Download doc - Presus Regina

Transcript
Page 1: Presus Regina

LAPORAN KASUS

DERMATITIS KONTAK IRITAN

Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin

RSUD Ambarawa

Diajukan Kepada:

Pembimbing: dr. Hiendarto Sp.KK

Disusun Oleh:

Regina Lisa Permata

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

PERIODE Maret – April 2016

1

Page 2: Presus Regina

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

ILMU KULIT DAN KELAMIN

Laporan Kasus dengan judul:

DERMATITIS KONTAK IRITAN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Departemen

Ilmu Kulit dan Kelamin

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:

Regina Lisa Permata

Pembimbing:

Dr. Hiendarto, Sp. KK

KATA PENGANTAR

2

Page 3: Presus Regina

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “DERMATITIS

KONTAK IRITAN” ini telah diselesaikan dengan baik. Laporan kasus ini saya susun

untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Bagian Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum

Daerah Ambarawa.

Saya mengucapkan terimakasih kepada pembimbing saya yaitu dr. Hiendarto

Sp.KK yang telah membimbing, memberikan saran untuk referat saya sampai penyusunan

laporan kasus ini selesai dengan baik.

Selanjutnya saya berterimakasih kepada kedua orang tua, teman-teman dan semua

pihak yang mendukung dalam penyelesaian tugas saya.

Semoga laporan kasus ini dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca di

kepaniteraan klinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa dan para

pembaca.

Jakarta, Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1

3

Page 4: Presus Regina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………..2

BAB III LAPORAN KASUS……………………………………………………13

BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………………17

BAB V KESIMPULAN………………………………………………………..19

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….20

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap

pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa

efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.1

Dermatitis kontak adalah reaksi fisiologik yang terjadi pada kulit karena kontak dengan substansi

tertentu, dimana sebagian besar reaksi ini disebabkan oleh iritan kulit dan sisanya disebabkan

oleh alergen yang merangsang reaksi alergi dan suatu respon inflamasi dari kulit terhadap 4

Page 5: Presus Regina

antigen atau iritan yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa malu dan merupakan

kelainan kulit yang paling sering pada para pekerja.1,2,3

Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan inflamasi pada kulit yang bermanifestasi

sebagai eritema, edema ringan dan pecah-pecah. DKI merupakan respon non spesifik kulit

terhadap kerusakan kimia langsung yang melepaskan mediator-mediator inflamasi yang sebagian

besar berasal dari sel epidermis.6 DKI dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan

umur, ras dan jenis kelamin.1 DKI merupakan hasil klinik dari inflamasi yang berasal dari

pelepasan sitokin-sitokin proinflamasi dari sel-sel kulit (prinsipnya kerartinosit), biasanya

sebagai respon terhadap rangsangan kimia. Bentuk klinik yang berbeda-beda bisa terjadi. Tiga

perubahan patofosiologi utama adalah disrupsi sawar kulit, perubahan seluler epidermis dan

pelepasan sitokin. Iritan pada DKI meliputi yang ditemui sehari-hari seperti air, deterjen,

berbagai pelarut, asam, basa, bahan adhesi, cairan bercampur logam dan friksi. Sering bahan-

bahan ini bekerja bersama untuk merusak kulit. Iritan merusak kulit dengan cara memindahkan

minyak dan pelembab dari lapisan terluar, membiarkan iritan masuk lebih dalam dan

menyebabkan kerusakan lebih lanjut dengan memicu inlamasi.7 DKI masih belum banyak

diketahui bila dibandingkan dengan dermatitis kontak alergi (DKA). Kebanyakan artikel tentang

dermatitis kontak konsern pada DKA. Tidak ada uji diagnostik untuk DKI. Diagnosis adalah

berdasarkan ekslusi penyakit kutan lainnya (khususnya DKA) dan pada penampakan klinis

dermatitis pada tempat yang terpapar dengan cukup terhadap iritan yang diketahui.6 Terkadang

penampakan klinis DKI kronik mirip dengan DKA. Beberapa sumber menyatakan DKI kronik

pada telapak tangan dan telapak kaki sulit dibedakan dengan DKA.7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dermatitis Kontak Iritan

