Transcript
Page 1: Rasionalitas antibiotik ISPA

GAMBARAN RASIONALITAS PERESEPAN OBAT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN

AKUT (ISPA) BERDASARKAN INTERNATIONAL NETWORK FOR THE

RATIONAL USE OF DRUG (INRUD) WHODI POLI MTBS PUSKESMAS PARINGIN

dr. Imam Syahuri Gultom

Pembimbing : dr. Hj. Aulia Asmi Setiawaty

Mini Project

PUSKESMAS PARINGINKALIMANTAN SELATAN

Oktober, 2015

Page 2: Rasionalitas antibiotik ISPA

LATAR BELAKANG MASALAH50% tidak tepat

peresepan, penjualan, penyiapan

50% tidak tepat penggunaan oleh

pasien

Masalah di seluruh dunia

Indonesia

WHO INRUD (3 indikator)

rata-rata jumlah

obat/pasien% peresepan obat generik

% peresepan antibiotik

% peresepan

injeksi

% peresepan

DOEN

Peresepan ISPA

Di Puskesmas

Page 3: Rasionalitas antibiotik ISPA

RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah gambaran rasionalitas peresepan obat ISPA berdasarkan indikator

persepan International Network For The Rational Use Of Drug (INRUD) WHO Di Poli MTBS Puskesmas

Paringin

Page 4: Rasionalitas antibiotik ISPA

TUJUAN PENELITIANMengetahui gambaran rata-rata jumlah obat yang diresepkan tiap pasien ISPA di Poli MTBS Puskesmas Paringin

Mengetahui gambaran persentase peresepan obat generik pasien ISPA di Poli MTBS Puskesmas Paringin

Mengetahui gambaran persentase peresepan antibiotik pasien ISPA di Poli MTBS Puskesmas Paringin

Mengetahui gambaran persentase peresepan injeksi pasien ISPA di Poli MTBS Puskesmas Paringin.

Mengetahui gambaran persentase obat yang diresepkan dari DOEN pasien ISPA di Poli MTBS Puskesmas Paringin.

Page 5: Rasionalitas antibiotik ISPA

MANFAAT PENELITIAN

• Bahan pertimbangan bagi dokter dan kalangan yang terkait dalam memberikan pilihan obat yang tepat dan rasional pada pasien ISPA.

Tenaga dan Sarana Kesehatan

• Memberikan informasi bagi masayarakat tentang masalah yang terkait penggunaan obat tidak rasional yang merugikan secara klinis maupun ekonomi mereka.

Bagi Masyarakat

Page 6: Rasionalitas antibiotik ISPA

KERANGKA KONSEP

tidak ditelitiditeliti

Page 7: Rasionalitas antibiotik ISPA

METODOLOGI PENELITIAN

• Studi deskriptif

Rancangan

Penelitian • Rekam medis pasien yang didiagnosis ISPA di

Poli MTBS Puskesmas Paringin yang pernah berkunjung dan terdaftar di SIMPUS Puskesmas Paringin periode Juli – Agustus 2015

Populasi

• Jenis pengambilan sampel adalah cluster random samplingSampel

Page 8: Rasionalitas antibiotik ISPA

VARIABEL PENELITIAN

• rata-rata jumlah obat yang diresepkan, persentase peresepan obat generik, persentase peresepan antibiotik, persentase peresepan injeksi, dan persentase obat yang diresepkan dari DOEN pada pasien ISPA di Poli MTBS Puskesmas Paringin

Variable Penelitian

• kesalahan penegakkan diagnosis pasien

Variable Penganggu

Page 9: Rasionalitas antibiotik ISPA

DEFENISI OPERASIONAL

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) • penyakit saluran pernafasan atas

atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit. ISPA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ISPA non pneumonia.

Page 10: Rasionalitas antibiotik ISPA

DEFENISI OPERASIONAL

rata-rata jumlah obat yang diresepkan• Semua obat yang berbeda nama dalam satu resep dihitung sebagai obat yang berbeda

• Obat dengan nama yang sama tetapi berbeda bentuk sediaan dihitung sebagai obat yang berbeda.

• Vitamin yang diberikan dalam resep juga dihitung sebagai obat.• Kombinasi obat yang dihitung sebagai satu obat adalah kombinasi obat yang telah dijadikan standar terapi tetap untuk penyakit tertentu.

