Transcript
Page 1: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

BAB I

ILUSTRASI KASUS

I.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : An. ABP

Usia : 3 tahun 10 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Kebangsaan : Indonesia

Suku bangsa : Batak

Agama : Protestan

Alamat : Jl. Perintis Jakarta timur

I.2 IDENTITAS ORANG TUA

AYAH IBU

Nama Tn. I Ny. T

Usia 35 tahun 30 tahun

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

Suku bangsa Batak Batak

Agama Protestan Protestan

Pendidikan S1 D3

Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga

Alamat Jl. Perintis Jaktim Jl. Perintis Jaktim

Hubungan pasien dengan orang tua adalah anak kandung.

1

Page 2: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

I.3 ANAMNESIS

Didapatkan keterangan secara allo anamnesis melalui orang tua pasien :

Hari dan tanggal : 3 Agustus 2012

Tempat : Bangsal Anggrek 2

Keluhan utama : Buang air besar cair sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

Keluhan tambahan : Muntah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat penyakit sekarang:

Pasien mengalami buang air besar cair sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

Frekuensi buang air besar cair 7-8x/hari, berwarna kuning, menyemprot, berbau asam,

lendir -, darah -, air > ampas. Pasien mengalami demam naik turun sejak 2 hari sebelum

masuk rumah sakit, demam turun setelah diberi obat penurun panas namun kemudian

naik lagi, suhu tidak diukur, demam dirasakan tidak terus menerus. 1 hari sebelum masuk

rumah sakit pasien juga mengalami mual dan muntah, muntah 2x/hari berisi air dan

makanan. Nafsu makan pasien menurun sejak 2 hari SMRS, pasien masih mau minum

susu namun makan hanya sedikit. Kedua orang tua pasien kemudian membawa pasien

berobat ke dokter terdekat dengan rumahnya. Pasien diberikan obat oleh dokter tersebut

yaitu proris, antibiotik dan domperidone. Setelah berobat namun keluhan pasien tidak

kunjung membaik. Lalu orang tua pasien membawanya ke IGD RS Polri untuk berobat

dan dinyatakan oleh dokter jaga IGD, untuk dirawat inap.

Riwayat penyakit dahulu:

Penyakit Keterangan Penyakit Keterangan

Faringitis / tonsillitis (-) Enteritis (-)

Pneumonia (-) Desentri basiler (-)

Bronchitis (-) Desenteri amuba (-)

Morbili (-) Tifoid (-)

Kejang (-) Cacing (-)

2

Page 3: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Varicela (-) Operasi (-)

Difteri (-) Polio (-)

Malaria (-) Reaksi Obat (-)

Riwayat kehamilan ibu

Riwayat antenatal : Ibu teratur memeriksakan kandungan ke dokter setiap

bulan

Penyakit selama kehamilan : Selama mengandung, ibu pasen tidak pernah sakit.

Obat yang dikonsumsi : Ibu pasien mengaku mengkonsumsi vitamin dan

obat penambah darah sebanyak 1 kali sehari.

Riwayat kelahiran

Tempat kelahiran Rumah bersalin

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinan Persalinan spontan pervaginam

Masa gestasi 37 minggu

Keadaan bayi

-Berat badan lahir

-Panjang badan lahir

3375 gr

50 cm

Riwayat postnatal

Pemeriksaan oleh : dokter

Keadaan anak : sehat

Riwayat perkembangan:

Pertumbuhan gigi pertama : usia 5 bulan

Perkembangan psikomotor pasien

Senyum : Ibu pasien tidak ingat

3

Page 4: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Miring : Ibu pasien tidak ingat