DKI merupakan reaksi peradangan kulit non imunologik, dimana kerusakan kulit terjadi

langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan inflamasi

pada kulit yang bermanifestasi sebagai eritema, edema ringan dan pecah-pecah dan merupakan

respon non spesifik kulit terhadap kerusakan kimia langsung yang melepaskan mediator-

mediator inflamasi yang sebagian besar berasal dari sel epidermis.6

5

Page 6: Presus Regina

2.2 Epidemiologi

DKI dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras dan jenis

kelamin. Jumlah penderita DKI diperkirakan cukup banyak terutama yang berhubungan

dengan pekerjaan (DKI akibat kerja), namun dikatakan angkanya secara tepat sulit

diketahui. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyaknya penderita dengan kelainan ringan

tidak datang berobat, atau bahkan tidak mengeluh. Di Amerika, DKI sering terjadi di

pekerjaan yang melibatkan kegiatan mencuci tangan atau paparan berulang kulit terhadap

air, bahan makanan atau iritan lainnya. Pekerjaan yang berisiko tinggi meliputi bersih-

bersih, pelayanan rumah sakit, tukang masak, dan penata rambut. 80% Dermatitis tangan

okupasional karena iritan, lebih sering mengenai tukang bersih-bersih, penata rambut dan

tukang masak. Prevalensi dermatitis tangan karena pekerjaan ditemukan sebesar 55,6% di

ICU dan 69,7% pada pekerja yang sering terpapar (dilaporkan dengan frekuensi mencuci

tangan >35 kali setiap pergantian). Penelitian menyebutkan frekuensi mencuci tangan >35x

tiap pergantian memiliki hubungan kuat dengan dermatitis tangan karena pekerjaan

(OR=4,13). Di Jerman, angka insiden DKI adalah 4,5 setiap 10.000 pekerja, dimana insiden

tertinggi ditemukan pada penata rambut (46,9 kasus per 10.000 pekerja setiap tahunnya),

tukang roti dan tukang masak.6,7

Berdasarkan jenis kelamin, DKI secara signifikan lebih banyak pada perempuan

dibanding laki-laki. Tingginya frekuensi ekzem tangan pada wanita dibanding pria karena

faktor lingkungan, bukan genetik. Berdasarkan usia, DKI bisa muncul pada berbagai usia.

Banyak kasus karena dermatitis ”diaper” (popok) terjadi karena iritan kulit langsung pada

urine dan feses. Seorang yang lebih tua memiliki kulit lebih kering dan tipis yang tidak

toleran terhadap sabun dan pelarut. DKI bisa mengenai siapa saja, yang terpapar iritan

dengan jumlah yang sufisien, tetapi individu dengan dengan riwayat dermatitis atopi lebih

mudah terserang.6,7

2.3 Etiologi

Zat yang menyebabkan DKI akut adalah zat yang cukup iritan untuk menyebabkan

kerusakan kulit bahkan dalam satu pajanan. Mencakup di dalamnya adalah asam pekat, basa

pekat, cairan pelarut kuat, zat oksidator dan reduktor kuat. Sedangkan pada DKI kumulatif

(DKIK) kerusakan terjadi setelah beberapa kali pajanan pada lokasi kulit yang sama , yaitu

terhadap zat – zat iritan lemah seperti : air, deterjen, zat pe;arut lemah, minyak dan pelumas. Zat

– zat ini tidak cukup toksik untuk mneimbulkan kerusakan kulit pada satu kali pajanan,

6

Page 7: Presus Regina

melainkan secara perlahan – lahan hingga pada sutau saat kerusakannya , mampu menimbulkan

inflamsi. Penyebab DKI kumulatif biasanya bersifat multifaktorial.6,9

Faktor – faktor pencetus terjadinya DKIK berhubungan dengan zat iritan, pajanan (waktu

dan frekuensi) lingkungan ( tekanan mekanis, suhu dan kelembaban ) serta bergantung pada

faktor predisposisi yaitu karakteristik individu ( umur, jenis kelamin, etnis, penyakit kulit yang

telah ada, atopi, lokasi anatomis yang terpajan dan profesi).1,2

Faktor zat iritan mencakup sifat fisik dan kimia zat tersebut seperti : ukuran molekul,

ionisasi, polarisasi, PH dan kelarutan. Sedangkan faktor pajanan meliputi konsentrasi , volum,

waktu aplikasi serta durasi pajanan. Umumnya , waktu pajanan yang lama dan volum yang besar

meningkatkan penetrasi. Pengaruh lingkungan , seperti kelembaban yang rendah dan suhu yang

dingin, merupakan faktor penting dalam menurunkan kadar air stratum korneum. Suhu yang

dingin saja dapat menurunkan kelenturan lapisan tanduk, sehingga menyebabkan retaknya

stratum korneum. Oklusi meningkatkan kadar air strtaum korneum sehingga menurunkan fungsi

efisiensi sawarnya.2,6

Hal ini mengakibatkan peningkatkan absorpsi perkutan zat – zat yang larut dalam air.

