Transcript
Page 1: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

Proposal Menulis Karya Ilmiah (Analisis Tindak Tutur)

Proposal

Menulis Karya Ilmiah

“Analisis Tindak Tutur dan Implikasi dalam Wacana Iklan”

Oleh:

Titis Safitri

Dosen Pembimbing:

Yulia Sri Hartati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

PADANGPANJANG

2012

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan

judul “Analisis Tindak Tutur dan Implikasi dalam Wacana Iklan”.

Proposal ini disusun sebagai tugas akhir semester V dalam mata kuliah Menulis

Karya Ilmiah pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Padangpanjang.

Dalam penyusunan proposal ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.      Yulia Sri Hartati, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan

bimbingan serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

2.      Muadsyah HS sebagai pengelola pustaka yang telah memberikan bantuan dalam pengerjaan

proposal ini.

3.      Kepada teman-teman yang telah membantu penulis dalam pengerjaan proposal.

Penulis menyadari proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis

Page 2: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan proposal ini.

Akhir kata, mudah-mudahan proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padangpanjang, 21 Desember

2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Fokus Masalah

C. Pertanyaan Penelitian

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN TEORITIS

A.    Kajian Teori

1. Pengertian Bahasa

2. Jenis Bahasa

3. Fungsi Bahasa

4. Pengertian Pragmatik

5. Pengertian Implikatur

B.     Kerangka Konseptual

Page 3: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

B. Sumber Data

C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

D. Teknik Analisis Data

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Dengan bahasa

manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, baik secara lisan maupun tulisan. Tanpa

bahasa, tentu saja akan sangat sulit bagi manusia untuk menyampaikan kemauannya, ide,

pendapat, perasaan, pesan dan sebagainya.

Menurut Kridalaksaana (dalam Kencono, 1982:2-2), “Bahasa adalah system lambing bunyi

yang arbitrer yang dipergunakan oleh anggota kelompok social untuk bekerja sama,

berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri”.

Tindak tutur atau pragmatik adalah suatu cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur

bahasa secara eksternal yang terikat dengan konteksnya. Pragmatik juga dapat diartikan

sebagai telaah mengenai hubungan tanda-tanda dengan penafsirnya. Faktor-faktor penentu

dalam berkomunikasi antara lain; penutur, lawan tutur, situasi, tujuan pembicaraan, konteks,

jalur, media dan peristiwa.

Didalam pragmatik dijelaskan bahwa bahasa itu tidak hanya berfungsi untuk

menginformasikan sesuatu (lokusi), tetapi dengan bahasa seseorang juga bias melakukan

sesuatu (ilokusi) dan mempengaruhi orang lain (perlokusi).

Media untuk menyampaikan bahasa pun bermacam-macam, baik media cetak maupun

elektronik. Bahasa berkaitan erat dengan media komunikasi massa. Melalui media

komunikasi massa seseorang dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada khalayak

umum, seperti penyampaian iklan pada media cetak.

Kecanggihan media informasi dan komunikasi memberikan peluang kepada pengguna bahasa

untuk menyalurkan ide atau pemikirannya, salah satunya melalui media iklan. Iklam

merupakan media yang tepat untuk berkomunikasi dengan konsumen agar produk dan jasa

yang ditawarkan diminati banyak orang. Iklan yang diterbitkan harus kreatif, menarik dan

Page 4: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

sifatnya mengajak pembaca.

Memahami bahasa adalah hal penting dalam strategi pemasaran sebuah iklan. Penelitian

penyampaian bahasa sebagai pesan dalam sebuah wacana iklan merupakan bentuk tuturan

yang telah direncanakan dan mempunyai tujuan tertentu. Sukses atau tidaknya pemasaran

iklan tersebut tergantung pada bahasa yang digunakan.

Pilihan kata pada penggunaan bahasa dalam wacana iklan pasti terlebih dahulu dipikirkan

baik buruknya, cocok atau tidaknya bahasa tersebut dipakai sebelum iklan diterbitkan. Setiap

iklan tentu memiliki cara penyampaian pesan yang berbeda-beda. Dan inilah menjadi ciri

khusus dari bahasa iklan tersebut. Dari cara penyampaian pesan tersebut dapat memudahkan

pembaca dalam memahami maksud tuturan dalam wacana iklan.

Salah satu media untuk menyampaikan iklan adalah koran. Koran merupakan lembaran-

lembaran kertas yang bertuliskan dan berisikan kabar (berita) serta informasi. Didalam Koran

tersebut, pembaca dapat memperoleh informasi terbaru dan terkini yang sedang menjadi topik

pembicaraan banyak orang.

Dari berbagai macam nama Koran dalam penelitian ini, penulis memilih Koran Singgalang

sebagai sumber datanya. Penulis akan menggunakan analisis tindak tutur dan implikasinya

dalam wacana iklan.

Berdasarkan uraian diatas, cirri khusus dari bahasa iklan adalah cara penyampaian pesan

yang berbeda-beda. Dari cara penyampaian pesan tersebut, penulis bermaksud meneliti

tentang tindak tutur dan implikasinya dalam wacana iklan. Oleh karena itu, penulis

memberikan judul penelitian dengan, “Analisis tindak tutur dan implikasi dalam wacana

iklan”.

B.     Fokus Masalah

Berdasarkan pembahasan dari latar belakang masalah, penelitian ini difokuskan pada,

“Analisis tindak tutur dan implikasi dalam wacana iklan mobil”.

C.     Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus masalah diatas, maka pertanyaan penelitian ini adalah, “Bagaimanakah

analisis tindak tutur dan implikasi dalam wacana iklan mobil?”

Page 5: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

D.    Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah, “Menganalisis

tindak tutur dan implikasi dalam wacana iklan mobil”.

