Transcript

PENELITIAN KUALITATIF GAYA HIDUP POSITIF KOMUNITAS PUNK DI YOGYAKARTA(Studi Profil Komunitas Punk di Jalan Malioboro, Yogyakarta)Dosen Pengampu : Bonaventura Satya Bharata, SIP., M. Si

Oleh :I Nyoman Agus Surya Dharma/100904252Mikail Bayu Herdiyanto/100904104Mahendra Satrio Kusumo/100904184

ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA2012BAB I PendahuluanGAYA HIDUP POSITIF KOMUNITAS PUNK DI YOGYAKARTA(Studi Profil Komunitas Punk di Jalan Malioboro, Yogyakarta)

A. Latar BelakangPunk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris, yang menjadi wadah untuk mencurahkan kritik dan protes atas penguasa pada waktu itu. Punk memiliki ideologi sosialis yang bersifat bebas. Punk lebih dikenal melalui gaya busananya seperti potongan rambut Mohawk, jaket penuh dengan spike dan bedge, sepatu boots, jeans ketat, badan bertato, dan hidup di jalan-jalan. Proses modernisasi di Indonesia menyebabkan kehadiran Punk sebagai gaya hidup baru, yang umumnya dianut oleh sebagian kaum muda.Punk kemudian lebih dikenal sebagai tata cara hidup sehari-hari, dengan ekspresi diri yang menjurus pada gaya hidup bebas seperti: free sex, nongkrong di jalan, ngamen, mengkonsumsi alkohol, main bermusik, dan gaya busana yang urakan. Orang-orang yang mengikuti gaya hidup Punk disebut anak Punk. Persebaran gaya hidup Punk sangat marak di kota-kota di Indonesia, salah satunya di Yogyakarta. Anak Punk yang ingin hidup bebas, tanpa ada aturan yang mengatur segala aktivitas serta perilaku mereka, menjadi sebuah masalah yang perlu dikaji dalam penelitian ini. Di Indonesia, kultur Punk dikenal pertamakali sebagai bentuk musikal dan fashion statement. Budaya Punk telah hadir tanpa substansi sejak awal. Punk tidak hadir sebagai respon keterasingan dalam masyarakat modern, melainkan dari sebuah kerinduan akan sebuah bentuk representasi baru saat tak ada hal lama yang dapat merepresentasikan diri remaja lagi. Maka tidak heran, apabila hal-hal yang substansial baru muncul bertahun-tahun setelah Punk dikenal secara musikal dan fashion statement. Meskipun akhirnya substansi Punk hadir di Indonesia pada pertengahan tahun 90-an melalui akses internet, tak berbeda dengan yang terjadi di negara lain, di Indonesia Punk dianggap sebagai segerombolan remaja yang urakan atau sekedar aliran musik keras yang vokalisnya meracau tak jelas. Padahal pada pertengahan tahun 90-an, komunitas Punk di Indonesia merupakan komunitas Punk dengan jumlah populasi terbesar di dunia. Penganut kultur punk (Punks) di Indonesia mulai mengadopsi substansi Punk yang termasuk di dalamnya ideologi, etika DIY (Do It Yourself), pandangan politis, dan lain sebagainya.

B. Rumusan MasalahPermasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :1. Mengapa narasumber memilih gaya hidup Punk sebagai bagian dari hidupnya?2. Bagaimana mengekspresikan gaya hidup Punk dalam kehidupannya sehari-hari ?3. Bagaimana relasi individu dalam komunitas Punk dan di lingkungan masyarakat ?

C. Tujuan dan Manfaat A. Tujuan Penelitian :Adapun tujuan dari penelitian ini dengan maksud untuk mengetahui motivasi individu Punk, berkaitan dengan alasan mengapa ia masuk komunitas Punk, bagaimana ia mengekspresikan gaya hidup Punk dalam kehidupannya, dan bagaimana relasi individu dalam komunitas tersebut.B. Manfaat Penelitian :a. Manfaat akademisi Hasil penelitian ini diharapakan mampu memberikan pengetahuan dalam dunia pendidikan mengenai gaya hidup positif dari komunitas punk di malioboro.b. Praktis Dapat menjadi sebuah referensi untuk penelitian selanjutnya dengan tema atau metode yang sama serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembacanya.