Tengkurap : usia 3 bulan

Duduk : usia 7 bulan

Merangkak : usia 9 bulan

Berdiri : usia 11 bulan

Berjalan : usia 12 bulan

Kesan : status perkembangan pasien sesuai usia

Riwayat makanan

Usia ASI / PASI Buah / biscuit Makanan padat

dan lauk

0 – 2 bulan ASI - -

2 – 4 bulan ASI - -

4 – 6 bulan ASI Buah -

6 – 8 bulan ASI + PASI Biskuit, buah -

8 – 10 bulan PASI Biskuit, buah -

10 – 12 bulan PASI Biskuit, buah +

Riwayat imunisasi

Vaksin Dasar Ulangan

BCG 1x -

Hepatitis B 3x -

DPT 4x -

Polio 4x -

Campak 1x -

Riwayat keluarga

4

Page 5: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Pernikahan orang tua

Ayah Ibu

Perkawinan ke 1 1

Usia saat menikah 31 tahun 26 tahun

Keadaan kesehatan Sehat sehat

Corak reproduksi

Anak ke Tahun Jenis

persalinan

Usia Jenis

kelamin

Berat badan

lahir

1 2009 PPspt 3 tahun 6

bulan

Perempuan 3375 gram

Riwayat penyakit dalam keluarga

Ayah : saat ini ayah pasien dalam keadaan sehat.

Ibu : saat ini ibu pasien dalam keadaan sehat.

Riwayat penyakit anggota keluarga

Anggota keluarga : -

Sekitar rumah : tidak ditemukan warga yang memiliki penyakit yang berarti

Data perumahan

Rumah berukuran 12 x 12 m bertingkat satu dihuni oleh kedua orang tua pasien,

pasien dan kakek nenek. Terdiri dari 3 buah kamar tidur berukuran 3 x 4 meter satu

dapur, satu ruang tamu, dan dua kamar mandi. Kamar tidur orang tua dan pasien terletak

di bagian depan, dengan 1 buah jendela berukuran 1 x 1 meter menghadap ke halaman

rumah ditutup dengan kasa nyamuk berukuran 1x1 meter. Kamar kakek nenek terletak di

5

Page 6: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

bagian tengah dengan 1 buah jendela berukuran 1 x 1 meter ditutup dengan kasa nyamuk

berukuran 1 x1 meter.

Di ruang tamu dan dapur masing-masing terdapat 1 jendela berukuran 1 x1 meter

dengan kasa nyamuk. Di kamar mandi terdapat ventilasi berukuran 50 x 30 cm. Di dalam

kamar mandi terdapat kloset jongkok dan bak mandi yang dikuras setiap 3 kali sehari

dengan cara disikat.

Atap rumah terbuat dari asbes dan lantai dilapisi keramik. Rumah disapu dan

dipel dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Air yang digunakan untuk minum dan

masak adalah air isi ulang. Air yang digunakan untuk mandi dan mencuci adalah air

sumur yang cukup bersih. Jarak antara sumber air dengan septic tank ± 8 meter

I.4 Pemeriksaan fisik

Tanggal : 3 Agustus 2012

Jam : 22.00 WIB

Pemeriksaan umum

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda-tanda vital

Laju nadi : 110 x / menit

Laju pernafasan : 18 x/ menit

Suhu : 36,5 0C

Data antropometri

Berat badan : 23 kg

Tinggi badan : 102 cm

6

Page 7: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Pemeriksaan darah tepi 3 agustus 2012

Pemeriksaan Hasil

3/8/2012

Nilai Normal

Hemoglobin 14.2 g/dl L : 13 - 16 P : 12 - 14

Leukosit 20.900 /ul 5.000 - 10.000

Hematokrit 41 % L : 40 - 48 P : 37 - 43

Trombosit 626.000/ ul 150.000 - 450.000

Natrium 143 135 - 145 mmol/L

Kalium 5.3 3.8 - 5.0 mmol/L

Chlorida 108 98 - 106 mmol/L

Pemeriksaan Urin 4 Agustus 2012

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Warna Kuning

Kejernihan Keruh

Reaksi / pH 6.0 5 – 8,5

7

Page 8: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Berat jenis 1.020 1.000 – 1.030

Protein - Negatif

Bilirubin - Negatif

Glukosa - Negatif

Keton - Negatif

Darah / Hb - Negatif

Nitrit - Negatif

Urobilinogen 0.1 0.1 - 1.0 IU

Leukosit + Negatif

Sedimen:

Leukosit

Banyak / LPB

Sedimen :

Eritrosit

1-2 / LPB

Sedimen : Sel

epitel

+

Sedimen : Kristal -

Sedimen : - / LPK

8

Page 9: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Silinder

Lain - lain :

Bakteri

+

Pemeriksaan faeces 4 agustus 2012

Pemeriksaan Hasil

Warna Kuning

Konsistensi Lunak

Lendir +

Leukosit 3 - 5

Eritrosit 1 - 2

Amoeba -

Telur cacing -

Lain - lain -

Pemeriksaan hematologi 6 agustus 2012

9

Page 10: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 11.3 g/dl L : 13 - 16 P : 12 - 14