Penderita atopi rentan terhadap efek iritasi zat iritan. Kandungan zat iritan juga penting dalam

meningkatkan iritasi. Kebanyakan produk pembersih kulit di pasaran dapat menyebabkan efek

iritasi primer jika digunakan berulang –ulang atau berlebihan, akan tetapi jika digunakan sesuai

aturan, kulit normal tidak akan teriritasi.4,6

Kulit normal memiliki PH berkisar sekitar 5,5 meski beberapa penelitiberpendapat bahwa

PH kulit berkisar antara 6 -7. Kisaran PH kulit natara lain ditentukan oleh adanya mantel asam

yaitu lapisan tipis yang ditinggalkan oleh keringat dan bersifat asam. Bakteri anggota mikroflora

kulit memerlukan PH tertentu untuk dapat melaksanakan pertumbuhan optimum. Terdapat

perbedaan PH untuk pertumbuhan setiap jenis bakteri, misalnya S.aureus membutuhkan PH 7,5

untuk pertumbuhannya, sedangkan P.aureus memerlukan PH antara 6 – 6.5. Larutan deterjen

memiliki PH 9,5 dan jika digunakan berulang –ulang selama beberapa hari PH kulit akan naik

menjadi 8. Kondisi kulit yangd emikian tidak menjadi sarana yang baik bagi pertumbuhan

mikroflora yang penting untuk menjaga lapisan matel asam. Saat terpajan dengan iritan yang

sama dengan kondisi yang sama pula,perkembangan tingkat iritasi tiap individu berbeda –beda.

Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan individu meliputi :8,9

Umur dan lokasi

Kerentanan kulit terhadap efek iritasi zat iritan menurun seiriing dengan usia. Hal ini disebabkan

oleh penurunan fungsi sawar.Penelitian menunjukkan bahwa iritabilitas kulit terhadap sodium

lauril sulfat mencapai puncaknya selama masa kanak – kanak dan menurun selama dewasa, 7

Page 8: Presus Regina

mencapai tingkat terendah saat decade keenam.Lokasi dengan rekativitas tertinggi adalah paha,

punggung atas dan lengan bawah.

Ras

Individu berkulit gelap seperti orang Afrikan dan Hispanik, memperlihatkan respon iritasi yang

lebih besar terhadap surfaktan, sodium lauril sulfat, begitu pula terhadap zat kimia dan sinar ultra

violet. Dikatakan bahwa kulit berwarna ( Afrika, Asia, Hispanik ) memiliki fungsi sawar yang

lebih rentan dibandingkan dengan kulit putih.

Jenis Kelamin

Kerentanan kulit terhadap iritasi tidak berbeda antar jenis kelamin. Akan tetapi penelitina

menunjukkan bahwa kulit wanita cenderung lebih mudah terkena iritasi selama periode

prementruasi.

Dermatitis yang telah ada dan dermatitis atopi

Penderita atopi rentan terhadap efek iritasi.Trans-epidermal water loss ( TEWL) lebih tinggi

pada subjek dengan riwayat dermatitis setelah terpajan deterjen. Abnormalitas sawar kulit atopi

dari menurunnya ambang iritasi merupakan faktor penyebab kerentananya terhadap iritasi

Profesi

Deterjen merupakan pembersih kulit yang seting digunakan oleh seluruh pekerja industri , dan

bersifat iritan lemah. Pembersihan kulit yang berlebihan dengan deterjen dapat meneybabkan

DKI kumulatif pada iundividu yang memiliki faktor predisposisi kelompok beresiko ini yaitu

para petugas kebersihan, catering, konstruksi, penata rambut, petugas rumahs akit, pekerja

industri kimia, petugas dry cleaning dan pekerja logam Secara umum, aktivitas wet work mudah

memicu terjadinya DKI.

2.4 Patofisiologi

Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan

melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,

menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air kulit. Kebanyakan bahan

iritan (toksin) merusak membran lemak keratinosit tetapi sebagian dapat menembus

membran sel dan merusak lisosom, mitokondria atau komplemen inti. Kerusakan membran

mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG),

platelet actifating factor (PAF) dan inositida (IP3). AA dirubah menjadi prostaglandin (PG)

dan leukotrin (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas

vaskuler sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT juga

bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mas

melepaskan histamin, LT dan PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat perubahan vaskuler.8

Page 9: Presus Regina

DAG dan second messenger lain mengstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein, misalnya

interleukin-1 (IL-1) dan granulocyt-macrophage colony stimulating factor (GMCSF). IL-1

mengaktifkan sel T-penolong mengeluarkan IL-2 an mengekspresi reseptor IL-2 yang

menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut. Keratinosit juga membuat

molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel- (ICAM-1). Pada kontak dengan iritan,

keratinosit juga melepaskan TNFά, suatu sitokin proinflamasi yang dapat mengaktifasi sel T,

makrofag dan granulosit, menginduksi ekspresi molekul adesi sel dan pelepasan sitokin.

Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik di

tempat terjadinya kontak di kulit berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritan kuat. Bahan

iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan

kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan

kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel dibawahnya oleh iritan.1

DKI akibat pelarut industrii

2.5 Gejala

Kelainanan kulit yang terjadi sangat beragam tergantung dari sifat iritan. Iritan kuat

member gejala akut sedanga iritan yang lemah member gejala kronis. Selain itu banyak

factor juga yang mempengaruhi yaitu factor individu (misalnya ras, usia, lokasi, atopi,

penyakit kulit lain), factor lingkungan ( suhu, kelembapan udara, oklusi). Diagnosis dari DKI

tergantung pada adanya riwayat paparan iritan kutaneus yang mengenai tempat-tempat pada

tubuh. Tes tempel juga digunakan pada kasus yang berat atau persisten untuk menyingkirkan

DKA. Gejala subjektif primer biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut : Riwayat paparan

yang cukup terhadap iritan kulit yaitu onset gejala muncul dalam beberapa menit hingga

beberapa jam pada DKI akut. Pada DKI subakut merupakan ciri iritan tertentu seperti

benzalkonium klorida (ada pada disinfektak) yang mendatangkan reaksi radang 8-24 jam

setelah paparan. Onset dan gejala bisa tertunda beberapa minggu pada DKI kumulatif. Nyeri,

rasa terbakar, rasa tersengat atau tidak nyaman pada fase awal. Gejala subjektif lainnya

meliputi: onset dalam 2 minggu paparan dan adanya keluhan yang sama pada rekan kerja

9

Page 10: Presus Regina

atau anggota keluarga lainnya. DKI okupasional biasanya terjadi pada karyawan baru atau

mereka yang belum belajar untuk melindungi kulitnya dari iritan. Individu dengan dermatitis

atopik (khususnya pada tangan) rentan terhadap DKI tangan.6

Pada pemeriksaan Fisik pada anamnesis mengenai pajanan yang mengenai pasien.

Anamnesis yang dapat mendukung penegakan diagnosis DKI (gejala subyektif) adalah

- Pasien mengklain adanya pajanan yang menyebabkan iritasi kutaneus

- Onset dari gejala terjadi dalam beberapa menit sampai jam untuk DKI akut. DKI lambat

dikarakteristikkan oleh causa pajanannya, seperti benzalkonium klorida (biasanya

terdapat pada cairan disinfektan), dimana reaksi inflamasinya terjadi 8-24 jam setelah

pajanan.

- Onset dari gejala dan tanda dapat tertunda hingga berminggu-minggu ada DKI kumulatif

(DKI Kronis). DKI kumulatif terjadi akibat pajanan berulang dari suatu bahan iritan yang

merusak kulit.

- Penderita merasakan sakit, rasa terbakar, rasa tersengat, dan rasa tidak nyaman akibat

pruritus yang terjadi.6

Kriteria diagnostik primer DKI menurut Rietschel meliputi Makula eritema, hiperkeratosis atau

fisura yang menonjol, kulit epidermis seperti terbakar proses penyembuhan dimulai segera

setelah menghindari paparan bahan iritan, Kriteria objektif minor meliputi: Batas tegas pada

dermatitis, Bukti pengaruh gravitasi seperti efek menetes, Kecenderungan untuk menyebar lebih

rendah dibanding DKA. Tidak ada pemeriksaan spesifik untuk mediagnosis dermatitis kontak

iritan. Ruam kulit biasanya sembuh setelah bahan iritan dihilangkan. Terdapat beberapa tes

yang dapat memberikan indikasi dari substansi yang berpotensi menyebabkan DKI. Tidak ada

spesifik tes yang dapat memperlihatkan efek yang didapatkan dari setiap pasien jika terkena

dengan bahan iritan. Dermatitis kontak iritan dalam beberapa kasus, biasanya merupakan hasil

dari efek berbagai iritans. Tes tempel negatif dan meliputi semua alergen yang mungkin.1,6

Untuk kepentingan pengobatan, berdasarkan perjalanan penyakit dan gejala klinis DKI

dikelompokkan menjadi

DKI akut

Penyebabnya adalah iritan kuat misalnya larutan asma sulfat dan asam hidroklorid atau

basa kuat misalnya natrium dan kalium hidroksida. Reaksi segera timbul. Intensitas

reaksinya seanding dengan konsentrasi dan lamanya kontak dengan iritan, terbatas pada

tempat kontak kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelainan yang terlihat adalah

10

Page 11: Presus Regina

eritema edema, bula, bias juga sampai nekrosis. Pinggir kelainan kulit berbatas tegas

dan pada umunya asimetris.

