Transcript
Page 1: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

PREVALENSI SKABIES DAN FAKTOR-FAKTOR YANGMEMPENGARUHINYA PADA SISWA - SISWI PONDOK

PESANTREN DARUL MUJAHADAHKABUPATEN TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH

BULAN OKTOBER TAHUN 2009

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :Yasin

NIM: 105103003443

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA1430 H/2009 M

Page 2: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 12 November 2009

Yasin

Page 3: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

iii

PREVALENSI SKABIES dan FAKTOR-FAKTOR yangMEMPENGARUHINYA PADA SISWA - SISWI PONDOK PESANTREN

DARUL MUJAHADAHKABUPATEN TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH

BULAN OKTOBER TAHUN 2009

Laporan PenelitianDiajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran(S.Ked)

OlehYasin

NIM: 105103003443

Pembimbing Riset

Silvia Fitrina Nasution M.Biomed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA1430 H/2009 M

Page 4: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul Prevalensi Skabies dan Faktor-Faktor yangMempengaruhinya Pada Siswa - Siswi Pondok Pesantren Darul MujahadahKabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah Bulan Oktober Tahun 2009 yangdiajukan oleh Yasin (NIM: 105103003443), telah diujikan dalam sidang diFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 20 November 2009. Laporanpenelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaKedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 20 November 2009

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang Pembimbing Penguji

dr. Riva Auda, SpA, M.Kes Silvia Nasution, M.Biomed Zeti Harriyati, M.Biomed

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN

Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM

Page 5: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

v

KATA PENGANTAR

لا

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memperindah kehidupan dengan

melimpahkan kasih sayang, kenikmatan, dan kemudahan tiada bertepi. Shalawat dan

salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan kasih

sayangnya terhadap hamba Allah juga makhluk lainnya memancar bagai pancaran

sinar matahari yang tiada terputus menerangi bumi. Atas nikmat-Nya dan karunia-

Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Prevalensi Skabies dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya Pada Siswa -

Siswi Pondok Pesantren Darul Mujahadah Kabupaten Tegal Provinsi Jawa

Tengah Bulan Oktober Tahun 2009.

Keberhasilan seseorang tidak terlepas dari budi baik dan bimbingan orang

lain. Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya pada pihak yang telah membantu dalam memberikan bimbingan, dukungan

moriil dan bantuan penyusunan skripsi ini. Hingga akhirnya penulisan skripsi ini

telah selesai tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih dan penghargaan, peneliti

sampaikan kepada :

1. Kedua orang tua tercinta yaitu

2. Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And dan Drs. Farida Hamid, MPd

selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr.dr.Syarief Hasan Lutfie, SpRM selaku ketua Program Studi Pendidikan

Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf yang telah membantu dan

segenap dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna

bagi peneliti.

Page 6: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

vi

4. Ibu Silvia Fitrina Nasurion M.Biomed Selaku pembimbing riset, yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan membimbing peneliti

dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas semua budi baik ibu.

5. Bapak K.H Asrori Muhtarom, S,Ag selaku Pimpinan serta seluruh jajaran staf

Pondok Pesantren Darul Mujahadah Tegal yang telah memberikan izin kepada

peneliti untuk melakukan penelitian.

6. Kakak dan adik yang selalu menjadi penyemangat peneliti.

7. Teman-teman dan sahabat yang selalu memberi atas dukungan, semangat,

kenangan dan kebersamaan yang indah selama ini.

Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun

sehingga peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya terutama untuk proses

kemajuan pendidikan selanjutnya.

Jakarta, 12 November 2009

Penulis

Page 7: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

vii

Yasin. Program Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi Skabies dan Faktor –Faktor yang Mempengaruhinya Pada Siswa - Siswi Pondok Pesantren DarulMujahadah Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah Bulan Oktober Tahun2009.

ABSTRAK

Latar belakang : Skabies adalah penyakit kulit yang biasa terjadi di lingkungan

Pondok Pesantren. Penyakit tersebut disebabkan oleh investasi dari tungau Sarcoptes

scabiei yang dapat menyebar secara mudah dari manusia ke manusia, dari binatang ke

binatang atau dari manusia ke binatang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui prevalensi penyakit skabies dan menganalisa factor-faktor risiko yang

mempengaruhinya pada siswa dan siswi (santri) Pondok Pesantren Darul Mujahadah

Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah.

Metode : Penelitian ini menggunakan desain studi observasional cross-sectional pada

bulan Oktober 2009. Total populasi 300 santri, dengan 76 santri diambil sebagai

sampel menggunakan metode simple randome sampling. Variable-variabel yang

diteliti terdiri dari sanitasi lingkungan, higienitas perorang dan perilaku sehat.

Sanitasi lingkungan mencakup penyediaan air bersih, sanitasi kamar mandi, sanitasi

kamar tidur (asrama). Higienitas perorang mencakup frekuensi mandi, pemakaian

sabun, pakaian serta handup secara bersama-sama. Perilaku sehat mencakup

pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap upaya pencegahan scabies. Hubungan dari

tiap parameter variable terhadap prevalensi penyakit skabies diukur dengan

menggunakan uji korelasi Bivariat.

Page 8: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

viii

Hasil penelitian : menunjukkan bahwa prevalensi penyakit skabies di Pondok

Pesantren Darul Mujahadah Kabupaten Tegal cukup tinggi yaitu sekitar 61,8%

dimana perilaku sehat (meliputi ; pengetahuan, sikap, perilaku) dan sanitasi

lingkungan (meliputi sanitasi kamar atau asrama, sanitasi kamar mandi dan

penyediaan air bersih) menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya skabies

(Bivariat = p < 0,05).

Kesimpulan : bahwa perilaku sehat dan sanitasi lingkungan mempengaruhi prevalensi

terjadinya skabies diantara para santri di Pondok Pesantren.

Saran : perlu dipikirkan matang-matang kendala-kendala atau masalah yang

mungkin akan ditemui di lapangan dan sebaiknya dilakukan pengambilan sampel

berulang.

Kata Kunci: Sanitasi Lingkungan, perilaku sehat, higienitas perorang, skabies.

Page 9: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

ix

Yasin. Medical Study Programe. The Prevalence of Scabies On StudentsBoarding School Darul Mujahadah Tegal Regency, Central Java Province InOctober of 2009.

ABSTRACT

Introduction : Scabies is a common skin disease among students (Santri) of Boarding

schools (Pondok Pesantren). It is caused by infestation of mite of Sarcoptes scabiei

that spreads easily from human to human, from animal to animal or from human to

animal vice versa. The aim of this study was to measure prevalence of Scabies

disease and to analyse factors influencing the prevalence of Scabies among students

of Darul Mujahadah Boarding schools in regency of Tegal, Central Java.