Leukosit 7400 / ul 5.000 - 10.000

Hematokrit 35 % L : 40 - 48 P : 37 - 43

Trombosit 369.000 / ul 150.000 - 450.000

Hitung Jenis Leukosit

Basofil 1 0 - 1 %

Eosinofil - 1 - 3 %

Batang - 2 - 6 %

Segmen 53 50 - 70 %

Limfosit 42 20 - 40 %

Monosit 4 2 - 8 %

LED Kurang darah < 20 mm/jam

Eritrosit 4.13

Pemeriksaan urinalisa 7 agustus 2012

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Warna Kuning

Kejernihan Jernih

Reaksi / pH 7.0 5 – 8,5

Berat jenis 1.010 1.000 – 1.030

Protein - Negatif

Bilirubin - Negatif

10

Page 11: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Glukosa - Negatif

Keton + Negatif

Darah / Hb - Negatif

Nitrit - Negatif

Urobilinogen 0.1 0.1 - 1.0 IU

Leukosit - Negatif

Sedimen:

Leukosit

1 - 2 / LPB

Sedimen :

Eritrosit

0 - 1 / LPB

Sedimen : Sel

epitel

+

Sedimen : Kristal -

Sedimen :

Silinder

- / LPK

Lain - lain -

Pemeriksaan fungsi ginjal 8 agustus 2012

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

11

Page 12: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Ureum 13 10 - 50 mg/dl

Kreatinin 0.3 0.5 - 1.3 mg/dl

I.5 Diagnosis kerja

Diare Akut dehidrasi ringan-sedang, suspect infeksi saluran kemih

I.6 Tata laksana

IVFD Kaen 3B 20 tpm

Injeksi ceftriaxone 2 x 500 mg

Injeksi actacef 2 x 500 mg

Paracetamol syrup 3 x 10 ml

Domperidone syrup 2 x 5 ml

Zinkid syrup 2 x 5 ml

Lacto B 3 x 1 sachet

Bicarbonat 3 x 15 mg

I.7 Prognosis:

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

I.8 Follow up harian

3 agustus 2012 4 agustus 2012 5 agustus 2012 6 agustus 2012

12

Page 13: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

S Buang air besar cair

2x/hari, warna

kuning. ,menyemprot

, berbau asam, air >

ampas +, Mual -,

muntah -.

Buang air besar

cair 2x/hari, warna

kuning. ,menyempr

ot, berbau asam, air

> ampas +, Mual -,

muntah -.

Buang air besar

cair 1x/hari, warna

kuning. ,menyempr

ot, berbau asam, air

< ampas +, Mual -,

muntah -.

Buang air besar cair

1x/hari, warna

kuning. ,menyempro

t, berbau asam, air <

ampas +, Mual -,

muntah -.

O Nadi: 100x/menit

Laju nafas:

25x/menit

Suhu: 36,50C

Nadi: 120x/menit

Laju nafas:

28x/menit

Suhu: 380C

Nadi: 120x/menit

Laju nafas:

26x/menit

Suhu: 370C

Nadi: 100x/menit

Laju nafas:

24x/menit

Suhu: 36,50C

A Diare akut dehidrasi

ringan-sedang

Diare akut

dehidrasi ringan-

sedang dengan

perbaikan

Diare akut

dehidrasi ringan-

sedang dengan

perbaikan

Diare akut dehidrasi

ringan-sedang

dengan perbaikan

P - IVFD K3B

→ 20 tpm

- Inj.

Ceftriaxon

2x500 mg

- Lacto B 3x1

sachet

- Zinkid syr

2x1 cth

- Domperidone

syr 2x1 cth

- Paracetamol

syr 3x1 cth

- IVFD K3B

→ 20 tpm

- Inj.

Ceftriaxon

2x500 mg

- Lacto B 3x1

sachet

- Zinkid syr

2x1 cth

- Domperido

ne syr 2x1

cth

- Paracetamol

syr 3x1 cth

- IVFD K3B

→ 20 tpm

- Inj.

Ceftriaxon

2x500 mg

- Lacto B 3x1

sachet

- Zinkid syr

2x1 cth

- Paracetamol

syr 3x1 cth

(k/p)

-

- IVFD K3B

→ 20 tpm

- Inj.

