Download pptx - REFERAT-Ajeng2

Transcript

REFERAT RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSI PADA Hemoptisis

REFERATRADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSI PADA HemoptisisDisusun Oleh :Ajeng Permata Anggitasari1410221084

Pembimbing : dr. Andi Darwis, Sp. Rad. (K)

Kepaniteraan Klinik Departemen RadiologiFakultas Kedokteran UPN VETERAN JAKARTARUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN JAKARTA

Latar BelakangBatuk merupakan reflek pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan trakeobronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk membersihkan saluran napas bagian bawah. Batuk juga merupakan gejala tersering penyakit pernapasan.Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit infeksi. Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan. Batuk darah atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran napas bawah laring. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti.

Penyakit yang mendasari timbulnya batuk darah dapat dicari dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan radiologi. Prosedur diagnostik seperti bronkoskopi, bronkografi dan pulmonary angiography di perlukan untuk diagnostik definitif.Anatomi

Sirkulasi darah paru berasal dari 2 sistem sirkulasi yaitu sirkulasi pulmoner dan sirkulasi bronkial. Sirkulasi bronkial : nutrisi pada paru dan saluran napas tekanan pembuluh darah sistemik cenderung terjadi perdarahan lebih hebat Sirkulasi pulmonar mengatur pertukaran gas tekanan rendah

Terdapat empat tipe klasik bentuk arteri bronkial

DefinisiHemoptysis berasal dari bahasa Yunani yaitu haima yang berarti darah dan ptysis yang berarti diludahkan adalah mukus yang berdarah.Etiologi : Berdasarkan penyebab batuk darahKardiologiMitral stenosis, Tricuspid endocarditis, Penyakit jantung bawaanParuBronkiektasis, Emboli paru, Kistik fibrosisHematologiKoagulopati, DIC, Trombositopeni, Platelet dysfunctionIstrogenikBronkoskopi, Swan-Ganz infarction, Rupture arteri, Pulmonaris, Aspirasi transtrakealInfeksiAbses paru, Misetoma, Pneumonia nekrotikan, Parasit, Jamur / tuberkulosa, VirusVaskuler Hipertensi pulmonal, AV malformation, Aneurisma aortaNeoplasmaAdenoma bronkial, Karsinoma bronkogenik, Metastase kankerObat / ToksinAntikoagulan, Penisilamin, Anhidrid trimetaliksolvents, Kokain, Aspirin, TrombolitikTraumaCedera dada tajam / tumpul, Ruptur bronkus, Emboli lemak, Tracheal-innominate, Artery fistulaPenyakit sistemikGoodpasteur syndrome, Wegeners granulomatosis, Systemic lupus erythematosus, Vaskulitis, Idinnathir pulmnnarv homosiderosisLain-lainAmyloidosis, Bronkolitiasis, Endometriosis, Benda asing, Kriptogenik, Septic pulmonary emboliEtiologi : Berdasarkan usia penderitaAnak-anak dan remaja:BronkiektasisStenosis mitralTuberkulosis Umur 20 40 tahun:TuberkulosisBronkiektasisStenosis mitralUmur lebih dari 40 tahun:Karsinoma bronkogenTuberkulosisBronkiektasis Etiologi: Berdasarkan insidensinyaSebabInsidensiInfeksi:Tuberkulosis, abses paru, bronkitis, bronkiektasis, infeksi jamur, parasit, necrotizing pneumonia60%Neoplasma:Ca. bronkogenik, lesi metastasis, adenoma bronkus20%Peny. Kardiovaskuler:Emboli paru, Stenosis mitral, malformasi arteriovena, aneurisma aorta, edema paru5-10%Lainnya:Bronkolitiasis, hemosiderosis idiopatik, sindrom Goodpasture, terapi antikoagulan, adenoma bronkus5-10%PatofisiologiSetiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperan untuk memberikan nutrisi pada jaringan paru, juga bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas.Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :Batuk darah pada tuberculosis.Batuk darah pada karsinoma paru. Batuk darah pada bronkiektasisBatuk darah pada bronchitis kronisBatuk darah pada abses paruBatuk darah pada mitral stenosis dan gagal jantung kiri akutBatuk darah pada infark paruBatuk darah pada Good Pasture syndromeBatuk darah pada infeksi jamurBatuk darah pada batuk kerasCedera dada