E.     Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Penulis, untuk mengetahui analisis tindak tutur dan implikasi dalam wacana iklan mobil.

2. Pembaca, untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang analisis tindak tutur dan

implikasi dalam wacana iklan mobil.

3. Guru, supaya bias menerapkan pembelajaran tentang analisis tindak tutur dan implikasi

dalam wacana iklan.

Page 6: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A.    Kajian Teori

1. Pengertian Bahasa

Menurut Gorys Keraf ( 1989 :1), “Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat

berupa symbol bunyi yang dihasilkan oleh aat ucap manusia”. Semua orang menyadari

bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa.

Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang berada disekitar manusia:

peristiwa-peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, hasil cipta karya manusia dan

sebagainya, mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disusun dan diungkapkan kembali

kepada orang-orang sebagai bahan komunikasi. Komunikasi melalui bahasa ini

memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan

lingkungan sekitarnya.

Menurut Kridalaksana (dalam Agustina, 1995:1), “Bahasa adalah sistem lambang bunyi

yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,

berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri”. Batasan tersebut diperinci menjadi: bahasa

adalah sebuah sistem, bahasa merupakan sebuah sistem lambing, bahasa itu bermakna,

bahasa bersifat konvensional sistem bunyi, bersifat arbitrer, produktif, unik, universal, bahasa

mempunyai variasi-variasi dan bahasa sebagai media pengidentifikasian diri.

Prof. Anderson (dalam Tarigan, 1986:2-3) mengemukakan adanya delapan prinsip dasar

bahasa, yaitu: 1) bahasa adalah suatu sistem, 2) bahasa adalah vocal, 3) bahasa tersusun dari

lambing-lambang manasuka (arbitrer), 4) bahasa bersifat unik, 5) bahasa dibangun dari

kebiasaan-kebiasaan, 6) bahasa adalah alat komunikasi, 7) bahasa berhubungan erat dengan

budaya tempatnya berada, 8) bahasa itu berubah-rubah.

Menurut Plato (dalam http://carapedia.com/pengertian.definisi.bahasa.info 494.html),

“Bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau

sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara

lewat mulut”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, bahasa merupakan alat komunikasi yang

dipergunakan oleh manusia untuk berkomunikasi, berinteraksi, bekerja sama dan

mengidentifikasikan diri.

2. Jenis Bahasa

Dra. Agustina M.Hum (1995:4-5) mengemukakan jenis bahasa ditinjau dari segi media yang

digunakan, yaitu; 1) bahasa lisan (spoken language), 2) bahasa tulisan (written language), 3)

Page 7: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

bahasa isyarat (gesture language). Bahasa lisan adalah bahasa yang menggunakan bunyi yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia sebagai medianya. Berkomunikasi lewat bahasa lisan

menghendaki para partisipannya berhadapan, baik langsung maupun tak langsung. Bahasa

tulisan adalah yang menggunakan tulisan atau lambing yang berupa huruf-huruf sebagai

medianya. Bahasa tulisan berhubungan erat dengan bahasa lisan, karena bahasa tulisan tidak

akan ada kalau tidak ada bahasa lisan. Bahasa isyarat disebut juga bahasa nonverbal karena

bahasa ini tidak menggunakan bunyi dan tulisan sebagai medianya tetapi menggunakan

isyarat.

3. Fungsi Bahasa

Gorys Keraf (1989 : 3-6) mengemukakan fungsi bahasa ada empat, yaitu; 1) alat untuk

menyatakan ekspresi diri, 2) sebagai alat komunikasi, 3) alat untuk mengadakan integrasi dan

adaptasi sosial, 4) alat untuk mengadakan control sosial. Sebagai alat untuk menyatakan

ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada

kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Sebagai alat komunikasi,

dengan adanya komunikasi seseorang dapat menyampaikan semua yang dirasakan dan

dipikirkannya kepada orang lain. Bahasa sebagai alat mengadakan integrasi dan adaptasi

sosial, seseorang mencoba menyesuaikan dirinya dengan semua orang melalui bahasa. Bila ia

dapat menyesuaikan dirinya maka ia pun dengan mudah membaurkan dirinya (integrasi)

dengan segala macam tata-krama di lingkungannya. Bahasa sebagai alat mengadakan control

sosial, semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan

mempergunakan bahasa. Semua tutur dimaksudkan untuk mendapatkan tanggapan.

Halliday (dalam Agustina, 1995:8), merinci fungsi bahasa menjadi tujuh jenis. Ketujuh jenis

tersebut adalah: 1) fungsi instrumental, untuk menghasilkan tindakan-tindakan komunikatif

dalam kondisi tertentu, 2) fungsi regulasi, untuk mengatur orang lain, 3) fungsi

representasional, untuk menjelaskan fakta dan pengetahuan, 4) fungsi interaksional, untuk

memantapkan ketahanan dan kelangsungan komunikasi sosial, 5) fungsi personal, untuk

mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksi yang mendalam, 6) fungsi

heuristik, untuk memperoleh dan mempelajari ilmu pengetahuan, 7) fungsi imajinatif, untuk

melayani penciptaan gagasan-gagasan yang bersifat imajinatif.

4. Pengertian Pragmatik

Menurut George (dalam Tarigan, 1986:32), “Pragmatik adalah telaah mengenai keseluruhan

perilaku insan, terutama sekali dalam hubungannya dengan tanda-tanda dan lambang-

lambang”. Pragmatik memusatkan perhatian pada cara insane berperilaku dalam keseluruhan

situasi pemberian tanda dan penerimaan tanda.

Page 8: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

Menurut Levinson (dalam Tarigan, 1986:33), “ Pragmatik adalah telaah mengenai relasi

antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu laporan pemahaman bahasa atau

telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-

kalimat dan konteks-konteks secara tepat”.