• Rata-rata jumlah obat yang diresepkan dihitung menggunakan rumus berikut (World Health Organization, 1993) :• Xo = • Keterangan : Xo = rata-rata jumlah obat tiap pasien• To = total jumlah obat• Tp = total jumlah pasien

Page 11: Rasionalitas antibiotik ISPA

DEFENISI OPERASIONAL

persentase peresepan obat generik • Obat generik adalah setiap nama obat yang tercantum pada

Farmakope Indonesia Edisi 4 dan daftar obat generik pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.01/Menkes/146/I/2010 tentang harga obat generik.

• Pada tiap resep dihitung jumlah obat yang ditulis menggunakan nama generiknya

• Persentase peresepan obat generik dihitung menggunakan rumus berikut (World Health Organization, 1993) :

• %G = x 100%• Keterangan : %G = persentase obat generik• Tg = total jumlah obat generik yang diresepkan• To = total jumlah obat yang diresepkan

Page 12: Rasionalitas antibiotik ISPA

DEFENISI OPERASIONALpersentase peresepan antibiotic• Antibiotik adalah obat-obat yang digolongkan ke dalam golongan

penisilin, golongan antibakteri lain, antiinfeksi dermatologis, antiinfeksi optalmologis, dan antidiare (streptomisin, neomisin, nifuroxazid, atau kombinasinya) pada DOEN 2013 (Lampiran 6). Bila ditemukan obat yang dicurigai sebagai antibiotik tetapi tidak termasuk di DOEN maka dilihat dari buku Farmakologi dan Terapi edisi 5 tahun 2007.

• Perhitungan adanya antibiotik pada tiap resep bernilai mutlak (1 = ada, 0 = tidak ada). Peneliti tidak melihat banyaknya antibiotik yang diberikan pada tiap resep.

• Persentase peresepan antibiotik dihitung menggunakan rumus berikut (World Health Organization, 1993):

• %A = Pa/Tp x 100%• Keterangan : %A = persentase peresepan antibiotik• Pa = jumlah pasien yang diresepkan antibiotik• Tp = total jumlah pasien

Page 13: Rasionalitas antibiotik ISPA

DEFENISI OPERASIONAL

Persentase peresepan injeksi• Obat injeksi adalah obat yang diresepkan dengan

menggunakan kode injeksi disamping nama obatnya• Perhitungan adanya injeksi pada tiap resep bernilai mutlak (1

= ada, 0 = tidak ada). Peneliti tidak melihat banyaknya injeksi yang diberikan pada tiap resep.

• Persentase peresepan injeksi dihitung menggunakan rumus (World Health Organization, 1993) :

• %I = Pi/Tp x 100%• Keterangan : %I = persentase peresepan injeksi• Pi = jumlah pasien yang diresepkan injeksi• Tp = total jumlah pasien

Page 14: Rasionalitas antibiotik ISPA

DEFENISI OPERASIONALPersentase obat yang diresepkan dari DOEN • Obat yang dihitung sebagai obat DOEN adalah obat yang tercantum pada DOEN 2013

• Ketentuan obat di DOEN mengikat untuk nama obat dan bentuk sediaannya

• Obat yang diresepkan dengan nama dagang dilihat menggunakan nama generiknya. Jika obat dengan nama generiknya tercantum dalam DOEN 2013 maka obat dikategorikan sebagai obat DOEN.

• Sediaan obat dalam bentuk campuran ditinjau menggunakan komposisi zat berkhasiatnya. Bila dalam komposisi obat terdapat zat berkhasiat yang tidak termasuk DOEN maka obat dikategorikan tidak termasuk obat DOEN.

• Perhitungan persetase peresepan obat DOEN dihitung menggunakan rumus berikut (World Health Organization, 1993):

• %D = Td/To x 100%• Keterangan : %D = persentase obat DOEN• Td = total jumlah obat DOEN yang diresepkan• To = total jumlah obat yang diresepkan

Page 15: Rasionalitas antibiotik ISPA

METODE PENELITIAN

• mencatat data sekunder dari SIMPUS Poli MTBS Puskesmas Paringin periode Juli – Agustus dan menghitung rata-rata jumlah obat yang diresepkan, persentase peresepan obat generik, persentase peresepan antibiotik, persentase peresepan injeksi, dan persentase obat yang diresepkan dari DOEN pada pasien ISPA di Poli MTBS Puskesmas Paringin

Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

• Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis dengan dicari rerata serta persentasenya kemudian dibuat grafik

Cara Analisis Data

• dilaksanakan di Puskesmas Paringin, Balangan, Kalimantan Selatan pada bulan Juli – September 2015

Waktu dan Tempat Penelitian

Page 16: Rasionalitas antibiotik ISPA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 17: Rasionalitas antibiotik ISPA

Jenis Obat yang Diresepkan dengan Diagnosa ISPATotal Resep : 82 SampelTotal Jenis Obat : 249terdapat 5 obat yang paling banyak diresepkan berturut-turut Ambroxol syrup (34 resep), Vitamin C (32 resep), PCT syrup (30 resep), CTM (28 resep), Ambroxol tablet 30 mg (23 resep)

No Nama Obat Jumlah1 Zink syrup 12 GG 100 mg 103 PCT syrup 120 mg/5 ml 304 Vit C 50 mg 325 CTM 4 mg 286 Salbutamol 4 mg 67 Ambroxol 30 mg 238 PCT 500 mg 169 Amoxicilin syrup 125 mg/5 ml 17

10 Ambroxol syrup 15 mg/ml 3411 PCT drop 212 Salbutamol 2 mg 513 Timovit (metcloperamid) syrup 5 mg/ml 414 Domperidon syrup 5 mg/5ml 215 Ibuprofen syrup 100 mg/5 ml 416 Kotrimoksazol 480 mg 117 Ventolin nebulizer 318 Kotrimoksazol 120 mg pediatrik 219 Efedrin 25 mg 820 Ibuprofen 200 mg 221 Cetirizin syrup 5 mg/ml 322 Cefadroksil syrup 125 mg/5 ml 123 PCT 100 mg 424 Metilprednisolon 4 mg 325 Alpara syrup 8

249Jumlah

Page 18: Rasionalitas antibiotik ISPA

Rata-Rata Obat tiap Pasien

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Target Hasil

rata-rata jumlah obat tiap pasien 3,04Pada sampel ditemukan jumlah minimal obat tiap resep adalah 1 jenis obatjumlah maksimal obat tiap resep adalah 5 jenis obat

Page 19: Rasionalitas antibiotik ISPA

•Dokter berfokus memberikan terapi untuk gejala bukan penyebab utama diagnosis penyakit.

•Tekanan dari pasien yang menginginkan cepat hilangnya gejala • Informasi komersial yang berlebihan dari pabrik obat, saran kolega profesi, literatur akademis dan regulasi pemerintah

•Dampak ekonomi dari tingginya tingkat polifarmasi di puskesmas tidak dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Hal tersebut dikarenakan pasien hanya membayar Rp. 3.000. Akan tetapi, semakin tinggi tingkat polifarmasi berarti semakin banyak jumlah obat yang harus disediakan di puskesmas. Hal tersebut berakibat pada bertambahnya biaya yang digunakan untuk pengadaan obat. Peningkatan biaya pengadaan obat yang menggunakan dana APBN dan APBD secara tidak langsung dapat menambah beban ekonomi masyarakat melalui peningkatan target penerimaan pajak pemerintah

Page 20: Rasionalitas antibiotik ISPA

Persentase Peresepan Obat Generik

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Target Hasil

persentase peresepan obat generik 93,57%Pada sampel ditemukan obat nongenerik diresepkan : alpara dan timovit

Page 21: Rasionalitas antibiotik ISPA

•Obat-obat non-generik beredar di puskesmas karena pengadaan yang dilakukan oleh Dinkes Kota Paringin

•Sistem pengadaan obat di Dinkes Kota Paringin dilakukan melalui tender/pelelangan umum yang diikuti oleh pedagang besar farmasi

•Tersedianya obat – obat generik bernama dagang di puskesmas dapat terjadi akibat adanya kekosongan obat generik di pasaran saat dilakukan tender

•Dinkes Kota Paringin juga mengadakan obat berdasarkan permintaan puskesmas

Page 22: Rasionalitas antibiotik ISPA

Persentase Peresepan Antibiotik

0

5

10

15

20

25

30

Target Hasil

persentase peresepan antibiotik 25,6%Pada sampel ditemukan tiga obat antibiotik yang diresepkan adalah amoksisilin (20,73%), kotrimoksazol (3,65%) dan sefadroksil (1,21%)

Page 23: Rasionalitas antibiotik ISPA

•Estimasi berlebihan terhadap keparahan penyakit dan keinginan dokter maupun pasien agar gejala penyakit cepat hilang

•Penggunaan antibiotik hanya untuk jenis ISPA pneumonia atau ISPA yang disebabkan oleh infeksi mikrobakteri.

