Transcript
Page 1: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

UNIVERSITAS INDONESIA

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO

OTITIS MEDIA AKUT

PADA ANAK-ANAK DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSpesialis Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher

Sakina Umar

0906565381

FAKULTAS KEDOKTERANPROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

BIDANG STUDI ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKKEPALA LEHER

JAKARTAMARET 2013

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 2: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

ii Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Sakina Umar

NPM : 0906565381

Tanda tangan:

Tanggal : 8 Maret 2013

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Farhad
Stamp
Page 3: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

NPM

HALAMAN PENCESAIIAN

arak di kolamdrr d@na Tinu.

0906565381

Il|! Kesehatar Telinsa Hidug Tenggorck K€pala Leher

Prevaldsi dm fakto. risiko otilh mdia.,kut Fada mak_

Tehh berl$il diporbb. rn di had.p.n Ddn Penguji dd dilerin.

rcbag.i b.girn pcrryar.t n yrtrg diperluk D urtuk ncn p.roleh geltr dolder

sp.sirlL IST-KL prdr Prugnb Studi llnu (*b.r.n Telhgt Fidutrg

Aelggotuk Kep{h Inher, F lorltrs K.dokt B& U.iv€nii* Indoadb.

DR.dr. I{3trra D, R€stun, spTtlT-K-(K)

Di. Romy Suwflro, SITHT-KL(K)

P€nbinbins THl-Konunilos

Dr, tldin Priyono. SpTHT-KL

Dr- Muchtaddid Mmsrtt SpOK, PhD

Dr. AIfio ldid li, SpTHT-KI(K)

Dr. Vidayal Alvimdi, SpTHT'KL(9

Dr. Syahial M Huiauru!, SpTHT-KL(K)

Di Nikfr Lest ri, SpTHT KL{K)

Dr. Trijuda Airlegci4 SpTI{T-KL

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 4: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

iv Universitas Indonesia

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia

dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu

tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan spesialis Ilmu Penyakit Telinga

Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam

menyelesaikan pendidikan spesialis dan tersusunnya tesis ini.

Kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. dr. Ratna Sitompul,

SpM, dan kepada Prof. Dr. dr. Akmal Taher, SpU(K) sebagai Direktur Utama

Rumah Sakit Umum Pusat Negeri Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPN-CM), saya

ucapkan terima kasih atas izin dan kesempatan yang diberikan kepada saya untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan dokter spesialis di Departemen Ilmu

Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher (THT-KL) FKUI/

RSUPN-CM.

Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya

kepada Dr. dr. Ratna D Restuti, SpTHT-KL sebagai Ketua Departemen THT-KL

FKUI/ RSUPN-CM telah memberi kesempatan kepada saya untuk belajar di

Departemen ini, serta atas didikan, bimbingan, nasehat, dorongan, dan teladan

yang diberikan kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Dr. dr. Trimartani,

SpTHT-KL sebagai Ketua Program Studi Departemen Ilmu Penyakit THT FKUI/

RSUPN-CM serta dr. Fachri Hadjat, SpTHT-KL sebagai Ketua Program Studi

terdahulu, dan dr. Nina Irawati, SpTHT-KL sebagai Sekretaris Program Studi atas

bimbingan, arahan, nasihat, dukungan serta kemudahan yang diberikan selama

mengikuti pendidikan.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 5: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

v Universitas Indonesia

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya sampaikan ke pada Dr. dr.

Susyana Tamin, SpTHT-KL sebagai Koordinator Penelitian dan Pengembangan

Departemen THT FKUI/ RSUPN-CM yang telah memberikan dukungan dan

bimbingan dalam penulisan karya ilmiah dan telah memberikan kesempatan

kepada saya untuk mengembangkan diri.

Kepada dr. Ronny Suwento, SpTHT-KL sebagai Koordinator Pelayanan

Masyarakat Departemen THT-KL FKUI/RSUPN-CM sebagai Koordinator

Pelayanan Masyarakat Departemen THT-KL FKUI/RSUPN-CM, saya ucapkan

terima kasih atas nasihat, bimbingan dan dukungan yang telah diberikan selama

pendidikan.

Demikian pula kepada guru besar Departemen THT-KL FKUI/RSUPN-CM baik

yang masih aktif maupun telah memasuki masa purna bakti, Prof. dr. Nurbaiti

Iskandar, SpTHT-KL, Prof. dr. Bambang Hermani, SpTHT-KL, Prof. dr. Helmi,

SpTHT-KL, dan Prof. Dr. dr. Jenny Bashiruddin, SpTHT-KL, saya mengucapkan

terima kasih atas bimbingan, pengarahan, nasihat, dan tauladan, yang amat

berharga bagi saya dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada para Ketua Divisi THT-KL FKUI/RSUPN-CM dr. Zanil Musa, SpTHT-

KL, dr. Alfian Farid Hafil, SpTHT-KL, dr. Umar Said Dharmabakti, SpTHT-KL,

Prof. dr. Bambang Hermani, SpTHT-KL, dr. Ronny Suwento, SpTHT-KL, dr.

Widayat Alviandi, SpTHT-KL, Dr. dr. Dini Widiarni, SpTHT-KL, dr. Nina

Irawati, SpTHT-KL dan Dr. dr. Susyana Tamin, SpTHT-KL, saya sampaikan

ucapan terima kasih sebesar-besarnya.

Saya sampaikan terima kasih kepada seluruh staf pengajar Departemen THT-KL

FKUI/RSUPN-CM, dr. Endang CH Mangunkusumo, SpTHT-KL, dr. Umar Said

Dharmabakti, SpTHT-KL, dr. Alfian Farid Hafil, SpTHT-KL, Prof. Dr. dr. Jenny

Bashiruddin, SpTHT-KL, Dr. dr. Trimartani, SpTHT-KL, dr. Armiyanto, SpTHT-

KL, dr. Zanil Musa, SpTHT-KL, DR. dr. Dini Widiarni, SpTHT-KL, dr.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 6: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

vi Universitas Indonesia

Semiramis Zizlavsky, SpTHT-KL, Dr. dr. Susyana Tamin, SpTHT-KL, Dr. dr.

Ratna D Restuti, SpTHT-KL, dr. Widayat Alviandi, SpTHT-KL, Dr. dr. Retno S

Wardani, SpTHT-KL, dr. Syahrial MH, SpTHT-KL, dr. Marlinda Adham Y,

SpTHT-KL, dr. Arie W Cahyono, SpTHT-KL, dr. Brastho Bramantyo, SpTHT-

KL, dr. Rusdian Utama, SpTHT-KL, dr. Niken Lestari, SpTHT-KL, dr. Elvie

Zulka, SpTHT-KL, dr. Tri Juda Airlangga, SpTHT-KL, dr. Rosmadewi, SpTHT-

KL, dr. Mirta Hediyati, SpTHT-KL, dr. Fauziah Fardizza, SpTHT-KL, dr.

Rahmanofa Yunizaf, SpTHT-KL, dr. Harim Priyono, SpTHT-KL, dr. Fikry

Hamdan Yasin, SpTHT-KL dan dr. Ika Dewi Mayangsari, SpTHT-KL atas segala

bimbingan dan dukungan yang telah diberikan selama saya menjalani pendidikan

ini.

Kepada Ketua Departemen THT RS Persahabatan dr. Purna Irawan, SpTHT-KL

dan seluruh staf pengajar RS Persahabatan dr. Hatmansyah, SpTHT-KL, dr. Dody

Widodo, SpTHT-KL, dr. Deasi Anggraeni, SpTHT-KL dan dr. Yulvina, SpTHT-

KL, dr. Arfan Noer, SpTHT-KL, dr. Kartika Dwiyani, SpTHT-KL, dan dr. Ena

Sarikencana, SpTHT-KL, saya ucapkan terima kasih atas segala bantuan,

bimbingan, ajaran, nasihat dan arahan yang diberikan selama saya menjalani

pendidikan di RS Persahabatan. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada

seluruh paramedis, karyawan dan karyawati RS Persahabatan atas bantuan dan

kerjasama yang diberikan.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga dengan tulus saya sampaikan kepada

mentor saya dr. Widayat Alviandi, SpTHT-KL yang telah membimbing, memberi

dukungan dan semangat sampai saya menyelesaikan pendidikan ini.

Dalam rangka penelitian dan penyelesaian karya ilmiah akhir ini, dengan tulus

dan rasa hormat tak terhingga saya ucapkan terima kasih kepada seluruh

pembimbing penelitian saya Dr. dr. Ratna D Restuti, SpTHT-KL, dr. Ronny

Suwento, SpTHT-KL, dr. Harim Priyono, SpTHT-KL, dan dr. Muchtarudin

Mansyur, SpOK, phD yang telah meluangkan waktu, membimbing, memberi

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 7: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

vii Universitas Indonesia

dukungan, semangat, arahan dan menguatkan hati saya dalam menyelesaikan

tugas akhir ini.

Kepada intansi pemerintah yang terkait dalam penelitian ini, Walikota Jakarta

Timur, Puskesmas Kelurahan Cipinang Melayu dan Cawang beserta kader-

kadernya, serta seluruh warga Kelurahan Cipinang Melayu dan Cawang, saya

ucapkan terima kasih atas kerja sama dan bantuannya dalam penelitian ini. Dan

tentunya saya ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang bersama-sama

menjalani penelitian ini yaitu dr. Yadita, dr. Gustav, dr. Dwi Agustawan Nugroho,

dan dr. Riza Rizaldi.

Dengan rasa hormat saya ucapkan terima kasih kepada Bp. Asep Awaludin, Bp.

Momod, Bp. Richard, Ibu Siti, Mba Emi, Mba Ririn, Mba Sarah, Mas Heru dan

rekan-rekan karyawan yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah

memberi kontribusi yang sangat besar terhadap penelitian dan dalam

menyelesaikan masa pendidikan saya. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan

kepada seluruh paramedis IGD RSUPN-CM, perawat THT Public Wing lantai 7,

perawat IBP RSUPN-CM atas bantuan kerjasama yang telah diberikan kepada

saya dalam melaksanakan tugas sehari-hari selama masa pendidikan ini.

Terima kasih pada sahabat-sahabat saya, dr. Afrina Yanti, dr Dina Nurdiana, dr

Duhita Yassi, dr. Dwi Agustawan, dr Gustav Syukrinto, dr Riski Satria, dr Yadita

Wira, dan seluruh teman sejawat peserta Program Studi Departemen THT-KL

FKUI/RSUPN-CM yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas

bantuan, kebersamaan, kerjasama, pengorbanan, dukungan serta persahabatan

dalam suka dan duka yang telah terjalin dalam mengikuti pendidikan ini.

Karya ilmiah ini saya persembahkan untuk orang-orang tercinta yang selalu

memberikan dukungan, doa, pengertian , pengorbanan, dan kasih sayang selama

saya menyelesaikan pendidikan ini. Terima kasih dan rasa sayang yang tak

terhingga untuk mama dan aba tercinta, Baheta Hamad dan Ali Umar, atas cinta

dan kasih sayang, serta doa yang tidak pernah putus dalam membesarkan,

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 8: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

viii Universitas Indonesia

mendidik dan mendukung selama ini. Terima kasih yang tak terhingga untuk

suamiku tersayang DR. Ir. Farchad H Mahfud, M.Eng dan anakku tercinta Umar F

Mahfud, atas kasih sayang, perhatian, pengertian dan pengorbanan terbesar yang

selalu ada mengiringi di setiap langkahku terutama dalam menyelesaikan

pendidikan ini. Adik-adikku tercinta, drg. Muna Ali, SpKG, Syadli Awad BBA,

M.Com, Ghalib SE, Kamalia SPd, Namira SH, M.Kn, Saleh, dan Layla yang

selalu memberikan keceriaan dan kebahagian, terima kasih yang tiada terkira.

Akhir kata, izinkanlah saya memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan

dan kekhilafan yang telah saya perbuat selama masa pendidikan ini. Semoga

Allah SWT senantiasa memberikan rahmat, berkah dan magfirah-Nya kepada kita

semua. Semoga ilmu yang saya dapatkan akan lebih mengingatkan atas

kekurangan saya dan semata-mata adalah kebesaran Allah, sehingga dapat saya

amalkan untuk kepentingan umat. Amin yaa Robbal Alamin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, Februari 2013

Sakina Umar

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 9: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

ix Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Sakina Umar

NPM : 0906565381

Program Studi : Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher

Fakultas : Kedokteran Universitas Indonesia

Jenis karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

”Prevalensi dan Faktor Risiko Otitis Media Akut pada anak-anak di

Kotamadya Jakarta Timur”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, Maret 2013

Sakina Umar

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Farhad
Stamp
Page 10: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

x Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Sakina UmarProgram studi : Ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan LeherJudul Tesis : PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIAAKUT PADA ANAK-ANAK DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR

Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling sering terjadipada anak-anak. Di Indonesia belum ada data nasional baku yang melaporkanangka kejadian OMA. Penelitian ini dilakukan sebagai dasar bagi penelitianberskala nasional dalam memperoleh angka prevalensi penyakit telinga khususnyaOMA di Indonesia. Penelitian ini merupakan studi epidemiologi deskriptif potonglintang untuk mengetahui prevalensi dan gambaran karakteristik faktor-faktorrisiko OMA pada anak-anak di Kotamadya Jakarta Timur. Subyek penelitiandipilih secara multistage stratified random sampling, bertingkat dari kecamatanhingga kelurahan berdassarkan tingkat kepadatan penduduk. Kemudiandilanjutkan secara spatial random sampling berdasarkan nomer rumah. Hasilpenelitian ini didapatkan prevalensi OMA pada anak-anak di Kotamadya JakartaTimur sebesar 5,38 %, dan prevalensi tertinggi terjadi pada kelompok usia 2-5tahun. Hubungan faktor risiko yang bermakna secara statistik terhadap kejadianOMA adalah usia ( p < 0,001; OR=11,36), jenis kelamin (p= 0,029 dan OR=2,50),riwayat ISPA (p< 0,001; OR=14,07), dan lingkungan tempat tinggal (p=0,016;OR=2,60). Faktor risiko yang memiliki kecenderungan penyebab terhadapkejadian OMA, namun secara statistik tidak bermakna adalah pajanan asap rokok(p=0,066;OR=2,18), dan pendapatan rumah tangga (p=0,135;OR=0,55). Darikeempat faktor risiko yang bermakna terhadap kejadian OMA pada anak-anak diKotamadya Jakarta Timur, didapatkan faktor risiko usia (p<0,001;OR=10,00) danISPA (p<0,001;OR=10,01) yang paling bermakna dan dominan terhadap kejadianOMA. (koefisien determinan=0,410).

Kata kunci: Otitis media akut, faktor risiko, studi epidemiologi

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 11: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

xi Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Sakina UmarStudy Program: Otorhinolaryngology-Head and Neck DivisionTitle : The Prevalence and Risk Factors of Chronic Otitis Media inChildren in the Municipality of East Jakarta

Acute Otitis Media (AOM) is the most common ear disease in children. To date, astandardized national data reporting on the number of OMA cases is still notavailable. This research was conducted to become basis for nation-basedresearches to obtain the number of ear disease prevalence in Indonesia especiallyAOM. This research is epidemiologic study, descriptive and cross-sectional tofind out the prevalence and the characteristics description of AOM risk factors inchildren in the Municipality of East Jakarta. The research subject was selectedwith multistage stratified random sampling, authority levels ranging from villagesto sub-districts based on population density level. After that, the methodemployed was spatial random sampling based on house numbers. The researchresulted in 5,38% in AOM prevalence in children in the Municipality of EastJakarta, and the highest prevalence occurred in the group of 2-5 years oldchildren. Statistically significant risk factor relations in AOM cases were in age (p < 0,001; OR=11,36), gender (p= 0,029 and OR=2,50), upper airway infectionhistory (p< 0,001; OR=14,07), and living environment (p= 0,016;OR=2,60). Riskfactors that have a tendency toward causes of OMA case, but statistically notsignificant are exposure to cigarette smoke (p=0,066;OR=2,18), and householdincome (p=0,135;OR=0,55). From the four significant AOM risk factors inchildren in the Municipality of East Jakarta, age risk factor (p<0,001;OR=10,00)and upper airway infection (p<0,001;OR=10,01) are the most significant anddominant toward AOM cases (coefficient determinant=0,410).

Key words: Acute otitis media, risk factor, epidemiolgy study.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 12: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

xii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ iLEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iiiUCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................. ivDAFTAR ISI ..................................................................................................... xDAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiiDAFTAR DIAGRAM ...................................................................................... xiiiDAFTAR ALGORITMA .................................................................................. xivDAFTAR TABEL ............................................................................................. xvDAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviBAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 11.2. Masalah Penelitian .......................................................................... 21.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3

1.3.1. Tujuan Umum ....................................................................... 31.3.2. Tujuan Khusus ...................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 31.4.1. Bidang Penelitian ................................................................. 31.4.2. Bidang Institusi ..................................................................... 31.4.3. Bagi masyarakat ................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 52.1. Definisi dan klasifikasi Otitis Media .............................................. 52.2. Epidemiologi .................................................................................. 62.3. Anatomi dan Fisiologi .................................................................... 7

2.3.1. Anatomi Tuba Eustachius ..................................................... 72.3.2. Fisiologi TE ........................................................................... 92.3.3. Telinga Tengah .................................................................... 112.3.4. Membran Timpani ................................................................. 13

2.4. Etiologi dan Patogenesis ................................................................. 142.5. Faktor risiko .................................................................................... 16

2.5.1. Faktor pejamu ....................................................................... 162.5.1.1. Usia ......................................................................... 162.5.1.2. Jenis Kelamin .......................................................... 162.5.1.3. Sistem imun ............................................................ 172.5.1.4. Predisposisi genetik ................................................. 182.5.1.5. Air susu ibu (ASI) ................................................... 182.5.1.6. Abnormalitis anatomi .............................................. 182.5.1.7. Disfungsi fisiologi ................................................... 192.5.1.8. Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) .................. 192.5.1.9. Alergi ...................................................................... 192.5.1.10. Status gizi .............................................................. 20

2.5.2. Faktor Infeksi ........................................................................ 212.5.2.1. Bakteri patogen ....................................................... 212.5.2.2. Virus ........................................................................ 21

2.5.3. Faktor lingkungan ................................................................. 22

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 13: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

xiii Universitas Indonesia

2.5.3.1. Metode pemberian makan dan minum pada bayi .... 222.5.3.2. Penggunaan dot ....................................................... 222.5.3.3. Perokok pasif ........................................................... 222.5.3.3. Penitipan anak ......................................................... 23

2.5.4. Faktor sosio-demografi ......................................................... 232.5.4.1. Faktor sosio-ekonomi .............................................. 232.5.4.2. Faktor lingkungan tempat tinggal ........................... 24

2.6. Diagnosis ......................................................................................... 242.7. Penatalaksanaan .............................................................................. 272.8. Komplikasi ...................................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN..................... ........................................ 333.1. Kerangka Teori ............................................................................... 333.2. Kerangka Konsep ............................................................................ 343.3. Jenis Penelitian ................................................................................ 353.4. Populasi dan Subyek Penelitian ...................................................... 35

3.4.1. Populasi Penelitian ................................................................ 353.4.2. Subyek Penelitian .................................................................. 353.4.3. Besar Subyek Penelitian ........................................................ 353.4.4. Metode pemilihan subyek penelitian .................................... 36

3.5. Kriteria Subyek Penelitian ............. ................................................ 373.5.1. Kriteria Penerimaan .............................................................. 373.5.2. Kriteria Penolakan ................................................................. 38

3.6. Prosedur Penelitian ......................................................................... 393.6.1. Alat ........................................................................................ 393.6.2. Alur Penelitian ...................................................................... 393.6.3. Manajemen dan analisis data ................................................ 41

3.7. Waktu Penelitian ............................................................................. 413.8. Definisi Operasional ....................................................................... 413.7. Hambatan Penelitian ....................................................................... 453.8. Etika Penelitian ............................................................................... 453.7. Organisasi Penelitian ....................................................................... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 474.1. Karakteristik subyek di Kodya Jakarta Timur ................................ 484.2. Prevalensi OMA .............................................................................. 504.3. Gambaran karakteristik faktor risiko OMA .................................... 504.4. Hubungan faktor-faktor risiko dengan angka kejadian OMA ........ 54

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 615.1. Prevalensi OMA .............................................................................. 635.2. Faktor-faktor risiko OMA ............................................................... 64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 716.2. Saran ................................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73LAMPIRAN ..................................................................................................... 80

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 14: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

xiv Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tuba Eustachius anak dan dewasa ....................................... 8

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 15: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

xv Universitas Indonesia

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1. Algoritma penatalaksanaan otitis media akut Perhati KL..... 28

Diagram 2.2. Algoritma penatalaksanaan otitis media akut AAP, AAFP,dan AHRQ ............................................................................ 30

Diagram 2.1. Sebaran frekuensi subyek berdasarkan usia ......................... 48

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 16: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

xvi Universitas Indonesia

DAFTAR ALGORITMA

Algoritma 3.1. Alur pemilihan subyek penelitian ......................................... 38

Algoritma 3.2. Alur Penelitian ...................................................................... 40

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 17: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

xvii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1. Sebaran frekuensi subyek berdasarkan karakteristik........ 48

Tabel 4.1.2. Sebaran frekuensi subyek berdasarkan karakteristikpendidikan dan pekerjaan orang tua subyek.........................