Method : This study was designed as a cross –sectional observational study in

October 2009. The total population was 300 students with 76 student samples taken

by a random sampling method. The variable that be researched are environment

sanitation, personal hygiene, and health behaviour. Environtment sanitation consist of

clean water supply, bedroom sanitation, and dormitory sanitation. Personal hygiene

consist of bath frequency, use of soap, clothes, and towel together. Healthy behaviour

consist of knowledge, behaviour and action to prevent scabies. Association of each

parameter of these variables with the prevalence of Scabies was analysed by using

Bivariate test.

Results : showed that prevalence of Scabies among students of Darul Mujahadah

Boarding school was high i.e. 61.8 %, which health behaviour (knowledge,

Page 10: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

x

behaviour, action) and sanitation factors influenced the disease were bedroom

sanitation, bathroom sanitation and clean water supply (Bivariate test p<0.05).

Conclusion : It is concluded that health behaviour and environmental sanitation

factors influencing the prevalence of Scabies among students of Boarding schools.

Suggestion : It is suggested to thought out any kind of problems that may rise when

take the data and doing repeatitive research for the better result.

Keywords :Environmental sanitation, healthy behaviour, personal hygiene, Scabies.

Page 11: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

xi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL……………………………………………………………………iLEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................................................iiLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………..iiiLEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………ivKATAPENGANTAR…………………………………………………………..........vABSTRAK..................................................................................................................viiABSTRACT...............................................................................................................viiDAFTAR ISI.............................................................................................................viiiDAFTAR TABEL………………………………………………………………........xDAFTAR GAMBAR………………………………………………………………..xiBAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1. Latar belakang............................................................................................11.2. Rumusan masalah.......................................................................................21.3. Tujuan penelitian........................................................................................2

1.3.1. Tujuan umum................................................................................21.3.2. Tujuan khusus...............................................................................2

1.4. Manfaat penelitian......................................................................................2BAB 2 TINAJUAN PUSTAKA..................................................................................3

2.1. Landasan teori…………………………………………………………….32.1.1. Penyakit kulit skabies.......................................................................3

2.1.1.1. Skabies di Indonesia..................................................................32.1.2. Sarcoptes scabiei, morfologi & cara penularan................................32.1.3. Faktor yang berperan terhadap penyakit skabies..............................62.1.4. Patogenesis.......................................................................................72.1.5. Penatalaksanaan................................................................................8

2.2. Kerangka konsep………………………………………………………..102.3. Definisi operasional……………………………………………………..10

2.3.1. Variabel independen……………………………………………...102.3.1. Variabel dependen………………………………………………..11

BAB 3 METODE PENELITIAN……….................................................................123.1. Desain penelitian......................................................................................123.2. Lokasi dan waktu penelitian.....................................................................123.3. Populasi dan sampel…………………………………………………….12

3.3.1. Teknik pengambilan sample penelitian…………………………..123.3.2. Besar sampel……………………………………………………...13

3.4. Cara kerja penelitian.................................................................................133.5. Managemen data………………………………………………………...14

3.5.1. Pengumpulan data………………………………………………...143.5.2. Analisis data………………………………………………………143.5.3. Etika penelitian…………………………………………………...14

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................15

Page 12: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

xii

4.1. Karakteristik subjek..................................................................................154.2. Data subjek dan sampel............................................................................16

4.2.1. Prevalensi skabies...........................................................................164.2.2. Higienitas perorang.........................................................................174.2.3. Sanitasi lingkungan.........................................................................194.2.4. Perilaku sehat..................................................................................21

4.3. Analisa statistik.........................................................................................244.3.1. Pengaruh higienitas perorang terhadap gejala skabies...................244.3.2. Pengaruh sanitasi lingkungan terhadap gejala skabies...................254.3.3. Pengaruh perilaku sehat terhadap gejala skabies............................27

BAB 5 KESIMPULAN & SARAN...........................................................................295.1. Kesimpulan...............................................................................................295.2. Saran.........................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................30LAMPIRAN...............................................................................................................31

Page 13: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

xiii

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 1. Sebaran responden secara umum.............................................................15Tabel 2. Prevalensi skabies....................................................................................16Tabel 3. Gambaran higienitas perorang santri.......................................................17Tabel 4. Hubungan higienitas perorang dengan kejadian skabies.........................18Tabel 5. Gambaran sanitasi lingkungan Ponpes....................................................19Tabel 6. Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies.........................20Tabel 7. Gambaran perilaku sehat santri................................................................21Tabel 8. Hubungan perilaku santri dengan kejadian skabies.................................22Tabel 9. Uji normalitas higienitas perorang terhadap skabies...............................22Tabel 10. Uji hipotesis higienitas perorang terhadap skabies................................23Tabel 11. Uji normalitas sanitasi lingkungan terhadap skabies.............................23Tabel 12. Uji hipotesis sanitasi lingkungan terhadap skabies................................24Tabel 13. Uji korelasi antara sanitasi lingkungan dengan skabies.........................25Tabel 14. Uji normalitas perilaku sehat terhadap skabies......................................26Tabel 15. Uji hipotesis perilaku sehat terhadap skabies.........................................26Tabel 16. Uji korelasi antara perilaku sehat dengan skabies..................................27

Page 14: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

xiv

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 1. Tungau Sarcoptes scabiei......................................................................4Gambar 2. Siklus hidup tungau...............................................................................5Gambar 3. Tungau yang hidup dalam terowongan.................................................8Gambar 4. Diagram Prevalensi Skabies…………………………………………..16Gambar 5. Hubungan Higienitas Perorang dengan Kejadian Skabies……………18Gambar 6. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Skabies.…………..20Gambar 7. Hubungan Perilaku Sehat dengan Kejadian Skabies………………….23

Page 15: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit skabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan

oleh Sarcoptes scabiei. dengan keluhan gatal terutama pada malam hari yang

ditandai dengan adanya kelainan pada kulit berupa papula, vesikula, urtikaria,

dan krista. Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah sosial

ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak

bersih, perilaku yang tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan penduduk.

Faktor yang paling dominan adalah kemiskinan dan higienitas perorangan

yang jelek di negara berkembang, dan merupakan kelompok masyarakat yang

paling banyak menderita penyakit skabies ini (Carruthers, 1978 ;

Kabulrachman, 1992).

Prevalensi penyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari

populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Sungkar,

1997). Diperkirakan sanitasi lingkungan yang buruk di Pondok Pesantren

(Ponpes) merupakan faktor dominan yang berperan dalam penularan dan

tingginya angka prevalensi penyakit skabies diantara santri di Ponpes (Dinkes

Jatim, 1997).

Dalam penelitian ini dilakukan observasi dan studi analisa untuk

mengetahui prevalensi skabies yang terjadi pada siswa Pondok Pesantren

Darul Mujahadah serta faktor-faktor lingkungan (sanitasi Ponpes, hygienitas

perorangan, dan perilaku) yang mempengaruhinya. Sebelumnya belum pernah

ada penelitian mengenai masalah ini pada Ponpes tersebut.