•Sedangkan untuk ISPA non pneumonia yang biasanya disebabkan oleh virus penggunaan antibiotik tidak dapat membantu penyembuhan hanya akan meningkatkan resiko terjadinya resistensi antibiotik terhadap penderita

Page 24: Rasionalitas antibiotik ISPA

Persentase Peresepan Injeksi

0

5

10

15

20

25

30

Target Hasil

persentase peresepan injeksi 0 %

Page 25: Rasionalitas antibiotik ISPA

•Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penurunan tingkat peresepan injeksi• Intervensi pemerintah•Peningkatan pengetahuan dokter dan masyarakat Indonesia

•Perkembangan dunia farmasi di Indonesia

Page 26: Rasionalitas antibiotik ISPA

Persentase Peresepan Obat DOEN

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Target Hasil

persentase peresepan obat DOEN 62,24%Pada sampel ditemukan 3 obat non-DOEN terbanyak adalah Ambroxol syrup 15 mg/5 ml (41,4%), Ambroxol tablet 30 mg (28%)GG tablet 100 mg (12,1%).

Page 27: Rasionalitas antibiotik ISPA

•Faktor – faktor yang dapat berpengaruh : pengetahuan dan kebiasaan dokter, serta ketersediaan obat DOEN di puskesmas.

•Pengadaan obat-obat yang tidak termasuk dalam DOEN akibat faktor-faktor berikut yaitu obat-obat tersebut dibutuhkan untuk pengobatan di puskesmas dan pengalaman serta pengetahuan dokter tentang efektivitas obat-obat tersebut.

•Walaupun para dokter mengetahui bahwa obat-obat tersebut tidak terdaftar dalam DOEN tetapi mereka merasakan bahwa pelayanan pengobatan di puskesmas membutuhkannya

Page 28: Rasionalitas antibiotik ISPA

SIMPULAN•Gambaran rasionalitas peresepan obat ISPA berdasarkan indikator persepan International Network For The Rational Use Of Drug (INRUD) WHO di Poli MTBS Puskesmas Paringin: rata-rata jumlah obat tiap pasien 3,04; persentase peresepan obat generik 93,57%; persentase peresepan antibiotik 25,6%; persentase peresepan injeksi 0 %; dan persentase peresepan obat DOEN 62,24%.

•Berdasarkan target Kemenkes RI, penggunaan obat ISPA di Poli MTBS Puskesmas Paringin belum rasional kecuali pada parameter persentase peresepan injeksi.

Page 29: Rasionalitas antibiotik ISPA

SARAN

• Lebih memperhatikan rasionalitas peresepan pada pasien penderita ISPA nonpneumonia

• Mengikuti pendidikan berkelanjutan seperti melalui workshop atau seminar, supervise ataupun konsultasi tentang MTBS dan penanganan ISPA di pelayanan primer

Untuk Tenaga Kesehatan Puskesmas

• Diharapkan Dinas Kesehatan dapat memberikan pelatihan, pengawasan, dan evaluasi kepada tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan rasionalitas penggunaan obat di puskesmas

• Diharapkan Dinas Kesehatan dapat menjamin ketersediaan obat-obatan DOEN di puskesmas.

Untuk Dinas Kesehatan

Page 30: Rasionalitas antibiotik ISPA

SARAN

Untuk Masyarakat

• Dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang gambaran umum penyakit ISPA serta tindakan yang dapat dilakukan dirumah untuk mengurangi penggunaan obat-obat berlebihan terutama antibiotik pada pasien penderita ISPA.

Untuk Penelitian Selanjutnya

• Dapat menjadi bahan pembelajaran dan menambah pengalaman dalam praktek lapangan serta diharapakan adanya penelitian lanjutan dengan sampel lebih banyak dengan menambahkan indikator pelayanan, dan ketersediaan fasilitas untuk merasionalkan penggunaan obat.

Page 31: Rasionalitas antibiotik ISPA

TERIMA KASIH


Recommended