49

Tabel 4.2.1. Sebaran frekuensi subyek berdasarkan kategori diagnosis... 50

Tabel 4.3.1. Karakteristik faktor risiko OMA pada anak-anak di KodyaJakarta Timur ...................................................................... 51

Tabel 4.3.2. Karakteristik faktor risiko OMA pada anak-anak di bawah5 tahun di Kodya Jakarta Timur .......................................... 52

Tabel 4.3.3. Karakteristik keluhan penderita OMA pada anak-anak diKodya Jakarta Timur ........................................................... 53

Tabel 4.3.4. Karakteristik keluhan penderita OMA pada anak-anak diatas 5 tahun di Kodya Jakarta Timur ................................... 53

Tabel 4.3.5. Karakteristik keluhan penderita OMA pada anak-anak dibawah 5 tahun di Kodya Jakarta Timur .............................. 54

Tabel 4.4.1. Analisis hubungan faktor risiko dengan angka kejadianOMA pada anak-anak di Kodya Jakarta Timur....................

55

Tabel 4.4.2. Analisis hubungan status gizi dengan angka kejadian OMApada anak-anak ..................................................................... 57

Tabel 4.4.3. Analisis hubungan faktor risiko dengan angka kejadianOMA pada balita di Kodya Jakarta Timur ........................... 58

Tabel 4.5.1. Faktor determinan penyebab OMA pada anak-anak diKodya Jakarta Timur ............................................................ 59

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 18: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

xviii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Lulus Kaji Etik ................................................................ 80

Lampiran 2: Lembar Informasi Orang Tua / Percontoh ............................... 81

Lampiran 3: Lembar Persetujuan .................................................................. 82

Lampiran 4: Status Penelitian ....................................................................... 84

Lampiran 5: Kuesioner ISAAC .................................................................... 89

Lampiran 6: Tabel Induk ............................................................................... 90

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 19: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

1

Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling sering terjadi

pada anak-anak, dan merupakan diagnosis klinis yang sering pada anak dengan

demam. Data dari negara-negara maju menunjukkan bahwa OMA adalah salah

satu infeksi yang umumnya terjadi pada anak usia dini dan merupakan alasan

umum untuk berobat. Prevalensi OMA di setiap negara bervariasi, berkisar antara

2,3 - 20%. Berbagai studi epidemiologi di Amerika Serikat (AS), dilaporkan

prevalensi terjadinya OMA sekitar 17-20% pada 2 tahun pertama kehidupan.

Biaya pemakaian antibiotik yang digunakan untuk kasus OMA di AS per tahun

sekitar 3-5 juta US dolar. Prevalensi otitis media di negara-negara maju lainnya

hampir sama dengan di AS. Studi epidemiologi OMA di negara-negara

berkembang sangat jarang. Di Thailand, Prasansuk dikutip dari Bermen5

melaporkan bahwa prevalensi OMA pada anak-anak yang berumur kurang dari 16

tahun pada tahun 1986 sampai 1991 sebesar 0,8%. Berdasarkan survei kesehatan

Indera Pendengaran tahun 1994-1996 pada 7 provinsi di Indonesia didapatkan

prevalensi penyakit telinga tengah populasi segala umur di Indonesia sebesar 3.9

%. Di Indonesia belum ada data nasional baku yang melaporkan angka kejadian

OMA.1-7

Sebelum kemajuan era antibiotik, OMA dapat menimbulkan berbagai komplikasi,

mulai dari abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis

dan abses otak. Setelah era antibiotika berkembang, semua jenis komplikasi

tersebut jarang terjadi. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan

gangguan pendengaran permanen. Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik

dapat menyebabkan gangguan pendengaran anak dan masalah dalam kemampuan

bicara dan bahasa, jika dialami oleh anak pada usia perkembangan bicara akan

mempengaruhi prestasi belajar.5-8

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 20: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

2

Universitas Indonesia

Faktor-faktor risiko yang berperan dalam terjadinya OMA, seperti faktor pejamu,

faktor lingkungan, dan faktor sosiodemografi, dapat diteliti untuk melihat

hubungannya dengan terjadinya OMA. Studi Nasional yang dilaporkan

International Primary Care Network (IPCN) dan Ambulatoy Sentinel Practice

Network (ASPN) yang dilakukan oleh Froom dkk di tiga negara yaitu Amerika

Utara, Inggris dan Belanda, memberikan hasil bemakna untuk faktor-faktor risiko

yang dihubungkan dengan OMA. Dengan mengetahui faktor-faktor risiko ini,

dapat digunakan untuk merencanakan strategi pencegahan, penanganan, dan

komplikasi OMA.9

Hal di atas mendorong penulis melakukan penelitian, untuk mengetahui angka

kejadian OMA, dan gambaran karakteristik faktor-faktor risiko OMA pada anak-

anak di Jakarta. Sebagai tahap awal penelitian akan dilakukan untuk cakupan

wilayah Kotamadya Jakarta Timur. Metode yang digunakan pada penelitian ini,

nantinya diharapkan dapat diterapkan pada lingkup yang lebih luas untuk

memperoleh angka Nasional prevalensi penyakit telinga, khususnya OMA di

Indonesia, serta digunakan untuk surveilans nasional secara berkala. Hasil

penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat dalam mengenali faktor

risiko penyakit dan bagi pelayanan kesehatan masyarakat dalam memberikan

penatalaksanaan yang optimal. Dengan demikian diharapkan dapat membantu

pemangku kebijakan di bidang kesehatan khususnya program kesehatan telinga,

berupa upaya deteksi dini, preventif, promotif, maupun intervensi, serta kebijakan

program-program kesehatan di komunitas`pada umumnya.

1.2. Masalah penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

- Berapa besar prevalensi OMA pada anak-anak di Kotamadya Jakarta

Timur?

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 21: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

3

Universitas Indonesia

- Bagaimana gambaran karakteristik faktor-faktor risiko OMA pada

anak-anak di Kotamadya Jakarta Timur ?

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Memberikan dasar bagi penelitian berskala nasional dalam memperoleh angka

prevalensi penyakit telinga khususnya OMA di Indonesia sehingga hasilnya

bermanfaat bagi masyarakat, pelayanan kesehatan masyarakat, serta membantu

kebijakan di bidang kesehatan telinga.

1.3.2. Tujuan khusus

- Mengetahui prevalensi OMA pada anak-anak di Kodya Jakarta Timur.

- Mengetahui gambaran karakteristik faktor-faktor risiko OMA (faktor

pejamu, lingkungan, dan sosiodemografi) pada anak-anak di

Kotamadya Jakarta Timur.

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Bidang penelitian

- Memberikan data untuk mengenai prevalensi OMA dan faktor risiko

yang mempengaruhinya di Kodya Jakarta Timur.

- Dapat dijadikan pilot study untuk penelitian serupa di Jakarta maupun

di Indonesia.

1.4.2. Bidang Institusi

Dengan mengetahui faktor-faktor risiko OMA di Kodya Jakarta Timur, maka

dapat dijadikan masukan untuk program pencegahan dan penanggulangan OMA.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 22: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

4

Universitas Indonesia

1.4.3. Bagi masyarakat

Dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai OMA dan faktor risiko yang

mempengaruhi penyakit ini khususnya di Kodya Jakarta Timur, sehingga dapat

melakukan preventif agar tidak menderita OMA.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 23: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

5

Universitas Indonesia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan klasifikasi Otitis Media

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

Eustachius (TE), antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Banyak ahli membuat

pembagian dan klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis media terbagi atas

otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (= otitis media serosa, otitis

media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME). Masing-masing

golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut

(otitis media akut) dan otitis media supuratif kronis (OMSK). Begitu pula otitis

media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotrauma) dan otitis

media serosa kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis

media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis

media adhesiva.10-12

Sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang definisi OMA yang universal.

Definisi OMA bervariasi dalam praktek klinis dan kepustakaan, yang mana

setengahnya menyertakan komponen efusi telinga tengah. OMA didefinisikan

sebagai suatu peradangan pada telinga tengah dengan onset akut, ditandai dengan

adanya cairan dan atau inflamasi di telinga tengah. Otore yang terjadi melalui

perforasi membran timpani dengan gejala akut diklasifikasikan sebagai OMA.

Efusi telinga tengah tanpa gejala disebut otitis media efusi (OME) , atau glue ear,

dan diklasifikasikan sebagai kronis jika telah berlangsung selama 3 bulan. OMA

berulang didefinisikan sebagai tampilan tiga episode OMA baru dalam waktu 6

bulan atau empat kali selama satu tahun.10-12

OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi 5 stadium, yaitu: stadium

oklusi tuba Eustachius, hiperemis, supurasi, perforasi, dan resolusi. Stadium

oklusi tuba Eustachius ditandai oleh gambaran retraksi membran timpani akibat

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 24: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

6

Universitas Indonesia

terjadinya tekanan negatif di telinga tengah. Pada stadium hiperemis, tampak

pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani

tampak hiperemis serta edema. Stadium supurasi ditandai dengan membran

timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar, sedangkan pada stadium

perforasi ditandai dengan keluarnya sekret dan membran timpani yang perforasi.

Bila membran timpani tetap utuh dan keadaan membran timpani akan normal

kembali, atau membran timpani yang perforasi perlahan menutup kembali,

dikenal dengan stadium resolusi.8

Otitis media akut dihubungkan dengan penatalaksanaanya dibagi menjadi OMA

dengan risiko rendah dan risiko tinggi. Kriteria OMA risiko tinggi adalah usia

kurang dari 2 bulan, usia pada waktu menderita OM pertama kali kurang dari 6

bulan, menderita OM dalam 1 bulan terakhir (kambuh), OMA berulang, OM

bilateral, dan status gizi kurang atau buruk.13

2.2. Epidemiologi

Prevalensi OMA di tiap-tiap negara bervariasi, berkisar antara 2,3 - 20%.

Berbagai studi epidemiologi di Amerika Serikat (AS), dilaporkan prevalensi

terjadinya OMA sekitar 17-20% pada 2 tahun kehidupan. Studi epidemiologi

untuk OMA di negara-negara berkembang sangat jarang. Di Thailand, Prasansuk

dikutip dari Bermen5 melaporkan bahwa prevalensi OMA pada anak-anak yang

berumur kurang dari 16 tahun pada tahun 1986 sampai 1991 sebesar 0,8%. Di

Nigeria, Amusa, Ijadunola dan Onayade14 melaporkan bahwa prevalensi OMA

pada anak-anak di bawah 12 tahun pada tahun 2005 sebesar 11,8 %.1-5,14

Berdasarkan penelitian pada tahun 1993 sampai 1996 pada beberapa provinsi di

Indonesia didapatkan prevalensi penyakit telinga tengah populasi segala umur di

Indonesia sebesar 3,9 %. Di Indonesia belum ada data nasional baku yang

melaporkan angka kejadian OMA.7

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 25: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

7

Universitas Indonesia

2.3. Anatomi dan Fisiologi

2.3.1. Anatomi Tuba Eustachius

Tuba Eustachius (TE) adalah organ yang mempunyai lumen, yang terdiri atas

mukosa, kartilago, jaringan lunak, otot-otot perituba, dan sulkus tulang sfenoid di

bagian superiornya. TE terdiri atas tulang rawan pada duapertiga anterior ke arah

nasofaring, kavum nasi dan palatum; dan sepertiga posteriornya terdiri atas tulang

ke arah kavum timpani dan mastoid. Bentuk TE menyerupai dua buah kerucut

yang saling bertemu di bagian puncak, tempat pertemuan ini disebut ismus. Ismus

biasanya terletak pada pertemuan antara bagian tulang dan tulang rawan ini. Ismus

memiliki ukuran tinggi 2 mm dan lebar 1mm. Ke arah nasofaring tinggi lumen

menjadi 8-10 mm, dengan lebar 1-2 mm. Fungsi ismus ini adalah membantu

melindungi telinga tengah dari sekret nasofaring.15,16

TE berkembang pada anak, dan mencapai ukuran seperti orang dewasa pada saat

usia 7 tahun. Panjang TE pada orang dewasa sekitar 36 mm, sedangkan pada bayi

sekitar 18 mm. TE yang lebih pendek pada bayi dan anak kecil dibandingkan

dengan orang dewasa, sehingga sekret dari nasofaring lebih mudah masuk ke

telinga tengah. Pada orang dewasa, TE membentuk sudut 45° terhadap bidang

horisontal. Pada bayi bentuk TE bevariasi, dari horisontal sampai membentuk

sudut sekitar 10° terhadap bidang horisontal, dan tidak membentuk sudut pada

ismus tetapi menyempit. Sudut yang menghubungkan antara otot tensor veli

palatini dan kartilago bervariasi pada bayi, sedangkan pada orang dewasa relatif

stabil. Hal ini yang menjelaskan pada anak yang lebih muda, terjadi

ketidakefisienan dalam membuka tuba yang disebabkan karena kontraksi otot

tensor veli palatini.15,16

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 26: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

8

Universitas Indonesia

Gambar 2.1. Tuba Eustachius anak dan dewasa13

Massa kartilago meningkat dari lahir sampai pubertas. Pada bayi, densitas elastin

pada kartilago lebih sedikit, tetapi densitas sel kartilagonya lebih besar. Pada

bagian inferolateral tuba terdapat lapisan lemak yang disebut lemak Ostmann,

yang ikut membantu proses menutupnya tuba dan membantu melindungi TE dan

telinga tengah terhadap sekret nasofaring. Lapisan lemak Ostmann pada bayi

volumenya lebih kecil, tetapi lebarnya sama dengan orang dewasa. Lumen tuba

pada bayi lebih kecil dibandingkann dewasa, jika dilihat dari dimensi dan

volumenya pada potongan melintang.15

Mukosa TE merupakan kelanjutan dari mukosa nasofaring dan telinga tengah,

yang sama dengan epitel saluran napas, yaitu terdiri atas epitel kolumnar bersilia,

sel-sel goblet dan kelenjar mukus. Lapisan paling luar adalah epitel bersilia yang

bergerak ke arah nasofaring. Semakin dekat ke telinga tengah terlihat sel-sel

goblet dan kelenjar mukus makin berkurang, mukosa bersilia juga menghilang.

Jumlah sel goblet pada dasar tuba lebih banyak dibandingkan dengan bagian atap,

dengan konsentrasi terbanyak berada di area tengah tuba bagian tulang rawan.

Sel-sel goblet dan kelenjar serosa pada bayi lebih sedikit dibandingkan orang

dewasa. Bayi juga memiliki lumen dengan mukosa yang lebih berlipat-lipat

dibandingkan orang dewasa. Hal ini yang menyebabkan peningkatan compliance

dari tuba yang lebih tinggi pada bayi.15,16

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 27: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

9

Universitas Indonesia

TE terdiri atas otot-otot yang berfungsi untuk membuka dan menutup tuba, yaitu :

tensor veli palatini, levator veli palatini, salpingofaringeal, dan tensor timpani. Di

antara keempat otot tersebut yang berperan pada proses dilatasi aktif adalah tensor

veli palatini. TE diperdarahi oleh arteri faringeal ascenden dan arteri meningea

media. TE dipersarafi oleh cabang faringeal dari ganglion sfenopalatina yang

berasal dari n. maksilaris (nervus V2) pada bagian ostium tuba; nervus spinosus

yang berasal dari n. mandibularis (nervus V3) pada bagian tulang rawan dari tuba;

dan pleksus timpani yang berasal dari nervus glossofaringeal pada bagian tulang

dari tuba.16

2.3.2. Fisiologi TE

TE memiliki tiga fungsi fisiologi terhadap telinga tengah, yaitu ventilasi, drainase,

dan proteksi. Fungsi ventilasi mengatur agar tekanan udara telinga tengah sama

dengan tekanan udara luar, fungsi ini banyak diperankan oleh bagian superior dari

tuba. TE terbuka secara intermiten karena kontraksi dari otot tensor veli palatini

pada saat menelan, yang mempertahankan tekanan udara mendekati normal pada

telinga tengah. Fluktuasi tekanan yang terjadi dua arah, baik ke telinga tengah

maupun dari telinga tengah, relatif kecil, dan tidak segera dirasakan. Fluktuasi ini

menggambarkan naik turunnya tekanan barometrik yang berkaitan dengan kondisi

cuaca dan atau ketinggian. Perubahan tekanan pada telinga tengah dapat

menyebabkan perubahan patologis. Kondisi ini terjadi terutama akibat sistem sel

udara telinga tengah-mastoid relatif kaku (atau tidak mudah kolaps). Sistem ini

dikelilingi oleh membran mukosa, yang menyebabkan udara dapat saling

berpindah antara bagian telinga tengah dan mukosa. Sel udara mastoid

kemungkinan berlaku seperti cadangan udara untuk telinga tengah, dan juga

memiliki fungsi pengaturan tekanan.15,16

Penelitian telah dilakukan untuk menilai fungsi TE dengan menggunakan ruang

bertekanan, pada anak-anak dan orang dewasa di Swedia, yang memiliki status

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 28: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

10

Universitas Indonesia

otologi normal. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa 35,8% anak-anak tidak

dapat menyeimbangkan tekanan intertimpanik negatif dengan cara mengunyah,

sedangkan hanya 5% dari orang dewasa tidak dapat melakukan fungsi yang sama.

Anak usia 3-6 tahun memliki fungsi yang lebih buruk daripada anak usia 7-12

tahun. Kesimpulan studi ini adalah bahkan untuk anak-anak dengan status otologi

normal, fungsi TE tidak sebaik pada orang dewasa, yang hampir pasti

berhubungan dengan tingkat tingginya insiden pada penyakit telinga tengah pada

populasi lebih muda. Inefisiensi fungsi TE pada anak-anak dapat ditemukan pada

pemeriksaan otoskopi dan timpanometri, yang menggambarkan tekanan negatif

telinga tengah. Hal ini dapat terjadi pada anak-anak yang tidak memiliki gejala

pada telinga dan otitis media. Bayi memiliki mekanisme fungsi tekanan negatif

TE yang inefisien, dan mereka umumnya mengkompensasikan dengan cara

menangis agar dapat mengatur tekanan dalam telinga tengah.15

TE memiliki fungsi proteksi terhadap telinga tengah dan sistem sel udara mastoid

melalui anatomi fungsional TE-telinga tengah, secara imunologis dan pertahanan

mukosilar dari lapisan membran mukosa. Proteksi telinga tengah dari tekanan

suara nasofaring yang abnormal dan sekresi nasofaring, terutama bergantung pada

struktur normal, fungsi dari TE, dan integritas telinga tengah, serta sistem sel

udara mastoid, yang menjaga “gas cushion”. Pada saat istirahat, TE kolaps dan

lumennya tertutup, sehingga manghindari cairan dan tekanan suara abnormal

nasofaring masuk ke ujung distal TE. Pada saat mengunyah, bagian akhir

proksimal (kartilago) terbuka, cairan dapat memasuki bagian ini, tetapi tidak

memperoleh jalur masuk ke telinga tengah, karena terdapat ruang sempit, yaitu

ismus. Proteksi telinga tengah-mastoid juga dilakukan oleh epitel respiratori

lumen TE dengan cara pertahanan imunologi lokal, maupun pertahanan

mukosilia, yaitu drainase.15

TE mempunyai 2 mekanisme untuk drainase sekret dari telinga tengah ke

nasofaring, yaitu drainase mukosilia dan muskular. Sistem mukosilia dari TE dan

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 29: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

11

Universitas Indonesia

membran mukosa telinga tengah, yaitu dengan cara membersihkan sekret dari

telinga tengah dan tindakan pemompaan TE pada saat menutup yang

menghasilkan drainase muskular. Studi telah dilakukan untuk menilai fungsi

pembersihan mukosiliar. Gerakan silia terjadi pada TE dan bagian dari telinga

tengah. Sel silia di telinga tengah, makin ke distal menuju TE, makin aktif.

Tindakan pemompaan TE untuk drainase sekret dari telinga tengah ke nasofaring

tejadi pada saat TE menutup secara pasif.15

2.3.3. Telinga Tengah

Ruang telinga tengah (kavum timpani) memiliki batas sebelah lateral adalah

membran timpani, batas medialnya promontorium, batas superiornya adalah

tegmen timpani, dan batas inferiornya adalah bulbus jugularis dan nervus Fasialis.