Ceftriaxon

2x500 mg

- Lacto B 3x1

sachet

- Zinkid syr

2x1 cth

- Paracetamol

syr 3x1 cth

- (k/p)

13

Page 14: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

7 agustus 2012 8 agustus 2012

S Buang air besar cair 1x/hari, warna

kuning. ,menyemprot, berbau asam, air < ampas

+, Mual -, muntah -.

Demam

O Nadi: 104x/menit

Laju nafas: 24x/menit

Suhu: 360C

Nadi: 120x/menit

Laju nafas: 24x/menit

Suhu: 380C

A Diare akut dehidrasi ringan-sedang dengan

perbaikan

Diare akut dehidrasi ringan-sedang

dengan perbaikan, suspect infeksi

saluran kencing

P - IVFD K3B → 20 tpm

- Inj. Actacef 2x500 mg

- Lacto B 3x1 sachet

- Zinkid syr 2x1 cth

- Paracetamol syr 3x1 cth (k/p)

- IVFD K3B → 20 tpm

- Inj. Actacef 2x500 mg

- Lacto B 3x1 sachet

- Zinkid syr 2x1 cth

- Paracetamol syr 3x1 cth (k/p)

- Bicnat 3 x 1 mg

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

14

Page 15: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

A. Definisi

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi

lebih dari biasanya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),

dengan atau tanpa darah dan atau lendir.3

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,

disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang

berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang

air besar lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih

bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut

tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum

sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif

definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau

konsistesinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya.

Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi

konsistesinya cair, keadaaan ini sudah dapat disebut diare.1, 4

B. Cara penularan dan faktor resiko

Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal oral yaitu melalui makanan

atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan

penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung

melalui lalat. (4F= field, flies, fingers, fluid).1

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain tidak

memberikan ASI secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak

memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana

kebersihan atau MCK, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan

penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain

hal-hal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan

untuk dijangkiti diare antara lain gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman

15

Page 16: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

lambung, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan

faktor genetik. 1

1. Faktor umur

Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi

tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan

pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar

antibodi ibu, berkurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang

mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia

atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen

merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang

berulang yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak

yang lebih besar dan pada orang dewasa.1

2. Infeksi asimtomatik

Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini

meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. pada

infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja

penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang

dengan infeksi yang asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak

enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak

menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.1

3. Faktor musim

Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. di daerah tropis,

diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare

karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Didaerah

tropis (termasuk Indonesia) diare yang disebabkan rotavirus dapat terjadi

sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare

karena bakteri terus meningkat pada musim hujan.1

4. Epidemi dan pendemi

Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemik dan

pandemik yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada 16

Page 17: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

semua golongan usia. Sejak tahun 1961, cholera yang disebabkan oleh v. cholera

0.1 biotipe eltor telah menyebar ke negara-negara di Afrika, Amerika Latin, Asia,

Timur Tengah, dan beberapa daerah di Amerika Utara dan Eropa. Dalam kurun

waktu yang sama Shigella dysentriae 1 menjadi penyebab wabah yang besar di

Amerika Tengah dan terakhir di Afrika Tengah dan Asia Selatan. Pada tahun

1992 dikenal strain baru Vibrio cholera 0139 yang menyebabkan epidemik di

Asia dan lebih dari 11 negara mengalami wabah.1

C. Mekanisme daya tahan tubuh

Infeksi virus atau bakteri tidak selamanya akan menyebabkan terjadinya diare

karena tubuh mempunyai mekanisme daya tahan tubuh. Usus adalah organ utama yang

berfungsi sebagai baris terdepan terhadap invasi dari berbagai bahan yang berbahaya

yang masuk ke dalam lumen usus. Bahan-bahan ini antara lain mikroorganisme, antigen

toksin, dan lain-lain. Jika bahan-bahan ini dapat menembus barier mekanisme daya tahan

tubuh dan masuk kedalam sirkulasi sistemis, terjadilah bermacam-macam reaksi seperti

infeksi, alergi atau keadaan autoimunitas.3

1. Daya pertahanan tubuh nonimunologi3

a. Flora usus

Bakteri yang terdapat dalam usus normal (flora usus normal), dapat

mencegah pertumbuhan yang berlebihan dari kuman patogen yang secara

potensial dapat menyebabkan penyakit. Setelah lahir, usus sudah dihuni oleh

bermacam-macam mikroorganisme yang merupakan flora usus normal.