Page 16: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

2

1.2. Rumusan Masalah

Sanitasi lingkungan yang buruk selain higienitas perorangan dan

faktor pendukung lainnya merupakan faktor dominan yang berperan dalam

penularan dan tingginya angka prevalensi penyakit skabies, terutama di

lingkungan pesantren. Berapakah prevalensi skabies pada santri di Ponpes

Darul Mujahadah Tegal, serta faktor apa saja yang berperan nyata dalam

kejadian tersebut ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui prevalensi skabies pada siswa Pondok Pesantren Darul

Mujahadah tahun 2009 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga

dapat digunakan sebagai tindakan preventif dalam mencegah terjadinya

skabies, dan pada akhirnya dapat menurunkan prevalensi kejadian skabies

pada siswa Pondok Pesantren Darul Mujahadah.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui prevalensi penderita skabies pada siswa & siswi Pondok

Pesantren Darul Mujahadah.

2. Mengetahui faktor-faktor penyebab dan penularan skabies pada siswa

Pondok Pesantren Darul Mujahadah.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi dan edukasi kesehatan bagi warga Ponpes Darul

Mujahadah Tegal khususnya dan masyarakat sekitarnya pada umumnya.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi penelitian

selanjutnya mengenai skabies di lingkungan Ponpes tersebut khususnya.

Page 17: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Penyakit Kulit Skabies

2.1.1.1. Skabies di Indonesia

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan

sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya.

Prevalensi penyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari

populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja

(Sungkar, 1997). Penyakit ini masih menjadi masalah tidak saja di daerah

terpencil, tetapi juga di kota-kota besar bahkan di Jakarta (Tabri, 2003).

Di Indonesia, kasus skabies cukup tinggi ketika zaman penjajahan

Jepang berlangsung. Penduduk kesulitan memperoleh makanan, pakaian

dan sarana pembersih tubuh pada saat itu, sehingga kasus scabies cepat

menular dari anak-anak hingga dewasa (Partosoedjono, 2003). Sebanyak

915 dari 1008 (90,8%) orang terserang skabies di Desa Sudimoro,

Kecamatan Turen, Malang (Poeranto, 1997) Perbandingan penderita laki-

laki dan perempuan adalah 83,7% : 18,3%. Data penderita skabies yang

terhimpun dari klinik Penyakit Kulit dan Kelamin, Rumah Sakit Palang

Merah Indonesia (RS PMI) Bogor dari tahun 2000 - 2004, masing-masing

enam betas pasien (2000); delapan betas pasien (2001); tujuh pasien

(2002); delapan pasien (2003) dan lima pasien (2004). Data-data di atas

menunjukkan bahwa penderita skabies di Indonesia masih cukup tinggi .

2.1.2. Sarcoptes scabiei, morfologi, dan cara penularannya

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, orto

Ackarima, super family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei

var.hominis. selain yang juga terdapat pada kambing dan babi (Handoko,

2007).

Page 18: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

4

Secara morfologik, merupakan tungau kecil, berbentuk oval,

punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,

berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar

antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,

yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4

pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang

kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan

pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan

alat perekat.

Gbr.1 Tungau Sarcoptes scabiei (Sumber : http://www.medicastore.com

/skanbies/index.html)

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut.

Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan

akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan

yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali

terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari

dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah

40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya.

Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang

mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi

dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai

Page 19: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

5

2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya

mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari

(Handoko, 2007).

Gbr.2 Siklus hidup tungau Sarcoptes scabiei (Sumber :

http://www.cdc.gov/scabies/index.html)

Menurut CDC tahun 2008, tungau Sarcoptes scabiei melalui 4 tahap

pertumbuhan dalam siklus hidupnya : telur, larva, nimfa, dewasa.

1. Tungau betina meninggalkan 2-3 telur sehari di bawah kulit. Telur

berbentuk oval dan mempunyai panjang 0,10-0,15 mm. menetas dalam 3-

4 hari.

2. Setelah menetas, larva bermigrasi ke permukaan kulit luar dan

bersembunyi di dalam lapisan stratum korneum. Dalian kecil dikenal

Page 20: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

6

dengan sebutan “kantong perubahan kulit”. Stadium larva, yang muncul

dari telur hanya memiliki 3 pasang kaki dan bertahan sekitar 3-4 hari.

3. Kemudian larva berubah menjadi nimfa yang mempunyai 4 pasang kaki.

Perubahan bentuk ini sedikit lebih besar dibanding dengan stadium larva

sebelum nanatinya akan berubah ke bentuk dewasa. Larva dan nimfa

sering ditemukan di kantung-kantung kulit (molting pouches) atau dalam

folikel rambut yang kelihatannya sama dengan bentuk dewasa namun

ukurannya lebih kecil.

4. Tungau dewasa berbentuk bulat, ukuran panjang betina antara 0,30-0,45

mm dan lebar 0,25-0,35 mm. dan ukuran jantan sedikit lebih dari

setengah ukuran betina. Perkawinan terjadi tungau jantau secara aktif

masuk ke terowongan yang telah dibuat oleh tungau betina. Setelah terjadi

kopulasi, tungau jantan mati atau dapat bertahan hidup beberapa hari

dalam terowongan. Tungau betina keluar permukaan kulit dan mencari

tempat yang cocok untuk membuat terowongan yang baru untuk

meletakkan telur-telurnya. Siklus hidup dari telur telur sampai menjadi

dewasa berlangsung satu bulang (CDC, 2008).

Cara penularan (transmisi)

1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,

tidur bersama dan hubungan seksual.

2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,

bantal dan lain-lain

2.1.3. Faktor-faktor yang berperan terhadap penyakit skabies

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik skabies.

Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial

ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya

promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta

ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat

Hubungan Seksual).

Page 21: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

7

2.1.4. Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies,

tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi

disebabkan oleh sensitisasi terhadap sellkreta dan eksreta tungau yang

memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan

kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan

lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi

sekunder (Handoko, 2007).

Menurut Handoko tahun 2007 ada 4 tanda cardinal :

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan

karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan

panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam

sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu

pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian

besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.

Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya

terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan

gejala, penderita ini bersifat sebagai pembawa.

3. Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul dan

vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf

(pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Terowongan yang berkelok-kelok

umumnya ditemukan pada penderita kulit putih dan sangat jarang di

Indonesia (Margono, 1998). Tempat predileksinya biasanya merupakan

tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan,

pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian

depan, areola mame (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria),

Page 22: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

8

perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan

telapak kaki.

Gbr.3 Tungau yang hidup dalam terowongan (Sumber : Prof. Dr. R.S. Siregar

Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, edisi 2. 2005.)

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat

ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal

tersebut. Ada pendapat yang mengatakan penyakit ini merupakan the great

imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal.

Sebagai diagnosis banding adalah : prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis

dan lain-lain.

2.1.5. Penatalaksanaan skabies

2.1.5.1. Pengobatan

Syarat obat yang ideal :

1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.