Kavum timpani dihubungkan dengan nasofaring oleh TE. Kavum timpani secara

vertikal dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: epitimpanum, yaitu rongga yang berada di

sebelah atas dari batas atas membran timpani; mesotimpanum, adalah rongga

yang terletak diantara batas atas dan bawah membran timpani; dan hipotimpanum,

adalah rongga yang berada di bawah dari batas bawah membran timpani. Tulang-

tulang pendengaran terletak di dalam ruang ini, dari luar ke dalam adalah maleus,

inkus, dan stapes. Struktur lainnya yang juga terdapat di dalam kavum timpani

adalah korda timpani, otot tensor timpani dan tendon otot stapedius.15,17

Dinding lateral kavum timpani terbentuk oleh membran timpani di bagian tengah

dan sebelah atas (dinding lateral epitimpanum), serta sebelah bawahnya (dinding

lateral hipotimpanum) oleh tulang. Bagian atas membran timpani yang ikut

membentuk dinding lateral epitimpanum disebut pars flaksida. Dinding lateral

epitimpanum yang menonjol ke luar disebut skutum.17

Dinding medial kavum timpani dibentuk oleh penonjolan tulang yang disebut

promontorium. Pada permukaannya terdapat saraf yang membentuk pleksus

timpanikus, dan cabang nervus glossofaringeus. Pada bagian posterosuperior

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 30: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

12

Universitas Indonesia

promontorium terdapat tingkap lonjong yang tertutup tapak stapes dan

ligamentum anulare yang mengelilinginya. Tingkap bundar terletak di

inferoposterior tingkap lonjong. Tingkap bundar dipisahkan dari tingkap lonjong

oleh perluasan promontorium ke posterior yang disebut subikulum. Kadang-

kadang terdapat penonjolan tulang yang meninggalkan promontorium menuju

piramid yang disebut pontikulus. Nervus fasialis berjalan di atas promontorium

dan tingkap lonjong dengan arah anteroposterior, dan bagian depannya ditandai

oleh prosesus kokleariformis (yang merupakan “rumah” tendon m. tensor

timpani). Sebelah atas struktur ini terdapat penonjolan yang menandakan lokasi

ganglion genikulatum.17

Dinding posterior kavum timpani pada bagian atasnya terdapat pintu yang menuju

ke rongga mastoid (aditus ad antrum). Fosa inkudis terletak di bawah aditus. Fosa

inkudis, yang merupakan “rumah” prosesus brevis inkus dan ligamen yang

mengikatnya. Piramid yang berisi m. stapedius terletak di bawah fosa inkudis dan

medial dari lubang masuknya korda timpani. Resesus timpanikus terletak di antara

piramid (bagian medial) dan anulus timpanikus (di bagian lateral). Perluasan

rongga mesotimpanum ke posterior yang terletak di sebelah dalam terhadap

piramid dan nervus fasialis disebut sinus timpanikus.17

Dinding superior kavum timpani dibentuk oleh tulang tipis yang disebut tegmen

timpani atau dural plate. Tegmen tersebut memisahkan kavum timpani dan fossa

media. Pada bagian tersebut terdapat sutura petroskuamosa yang dilewati oleh

serabut saraf dan pembuluh darah. Pada bagian inferior kavum timpani terdapat

bulbus jugularis yang ditutupi oleh lempengan tulang tipis, dan kadang-kadang

hanya ditutupi oleh mukosa. Pada bagian anterior, kavum timpani berbatasan

dengan arteri karotis dan di bagian atasnya terdapat semikanal m. tensor timpani

yang terletak tepat di atas muara TE.17

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 31: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

13

Universitas Indonesia

Kavum timpani dilapisi oleh mukosa saluran napas yang memiliki silia pada

permukaannya dan memiliki kelenjar mukus. Sekret telinga tengah dihasilkan

oleh sel-sel goblet dan kelenjar mukus, yang sebagian besar berkumpul di sekitar

muara TE. Mukosa kavum timpani menutupi seluruh dinding tulangnya, tulang-

tulang pendengaran dan seluruh ligamen. Mukosa tersebut juga membentuk

lipatan-lipatan sehingga membagi kavum timpani menjadi beberapa ruangan yang

telah dijelaskan sebelumnya.17

Kavum timpani mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna

dan interna. Arteri timpani anterior (cabang dari arteri maksilaris) dan

stilomastoid (cabang arteri aurikularis posterior) merupakan pembuluh

utamanya.17

2.3.4. Membran timpani

Membran timpani (MT) merupakan lapisan cekungan tipis berbentuk oval, yang

membentuk sudut 55º dengan dinding dasar liang telinga, dengan diameter

terbesar pada posterosuperior hingga anteroinferior. MT membentuk penebalan

cincin fibrokartilago pada sekelilingnya yang disebut anulus timpanikus. Bagian

MT di atas lipatan maleoulus tersebut disebut pars flaksida, sedangkan bagian

bawahnya disebut pars tensa. Membran timpani merupakan struktur berbentuk

cekungan dengan bagian yang paling dalam pada daerah umbo.17

Membran timpani memiliki tiga lapisan, yaitu lapisan epitel paling luar adalah

epidermis, yang merupakan kelanjutan kulit liang telinga; bagian tengahnya

terutama dibentuk oleh lapisan fibrosa yang disebut lamina propria; dan lapisan

paling dalam yang dibentuk oleh mukosa telinga tengah.17

Epitel mukosa pada pars tensa memiliki ketinggian yang bervariasi, dapat berupa

lapisan skuamosa atau kuboid yang tipis, hingga terbentuk epitel torak berlapis

semu. Permukaan sel yang menghadap kavum timpani memiliki mikrovili, dan

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 32: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

14

Universitas Indonesia

pada daerah sel kuboid dan torak dapat ditemukan adanya silia, namun silia ini

tersebar tidak merata. Pada lapisan ini tidak ditemukan adanya sel goblet, namun

pada sel-sel yang tidak memiliki silia, dapat ditemukan granul sekresi. Lapisan

mukosa dipisahkan dari lamina propria oleh membran basal. Mukosa pada pars

flaksida dan pars tensa, memiliki gambaran yang sama. Pada keadaan patologis

seperti pada oklusi tuba dan otitis media kronik, struktur mukosa mengalami

perubahan berupa hiperplasi kelenjar, proliferasi sel goblet, edema submukosa,

vaskularisasi, dan transformasi lapisan epitel kuboid menjadi epitel torak.17

2.4. Etiologi dan patogenesis

Faktor etiologi yang berperan dalam perkembangan otitis media ialah adanya

infeksi virus dan bakteri, gangguan fungsi TE secara mekanik atau fungsional,

alergi, barotrauma atau kombinasinya.3

Perkembangan OMA adalah proses yang kompleks yang dimulai di nasofaring,

yang dihubungkan oleh TE ke telinga tengah. OMA sering diikuti dengan infeksi

saluran napas atas, jika tejadi kongesti pada membran nasal dan TE. Cairan yang

keluar di telinga tengah terjebak dan menghasilkan lingkungan yang ideal untuk

terjadinya infeksi. Patogenesis dari OMA ialah kombinasi dari beberapa faktor,

seperti: disfungsi TE, kolonisasi nasofaring dengan bakteri dan virus patogen,

meluasnya infeksi ke sepanjang TE, imunologi, faktor lingkungan dan

predisposisi genetik. Dua faktor yang paling penting pada anak-anak adalah

disfungsi TE dan anak cenderung rentan terhadap infeksi saluran napas atas

berulang. Pada anak, TE lebih pendek, sehingga jarak untuk penyebaran

organisme lebih pendek, letaknya horizontal, sehingga menyebabkan drainase

telinga tengah tidak adekuat dan terdapat adenoid dekat muara tuba, yang dapat

menyumbat tuba dan juga berfungsi sebagai reservoir terhadap infeksi. Gangguan

fungsi TE merupakan faktor yang paling penting. Adanya obstruksi tuba, baik

secara mekanik maupun fungsional dapat menyebabkan absorpsi udara, tekanan

negatif dan terbentuknya cairan di dalam telinga tengah.15

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 33: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

15

Universitas Indonesia

Virus pada infeksi saluran napas atas menyebabkan inflamasi sehingga

mengganggu fungsi TE dan meningkatkan kolonisasi bakteri pada nasofaring.

Infeksi saluran napas atas menyebabkan inflamasi, penurunan tekanan di telinga

tengah dan masuknya bakteri dan virus ke dalam telinga tengah melalui TE,

sehingga menyebabkan inflamasi dan efusi di telinga tengah. Virus pada infeksi

pernapasan atas menyebabkan kerusakan epitel TE, yang menyebabkan obstruksi,

karena adanya akumulasi mukus dan sel-sel inflamasi di dalam lumen tuba.

Infeksi virus juga mengganggu mukosilia dari epitel saluran pernapasan, yang

mengganggu fungsi drainase dari TE.15,18

Bakteri penyebab utama pada OMA ialah Streptococcus pneumoniae (30-40%),

Haemophilus influenzae (20%) dan Moraxella catarrhalis (7-20%), terdapat

pada 95% dari seluruh kasus OMA. Staphylococcus aureus dapat ditemukan pada

anak, Streptococcus pyogenes ditemukan pada anak yang lebih besar, Chlamydia

pneumoniae dapat ditemukan pada anak yang lebih kecil dan bakteri gram negatif

serta grup B Streptococci dapat ditemukan pada bayi baru lahir.18,19

Virus merupakan penyebab dari 20% kasus OMA, dan lebih sering ditemukan

bersamaan dengan bakteri yaitu pada 65% kasus. Virus yang paling sering

ditemukan pada kasus infeksi efusi telinga tengah ialah RSV dan rinovirus. Virus

lainnya yang juga ditemukan ialah parainfluenza, influenza, enterovirus, dan

adenovirus. Studi terakhir menunjukan virus sebagai faktor kausatif utama pada

OMA. Pasien OMA yang patogennya virus dan bakteri memiliki konsentrasi

mediator inflamasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang patogennya

bakteri saja, sehingga klinisnya lebih buruk.20,21

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 34: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

16

Universitas Indonesia

2.5. Faktor risiko

Banyak faktor yang diduga memiliki peran pada terjadinya otitis media akut.

Faktor-faktor ini dapat digolongkan menjadi faktor pejamu, faktor infeksi, faktor

lingkungan, dan faktor sosiodemografi.3,9

2.5.1. Faktor pejamu

2.5.1.1.Usia

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Stangerup dkk seperti dikutip oleh

Bluestone10 , menyatakan prevalensi OMA cukup konstan yaitu sekitar 25% pada

5 tahun pertama kehidupan. Alho dkk, Pukander dkk, Rovers dkk seperti dikutip

oleh Bluestone10, mengemukakan bahwa puncak prevalensi terjadinya otitis media

pada usia di bawah 2 tahun. Studi yang dilakukan pada populasi anak-anak di

Taiwan oleh Wang dkk22, menyatakan bahwa usia merupakan faktor risiko

terjadinya OMA, dan puncaknya yaitu pada usia 3-5 tahun. Studi epidemilogi

yang dilakukan oleh Zakzouk dkk23 pada anak-anak di bawah 12 tahun di Saudi

Arabia, menyatakan bahwa usia di bawah 4 tahun secara statistik bermakna

terhadap risiko terjadinya OMA jika dibandingkan usia 8 -12 tahun.

2.5.1.2. Jenis Kelamin

Penelitian yang dilakukan oleh Wang dkk, Sipilia dkk dikutip dari Wang22 , Teele

dkk dikutip dari Bluestone10 menyatakan bahwa OMA lebih sering terjadi pada

anak laki-laki dibanding perempuan. Studi epidemiologi oleh Zakzouk dkk23,

menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan

OMA dimana anak laki-laki memiliki risiko lebih tinggi terhadap OMA

dibandingkan perempuan. Hal ini diduga berkaitan dengan pneumatisasi mastoid

yang lebih kecil pada laki-laki, pajanan polusi, infeksi saluran napas berulang

serta trauma yang lebih sering terjadi pada laki-laki. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Homoe dkk, dan Lundgren dkk (dikutip dari Wang)22 menyatakan

tidak adanya perbedaan bermakna jenis kelamin terhadap faktor risiko OMA.10,23-4

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 35: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

17

Universitas Indonesia

2.5.1.3. Sistem imun

Sistem imun yang belum sempurna pada anak-anak, atau sistem imun yang

terganggu pada pasien dengan defisiensi imun kongenital, infeksi HIV, atau

diabetes berperan pada perkembangan otitis media. OM adalah penyakit infeksi

yang berkembang biak pada lingkungan yang pertahanan imunnya menurun.

Hubungan antar patogen dan pertahanan imun pejamu memegang peranan dalam

progresi penyakit. Patel dkk25 menemukan tingkat interleukin 6 (IL-6) pada pasien

dengan OM yang juga mengalami influenza dan infeksi adenovirus, yang mana

tingkat IL-1-beta lebih tinggi pada pasien dengan OM yang disertai dengan

infeksi saluran napas atas. Pada studi lainnya, Skovbjerg dkk26 menemukan

bahwa efusi telinga tengah dengan bakteri patogen yg didapat dari kultur,

mengalami peningkatan IL-1 beta, IL-8 dan IL-10 yang lebih tinggi dibandingkan

dengan efusi yang steril.

Vaksin mempunyai peranan dalam mencegah infeksi bakteri dan virus yang

merupakan etiologi dari otitis media. Vaksin yang sudah dikembangkan saat ini

adalah Haemophilus Influenzae type b (Hib), Influenza, dan Invasive

Pneumococcal Disease.27

Penelitian pada uji klinis yang dilakukan oleh Karma28 di Finland, menyatakan

vaksin konjugasi pneumokokus heptavalent CRM 197 menurunkan angka OMA

yang disebabkan oleh pneumokokus, vaksin influenza memperlihatkan proteksi

terhadap OMA selama epidemik virus. Penelitian yang dilakukan oleh Leibovitz

dan Greenberg29 di Amerika Serikat, menyatakan bahwa imunisasi dengan vaksin

konjugasi pneumokokus pada bayi di bawah 2 tahun telah menunjukan khasiat

untuk pencegahan OMA pada pneumokokus spesifik serotipe. Studi berbasis

komunitas di Nigeria yang dilakukan oleh Amusa dkk14, tidak didapatkan

hubungan yang bermakna antara imunisasi dengan otitis media.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 36: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

18

Universitas Indonesia

2.5.1.4. Predisposisi genetik

Hubungan antara genetik dan otitis media telah dibuktikan dalam beberapa studi,

namun memisahkan faktor genetik dari pengaruh lingkungan cukup sulit. Belum

ditemukan gen spesifik yang berhubungan dengan penyebab OM. Seperti

kebanyakan proses penyakit lainnya, efek dari pajanan lingkungan pada ekspresi

gen mungkin berperan penting pada patogenesis dari OM.30

2.5.1.5. Air susu ibu (ASI)

ASI memiliki sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas berbagai zat yang

membantu mencegah infeksi langsung, sebagai agen anti-inflamasi atau

meningkatkan pertumbuhan zat lain yang membantu mengurangi infeksi. Faktor

utama yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh dalam ASI antara lain

imunoglobulin (IgA, IgM, dan IgG) terhadap bakteri dan virus yang spesifik,

komplemen, faktor kemotaktik, laktoferin, lisozim, lactobacillus Bifidus growth

factor, epithelial growth factors, sitokin termasuk interferon dan interleukin,

makrofag, limfosit T dan B, sel plasma dan neutrofil, oligosakarida, dan

prostaglandin. Banyak penelitian yang menunjukan bahwa pemberian ASI

mencegah bayi terhadap OM, hal ini terjadi pada anak-anak yang mendapatkan

ASI eksklusif pada 3-6 bulan pertama. Studi yang dilakukan oleh Alho33,

didapatkan bahwa menyusui <3 bulan mempunyai risiko peningkatan terjadinya

OMA dan OME sebanyak 20% sampai 60%. Studi metaanalisis oleh Uhari,

Mantysaari, dan Niemela31 menyimpulkan bahwa ASI selama paling tidak 3 bulan

adalah proteksi dalam mengurangi risiko terjadinya OM. Saarinen (dikutip dari

Bluestone)8 mengatakan bahwa pemberian ASI selama 6 bulan atau lebih

memberikan proteksi terjadinya OM rekuren, tidak hanya selama pemberian ASI

tetapi sampai umur 3 tahun.3,31-33

2.5.1.6. Abnormalitas anatomi

Anak dengan abnormalitas anatomi pada palatum dan juga otot-ototnya, terutama

tensor veli palantini, mengakibatkan disfungsi dari tuba esutachius dan memiliki

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 37: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

19

Universitas Indonesia

risiko lebih tinggi pada OM. Anomali spesifik yang berhubungan dengan

tingginya prevalensi ialah celah palatum, Sindrom Crouzon atau Apert, sindrom

Down dan sindrom Treacher Collins.16

2.5.1.7. Disfungsi fisiologi

Abnormalitas pada fungsi fisiologi dari mukosa TE, termasuk disfungsi silia dan

edema, meningkatkan resiko invasi bakteri pada telinga tengah dan

mengakibatkan OME. Anak dengan koklea implan memiliki insiden tinggi pada

OM, terutama OM kronis dan pembentukan kolesteatoma. Pada salah satu studi

memperlihatkan hubungan antara laringfaring dan OM kronis, Bercin,

Kutluhan,Yurttas, Yalciner, Bozdemir, dan Sari35 menyimpulkan bahwa evaluasi

refluks sebaiknya dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan OM, dan jika

terdapat refluks, penanganan terhadap refluks harus dimulai sebagai

penatalaksanaan tambahan dari penyakit primernya.15,34,35

2.5.1.8. Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)

Studi oleh Revai dkk36 menyatakan 30% dari ISPA pada anak-anak di bawah 3

tahun menyebabkan OMA. Penelitian yang dilakukan oleh Chonmaitree dkk37

menyatakan insiden terjadinya otitis media pada anak-anak 6 bulan sampai 3

tahun yang disebabkan oleh ISPA sebesar 61%, yaitu 37% OMA dan 24% OME,

dengan atiologi terbanyak adalah infeksi virus.

Infeksi saluran napas dapat menyebabkan peradangan dan mengganggu fungsi

tuba Eustachius sehingga menurunkan tekanan di telinga tengah diikuti masuknya

bakteri dan virus ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius mengakibatkan

peradangan dan efusi di telinga tengah5,12

2.5.1.9. Alergi

Peran alergi terhadap OM, dapat melalui 1 atau lebih mekanisme, antara lain

mukosa telinga tengah sebagai target organ, inflamasi pada mukosa TE, inflamasi

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 38: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

20

Universitas Indonesia

yang menyebabkan obstruksi hidung, atau aspirasi dari bakteri yang mengikuti

sekresi nasofaring karena alergi ke telinga tengah. Hubungan antara alergi dengan

OM masih belum diketahui dengan pasti.15

Juntti dkk38 mengatakan anak-anak dengan riwayat alergi susu sapi, meningkatkan

risiko terjadinya otitis media. Pada anak kurang dari 4 tahun, sistem imun masih

berkembang, dan alergi tidak dapat berperan pada OMA rekuren pada kelompok

usia ini. Walaupun banyak temuan yang menunjukan bahwa alergi ikut

menyebabkan patogenesis dari OM pada anak yang usianya lebih tua, temuan

ekstensif membantah adanya peran dari alergi pada etiologi penyakit telinga

tengah.15,38

Strachan pada tahun 1989 mengemukakan teori hipotesis higiene, yang

menyatakan bahwa individu yang terpapar infeksi virus dan bakteri pada anak,

akn mengalami penurunan risiko terjadinya rinokonjungtivitis alergi, ekzim, dan

asma. Hal ini terjadi karena pada individu tersebut Th1 bereaksi terhadap patogen

mikrobalterial, sehingga peningkatan Th1 ini menekan peningkatan Th2 sehingga

dapat menurunkan reaksi hipersensitifitas akibat Th2 yang berlebihan.39

2.5.1.10. Status gizi

Status gizi dapat mempengaruhi keadaan umum seseorang. OMA dengan status

gizi buruk diklaifikasikan sebagai OMA risiko tinggi. OM diduga berhubungan

dengan keadaan status gizi. Obesitas sudah banyak ditemukan berhubungan

dengan peningkatan insiden OM, walaupan faktor penyebabnya masih belum

diketahui. Diperkirakan mungkin ada kaitannya dengan perubahan profil sitokin,

kenaikan refluks gastroesofagus dengan perubahan flora oral, dan atau akumulasi

lemak; semua ini telah dikaitan dengan peningkatan insiden dari OM.13,40

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 39: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

21

Universitas Indonesia

2.5.2. Faktor Infeksi

2.5.2.1. Bakteri patogen

Bakteri patogen yang paling sering ditemukan pada OMA adalah Streptococcus

pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis.

Ketiga organisme ini merupakan penyebab lebih dari 95% dari seluruh kasus

OMA dimana bakteri sebagai etiologinya.9,41

2.5.2.2. Virus

Virus pada infeksi saluran napas atas akut merupakan faktor risiko prominen dari

perkembangan OMA, hampir semua peneliti mencurigai adanya peran dari virus

saluran pernapasan pada patogenesis OMA. Banyak penelitian telah membuktikan

kecurigaan ini dengan menunjukan bagaimana virus saluran pernapasan tersebut

dapat menyebabkan inflamasi pada mukosa saluran napas yang mengakibatkan

disfungsi TE, peningkatan kolonisasi bakteri, dan pada akhirnya menyebabkan

OMA. Penelitian-penelitan tersebut juga menunjukan bahwa virus dapat

mengubah respons imun pejamu terhadap OMA, sehingga mengakibatkan

produksi cairan telinga tengah yang berkepanjangan serta terjadinya OME kronis.

Virus yang biasanya berhubungan dengan OMA adalah respiratory syncytial virus

(RSV), virus influenza, virus parainfluenza, rhinovirus, dan adenovirus.15,42

Studi yang dilakukan oleh Tauriainen dkk43, didapatkan adanya hubungan infeksi

human parechovirus 1 (HPeV1) dengan OM dan batuk pada pasien anak. OM

berkembang pada 50% dari periode follow-up 3 bulan yang memperlihatkan

adanya infeksi HPeV, tetapi hanya 14% dari HPeV1 yang periodenya negatif.