Penggunaan antibiotika dalam jangka panjang dapat mengganggu keseimbangan

flora usus, menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari kuman-kuman non

patogen yang mungkin juga telah resisten terhadap antibiotika.

Pertumbuhan kuman patogen dalam usus akan dihambat karena adanya

persaingan dengan flora usus normal. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi

terhadap substrat yang mempengaruhi pertumbuhan kuman yang optimal (pH

menurun, daya oksidasi reduksi menurun, dan sebagainya) atau karena

terbentuknya zat anti bakteri terhadap kuman patogen yang disebut colicines.

b. Sekresi usus

17

Page 18: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Mucin (Glikoprotein dalam usus) dan kelenjar ludah penting untuk

mencegah perlekatan kuman-kuman Streptococcus, Staphylococcus, Lactobacilus

pada mukosa mulut sehingga pertumbuhan kuman tersebut dapat dihambat dan

dengan sendirinya mengurangi jumlah mikrooganisme yang masuk ke dalam

lambung. Mucin serupa terdapat pula dalam mucus yang dikeluarkan oleh sel

epitel usus atau disekresi oleh usus secara kompetitif mencegah melekatnya dan

berkembang biaknya mikroorganisme di epitel usus. Selain itu mucin juga dapat

mencegah penetrasi zat-zat toksik seperti alergen, enterotoksin dan lain-lain.

c. Pertahanan lambung

Asam lambung dan pepsin mempunyai peranan penting sebagai penahan

masuknya mikroorganisme, toksin dan antigen ke dalam usus.

d. Gerak peristaltik

Gerak peristaltik merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha

mencegah perkembangbiakan bakteri dalam usus. Dan juga ikut mempercepat

pengeluaran bakteri bersama tinja. Hal ini terlihat bila karena sesuatu sebab gerak

peristaltis terganggu (operasi, penyakit, kelainan bawaan dan sebagainya),

sehingga menimbulkan stagnasi isi usus.

e. Filtrasi hepar

Hepar, terutama sel kupfer dapat bertindak sebgaai filtrasi terhadap bahan-

bahan yang berbahaya. Yang diabsorbsi oleh usus dan mencegah bahan-bahan

yang berbahaya tadi masuk kedalam sirkulasi sistemik.

f. Lain-lain

- lisosim (mempunyai daya bakteriostatik)

- garam-garam empedu membantu mencegah perkembangbiakan kuman

- Natural antibodi : menghambat perkembangan beberapa bakteri pathogen,

tetapi tidak mengganggu pertumbuhan flora usus normal. Natural antibody ini

mungkin merupakan hasil dari reaksi cross imunity terhadap antigen yang

sama yang terdapat pula pada beberapa mikroorganisme.

2. Pertahanan imunologik lokal3

18

Page 19: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Saluran pencernaan dilengkapi dengan sistem imunologik yang terdapat penetrasi

antigen ke dalam epitel usus. Limfosit dan sel plasama terdapat dalam jumlah yang

berlebihan dalam usus, baik sebagai bagian dari plaque peyeri di ileum dan apendiks

maupun tersebar secara difus di dalam lamina propria usus kecil dan usus besar.

Reaksi imunologik lokal ini tidak tergantung dari sistem imunologik sistemik. Reaksi

ini terjadi karena rangsangan antigen dari permukaan epitel usus. Yang termasuk

dalam pertahanan imunologik lokal adalah:

a. Secretory Immunoglobulin A (SIgA)

