Transcript

PENINGKATAN MOTIVASI SISWA DALAM MELAKUKAN GERAKAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS XII SMAN NEG 11 MEDAN

MINNATIANI

[email protected]

ABSTRAK

Lompat jauh merupakan salah satu cabang dalam olahraga atletik. Lompat jauh merupakan cabang olahraga atletik yang terdapat dalam kurikulum Sekolah Menegah Atas (SMA). Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu keterampilan pokok yang harus dikuasai oleh siswa untuk membina dan meningkatkan aktivitas pengembangan dan kemampuan daya gerak siswa melalui pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan tujuan untuk memperoleh hasil lompatan yang maksimal.

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan motivasi siswa dalam melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok melalui pembelajaran kooperatif metode jigsaw pada siswa kelas XII SMA Neg 11 Medan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas, yaitu salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi pemecahan masalah, langkah-langkah proses pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw mengacu pada 4 tahap penelitian dari Lewind.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 3 SMAN 11 Medan yang sebanyak 1 kelas dengan jumlah 40 orang. Penelitian berlangsung dari bulan Januari sampai Maret 2015 di SMAN 11 Medan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi kelas, wawancara, catatan lapangan dan tes hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat meningkatkan motivasi siswa dalam melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas XII IPA 3 SMA Negeri 11 Medan. Berdasarkan data hasil tes pada siklus I rata-rata nilai siswa 70.34 sebelum diberikan tindakan. Pada siklus kedua rata-rata nilai siswa 75.25 meningkat dibandingkan dengan setelah siklus pertama, Pada siklus kedua 100 % siswa dapat mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75 untuk nilai Penjasorkes di SMAN 11 Medan.

Kata Kunci : Motivasi Siswa, Model Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw, Melakukan Gerakan Lompat Jauh Gaya Jongkok

PENDAHULUAN

Dalam pelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Atas (SMA) terdapat berbagai pelajaran mengenai cabang olahraga dan salah satunya adalah pelajaran atletik, pelajaran ini merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat memerlukan kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, daya tahan serta berbagai komponen fisik lainnya. Unsur unsur dalam pembelajaran atletik meliputi nomor jalan, lari, lompat dan lempar. Lompat jauh merupakan salah satu bagian dalam pengajaran atletik di sekolah menengah sesuai dengan muatan materi Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) tahun 2006. Pembelajaran lompat jauh di sekolah dilaksanakan dengan melihat pada keberadaan sarana dan prasarana sekolah yang bersangkutan, kemampuan siswa dan arah pengembangan selanjutnya.

Lompat jauh yang diajarkan di sekolah merupakan latihan bagi siswa untuk melakukan gerakan melompat dan mencapai jarak lompatan sejauh-jauhnya yang dimulai dengan gerakan lari sebagai awalan dalam melompat kemudian menolak pada papan tumpuan / tolakan kemudian gerakan melayang di udara dan akhirnya mendarat pada titik terjauh ke dalam bak pasir sebagai media pendaratannya.

Dalam upaya pencapaian jarak lompatan sejauh-jauhnya tersebut seorang siswa harus memiliki beberapa persyaratan tertentu seperti misalnya kondisi fisik dan penguasaan teknik dalam lompat jauh yang baik. Rangkaian gerakan pada lompat jauh ini terdiri dari beberapa teknik yang harus dikuasai oleh para pelompat jauh. Khusus pada teknik sikap badan di udara ini dapat menggunakan beberapa macam gaya, salah satunya adalah gaya jongkok. Gaya ini selalu diajarkan disekolah karena umumnya gaya ini mudah dipelajari siswa.

Dalam kaitannya dengan penguasaan teknik lompat jauh gaya jongkok dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan di antaranya : 1) Awalan yang baik dan tepat, 2) Macam gaya atau sikap tubuh pada saat melayang di udara yang telah umum digunakan oleh atlet profesional dalam lompat jauh untuk dapat mencapai jarak pendaratan yang optimal. 3) Sikap pendaratan yang baik (Soegito dkk, 1992 : 143).