2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.

3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.

4. Mudah diperoleh dan harganya murah.

Page 23: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

9

Pengobatan melibatkan seluruh anggota keluarga yang harus

diobati (termasuk penderita yang hiposensitisasi) guna mencegah

penularan lebih lanjut (Handoko, 2007).

Jenis obat topikal :

1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam

bentuk salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap

stadium telur, maka penggunanya tidak boleh kurang dari 3 hari.

Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakain dan

kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur

kurang dari 2 tahun.

2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,

diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh,

sering member iriasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.

3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) kadarnya 1% dalam krim

atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua

stadium, mudah digunakan, dan jarang member iritasi. Obat ini tidak

dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena

toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali,

kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.

4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,

mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus

dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.

5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik disbanding

gameksan, efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus

setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak

dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.

2. Higienitas perorangan dan lingkungan

3. Edukasi dan penyuluhan kesehatan masyarakat

Page 24: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

10

2.2. Kerangka Konsep

2.3. Definisi Operasional

2.3.1. Variabel Independent

1. Higiene personal

Meliputi frekuensi mandi, sabun dan handuk yang dipergunakan,

cuci tangan setelah kegiatan, dan mencuci pakaian. Pengamatan penelitian

dilakukan dengan melihat pola higiene dari masing-masing personal yang

mempengaruhi timbulnya penyakit kulit skabies.

2. Sanitasi lingkungan

Terdiri dari penyediaan air bersih, ketersediaan jamban,

pengelolaan sampah, system pembuangan air limbah, sanitasi dan

kepadatan pemondokan, sanitasi ruang belajar dan sanitasi masjid Ponpes.

Dalam hal ini akan dilakukan dengan melihat sanitasi lingkungan pondok.

Sehingga dapat dinilai pengaruh kebersihan terhadap timbulnya penyakit

kulit skabies.

Page 25: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

11

3. Perilaku santri

Mencakup pengetahuan, sikap dan praktek yang mencegah

penularan penyakit scabies yang akan dilakukan dengan menilai

pengetahuan, sikap dan praktek siswa untuk mencegah penyakit skabies.

2.3.2. Variabel Dependent

Prosentase atau prevalensi kejadian skabies.

Page 26: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

12

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini berupa penelitian deskriptif analitik cross

sectional untuk mengetahui prevalensi skabies pada siswa Pondok Pesantren

Darul Mujahadah dan faktor-faktor yang mempengaruhi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Mujahadah

Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah pada bulan Oktober tahun 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

Sampel adalah siswa Pondok Pesantren Darul Mujahadah sebagai

subyek penelitian yang dipilih secara acak dengan memenuhi kriteria inklusi

yang ditentukan.

Kriteria Inklusi

1. Seluruh siswa Pondok Pesantren Darul Mujahadah dan bersedia mengikuti

penelitian.

2. Siswa yang menunjukkan gejala klinis skabies atau memenuhi criteria

diagnosis skabies.

Kriteria Eksklusi

1. Siswa yang menunjukkan gejala-gejala klinis penyakit kulit lain.

2. Siswa dengan penyakit berat lainnya.

3.3.1. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara simpel random

sampling (cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama

untuk diambil kepada setiap elemen populasi). Daftar nama seluruh siswa

Page 27: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

13

Pondok Pesantren Darul Mujahadah dikumpulkan, selanjutnya dilakukan

pengambilan nama siswa-siswi secara acak. Subjek yang didapat dan

memenuhi kriteria inklusi pada hari dan tanggal yang telah ditentukan

dilakukan skrining serta mengisi kuesioner.

3.3.2. Besar Sampel

Jumlah sampel (n) = ((Zα)2 x p x (1-p))

d2

= ((1,96)2 x 0,27 x (0.73)

0,12

= 76 orang

Keterangan:

n : Besar sampel penelitian yang dibutuhkan

Za : Dengan menggunakan interval kepercayaan 95% = 1,96

d : absolut precission/ kesalahan maksimum yang masih ditolelir

= 0,1

P : prevalensi skabies yang diperkirakan = 27%

3.4. Cara Kerja Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu penelitian mengenai

prevalensi skabies dan faktor yang mempengaruhi terjadinya skabies.

Penelitian ini dimulai dengan menentukan subyek penelitian yang dipilih

secara simple random sampling sehingga didapat nama-nama siswa yang akan

dilakukan dalam penelitian. Langkah berikutnya adalah melakukan skrining

dengan observasi secara langsung dan selanjutnya menyebarkan kuesioner

pada siswa tersebut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya skabies.

Page 28: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

14

3.5. Managemen Data

3.5.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner (tentang

gejala & faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit skabies) oleh

responden dan dengan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan

diagnosis oleh peneliti.

3.5.2. Analisa data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dimasukan ke dalam

program SPSS dan dilakukan analisa statistik non parametrik komparatif atau

asosiatif antar variabel dengan uji Mann – Whitney.

3.5.3. Etika Penelitian

Semua subjek penelitian akan diberikan penjelasan secara lisan dan

tertulis mengenai tujuan dan cara penelitian. Penelitian ini akan dijalankan

setelah mendapat persetujuan secara sukarela (informed consent) dari

responden. Subjek yang akan diteliti berhak menolak untuk tidak mengikuti

penelitian.

Pengolahan Data

Pengisian Lembar Persetujuan (InformedConsent) oleh Pimpinan Ponpes

Mengisi Kuesioner

Simple Random Sampling

Pendataan Subjek Penelitian

Skrining dengan melakukan PemeriksaanFisik Tanda-Tanda Skabies

Page 29: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

15

BAB 4

HASIL dan PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Subjek

Tabel 4.1. Sebaran Responden Secara Umum

Karakteristik Subjek Jumlah sampel (n = 76)Klasifikasi Jumlah Persentase

Jenis Kelamin Laki-laki 42 orang 55,3 %Perempuan 34 orang 44,7 %

Pendidikan MTs (SLTP) 64 orang 84,2 %MA (SLTA) 12 0rang 15,8 %

Umur 11 tahun 11 orang 14,5 %12 tahun 19 orang 25 %13 tahun 14 orang 18,4 %14 tahun 17 orang 22,4 %15 tahun 9 orang 11,8 %16 tahun 2 orang 2,6 %17 tahun 2 orang 2,6 %18 tahun 2 orang 2,6 %

Efloresensi Skabies(Dari 47 responden yang

mengalami skabies)

Papula 27/47 57,4 %

Vesikula 17/47 36,2 %

Pustula 14/47 29,8 %

Krusta 10/47 21,3 %Jumlah responden yang

tidak terkena scabies29/76 38,16 %

Dari hasil tabel di atas didapatkan bahwa ;

1. Dari 76 responden yang diteliti didapatkan sebagian besar berjenis

kelamin laki-laki (55,3%).