IgA diketahui terbanyak terdapat pada sekresi eksternal sedangkan IgG dalam

cairan tubuh internal. Strukur SIgA berlainan dengan antibodi yang terdapat

dalam serum, berbentuk dimer dari IgA yang diikat oleh rantai polipeptida. Dimer

IgA ini dibuat dalam sel plasma yang terdapat dibawah permukaan epitel usus

yang kemudian akan diikat lagi oleh suatu glikoprotein yang dinamakan sekretori

komponen (SC). Dengan ikatan yang terakhir SIgA akan lebih tahan terhadap

pengrusakan oleh enzim proteolitik (tripsin dan kemotripsin) yang terdapat dalam

usus. Bagaimana proses proteksi dari SigA ini yang sesungguhnya belum jelas,

walaupun ada yang menyatakan bahwa SIgA yang terdapat dalam lapisan mukosa

usus halus dapat mencegah melekatnya mikroorganisme dan antigen pada epitel

usus sehingga bakteri tidak dapat berkembangbiak. Sejumlah SIgA terdapat pula

pada kolostrum. Hal ini sangat penting sebagai proteksi terhadap usus bayi yang

baru lahir.

b. Cell Mediated Immunity (CMI)

Dikemukakan bahwa peranan limfosit dalam CMI terletak pada plaque peyeri di

ileum. walaupun demikian peranan CMI dalam proteksi usus masih dalam taraf

penelitian.

c. Imunoglobulin lain

IgG terdapat dalam jumlah kecil dalam usus dan mudah rusak dalam lumen usus.

Hanya bila mukosa usus mengalami peradangan IgG bersama-sama dengan sel

plasma terdapat dalam jumlah cukup banyak di usus dan merupakan proteksi

19

Page 20: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

temporer terhadap kerusakan usus lebih lanjut. IgM dapat menggantikan fungsi

IgA bila karena suatu sebab terjadi defisiensi IgA. IgE tidak jelas peranannya

dalam proteksi usus.

D. Anatomi dan fisiologi

1) Usus halus

Memanjang dari pylorus hingga caecum. pada neonatus memiliki panjang 275 cm

dan tumbuh mencapai 5 sampai 6 meter pada dewasa. Epitel usus halus tersusun atas

lapisan tunggal sel kolumnar disebut juga enterosit. Permukaan epitel ini menjadi 300

kali lebih luas dengan adanya villus dan kripta. Villus berbeda dalam bentuk dan densitas

pada masing-masing regio usus halus. Di duodenum villus tersebut lebih pendek, lebih

lebar, dan lebih sedikit, meyerupai bentuk jari dan lebih tinggi pada jejunum, serta

menjadi lebih kecil dan lebih meruncing di ileum. Densitas terbesar didapatkan di

jejunum. Diantara villus tersebut terdapat kripta (Lieberkuhn) yang merupakan tempat

proliferasi enterosit dan pembaharuan epitel. terdapat perbedaan tight junction antara

jejunum dan ileum, tight junction ini berperan penting dalam regulasi permeabilitas epitel

dengan melakukan kontrol terhadap aliran air dan solute paraseluler. Terdapat berbagai

macam jenis sel dengan fungsinya masing-masing yaitu: 1

Sel Goblet

Merupakan sel penghasil mucus yag terpolarisasi. Mukus yang disekresi sel

goblet menghampar diatas glikokaliks berupa lapisan yang kontinu, membentuk

barier fisikokimia, memberi perlindungan pada epitel permukaan. Mucus ini

paling banyak didapatkan pada gaster dan duodenum

Sel Kripta

Sel kripta yang tidak berdiferensiasi merupakan tipe sel yang paling banyak

terdapat di sel kripta Lieberkuhn. Merupakan prekursor sel penyerap villus, sel

paneth, sel enteroendokrine, sel goblet dan mungkin juga sel M. Sel kripta yang

tidak berdiferensiasi ini mensistesis dan mengekspresikan komponen sekretori

pada membrane basolateral, dimana molekul ini bertindak sebagai reseptor untuk

sintesis IgA oleh lamina propria sel plasma.

20

Page 21: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Sel Paneth

Terdapat di basis kripta. memiliki granula eosinophilic sitoplasma dan basofil.

Granula lisosom dan zymogen didapatkan juga pada sitoplasma, meskipun fungsi

sekretori sel panet belum diketahui, diduga membunuh bakteri dengan lisosom

dan immunoglobulin intrasel, menjaga keseimbangan flora normal usus.

Sel Enteroendokrin

Merupakan sekumpulan sel khusus neuroskretori, sel enteroendokrin terdapat di

mukosa saluran cerna, melapisi kelenjar gaster, villus, dan kripta usus. Sel

enteroendokrine mensekresi neuropeptide seperti gastrin, sekretin, motilin,

neurotensin, glucagon, enteroglukagon, VIP, GIP, neurotensin, cholesistokinin

dan somatostatin.