DKI akut lambat

Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI akut tetapi baru muncul 8 sampai 24 jam

atau lebih setelah kontak. Bahan iritannya yang dapat menyebabkan DKI akut lambat

adalah podofilin, antralin, tretinoin, etilen oksida. Contoh oleh dermatitis yang

disebabkan oleh bulu serangga yang terbang adalah dermatitis venenata. Penderita baru

merasakan pedih pada esok harinya, awalnya terlihat eritema dan sore harinya sudah

menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.

DKI kumulatif

Nama lainnya adalah DKI kronis. Penyebab ialah kontak berulang – ulang dengan iritan

lemah (factor fisis misalnya gesekan, trauma mikro, kelembapan rendah, panas atau

dingin juga bahan misalnya detergen, sabun, pelarut, tanah bahkan juga air). Kelainan

baru nyata setelah kontak berminggu-minggu atau bulan, bahkan bias bertahun – tahun

kemudian, sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan factor penting. Gejalanya

berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal (hyperkeratosis) dan

likenifikasi, difus. Bisa kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka

iris misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan

detergen. Keluhan penderita umumnya rasa gatal atau nyeri karena kulit retak (fisur).

Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema sehingga

diabaikan oleh penderita. Setelah dirasakan mengganggu baru mendapat perhatian. DKI

kumulatif berhubungan dengan pekerjaan maka dari itu banyak ditemukan di tangan

diandingkan dengan di bagian lain tubuh. Contoh pekerjaan yang berisiko tinggi adalah

yaitu tukang cuci, kuli bangunan, montir di bengkel, juru masak, tukang kebun, peñata

rambut.

.Reaksi iritan

Merupakan dermatitis iritan subklinis padaseseorang yang terpajan dengan pekerjaan

basah misalnya piñata rambut dan pekerja logam dalam beberapa bulan pertama

pelatihan. Kelainan kulit monomorf dapat berupa skuama, eritema, vesikel, pustule dan

erosi. Umumnya dapat sembuh sendiri menimbulkan penebalan kulit kadang dapat

berlanjut menjadi DKI kumulatif

DKI traumatik

11

Page 12: Presus Regina

Kelainan kulit berkembang lambat setelah trauma panas atau laserasi. Gejala seperti

dermatitis numularis, penyembuhan lambat paling cepat 6 minggu dan paling sering

terjadi di tangan.

DKI noneritematosa

Merupakan bentuk subklinis DKI ditandai perubahan fungsi sawar stratum korneum

tanpa disertai kelainan klinis. . Pada tingkat awal dari iritasi kulit, kerusakan kulit terjadi

tanpa adanya inflamasi, namun perubahan kulit terlihat secara histologi. Gejala umum

yang dirasakan penderita adalah rasa terbakar, gatal, atau rasa tersengat. Iritasi

suberitematous ini dihubungkan dengan penggunaan produk dengan jumlah surfaktan

yang tinggi.

DKI subyektif

Disebut sebagai DKI sensori, kelainan kulit tidak terlihat namun penderita merasa

seperti tersengat (pedih) atau terbakar (panas) setelah kontak dengan bahan kimia

tertentu misalnya asam laktat. Biasanya terjadi di daerah wajah, kepala dan leher.6

Tabel 2. Perbedaan DKI Akut, Lambat Akut dan Kumulatif 1, 6

12

Page 13: Presus Regina

Gambar 3 : DKI kronis akibat efek korosif dari semen

2.6 Histopatologi

Gambaran histtopatologik DKI tidak karakteristik. Pada DKI akut (oleh iritan primer),

dalam dermis terjadi vasodilatasi dan sebukan sel mononuklear di sekitar pembuluh darah

dermis bagian atas. Eksositosis di epidermis diikuti spongiosis dan edema intrasel dan akhirnya

menjadi nekrosis epidermal. Pada keadaan berat, kerusakan epidermis dapat menimbulkan

vesikel atau bila. Di dalam vesikel atau bula ditemukan limfosit atau neutrofil. Pada DKI kronis

adalah hiperkeratosis dengan area parakeratosis, akantosis dan perpanjangan rete ridges.6

2.7 Diagnosis banding

Diagnosis DKI didasarkan anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran klinis.

DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga penderita pada

umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya DKI kronis timbul lambat

serta mempunyai variasi gambaran klinis yang luas, sehingga kadang sulit dibedakan dengan

DKA. Untuk ini diperlukan uji tempel dengan bahan yang dicurigai. Diagnosis banding yang

diperkirakan adalah :1

a. Dermatitis atopic

Merupakan keadaan radang kulit kronis dan residif, disertai dengan gatal yang

umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak. Sering berhubungan

dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga

penderita. Oleh karena itu, pemeriksaan IgE pada penderita dengan suspek DKI

dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan diagnosis dermatitis atopi.

b. Dermatitis Kontak Alergi

Berbeda dengan DKI, pada DKA, terdapat sensitasi dari pajanan/iritan.

Gambaran lesi secara klinis muncul pada pajanan selanjutnya setelah

interpretasi ulang dari antigen oleh sel T (memori), dan keluhan utama pada

penderita DKA adalah gatal pada daerah yang terkena pajanan.10Pada patch tes,

didapatkan hasil positif untuk alergen yang telah diujikan, dan sensitifitasnya

berkisar antara 70 – 80%.

c. Tinea Pedis

Merupakan penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya

stratum korneun pada epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur

dermatofitosis. Penderita bisa merasa gatal dan kelainan berbatas tegas, terdiri

13

Page 14: Presus Regina

atas macam-macam effloresensi kulit. Bagian tepi lesi lebih aktif (lebih jelas

tanda-tanda peradangan) daripada bagian tengah. Pada tinea pedis, khususnya

bentuk mocassin foot, pada seluruh kaki terlihat kulit menebal, dan bersisik

serta eritema yang ringan terutama di tempat yang terdapat lesi.

2.8 Penatalaksanaan

Upaya pengobatan DKI yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan iritan, baik

yang bersifat mekanik, fisis atau kimiawi serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila

dapat dilakukan dengan sempurna dan tanpa komplikasi, maka tidak perlu pengobatan topikal

dan cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering. Apabila diperlukan untuk

mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid topikal. Pemakaian alat perlindungan yang

adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan sebagai upaya pencegahan.

A. Dermatitis akut

Untuk dermatitis akut, secara lokal diberikan kompres larutan garam fisiologis atau

larutan kalium permanganas 1/10.000 selama 2-3 hari dan setelah mengering diberi krim

yang mengandung hidrokortison 1-2,5%. Secara sistemik diberikan antihistamin untuk

menghilangkan rasa gatal. Bila berat/luas dapat diberikan prednison 30 mg/hari dan bila

sudah ada perbaikan dilakukan tapering. Bila terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotik

dengan dosis 3x500 mg selama 5-7 hari. Glukokortikoid topikal efek topical dari

glukokortikoid pada penderita DKI akut masih kontrofersional karena efek yang

ditimbulkan, namun pada penggunaan yang lama dari corticosteroid dapat menimbulkan

kerusakan kulit pada stratum korneum. Pada pengobatan untuk DKI akut yang berat,

mungkin dianjurkan pemberian prednison pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan

di tappering 10mg.12

B. Dermatitis kronik

Topikal diberikan salep mengandung steroid yang lebih poten seperti hidrokortison yang

mengalami fluorinasi seperti desoksimetason, diflokortolon. Sistemik diberikan antihistamin

(untuk menghilangkan rasa gatal) 12

2.9 Komplikasi 6

a. DKI meningkatkan risiko sensitisasi pengobatan topikal

b. Lesi kulit bisa mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh Stafilokokus aureus

14

Page 15: Presus Regina

c. Neurodermatitis sekunder (liken simpleks kronis) bisa terjadi terutama pada pekerja

yang terpapar iritan di tempat kerjanya atau dengan stres psikologik

d. Hiperpigmentasi atau hipopignemtasi post inflamasi pada area terkena DKI

e. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif, ekskoriasi atau artifak.

2.10 Prognosis

Prognosisnya kurang baik jika bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat

disingkirkan dengan sempurna. Keadaan ini sering terjadi pada DKI kronis yang penyebabnya

multifaktor, juga pada penderita atopi.1,6

BAB III

15

Page 16: Presus Regina

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Sdr. KEL

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 16 tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Alamat : Lodoyong, Ambarawa

Pekerjaan : Sekolah

3.2 ANAMNESIS

Keluhan utama:

Kulit menonjol, gatal dan kemerahan karena tato pake tanco 2 minggu lalu

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhan kulit menonjol serta kemerahan. Pasien mengatakan

mencoba untuk menghapus tatonya sekitar 5 hari yang lalu menggunakan bensin, revanol,

balsam, kayu putih. Setelah dibersihkan, pasien merasakan gatal, perih dan keluar air

sedikit.

Riwayat Pengobatan:

pasien belum mendapatkan pengobatan sebelumnya.