2. Sebagian besar responden (84,2%) sekolah tingakat menengah (MTs) dan

sisanya sekolah di tingkat atas (MA).

3. Umur responden terbanyak adalah 12 tahun (25%).

4. Dari hasil pemeriksaan (efloresensi) terhadap santri yang mengalami

skabies, manifestasi klinis terbanyak berupa papul (57,4 %).

5. Jumlah responden yang tidak menunjukkan gejala skabies sebanyak

(38,16 %).

Page 30: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

16

4.2. Data Subjek & Sampel

4.2.1. Prevalensi Skabies

Tabel 4.2 Prevalensi Skabies

Gambar 4. Diagram Prevalensi Skabies

Pemeriksaan fisik kulit terhadap 76 orang santri Ponpes Darul

Mujahadah Kabupaten Tegal menunjukkan bahwa prevalensi penyakit

skabies adalah 47 santri (61,8%). Prevalensi ini lebih rendah jika

dibandingkan dengan prevalensi penyakit skabies di sebuah Ponpes di

Jakarta yang mencapai 78,70% atau di Ponpes Kabupaten Pasuruan Jawa

Timur sebesar 66,70% (Kuspriyanto, 2002). Dengan demikian tampak

bahwa penyakit skabies merupakan salah satu masalah kesehatan utama

yang perlu diperhatikan pada santri Ponpes. Walaupun tidak sampai

membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian

karena tingkat penularannya yang tinggi serta dapat mengganggu

Diagnosis Frekuensi Persentase

SkabiesBukan Skabies

4729

61,8 %38,2 %

Jumlah 76 100 %

Page 31: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

17

ketenangan pada waktu istirahat, terutama pada waktu tidur di malam hari.

(Handoko, 2007)

4.2.2. Higiene Perorang

Penilaian higiene perorang dalam penelitian ini meliputi antara lain

frekuensi mandi, memakai sabun, pakaian, handuk secara bergantian.

Tabel 4.3 Prosentase Higienitas Perorang Responden

Keterangan :

Dikatakan seseorang mempunyai personal hygiene yang baik

apabila memenuhi 4 kriteria pada definisi operasional di atas yaitu

mencakup frekuensi mandi 2 kali atau lebih dalam sehari serta

sama sekali tidak menggunakan sabun, pakaian maupun handuk

secara bersama-sama atau bergantian.

Dikatakan buruk apabila tidak memenuhi syarat yang disebutkan

dalam kriteria personal hygiene yang baik.

Pada penelitian ini, keempat variabel ditransformasikan menjadi

variable personal hygiene, kemudian diperoleh nilai mean 12,36 dan median

13. hasil data responden yang angkanya di bawah 12 dimasukkan ke dalam

kategori higinitas perorang buruk, sedangkan hasil data responden yang

mempunyai nilai di atas 13 dimasukkan ke dalam kategori higinitas perorang

yang baik.

Dari tabel diatas didapatkan bahwa sekitar 46,1 % responden

mempunyai personal hygiene yang baik. Sedangkan, sekitar 53,9 % responden

mempunyai personal hygiene yang buruk.

Higienitas perorang Frekuensi Persentase Mean Median

Baik

Buruk

35

41

46,1 %

53,9 % 12,36 13

Jumlah 76 100 %

Page 32: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

18

Tabel 4.4 Prevalensi skabies dihubungkan dengan higienitas perorang

Higinitas perorang TotalBuruk Baik

Diagnosisskabies

Bukan skabiesSkabies

11 (37,9 %)

24 (51,1 %)

18 (62,1 %)

23 (48,9 %)

29 (100%)

47 (100 %)

Total 35 (46 %) 41 (53,9 %) 76 (100 %)

Gambar 5. Hubungan Higienitas Perorang dengan Kejadian Skabies

Dari hasil data di atas, penderita skabies dengan tingkat higiene

perorang buruk didapatkan 24 responden (51,1%), sedangkan penderita

skabies dengan tingkat higiene perorang baik didapatkan 23 responden

(48,9%). Dari kelompok responden yang tergolong higiene perorangnya baik

terkena skabies sebanyak 23/41 (56,10%) dibandingkan yang tidak terkena

skabies sebanyak 18/41 (43,90%). Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang

yang sudah memiliki higienitas baik tetapi tidak ditunjang dengan perilaku

yang baik juga guna menghindari risiko penularan skabies, seperti sering

kontak dengan penderita skabies, tidur bersama dan berhimpitan dengan

penderita skabies.

Page 33: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

19

Pada kelompok responden yang higienitas perorangnya buruk, 24/35

(68,57%) lebih banyak terkena skabies dibandingkan dengan yang bukan

skebies 11/35 (31,43%)

Higienitas perorang sangat berperan sebagai faktor risiko gejala serta

penularan skabies. Hal ini dinyatakan oleh Handoko bahwa salah satu faktor

yang mendukung perkembangan penyakit kulit skabies adalah higienitas

perorang yang buruk.(Handoko, 2007). Hal tersebut terbukti dari hasil

penelitian ini ditemukan bahwa responden yang memiliki higienitas perorang

yang buruk lebih besar terkena gejala-gejala penyakit skabies dibandingkan

dengan responden yang memiliki higienitas perorang yang baik.

4.2.3. Sanitasi Lingkungan Ponpes

Sanitasi lingkungan Ponpes yang diteliti meliputi parameter

sanitasi kamar tidur (asrama) dan sanitasi kamar mandi.

Tabel 4.5 Gambaran sanitasi lingkungan

Dari tabel di atas didapatkan bahwa yang tergolong dalam

kelompok sanitasi baik sebesar 29,3% dan yang tergolong dalam sanitasi

buruk sebesar 36,2 %.

Penyediaan air bersih merupakan kunci utama sanitasi kamar

mandi yang berperan terhadap penularan penyakit skabies pada para

santri Ponpes, karena penyakit Skabies merupakan penyakit yang berbasis

pada persyaratan air bersih (water washed disease) yang dipergunakan

untuk membasuh anggota badan sewaktu mandi (Azwar, 1995).

Kebutuhan air bersih untuk mandi, mencuci dan kebutuhan kakus Ponpes

berasal dari sumur yang menggunakan pompa air.

Sanitasi Lingkungan Frekuensi Persentase

Baik

Buruk

34

42

29,3 %

36,2 %

Jumlah 76 65,5 %

Missing system 34,5 %

Page 34: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

20

Terdapat perbedaan kebersihan antara kebersihan kamar mandi dan

kamar tidur (asrama) pada santri laki-laki dan santri wanita. Dimana

kamar mandi dan asrama wanita lebih bersih dibandingkan dengan kamar

mandi dan asrama laki-laki.