Dalam proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah warga sekolah menginginkan hasil belajar yang optimal demi tercapainya tujuan pembelajaran pendidikan berarti tercapainya hasil belajar. Kwalitas belajar yang optimal dan fungsinya merupakan harapan bagi setiap penyelenggara pendidikan karena kegiatan belajar merupakan kegiatan inti dari keseluruhan proses pendidikan apa yang dibawa oleh subyek didik secara internal dalam proses belajar sebagai manusia Bio-psiko social being akan berhubungan dengan kondisi lingkungan yang menyertainya. Gambaran subyek didik dengan seluruh factor yang dimiliki dan kondisi lingkungan tersebut akan mempunyai dampak keberhasilannya mencapai tujuan yang direncanakan. Asumsi yang muncul mengenai eksistensi subyek didik dalam proses belajar tersebut menurut pandangan yang holistic adalah siswa akan memperoleh kepuasan belajar bila seluruh factor yang ada dalam dirinya terutama kekuatan dan arah (motivasi) bisa terorganisir dan terintegrasi serta bersifat potensial untuk diaktualisasikan dan juga keberadaan lingkungan sesuai dengan persyaratan untuk mencapai kualitas optimal yang diinginkan.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis yang ditemui di SMA Negeri 11 Medan khususnya dikelas XII IPA 3 bahwa pelaksanaan pembelajaran atletik nomor lompat jauh gaya jongkok kurang maksimal. Hal ini disebabkan karena guru hanya mengandalkan teori saja dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak adanya cara dan pendekatan yanga dapat dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga tidak ada semangat dan kebanyakan dari siswa khususnya putri hanya duduk saja dilapangan tanpa ada respon positif yang diberikannya untuk mengikuti pembelajaran atletik khususnya di nomor lompat jauh gaya jongkok .

Oleh karena itu, penulis menuangkan gagasan pemikiran ke dalam tulisan ini untuk meneliti pelaksanaan pembelajaran atletik di nomor lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan pendekatan Cooperative Learning, sehingga dalam proses pembelajaran siswa terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar.

Dalam menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif akan mengurangi dan menghindarkan siswa yang lemah dalam belajar, sehingga mereka yang merasa kesulitan dalam pembelajaran akan merasa termotivasi oleh siswa yang mampu dan pandai dalam melakukan gerakan. Sementara untuk siswa yang pandai dan terampil akan dihadapkan pada suatu tantangan agar dapat menjelaskan, menerangkan dan memberikan contoh gerakan yang sesuai dengan materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru kepada siswa.

Dengan pendekatan kooperatif pembelajaran pendidikan jasmani olaraga dan kesehatan dalam melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok sangat membantu dalam penguasaan siswa. Untuk itu perlu dibantu dengan menggunakan model Jigsaw yang mana pembelajaran dibuat berkelompok dengan prinsip utama adanya pembagian tugas kedalam sub-sub bagian materi agar setiap kelompok dapat mempelajari satu bagian secara mendalam untuk kemudian membagi pemahamannya dengan teman-teman sekelompok. Pada teknik gerakan lompat jauh gaya jongkok kebanyakan siswa kurang benar dalam melakukan gerakan ini. Untuk itu diperlukan pendekatan kooperatif learning sebagai sarana pembelajaran agar siswa mengetahui letak kekurangan dan kesempurnaan gerakan yang dilakukan.

TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE

Hakikat Motivasi

Motivasi pada dasarnya merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri untuk bertingkah laku. Dorongan itu pada umumnya diarahkan untuk mencapai sesuatu atau bertujuan. Itu sebabnya sering mendengar istilah motif dan dorongan, dikaitkan dengan prestasi atau keberhasilan, yang dikenal dengan istilah motif berprestasi (achievement motive). Hal ini berarti bahwa keinginan mencapai suatu keberhasilan merupakan pendorong untuk bertingkah laku atau melakukan kegiatan belajar. Motivasi dapat memberikan semangat (dorongan) yang luar biasa terhadap seseorang untuk berperilaku dan dapat memberikan arah dalam belajar. Motivasi ini pada dasarnya merupakan keinginan ( wants ) yang ingin dipenuhi (dipuaskan), maka ia timbul jika ada rangsangan, baik karena adanya kebutuhan ( needs ) maupun minat ( interst ) terhadap sesuatu.

Motivasi dalam bahasa latin disebut motivum. Artinya, alasan yang menyebabkan sesuatu bergerak. Woolfolk (2007) menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu keadaan internal yang dapat membangkitkan semangat, mengarahkan dan memelihara suatu perilaku. Motivasi pada dasarnya bermakna kontekstual, mempunyai intensitas dan arah. Karena itu motivasi dapat dipahami dari motif yang mendasarinya. Motivasi dapat bersumber dari dalam diri dan yang bersumber dari luar diri. Motivasi intrinsik ( dari dalam diri) muncul karena individu senang melakukannya. Motivasi mendorong dan memberi energi pada tingkah laku. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku individu yang bersumber dari luar dirinya. Seseorang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar dirinya seperti adanya reward dan menghindari adanya punishment.

