah komponen sferisnya. Meridian

yang belum netral dikoreksi lensa silinder positif sampai tercapai netralisasi. Hasil

akhirnya dilakukan transposisi.

Autorefraktometer

Penatalaksanaan

20

Page 21: Referat Kelainan Refraksi 8

Astigmastisme teguler diberikan kacamata sesuai kelainan yang didapatkan yaitu

dikoreksi dengan lensa silinder negatif atau positif dengan atau tanpa kombinasi lensa

sferis.

Astigmastisme irreguler bila ringan bisa dikoreksi dengan lensa kontak keras, tetapi

bila berat bisa dilakukan transplantasi kornea.

BAB III

KESIMPULAN

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara

umum, terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan

bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di

belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan

terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan

panjang sumbu bola mata. Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan

melihat jauh tapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu

21

Page 22: Referat Kelainan Refraksi 8

cembung) dan lensa (kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang

sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.

Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan

bayangan di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara

panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar

terletak di belakang retina. Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan

dengan usia, yaitu akomodasi untuk melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Presbiopia

terjadi akibat penuaan lensa (lensa makin keras sehingga elastisitas berkurang) dan daya

kontraksi otot akomodasi berkurang. Astigmatism merupakan Kelainan refraksi dimana

pembiasan pada meridian yang berbeda tidak sama, dalam keadaan istirahat (tanpa

akomodasi) sinar sejajar yang masuk ke mata difokuskan pada lebih dari satu titik.

22