Tabel 4.6 Hubungan sanitasi lingkungan dengan skabies

Sanitasi Lingkungan TotalBuruk Baik

Diagnosisscabies

Bukan skabiesSkabies

4 (13,8 %)38 (80,9 %)

25 (86,2 %)9 (19,1 %)

29 (100%)47 (100 %)

Total 42 (55,3 %) 34 (44,7 %) 76 (100 %)

Gambar 6. Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies

Dari hasil data di atas, penderita skabies dengan tingkat sanitasi

yang buruk didapatkan 38 responden (80,9 %), sedangkan penderita

skabies dengan tingkat higiene perorang baik didapatkan 9 responden

(19,1%). Dari kelompok responden dengan sanitasi lingkungannya yang

baik terkena skabies sebanyak 9/34 (26,47%) dibandingkan yang tidak

terkena skabies sebanyak 25/34 (73,53%).

Page 35: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

21

Pada kelompok responden dengan sanitasi lingkungannya buruk,

38/42 (90,48%) lebih banyak terkena skabies dibandingkan dengan yang

bukan skebies 4/42 (9,52%)

Sanitasi lingkungan sangat berperan sebagai faktor risiko gejala

serta penularan skabies. Menurut Handoko bahwa salah satu faktor yang

mendukung perkembangan penyakit kulit skabies adalah sanitasi

lingkungan yang buruk (Handoko, 2007). Sesuai dari hasil penelitian ini

ditemukan bahwa responden yang tinggal dengan sanitasi yang buruk

lebih besar risiko terkena penyakit skabies dibanding dengan responden

yang tinggal dengan sanitasi lingkungan yang baik.

4.2.4. Perilaku Sehat

Perilaku sehat diukur melalui tiga parameter yaitu pengetahuan,

sikap dan tindakan terhadap penyakit skabies. Perilaku yang tidak

mendukung tersebut diantaranya adalah sering memakai baju atau handuk

secara bergantian dengan teman, tidur bersama dan berhimpitan dalam

satu tempat tidur.

Tabel 4.7 Perbandingan perilaku sehat yang baik dan buruk

Perilaku sehat Frekuensi Persentase Mean Median

Perilaku sehat baikPerilaku sehat buruk

3541

46,1 %53,9 % 21,59 22

Total 76 100 %

Keterangan :

Dikatakan seseorang mempunyai perilaku sehat yang baik apabila

memenuhi kriteria higienitas perorang yang baik ditambah dengan

mengetahui cara penularan skabies, tidak kontak dengan penderita

skabies (misal berjabat tangan dan tidur bersama secara berhimpitan),

Page 36: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

22

frekuensi menjemur 2-3 kali dalam sebulan serta lama menjemur yang

lebih dari 6 jam.

Dikatakan buruk apabila tidak memenuhi syarat kriteria yang

disebutkan di atas.

Pada penelitian ini, keempat variabel ditransformasikan menjadi

variable “perilaku sehat”, kemudian diperoleh nilai mean 21,59 dan

median 22. Hasil data responden yang angkanya di bawah 21 dimasukkan

ke dalam kategori perilaku sehat buruk, sedangkan hasil data responden

yang mempunyai nilai di atas 22 dimasukkan ke dalam kategori seseorang

dengan perilaku sehat yang baik.

Dari tabel di atas didapatkan bahwa sebanyak 35 responden

(46,1%) mempunyai perilaku sehat yang baik, sedangkan sebanyak 41

responden (53,9%) mempunyai perilaku sehat yang buruk.

Tabel 4.8 Hubungan Perilaku Sehat dengan Kejadian Skabies

Perilaku Sehat TotalBuruk Baik

Diagnosisscabies

Bukan scabies 9 (31%) 20 (69%) 29 (100%)Skabies 26 (55,3%) 21 (44,7%) 47 (100%)

Total 35 (46,1%) 41 (53,9%) 76 (100%)

Page 37: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

23

Gambar 7. Hubungan perilaku sehat dengan kejadian skabies

Dari tabel di atas, didapatkan bahwa responden dengan perilaku

sehat yang buruk terkena penyakit skabies sebanyak 26 responden

(55,3%), sedangkan responden dengan perilaku sehat yang baik terkena

penyakit skabies sebanyak 21 responden (44,7%).

Pada kelompok responden dengan perilaku sehat baik sebanyak

21/41 (51,22%) mengalami skabies, dan sebesar 20/41 (48,78%) termasuk

dalam golongan bukan skabies. Hasil ini tidak sesuai dengan teori, dimana

seharusnya seseorang yang mempunyai perilaku sehat baik akan semakin

terhindar dari penyakit skabies.

Pada kelompok responden dengan perilaku sehat buruk, sebanyak

26/35 (74,29%) mengalami skabies dan sekitar 9/35 (25,71%) termasuk

dalam golongan bukan skabies. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang

dengan perilaku sehat yang buruk akan lebih mudah terkena penyakit

skabies dibanding dengan seseorang yang mempunyai perilaku sehat yang

baik.

Page 38: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

24

4.3. Analisa Statistik

4.3.1. Pengaruh higienitas perorang terhadap gejala skabies

Tabel 4.9 Uji normalitas

Tests of NormalityPersonal higine yg sdh

dikelompokkanKolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.diagnosis scabies buruk .433 35 .000

baik .370 41 .000a. Lilliefors Significance

Correction

Dari tebel diatas didapatkan nilai p = 0,000 yang menunjukkan

bahwa distribusi data tidak normal. Setelah ditransformasi didapatkan

nilai kemaknaan (p) sebesar 0,00. karena nilai p kurang dari 0,05 maka

diambil kesimpulan bahwa variable tran_PH mempunyai sebaran yang

tidak normal.

Karena sebaran data tidak normal, maka selanjutnya dilakukan uji

non parametrik menggunakan uji Mann-Whitney (untuk 2 kelompok tidak

berpasangan)

Tabel 4.10 Uji hipotesis

Test Statisticsa

diagnosis scabiesMann-Whitney U 628.000

Wilcoxon W 1489.000Z -1.108

Asymp. Sig. (2-tailed) p =.268a. Grouping Variable: Personal higine yg sdh dikelompokkan

Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai angka p = 0,268. karena

nilai p > 0,05 dapat disimpulkan bahwa “tidak ada perbedaan bermakna

antara seseorang yang mempunyai higienitas perorang yang baik dengan

seseorang yang mempunyai higienitas perorang yang buruk terhadap

timbulnya penyakit skabies.

Page 39: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

25

4.3.2. Pengaruh sanitasi lingkungan terhadap gejala skabies

Tabel 4.11 Uji normalitas

D

a

r

i

Dari tabel diatas didapatkan nilai p = 0,000 yang menunjukkan

bahwa distribusi data tidak normal. Setelah ditransformasi didapatkan

nilai kemaknaan (p) sebesar 0,00. karena nilai p kurang dari 0,05 maka

diambil kesimpulan bahwa variable tran_sanitasi mempunyai sebaran

yang tidak normal.

Karena sebaran data tidak normal, maka selanjutnya dilakukan uji

Mann-Whitney.