D. Metode Penelitiana. Jenis penelitianJenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan model deskriptif. Pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan (Moleong, 2000 : 11).b. Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah Komunitas Punk di wilayah Malioboro ( Nol Kilometer ) Yogyakarta. Narasumber bernama Sony. Dia adalah seorang punk yang sudah berkeluarga, mempunyai istri dan 4 orang anak. Dia bekerja sebagai pengamen dan pedagang asongan di Malioboro.c. Jenis Data Data primer: Sumber data yang di peroleh dari hasil wawancara langsung dengan narasumber yang merupakan salah satu orang yang bergaya hidup sebagai punk. Data sekunder : Sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara, yaitu lewat internet dengan mengakses beberpa situs, referensi buku, dan juga melihat dari proposal orang lain yang meneliti tentang komunitas punk.

d. Pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi : ObservasiBogdan (1972:3) mendefinisikan secara tepat pengamatan berperanserta (observasi partisipasi) sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memekan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan. Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung ke lokasi dimana para komunitas punk yang berada malioboro.

Wawancara mendalam ( in depth interview )Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

Studi DokumentasiStudi dokumenter merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,baik dokumen tertulis,gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.

E. Teknik Analisis DataAnalisis data menurut Patton (1998) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam satu pola kategori satuan uraian dasar (Moleong, 2000 : 12).Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersediadari berbagai unsur, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah dituliskan dalamcatatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dansebagainya.Analis data bertujuan untuk mengorganisasikan data yang diperoleh dilapangan, dokumen-dokumen peneliti, dan sebagainya. Pengorganisasian danpengolahan data bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat sebagai teori substansif. Karena keseluruhan langkah dalam kegiatan penelitian ini merupakanproses yang berjalan secara serentak, maka teoritis analisis data daripengumpulan data dilakukan secara berulang-ulang dan dilanjutkan setelahpengumpulan data selesai