Pada OM berulang, sampel cairan telinga tengah positif terhadap HPeV pada 15%

episode.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 40: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

22

Universitas Indonesia

2.5.3. Faktor lingkungan

2.5.3.1. Metode pemberian makan dan minum pada bayi

Penggunaan susu botol merupakan faktor risiko OM baik dalam hal penggunaan

botol, susu formula, maupun posisi pemberian. Penggunaan air untuk membuat

susu formula dan botol itu sendiri dapat mengakibatkan kontaminasi bakteri.

Alergi dan kontaminasi bakteri pada susu formula, dapat menyebabkan

gastroenteritis berulang sehingga menurunkan gizi pada bayi. Penggunaan susu

botol dapat mengganggu perkembangan dari otot-otot muka yang dapat

mempengaruhi fungsi dari TE, juga dapat menyebabkan aspirasi cairan ke telinga

tengah karena tekanan intra oral yang tinggi. Posisi pemberian susu botol dengan

cara berbaring atau horisontal dapat menyebabkan refluks.3,9

2.5.3.2. Penggunaan dot

Penggunaan dot dapat meningkatkan risiko terjadinya OMA. Ada 2 mekanisme

yang menyebabkan hal ini terjadi. Mekanisme yang pertama ialah penghisapan

dot dapat meningkatkan refluks dari sekresi nasofaring ke telinga tengah,

sehingga pada saat flu, patogen dapat mudah masuk ke telinga tengah melalui

jalan ini. Mekanisme yang kedua, penggunaan dot dapat menyebabkan perubahan

struktur gigi dan rongga mulut sehingga dapat menyebabkan disfungsi TE. Pada

penelitian oleh Rovers dkk44 dan studi meta analisis oleh Uhari dkk31, menyatakan

bahwa pemakaian dot dapat meningkatkan risiko terjadinya OMA.31,44

2.5.3.3. Perokok pasif

Banyak penelitian menunjukan hubungan langsung antara perokok pasif dengan

risiko terhadap penyakit telinga tengah. Studi yang dilakukan oleh Strachan45 dan

juga metaanalisis oleh Uhari 31dkk Pembahasan sistematik dari 45 publikasi

terakhir mengenai OM dengan orang tua yang merokok menunjukan rasio 1,48

kali (95% interval kepercayaan dari 1,08-2,04) pada OM rekuren, 1,38 (95%

interval kepercayaan dari 1,23-1,55) pada efusi telinga tengah, dan 1,3 (95%

interval kepercayaan dari 1,3-1,6) pada OMA.9,31,45

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 41: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

23

Universitas Indonesia

2.5.3.4. Penitipan anak

Pada tempat penitipan anak terjadi kontak dengan banyak anak, sehingga

meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan, kolonisasi nasofaring

dengan mikroba patogen, serta OM. Banyak peneliti telah menggunakan

metaanalisis untuk mengkonfirmasi bahwa adanya pajanan dengan anak kecil

lainnya (termasuk saudara kandung) pada tempat penitipan anak merupakan faktor

risiko yang besar terhadap terjadinya OM. Penelitian meta analisis

memperlihatkan bahwa perawatan anak di luar rumah berisiko 2,5 kali terhadap

OM. Pada studi lainnya terhadap OM dan tempat penitipan anak, memperlihatkan

risiko yang lebih tinggi 1,6-4 kali pada tempat penitipan anak dibanding anak

yang dirawat dirumah.9,46

2.5.4. Faktor sosio-demografi

2.5.4.1. Faktor sosio-ekonomi

Status sosial dan ekonomi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap risiko

OM. Pada umumnya, status sosial ekonomi yang rendah memiliki risiko yang

lebih tinggi terhadap pajanan lingkungan pada orang tua yang merokok,

pemberian susu botol, tempat penitipan anak yang padat, kondisi tempat tinggal

yang padat atau kurang layak, serta patogen virus dan bakteri. Dibandingkan

dengan anak-anak dari keluarga yang berpenghasilan sedang dan tinggi, anak-

anak pada kelompok sosial ekonomi rendah menggunakan sarana kesehatan yang

lebih jarang, sehingga menurunkan kemungkinan kasus OM terdiagnosis.9,47

Penelitian Maharjan dkk48 menyatakan anak-anak dengan sosio-ekonomi rendah

di Nepal, memiliki prevalensi tinggi menderita otitis media. Studi yang dilakukan

oleh Smith dan Boss49, menyatakan anak-anak dengan sosio-ekonomi kurang

dapat meningkatkan risiko terjadinya OM.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 42: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

24

Universitas Indonesia

2.5.4.2. Faktor lingkungan tempat tinggal

Lingkungan tempat tinggal juga berperan sebagai risiko terjadinya OM. Yang

dkk50, menunjukan bahwa tinggal di lingkungan yang lembab, banjir, dan

berjamur memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinya OMA. Faktor

kepadatan tinggi dengan perbandingan luas rumah dan jumlah orang tidak

memadai, higiene dan sanitasi yang kurang baik akan mempermudah timbulnya

infeksi.51

2.6. Diagnosis

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) dan American Academy of

Family Physicians (AAFP), untuk mendiagnosis OMA, klinisi hendaknya

mengkonfirmasi riwayat penyakit yang akut, mengidentifikasi tanda efusi telinga

tengah dan mengevaluasi keberadaan tanda dan gejala inflamasi telinga tengah.1

Anak-anak yang menderita OMA umumnya memiliki riwayat onset cepat, tanda

dan gejala seperti otalgia (atau tarikan telinga pada bayi), rasa jengkel pada anak

kecil atau bayi, otore dan atau demam. Gejala klinis ini, selain otore ialah

nonspesifik dan sering tumpang tindih dengan infeksi saluran napas atas yang

tidak kompleks. Dalam survei prospektif pada 354 anak-anak yang berkunjung ke

dokter karena penyakit pernapasan akut, demam, nyeri telinga dan tangisan yang

berlebihan banyak ditemukan pada penderita OMA, yaitu sebanyak 90%. Gejala

ini juga ditemukan pada anak-anak yang tidak menderita OMA, yaitu sebanyak

72%. Gejala lain dari infeksi saluran pernapasan atas seperti batuk dan rinore atau

hidung tersumbat, sering didahului atau bersamaan dengan OMA, tetapi ini juga

tidak spesifik. Dengan kata lain, riwayat gejala klinis saja merupakan indikator

yang kurang prediktif untuk mendiagnosis OMA khususnya pada anak yang lebih

kecil.1,52

Untuk mendiagnosis efusi telinga tengah umumnya digunakan pemakaian otoskop

atau otoskop pneumatik, bisa ditambah dengan timpanometri dan atau

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 43: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

25

Universitas Indonesia

reflektometri akustik. Otoskop pneumatik merupakan alat yang paling sering

digunakan untuk mendiagnosis OMA. Dengan alat ini dapat dinilai gambaran dan

mobilitas membran timpani yang merupakan indikator yang baik. Pemeriksaan

otoskopi dengan menggunakan otoskop pneumatik merupakan pemeriksaan yang

dilakukan di Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa. Sedangkan di Inggris

untuk mendiagnostik adanya patologi di telinga tengah cukup dengan

menggunakan otoskop. Sensitivitas dari otoskop yang digunakan oleh ahli yang

terlatih untuk mendeteksi efusi telinga tengah ialah 90%, dengan spesifisitas 80%,

angka sensitifitas ini meningkat dengan penggunaan otoskop pneumatik. Dari

literatur-literatur yang ada, sensitivitas dari otoskop pneumatik jika dibandingkan

dengan cairan yang ada pada saat miringotomi ialah sekitar 87% sampai 99%

dengan angka rata-rata 93%, dengan angka spesifisitas sebesar 78%. Efusi telinga

tengah juga bisa didiagnosis secara langsung oleh timpanosintesis atau

keberadaan cairan pada liang telinga sebagai hasil perforasi membran timpani.52-55

Visualisasi membran timpani dengan mengidentifikasi efusi telinga tengah dan

tanda inflamasi dilakukan untuk mencapai diagnosis yang pasti. Agar visualisasi

membran timpani baik, serumen yang menghalangi membran timpani harus

dibersihkan dan pencahayaan yang dipakai harus cukup. Untuk otoskopi

pneumatik, spekulum dengan bentuk dan diameter harus dipilih yang sesuai agar

selang bisa masuk di liang telinga. Alat untuk menahan anak yang sesuai agar bisa

dilakukan pemeriksaan yang cukup juga mungkin diperlukan.1

Penemuan pada otoskopi, mengindi-kasikan keberadaan efusi telinga tengah dan

inflamasi yang berhubung-an dengan OMA telah dijelaskan secara baik. Biasanya

ditemukan membran timpani yang menonjol atau bulging, dan ini memiliki nilai

prediktif tertinggi atas keberadaan efusi telinga tengah. Saat dikombinasikan

dengan warna dan mobilitas dari membran timpani, bulging juga merupakan

prediktor OMA yang terbaik. Absensi atau penurunan mobilitas dari membran

timpani selama dilakukan otoskopi pneumatik ialah bukti tambahan adanya cairan

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 44: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

26

Universitas Indonesia

di telinga tengah. Membran timpani yang berubah menjadi opak atau keruh, selain

yang disebabkan oleh luka, juga merupakan penemuan pada OMA dan biasanya

diakibatkan oleh edema dari membran timpani. Kemerahan membran timpani

disebabkan oleh inflamasi biasanya ditemukan dan harus dibedakan dari pink

erythematous flush yang disebabkan oleh menangis atau demam tinggi, yang

biasanya intensitasnya lebih sedikit dan hilang ketika anak sudah tenang. Pada

kasus miringitis bulosa, bula dapat didapatkan pada membran timpani. Jika

ditemukan kesulitan untuk mendeteksi keberadaan cairan di telinga tengah,

pemakaian timpanometri atau reflektometri akustik bisa membantu dalam

menegakan diagnosis.1,52,53

Pemeriksaan yang obyektif untuk mendeteksi efusi telinga tengah adalah dengan

menggunakan timpanometri, yang bergantung pada akustik, yaitu ukuran

kemudahan dengan energi akustik yang mengalir ke telinga tengah. Sensitivitas

dari timpanometri untuk mendiagnosis OMA dilaporkan 83-91%, dengan

spesifisitas 63-86%. Koivunen dkk58 melaporkan hand-held minitympanometry

memiliki spesifisitas 93% dan sensitivitas 79% pada OMA berulang yang

dilakukan miringotomi.56-58

OME sering salah diagnosis sebagai OMA, sehingga antibiotik yang seharusnya

tidak dibutuhkan bisa saja diberikan. Klinisi hendaknya berusaha untuk

menghindari salah diagnosis pada anak dengan rasa tidak nyaman pada telinga

tengah yang disebabkan oleh disfungsi TE dan retraksi dari membran timpani

atau ketika infeksi pernapasan akut yang terjadi pada kasus OME kronis yang

telah ada.1,52

Diagnosis pasti OMA pada balita dan anak kecil, sering sulit ditegakkan. Faktor

yang mempengaruhinya antara lain sulit untuk membersihkan serumen pada liang

telinga, atau kesulitan untuk menjaga selang untuk otoskop pneumatik atau

timpanometri dengan baik. Diagnosis OMA yang tidak pasti paling sering

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 45: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

27

Universitas Indonesia

disebabkan oleh kesulitan untuk mendiagnosis keberadaan efusi telinga tengah.

Keberadaan efusi di telinga tengah umumnya dikonfirmasikan dengan otoskopi

pneumatik tetapi bisa dibantu dengan timpanometri dan atau reflektometri akustik.

Adanya cairan di telinga tengah juga bisa didiagnosis langsung oleh

timpanosintesis atau keberadaan cairan pada liang telinga sebagai hasil perforasi

membran timpani. Reflektometri akustik bisa membantu, karena tidak

membutuhkan selang pada liang telinga dan dapat menentukan keberadaan cairan

telinga tengah melalui lubang kecil pada serumen.1

Diagnosis pasti OMA ditegakkan bila memenuhi tiga kriteria : onset yang cepat,

adanya efusi telinga tengah dan ditemukan tanda dan gejala inflamasi di telinga

tengah. Klinisi hendaknya memaksimalkan strategi diagnostik, khususnya untuk

mengetahui keberadaan cairan di telinga tengah dan hendaknya

mempertimbangkan kepastiaan diagnosis dalam menentukan penatalaksanaan.1,52

2.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan OMA di Indonesia saat ini berdasarkan algoritma

penatalaksanaan yang dibuat oleh Perhati KL(diagram 2.1). Penatalaksanaan

OMA di Amerika dibuat oleh American Academy of Pediatrics (AAP) dan

American Academy of Family Physicians (AAFP) yang bekerja sama dengan

Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) (diagram2.2).1,13

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 46: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

28

Universitas Indonesia

Diagram 2.1. Algoritma penatalaksanaan otitis media akut Perhati KL, 2007.13

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 47: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

29

Universitas Indonesia

Untuk mengdiagnosis Otitis mediaakut diperlukan :

1. Riwayat onset akut dari simptommaupun tanda-tanda lainnya

2. Adanya efusi telinga tengah

3. Terdapat tanda-tanda serta

simptom inflamasi telinga tengah

13

1112

8

7Ya

Ya

Tidak Tidak

1096

5

4

KeKotak 6

Dokter memberikanperawatan untukmeredakan nyeri

Apakah observasimerupakan

pilihan perawatanawal ?

Anak diobservasi 48-72jam dengan kepastiandilakukan follow up

Tidak

Apakah anakdemam ≥ 39 C dan atau otalgia

sedang atau berat

Amoxicillin 80-90mg/kh/hr merupakanagen antibakteri awal

pilihan pada umumnya

Anakdiberikan

terapiantibiotik yang

sesuai(Lihat tabel 6)

Ke Kotak14

Ke Kotak 14

Ke Kotak 14

Anak usia 2 bulan sampai12 tahun dengan AOM

sederhana datang ke klinik

Dokter memeriksaada tidaknya nyeri

Nyeri ?

Ya

1

2

3

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 48: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

30

Universitas Indonesia

Diagram 2.2. Algoritma penatalaksanaan otitis media akut AAP, AAFP dan

AHRQ.1

* Kriteria untuk terapi antibakteri atau observasipada anak dengan tingkat keparahan rendah : †

1. < 6 bukan : terapi antibakteri2. 6 bulan – 2 tahun : terapi antibakteri pada keadaandiagnosis pasti atau pada tingkat keparahan tinggi;atau observasi pada keadaan diagnosis yang tidakpasti dan tingkat keparahan rendah.3. 2 tahun ke atas : terapi antibakteri pada tingkatkeparahan tinggi atau observasi pada tingkatkeparahan rendah dengan diagnosis pasti; observasibila diagnosis tidak pasti.

† Pengasuh anak diberitahukan dan menyetujuipilihan observasi.Pengasuh anak mampu memonitor anak danmembawa anak kembali bila kondisi bertambahburuk.Sistem telah siap untuk berkomunikasi dengandokter, melakukan evaluasi kembali danmemberikan medikasi bila perlu.

Y

Y

Apakah pasienmerespon pada terapi

awal (baik terapianti-bakteri maupun

observasi) ?

Klinisimemeriksa

kembali danmengkonfirmasidiagnosis AOM

Pasien difollow-up

Apakahdiagnosis

OMA telahdikonfirmasi

Klinisi sebaiknya memulai terapiantibakteri pada anak yang awalnyadilakukan observasi atau mengganti

antibakteri pada pasien yangsebelumnya diberi-kan terapi

antibakter (Lihat tabel 6 untukpanduan klinis)

Periksapenyebab

lainnya dantangani dengan

Pemulihanantibakteri harusberdasarkan pada

jenis patogen yangada dan

pengalaman klinis

14

15

16

17

18

19

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 49: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

31

Universitas Indonesia

Penatalaksanaan OMA hendaknya memasukkan penilaian nyeri. Bila ada nyeri,

klinisi harus memberikan terapi untuk mengurangi rasa nyeri. AAP menerbitkan

pedoman “penilaian dan manajemen nyeri akut pada balita, anak dan orang

dewasa”. Pedoman ini membantu klinisi dalam menyelesaikan masalah nyeri,

khususnya pada 24 jam pertama dari episode OMA, yang hendaknya diterapi

meskipun dengan mengunakan antibakteri. Berbagai penatalaksanaan untuk

otalgia telah digunakan, seperti medikamentosa (asetaminofen, ibuprofen,

preparat topikal), miringotomi, dan lain-lain. Penatalaksanaan ini belum ada yang

benar-benar diteliti. Klinisi hendaknya memilih penatalaksanaan berdasarkan

pertimbangan manfaat dan risiko, juga melibatkan pilihan dari orang tua dan

pasien.1

OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya. Sekitar

80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak

mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk berkurangnya

pendengaran.4,29

Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik

dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, dapat diberikan antibiotik. American

Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan

yang harus segera mendapat terapi antibiotik. Observasi dilakukan pada anak usia

6 bulan sampai 2 tahun dengan gejala ringan dan diagnosis tidak pasti, dan pada

anak usia 2 tahun atau lebih dengan gejala ringan atau dengan diagnosis tidak

pasti. Observasi adalah pilihan yang sesuai jika tindak lanjut belum bisa

dipastikan, dan agen antibakteri dimulai jika gejala tetap ada atau bertambah

buruk. Gejala ringan adalah otalgia ringan dan demam <39°C pada 24 jam

pertama. Gejala berat adalah otalgia sedang sampai berat atau demam 39°C.

Pilihan antibiotik yang dapat digunakan adalah amoksisilin, kombinasi

amoksisilin dengan klavulanat, dan seftriakson.1

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 50: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

32

Universitas Indonesia

2.8. Komplikasi

Pada OMA, komplikasi yang terjadi dapat berupa gangguan pendengaran yang

bersifat ringan dapat terjadi akibat efusi telinga tengah yang persisten, biasanya

konduktif dan bersifat sementara. Gangguan pendengaran sensorineural dapat

juga terjadi sebagai komplikasi dari OMA, tetapi jarang sekali terjadi. Komplikasi

lain adalah mastoiditis, petrositis, labirinitis dan parese nervus fasialis. Di negara-

negara berkembang, infeksi supuratif seperti mastoiditis dan meningitis tetap

menjadi komplikasi yang penting OMA, walaupun angka ini sudah jauh

berkurang setelah adanya era antibiotik. Pada kasus OMA yang telah diberi

antibiotik, efusi di telinga tengah dapat bertahan selama berminggu-minggu

bahkan berbulan-bulan , hal ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang

dapat menyebabkan gangguan perkembangan bicara, bahasa dan kognitif anak,

terutama bila terjadi pada anak usia di bawah 2 tahun.5-8,10

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 51: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

33

Universitas Indonesia

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. KERANGKA TEORI

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapatdisimpulkan patofisiologi terjadinya OMA sebagai berikut:

Faktor Lingkungan

-Pengguna susu botol

dan posisi saat minum

susu

-Pengguna dot

Faktor Pejamu

-Usia

-Jenis kelamin

-Predisposisi genetik

-Abnormalitas anatomi

-Disfungsi fisiologis: gangguan

fungsi tuba,LPR

Faktor Pejamu

-Status Gizi

-Imunisasi

-Alergi

-ASI

-ISPA

Faktor Sosiodemografi

-Kepadatan penduduk dan

lingkungan tempat tinggal

-Pengguna sarana

Faktor Agen

-Bakteri

-Virus

Gangguan fungsi TE tekanan(-)TT efusi

sembuh OME OMSK

OMA

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 52: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

34

Universitas Indonesia

3.2. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan tujuan penelitian dan untuk menjawab masalah penelitian, disusun

kerangka konsep berdasarkan kerangka teori sebelumnya, sebagai berikut:

Faktor Pejamu

Usia

Jenis kelamin

Riwayat pemberian ASI

ISPA

Rinitis alergi

Abnormalitas anatomi ( palatoskizis)

Status gizi

Imunisasi

Faktor Lingkungan

Penggunaan dot

Pajanan asap rokok

Pengguna susu botol dan posisi saat

minum susu

Faktor Sosiodemografi

Lingkungan tempat tinggal

Pendapatan

OMA

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 53: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

35

Universitas Indonesia

3.3. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif potong lintang dan merupakan bagian dari

penelitian “Profil Otitis Media” untuk mengetahui prevalensi dan gambaran

karakteristik faktor-faktor risiko OMA pada anak-anak di Kotamadya Jakarta

Timur.

3.4. POPULASI DAN SUBYEK PENELITIAN

3.4.1. Populasi penelitian

Populasi target dari penelitian ini adalah seluruh anak-anak (sampai usia 18 tahun)

yang berada di Jakarta dan yang merupakan populasi terjangkau dari penelitian ini

adalah seluruh seluruh anak-anak sampai usia 18 tahun yang berada di Kotamadya

Jakarta Timur. Populasi terpilih merupakan subyek penelitian yang terpilih dari

metode pemilihan subyek.

3.4.2. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini dipilih secara multistage stratified random sampling, yaitu

memilih penduduk yang akan dijadikan subyek penelitian dari kecamatan yang

distratifikasi berdasarkan tingkat kepadatan penduduk. Kemudian dilanjutkan

dengan memilih kelurahan secara acak. Subyek penelitian pada tingkat kelurahan

terpilih, diambil secara acak berdasarkan nomor rumah.