Menurut Charles Morris (dalam Tarigan, 1986:33), “ Pragmatik adalah telaah mengenai

hubungan tanda-tanda dengan para penafsirnya.” Teori pragmatik menjelaskan alasan atau

pemikiran para pembicara dan para penyimak dalam menyusun korelasi dalam suatu konteks

sebuah tanda kalimat suatu proposi (rencana atau masalah).

Selanjutnya, menurut Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan (1986:33), “Pragmatik adalah telaah

mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik”. Jadi, dapat

dikatakan pragmatik memperbincangkan segala aspek makna ucapan yang tidak dapat

dijelaskan secara tuntas oleh referensi langsung kepada kondisi-kondisi kebenaran kalimat

yang diucapkan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, pragmatk adalah cabang ilmu bahasa yang

mempelajari struktur bahasa secara eksternal yang terikat dengan konteksnya.

5. Pengertian Implikatur

Menurut Grice (dalam Wijana, 1996: 37-39) dalam artikelnya yang berjudul Logic and

Conversation mengemukakan bahwa tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan

merupakan bagian daari tuturan bersangkutan. Proposisi yang diimplikasikan itu disebut

implikatur (implicature). Karena implikatur bukan merupakan bagian tuturan yang

mengimplikasikannya, hubungan kedua proposisi itu bukan merupakan konsekuensi mutlak.

Menurut Agustina (1995: 54), “Konsep implikatur dipakai untuk menerangkan perbedaan

yang sering terdapat antara apa yang diucapkan dengan apa yang diimplikasi”. Konsep

implikatur percakapan ini diajukan Grice untuk menanggulangi makna bahasa yang tidak

dapat ditanggulangi oleh teori semantic biasa. Konsep implikatur dapat memberikan suatu

penjelasan yang eksplisit tentang kemungkinan apa yang diucapkan secara lahiriah berbeda

dari apa yang dimaksud dan pemakai bahasa itu mengerti atau dapat menangkap pesan yang

dimaksud dalam ungkapannya.

Selanjutnya, dapat dilihat dari contoh wacana iklan: “Pesta Ertiga 2012, dengan hadiah

menarik Motor Suzuki NEX dan puluhan hadiah menarik lainnya”. Tuturan tersebut

mengimplikasikan bahwa adanya penarikan undian berhadiah. Didalam pertuturan yang

sesungguhnya, penutur dan mitra tutur dapat secara lancer berkomunikasi karena mereka

berdua memiliki kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan

itu. Diantara penutur dan lawan tutur terdapat semacam kontrak percakapan tidak tertulis

Page 9: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling dimengerti. Jadi, dapat dikatakan implikasi

itu merupakan maksud dan tanggapan dari apa yang dituturkan.

B.     Kerangka Konseptual

Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal yang terikat

dengan konteksnya. Pragmatik juga dapat diartikan sebagai telaah mengenai hubungan tanda-

tanda dengan penafsirnya.

Konsep implikatur dipakai untuk menerangkan perbedaan yang sering terdapat antara apa

yang diucapkan dengan apa yang diimplikasi.

ANALISIS IMPLIKATUR PRAGMATIK FUNGSI BAHASA JENIS BAHASA BAHASA KEBAHASAAN

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Page 10: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Moleong (1998: 2), “Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan kata-kata atau lisan objek yang diamati”.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk menjelaskan

kondisi suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.

Menurut Nazir (2005: 54), “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk

membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Menurut Bagdan dan Taylor (dalam Moleong, 1998: 21), “Penelitian kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati”.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan yang terdapat dalam wacana iklan. Wacana

yang terdapat dalam Koran Singgalang, berupa wacana iklan mobil.

Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan metode simak. Menurut

Mahsun (2005:90), “Metode simak adalah metode yang digunakan untuk menyimak

penggunaan bahasa”. Menyimak di sini bukan hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa

secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis.

Di dalam penggunaan secara tertulis harus dilakukan dengan menggunakan teknik cata yaitu

mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitiannya dari penggunaan bahasa secara

tertulis. Teknik tersebut dapat digunakan pada penelitian penggunaan bahasa secara tertulis.

Jadi, wacana iklan mobil “Ertiga” yang diteliti merupakan penggunaan bahasa tertulis.

Data Analisis Tindak Tutur dan Implikasi dalam Wacana Mobil

No Tuturan Implikasi

1.

2.

3.

Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah teknik pilah. Teknik pilah

Page 11: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

merupakan teknik yang digunakan dalam menentukan identitas objek sasaran penelitian yang

berupa satuan lingual. Unsur penentu dalam penganalisisan data yaitu daya pilah pragmatis,

yang alat penentunya berasal dari mitra tutur yang mendengarkan tuturan tersebut.

Daya pilah pragmatis dilakukan dengan memilah-milah satuan lingual menjadi

tuturan dalam suatu percakapan dalam sebuah wacana. Contoh pada wacana iklan mobil yang

ada pada Koran Singgalang: “Pesta Ertiga 2012 dengan hadiah menarik motor Suzuki NEX

dan puluhan hadiah menarik lainnya”. Tuturan tersebut mengimplikasikan bahwa adanya

penarikan undian berhadiah. Dapat juga mengimplikasikan bahwa pelangan yang mengikuti

pesta Ertiga akan mendapatkan hadiah.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 1995. Pragmatik Dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Padang: IKIP Padang

Press.

Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Fajar Interprata Offset.

Moleong, Lexy. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Plato. 2010. “Definisi Bahasa”. http://carapedia.com/pengertian.definisi.bahasa.info494.html.

Diakses 6 Desember 2012.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa Bandung.