BAB IITemuan Data dan Analisis

A. Temuan DataKami mewawancarai seorang punk bernama Sony. Dia tinggal di Daerah Taman Siswa dibelakang Rutan bersama seorang istri dan 4 orang anak. Sony berasal dari Jakarta daerah Slipi, dulunya dia bekerja di PT Unilever sebagai penyortir produk-produk dari Unilever. Sebernarnya Sony berasal dari keluarga yang berkecukupan, namun hati dan ideologi dia berkata berbeda. Dia ingin hidup bebas, bahagia, mempunyai banyak teman, melakukan banyak hal tanpa dibatasi oleh peraturan, dan tanpa menginginkan kehidupan mapan yang muluk, tidak menghiraukan kemapanan ekonomi seperti kebanyakan orang. Maka dari itu, Sony pindah ke Yogyakarta untuk mencari kehidupan yang diinginkannya. Mulanya dia masuk menjadi anggota SeBUMI (Serikat Kebudayaan Masyarakat Indonesia). Dalam komunitas tersebut terdapat beberapa komunitas lainnya seperti Punk, Metal, Buruh, Seniman, dan beberapa elemen lain dari masyarakat. Disinilah Sony bertemu dengan istrinya, keduanya menikah dan sepakat untuk hidup sesuai dengan paham punk. Komunitas ini sering mengadakan pertemuan atau rapat menyangkut acara apa yang akan dibuat oleh mereka demi mendapatkan tambahan dana untuk kehidupan mereka. Mereka menyelenggarakan acara seperti bazar murah, pentas musik, reuni komunitas (reuni akbar dari banyak kota), sampai mendukung teman yang akan menikah. Seperti yang dialami oleh Sony, ketika dia akan menikah banyak teman-teman dalam komunitasnya yang membuat berbagai acara untuk membantu dana demi terlaksananya pernikahan Sony dengan istrinya.Sony juga menceritakan bagaimana awal mula dia terjun di dunia punk. Seperti kebanyakan orang lainnya, Sony terpengaruh oleh teman-temannya yang sudah menggeluti punk. Saat itu dirinya masih duduk bangku sekolah, ia berpikir bahwa hidup ala punk itu sangat bebas, tanpa aturan yang bisa membuat dirinya terbatasi oleh apapun. Seperti hidup di jalanan, ngamen, berpesta pora, dimanapun dan kapan pun. Sehingga pengalaman yang dia alami saat menggeluti dan mengenal dunia punk masih diterapkan pada kehidupannya yang sudah berkeluarga sekarang ini. Sony pun cukup banyak menjalin relasi dari berbagai kalangan. Mualai dari kalangan hukum, politik, dan berbagai kalangan masyarakat lainnya. Seringkali ketika Sony mendapatkan masalah rekan-rekannya selalau membantunya untuk menyelesaikan masalah yang dia alami. Kehidupannya yang sering berada di jalanan menimbulkan hal yang positif untuk menambah relasi. Sony pun bangga menjalani hidupnya sekarang yang kerap kali di anggap sampah oleh masyarakat. Sony memiliki prinsip pada dirinya dengan beranggapan bahwa bila kita berbuat baik pada orang, maka ia pun membalasnya dengan kebaikan juga. karena dia ingin menampik segala isu publik yang mencemohkan punk, bahwa punk itu tidak mengandung unsur anarkisme, kriminlitas, dan premanisme. Menurut Sony, gaya hidup punk mengajarkan kebersamaan bersama teman-teman di jalanan dengan berbagai masalah yang dihadapi. Karena baginya Lukanya mereka juga luka kita, itu merupakan salah satu nilai positif yang di dapatkannya dari pengalaman hidup di jalanan. Pertemanannya bersama teman-teman punk pun sudah menjadi keluarga bagi Sony sendiri. dia mengatakan lebih mementingkan teman-temannya dari pada keluarganya sendiri. Baginya teman adalah keluarga yang bisa diandalkan dari pada keluarga kandungnya sendiri. Sony menceritakan pengalamannya saat istrinya dirawat di rumah sakit. Tetapi Sony padaa saat itu tidak memegang uang untuk membayar biaya administrasi perawatan istrinya. Akhirnya Sony meminta sedikit dana kepada orang tua kandung di Jakarta, namun permintaan Sony tidak yang diharapakan. Akhirnya Sony menghubungi dan bercerita kepada rekannya yang berada di Lampung. Tanpa pikir panjang, kerabatnya tersebut mengirimkan uang untuk membiayai perawatan istrinya, terang Sony.Dan ketika Sony menerangkan bagaimana mengekpresikan kehidupan punk di masyarakat, dia mengatakan punk masih di pandang negatif dan dianggap sampah masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap punk masih terlalu dangkal, kata Sony. Karena tidak semua punk selalu berperilaku buruk. Seringkali ketika Sony dan istrinya berjualan di malioboro terjaring razia oleh Satpol PP. Namun Sony melawan, karena baginya ia tidak melakukan keonaran atau kegiatan yang mengganggu orang lain di sekitar Malioboro. Disana ia hanya mencari uang untuk bertahan hidup dan menafkahi istri dan anak-anaknya. Sony yang belum lama berjualan di Malioboro cukup dikenal oleh masyarakat sekitar Malioboro. Sony senang menerima teman-teman baru yang ingin bergabung untuk sekedar berkumpul-kumpul bersama di tempat berjualannya.

Foto :