3.4.3. Besar subyek penelitian

Penelitian dilakukan pada populasi anak usia 0-18 tahun di Kotamadya Jakarta

Timur. Didapatkan data dari Balai Pusat Statistik (BPS) jumlah anak usia 0-18

tahun di Kotamadya Jakarta Timur tahun 2010 sebesar 893.841 orang.59

Penghitungan subyek penelitian dilakukan dengan menggunakan program EPI

INFO versi 6 untuk besar subyek penelitian pada survei populasi, dengan p 50%

dalam usia 0-18 tahun di Kotamadya Jakarta Timur tahun 2010 sebesar 893.841

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 54: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

36

Universitas Indonesia

orang, maka didapatkan jumlah sampel minimal sebesar 384 orang dengan

interval kepercayaan 95%.

Jumlah tersebut didapat dengan menggunakan rumus:

n= z21-α/2 P(1-P)N = 1,962.0,50(0,50)893841 = 384

d2 (N-1) + z21-α/2 P(1-P) 0,052(893841)+ 1,962.0,50(0,50)

Jumlah subyek penelitian ditambahkan lagi 15% karena kemungkinan

ketidakberadaan atau masalah administrasi dari subyek penelitian, kemudian

ditambahkan lagi 15% karena kemungkinan adanya drop out, maka didapatkan

jumlah subyek penelitian minimal sebesar 508 orang dengan interval kepercayaan

95%. Berdasarkan asumsi setiap rumah rata-rata 2 anak, maka didapatkan jumlah

rumah yang harus disurvei adalah 254 rumah.

3.4.4. Metode pemilihan subyek penelitian

Penelitian ini dilakukan pada populasi penduduk Kotamadya Jakarta Timur, yang

merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbesar di DKI Jakarta diantara 6

Kotamadya yang ada, sehingga penelitian ini dapat menggambarkan populasi DKI

Jakarta. Selain itu pemilihan Kotamadya Jakarta Timur berdasarkan heterogenitas

dan tingkat kepadatan penduduk. Subyek penelitian dipilih berdasarkan multistage

stratified random sampling. Jumlah penduduk Kotamadya Jakarta Timur tahun

2010 sebesar ± 2.693.896 penduduk dengan tingkat ekonomi dan kepadatan yang

beragam. Pemilihan acak pertama dilakukan untuk memilih 2 dari 10 kecamatan

di Kotamadya Jakarta Timur, pemilihan berdasarkan tingkat kepadatan penduduk

di setiap kecamatan. Didapatkan rata-rata kepadatan penduduk per kecamatan di

Jakarta Timur sebesar 11.692,68 km2. Berdasarkan kriteria tersebut diatas

pemilihan dilakukan di Kecamatan Kramat Jati dan Makasar masing-masing

mewakili kelompok kecamatan yang telah dikelompokkan berdasarkan tingkat

kepadatan kurang dari rata-rata dan lebih dari rata-rata.60

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 55: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

37

Universitas Indonesia

Selanjutnya dari masing-masing kecamatan terpilih, dilakukan pemilihan

kelompok subyek dengan memilih 1 kelurahan dari masing-masing kelompok

kecamatan. Kelurahan Cawang dari Kecamatan Kramat Jati dan Kelurahan

Cipinang Melayu dari Kecamatan Makasar. Pada tahap pemilihan subyek

penelitian digunakan spatial random sampling yaitu memilih subyek penelitian

berdasarkan nomor rumah yang didapat dengan menggunakan peta satelit.

Penelitian ini merupakan penelitian bersama dengan besar sampel maksimal

mencapai 548 orang dan asumsi setiap rumah rata-rata 2 anak, maka didapatkan

jumlah rumah yang harus disurvei adalah 274 rumah. Jumlah rumah yang harus

disurvei ditambahkan lagi 15% karena kemungkinan ketidakberadaan atau

masalah administrasi, kemudian ditambahkan lagi 15% karena kemungkinan

adanya drop out, maka didapatkan jumlah rumah yang akan disurvei sebanyak

364 rumah.

Untuk memenuhi jumlah subyek penelitian maka penentuan titik yang akan

disurvei ditentukan jumlahnya secara merata pada seluruh Rukun Warga (RW).

Untuk mendapatkan proporsi rumah yang merata setiap RW maka 408 rumah

dibagi kedalam 25 RW yang terdapat di 2 kelurahan. Penentuan titik secara

manual dengan mengacak salah satu titik awal, kemudian diacak arah

menggunakan putaran jarum dengan jarak yang ditentukan sesuai luas daerah peta

kelurahan.61

Berdasarkan besar subyek minimal terbanyak pada penelitian bersama maka kami

melakukan penelitian terhadap 408 rumah. (Algoritma 3.1)

3.5. KRITERIA SUBYEK PENELITIAN

3.5.1. Kriteria penerimaan

Anak-anak yang bertempat tinggal di kotamadya Jakarta Timur yang

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 56: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

38

Universitas Indonesia

mendapatkan persetujuan dari orangtua/ wali dan menandatangani informed

consent

3.5.2. Kriteria penolakan

Anak yang tidak kooperatif sehingga sulit untuk dilakukan pemeriksaan.

Anak dengan sumbatan serumen yang tidak berhasil diekstraksi.

Anak dengan atresia liang telinga dan stenosis liang telinga

Algoritma 3.1. Alur pemilihan subyek penelitian

Algoritma 3.1. Alur pemilihan subyek penelitian

Jumlah Rumah408 rumah

Kelurahan terpilih1.Kel. Cawang2.Kel. CipinangMelayu

Kecamatan terpilih1.Kec. Kramat Jati2.Kec. Makasar

Populasi Anak 0-18 tahun di Jakarta TimurBPS 2010 893.841 orang, 10 Kecamatan

Dipilih berdasarkan: Multi stage stratified random

sampling Tingkat wilayah berdasarkan tingkat kepadatan

penduduk (di atas dan di bawah)

Dipilih berdasarkan:Random sampling 1 Kelurahan dari masing-

masing kecamatan

Dipilih berdasarkan: Spatial random sampling Berdasar nomor rumah

Ditentukan berdasarkan: Asumsi 2 orang anak/ rumah

Jumlah Sampel511 subyek/ anak

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 57: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

39

Universitas Indonesia

3.6. PROSEDUR PENELITIAN

3.6.1. Alat

Status penelitian (terlampir)

Kuesioner penelitian yang telah diuji validasi (terlampir)

Alat-alat pemeriksaan, seperti timbangan berat badan (dacin dan

timbangan digital), pengukur tinggi badan ( alat pengukur panjang badan

bayi dan microtoise), termometer, lampu kepala, pompa penghisap,

spekulum hidung, spatula lidah, otoskop yang memiliki penerangan 100

foot candles dan pembesaran 2-3 kali.

Alat dokumentasi : video endoskop.

3.6.2. ALUR PENELITIAN

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian “Profil Otitis Media” di

masyarakat Kotamadya Jakarta Timur. Penelitian ini telah mendapatkan

persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan FKUI/ RSCM (lampiran 2), serta

persetujuan administrasi wilayah setempat (Walikota, Kecamatan, Kelurahan,

RT/RW). Penelitian ini diawali dengan sosialisasi masalah kesehatan telinga di

masyarakat kepada kader dan pegawai Puskesmas setempat, dimana para kader

dan pegawai Puskesmas setempat membantu peneliti dalam mengumpulkan data.

Data dikumpulkan dalam kunjungan ke rumah subyek penelitian dengan bantuan

mahasiswa, kader dan petugas Puskesmas. Subyek dan atau orang tua subyek

penelitian diberikan penjelasan awal mengenai tujuan penelitian serta pentingnya

skrining kesehatan telinga di masyarakat, kemudian mereka yang setuju secara

sukarela akan diminta persetujuan dalam bentuk pengisian dan penandatanganan

lembar informed consent. Tahap selanjutnya pengisisan identitas subyek dan atau

orang tua subyek serta kuisioner penelitian dalam bentuk wawancara

terpimpin.(Algoritma 3.2)

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 58: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

40

Universitas Indonesia

Algoritma 3.2. Alur penelitian

Kuisioner yang digunakan pada penelitian ini telah melalui uji validasi internal

dan eksternal. Uji validasi internal dilakukan oleh para ahli THT untuk menilai

kelengkapan gejala dan tanda yang sesuai dengan penyakit yang akan dievaluasi

pada masyarakat. Uji validasi eksternal dilakukan pada 30 orang non subyek

Informed consent

Pengisian Kuesioner

Pemeriksaan THT

Otoskopi dan dokumentasi (Endoskop)

(e(Endoskop)

OMA (+)* OMA (-)

Populasi anak usia 0-18 tahun di Kotamadya Jakarta Timur

Sampling pada rumah terpilih di Kecamatan di Kotamadya Jakarta Timur

Kunjungan rumah untuk memenuhijumlah subyek penelitian

Verifikasi kelengkapan dan kualitas

Pengolahan data menggunakan SPSS 17

*Terapi

Serumen liang telinga ekstraksi

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 59: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

41

Universitas Indonesia

penelitian pada daerah yang sama, sehingga bentuk pertanyaan yang akan

diajukan dapat diaplikasikan kepada subyek penelitian.

3.6.3. MANAJEMEN DAN ANALISIS DATA

Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir laporan penelitian yang telah

disiapkan, dilakukan verifikasi dengan melakukan konfirmasi ke subyek

penelitian dan atau orang tua subyek penelitian mengenai data yang tidak lengkap

sebelum dimasukkan ke dalan data base komputer. Data yang sudah ada diolah

menggunakan SPSS 17, untuk mencari distribusi frekuensi.

Semua data yang diperoleh dan telah dicatat dalam formulir laporan penelitian

yang telah disiapkan, dilakukan verifikasi terlebih dahulu dengan melakukan

konfirmasi ke subyek penelitian dan atau orang tua subyek penelitian mengenai

data yang tidak lengkap, kemudian dimasukkan ke dalam data base komputer.

Data yang sudah ada ditransfer dan diolah menggunakan SPSS 18.0, kemudian

dilakukan verifikasi ulang dan analisis data secara deskriptif untuk mencari

distribusi frekuensi.

3.7. WAKTU PENELITIAN

Waktu pengumpulan data dilakukan selama periode April-Juni 2012 setelah lulus

uji etik penelitian hingga jumlah seluruh subyek penelitian terpenuhi.

3.8. DEFINISI OPERASIONAL

- Anak-anak

Definisi : usia kurang dari 18 tahun (menurut WHO).

- Otitis media akut

Definisi suatu peradangan pada telinga tengah dengan onset akut, yang

ditandai dengan adanya cairan, dan atau tanda inflamasi di telinga

tengah.10,11

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 60: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

42

Universitas Indonesia

Prosedur Anamnesis ditanyakan keluhan rasa sakit di telinga atau

memegang/ menarik telinga (pada bayi) , demam, keluar cairan

dari telinga, penurunan pendengaran, diare, muntah dan riwayat

ISPA dalam 2 minggu terakhir. Ditanyakan sudah berapa lama

keluhan tersebut.

Didapatkan keluhan salah satu di atas dengan onset < 2 minggu.

Pemeriksaan membran timpani dengan otoskop yang memiliki

penerangan 100 foot candles dan pembesaran 2-3 kali.

Gambaran OMA pada membran timpani adalah yang retraksi atau

menonjol (bulging), berwarna opak atau keruh, atau kemerahan.

Alat Ukur : anamnesis/kuesioner, pemeriksaan otoskopi.

Hasil ukur : terdapat OMA atau tidak terdapat OMA.

Skala ukur : nominal.

- Usia

Definisi : umur dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke bawah.

Perhitungan didasarkan pada kalender Masehi.

Alat ukur : kuesioner.

Hasil ukur : dalam tahun dan bulan.

Skala ukur : kategori.

- Riwayat ASI

Definisi : lama anak mendapat ASI.

Alat ukur : kuesioner (ditanyakan pada subyek di bawah usia 5 tahun).

Hasil ukur: minum ASI < 1 bulan, 1-5 bulan, 6-11 bulan, 12-17 bulan, 18-23

bulan, > 24 bulan.

Skala ukur : kategori.

- Riwayat infeksi saluran napas atas (ISPA)

Definisi : adanya riwayat batuk pilek dalam 1 bulan terakhir.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 61: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

43

Universitas Indonesia

Alat ukur : kuesioner.

Hasil ukur : terdapat ISPA atau tidak terdapat ISPA.

Skala ukur : nominal.

- Rinitis Alergi

Definisi : Kelainan pada hidung akibat reaksi inflamasi dengan mediator

IgE setelah paparan alergen pada mukosa hidung. Gejala rinore,

obstruksi hidung, gatal pada hidung dan bersin.62

Alat ukur : kuesioner (disadur dari kuesioner ISAAC fase II (lampiran 5))63

Hasil ukur : terdapat rinitis alergi atau tidak terdapat rinitis alergi.

Skala ukur : nominal.

- Palatoskisis

Definisi : kegagalan 2 sisi palatum durum untuk menyatu, karena kelainan

kongenital 64

Alat ukur : kuesioner, pemeriksaan fisik.

Hasil ukur : terdapat palatoskisis atau tidak terdapat palatoskisis.

Skala ukur : nominal

- Status Gizi

Definisi : Keadaan gizi subyek pada saat diperiksa. Subyek diperiksa,

kemudian status gizi ditentukan dengan menggunakan kurva

WHO CDC65

Alat ukur : timbangan berat badan dacin (untuk umur di bawah 5 tahun) dan

timbangan digital (untuk umur di atas 5 tahun), serta alat

pengukur panjang badan bayi (untuk bayi dan anak-anak yang

belum dapat berdiri), microtoise (untuk anak-anak yang sudah

dapat berdiri).

Hasil ukur : Gizi kurang, normal, lebih (obesitas).

Skala ukur : kategori.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 62: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

44

Universitas Indonesia

- Imunisasi

Definisi : Riwayat pemberian imunisasi.

Alat ukur : kuesioner.

Hasil ukur : mendapat imunisasi dasar lengkap atau tidak lengkap.

Skala ukur : nominal.

- Penggunaan dot

Definisi : penggunaan dot baik yang diberikan sejak lahir maupun setelah

ASI.

Alat ukur : kuesioner (ditanyakan pada subyek di bawah usia 5 tahun).

Hasil ukur : menggunakan dot atau tidak menggunakan dot.

Skala ukur : nominal.

- Pengguna susu botol dan posisi saat minum susu

Definisi : minum susu botol dengan posisi duduk atau tidur.

Alat ukur : kuesioner (ditanyakan pada percontoh di bawah usia 5 tahun)

Hasil ukur : minum susu botol dengan posisi duduk, minum susu botol dengan

posisi tidur.

Skala ukur : nominal

- Pajanan asap rokok

Definisi : adanya anggota penghuni rumah yang merokok di dalam rumah

(perokok pasif), maupun perokok aktif

Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur : terpapar asap rokok atau tidak terpapar asap rokok

Skala ukur : nominal

- Lingkungan Tempat Tinggal

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 63: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

45

Universitas Indonesia

Definisi : Daerah tempat tinggal yang dikategorikan berdasarkan tingkat

kepadatan menurut BPS60

Alat ukur : Alamat tempat tinggal disesuaikan dengan data BPS

Hasil ukur : daerah padat atau daerah tidak padat

Skala ukur : nominal

- Pendapatan

Definisi : Jumlah penghasilan keluarga selama sebulan

Alat ukur : kuesioner (berdasarkan data dari BPS)60

Hasil ukur : < Rp. 1.800.000, > Rp. 1.800.000

Skala ukur : nominal

3.9 HAMBATAN PENELITIAN

1. Pada persiapan penelitian didapatkan kesulitan dalam pemilihan rumah

percontoh, dikarenakan ketidaktersediaan data peta daerah penelitian yang

terbaru.

2. Kurangnya peran serta masyarakat dalam penelitian ini untuk datang ke

tempat pemeriksaan.

Hambatan ini diatasi dengan mengikut sertakan kader Puskesmas, dan untuk

rumah berubah fungsi atau kosong penghuni, dipilih rumah yang bersebelahan.

3.10 ETIKA PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan etika penelitian yang digunakan oleh

seluruh peneliti, mengacu pada Deklarasi Helsinski. Pertama, penelitian ini

memperhatikan asas Respect for autonomy, dimana seluruh subyek penelitian

diberi penjelasan tentang prosedur pemeriksaan dan tujuan penelitian. Subyek

penelitian mengikuti penelitian ini secara sukarela dan perlakuan pada subyek

penelitian dimulai setelah subyek penelitian menandatangani informed consent.

Salah satu manfaat penelitian ini adalah masyarakat mengetahui secara langsung

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 64: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

46

Universitas Indonesia

status kesehatan THT dan pada subyek penelitian yang terdapat serumen pada

liang telinga dapat langsung ditangani (beneficience).

Asas non maleficience dan justice juga digunakan pada penelitian ini yaitu

subyek penelitian tidak akan memperparah penyakit atau menimbulkan kesakitan

pada subyek penelitian. Populasi maupun subyek penelitian yang tidak termasuk

dalam subyek penelitian tetapi ingin diperiksa, akan diperiksa. Subyek penelitian

yang ditemukan mengalami kelainan akan diterapi sesuai dengan penyakitnya

dan dianjurkan untuk berobat kembali ke Puskesmas/Rumah Sakit rujukan

setempat dengan membawa keterangan hasil pemeriksaan. Data yang didapatkan

dari masyarakat ini ditujukan untuk kepentingan seluruh warga negara,

komunitas dan masyarakat tanpa membedakan ras, agama dan status sosial

sebagai data awal untuk pengembangan kesehatan telinga berbasis masyarakat.66

3.11 ORGANISASI PENELITIAN

Peneliti : dr. Sakina Umar

Tim Peneliti : dr. Yadita Wira Pasra

dr. Gustav Syukrinto

dr. Dwi Agustawan Nugroho

dr. Riza Rizaldi

Pembimbing Otologi : DR. dr. Ratna Dwi Restuti, Sp.THT-KL(K)

dr. Harim Priyono, Sp.THT-KL

Pembimbing THT Komunitas : dr. Ronny Suwento, Sp.THT-KL(K)

Pembimbing statistik : dr. Muchtaruddin Mansyur, SpOK, phD

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 65: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

47

Universitas Indonesia

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan survei di populasi yang bersifat potong lintang deskriptif

dan merupakan bagian dari penelitian Profil Otitis Media di wilayah Kodya

Jakarta Timur. Pengambilan subyek dilakukan pada tanggal 4 Mei sampai dengan

tanggal 18 Juni 2012. Subyek adalah populasi anak usia sampai dengan 18 tahun

yang bertempat tinggal di wilayah Kodya Jakarta Timur. Subyek yang diambil

sesuai dengan kriteria penerimaan dan penolakan yang sudah ditetapkan

sebelumnya.

Selama periode penelitian yang dilakukan di Kelurahan Cipinang Melayu dan

Cawang, terdapat subyek penelitian dari 408 rumah yang bersedia mengikuti

proses penelitian. Awalnya direncanakan 364 rumah, pada saat pelaksanaan

ternyata asumsi 2 anak per rumah tidak tercapai, kemudian dilakukan lagi

pengacakan tambahan 128 rumah. Jumlah 128 rumah ini didapatkan dari jumlah

rumah yang kurang yaitu 97 rumah, kemudian ditambahkan 15% karena

kemungkinan ketidakberadaan atau masalah administrasi dan ditambahkan lagi

15% karena kemungkinan adanya drop out. Dari 492 target rumah, didapatkan

populasi dari 408 rumah yang bersedia mengikuti penelitian ini. Subyek dari

penilitian ini adalah 1565 orang yang terdiri atas dewasa dan anak-anak bersedia

diwawancara dan melakukan pengisian kuesioner, hanya 1360 orang (86,9%)

yang lanjut ke pemeriksaan fisik THT. Dari 1360 subyek tersebut, didapatkan

sejumlah 511 anak dengan rentang usia 0-18 tahun. Terdapat 9 anak dengan

serumen prop yang tidak berhasil diekstraksi saat pemeriksaan sehingga

dikeluarkan dari penelitian. Akhirnya diperoleh jumlah subyek sebesar 502 anak.

Subyek penelitian menjalani serangkaian pemeriksaan fisik umum berupa

pengukuran berat badan, tinggi badan, dan suhu badan serta pemeriksaan THT.