Sel M merupakan sel epitel khusus yang melapisi folikel limfoid.

Penyerapan air dan elektrolit pada usus halus terjadi melalui 2 cara : 5

a. Transport aktif : penyerapan Na+ dan glukosa secara aktif dilaksanakan oleh enterosit

yang terdapat pada mukosa usus halus. Enterosit menyerap 1 molekul glukosa dan

Na+, dan bersama-sama dengan absorbsi glukosa dan Na+ ini secara aktif juga

terabsorbsi air. Glukosa masuk ke dalam ruang interseluler atau subseluler, kemudian

masuk peredaran darah. Na+ masuk ke dalam sirkulasi berdasarkan proses enzimatik

Na-K-ATPase yang terdapat pada basal dan lateral enterosit. Proses ini dikenal

dengan istilah pompa Na (sodium pump). Dengan masuknya Na+ secara aktif ke

dalam peredaran darah, tekanan osmotik meningkat dan memperbanyak terjadinya

penyerapan air.

b. Transport Pasif : terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmotik. Setelah Na+

masuk ke dalam sirkulasi melalui mekanisme pompa Na, tekanan osmotik plasma

meningkat dan akan menarik air, glukosa dan elektrolit secara pasif.

E. Etiologi

Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium telah dapat

diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan

21

Page 22: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah

golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi

adalah non-inflamatory dan inflammatory.1

Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi

enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh

parasit, perlekatan atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare

biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau

memproduksi sitotoksin.1,6

GOLONGAN BAKTERI GOLONGAN VIRUS GOLONGAN PARASIT

Aeromonas Astrovirus Balantidiom coli

Bacillus cereus Calcivirus (Norovirus, Sapovirus) Blastocystis homonis

Canpilobacter jejuni Enteric adenovirus Crytosporidium parvum

Clostridium perfringens Corona virus Entamoeba histolytica

Clostridium defficile Rotavirus Giardia lamblia

Eschercia coli Norwalk virus Isospora belli

Plesiomonas shigeloides Herpes simplek virus Strongyloides stercoralis

Salmonella Cytomegalovirus Trichuris trichiura

Shigella

Staphylococcus aureus

Vibrio cholera

Vibrio parahaemolyticus

Yersinia enterocolitica

Tabel 1. Penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia

22

Page 23: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anak usia <5 tahun

Tabel 3. Tabel Enteropatogen patogen penyebab diare yang tersering berdasarkan

umur 7

Disamping itu penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare pada

anak antara lain:

Kesulitan makan Neoplasma

Neuroblastoma

Phaeochromocytoma

Sindroma Zollinger Ellison

Defek anatomis

Malrotasi

Lain-lain:

Infeksi non gastrointestinal

23

Page 24: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Penyakit Hirchsprung

Short Bowel Syndrome

Atrofi mikrovilli

Stricture

Alergi susu sapi

Penyakit Crohn

Defisiensi imun

Colitis ulserosa

Ganguan motilitas usus

Pellagra

Malabsorbsi

Defesiensi disakaridase

Malabsorbsi glukosa dan galaktosa

Cystic fibrosis

Cholestosis

Penyakit celiac

Keracunan makanan

logam berat

Mushrooms

Endokrinopati

Thyrotoksikosis

Penyakit Addison

Sindroma Androgenital

Tabel 4. Penyebab diare non infeksi pada anak

F. Patofisiologi

Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekeretorik dan osmotik.

Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering

ditemukan pada infeksi saluran cerna. Begitu pula kedua mekanisme tersebut dapat

terjadi bersamaan pada satu anak.1,8

1. Diare osmotik

Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit

dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus dengan cairan

ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus

halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni dan menyebabkan hiperosmolaritas.