Riwayat Alergi Makanan:

tidak ada

Riwayat Penyakit Terdahulu:

tidak ada

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : baik

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR : 20x/menit

T : 360C

Kepala : Normocephali, deformitas (-), rambut merata16

Page 17: Presus Regina

Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera ikterik (-/-)

THT : Normotia, normosepta, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1

Leher : Kelenjar tiroid dan KGB tidak teraba membesar

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat, thrill tidak teraba.

Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : Bunyi jantung S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru

Inspeksi : Simetris, statis dan dinamis kanan=kiri

Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri

Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Datar

Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal.

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

STATUS DERMATOLOGIS :

Lokasi I: lengan bawah kiri

Efloresensi : tampak plak eritema berbatas tegas, terdapat krusta, berbentuk annular,

unilateral

17

Page 18: Presus Regina

Lokasi II : pergelangan tangan kanan

Efloresensi : eritema, liniar, unilateral

3.4 RESUME

Penderita, laki-laki, 16 tahun, islam, jawa dengan keluhan Kulit menonjol dan kemerahan

karena tato pake tanco 2 minggu lalu. Pasien mengatakan mencoba untuk menghapus

tatonya sekitar 5 hari yang lalu menggunakan bensin, revanol, balsam, kayu putih. Setelah

dibersihkan, pasien merasakan gatal, perih dan keluar air sedikit. Pasien belum mendapatkan

pengobatan sebelumnya. Riwayat Alergi Makanan tidak ada dan riwayat Penyakit

Terdahulu tidak ada

3.5 DIAGNOSIS BANDING

A. Dermatitis Atopik

B. Dermatitis Kontak Iritan

3.6 DIAGNOSIS KERJA

Dermatitis Kontak Iritan

3.7 PENATALAKSANAAN

A. Non medikamentosa

Menghindari factor pencetus

Menghindari untuk di garuk18

Page 19: Presus Regina

B. Medikamentosa

R/ Kloderma cr No X

Salticin cr No V

Mf zalf da in pot no I

S u e (pagi – malam)

Tiriz tab 1x1 sore no XII

Cefadroxil caps 500 mg no XX 2 x 1

Glisodin caps 1 x 1 siang no X

3.8 PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Bonam

Quo ad sanationam : Bonam

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan kulit yang menonjol merasakan

adanya gatal dan kemerahan karena memakai tato dengan menggunakan tanco 2 minggu lalu.

Pasien mengatakan mencoba untuk menghapus tatonya sekitar 5 hari yang lalu menggunakan

bensin, revanol, balsam, kayu putih. Setelah dibersihkan, pasien merasakan gatal, perih dan keluar

air sedikit ini merupakan kearah dermatitis kontak iritan akut dikarenakan pasien telah terpajan

oleh bahan iritan yang panas sedangkan penggunaan tanco dengan dibersihkan oleh bahan-bahan 19

Page 20: Presus Regina

tersebut dengan timbul beberapa menit setelah terpajan dan iritan tersebut akan menjadi suatu

iritasi sendiri karena bahan-bahan tersebut bersifat panas.

Dari status dermatologis didapatkan tampak plak eritema berbatas tegas, terdapat krusta,

berbentuk annular, unilateral menandakan bila pasien ini sudah terpajan oleh iritan kuat di

karenakan adanya eritema, pinggir lesi berbatas tegas tidak menyebar kearah yang luas, gatal,

pedih, rasa terbakar serta di pergelangan tangan kanan berupa eritema, liniar, unilateral. Ini

semua merupakan tanda-tanda dari dermatitis kontak iritan yang di karenakan oleh iritan yang

kuat.

Diagnosis banding untuk kasus ini adalah dermatitis kontak iritan karena pasien terpajan

oleh bahan iritan, dermatitis kontak alergi karena terdapat gatal, kemerahan dan dermatitis atopic

terdapat kemerahan,

Setelah dari anamnesis dan pemeriksaan pada akhirnya diagnose kerja ditegakkan adalah

dermatitis kontak iritan dikarenakan pasien ini telah terpajan oleh bahan iritan dan langsung

timbul gejala, tidak adanya riwayat alergi, pada pemeriksaan fisik juga di temukan lesi berbatas

tegas tidak menyebar ke tempat yang lain hanya pada yang terpajan saja,terdapat krusta (vesikel

yang pecah). DKA dapat di hilangkan dari pada pasien ini tidak ada riwayat alergi berarti tidak

ada proses sensitisasi terlebih dahulu, lesinya tidah generalisata (menyebar) dan pasien

mengalami rasa pedih,dan rasa terbakar ini merupakan cirri ke DKI. Dermatitis atopic dapat di

hilangkan karena pasien berumur 16 tahun yang bukan epidemiologi dari atopic karena atopic

itu terjadi 95% pada anak 5 tahun pertama.