Pemeriksaan telinga dilakukan menggunakan otoskop oleh staf ahli otologi dan

didokumentasikan dengan video kamera.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 66: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

48

Universitas Indonesia

4.1. Karakteristik subyek di Kodya Jakarta Timur

Diagram 4.1.1. Sebaran frekuensi subyek berdasarkan usia (N = 502)

Tabel 4.1.1. Sebaran frekuensi subyek berdasarkan karakteristik (N = 502)

Karakteristik Kelompok N(502) %

Klasifikasi usia 2 bulan - < 2 tahun 44 8,76

2-5 tahun 71 14,14

5-12 tahun 253 50,39

12-15 tahun 83 16,53

15-18 tahun 51 10,16Jenis Kelamin Laki-laki 253 50,39

Perempuan 249 49,61

Pendapatan Keluarga di atas Rp. 1.800.000 275 54,78

di bawah Rp. 1.800.000 227 45,22

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 67: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

49

Universitas Indonesia

Tabel 4.1.2. Sebaran frekuensi subyek berdasarkan karakteristik pendidikan dan

pekerjaan orang tua subyek (N = 502)

Karakteristik Kelompok N(502) %

Pendidikan Ayah PT 76 15,14

Akademi 31 6,18

SLTA 286 56,97

SLTP 67 13,35

SD 40 7,97

tidak sekolah 2 0.39

Pekerjaan Ayah Buruh tani 81 16.13

Karyawan swasta 229 45,62

PNS/TNI/Polri 38 7,57

tidak bekerja 8 1,59

Wiraswasta 146 29,08

Pendidikan Ibu PT 64 12,75

Akademi 39 7,77

SLTA 252 50.19

SLTP 92 18,33

SD 46 9,16

tidak sekolah 9 1,79

Pekerjaan Ibu Buruh tani 3 0,59

Karyawan swasta 63 12,55

PNS/TNI/Polri 29 5,78

Ibu rumah tangga 336 66,93

Wiraswasta 70 13,94

Penelitian ini melibatkan 502 subyek. Subyek penelitian berusia 2,4 bulan sampai

18 tahun terbagi dalam lima klasifikasi usia dengan jumlah terbanyak pada

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 68: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

50

Universitas Indonesia

klasifikasi usia 5 – 12 tahun (50,39%). Jumlah subyek berjenis kelamin laki-laki

(50,39%) lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (49,61%). Sebagian

besar tingkat pendidikan ayah dan ibu subyek penelitian adalah SLTA (56,97%

dan 50,19%). Sebagian besar pekerjaan ayah subyek penelitian (45,62%)

merupakan karyawan swasta dan ibu subyek penelitian (66,93%) ibu rumah

tangga, dengan penghasilan keluarga di atas Rp. 1.800.000,- per bulan (54,78%)

lebih banyak dibandingkan di bawah Rp. 1.800.000,- per bulan (45,22%).

4.2. Prevalensi OMA

Pada penelitian ini didapatkan kasus OMA sebesar 27 dari 502 subyek. Dengan

demikian prevalensi OMA pada anak-anak di Kotamadya Jakarta Timur tahun

2012 berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap populasi anak Kotamadya

Jakarta Timur adalah 5,38%.

Tabel 4.2.1. Sebaran frekuensi subyek berdasarkan kategori diagnosis (N=502)

Karakteristik Kelompok N(502) %Diagnosis Gangguan fungsi tuba 7 1,39

Normal 451 89,84

OMA 27 5,38

OME 6 1,19

OMSK 11 2,19

4.3. Gambaran karakteristik faktor risiko OMA

Karakteristik faktor-faktor risiko OMA pada anak-anak di Kotamadya Jakarta

Timur disajikan dalam tabel 4.3.1.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 69: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

51

Universitas Indonesia

Tabel 4.3.1. Karakteristik faktor risiko OMA pada anak-anak

di Kodya Jakarta Timur (N=27)

Kategori KelompokN(27)

OMA%

klasifikasi usia 2 bulan - < 2 tahun 8 29,63

2-5 tahun 12 44,44

5-12 tahun 6 22,22

12-15 tahun 0 0

15-18 tahun 1 3,70

Jenis Kelamin Laki-laki 19 70,37

Perempuan 8 29,63

ISPA Ya 18 66,67

Tidak 9 33,33

Rhinitis Alergi Ya 0 0

Tidak 27 100,00

Status Gizi Kurang 15 55,56

Normal 10 37,04

Lebih 2 7,40

Pajanan asap rokok Ya 19 70,37

Tidak 8 29,63

Kepadatan Cawang (padat) 17 62,96

Cip melayu (kurang padat) 10 37,04

Pendapatan RT di bawah Rp. 1.800.000 16 59,26

di atas Rp. 1.800.000 11 40,74

Pada penelitian ini, jumlah terbanyak subyek penderita OMA didapatkan pada

kelompok usia 2 -5 tahun (44,44%), dengan sebagian besar berjenis kelamin laki-

laki (70,37%) dan tergolong status gizi kurang (55,56%). Subyek penderita OMA

yang memiliki gejala batuk pilek sebesar 66,67% dan tidak ada yang mendapatkan

gejala rinitis alergi. Sebagian besar subyek penderita OMA mendapatkan pajanan

asap rokok (70,37%) dan tinggal di kawasan padat penduduk (62,96% ) di

kelurahan Cawang dengan penghasilan keluarga di bawah Rp. 1.800.000,- per

bulan (59,26%).

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 70: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

52

Universitas Indonesia

Tabel 4.3.2. Karakteristik faktor risiko OMA pada anak-anak di bawah 5 tahun

di Kodya Jakarta Timur (N=20)

Kategori Kelompok OMAN(20) %

ASI Ya 17 85.00%

Tidak 3 15.00%

Lama pemberian ASI < 1 bl 3 15.00%

1-5 bl 1 5.00%

6-11 bl 6 30.00%

12-17 bl 3 15.00%

18-23 bl 4 20.00%

>24 bl 3 15.00%

Susu botol Ya 13 65.00%

Tidak 7 35.00%

Posisi pemberian Berbaring 14 70.00%Susu Duduk 6 30.00%

Pemakaian Dot Ya 10 50.00%

Tidak 10 50.00%

Imunisasi Tidak lengkap 2 10.00%

Lengkap 18 90.00%

Pada penelitian ini, sebagian besar (85%) subyek penderita OMA dengan usia di

bawah 5 tahun mendapatkan ASI dengan lama pemberian ASI terbanyak selama

6–11 bulan (30%). Subyek penderita OMA dengan usia di bawah 5 tahun yang

mendapatkan susu botol sebesar 65%, sebagian besar (70%) diberikan susunya

dengan posisi berbaring. Separuh (50%) subyek penderita OMA dengan usia di

bawah 5 tahun menggunakan dot dan sebagian besar (90%) mendapatkan

imunisasi lengkap.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 71: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

53

Universitas Indonesia

Karakteristik keluhan penderita OMA disajikan dalam tabel 4.3.3, 4.3.4, dan

4.3.5.

Tabel 4.3.3. Karakteristik keluhan penderita OMA pada anak-anak

di Kodya Jakarta Timur (N=485)

Keluhan OMA

N(27) % N(458)

Non OMA

%

p OR(IK=95%)

Demam

Ya 5 18,52 30 6,55 0,037 3,24 (1,15-9,17)

Tidak 22 81,48 428 93,45

Penurunan

pendengaran

Ya 0 0 15 3,28 1,000 1,06 (1,04-1,09)

Tidak 27 100,0 443 96,72

Tabel 4.3.4. Karakteristik keluhan penderita OMA pada anak-anak di atas 5 tahun

di Kodya Jakarta Timur (N=373)

Keluhan OMA

N(7) % N(366)

Normal

%

p OR(IK=95%)

Nyeri telinga

Ya 2 28,57 39 10,66 0,174 3,35 (0,63-17,87)

Tidak 5 71,43 327 89,34

Telinga penuh

Ya 0 0 15 4,10 1,000 1,02 (1,00-1,04)

Tidak 7 100,0 351 95,90

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 72: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

54

Universitas Indonesia

Tabel 4.3.5. Karakteristik keluhan penderita OMA pada anak-anak di bawah 5

tahun di Kodya Jakarta Timur (N=112)

Keluhan OMA

N(20) %

Normal

N(92) %

p OR(IK=95%)

Memegang/ tarik

telinga

Ya 7 35,00 13 14,13 0,048 3,27 (1,10-9,73)

Tidak 13 65,00 79 85,87

Berdasarkan karakteristik keluhan penderita OMA terhadap kejadian OMA,

didapatkan keluhan demam secara statistik bermakna (p=0,037;OR=3,24), dan

keluhan memegang/ menarik telinga pada balita juga bermakna

(p=0,048;OR=3,27).

4.4. Hubungan faktor-faktor risiko dengan angka kejadian OMA

Besar subyek penelitian yang berhasil dikumpulkan pada penelitian,

memungkinkan pengolahan data yang diperoleh untuk dianalisis secara bivariat.

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel yang

secara teoritis merupakan faktor risiko terhadap OMA. Dengan demikian OME

dan OMSK tidak disertakan dalam analisis. Berdasarkan kriteria tersebut 485

subyek penelitian yang disertakan dalam analisis. Hasil analisis hubungan faktor

risiko OMA dengan angka kejadian OMA pada anak-anak disajikan dalam tabel

4.4.1, tabel 4.4.2, dan tabel 4.4.3.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 73: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

55

Universitas Indonesia

Tabel 4.4.1. Analisis hubungan faktor risiko dengan angka kejadian OMA pada

anak-anak di Kodya Jakarta Timur (N=485)

Faktor

Risiko N(27)

OMA

%

Normal

N(458) %

Total

N(485) %

P OR (IK 95%)

Usia

(tahun)0,2 - < 5

20 74,07 92 20,09 112 23,09 <0,001 11,36 (4,66-27,69)> 5

7 25,93 366 79,91 373 76,91

Jenis

Kelamin

Laki-laki 19 70,37 223 48,69 242 49,89 0,029 2,50 (1,07-5,83)

Prempuan 8 29,63 235 51,31 243 50,11

ISPA

Ya 18 66.67 57 12,45 75 15,46 <0,001 14,07 (6,03-32,8)

Tidak 9 33.33 401 87,55 410 84,54

Rhinitis

Alergi

Ya 0 0.00 29 6,33 29 5,98 0,394 1,06 (1,04-1,09)

Tidak 27 100.00 429 93,67 456 94,02

Pajanan

asap

Ya 19 70,37 239 52,18 258 53,19 0,066 2,18(0,93-5,07)

Tidak 8 29,63 219 47,82 227 46,81

Kepadatan

Cawang

(padat)

17 62,96 181 39,52 198 40,82 0,016 2,60 (1,16-5,81)

Cipinang

melayu

10 37.04 277 60,48 287 59,18

Pendapa-

tan RT

di bawah

1.800.000

16 59.26 204 44,54 220 45,36 0,135 0,55 (0,25-1,22)

di atas

1.800.000

11 40,74 254 55,46 265 54,64

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 74: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

56

Universitas Indonesia

Usia merupakan salah satu faktor risiko OMA, pada penelitian ini menunjukkan

adanya hubungan yang bermakna (p < 0.001) untuk terjadinya OMA, dengan

sebagian besar (74,07%) anak yang menderita OMA adalah kelompok usia di

bawah 5 tahun. Kelompok ini memiliki risiko 11,36 kali lebih besar untuk

terjadinya OMA dibandingkan dengan kelompok usia di atas 5 tahun.

Jenis kelamin menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian

OMA, dimana jumlah penderita OMA laki-laki 70,37% (p= 0,029 dan OR=2,50).

Anak laki-laki memiliki risiko untuk menderita OMA 2,50 kali lebih besar

dibandingkan perempuan.

Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar anak yang mempunyai riwayat

ISPA dalam 1 bulan terakhir (66,97%) tejadi pada anak-anak dengan OMA,

sebaliknya pada kelompok anak yang tidak menderita OMA hampir seluruh

(87,55%) anak tidak mempunyai riwayat ISPA dalam 1 bulan terakhir.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara faktor

risiko ISPA dengan kejadian OMA (p< 0,001). Kelompok anak dengan riwayat

ISPA memiliki risiko untuk menderita OMA 14,07 kali dibandingkan anak yang

tidak memempunyai riwayat ISPA.

Rinitis alergi tidak menunjukkan hubungan bermakna terhadap terjadinya OMA

(p=0,394;OR=1,06). Pada seluruh penderita OMA, tidak didapatkan faktor risiko

rinitis alergi.

Pada penelitian ini, kepadatan juga merupakan faktor risiko yang mempunyai

hubungan yang bermakna dengan kejadian OMA, dengan sebagian besar

(62,96%) anak yang menderita OMA bertempat tinggal di lingkungan yang

kepadatannya lebih tinggi (p= 0,016). Kelompok ini memiliki risiko 2,6 kali lebih

besar untuk terjadinya OMA dibandingkan dengan kelompok anak yang tinggal di

lingkungan yang kepadatannya kurang.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 75: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

57

Universitas Indonesia

Pajanan asap rokok dan pendapatan rumah tangga memiliki kecenderungan untuk

menyebabkan OMA (p< 0,25) sehingga memenuhi syarat untuk disertakan dalam

analisis multivariat.

Pada penelitian ini, dilakukan juga penghitungan kemaknaan hubungan status gizi

dengan angka kejadian OMA. Hasil analisis tersebut disajikan dalam tabel 4.3.4.

Tabel 4.4.2. Analisis hubungan status gizi dengan angka kejadian OMA pada

anak-anak (N=416)

Faktor

RisikoN(27)

OMA

% N(389)

Normal

%

Total

N(416) %

p OR (IK 95%)

Status Gizi

Kurang 15 55,56 186 47,81 201 48,32 0.436 1.36 (0.62-2.99)

Normal-

Lebih

12 44,44 203 52,19 215 51,68

Berdasarkan hasil penelitian ini, hubungan faktor risiko gizi tidak bermakna

dengan angka kejadian OMA. Jumlah subyek yang dapat digunakan pada

penelitian ini sebesar 416 subyek.

Pada anak usia di bawah 5 tahun dilakukan juga analisis hubungan beberapa

faktor risiko dengan angka kejadian OMA. Hasil analisis tersebut disajikan dalam

tabel 4.3.5.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 76: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

58

Universitas Indonesia

Tabel 4.4.3. Analisis hubungan faktor risiko dengan angka kejadian OMA pada

balita di Kodya Jakarta Timur (N=112)

Faktor

Risiko N(20)

OMA

%

N

N(92) %

Total

N(112) %

P OR (IK 95%)

ASI

Ya 17 85 87 94,57 104 92,86 0,151 0,33 (0,71-1,49)

Tidak 3 15 5 5,43 8 7,14

Lama

ASI

< 6 bl 4 20 15 16,30 19 16,96 0,795 0,45 (0,15-1,37)

6-12 bl 9 45 49 53,26 58 51,79

>12 bl 7 35 28 30,43 35 31,25

Susu

Botol

Ya 13 65 50 54,35 63 56,25 0,384 1,56 (0,57-4,27)

Tidak 7 35 42 45,65 49 43,75

Posisi

Berbari

ng

14 70 77 83,69 91 81,25 0,204 0,45 (0,15-1,37)

Duduk 6 30 15 16,31 21 18,75

Pakai

Dot

Ya 10 50 37 40,22 47 41,96 0,422 1,49 (0,56-3,92)

Tidak 10 50 55 59,78 65 58,04

Imunis

asi

tidak

lengkap

2 10 10 10,87 12 10,71 1,000 0,91 (0,18-4,52)

Lengkap 18 90 82 89,13 100 89,29

Faktor risiko ASI, penggunaan susu botol, posisi pemberian susu, pemakaian dot,

dan imunisasi tidak menunjukkan hubungan bermakna terhadap terjadinya OMA.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 77: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

59

Universitas Indonesia

4.5. Faktor determinan penyebab OMA

Untuk mengetahui faktor mana yang dominan berhubungan dengan kejadian

OMA maka perlu dilakukan analisis multivariat. Analisis multivariat dilakukan

dengan mengunakan regresi logistik pada program SPSS.

Tabel 4.5.1. Faktor determinan penyebab OMA pada anak-anak di Kodya Jakarta

Timur (N=485)

Faktor Risiko OMA

N(27)

Normal

N(458)

p OR suaian

(IK 95%)

Klasifikasi usia

0,2 - < 5 tahun 20 92 <0,001 10,0 (3,81-26,79)

> 5 tahun 7 366

Jenis kelamin

Laki-laki 19 223 0,062 2,50(0,96-6,57)

Perempuan 8 235

ISPA

Ya 18 57 <0,001 10,1(3,97-25,20)

Tidak 9 401

Pajanan asap rokok

Ya 19 239 0,688 1,23 (0,45-3,41)

Tidak 8 219

Kepadatan

Cawang (padat) 17 181 0,080 2,39 (0,90-6,33)

Cipinang melayu 10 277

Pendapatan RT

di bawah

Rp 1.800.000

16 204 0,707 1,19(0,47-3,03)

di atas

Rp 1.800.000

11 254

*suaian antar variabel

*koefisien determinan (r2): 0,410

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 78: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

60

Universitas Indonesia

Berdasarkan analisis regresi logistik yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa dari keempat variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian

OMA yaitu usia, jenis kelamin, riwayat ISPA dan kepadatan tempat tinggal dan

kedua variabel yang memiliki kecenderungan untuk menyebabkan OMA yaitu

pajanan asap rokok dan pendapatan rumah tangga, ternyata variabel usia dan

riwayat ISPA yang secara bermakna berhubungan dengan kejadian OMA pada

anak-anak di Kotamadya Jakarta Timur. Dari hasil nilai OR berarti anak-anak

yang usianya di bawah 5 tahun memiliki risiko 10 kali lebih besar untuk

terjadinya OMA dibandingkan dengan anak-anak yang usianya di atas 5 tahun.

Begitupun dengan anak-anak yang memiliki riwayat ISPA dalam 1 bulan terakhir

berpeluang 10,10 kali dibandingkan dengan anak-anak yang tidak memiliki

riwayat ISPA. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa faktor risiko usia dan

riwayat ISPA merupakan variabel yang dominan berhubungan dengan kejadian

OMA.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 79: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

61

Universitas Indonesia

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian mengenai “Profil Otitis Media” di

Kotamadya Jakarta Timur, yang diharapkan dapat dilakukan di skala yang lebih

besar dan dapat menjadi sistem pengumpulan data nasional.

Penelitian ini melibatkan berbagai struktur terkait, administrasi pemerintahan,

pusat kesehatan masyarakat, dan juga peran kader puskesmas sebagai mitra

masyarakat, serta tokoh masyarakat. Keadaan ini menunjukan bahwa untuk

penanggulangan masalah kesehatan dibutuhkan peran serta dari berbagai pihak,

tidak hanya pihak medis tetapi juga struktural.

Subyek penelitian dipilih berdasarkan multistage stratified random sampling.

Pada tahap pemilihan subyek penelitian digunakan spatial random sampling yaitu

memilih subyek penelitian berdasarkan nomor rumah yang didapat dengan

menggunakan peta satelit. Keuntungan menggunakan metode ini, kami

mendapatkan target subyek, tidak hanya penduduk tetap namun penduduk

musiman juga. Mengingat tingginya angka penduduk musiman dan mobilisasi

penduduk di Jakarta.

Kesulitan yang ditemui pada saat melakukan penelitian yaitu mengidentifikasi

rumah yang terpilih secara acak melalui satelit sebagai subyek penelitian, karena

rumah tersebut tidak disertai data yang lengkap seperti nama jalan atau nomer

rumah dan kadang rumah tersebut sudah berubah fungsi atau kosong

penghuninya. Kesulitan ini telah diatasi dengan cara bekerja sama dengan kader

Puskesmas yang berdomisili di RW tempat rumah itu berada, yang mengenal baik

situasi setempat, sehingga rumah lebih cepat dapat teridentifikasi. Untuk rumah

yang sudah berubah fungsi atau kosong penghuni, rumah yang bersebelahan dapat

digunakan sebagai subyek penelitian.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 80: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

62

Universitas Indonesia

Kesulitan lain yang ditemui adalah memotivasi subyek penelitian untuk mengikuti

kegiatan penelitian. Hal ini disebabkan antara lain waktu yang tidak tersedia untuk

mengikuti kegiatan penelitian serta belum memahami sepenuhnya maksud dan

tujuan penelitian ini. Masalah geografis juga menjadi kendala, seperti tempat

tinggal yang jauh dari Puskesmas Kelurahan. Kesulitan ini telah diatasi dengan

mengikut sertakan para kader dalam kegiatan penelitian, sehingga mereka dapat

membantu dalam memberikan penjelasan kepada subyek penelitian. Untuk

masalah geografis telah diatasi dengan melaksanakan kegiatan penelitian berupa

pemeriksaan fisik di daerah RW setempat (sweeping), terutama di daerah-daerah

dengan jumlah ketidak hadiran subyek yang besar pada saat dilakukan

pemeriksaan fisik di Puskesmas Kelurahan, sehingga subyek dengan mudah dapat

mengikuti kegiatan penelitian.

Angka subyek penelitian yang drop out pada penelitian ini adalah 241 subyek

(13%), hal ini menggambarkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam

membantu program kesehatan ini dan juga kemungkinan karena waktu

pengumpulan data yang singkat. Hal ini sudah diantisipasi sebelumnya dengan

menambah jumlah subyek penelitian sebesar 15% untuk kemungkinan

ketidakberadaan atau masalah administrasi, dan ditambahkan lagi 15% untuk

kemungkinan adanya drop out.