KlasifikasiKlasifikasi didasarkan pada perkiraan jumlah darah yang dibatukkan:Bercak (Streaking) : 600 ml/24 jamPseudohemoptisis ManifestasiUntuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal dari nasofaring atau gastrointestinal. Dengan perkataan lain bahwa penderita tersebut benar-benar batuk darah dan bukan muntah darah. NoKeadaanBatuk DarahMuntah Darah1ProdromalDarah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokanDarah dimuntahkan dengan rasa mual (Stomach Distress)2OnsetDarah dibatukkanDarah dimuntahkan3TampilanDarah berbuih Darah tidak berbuih 4WarnaMerah segarMerah tua5IsiLekosit, mikroorganisme, hemosiderin, makrofagSisa makanan6PhAlkalisAsam7Riwayat penyakit dahulu (RPD)Penyakit paruPeminum alkohol, ulcus pepticum, kelainan hepar8AnemisKadang tidak dijumpaiSering disertai anemis9TinjaBlood test (-) / Benzidine Test (-)Blood Test (+) / Benzidine Test (+)DiagnosisAnamnesisPemeriksaan FisikPemeriksaan PenunjangFoto thoraxBronkografiPemeriksaan dahakPemeriksaan labbronkoskopiFoto ThoraxFoto toraks dalam posisi PA dan lateral.Gambaran opasitas dapat menunjukkan tempat perdarahannya. Untuk mengetahui penyebab perdarahan terutama kelainan parenkim paru, misalnya pemeriksaan dengan kaviti, tumor, infiltrat dan atelektasis. Perdarahan intra-alveolar menimbulkan pola infiltrat retikulonodular. Namun demikian gambaran foto thoraks bisa normal ataupun tidak informatif.BronkografiPemeriksaan bronkografi untuk mengetahui adanya bronkiektasis, sebab sebagian penderita bronkiektasis sukar terlihat pada pemeriksaan X-foto toraks.Pemeriksaan DahakPemeriksaan dahak baik secara bakteriologi maupun sitologi (bahan dapat diambil dari dahak dengan pemeriksaan bronkoskopi atau dahak langsung). Pemeriksaan sputum yang dapat dilakukan adalah untuk pemeriksaan bakteri pewarnaan gram, basil tahan asam (BTA).LaboratoriumPemeriksaan darah tepi lengkapPeningkatan Hb dan Ht kehilangan darah yang akutLeukosit meningkat infeksiTrombositopenia koagulopatiTrombositosis kanker paru CT dan BT; PT dan APTT jika dicurigai adanya koagulopati atau pasien menerima warfarain/heparinAnalisa gas darah arterial harus diukur jika pasien sesak yang jelas dan sianosis.

Bronkoskopi Bronkoskopi dilakukan untuk menentukan sumber perdarahan dan sekaligus untuk penghisapan darah yang keluar, supaya tidak terjadi penyumbatan. Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan demikian sumber perdarahan dapat diketahui.

Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah : Bila radiologik tidak didapatkan kelainanBatuk darah yang berulang Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik

Radiologi DiagnosaKasusSeorang pasien 24 tahun dengan TB aktif ini mengaku hemoptisis ringan.Seorang pasien 72 tahun ini mengaku untuk hemoptisis ringan dengan diagnosis kanker paru lobus kiri bawah yang diobati dengan kemoterapiSeorang pasien 28 tahun ini mengaku hemoptisis berulang setiap pagi dari 30mL selama 5 hari. Seorang pasien 24 tahun dengan TB aktif ini mengaku hemoptisis ringan.

1A- Foto thorax menunjukkan infiltrasi parenkim paru kanan dengan mikro nodul 1B- MDCTA mengkonfirmasi terdapat mikro nodul dan kavitas di lobus kanan atas.