Berdasarkan KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia (1955 : 666) mendefinisikan bahwa motivasi adalah :

1) Dorongan yang timbul dari diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

2) Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang di kehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Menurut Asep Priatna Bidang Pengajaran Piskologi : 1987 mendefinisikan bahwa motivasi adalah keadaan dan kesepian dalam diri individu yang mendorong tingkah laku individu untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

Menurut Arden N Frandsend mendefinisikan bahwa motivasi adalah sebagai kondisi internal yang menjadi pendorong, penunjang, pengarah dan penentu kekuatan usaha untuk belajar dan juga sebagai pembatas kepuasan/ketidak puasan konsekuensi belajar.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (pengantar umum psikologi ; 1982) mendefinisikan bahwa motivasi berasal dari kata motiv, yang dalam bahasa Inggrisnya Motipale berasal dari kata Motion yang berarti gerakan atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku.

Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara yang dapat digunakan di dalam proses pembelajaran, dimana para peserta didik bekerja sama dalam kelompok kelompok kecil dan diberikan penghargaan atas keberhasilan kelompoknya. Kerjasama yang dilakukan tersebut dalam rangka menguasai materi pada awalnya disajikan oleh guru.

Menurut Reinhartz dan Beach ( 1997 : 158 ), pembelajaran kooperatif adalah strategi dimana para peserta didik bekerja dalam kelompok kelompok atau tim tim untuk mempelajari konsep konsep atau materi materi. Henson dan Eller ( 1999 : 160) mendefenisiskan pembelajaran kooperatif sebagai kerjasama yang dilakukan para peserta didik untuk mencapai tujuan bersama.

Tujuan bersama tersebut diwujudkan dalam bentuk pemberian penghargaan kepada kelompok kelompok. Adanya pemberian penghargaan kepada kelompok kelompok ini, mendorong setiap anggota kelompok untuk saling membantu antara satu dengan yang lain agar dapat menguasai materi dan mencapai tujuan bersama ( Clarizio, Craig, Mehrens, 1987 :316).

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama ( Eggen and Kauchak, 1996 : 279 ). Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara berkolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan pembelajaran dimana peserta didik bekerja sama dalam kelompok kelompok kecil untuk mempelajari materi materi atau konsep konsep dalam rangka mancapai tujuan bersama.

Dalam Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus bersifat heterogen, yang artinya bahwa setiap kelompok memiliki kemampuan akademis, jenis kelamin dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, sehingga di harapkan setiap anggota dapat memberikan konstribusi terhadap keberhasilan kelompok.

Pembelajaran kooperatif mengutamakan kepada proses kerja sama dalam kelompok.

a. Menurut Salvin (1955) yang dikutip Wina Sanjaya mengemukakan alasan sebagai berikut:

1) Bahwa pembelajaran koopertif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri.

2) Dapat memecahkan masalah, mengintegrasikan pangetahuan dengan keterampilan, serata merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir.

b. Menurut Rachmadiarti (2003) ciri-ciri pembelajaran model Cooperative Learning sebagai berikut:

1) Siswa bekerja sama dalam satu kelompok untuk menuntaskan materi belajarnya.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3) Bila memungkinkan setiap kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

4) Penghargaan diberikan secara berkelompok bukan individu.

Beberapa Variasi Dalam Model Cooperative Learning

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut, setidaknya terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Yaitu STAD, JIGSAW, Investigasi kelompok ( Teams Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT).

Tim Ahli ( Jigsaw)

Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan teman teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman teman di Universitas John Hopkins.

Adapun langkah langkah Pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut :

Siswa dibagi atas beberapa kelompok ( tiap kelompok anggotanya 5 6 orang )Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi bagi menjadi beberapa sub bab.Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok kelompok ahli untuk mendiskusikannya.Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman temannya.Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.

Dengan metode Jigsaw, siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing kelompok terdiri 5 sampai 6 orang, kemudian tiap kelompok diberi tugas untuk dipelajari. Kemudian tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari dan memahami materi yang sudah diberikan. Pada metode Jigsaw siswa diberikan kesempatan untuk lebih maju dalam berpikir, menganalisa setiap kegiatan belajar, artinya siswa Iebih dibandingkan dengan guru pangajar. Dengan langkah-langkah; penjelasan materi kepada siswa, belajar dalam kelompok, penilaian dan pengakuan tim.

Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok

Lompat jauh merupakan salah satu cabang dalam olahraga atletik. Sebagai cabang dari olahraga atletik, gerakan-gerakan yang dilakukan dalam lompat jauh merupakan gabungan dan pengembangan dari gerakan-gerakan dasar atletik yaitu gerakan lari dalam menempuh awalan untuk memberikan daya tolakan yang maksimal dan gerakan melompat sebagai kelanjutannya untuk mencapai jarak lompatan sejauh-jauhnya.

Berdasarkan pengertian dari Aip Syarifuddin (1999 : 60) lompat jauh didefinisikan sebagai suatu bentuk gerakan melompat dengan mengangkat kedua kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya.

Sasaran dan tujuan dari lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin di sebuah tempat pendaratan atau bak lompatan. Jarak lompatan ditunjukkan dengan ukuran panjang dari tepi papan lompatan yang paling dekat dengan bak lompatan sampai pada titik pendaratan paling dekat dengan papan tolakan yang ditandai dengan bekas sentuhan bak lompatan dengan tubuh atlet.

Beberapa macam gaya yang digunakan dalam lompat jauh antara lain adalah 1) Gaya Jongkok, 2) Gaya Lenting dan 3) Gaya Berjalan di udara. Perbedaan dari ketiga gaya lompat jauh tersebut adalah pada posisi tubuh pada saat melayang di udara (Aip Syarifuddin, 1999 : 60).

Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor lompat yang mempunyai gerak dan teknik tersendiri. Adapun gerakan lompat jauh gaya ini tingkat kesulitannya kecil dan mudah untuk dilakukan siswa karena pada saat di udara tubuh seperti orang yang sedang duduk, dan tidak ada gerakan lain yang menyebabkan keseimbangan tubuh pada saat di udara menjadi terganggu, untuk itu perlu dipelajari dan dilatih dengan benar.

Menurut Syarifuddin ( 1992 : 90 ) mengatakan bahwa gerakan lompat jauh dapat dibagi menjadi awalan, tumpuan atau tolakan, melayang di udara serta mendarat di bak pasir dengan kaki bersama-sama.

Awalan

Awalan merupakan suatu gerakan permulaan dalam bentuk lari. Kosasi (1985 : 67 ) mengungkapkan jarak awalan biasanya 30 50 m. Hal ini dilakukan dengan cara berlari pada kecepatan penuh, adapun tujuannya adalah untuk kepastian pelompat sudah mendapat kecepatan optimal sebelum sampai pada saat melakukan tolakan.

Tolakan

Tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerak horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan secara cepat sebagai lanjutan dari gerakan lari pada awalan untuk sampai pada gerakan melayang. Dimana dengan melakukan tolakan yang baik dan benar akan menghasilkan lompat jauh gaya jongkok yang sempurna. Tolakan dapat dilakukan dengan kaki kanan ataupun kaki kiri, yang terpenting adalah kaki tolak merupakan kaki yang terkuat sehingga tolakan dapat dilakukan dengan baik.

Melayang

Melayang atau sikap badan di udara merupakan kelanjutan dari tolakan pada papan tumpuan dan berakhir saat tumit menyentuh atau mendarat pada bak pasir. Untuk dapat melintas suatu garis parabola, dibutuhkan kecepatan dan kekuatan tekanan, karena tubuh dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Pada saat badan melayang di udara ada beberapa gaya yang dapat digunakan, salah satunya adalah gaya jongkok.

Bentuk gerakan melayang dalam lompat jauh gaya jongkok ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2

Gerakan dalam Lompat jauh Gaya Jongkok

(Sunaryo Basuki, 1979 : 101)

Mendarat

Pada saat melayang dan kemudian mendarat diperlukan tinggi lompatan konsentrasi pada gaya lompatan dan dilakukan dengan pendaratan yang mulus artinya posisi saat mendarat tidak terjadi kesalahan mendarat dan tangan tidak menyentuh tanah atau pasir di belakang kaki mendarat.