Pengumpulan data melalui kuesioner juga mengalami kesulitan, informasi yang

didapatkan dari orang tua subyek atau subyek sendiri terkadang tidak memberikan

hasil yang sesuai, walaupun wawancara sudah dilakukan dengan cara wawancara

terpimpin. Hal ini dipengaruhi juga oleh tingkat pendidikan orang tua subyek

sebagian besar lulusan SLTA. Hal ini diatasi dengan melakukan konfirmasi dan

validasi kuesioner secara berulang.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 81: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

63

Universitas Indonesia

5.1. Prevalensi OMA

Hasil penelitian ini didapatkan prevalensi OMA pada anak-anak di Kotamadya

Jakarta Timur sebesar 5.38 %, dan prevalensi tertinggi terjadi pada kelompok usia

2-5 tahun. Di Indonesia belum ada data nasional baku yang melaporkan angka

kejadian OMA. Prevalensi OMA di tiap-tiap negara bervariasi, berkisar antara 2,3

- 20%. Studi epidemiologi untuk OMA di negara-negara berkembang pun sangat

jarang. Di Thailand, Prasansuk dikutip dari Bermen5 melaporkan bahwa

prevalensi OMA pada anak-anak yang berumur kurang dari 16 tahun pada tahun

1986 sampai 1991 sebesar 0,8%. Di Nigeria, Amusa, Ijadunola dan Onayade

melaporkan bahwa prevalensi OMA pada anak-anak di bawah 12 tahun pada

tahun 2005 sebesar 11,8 %.

Angka yang cukup tinggi pada penelitian ini jika dibandingkan dengan studi

epidemiologi di Thailand tersebut, kemungkinan dihubungkan dengan masih

tingginya angka prevalensi ISPA di DKI Jakarta yaitu sebesar 22,6% berdasarkan

Riset kesehatan dasar 2007. Sedangkan cukup rendah bila dibandingkan dengan

studi epidemiologi di Nigeria, yang memiliki angka prevalensi ISPA sebesar

37,4%.67

Strategi penatalaksanaan terintegrasi oleh pihak medis dan struktural, dengan cara

preventif, promotif dan kuratif perlu dilakukan untuk menurunkan angka

prevalensi ini. Berdasarkan hasil penelitian ini tindakan preventif yang dapat

dilakukan adalah dengan mengurangi tingkat kepadatan penduduk dengan

program transmigrasi dan menggalakkan program Keluarga Berencana untuk

membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga, dan penyuluhan pentingnya

menghindari penularan penyakit infeksi yang sering terjadi pada masyarakat

dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Penyuluhan berupa pentingnya ASI dan

juga menghindari pajanan rokok juga perlu dilakukan. Subyek yang mengalami

OMA, diharapkan orang tuanya memiliki kesadaran untuk membawa anaknya

berobat ke pusat kesehatan, agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit ini

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 82: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

64

Universitas Indonesia

terutama gangguan pendengaran dan gangguan bicara dan bahasa yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar, mengingat pada penelitian ini prevalensi tertinggi

pada kelompok usia 2-5 tahun dimana merupakan waktu saat anak belajar bicara.

5.2. Faktor-faktor risiko OMA

Pada penelitian ini diperoleh hasil gambaran karakteristik faktor risiko OMA pada

anak-anak di Kotamadya Jakarta Timur. Berdasarkan analisis hubungan faktor-

faktor risiko dengan kejadian OMA secara bivariat, didapatkan faktor risiko usia,

jenis kelamin, riwayat ISPA, dan lingkungan tempat tinggal secara statistik

bermakna terhadap kejadian OMA. Pajanan asap rokok dan pendapatan rumah

tangga memiliki kecenderungan sebagai faktor risiko terjadinya OMA, akan tetapi

secara statistik tidak mempunyai kemaknaan. Pada anak-anak di bawah 5 tahun,

faktor risiko ASI, penggunaan susu botol, posisi pemberian susu, pemakaian dot,

dan imunisasi tidak menunjukkan hubungan bermakna terhadap terjadinya OMA.

Pada penelitian ini proporsi OMA terbanyak terjadi pada kelompok usia 2-5 tahun

sebesar 44,4 %. Berdasarkan analisis bivariat dan multivariat, usia di bawah 5

tahun merupakan faktor risiko yang paling bermakna dan dominan terhadap

kejadian OMA. Anak-anak dengan usia di bawah 5 tahun memiliki risiko 10 kali

lebih besar untuk terjadinya OMA dibandingkan dengan usia di atas 5 tahun.

Berdasarkan kepustakaan, Stangerup dkk, Alho dkk, Pukander dkk, Rovers dkk

seperti dikutip oleh Bluestone10, Wang22 ,dan juga Zakzouk dkk23, menyatakan

faktor usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya OM. Stangerup dkk

dikutip oleh Bluestone10, menyatakan bahwa usia di bawah 5 tahun merupakan

faktor risiko terjadinya OMA, menurut Wang dkk usia 3-5 tahun. Zakzouk dkk23

menyatakan usia di bawah 4 tahun secara statistik bermakna terhadap risiko

terjadinya OMA jika dibandingkan usia 8 -12 tahun. Alho dkk, Pukander dkk,

Rovers dkk, menyatakan bahwa puncak prevalensi terjadinya otitis media pada

usia di bawah 2 tahun. Hasil ini juga didukung oleh tingginya prevalensi ISPA di

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 83: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

65

Universitas Indonesia

DKI Jakarta pada usia 1-4 tahun dan di bawah 1 tahun. Hal ini juga disebabkan

karena pada usia tersebut tuba Eustachius anak belum berkembang mencapai

ukuran dewasa, TE lebih pendek dan letaknya lebih datar/horisontal sehingga

sekret dari nasofaring lebih mudah masuk ke telinga tengah.

Jenis kelamin laki-laki secara bermakna merupakan faktor risiko terhadap

kejadian OMA. Hasil penelitian ini sesuai studi yang dilakukan oleh Teele dkk

dikutip dari Bluestone10, Sipilia dkk dikutip dari Wang22 , dan Zakzouk dkk23. Hal

ini diduga berkaitan dengan pneumatisasi mastoid yang lebih kecil pada laki-laki,

pajanan polusi, infeksi saluran napas berulang serta trauma yang lebih sering

terjadi pada laki-laki. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Homoe dkk, dan

Lundgren dkk dikutip dari Wang22 menyatakan tidak adanya perbedaan bermakna

jenis kelamin terhadap faktor risiko OMA. Mekanisme yang masuk akal dan pasti

yang dapat menjelaskan bahwa jenis kelamin merupakan faktor risiko terhadap

OMA sampai saat ini belum ada.

ISPA pada penelitian ini secara statistik bermakna sebagai faktor risiko penyebab

OMA, dan juga merupakan faktor risiko yang dominan, berdasarkan analisis

bivariat dan multivariat. Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk

membuktikan ini. Revai dkk36 menyatakan 30% dari ISPA menyebabkan OMA.

Chonmaitree dkk37 menyatakan insiden terjadinya otitis media yang disebabkan

oleh ISPA sebesar 61%, yaitu 37% OMA dan 24% OME.

Hal ini juga didukung kepustakaan yang menyatakan apabila terjadi ISPA, dapat

menyebabkan peradangan dan mengganggu fungsi tuba Eustachius sehingga

menurunkan tekanan di telinga tengah diikuti masuknya bakteri dan virus ke

dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius mengakibatkan peradangan dan

efusi di telinga tengah. Berdasarkan data riskesdas 2007, ISPA merupakan urutan

ke-3 penyakit terbanyak di DKI Jakarta bahkan di Indonesia, angka prevalensinya

di Jakarta Timur sebesar 26,6% dan paling banyak terjada pada anak-anak

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 84: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

66

Universitas Indonesia

terutama di bawah usia 5 tahun. Jumlah penduduk yang padat di jakarta juga

mempengaruhi hal ini, karena penularan dari ISPA ini dan akhirnya dapat

mencetuskan terjadinya OMA.5,12,67

Pada penelitian ini lingkungan dengan kepadatan penduduk lebih tinggi secara

statistik bermakna sebagai faktor risiko terhadap OMA. Hasil ini sesuai dengan

penelitian Yang dkk50 ,menunjukan bahwa tinggal di lingkungan yang lembab,

banjir, dan berjamur memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinya

OMA. Dalam penelitian ini kelurahan Cawang merupakan daerah dengan tingkat

kepadatan tinggi dan juga merupakan daerah yang rawan banjir.

Pada penelitian ini pajanan asap rokok secara statistik tidak bermakna sebagai

faktor risiko terjadinya OMA (p=0,066;OR=2,18). Pada penelitian yang dilakukan

bersamaan dengan penelitian ini Rizaldi68, mendapatkan hanya 1 dari 5 anak

penderita OME dengan hasil kandungan kotinin positif pada urin. Sedangkan

penelitian oleh Strachan dkk45, dan meta analisis oleh Uhari dkk31 dan

pembahasan sistematik oleh Froom dkk9, menunjukkan bahwa pajanan asap rokok

memiliki hubangan yang bermakna terhadap OMA.

Kalau dilihat secara keseluruhan yaitu dari 502 subyek, terdapat 53,2% anak yang

terpajan asap rokok, dan pada anak-anak yang menderita OMA sebagian besar

(70,4%) terpajan asap rokok. Perlu diperhatikan bahwa pajanan asap rokok

merupakan salah satu faktor lingkungan yang memegang peranan penting dalam

meningkatkan insidensi terjadinya OMA. Data Riskesdas RI pada tahun 2007

menunjukkan bahwa sebanyak 69% rumah tangga memiliki pengeluaran untuk

rokok.67

Faktor pendapatan yang rendah pada penelitian ini tidak memberikan hasil yang

bermakna secara statistik dalam mempengaruhi terjadinya OMA (p=0,135;

OR=0,55). Penelitian Maharjan dkk48 menyatakan anak-anak dengan sosio-

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 85: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

67

Universitas Indonesia

ekonomi rendah di Nepal, memiliki prevalensi tinggi menderita otitis media. Studi

yang dilakukan oleh Smith dan Boss49, menyatakan anak-anak dengan sosio-

ekonomi kurang dapat meningkatkan risiko terjadinya OM. Hasil penelitian ini

tidak mendukung kepustakaan yang ada.

Rinitis alergi pada penelitian ini tidak memberikan hasil yang bermakna secara

statistik OMA (p=0,394;OR=1,06). Juntti dkk38 menyatakan bahwa anak dengan

riwayat alergi susu sapi, meningkatkan risiko terjadinya otitis media. Berdasarkan

kepustakaan dikatakan bahwa hubungan antara alergi dengan OM masih belum

diketahui dengan pasti. Pada anak kurang dari 4 tahun, sistem imun masih

berkembang, dan alergi tidak dapat berperan pada OMA rekuren pada kelompok

usia ini; pada penelitian ini mayoritas OMA terjadi pada usia di bawah 5 tahun.

Hasil ini juga dapat dikaitkan dengan teori hipotesis higiene, yang menyatakan

bahwa individu yang terpapar infeksi atau pada lingkungan dengan risiko paparan

infeksi memiliki kemungkinan lebih kecil untuk terjadinya reaksi hipersensitifitas.

Pada penelitian ini OMA lebih banyak terjadi pada lingkungan yang kepadatannya

lebih tinggi.39

Pengumpulan data berat badan dan tinggi badan subyek penelitian mengalami

hambatan pada saat penelitian dilakukan pada waktu sweeping rumah subyek satu

per satu, dimana kami mengalami kesulitan untuk melakukan pengukuran tersebut

secara akurat menggunakan alat yang terstandarisasi dan dinggap baku pada

penelitian ini. Hal ini menjadikan jumlah data yang dapat digunakan untuk

pengukuran status gizi dengan antropometri WHO pada penelitian ini hanya

sebesar 436 subyek (86,9%). Hasil penelitian ini menyatakan 55,6% subyek

penderita OMA tergolong status gizi kurang, dan 44,4 % termasuk gizi normal-

lebih, namun hubungan faktor risiko gizi secara statistik tidak bermakna dengan

angka kejadian OMA (p=0,436;OR=1,36).

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 86: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

68

Universitas Indonesia

Pada anak di bawah 5 tahun, faktor risiko ASI, penggunaan susu botol, posisi

pemberian susu, pemakaian dot, dan imunisasi juga dianalisis.

Pada penelitian ini ASI secara statistik tidak bermakna sebagai faktor risiko

terjadinya OMA. Berdasarkan kepustakaan, banyak penelitian yang menunjukan

bahwa pemberian ASI mencegah bayi terhadap OM, hal ini terjadi pada anak yang

mendapatkan ASI eksklusif pada 3-6 bulan pertama. Studi yang dilakukan oleh

Alho33, didapatkan bahwa menyusui <3 bulan mempunyai risiko peningkatan

terjadinya OMA dan OME sebanyak 20% sampai 60%. Studi metaanalisis oleh

Uhari, Mantysaari, dan Niemela31 menyimpulkan bahwa ASI selama paling tidak

3 bulan adalah proteksi dalam mengurangi risiko terjadinya OM. Sedangkan studi

berbasis komunitas di Nigeria tahun 2005 yang dilakukan oleh Amusa dkk14,

menyatakan bahwa tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pemberian

ASI dengan otitis media. Pada penelitian ini, hampir seluruh subyek (92,8%)

mendapatkan ASI, namun interpretasi lebih lanjut tidak dapat dilakukan karena

tidak adanya informasi tentang apakah pola menyusui adalah eksklusif atau

parsial.

Pada penelitian ini pemberian imunisasi secara statistik tidak bermakna sebagai

faktor risiko terjadinya OMA. Berdasarkan kepustakaan, studi berbasis komunitas

di Nigeria tahun 2005 yang dilakukan oleh Amusa dkk14, tidak didapatkan

hubungan yang bermakna antara imunisasi dengan otitis media. Penelitian yang

dilakukan oleh Leibovitz dan Greenberg29 di Amerika Serikat tahun 2004,

menyatakan bahwa imunisasi dengan vaksin konjugasi pneumokokus pada bayi di

bawah 2 tahun telah menunjukan khasiat untuk pencegahan OMA pada

pneumokokus spesifik serotipe. Penelitian pada uji klinis yang dilakukan oleh

Karma28 di Finland, menyatakan vaksin konjugasi pneumokokus heptavalent

CRM 197 menurunkan angka OMA pneumokokus, vaksin influenza

memperlihatkan proteksi terhadap OMA selama epidemik virus.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 87: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

69

Universitas Indonesia

Di Indonesia imunisasi HiB dan Pneumococcal bukan merupakan imunisasi wajib

yang menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, hanya merupakan imunisasi yang dianjurkan, belum masuk

dalam daftar imunisasi PPI dan tidak disubsidi pemerintah.69

Pada penelitian ini pemakaian susu botol secara statistik tidak bermakna sebagai

faktor risiko terjadinya OMA. Berdasarkan kepustakaan, penggunaan air untuk

membuat susu formula dan botol itu sendiri dapat mengakibatkan kontaminasi

bakteri. Alergi dan kontaminasi bakteri pada susu formula, dapat menyebabkan

gastroenteritis berulang sehingga menurunkan gizi pada bayi. Penggunaan susu

botol dapat mengganggu perkembangan dari otot-otot muka yang dapat

mempengaruhi fungsi dari TE, juga dapat menyebabkan aspirasi cairan ke telinga

tengah karena tekanan intra oral yang tinggi. Hasil penelitian ini tidak sesuai

dengan kepustakaan yang ada.

Pada penelitian ini sebagian (50%) dari penderita OMA menggunakan dot, namun

secara statistik pemakaian dot tidak bermakna sebagai faktor risiko terjadinya

OMA (p=0,422; OR=1,49). Pada penelitian oleh Rovers dkk44 dan studi meta

analisis oleh Uhari dkk31, menyatakan bahwa pemakaian dot dapat meningkatkan

risiko terjadinya OMA. Berdasarkan kepustakaan, ada 2 mekanisme yang

menyebabkan hal ini terjadi. Mekanisme yang pertama ialah penghisapan dot

dapat meningkatkan refluks dari sekresi nasofaring ke telinga tengah, sehingga

pada saat flu, patogen dapat mudah masuk ke telinga tengah melalui jalan ini.

Mekanisme yang kedua, penggunaan dot dapat menyebabkan perubahan struktur

gigi dan rongga mulut sehingga dapat menyebabkan disfungsi TE. Hasil

penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan

bahwa pemakaian dot dapat meningkatkan risiko terjadinya OMA.

Posisi saat minum susu tehadap faktor risiko OMA pada penelitian ini secara

statistik tidak bermakna. Berdasarkan kepustakaan, penggunaan susu botol dapat

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 88: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

70

Universitas Indonesia

mempengaruhi fungsi dari TE, juga dapat menyebabkan aspirasi cairan ke telinga

tengah karena tekanan intra oral yang tinggi. Posisi pemberian susu botol dengan

cara berbaring atau horisontal dapat menyebabkan refluks. Hampir seluruh subyek

(81,3%) pada penelitian ini diberikan susu dengan posisi berbaring. Hasil

penelitian ini tidak mendukung kepustakaan yang ada.

Dari hasil analisis multivariat dengan regresi logistik yang telah dilakukan pada

penelitian ini, ternyata variabel usia dan riwayat ISPA yang secara bermakna dan

dominan berhubungan dengan kejadian OMA pada anak-anak di Kotamadya

Jakarta Timur. Anak yang usianya di bawah 5 tahun memiliki risiko 10 kali lebih

besar untuk terjadinya OMA dibandingkan dengan anak usianya di atas 5 tahun.

Begitupun dengan anak yang memiliki riwayat ISPA dalam 1 bulan terakhir

berpeluang 10,10 kali dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki riwayat

ISPA. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik didapatkan koefisien determinan

(r2) 0,410, dengan demikian menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko yang

disertakan dalam penelitian memberikan kontribusi hanya 41%, masih banyak

faktor risiko lain yang harus diperhitungkan agar dapat digunakan untuk

memprediksi terjadinya OMA.

Hasil penelitian ini didukung oleh kepustakaan yang menyatakan bahwa pada usia

tersebut tuba Eustachius anak belum berkembang mencapai ukuran dewasa, TE

lebih pendek dan letaknya lebih datar/horisontal sehingga sekret dari nasofaring

lebih mudah masuk ke telinga tengah. Berbagai kepustakaan juga menyatakan

bahwa 95% dari kasus OMA, penyebabnya adalah infeksi bakteri. Dan

berdasarkan data riskesdas 2007, ISPA merupakan urutan ke-3 penyakit terbanyak

di DKI Jakarta, angka prevalensinya di Jakarta Timur sebesar 26,6% dan paling

banyak terjada pada anak-anak terutama di bawah usia 5 tahun.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 89: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

71

Universitas Indonesia

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada penelitian ini didapatkan angka prevalensi OMA pada anak-anak di

Kotamadya Jakarta Timur tahun 2012 sebesar 5,4%

2. Hubungan fakor risiko dengan kejadian OMA pada anak-anak di

Kotamadya Jakarta Timur, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Faktor risiko yang bermakna secara statistik terhadap kejadian OMA

adalah usia ( p < 0,001; OR=11,36), jenis kelamin (p= 0,029 dan

OR=2,50), riwayat ISPA (p< 0,001; OR=14,07), dan lingkungan

tempat tinggal (p= 0,016;OR=2,60)

b. Faktor risiko yang memiliki kecenderungan penyebab terhadap

kejadian OMA, namun secara statistik tidak bermakna adalah pajanan

asap rokok (p=0,066;OR=2,18), dan pendapatan rumah tangga

(p=0,135;OR=0,55).

c. Faktor risiko yang tidak berhubungan terhadap kejadian OMA adalah

rinitis alergi (p=0,394;OR=1,06).

3. Hubungan faktor risiko dengan kejadian OMA pada anak-anak di bawah 5

tahun yaitu ASI (p=0,151;OR=0,33), penggunaan susu botol

(p=0,384;OR=1,56), posisi pemberian susu (p=0,204; OR=0,45),

pemakaian dot (p=0,422;OR=1,49), dan imunisasi (p=1,000;OR=0,91)

tidak menunjukkan hubungan yang bermakna.

4. Dari keempat faktor risiko yang bermakna terhadap kejadian OMA pada

anak-anak di Kotamadya Jakarta Timur, didapatkan faktor risiko usia

(p<0,001;OR=10,00) dan ISPA (p<0,001;OR=10,01) yang paling

bermakna dan dominan terhadap kejadian OMA. (koefisien

determinan=0,410)

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 90: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

72

Universitas Indonesia

6.2. Saran

1. Perlu dilanjutkan penelitian yang serupa di wilayah lain di Indonesia,

sehingga dapat ditentukan besaran masalah dengan skala Nasional.

2. Perlunya dilakukan tindakan promotif dan preventif terkait dengan

penyakit OMA dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang secara

signifikan berisiko untuk terjadinya OMA pada anak-anak, dan juga

kuratif terhadap penyakit OMA agar tidak terjadi komplikasi yang tidak

diinginkan.

3. Dalam upaya menurunkan angka kejadian OMA pada anak-anak

hendaknya dilakukan penyuluhan kesehatan yang intensif dan efektif

terkait dengan ISPA dan rentannya balita terhadap kejadian OMA. Perlu

juga dilakukan pengobatan adekuat dan pemantauan pengobatan terhadap

ISPA agar tidak terjadi OMA.

4. Sebagai awal penelitian multi center untuk mendapatkan prevalensi dan

gambaran faktor risiko penyakit telinga tengah khususnya OMA di

Indonesia, serta digunakan untuk surveilans nasional secara berkala. Maka

dibutuhkan penelitian lebih lanjut yang sejenis yang dilakukan di daerah-

daerah di seluruh Indonesia, sehingga diharapkan dapat membantu

kebijakan di bidang kesehatan telinga, berupa upaya deteksi dini,

preventif, promotif, maupun intervensi dan penatalaksanaan.