B. Pembahasan Berdasarkan temuan data yang diperoleh dari wawancara bersama narasumber, dapat ditemukan bahwa bahwa teori yang akan digunakan adalah teori kebutuhan Maslow dan teori Interkasi Simbolik. Dimana terdapat asumsi dari masing-masing teori yang diharapkan mampu untuk membahas dari permasalahan dalam penelitian ini. Teori kebutuhan Maslow ini akan membahas mengapa narasumber memilih gaya hidup sebagai punk. Teori ini lebih menekankan pada psikologis. Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan hidup yang akan selalu berusaha untuk dipenuhi sepanjang masa hidupnya. Lima tingkatan yang dapat membedakan setiap manusia dari sisi kesejahteraan hidupnya, teori yang telah resmi di akui dalam dunia psikologi.Kebutuhan tersebut berjenjang dari yang paling mendesak hingga yang akan muncul dengan sendirinya saat kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi. Setiap orang pasti akan melalui tingkatan-tingkatan itu, dan dengan serius berusaha untuk memenuhinya, namun hanya sedikit yang mampu mencapai tingkatan tertinggi dari piramida ini.Maslow juga menekankan bahwa makin tinggi tingkat kebutuhan, makin tidak penting ia untuk mempertahankan hidup (Survival) dan makin lama pemenuhannya dapat ditunda.1. Kebutuhan fisiologis (faali). Kebutuhan yang timbul berdasarkan kondisi fisiologikal badan kita, seperti kebutuhan untuk makanan dan minuman, kebutuhan akan udara segar (Oksigen). Kebutuhan fisologikal merupakan kebutuhan primer atau kebutuhan dasar, yang harus dipernuhi . Jika kebutuhan ini tidak dipernuhi, maka individu berhenti eksistensinya.2. Kebutuhan rasa aman. Kebutuhan ini masih sangat dekat dengan kebutuhan fisologis. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk dilindungi dari bahaya dan ancaman fisik. Dalam pekerjaan, kita jumpai kebutuhan ini dalam sewaktu pindah ke kota baru.3. Kebutuhan sosial. Kebutuhan ini mencakup memberi dan menerima persahabatan, cinta kasih, rasa memiliki (belinging). Setiap orang ingin menjadi anggota kelompok sosial, ingin mempunyai teman, kekasih. Dalam pekerjaan kita jumpai kelompok informasi yang merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sosial seorang tenaga kerja.4. Kebutuhan harga diri (esteem needs). Kebutuhan harga diri meliputi dua jenis: Yang mencakup faktor-faktor internal, seperti kebutuhan harga diri, kepercayaan diri, otonomi dan kompetensi. Yang mencakup faktor-faktor eksternal kebutuhan untuk dikenal dan diakui (recognition), dan status.5. Kebutuhan harga diri ini dapat terungkap dalam keinginan untuk sesuai dengan kemampuan yang dirasakan dimiliki. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk kreatif, kebutuhan untuk dapat merealisasikan potensinya secara penuh. Kebutuhan ini menekankan kebebasan dalam melasanakannya.6. Kebutuhan aktualisasi-diri. Kebutuhan untuk melakukan pekerjaaan sesuai dengan kemampuan yang dirasakan dimiliki. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk menjadi kreatif, kebutuhan untuk dapat merealisasikan potensinya secara penuh.Teori ini cukup membaca bagaimana narasumber memilih gaya hidup sebagai punk. Karena baginya kepuasan diri yang dinginkannya dapat di peroleh saat dia terjun dalam dunia punk. Seperti yang dinyatakan pada saat wawancara, bahwa dalam kehidupan punk dia memperoleh hal-hal yang positif meskipun terkdang punk di pandang sebelah mata oleh masyarakat. Kebutuhan sosial yang diperolehnya dari kehidupan punk mampu memberikan kepuasaan tersendiri bagi narasumber. Seperti saat mereka berkumpul bersama di jalanan untuk mengamen. Karena motto mereka adalah equality, yang berarti kebersamaan. Kebersamaan ini membawa dampak positifi mereka untuk saling membantu dalam suka maupun duka. Bagi mereka segala sesuatu yang di hadapinya akan di hadapi bersama-sama.Teori ini termasuk dalam teori Interpersonal. Teori Interpersonal menurut EM Griffin adalah The process of creating unique shared meaning. Proses memaknai sesuatu yang sudah disepakati bersama. Teori ini termasuk dalam teori Interpersonal karena adanya pemaknaan terhadap simbol-simbol dalam proses interaksi. 1. Mind : merupakan kemampuan individu untuk memaknai simbol yang memiliki makna sosial. Dengan kata lain apabila kita membicarakan Mind berati kita membicarakan makna dan proses pemaknaan. Mind memiliki asumsi sebagai berikut: Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia. Makna dimodifikasi melalui sebuah proses intepretif.Unsur-unsur dalam Mind: Bahasa: sistem simbolik verbal dan non verbal yang dimiliki bersama. Bahasa merupakan sumber pemaknaan untuk proses pemikiran. Dengan kata lain bahasa adalah sumber dari simbol. Pemikiran: proses intepretasi. Pengambilan peran: kemampuan untuk menempatkan diri seseorang