Tabel 4.12 Uji Hipotesis (pengaruh sanitasi lingkungan terhadapa skabies)

Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai angka p = 0,00. karena

nilai p < 0,05 dapat disimpulkan bahwa “terdapat perbedaan yang

bermakna antara seseorang yang hidup dengan sanitasi lingkungan yang

baik dengan seseorang yang hidup dengan sanitasi lingkungan yang buruk

terhadap timbulnya penyakit skabies”.

sanitasi yang sudahdikelompokkan

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

diagnosis scabies Buruk .530 42 .000Baik .458 34 .000

a. Lilliefors SignificanceCorrection

Test Statisticsa

diagnosis scabies

Mann-Whitney U 257.000Wilcoxon W 852.000

Z -5.674Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: sanitasi yang sudah dikelompokkan

Page 40: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

26

Selanjutnya dilakukan uji korelasi untuk mengetahui kekuatan

hubungan antara kedua variable tersebut.

Tabel 4.13 Uji Korelasi Sanitasi lingkungan dengan Skabies

Correlationsdiagnosisskabies

sanitasi yangsudah

dikelompokkanSpearman's

rhodiagnosis scabies Correlation

Coefficient1.000 -.655**

Sig. (2-tailed) . .000N 76 76

sanitasi yangsudah

dikelompokkan

CorrelationCoefficient

-.655** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .N 76 76

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil tabel di atas, diperoleh nlai (p) 0,00 yang menunjukkan

bahwa korelasi antara tingkat kebersihan sanitasi lingkungan dengan

skabies adalah bermakna. Nilai korelasi Spearman (r) sebesar -0,655

menunjukkan bahwa arah korelasi negative yang berarti semakin rendah

sanitasi lingkungan maka semakin besar risiko terjadinya penyakit

skabies, dengan kekuatan korelasi yang kuat. Hal ini menunjukkan

sanitasi lingkungan merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi

terjadinya skabies dengan kekuatan korelasi yang kuat. Hasil penelitian ini

sama dengan hasil penemuan Isa (2005) yang menyatakan bahwa faktor

sanitasi lingkungan berperan terhadap tingginya prevalensi penyakit

scabies di kalangan santri Ponpes di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Page 41: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

27

4.3.3. Pengaruh perilaku sehat terhadap gejala skabies

Tabel 4.14 Uji normalitas

D

a

Dari tabel diatas didapatkan nilai p = 0,000 yang menunjukkan bahwa

distribusi data tidak normal. Setelah ditransformasi didapatkan nilai

kemaknaan (p) sebesar 0,00. karena nilai p kurang dari 0,05 maka diambil

kesimpulan bahwa variable tran_PS mempunyai sebaran yang tidak

normal.

Karena sebaran data tidak normal, maka selanjutnya dilakukan uji

Mann-Whitney.

Tabel 4.15 Uji Hipotesis

Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai angka significancy 0,04.

karena nilai p < 0,05 dapat disimpulkan bahwa “terdapat perbedaan yang

bermakna antara seseorang yang mempunyai perilaku sehat yang baik

dengan seseorang yang mempunyai perilaku sehat yang buruk terhadap

timbulnya penyakit skabies.

perilaku sehat yangsudah

dikelompokkan

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

diagnosis scabies buruk .462 35 .000baik .345 41 .000

a. LillieforsSignificance Correction

Test Statisticsa

diagnosis scabies

Mann-Whitney U 552.000Wilcoxon W 1413.000Z -2.050Asymp. Sig. (2-tailed) .040a. Grouping Variable: perilaku sehatyang sudah dikelompokkan

Page 42: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

28

Selanjutnya dilakukan uji korelasi untuk mengetahui kekuatan

hubungan antara kedua variable tersebut.

Tabel 4.16 Uji Korelasi

D

a

Dari hasil tabel di atas, diperoleh nlai (p) 0,04 yang menunjukkan

bahwa korelasi antara tingkat perilaku sehat dengan skabies adalah

bermakna. Nilai korelasi Spearman (r) sebesar -0,237 menunjukkan bahwa

arah korelasi negative yang berarti semakin buruk perilaku sehat

seseorang maka kemungkinan terkena penyakit scabies semakin besar,

dengan kekuatan korelasi yang lemah.

Hal ini berarti bahwa perilaku sehat merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi terjadinya scabies dengan kekuatan korelasi yang lemah.

Pengaruhnya tidak terlalu signifikan atau bukan menjadi penyebab utama

terhadap timbulnya penyakit skabies.

Correlationsdiagnosisskabies

perilaku sehatyang sudahdikelompokkan

Spearman's rho

diagnosis scabies CorrelationCoefficient

1.000 -.237*

Sig. (2-tailed) . .040N 76 76

perilaku sehat yangsudahdikelompokkan

CorrelationCoefficient

-.237* 1.000

Sig. (2-tailed) .040 .N 76 76

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 43: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

29

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan analisis data penelitian disimpulkan bahwa faktor sanitasi

lingkungan dan perilaku sehat yang berperan terhadap tingginya

prevalensi penyakit scabies di kalangan para santri Pondok Pesantren

Darul Mujahadah.

2. Higienitas perorangan tidak berpengaruh terhadap prevalensi kasus skabies

di Pondok Pesantren Darul Mujahadah Kabupaten Tegal.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan validasi data kuesioner & penentuan scoring kuesioner.

2. Pada pelaksanaan pengambilan data perlu dipikirkan kendala-kendala

yang mungkin akan ditemui di lapangan, sehingga dapat

mengantisipasi/menghindari terjadinya kesalahan dalam .data.

3. Penggunaan SPSS sebagai salah satu alat dalam menganalisa data banyak

memiliki keterbatasan-keterbatasan, sehingga memungkinkan terdapat

data yang missing value.

4. Untuk mendapatkan hasil yang baik, pengambilan data/sampel hendaknya

dilakukan berulang (repetitive sampel).

5. Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan data kurang baik, seperti salah

interpretasi dalam menjawab pertanyaan kuesioner, faktor-faktor yang

mempengaruhi missing value data, dsb

Page 44: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

30

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1997. Sanitasi Pondok Pesantren di Jawa Timur . Surabaya: Dinas

Kesehatan Propinsi Jawa Timur.

Carruthers, R. 1978. Treatment of Skabies and Pediculosis. Medical Proggress 5 (12)

: 25-30.

Handoko, R. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.122-125.

http://www.cdc.gov/scabies/index.html/ diakses pada hari Kamis, 9 September 2009.

Kabulrachman. 1992. Pengaruh Lingkungan dan Pencemaran Terhadap Penyakit

Kulit. Majalah Kedokteran Indonesia 42 (5): 273-277.

Margono. S. 1998. Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta. : Balai Penerbit

FKUI. 264-265.

Partosoedjono, S . 2003 . Scabies dan kualitas sanitasi masyarakat. Kompas, Jum'at,

05 September 2003 .

Poeranto, s et al . 1997 . Pengobatan dengan gamexan pada penderita scabiosis di

pondok pesantren Al Munawwariyyah Sudimoro, Malang. Majalah Kedokteran

Unibraw . 13(2) : 69 - 73 .