1C- menunjukkan distribusi centrolobular dari micronudules disebut sebagai bud on tree berkaitan dengan penyebaran aerasi. Selain itu, bronkoskopi jelas menunjukkan perdarahan aktif dari lobus kanan atas. 1D- broncho-interkostal kanan menunjukkan hipervaskularisasi dengan ekstravasasi media kontras (panah) dalam pohon bronkial.

Seorang pasien 72 tahun ini mengaku untuk hemoptisis ringan dengan diagnosis kanker paru lobus kiri bawah yang diobati dengan kemoterapi

2A- MDCTA pada lobus bawah menunjukkan tumor nekrotik pada mediastinum window dari lobus bawah kiri dan adenopathies nekrotik mediastinal. 2B- Pada parenchyma window, MDCTA menunjukkan ground glace opacities yang berhubungan dengan hemoptisis.

2C- Gambar jelas menunjukkan arteri bronkial kiri yang timbul dari bagian yang lebih rendah dari arkus aorta (panah).

2E, 2F- angiogram selektif dari arteri bronkial paru-paru kiri. Arteri lobus kiri atas timbul dari arkus aorta (E) dan arteri bronkial lobus kiri bawah yang timbul dari bagian anterior aorta desenden (F).Seorang pasien 28 tahun ini mengaku hemoptisis berulang setiap pagi dari 30mL selama 5 hari.

Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan biologis normal. Dada-X-ray tidak bukti kelainan (A). Bronkoskopi tidak menunjukann kelainan atau normal.

MDCT angiografi jelas menunjukkan lokasi perdarahan di lobus kiri bawah sebagai kondensasi parenkim dikelilingi oleh ground glass opacities (B, C).

MDCT dilakukan satu bulan kemudian normal (D).

Terapi Penatalaksanaan KonservatifMenenangkan penderita.Penderita diminta berbaring pada posisi bagian paru yang sakit atau sedikit trendelenberg.Jaga agar jalan napas tetap terbuka. Pemasangan IV line atau IVFD untuk penggantian cairan maupun untuk jalur pemberian obat parenteral.Obat-obat dengan efek sedasi ringan dapat diberikan bila penderita gelisah. Obat-obat penekan batuk hanya diberikan bila terdapat batuk yang berlebihan dan merangsang timbulnya perdarahan lebih banyak.Transfusi darah diberikan bila hematocrit turun dibawah nilai 25-30% atau Hb dibawah 10 gr% sedang perdarahan masih berlangsung.

Penatalaksanaan BedahIndikasi tindakan bedah menurut Busroh:Batuk darah > 600 cc / 24 jam dan dalam pengamatan batuk darah tidak berhenti.Batuk darah 250 600 cc / 24 jam, Hb < 10 gr% dan batuk darah berlangsung terus.Batuk darah 250 600 cc / 24 jam, Hb > 10 gr% dan dalam pengamatan 48 jam perdarahan tidak berhenti.

Tindakan bedah meliputi:Reseksi paru: lobektomi atau pneumonektomi Reseksi paru ditujukan untuk membuang sisa-sisa kerusakan akibat penyakit dasarnya. Terapi kolaps: pneumoperitoneum, pneumotoraks artifisia, torakoplasti, frenikolisis (membuat paralise N. phrenicus). Terapi kolaps bertujuan untuk mengistirahatkan bagian paru yang sakit dengan cara membuat kolaps jaringan paru yang sakit tersebut. Radiologi Intervensi:Embolisasi artifisial. Embolisasi artifisial atau Bronchial Artery Embolization (BAE) adalah penyuntikan gel foam atau polivinil alcohol melalui katerisasi pada arteri bronkialis. Embolisasi berhasil menghentikan perdarahan 95%.