Wijana, I Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Wacana Kampanye

WACANA KAMPANYE POLITIK PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA MEDAN, PERIODE

2010-2015

Oleh : Lidia Sianturi 06

BAB I

Page 12: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa sebagai lambang bunyi yang arbitrer digunakan oleh masyarakat untuk berhubungan

dan bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Harimurti Kridalaksana, 1994:24).

Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat

digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaaan dan pengalamannya

kepada orang lain. Tanpa bahasa manusia akan lumpuh dalam komunikasi maupun interaksi antara

individu maupun kelompok. Dengan demikian, manusia tidak dapat terlepas dari bahasa karena

pentingnya fungsi bahasa dalam kehidupannya.

Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang informasi yang

dituturkan oleh komunikator memiliki maksud terselubung. Oleh karena itu, setiap manusia harus

memahami maksud dan makna tuturan yang diucapkan oleh lawan tuturnya. Dalam hal ini tidak

hanya sekedar mengerti apa yang telah diujarkan oleh si penutur, tetapi juga konteks yang

digunakan dalam ujaran tersebut harus dipahami. Kegiatan semacam ini akan dapat dianalisis dan

dipelajari dengan pragmatik. Pragmatik merupakan subdisiplin linguistik interdisipliner yang tidak

hanya terbatas pada kerangka teori saja namun merupakan ilmu yang diterapkan dalam kehidupan

masyarakat. Pragmatik cenderung mengkaji fungsi ujaran atau fungsi bahasa daripada bentuk atau

strukturnya. Dengan kata lain, pragmatik lebih cenderung ke fungsionalisme daripada ke arah

formalisme. Penerapan pragmatik dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui dengan menganalisis

bentuk-bentuk penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tulisan yang berwujud tuturan.

Dalam kajian ilmu pragmatik juga dibahas tentang implikatur. Salah satu aplikasi bahasa

sebagai alat komunikasi adalah implikatur dalam wacana kampanye politik. Implikatur adalah ujaran

atau pernyataan yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan.

Dilihat dari sudut pandang pragmatik, dalam kampanye politik banyak implikatur di balik janji-janji

yang disampaikan kepada rakyat. Pada dasarnya wacana kampanye politik ini lekat dengan situasi

politik partai yang terkait dengan dukung- mendukung. Hal ini dijumpai ketika adanya pemilihan

umum baik pemilihan presiden dan wakilnya, calon legislatif, dan pemilihan umum kepala daerah.

Tahun 2010 memiliki arti penting bagi seluruh masyarakat Medan karena tahun tersebut diadakan

pemilihan umum calon walikota dan wakil walikota yang diadakan tanggal 9 Juli 2010 yang diawali

dengan kampanye yang sangat menarik. Nama-nama pasangan calon Walikota dan wakil Walikota

Medan yang terpilih adalah: no. urut 1 pasangan Dr. H. Sjahrial R. Anas-Drs. H. Yahya Sumardi. No.

Page 13: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

urut 2 pasangan Sigit Pramono Asri, S.E.-Ir. Hj. Nurlisa Ginting, M.Sc. No. urut 3 pasangan Indra Sakti

Harahap, S.T., M.Sc.-Dr. Delyuzar, S.P., PA(K). No. urut 4 pasangan H. Bahdin Nur Tanjung, S.E.,

M.M.-Drs. H. Kasim Siyo. No. urut 5 pasangan Drs. H. Joko Susilo-Amir Mirza Hutagalung, S.E. No.

urut 6 pasangan H. Rahudman Harahap-H. Djulmi Eldin. No. urut 7 pasangan Prof. Dr. H.M. Arif

Nasution, M.A.-H. Supratikno W.S., S.E. No. urut 8 pasangan Ir. H. Maulana Pohan, M.M.-H. Ahmad

Arif, S.E.,M.M. No. urut 9 pasangan H. Ajib Shah-Dr. Ir. Binsar Situmorang, M.Si. No. urut 10

pasangan dr. Sofyan Tan-Nelly Armayanti, S.P., M.Sp.

Perubahan sistem pemilihan yang ditetapkan melalui putusan Mahkamah Konstitusi yang

berbasis pada perolehan suara telah membuat para caleg mengubah strategi. Sistem perolehan

suara terbanyak mau tidak mau membawa atmosfer kompetisi yang semakin ketat. Tidak hanya

dengan partai lawan, tetapi juga dengan rekan separtai kekuatan figur menjadi sangat penting. Salah

satu cara memperkenalkan figur tersebut melalui berbagai atribut kampanye yang dianggap simbol

reprentasi calon legislatif. Meskipun tidak memberikan pengaruh signifikan, nyatanya baliho

digunakan para caleg untuk mencitrakan dirinya dengan menggunakan kata-kata atau gambar yang

unik. Strategi berkomunikasi untuk menyampaikan pesan dan menarik perhatian rakyat menjadi

prioritas utama bagi para juru kampanye.

Kajian implikatur dianggap penting karena terikat konteks untuk menjelaskan maksud

implisit dari tindak tutur penuturnya. Dengan demikian praanggapan lawan tutur bermacam-macam

bergantung pada referensi dan pemahaman konteks yang dimilikinya untuk membuat inferensi

terhadap implikatur dari seseorang penutur. Untuk memahami bentuk-bentuk bahasa yang

implikatif perlu adanya pengkajian dan analisis yang mendalam. Selain itu, dalam mengkaji dan

menganalisis memerlukan kepekaan dengan konteks yang melingkupi peristiwa kebahasaan itu,

supaya maksud terselubung di balik wacana kampanye politik benar-benar dimengerti oleh

masyarakat.

Dengan melihat secara khusus teks-teks yang digunakan dalam wacana kampanye politik

saat ini, kita dapat membangun kesimpulan tentang kedudukan bahasa dalam kampanye tersebut.