5. Kerjasama dengan BPS perlu dilakukan sehingga peran serta masyarakat

akan lebih baik dalam mengikuti survei kesehatan berbasis masyarakat.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 91: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

73

Universitas Indonesia

Daftar Pustaka

1. American Academy of Pediatrics Subcommittee on Management of Acute

Otitis Media. Diagnosis and management of acute otitis

media. Pediatrics. May 2004;113(5):1451-65.

2. Deshmukh CT. Acute otitis media in children-treatment options. J

Postgrad Med. 1998;44(3):81-4.

3. Casselbrant ML, Mandel EM. Epidemiology.In: Rosenfeld RM, Bluestone

CD, editors. Evidence-based otitis media. Hamilton, ON, Canada: BC

Decker. 2003:p.147-62

4. Sipila M, Pukander J, Karma P. Incidence of acute otitis media up to the

age of 1 1/2 years in urban infants. Acta Otolaryngol. 1987;104:138-45.

5. Berman S. Otitis media in developing countries. Pediatrics. July

1995;96(1): 126-30.

6. Rosenfeld RM, Culpeper L, Doyle KJ, Grundfast KM, Hoberman A,

Kenna MA, et al. Clinical practice guideline : otitis media with effusion.

Otolaryngol Head Neck Surg. 2004;130:S95.

7. Sirlan F, Suwento R. Hasil survei kesehatan indera penglihatan dan

pendengaran. Departemen Kesehatan R I Ditjen pembinaan kesehatan

masyarakat Direktorat bina upaya kesehatan puskesmas. Jakarta: 1998

8. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi

EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku ajar ilmu

kesehatan telinga hidung tenggorok. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

2007.hal.64-9.

9. Froom J et al. A cross-national study of acute otitis media: risk factors,

severity, and treatment at initial visit. Report from the International

Primary Care Network (IPCN) and the Ambulatory Sentinel Practice

Network (ASPN). J Am Board Fam Pract. 2001;14:406–17.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 92: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

74

Universitas Indonesia

10. Bluestone CD. Definition, terminology, and classification. In: Rosenfeld

RM, Bluestone CD, editors. Evidence-based otitis media. Hamilton, ON,

Canada: BC Decker. 2003: p.120-35.

11. Berman S. Classification and criteria of otitis media. Clin Microbiol Infect

Suppl 1997; (3) :1-4.

12. Chan LS, Takata GS, Shekelle P, Morton SC, Mason W, Marcy SM.

Evidence assessment of management of acute otitis media: II. Research

gaps and priorities for future research. Pediatrics 2001;108: 248–54.

13. Guideline penyakit tht di Indonesia. 2007:hal.55.

14. Amusa YB, Ijadunola IKT , Onayade OO. Epidemiology of otitis media

in a local tropical African. WAJM. 2005;24(3):227–30

15. Bluestone CD. Eustachian tube function and dysfunction. In: Rosenfeld

RM, Bluestone CD, editors. Evidence-based otitis media. Hamilton, ON,

Canada: BC Decker. 2003:p.163–79.

16. Massoud E. Eustachian tube function. Last updated 2009, May 19.

Available from http://emedicine.medscape.com/article/874348-overview

17. Wright A. Anatomy and ultrastucture of human ear. In: Kerr AG, Booth

JB, editors. Scott-Brown’s Otolaryngology, 6th ed. Oxford: Butterwoth-

Heinemann, 1997: p1/1/1-50.

18. Bluestone CD, Klein JO. Otitis media in infants and children. 2nd

edition.Philadelphia: WB Saunders Company Co. 1995:p.1-3.

19. Cripps AW, Otczyk DC, Kyd JM. Bacterial otitis media: a vaccine

preventable disease? Vaccine 2005;23:2304–10.

20. Buchman CA, Doyle WJ, Skoner D, Fireman P, Gwaltney JM. Otologic

manifestations of experimental rhinovirus infection. Laryngoscope

1994;104:1295–9.

21. Buchman CA, Doyle WJ, DP Skoner, Post JC, CM Alper, Seroky JT et al.

Influenza A virus--induced acute otitis media. J Infect Dis 1995;172:

1348-51.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 93: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

75

Universitas Indonesia

22. Wang PC, Chang YH, Chuang LJ, Su HF, Li CY. Incidence and

recurrence of acute otitis media in Taiwan’s pediatric population.

CLINICS. 2011;66(3):395-9

23. Zakzouk S.M, Jamal S.T, Daghistani K.J. Epidemiology of acute otitis

media among Saudi children. Int. J. Pediatr. Otorhinolaryngol.

2002;62:219–22

24. Dhingra PI. Eustachian tube and dissorder. Disease of Ear Nose and

Throat 4th ed. Elsevire. 2005.p3-13

25. Patel JA, Nair S, Revai K, Grady J, Chonmaitree T. Nasopharyngeal acute

phase cytokines in viral upper respiratory infection: impact on acute otitis

media in children. Pediatr Infect Dis J. Nov 2009;28(11):1002-7.

26. Skovbjerg S, Roos K, Nowrouzian F, Lindh M, Holm SE, Adlerberth I, et

al. High cytokine levels in perforated acute otitis media exudates

containing live bacteria. Clin Microbiol Infect. 2010; 16: 1382–8.

27. Children immunization clinic. Available from

http://immunizationclinic.wordpress.com/category/00about-immunization/

28. Karma P. Vaccination and otitis media. ORL J Otorhinolaryngol Relat

Spec. 2002;64(2):80-5

29. Leibovitz E, Greenberg D. Acute otitis media in children: current

epidemiology, microbiology, clinical manifestations, and treatment. Chang

Gung Med J. 2004;27:475-88

30. Kvestad E, et al. Otitis media: genetic factors and sex differences. Twin

Res. 2004 Jun;7(3):239-44.

31. Uhari M, Mantysaari K, Niemela M A. Meta-analytic review of the risk

factors for acute otitis media. Clin Infect Dis. 1996; 22:1079-82.

32. Breastfeeding Benefits & Barriers: Immunologic Advantages. Available

from www.breastfeedingbasics.org

33. Alho OP. The validity of questionnaire reports of a history of acute otitis

media. Am J Epidemiol. 1990; 132:1164-9.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 94: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

76

Universitas Indonesia

34. Lin YS, Lee FP, Peng SC. Complications in children with long-term

cochlear implants. ORL J Otorhinolaryngol Relat Spec. 2006;68(4):237-

42.

35. Bercin S, Kutluhan A, Yurttas V, Yalciner G, Bozdemir K, Sari

N. Evaluation of laryngopharyngeal reflux in patients with suspected

laryngopharyngeal reflux, chronic otitis media and laryngeal

disorders. Eur Arch Otorhinolaryngol. 2008;265:1539–43

36. Revai K, Dobbs LA, Nair S, Patel JA, Grady JJ, Chonmaitree T. Incidence

of acute otitis media and sinusitis complicating upper respiratory tract

infection: the effect of age. Pediatrics. 2007 Jun;119(6):e1408-12

37. Chonmaitree T, Revai K, Grady JJ, Clos A, Patel JA, Nair S, Fan J,

Henrickson KJ. Viral upper respiratory tract infection and otitis media

complication in young children. Clin Infect Dis. 2008 Mar 15;46(6):815-

23

38. Juntti H, Tikkanen S, Kokkonen J, Alho OP, Niinimäki A. Cow's milk

allergy is associated with recurrent otitis media during childhood. Acta

Otolaryngol. 1999;119(8):867-73.

39. Von Mutius E. Allergies, infections, and hygiene hypothesis- The

epidemiological evidence. Immunobiology. 2007; 212(6):433-9

40. Lee SK, Yeo SG. Relationship between pediatric obesity and otitis media

with effusion. Curr Allergy Asthma Rep. Nov 2009;9(6):465-72.

41. Broides A, Dagan R, Greenberg D, Givon-Lavi N, Leibovitz E. Acute

otitis media caused by Moraxella catarrhalis: epidemiologic and clinical

characteristics. Clin Infect Dis. Dec 2009;49(11): 1641-7.

42. Ramilo O. Role of respiratory viruses in acute otitis media: implications

for management. Pediatr Infect Dis J. Dec 1999;18(12):1125-9.

43. Tauriainen S et al. Temporal relationship between human parechovirus 1

infection and otitis media inYoung Children. J Infect Dis. 2008; 198:35–

40.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 95: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

77

Universitas Indonesia

44. Rovers MM, Numans ME, Langenbach E, Grobbee DE, Verheij TJM and

Schilder AGM. Is pacifier use a risk factor for acute otitis media? A

dynamic cohort study. Family Practice. 2008; 25: 233–6.

45. Strachan DP, Cook DG. Parental smoking, middle ear disease and

adenotonsillectomy in children. Thorax. 1998;53(1) :50-6.

46. Greenberg D, Hoffman S, Leibovitz E, Dagan R. Acute otitis media in

children: association with day care centers-antibacterial resistance,

treatment, and prevention. Pediatr Drugs. 2008;10(2):75-83.

47. Elden LM, Coyte PC. Socioeconomic impact of otitis media in North

America. J tolaryngol. 1998;27:9-16.

48. Maharjan M, Bhandari S, Singh I, Mishra SC. Prevalence of otitis media

in school going children in Eastern Nepal. Kathmandu University Medical

Journal 2006; 4(4): 479-482

49. Smith DF, Boss EF. Racial/Ethnic and Socioeconomic Disparities in the

Prevalence and Treatment of Otitis Media in Children in the United States.

Laryngoscope 2010; 120: 2306-12

50. Yang CY, Cheng MF, Tsai SS, Hung CF, Lai TC, Hwang KC. Effects of

indoor environmental factors on risk of acute otitis media in a subtropical

area. Journal of Toxicology and Environmental Health. 1999;56:111–9

51. Costa JL, Vavarro A, Neves JB, Martin M. Environmental epidemiology:

houshold wood and charcoal smoke increses risk of otitis media in

childhood in Maputo. Int J Epidemiol. 2003;33:573-8

52. Carlson LH, Carlson RD. Diagnosis. In: Rosenfeld RM, Bluestone CD,

editors. Evidence-based otitis media. Hamilton, ON, Canada: BC Decker.

2003:p.147-62.

53. Scottish intercollegiate guidelines network. Diagnosis and management of

childhood otitis media in primary care. Feb 2003.

54. Harris PK. The use of tympanometry and pneumatic otoscopy for

predicting middle ear disease. American Journal of Audiology. June

2005;14:3–13.

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 96: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

78

Universitas Indonesia

55. Saeed K, Coglianese CL, McCormick DP, Chonmaitree T. Otoscopic and

tympanometric findings in acute otitis media yielding dry tap at

tympanocentesis. Pediatr Infect Dis J. 2004;23:1030–4.

56. Sassen ML, van Aarem A, Grote JJ. Validity of tympanometry in the

diagnosis of middle ear effusion. Clin Otolaryngol. 1994;19:185-9.

57. Watters GW, Jones JE, Freeland AP (1997) The predictive value of

tympanometry in the diagnosis of middle ear effusion. Clin Otolaryngol.

1997; 22:343-5.

58. Koivunen P, Alho OP, Uhari M, Niemelä M, Luotonen J.

Minitympanometry in detecting middle ear fluid. J Pediatr. 1997;131:419–

22.

59. Badan Pusat Statistik. Jumlah penduduk kabupaten menurut kelompok

umur, 2010.

60. Badan Pusat Statistik. Population and Man Power in Jakarta Timur Figure

2009. Hal 77

61. Sathian B, Sreedharan J, Baboo N, Sharan K, Abhilash ES, Rajesh E.

Relevane of sample size determination in medical research. Nepal J oe

epid. 2010;1:4-10

62. Brozek JL, et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA)

guiedlines: 2010 revision. J Allergy Clin Immunol 2010 Sep;126(3):466-

76

63. International study of asthma and allergies in childhood. Manual book

phase III. Auckland. 1993

64. Statistics by country for cleft palate.

http://www.wrongdiagnosis.com/c/cleft_palate/stats-country.htm.

65. Center for disease control and prevention. http://www.cdc.gov/nutrition/

66. Williams JR. The declaration of Helsinki and public health. Bulletin of the

World Health Organization 2008; 86:650-1

67. Departemen Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar (Riskesdas), 2007

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 97: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

79

Universitas Indonesia

68. Rizaldi R. Proporsi kepositifan kadar kotinin urin pada anak otitis media

efusi usia 0-14 tahun di Kotamadya Jakarta Timur. Tesis akhir PPDS

THT-KL. Bagian THT-KL FKUI-RSCM. Jakarta 2012

69. Jadwal imunisasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Jadwal_imunisasi

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 98: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

80

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Surat lulus kaji etik

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 99: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

81

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Lembar informasi

LEMBAR INFORMASI ORANG TUA PASIEN

Bapak/Ibu yang terhormat,

Departemen Telinga Hidung dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia sedang mengadakan penelitian tentang prevalensi dan gambaran

karakteristik faktor-faktor risiko penyakit radang telinga tengah pada anak di

Jakarta Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi penyakit

ini pada anak di Jakarta Timur dan gambaran karakteristik faktor-faktor

risikonya.

Penyakit radang telinga tengah adalah salah satu infeksi yang paling sering terjadi

pada anak usia dini dan merupakan alasan umum untuk berobat, dan angka

kejadiannya pun cukup tinggi di tiap-tiap negara. Oleh sebab itu, akan sangat

bermanfaat jika mengetahui besarnya faktor-faktor tersebut mempengaruhi angka

kejadian penyakit ini.

Bila bersedia ikut, Bapak/Ibu akan kami wawancara dan diminta untuk mengisi

kuesioner, dan juga akan dilakukan pemeriksaan fisik THT pada anak bapak/ibu.

Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela dan dijaga kerahasiaannya. Bapak/Ibu

bebas menolak ikut dalam penelitian ini, dan penelitian ini tidak dipungut biaya.

Bila ada hal yang masih belum dimengerti atau membutuhkan penjelasan ulang,

Bapak/Ibu dapat menghubungi peneliti

Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.

Peneliti

dr. Sakina Umar

Departemen THT-KL FKUI/ RSCM. Jl. Diponegoro no.71. HP: 08118303400

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 100: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

82

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Lembar persetujuan/ penolakan

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda-tangan di bawah ini :

Nama :................................................................................................................

Umur : ................................................................................................................

Alamat: ................................................................................................................

Telepon: ................................................................................................................

Selaku Ayah/Ibu/diri sendiri/lainnya (sebutkan ....................................) dari anak

yang bernama .............................

Setelah mendapat penjelasan mengenai kerja dan tujuan penelitian ini maka saya

setuju dan bersedia diikutkan dalam penelitian ini.

Demikian surat pernyataa ini dibuat tanpa paksaan dan digunakan sebagaimana

mestinya.

Jakarta, ......................2012

Tanda tangan saksi Yang menyatakan

(Nama jelas ..........................) (Nama Jelas.........................)

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 101: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

83

Universitas Indonesia

LEMBAR PENOLAKAN

Saya yang bertanda-tangan di bawah ini :

Nama :................................................................................................................

Umur : ................................................................................................................

Alamat: ................................................................................................................

Telepon: ................................................................................................................

Selaku Ayah/Ibu/diri sendiri/lainnya (sebutkan ....................................) dari anak

yang bernama .............................

Setelah mendapat penjelasan mengenai kerja dan tujuan penelitian ini maka saya

tidak bersedia diikutkan dalam penelitian ini.

Demikian surat pernyataa ini dibuat tanpa paksaan dan digunakan sebagaimana

mestinya.

Jakarta, ......................2012

Tanda tangan saksi Yang menyatakan

(Nama jelas ..........................) (Nama Jelas.........................)

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 102: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

84

Universitas Indonesia

Lampiran 4

STATUS PENELITIAN

No. Kuisioner : _ _/_ _ _/_ _ _ _

I. IDENTITAS

I.1. IDENTITAS RESPONDEN

Nama : ......................................................................................................

Tanggal lahir : ......................................................................................................

Jenis kelamin : ......................................................................................................

Alamat : ......................................................................................................

......................................................................................................

......................................................................................................

Talepon : ......................................................................................................

Anak ke / dari : ......................................................................................................

Jumlah orang tinggal serumah : ..............................................................................

I.2. IDENTITAS ORANGTUA / WALI (NARASUMBER)

Ayah Ibu

Nama : ......................................................................................................

Usia : ......................................................................................................

Pendidikan : ......................................................................................................

Pekerjaan : ......................................................................................................

Pendapatan/bln: ......................................................................................................

Jumlah pendapatan keluarga : ................................................................................

II. ANAMNESIS

Ka Ki Bil

Rasa sakit di telinga 1. Ya 2. Tidak 3. NA

Sejak: hari/bulan/tahun)

.......

Memegang/menarik telinga 1. Ya 2. Tidak 3. NA

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 103: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

85

Universitas Indonesia

Sejak (hari/bulan/tahun)

.......

Keluar cairan dari telinga 1. Ya 2. Tidak 3. NA

Sejak (hari/bulan/tahun)

.......

Telinga terasa penuh 1. Ya 2. Tidak 3. NA

Sejak (hari/bulan/tahun)

.......

Penurunan pendengaran 1. Ya 2. Tidak 3. NA

Sejak

(hari/bulan/tahun)........

Telinga berbunyi 1. Ya 2. Tidak 3. NA

Sejak

(hari/bulan/tahun)........

Apakah gejala tersebut di atas disertai gejala :

Demam 1. Ya 2. Tidak

Sejak (hari/bulan/tahun).......

Diare 1. Ya 2. Tidak

Sejak (hari/bulan/tahun).......

Batuk pilek 1. Ya 2. Tidak

Sejak (hari/bulan/tahun).......

Pertanyaan untuk subyek usia ≤ 5 tahun,Apakah responden pernah mendapat ASI?

1. Ya 2. Tidak

Jika ya, berapa lama? (bulan)

Apakah responden menggunakan botol saat minum susu?

1. Ya 2. Tidak

Posisi responden saat minum susu botol atau ASI?

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 104: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

86

Universitas Indonesia

1.Berbaring 2.Duduk

Apakah responden menggunakan dot?

1. Ya 2. Tidak

Apakah responden mendapat imunisasi dasar lengkap?

1. Ya 2. Tidak

Apakah responden memiliki riwayat bersin-bersin pagi haridisertai hindung tersumbat dan ingus cair ketika anda tidaksedang mengalami flu?

1. Ya 2. Tidak

Keluhan di atas terjadi dalam 12 bulan terakhir?

1. Ya 2. Tidak

Apakah responden perokok aktif?

1. Ya 2. Tidak

Apakah ada anggota keluarga responden tinggal serumah yangmerokok tembakau di dalam rumah?

1. Ya 2. Tidak

III. PEMERIKSAAN FISIK

Berat Badan : kg

Tinggi Badan : cm

Suhu Tubuh : ˚C

III.1. TELINGA

Kanan Kiri

Liang telinga 1. Lapang 2. Sempit

Sekret 1. Ya 2. Tidak

Konsistensi 1. Serosa 2. Mukoid

3. Mukopurulen

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 105: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

87

Universitas Indonesia

Membran timpani 1. Utuh 2. Perforasi

Jika utuh,

Warna membran timpani 1. Merah (red)

2. Biru / abu-abu (blue/grey)

3. Putih keabuan (silver)

Kondisi membran timpani 1. Normal

2. Retraksi ringan

3. Retraksi berat

4. Bulging

5. Gelembung udara

6. Batas cairan-udara

Jika perforasi,

Ukuran 1. Total 2. Subtotal

3. Sentral

Letak 1. Sentral 2. Marginal

Jaringan granulasi 1. Ada 2. Tidak

Kolesteatoma 1. Ada 2. Tidak

Retroaurikular

Sikatriks 1. Ada 2. Tidak

Fistel 1. Ada 2. Tidak

Edema 1. Ada 2. Tidak

Hiperemis 1. Ada 2. Tidak

Nyeri tekan 1. Ada 2. Tidak

Fluktuasi 1. Ada 2. Tidak

III.2. HIDUNG

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 106: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

88

Universitas Indonesia

Kanan Kiri

Kavum nasi 1. Lapang 2. Sempit

Konka 1. Eutrofi 2. Hipertrofi

3. Edema 4. Pucat

5. Hiperemis

Sekret 1. Ada 2. Tidak ada

Septum 1. Lurus 2. Deviasi

Polip 1. Ada 2. Tidak

III.3. TENGGOROK

Faring granuler 1. Ada 2. Tidak

Hiperemis 1.Ya 2. Tidak

Tonsil (ukuran) 1. T1 2. T2

3. T3 4. T4

5. T0

Kripti melebar 1. Ya 2. Tidak

Detritus 1. Ya 2. Tidak

Celah palatum 1. Ada 2. Tidak ada

KESIMPULAN

1. Normal

2. OMA

3. OME

4. OMSK

5. ........

REKOMENDASI :

VERIFIKASI :

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013

Page 107: PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO OTITIS MEDIA AKUT PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351621-SP-Sakina Umar.pdf · Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit telinga yang paling

89

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Kuesioner ISAAC fase III

Prevalensi dan faktor..., Sakina Umar, FK UI, 2013