Gambar 3

Sikap Tubuh pada saat Pendaratan

(Bernhard, Gunther, 1993 : 42)

Dengan melihat mekanika gerak suatu pendaratan maka dapat dilihat bahwa kedua kaki akan menyentuh landasan / tempat mendarat pada kedua tumit dan posisi kaki yang lurus ke depan dengan diikuti ayunan kedua tangan ke depan. Gerakan ini dimaksudkan sebagai suatu perpindahan posisi proyeksi titik berat badan yang sebelumnya berada di belakang kedua kaki dipindahkan ke depan sehingga moment reaksi kerjanya sesuai dengan arah lompatan.

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobeservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation dan evaluation) dan melakukan reflexi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (Kriteria keberhasilan).

Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas siswa saat mata pelajaran pendidikan jasmani dengan model pembelajaran kooperatif metode jigsaw untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dalam melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok siswa yang sudah disebutkan diatas.

Siklus yang terdiri dari beberapa tahap tersebut dapat dilihat pada skema berikut :

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

SIKLUS II

Pengamatan

?

(Gambar 6. Spiral penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1993))

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 11 Medan Semester I tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus ini akan mengaplikasikan pembelajaran dengan pokok permasalahan bagaimana cara meningkatkan motivasi siswa untuk melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif ( Learning cooperatif). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 3 SMAN 11 Medan dengan jumlah siswa 38 orang.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah peningkatan motivasi siswa dalam melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif (learning cooperative), yaitu suatu pembelajaran lompat jauh melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif (learning cooperative) yang dilakukan dalam bentuk latihan yang diukur melalui pengamatan dan angket terhadap siswa.

Pendekatan model Jigsaw dalam pembelajaran kooperatif adalah metode belajar kelompok yang memberikan kesempatan kepada siswa agar belajar secara bersama-sama dan saling membantu sehingga hasil pembelajaran dan tujuan dari pembelajaran tercapai. Diharapkan dengan pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuan akhir dari pembelajaran yaitu peningkatan motivasi siswa dalam melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok dengan adanya perubahan yang positif.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas. Ini adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi pemecahan masalah langkah-langkah proses pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw mengacu pada 4 tahap penelitian dari Lewind. Seperti dikutip Hardjodiputro yang dilaksanakan dua siklus.

Penjelasan Prosedur

1) Perencanaan ( planning). sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan, dan membuat rencana tindakan, termasuk didalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2) Melaksanakan tindakan (acting). pada tahap ini observer melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual.

3) Melaksanakan pengamatan (observing). Pada tahap ini, yang harus dilakukan observer adalah mengamati prilaku siswa dalam mengikuti KBM, memantau kegiatan diskusi antar siswa dalam kelompok, mengamati pemahaman tiap siswa terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang.

4) Melaksanakan refleksi (reflecting). Pada tahap ini observer harus mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat isi hasil pembelajaran, mencatat kelemahan untuk dijadikan bahan penyusun rancangan siklus berikutnya.

Hubungan dari empat komponen tersebut menunjukkan satu putaran siklus atau kegiatan berkelanjutan. Adapun penjelasan lebih rinci persiklus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Siklus I (Pertama)

Tahap 1 : Rencana Pembelajaran

Guru merencanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat guru. Pokok bahasan yang akan diajarkan pada hari itu adalah lompat jauh gaya jongkok.

Tahap 2 : Pelaksanaan Pembelajaran

Guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa diusahakan agar termotivasi dan ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran, diperlukan kreativitas guru dalam memotivasi siswa belajar

Tahap 3 : Observasi

Kolaboratif mengamati situasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung kemudian mendeskripsikan hal-hal yang terjadi selama kegiatan pembelajaran.

Tahap 4 : Refleksi

Peneliti merinci kesulitan pada siklus pertama, untuk mengatasi kesulitan - kesulitan yang didapat yang akan diperbaiki pada siklus kedua.

Sikius II (kedua)

Tahap 1 : Rencana pembelajaran

Guru kembali merencanakan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sebagai siklus berikutnya dan berdasarkan temuan kesulitan pada siklus pertama.

Tahap 2 : pelaksanaan pembelajaran

Guru memberikan pengarahan dan bimbingan dengan pokok bahasan lompat jauh gaya jongkok. Guru mengusahakan agar tidak mengulangi kesalahan yang lalu, sehingga menimbulkan kesulitan yang sama. Pada siklus ini diharapkan sebagai sikius terakhir. Oleh sebab itu guru berusaha keras tampil sebaik mungkin sambil memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran.