Untuk kali ini pasien diberikan racikan salep yang berisi klobetasol propionate yaitu obat

golongan kortikostroid topikal yang berguna untuk menghilangkan inflamasi yang di alami oleh

pasien dan salep gentamicin berupa obat antibiotik berguna untuk mengobati infeksi sekunder

dari pasien diberikannya pagi – malam. Pasien diberikan tirizin untuk menghindari gatal-gatal

serta diberikan cefadroxil yaitu berupa antibiotik untuk mengobati infeksi dari dalam dan

glisodin adalah suplemen antioksidan yang berguna untuk proses degenerasi kulit agar

penyembuhannya lebih cepat .

Prognosis pada pasien ini adalah baik bila pasien menghindari faktor pencetus seperti

bahan-bahan iritan, tidak menggaruk bila merasakan gatal dan rutin untuk mengkonsumsi obat-

obatannya.

20

Page 21: Presus Regina

BAB V

KESIMPULAN

Pasien datang dengan keluhan kulit menonjol, gatal serta kemerahan karena memakai

tato menggunakan tanco 2 minggu lalu. Pasien mengatakan mencoba untuk menghapus

tatonya sekitar 5 hari yang lalu menggunakan bensin, revanol, balsam, kayu putih. Setelah

dibersihkan, pasien merasakan gatal, perih dan keluar air sedikit. Pasien belum berobat, ini

merupakan penyakit pertama kali pasien dan dari keluarga pasien tidak pernah mengalami

hal serupa.

Status Dermatologis :

Lokasi I: lengan bawah kiri

Efloresensi : tampak plak eritema berbatas tegas, terdapat krusta, berbentuk annular,

unilateral

21

Page 22: Presus Regina

Lokasi II : pergelangan tangan kanan

Efloresensi : eritema, liniar, unilateral

Dari gejala didapatkan 2 diagnostik menurut Rietschel dan kriteria objektifnya maka

pasien di diagnostic dermatitis kontak iritan dan diberi terapi klobetasol propionate untuk

menghilangkan inflamasinya, diberikan gentamisin untuk menghindari infeksi sekunder,

diberikan antihistamin untuk gatal-gatal, cefadroxil antibiotic oral untuk menghindari

infeksi sekunder dan glisodin untuk degenerasi kulit. Pasien juga diedukasi untuk

menghindari factor pencetus dan tidak menggaruk pada saat gatal untuk membantu proses

penyembuhan.

Daftar Pustaka

1. Pelle MT. Rosacea. In Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Faller A, Leffell

D, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York:

McGraw-Hill; 2008. p. 703–9.

2. Prof. Dr. dr. Adhi Djuanda. Ilmu Kulit & Kelamin . Edisi 5. Jakarta : FKUI. 2007. Hal

260-262

3. Wilkin J, Dahl M, Detmar M, Drake L, Liang MH, Odom R, et al. Standard

Grading System for Rosacea: Report of the National Rosacea Society Expert

Committee on the classification and staging of rosacea. J Am Acad Dermatol 2004;

50: 907–12

4. Fimmel S, Naser MBA, Kutzner H: New aspects of the pathogenesis of Rosacea.

Drug discovery today: Dis Mech 2008; 5: 103–11

5. Grawford GH, Pelle M T, James WD: Rosacea:22

Page 23: Presus Regina

6. . Etiology, pathogenesis, and suntype classification. J Am Acad Dermatol 2004; 9:

327–41.

7. Webster GF. Rosacea. Med Clin N Am 2009; 93:1183–94.

8. Blount BW, Pelletier AL. Rosacea: A common, yet commonly overlooked,

condition. Ame Fam Phys 2002; 66: 435–40.

9. Knox C: Rosacea: A review of the a common disorder.

10. The Int J of Acad Phys Assist 2006: 4.

11. Romagnolo SC, Benedetto AV. Rosacea in a new light. Skin Med 2005; 1: 47–8.

12. Millikan L. The proposed inflammatory pathophysiology of rosacea: Implication for

treatment. Skin Med 2003;2: 43–7.

13. Johnson RA, Wolff K, Polano MK, Suurmond D. Color Atlas and Synopsis of Clinical

Dermatology: Common and Serious Diseases. 3rd ed. New York: McGraw-Hill;1997.

14. Gawkrodger DJ. Dermatology an illustrated Colour Text. 3rd ed. Oxford: Elsevier

Health Sciences; 2002

23

Page 24: Presus Regina

24

Page 25: Presus Regina

25