Bahasa-bahasa dalam wacana kampanye politik tersebut berdiri sebagai sesuatu yang harus dibaca

dan dilihat. Kata-kata tersebut memberi kita ide dan visi baru yang mempengaruhi cara berpikir kita.

Untuk dapat mempengaruhi pembaca, wacana kampanye politik biasanya ditampilkan dengan suatu

gaya pengungkapan yang khas. Kekhasan dari wacana kampanye itu sangat menarik.

Dalam memahami implikatur dalam wacana kampanye politik pemilihan calon Walikota dan

Wakil Walikota Medan periode 2010-2015 ini, pembaca sangat terbantu dengan adanya ilustrasi

Page 14: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

gambar dengan berbagai karakter , ukuran dan penguatan kata-kata. Kedudukan gambar cukup

penting dalam menarik perhatian khalayak karena lebih mudah diingat daripada kata-kata yang

mempunyai banyak maksud yang bisa digali didalamnya. Dan salah satu kekhasan gambar adalah

sebagai alat ungkap pesan secara visual menawarkan kesempatan luas untuk didayagunakan sebagai

alat memperjelas pesan, mudah dimengerti, menarik perhatian dalam rangka mengajak sesuatu

maksud atau gagasan kepada khalayak.

Dengan demikian, aspek desain komunikasi visual dalam rangkaian wacana kampanye

politik pemilihan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015 merupakan upaya

persuasif bersifat mengajak, menginformasikan, menegaskan, dan menyuruh atau memerintah.

Sedangkan tujuannya adalah untuk mempengaruhi pembaca, merangsang perhatian, menimbulkan

tindakan, merangsang tindakan, supaya memilih sesuai dengan kehendak khalayak.

Grice (1967 dalam Soemarmo, 1988:170) mengemukakan bahwa untuk dapat menggunakan

bahasa secara efektif dan efisien diperlukan kaidah penggunaan bahasa. Kaidah ini terdiri dari 2

pokok, yaitu: (1) prinsip koperatif yang menyatakan “katakan apa yang diperlukan pada saat

terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu.” (2) empat maksim

percakapan yang terdiri dari maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim

pelaksanaan. Beliau juga menyatakan, apabila salah satu dari empat maksim tersebut tidak dipatuhi

berarti sipembaca bermaksud menyatakan sesuatu dibalik yang diucapkannya. Dengan demikian,

ucapan tersebut mempunyai implikatur karena mempunyai maksud dibalik ucapan itu (Lubis, 1993:

74)

Wacana kampanye politik ini jelas mengandung implikatur dan hal ini sangat menarik. Untuk

menemukan implikatur yang terdapat pada suatu ujaran dibutuhkan kaidah pertuturan. Kaidah

tersebut terdiri dari: (1) penentuan makna dasar dari ucapan itu, (2) penentuan implikaturnya yang

terdiri dari penganutan prinsip kooperatifnya, nilai evaluatifnya dan kemungkinan kesimpulannya

(Siregar, 1997:39)

Bentuk wacana kampanye politik pemilihan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan

periode 2010-2015 pada media luar ruang seperti baliho juga tidak terlepas dari tindak tutur. Dalam

menelaah implikatur harus benar-benar disadari pentingnya konteks ucapan tuturan. Tuturan

wacana kampanye politik pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan, periode 2010-2015

memiliki keunikan tersendiri dan sangat menarik untuk diteliti karena banyak pesan-pesan yang

dapat diungkapkan di dalamnya. Dengan alasan inilah peneliti tertarik untuk mengangkat “Implikatur

Page 15: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

dalam Wacana Kampanye Politik Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan Periode 2010-2015”

sebagai judul penelitian.

1.2 Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Implikatur apa sajakah yang terdapat dalam wacana kampanye politik pemilihan Walikota dan Wakil

Walikota Medan, periode 2010-2015?

2. Tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam Wacana Kampanye Politik Pemilihan Walikota dan

Wakil Walikota Medan, periode 2010-2015?

1.2.1 Batasan Masalah

Suatu penelitian harus dibatasi supaya terarah dan tujuannya tercapai. Ruang lingkup

penelitian ini terbatas pada analisis pragmatik yang meliputi implikatur dan tindak tutur yang

terdapat dalam wacana kampanye politik pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan, periode

2010-2015. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah wacana kampanye politik yang

penulis batasi hanya pada media cetak khususnya baliho. Sedangkan data yang digunakan untuk

analisis, penulis batasi mulai rangkaian periode yaitu tahun 2010.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Menentukan implikatur yang terdapat dalam Wacana Kampanye Politik Pemilihan Walikota

dan wakil Walikota Medan, periode 2010-2015.

2. Menentukan dan menganalisis jenis-jenis tindak tutur dalam Wacana Kampanye Politik

Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015.

1.4 Manfaat

Page 16: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

Penelitian ini memiliki manfaat baik untuk diri peneliti sendiri maupun orang lain, adapun

manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Memberikan pengalaman tersendiri bagi peneliti dengan mengetahui implikatur dalam

wacana kampanye politik pemilihan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010

– 2015.

2. Menambah sumber bacaan, memperkaya ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai

bahan perbandingan kepada peneliti-peneliti lainnya yang ingin menganalisis tentang

implikatur dalam sebuah wacana kampanye politik.

3. Memberikan sumbangan pikiran untuk pengajaran Pragmatik Indonesia, khususnya bidang

implikatur dalam sebuah wacana kampanye politik.

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah: 1 rancangan atau buram surat, dsb. 2 ide atau pengertian yang diabstrakkan

dari peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung dua – yang berbeda; 3 gambaran mental dari

obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk

memahami hal-hal lain (KBBI, 1988:546).

Untuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini diperlukan beberapa konsep, yaitu

konsep implikatur dan konsep wacana kampanye politik.

2.1.1 Konsep Implikatur

Implikatur merupakan satu kajian bidang ilmu Pragmatik. Implikatur adalah ujaran atau

pernyataan yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan atau

dengan kata lain tuturan yang disampaikan itu dicakup dalam dua bagian yaitu apa yang

disampaikan (makna dasar) dan apa yang diimplikasikan (makna lain/implikaturnya).

Page 17: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

2.1.2 Konsep Wacana Kampanye Politik

Wacana adalah kesatuan tutur yang merupakan; satuan bahasa terlengkap yang

direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh seperti novel, buku, artikel, pidato atau

kotbah (Alwi, dkk. 2003:1265). Wacana merupakan penggunan bahasa dalam komunikasi baik lisan

maupun tulisan (Yule, 1996:143). Wacana yang dimaksud adalah satu kesatuan semantik bukan

kesatuan gramatikal. Kesatuannya dilihat dari kesatuan maknanya bukan dari bentuknya (morfem,

klausa, kata atau kalimat).

Kampanye politik merupakan proses menyampaikan pesan-pesan politik yang salah satu

fungsinya memberikan pendidikan politik bagi masyarakat. Setiap partai politik selalu berusaha

menemukan cara-cara paling efektif untuk merekrut massa sebanyak-banyaknya. Salah satu cara

merekrut massa tersebut adalah melalui pesan-pesan politik dari para kandidat. Pesan-pesan

tersebut semakin bervariasi baik bentuknya maupun media yang digunakan. Media iklanlah yang

paling banyak dipilih oleh para kandidat. Media iklan tersebut diantaranya media cetak, media

elektronik, dan media luar ruang seperti baliho, spanduk, poster, dll. Cara memperkenalkan figur

tersebut melalui berbagai atribut kampanye yang dianggap sebagai simbol reprentasi caleg dengan

menggunakan kata-kata atau gambar yang unik untuk menarik perhatian masyarakat.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pragmatik

Menurut Yule, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna yang

dikehendaki sipenutur (dalam Cahyono, 1955:213). Dalam pragmatik juga dilakukan kajian tentang

deiksis, praanggapan, implikatur, inferensi, tindak tutur, dan aspek-aspek struktur wacana

(Levinson, 1983 dalam Soemarmo, 1988:169).

Dalam penelitian ini, pembicaraan mengenai kajian pragmatik lebih dibatasi pada implikatur

tindak tutur yang merupakan bagian dari suatu tuturan, dan konteks yang mempunyai peranan

penting dalam situasi tuturan.

2.2.2 Implikatur

Page 18: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

Menurut Gunpers (dalam Lubis, 1991:68), inferensi (implikatur) adalah proses interpretasi

yang ditentukan oleh situasi dan konteks. Selalu benar apa yang dimaksud oleh sipembicara tidak

sama dengan apa yang ditanggap oleh sipendengar sehingga terkadang jawaban si pendengar tidak

dapat atau sering juga terjadi si pembicara mengulangi kembali ucapannya mungkin dengan cara

atau kalimat yang lain supaya dapat ditanggapi oleh si pendengar

Hal yang memungkinkan berlangsungnya situasi percakapan seperti di atas dikuasai oleh

satu hukum atau kaidah pragmatik umum yang menurut H. Paul grice (1967 dalam Soemarmo,

1988:171) disebut kaidah penggunaan bahasa. Kaidah ini mencakup peraturan tentang bagaimana

percakapan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Kaidah ini terdiri dari 2 pokok, yaitu: (1)

prinsip koperatif yang menyatakan “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan

itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu.” (2) empat maksim percakapan yang terdiri dari

maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.

Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya.

Konstribusi peserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Misalnya

seorang harus mengatakan bahwa Indonesia adalah ibukota Jakarta, bukan kota-kota yang lain

kecuali kalau benar-benar tidak tahu. Akan tetapi, bila terjadi hal yang sebaliknya, tentu ada alasan-

alasan mengapa hal demikian bisa terjadi.

Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan konstribusi yang

secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.

Contoh:

(4) Tetangga saya hamil

(5) Tetangga saya yang perempuan hamil

Ujaran (4) di atas lebih ringkas, juga tidak menyimpang nilai kebenaran (truth value). Setiap orang

tentu mengetahui bahwa wanitalah yang mungkin hamil. Dengan demikian, elemen yang

perempuan dalam tuturan (5) sifatnya berlebihan. Kata hamil dalam (4) sudah menyarankan tuturan

itu. Kehadiran yang perempuan dalam (5) justru menerangkan hal-hal yang sudah jelas. Hal ini

bertentangan dengan maksim kuantitas.

Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan konstribusi yang

relevansi dengan masalah pembicaraan.

Contoh:

Page 19: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

(6) + Ani, ada telepon untuk kamu.

- Saya lagi di belakang, Bu!

Jawaban (-) pada (6) di atas sipintas tidak berhubungan, tetapi bila diamati, hubungan

implikasionalnya dapat diterangkan. Jawaban (-) pada (6) mengimplikasikan bahwa saat itu ia tidak

dapat menerima telepon itu. Fenomena (6) mengisyaratkan bahwa fenomena relevansi tindak ucap

peserta konstribusinya tidak selalu terletak pada makna ujarannya, tetapi memungkinkan pula pada

apa yang diimplikasikan ujaran itu

Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung,

tidak takabur, tidak taksa, dan tidak belebihan serta runtut.

Contoh:

(7) + let’s stop and get something to eat!

- Okay, but not M-C-D-O-N-A-L-D-S!