Tahap 3 : Observasi

Kolaborator tetap mengamati setiap kegiatan yang dilakukan guru maupun siswa. Guru adalah hanya sebagai fasilitator yang memberikan kesempatan pada siswa seluas-luasnya untuk bertindak kreatif namun dalam batas-batas tertentu.

Tahap 4 : Refleksi

Jika masih terdapat masalah-masalah maka dilanjutkan dengan siklus berikutnya. Tetapi jika diamati dengan proses belajar mengajar telah dilaksanakan dengan optimal dan tidak ada lagi kendala yang di alami oleh guru dan siswa maka siklus diakhiri sampai siklus kedua saja.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas ini berupa catatan tentang hasil amatan. Hasil amatan tersebut dikumpulkan melalui pengamatan (data observasi), lembar angket dan hasil tes siswa. Pengisian angket dilakukan untuk menilai pembelajaran yang diberikan siswa. Pengisian angket terhadap siswa dilaksanakan pada akhir siklus, setelah tindakan selesai.

F. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini berupa data-data dalam bentuk lembar observasi dan tes hasil belajar: 1. Analisis data hasil tes siswa 2. Hasil tes yang dilaksanakan pada akhir pertemuan dihitung nilai rata-rata, kemudian dikategorikan dalam batas-batas penilaian yang didasarkan pada ketuntasan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan 3. Analisis data lembar observasi dan angket. Hasil observasi dan angket yang dilaksanakan pada akhir pertemuan atau pada waktu akhir pembelajaran siklus, kemudian data disajikan secara deskriptif pada hasil penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan hasil-hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di SMA Negeri 11 Medan pada bulan Januari sampai dengan Awal Maret 2015, dalam penelitan ini peneliti berupaya untuk meningkatkan motivasi siswa belajar lompat jauh gaya jongkok dengan cooperative learning melalui model jigsaw.

Siklus I (pertama)

Sikius I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 Januari 2015 mulai pukul 07.00 sampai dengan 08.30 WIB.

Tahap 1 : Rencana pembelajaran

Guru mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang serasi dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat guru dengan pokok bahasan yang akan diajarkan pada hari itu adalah lompat jauh gaya jongkok.

Tahap 2 : Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran diawali dengan siswa dibariskan di lapangan kemudian berdoa dipimpin oleh ketua kelas lalu guru mengabsen semua siswa hadir pada saat itu. Guru menjelaskan materi dan tujuan pembelajaran saat itu, dengan pimpinan guru, siswa melakukan pemanasan sesuai dengan materi lompat jauh gaya jongkok dengan semangat guru memberikan penjelasan materi dan tujuan pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan saja. Setelah menjelaskan materi, kemudian guru meminta siswa satu persatu untuk mempraktekkan gerakan lompat jauh gaya jongkok.

Tahap 3 : Observasi

Kolaborator mengamati situasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung hasil observasi ditulis berdasarkan hasil pengamatan yang terjadi di lapangan. Diketahui bahwa siswa kurang berantusias dalam mendengarkan materi yang disampaikan guru. Siswa memandang remeh gerakan lompat jauh gaya jongkok tidak banyak siswa memahami manfaat gerakan lompat jauh gaya jongkok, banyak juga yang merasa takut melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok, terutama siswa perempuan. Gerakan yang salah dilakukan oleh sebagian siswa ditertawakan oleh siswa yang lain, sehingga sebagian besar dari mereka enggan melakukan lagi gerakan tersebut. Sampai akhir pelajaran, guru tidak dapat berbuat banyak guru hanya sebagai penilai dan bukan sebagai pengarah dan pembimbing hal ini ditandai dengan kebingungan sebagian siswa.

Tahap 4 : Refleksi

Berdasarkan catatan dari laporan observasi bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam gerakan lompat jauh gaya jongkok. Untuk mengatasi permasalahan tersebut kemudian guru melakukan siklus berikutnya.

Siklus 2 (kedua)

Siklus kedua dilaksanakan pada hari kamis tanggal 7 Februari 2015 pukul 07.00 sampai dengan 08.30 WIB.