Bronchial Artery EmbolizationEmbolisasi arteri bronkial merupakan kateterisasi arteri bronkial selektif dan angiografi yang diikuti dengan embolisasi pembuluh darah abnormal untuk menghentikan perdarahan. Embolisasi arteri bronkial merupakan pilihan modaliti terapi hemoptisis berat pada penyakit inflamasi paru kronik seperti kistik fibrosis dan bronkiektasis. Embolisasi arteri bronkial merupakan tindakan alternatif yang dilakukan apabila terdapat kontraindikasi pembedahan seperti penyakit paru lanjut bilateral, penurunan kapasiti paru (nilai prediksi < 40%), tidak dapat ditentukan lokasi perdarahan dengan bronkoskopi, karsinoma bronkogenik yang tidak dapat dilakukan pembedahan, hemoptisis berulang setelah reseksi paru dan penolakan pasien.Tehnik BAE yang pertama dengan arteriografi dimulai dari aortogram desendens dengan kateter diletakkan di distal asal percabangan ke arteri subklavia kiri. Arteriografi ini memperlihatkan anatomi arteri bronkial dan hipertofi arteri interkostal atau frenikus yang dapat menjadi sumber perdarahan. Arteri bronkial biasanya berasal dari sisi anterior atau anterolateral aorta setinggi Th5 sampai Th6. Terdapatnya ekstravasasi kontras dari arteri bronkial menunjukkan perdarahan akut tetapi hal ini jarang terjadi. Setelah diagnostik angiografi bronkial, nonbronkial atau arteri pulmoner selesai dan dapat ditentukan arteri yang terlibat baru dilakukan embolisasi bila terdapat percabangan ke spinalis, ujung kateter diletakkan lebih dalam dan embolisasi dianjurkan menggunakan bahan embolan yaitu gelfoam atau partikel polyvinyl alcohol. Embolisasi dilakukan sedistal mungkin untuk mengurangi perdarahan ulang yang disebabkan terbentuknya kolateralisasi di bagian distal dan menghindari refluks bahan embolan ke aorta. Angiografi pascaembolisasi dilakukan untuk evaluasi keberhasilan embolisasi. Aortogram dilakukan untuk evaluasi sistemik sirkulasi bronkial.

Embolisasi arteri bronkial merupakan terapi alternatif dalam penatalaksanaan hemoptisis dengan angka keberhasilan 88%. Pulmonalis Artery EmbolizationEmbolisasi arteri pulmonalis merupakan kateterisasi arteri pulmonalis selektif dan angiografi yang diikuti dengan embolisasi pembuluh darah abnormal untuk menghentikan perdarahan. Prinsip kerja PAE sama dengan BAE, yang membedakan letak kateter berada di vena femoralis.

KomplikasiKomplikasi yang dapat mengancam jiwa penderita adalah asfiksia, sufokasi dan kegagalan sirkulasi akibat kehilangan banyak darah dalam waktu singkat. Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah penyebaran penyakit ke sisi paru yang sehat dan atelektasis. Atelektasis dapat terjadi karena sumbatan saluran napas sehingga paru bagian distal akan mengalami kolaps dan terjadi atelektasis. Atelektasis dapat terjadi karena sumbatan saluran napas sehingga paru bagian distal akan mengalami kolaps dan terjadi atelektasis.

PrognosisPada batuk darah idiopatik prognosisnya baik, kecuali jika penderita mengalami batuk darah yang rekuren. Pada batuk darah sekunder ada beberapa faktor yang menentukan prognosis, yaitu:Derajat batuk darah: Pada single hemoptysis mempunyai prognosis baik, sedang batuk darah yang profus dan bergumpal-gumpal prognosisnya jelek.Macam penyakit dasar yang menyebabkan batuk darah: Pada karsinoma bronkogenik prognosisnya jelek.Kecepatan dalam penatalaksanaan batuk darah massif: Misalnya tindakan trakeostomi, bronkoskopi atau tindakan bedah pada saat yang tepat. Menurut Crocco, pasien dengan batuk darah massif (600 ml) dalam waktu:Kurang dari 4 jam mempunyai mortality rate 71%.4 6 jam mempunyai mortality rate 22%. 16 48 jam mempunyai mortality rate 5%.

Terimakasih


Recommended