2. Self (Konsep Diri) : merupakan kemampuan untuk merefleksikan diri kita sendiri dari prespektif orang lain, atau singkatnya Self adalah tidakan mengerti untuk diri sendiri. Self memiliki asumsi sebagai berikut: Individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku.Unsur-unsur dalam Self: Cermin diri: yaitu kemampuan diri untuk melihat diri kita sebagaimana diri kita dilihat oleh orang lain. Self-fulfilling prophecy (prediksi pemenuhan diri): yaitu harapan diri yang mempengaruhi perilaku. Prediksi mengenai diri anda sendiri yang menyebabkan anda berperilaku sedemikian sehingga hal tersebut benar-benar terjadi. I dan Me: merupakan hasil dari Konsep Diri (Self), karena Self merupakan proses mengintegrasikan antara I dan Me sehingga bisa menempatkan diri saat berinteraksi dengan orang lain. I sebagai subjek dan Me sebagai objek.

3. Society (Masyarakat) : membentuk budaya dan sosial. Society merupakan tempat terjadinya interaksi sosial. Secara tidak langsung Society membentuk diri dan pemaknaan. Society memiliki asumsi sebagai berikut: Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

Unsur-unsur dalam Society:Mead berbicara mengenai dua bagian penting masyarakat yang mempengaruhi pikiran dan diri. Particular Others: orang lain secara khusus (particular others) merujuk pada individu-individu dalam masyarakat yang signifikan bagi kita. Contoh: keluarga. Generalized Other: merujuk pada cara pandang dari sebuah kelompok sosial atau budaya sebagai suatu keseluruhan.??????????????????? (KURANG PEMBAHASAN TENTANG TEORI INTERAKSI SOSIAL SIMBOLIK) DIATAS INI

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanGaya hidup komunitas punk tidak seluruhnya bersifat negatif, hal ini dapat ditunjukkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa narasumber mengatakan meskipun punk dianggap sebagai sampah masyarakat yang sering berbuat keonaran nyatanya hal ini tidak semua terbukti. Narasumber yang bernama Sony memilih punk sebagai bagian dari hidupnya karena awalnya hanya ingin coba-coba, namun setelah cukup lama menjalani hidup sebagai anak punk, ia merasa mendapatkan kehidupan yang ia inginkan.Sony di kehidupan sehari-harinya beraktifitas sebagaimana kebanyakan orang pada umumnya. Karena profesinya sebagai pengamen, tiap harinya ia melakukan nyetreet (street) istilah bagi anak punk berjalan kaki sambil mengamen. Dan malam harinya ia berdagang bersama istrinya di Malioboro. Kesehariannya yang terbilang positif, dan jauh dari unsur anarkisme membuat dirinya dipandang oleh masyarakat sekitar sebagai anak punk yang baik. Bahkan ia melarang teman-temannya sesama anka punk untuk berbuat rusuh dimana pun dan dengan siapapun.Hubungan individu sesama anak punk pun sangat erat. Saling tolong menolong dan solidaritas antara sesama anak punk sangat dijunjung tinggi oleh Sony. Pada dasarnya kehidupan yang dimiliki anak punk sama seperti kehidupan yang dimiliki manusia pada umumnya, hanya cara pandang masyarakat yang banyak mengatakan bahwa anak punk hanyalah sampah masyarakat. Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan oleh peneliti dapat terlihat bahwa punk tidak selamanya buruk, seharusnya masyarakat harus menghargai bahwa punk merupakan jalan hidup yang mereka pilih karena jalan hidup itulah yang membuat mereka nyaman. Dengan pengertian dari masyarakat itulah akan tercipta keharmonisan diantara semua masyarakat, itulah yang diinginkan oleh Sony sebagai narasumber pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdilah, Skuron. Hidup Sehat ala Punk-Hardcore. 2006. DAR! Mizan : BandungBungin, H. M. Burhan. Penelitian Kualitatif. 2007. Jakarta: Prenada Media GroupFrank G. Goble,Mazhab ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Yogyakarta, Kanisius, 1987.Griffin, em. 2003. Comunication Theory. Newyork: MC Graw HillMoleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. 2000. Rosdakarya: BandungWest, Richard & Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika, 2008


Recommended