Tahap I : Rencana Pembelajaran

Guru kembali merencanakan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sebagai sikius berikutnya dan berdasarkan temuan-temuan pada siklus pertama

Tahap 2 : Pelaksanaan pembelajaran

Guru memberikan pengarahan dan bimbingan dengan pokok bahasan lompat jauh gaya jongkok. Guru mengusahakan agar tidak mengulangi kesalahan yang lalu sehingga menimbulkan kesulitan yang sama. Pada siklus ini diharapkan menjadi siklus yang terakhir. Oleh sebab itu guru berusaha keras tampil sebaik mungkin sambil memotivasi siswa untuk aktif mengikuti pelajaran. Untuk pokok bahasan lompat jauh gaya jongkok guru harus terlebih dahulu menentukan bentuk pelaksanaannya sebagai berikut:

Guru membagi siswa menjadi 8 Tim yang masing-masing tim terdiri dari 5 orangGuru memberi tugas pada tiap orang dengan materi yang berbeda dalam satu tim. Tugas tersebut diberikan dari tim 1 sampai dengan tim 8Dari masing-masing tim siswa yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama dikumpulkan dengan membentuk tim baru (kelompok ahli) Untuk mendiskusikan sub babnya.Hasil dari diskusi masing-masing anggota tim menjadi ahli kemudian kembali ke tim asal dengan secara bergantian mengajari teman satu tim dengan sub bab yang dikuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan serius.Guru menugasi kepada tiap tim ahli untuk mempresentasikan gerakan lompat jauh gaya jongkok dengan hasil yang memuaskan. Guru memberikan tes formatif kepada siswa melakukan 3 kali lompat jauh gaya jongkok dengan lompatan yang benar/sah.Pelajaran selesai guru menutup kegiatan belajar mengajar.

Tahap 3 : Observasi

Guru mengamati situasi selama kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Hasil observasi tetap ditulis berdasarkan hasil pengamatan yang terjadi di lapangan. Diketahui bahwa siswa sudah mulai antusias, semangat dan termotivasi untuk mendengarkan materi yang disampaikan guru. Siswa tidak lagi memandang remeh lompat jauh gaya jongkok, banyak siswa yang sudah memahami manfaat gerakan lompat jauh gaya jongkok, banyak juga siswa yang sudah berani melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok, terutama siswa perempuan. Tidak ada kesalahan fatal yang dilakuan oleh siswa. Ketika tim ahli berdiskusi guru ikut memberikan arahan dan bimbingan sehingga siswa tidak merasa bingung dalam melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok.

Tahap 4 : Refleksi

Berdasarkan kesimpulan laporan observasi diketahui bahwa ternyata penerapan metode jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok sehingga peneliti tidak lagi memerlukan siklus selanjutnya untuk memperbaiki siklus terdahulu.

Diskusi Hasil

Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan pendekatan model pembelajaran kooperatif metode jigsaw yang telah diterapkan dalam pembelajaran atletik nomor lompat jauh di SMA Neg 11 Medan memberikan hasil sebagai berikut:

A. Mampu meningkatkan semangat atau motivasi siswa untuk melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok.

B. Siswa tidak lagi memandang remeh terhadap gerakan lompat jauh gaya jongkok.

C. Siswa sudah berani melakukan gerakan lompat jauh gaya jongkok terutama siswa perempuan.

D. Tidak ada kesalahan fatal yang dilakukan siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian diambil kesimpulan bahwa metode jigsaw dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar lompat jauh gaya jongkok khususnya siswa kelas XII IPA 3 di SMAN 11 Medan. Indicator keberhasilan metode ini adalah siswa lebih antusias dalam mendengarkan materi yang disampaikan guru, siswa memahami gerakan lompat jauh gaya jongkok, siswa perempuan berani melakukan gerakan lompatan jauh gaya jongkok dan termotivasi mengulang gerakan yang salah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian tindakan kelas di atas, dapat disarankan agar :

1. Guru dapat lebih meningkatkan kemampuannya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa melalui Metode jigsaw dapat digunakan sebagai alternatif metode pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Menengah Atas.

2. Peneliti berikutnya dapat menggunakan metode dan media lain sehingga pembelajaran olahraga dapat mudah di praktekkan siswa Sekolah Menengah Pertama.

3. Kepala sekolah dapat memfasilitasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw.

DAFTAR PUSTAKA

Kusdandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta. Rajawali Pers.

Soegito, Bambang Widjanarko dan Ismaryati. 1994. Pendidikan Atletik. Jakarta.

Syarifuddin Aip, (1992). Atleltik, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta. Kencana Prenada Media Grop.

Azhar Arsyad. 2004. Media Pembelajaran.Jakarta : Raja Grafindo Persada.


Recommended