Dalam (7) tokoh (-) menjawab ajakan (+) secara langsung, yakni dengan mengeja satu per satu kata

Mc Donalds penyimpangan ini dilakukan karena ia tidak menginginkan anaknya yang sangat

menggemari makanan itu mengetahui maksudnya.

Salah satu pegangan atau kaidah percakapan ialah bahwa pendengarnya menganggap

bahwa pembicaraanya mengikuti dasar-dasar atau maksim di atas. Apabila terdapat tanda-tanda

bahwa salah satu dasar atau maksim tersebut tidak diikuti, maka ucapan itu mempunyai implikatur

(Siregar 1997:30)

Contoh:

A. Nasinya sudah masak. Implikaturnya adalah silakan dimakan.

B. Saya punya sepeda. Implikaturnya adalah sepeda saya boleh Anda pakai.

Kalimat-kalimat di atas mempunyai implikatur karena keduanya tidak sesuai dengan maksim

kuantitas (sesuatu yang jelas masih dinyatakan). Jadi, pendengarnya harus memutuskan bahwa ada

makna lain dibalik ucapan itu. Dan karena disetiap percakapan kita harus menganggap bahwa prinsip

kooperatifnya selalu diikuti, maka tugas pendengarnya adalah menetapkan atau mengolah ucapan

itu untuk menentukan makna dibaliknya dengan mempergunakan kaidah-kaidah yang ada

Page 20: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

2.2.3 Tindak Tutur

Menurut Searle, dalam komunikasi bahasa terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa

komunikasi bahasa bukan sekedar lambang, kata, atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila

disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku atau tindak tutur.

Lebih tegasnya, tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan

merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. Sebagaimana komunikasi bahasa yang dapat

berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah, tindak tutur dapat pula berwujud pernyataan,

pertanyaan, dan perintah (dalam Rani, 2004:158)

Teori tindak tutur dikemukakan oleh John R. Searle (1983) dalam bukunya Speech Acts: An

Essay in the Philosophy of Language. Ia membagi praktik penggunaan bahasa menjadi tiga macam

tindak tutur, yaitu:

1. Tindak ‘lokusi’ yang mengaitkan suatu topik dengan satu keterangan dalam ungkapan, serupa

dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis. Dalam

tindak ini tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan sipenutur, tetapi

bermaksud untuk memberi tahu petutur (dalam Lubis, 1991:9)

Contoh: Saya lapar, seseorang mengartikan Saya sebagai orang pertama tunggal (sipenutur), dan

lapar mengacu ke ‘perut yang kosong dan perlu diisi’, tanpa bermaksud untuk meminta makanan.

2. Tindak ‘ilokusi’ yaitu tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu. Pada tindak

tutur ini, penutur mengucapkan kalimat bukan dimaksudkan untuk memberi tahu penutur saja,

tetapi ada keinginan petutur melakukan tindakan.

Contoh: Saya lapar yang maksudnya adalah meminta makanan merupakan suatu tindak ilokusi.

Begitu juga kalimat “ Saya mohon bantuan Anda” bukan hanya suatu pernyataan saja, tetapi

maksudnya adalah si penutur benar-benar meminta bantuan.

3. Tindak ‘perlokusi’ yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai

dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu (Nababan, 1989:18, dalam Lubis, 1993:9)

Contoh: darikalimat Saya lapar yang dituturkan oleh sipenutur menimbulkan efek kepada pendengar

yaitu dengan memberikan atau menawarkan makanan kepada penutur.

Dalam ilmu bahasa dapat kita samakan tindak lokusi itu dengan “predikasi”, tindak ilokusi

dengan ‘maksud kalimat’ dan tindak perlokusi dengan ‘akibat suatu ungkapan’. Atau dengan kata

lain dapat kita katakan bahwa lokusi adalah makna dasar atau referensi kalimat itu, ilokusi sebagai

Page 21: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

daya yang ditimbulkan oleh pemakainya sebagai perintah, ejekan, keluhan, pujian, dan lain-lain.

Perlokusi adalah hasil dari ucapan tersebut terhadap pendengarnya

Kalimat: Nilai raportmu bagus sekali!

Dari segi lokusi, ini hanya sebuah pernyataan bahwa nilai raport itu bagus (makna dasar). Dari segi

ilokusi, dapat berupa pujian atau ejekan. Pujian kalau nilai raportnya memang bagus, dan ejekan

kalau nilainya tidak bagus. Dari segi perlokusi dapat membuat pendengar itu menjadi sedih (muram)

dan sebaliknya dapat mengucapkan terima kasih.

Ucapan yang tidak langsung itu tidak menyatakan pujian atau ejekan, tetapi mengharuskan

si pedengar mengolahnya sehingga makna yang sebenarnya dapat ditentukannya.

Jadi, kalimat: nilai raportmu bagus sekali bermakna dasar sebuah raport bernilai bagus.

Prinsip kooperatifnya di sini dijalankan karena sipembicara menyatakan sesuai dengan tujuan

pembicara itu. Dari segi evaluatifnya dapat dikatakan sebagai berikut: si pembicara menyatakan

sesuatu dengan terang dan jelas dan ini biasanya mempunyai makna dibalik ujaran tersebut.

Dalam hal ini, konteks dan penuturnya memegang peranan untuk menyatakan nilai

evaluatifnya. Jika yang menyatakan itu adalah orang tua kepada anaknya yang menunjukkan

raportnya dan air muka orang tua itu tidak jernih, maka jelas daya ilokusi pernyataan itu adalah

kekesalan. Kesimpulan ini menentukan bagaimana respon si pendengar atau anak yang mempunyai

raport tersebut. Ia mungkin akan menyatakan bahwa guru-gurunya tidak jujur atau juga mungkin

hanya merasa sedih atau mungkin juga dapat menangis, atau ia menyatakan akan berusaha sekuat

mungkin. Dan inilah nilai perlokusi.

Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni:

1. Representatif atau assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan, mengusulkan, membual,

mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan.

2. Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh

penutur, misalnya memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat

3. Komisatif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan,

menawarkan.

4. Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur

terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan

Page 22: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

selamat, memberi maaf, mengecam, menuduh, memuji, mengucapkan belasungkawa dan

sebagainya.

5. Deklaratif yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya

mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan

atau membuang, mengangkat (pegawai), dan sebagainya.

2.2.4 Konteks

Konteks berasal dari bahasa latin ‘contexere’ yang berarti ‘menjalin bersama’. Kata konteks

merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan

dirinya, yang terjalin bersama.

Hymes (1972, dalam Chaer, 1995:62), sorang pakar linguistik terkenal mengatakan bahwa suatu

peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkaikan

menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen itu adalah:

1. S (Setting and Scane).

2. P (Participants).

3. E (Ends), merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan.

4. A (Act sguence), mengacu kepada bentuk ujaran dan isi ujaran.

5. K (Keys), mengacu pada nada, cara dan semangat dimana suatu pesan disampaikan dengan senang

hati, serius, mengejek, bergurau.

6. I (Instrumentalities),

7. N (Norm of interaction and interpretation), mengacu pada tingkah laku yang khas dan sikap yang

berkaitan dengan peristiwa tutur.

8. G (Genres), mengacu pada jenis penyampaian.

Setting berkenaan dengan tempat dan waktu tuturan berlangsung, sedangkan scane mengacu

pada situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat dan situasi

tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di

lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu

berbeda dengan pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam

Page 23: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

keadaan sunyi. Di lapangan sepak bola kita boleh berbicara keras-keras, tetapi di ruang

perpustakaan harus seperlahan mungkin.

Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan

pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). Dua orang yang bercakap-

cakap dapat berganti peran sebagai pembicara dan pendengar, tetapi dalam khotbah di mesjid,

Khotib sebagai pembicara dan jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial

partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan. Misalnya, seorang anak akan

menggunakan ragam atau gaya bahasa yang berbeda apabila berbicara dengan orang tua atau

gurunya bila dibandingkan kalau ia berbicara dengan teman sebayanya.

Ends merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang terjadi di ruang

pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara, namun para partisipan di dalam

peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa,

pembela berusaha membuktikan bahwa terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha

memberikan keputusan yang adil. Dalam peristiwa tutur di ruang kajian linguistik, dosen yang cantik

itu berusaha menjelaskan materi kuliah agar dapat dipahami mahasiswanya, namun mungkin ada

diantara para mahasiswa datang hanya untuk memandang wajah ibu dosen yang cantik itu.

Act Sequence mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan

dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan apa hubungan antara apa yang

dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran dalam kuliah umum, dalam percakapan biasa,

dan dalam pesta adalah berbeda. Begitu juga dengan isi yang dibicarakan.

Keys mengacu pada nada, cara dan semangat di mana suatu pesan disampaikan: dengan

senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya.

Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.

Instrumentalities mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis,

melalui telegraf atau telepon. Instrumentatalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang

digunakan, seperti bahasa, ragam dialek atau register.

Norms of interaction and interpretation mengacu pada norma atau aturan dalam

berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya dan sebagainya. Juga

mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara.

Genres mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa dan

sebagainya.

Page 24: Proposal menulis karya ilmiah shintia M

2.3 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan

untuk dikaji dalam penelitian ini. Adapun sumber tersebut adalah seperti berikut.

Wijana (2001) meneliti implikatur dalam wacana pojok. Dia menyimpulkan tentang fakta

bahwa sebuah tuturan khususnya tuturan yang diutarakan untuk maksud mengritik, mengecam,

memberikan cara-cara dengan sopan, seperti halnya wacana pojok dikreasikan sedemikian rupa

dengan tuturan-tuturan yang berimplikatur. Dalam hal ini kajian pragmatik harus memberikan

kepastian konteks agar semakin sempit atau terbatas kemungkinan implikatur yang dapat

ditimbulkan oleh sebuah tuturan.

Dewana (2001), dalam skripsinya Pasangan Bersesuaian dalam Wacana Persidangan

(Analisis Implikatur Percakapan). Dia menyimpulkan tentang penerapan prinsip kerja sama serta

empat maksim percakapan pasangaan bersesuaian yang terdapat pada analisis implikatur

percakapan dalam wacana persidangan adalah pola panggilan-jawaban, pola permintaan

pemersilahan-penerimaan, pola permintaan informasi-pemberian, pola penawaran-penerimaan,

pola penawaran-penolakan.

Anina (2006) meneliti tentang implikatur percakapan dalam wacana humor berbahasa

Indonesia. Dia menyimpulkan bahwa wacana humor berbahasa Indonesia memilki karakteristik

wujud lingual implikatur percakapan seperti kalimat deklaratif, interogatif, imperatif. Selain itu,

implikasi pragmatis implikatur percakapan dalam wacana humor berbahasa Indonesia memiliki

fungsi menghibur, menyindir, memerintah, dan mengejek.

Dari uraian di atas, penelitian terhadap implikatur dalam wacana khususnya wacana

kampanye politik masih sedikit. Oleh karena itu, pada kesempatan ini akan diteliti bagaimana bentuk

implikatur dalam Wacana Kampanye Politik Pemilihan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota

Medan periode 2010-2015 dan pesan-pesan apa yang tersirat dibalik konteks yang dituturkan.

Diposkan oleh HUT_DO_PI di 03.26

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

http://hutdopi08.blogspot.com/2013/06/wacana-kampanye.html