Sungkar, S. 1997. Skabies. Majalah Kedokteran Indonesia 47 (01) :33-42.

Tabri F. 2003. Skabies pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL,

Kurniati DD, editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI,.p.62-79.

Page 45: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

31

LAMPIRAN

1. DAFTAR TABEL

Frequencies

Statistics

Personal higine yg sdhdikelompokkan

N Valid 76

Missing 0

Percentiles 25 1.00

50 2.00

75 2.00

Personal higine yg sdh dikelompokkan

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid buruk 35 46.1 46.1 46.1

baik 41 53.9 53.9 100.0

Total 76 100.0 100.0

Page 46: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

32

Frequencies

Sanitasi yang sudah dikelompokkan

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid buruk 42 36.2 55.3 55.3

Baik 34 29.3 44.7 100.0

Total 76 65.5 100.0

Missing System 40 34.5

Total 116 100.0

Statistics

sanitasi yang sudah dikelompokkan

N Valid 76

Missing 40

Mean 1.4474

Median 1.0000

Mode 1.00

Std. Deviation .50053

Minimum 1.00

Maximum 2.00

Percentiles 25 1.0000

50 1.0000

75 2.0000

Page 47: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

33

Frequencies

Statistics

Perilaku sehat

N Valid 76

Missing 0

Mean 21.5921

Std. Error of Mean .33360

Median 22.0000

Mode 24.00

Std. Deviation 2.90828

Minimum 13.00

Maximum 27.00

Perilaku sehat yang sudah dikelompokkan

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid buruk 35 46.1 46.1 46.1

baik 41 53.9 53.9 100.0

Total 76 100.0 100.0

Page 48: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

34

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

diagnosis skabies * Personalhigine yg sdhdikelompokkan

76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

Diagnosis skabies * Personal higine yg sdh dikelompokkan Crosstabulation

Personal higine yg sdhdikelompokkan

Totalburuk baik

diagnosisskabies

bukan skabies Count 11 18 29

% within diagnosisskabies

37.9% 62.1% 100.0%

Scabies Count 24 23 47

% within diagnosisskabies

51.1% 48.9% 100.0%

Total Count 35 41 76

% within diagnosisskabies

46.1% 53.9% 100.0%

Page 49: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

35

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

diagnosis skabies * sanitasiyang sudah dikelompokkan

76 65.5% 40 34.5% 116 100.0%

Diagnosis skabies * sanitasi yang sudah dikelompokkan Crosstabulation

sanitasi yang sudahdikelompokkan

Totalburuk baik

diagnosis skabies bukan skabies Count 4 25 29

% within diagnosisskabies

13.8% 86.2% 100.0%

skabies Count 38 9 47

% within diagnosisskabies

80.9% 19.1% 100.0%

Total Count 42 34 76

% within diagnosisskabies

55.3% 44.7% 100.0%

Page 50: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

36

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

diagnosis skabies * Perilakuyang sudah dikelompokkan

76 65.5% 40 34.5% 116 100.0%

Diagnosis skabies * Perilaku yang sudah dikelompokkan Crosstabulation

Perilaku yang sudahdikelompokkan

TotalPerilaku buruk Perilaku baik

diagnosis skabies bukan skabies Count 9 20 29

% withindiagnosisskabies

31.0% 69.0% 100.0%

skabies Count 26 21 47

% withindiagnosisskabies

55.3% 44.7% 100.0%

Total Count 35 41 76

% withindiagnosisskabies

46.1% 53.9% 100.0%

Page 51: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

37

2. FOTO

Gb.1 Papul milier pada jari-jari tangan dan lipatan jari.

Gb.2 Pustule pada interdigiti 1 dekstra.

Page 52: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

38

Gb.3 Papul, vesikel dan pustule serta krusta berwarna kehijauan

Gb.4 Pustule dan krusta di lipatan bokong Gb.5 Pustule di skrotum

Page 53: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

39

Gb.6 Tempat mencuci pakaian siswa

Gb.7 Kamar mandi siswa

Page 54: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

40

Gb.8 Toilet siswa Gb.9 Pompa Air

Gb.10 Tempat mencuci pakaian siswi

Page 55: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

41

Gb.11 Asrama Laki-laki

Gb.12 Asrama wanita

Page 56: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

42

3. KUISIONERKuisioner

Nama :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Hasil Pemeriksaan : Skabies / Normal (coret yang tidak perlu )

Sekolah :

Umur :

No. Telp :

Tanda tangan :

Petunjuk : pilihlah jawaban yang sesuai dengan memberi tanda silang

(x)!

1. Apakah anda merasakan gatal-gatal yang terutama dirasakan pada

malam hari?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah teman atau keluarga anda ada yang mengalami keluhan serupa

dengan anda?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anda pernah berjabat tangan dengan orang lain yang

mengalami skabies (gudikan)?

a. Ya

b. Tidak

c. Jarang

d. Sering

Page 57: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

43

4. Apakah anda pernah atau sering tidur bersama dengan teman atau

orang yang mengalami gudikan?

a. Ya

b. Tidak

c. Jarang

d. Sering

5. Apakah anda pernah memakai pakaian teman anda ?

a. Ya

b. Tidak

c. Jarang

d. Sering

6. Apakah anda pernah memakai handuk teman anda ?

a. Ya

b. Tidak

c. Jarang

d. Sering

7. Apakah anda pernah memakai sabun teman anda ?

a. Ya

b. Tidak

c. Jarang

d. Sering

8. Berapa kali anda mandi dalam sehari?

a. 1 kali

b. 2 kali

c. 3 kali

9. Berapa kali anda menjemur kasur dalam 1 bulan?

a. 1 kali

b. 2 kali

Page 58: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

44

c. 3 kali

10. Berapa lama anda menjemur kasur?

a. < 6 jam

b. > 6 jam

11. Berasal dari manakah sumber penyediaan air di Pondok Pesantren?

a. Sumur

b. Kolam

c. Sungai

12. Apakah anda tahu bagaimana mencegah timbulnya penyakit skabies

(gudikan)?

a. Tahu

b. Tidak tahu

Page 59: PREVALENSI SKABIES PADA SISWA & SISWI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/909/1/YASIN... · prevalensi skabies dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada

45

4. RIWAYAT HIDUP

RIWAYAT HIDUP

Nama : Yasin

Tempat, Tgl Lahir : Mekkah, 10 April 1987

Jenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Purwa no.1 RT 02 RW 09 Suradadi Tegal Jawa Tengah

Tlp/ Hp : 085640282785

Email : [email protected]/ [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 02 Suradadi Tegal (1993-1999)

2. MTs PP Modern Selamat Kendal (1999-2002)

3. SMAN 02 Pemalang (2002-2005)

4. S–1 Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2005-sekarang)


Recommended