Akibat perbedaan tekanan osmose antara lumen usus dan darah maka pada segmen usus

24

Page 25: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

jejunum yang bersifat permeable, air akan mengalir kearah jejunum, sehingga akan

banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen,

dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na

normal. Sebagian kecil cairan ini akan dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap

tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa,

sucrose, lactose, maltose di segmen ileum dan melebihi kemampuan absorbsi kolon,

sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang

mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan akan memberikan dampak yang sama.1

2. Diare Sekretorik

Diare sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus

yang terjadi akibat gangguan absorbsi natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan sekresi

klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit

keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang disebabkan

oleh infeksi bakteri akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau V.

cholera.01.7

Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma. Beda osmotik

dapat dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja. Karena Natrium ( Na+) dan

kalium (K+) merupakan kation utama dalam tinja, osmolalitas diperkirakan dengan

mengalikan jumlah kadar Na + dan K+ dalam tinja dengan angka 2. Jika diasumsikan

osmolalitas tinja konstan 290 mOsm/L pada tinja diare, maka perbedaan osmotik 290-2

(Na++K+). Pada diare osmotik, tinja mempunyai kadar Na+ rendah (<50 mEq/L) dan

beda osmotiknya bertambah besar (>160 mOsm/L). Pada diare sekretorik tinja diare

mempunyai kadar Na tinggi (>90 mEq/L), dan perbedaan osmotikum kurang dari 20

mOsm/L.6

Osmotik Sekretorik

25

Page 26: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Volume tinja <200 ml/hari >200 ml/hari

Puasa Diare berhenti Diare berlanjut

Na+ tinja <70 mEq/L >70 mEq/L

Reduksi (+) (-)

pH tinja <5 >6

Dikenal bahan-bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri

dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk

dihidroxy, serta asam lemak rantai panjang. Toksin penyebab diare ini terutama bekerja

dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP, atau Ca++ yang

selanjutnya akan mengaktifasi protein kinasi. Pengaktifan protein kinase akan

menyebabkan fosforilase membrane protein sehingga megakibatkan perubahan saluran

ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Disisi lain terjadi peningkatan pompa

natrium , dan natrium masuk ke dalam lumen usus bersama Cl-.1

Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas. Meskipun motilitas jarang

menjadi penyebab utama malabsorbsi, tetapi perubahan motilitas mempunyai pengaruh

terhadap absorbsi. Baik peningkatan ataupun penurunan motilitas keduanya dapat

menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh lampau

yang menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan

absorbsi, Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan statis intestinal berakibat

inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik pada

anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus

kolon irritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada

Thyrotoksikosis, malabsorbsi asam empedu, dan berbagai peyakit lain.1

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebakan diare pada beberapa

keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik

26

Page 27: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan

seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare

akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan

sekretorik.1

Bakteri enteral patogen akan mempengaruhi struktur dan fungsi tight junction,

menginduksi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade inflamasi. Efek

infeksi bakterial pada tight junction akan memepengaruhi susunan anatomis dan fungsi

absorbsi yaitu cytoskeleton dan perubahan susunan protein. Penelitian oleh Bakes J dkk

2003 menunjukan bahwa peranan bakteri enteral patogen pada diare terletak perubahan

barier tight junction oleh toksin atau produk kuman yaitu perubahan pada celualar

cytoskeleton dan spesifik tight junction. Pengaruh ini bisa pada kedua komponen tersebut

atau salah satu komponen saja sehingga akan menyebabkan hipersekresi klorida yang

akan diikuti natrium dan air. Sebagai contoh Clostridium difficile akan menginduksi

kerusakan cytoskeleton maupun protein, Bacteroides frigilis menyebabkan degradasi

proteolitik protein tight junction, V. cholera mempengaruhi distribusi protein tight

junction, sedangkan EPEC menyebabkan akumulasi protein cytoskeleton.1,9

G. Manifestasi klinis

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya

bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala

gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi

sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.1

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion

natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada

muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada panas. Hal ini dapat

menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan

keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps

kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi

menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik

27

Page 28: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa

dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat.1

Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enterik patogen antara lain :

vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomyelitis, meningitis,

pneumonia, hepatitis, peritonitis dan septik tromboplebitis. Gejala neurologik dari infeksi

usus bisa berupa parestesia (akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamate),

hipotoni dan kelemahan otot.

Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat

dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Nyeri

perut yang lebih hebat dan tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta rectum

menunjukan terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah symptom yang nonspesifik

akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena mikroorganisme yang menginfeksi

saluran cerna bagian atas seperti enterik virus, bakteri yang memproduksi enteroroksin,

giardia, dan cryptosporidium.

Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya penderita tidak

panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery diare,

menunjukkan bahwa saluran makan bagian atas yang terkena. Oleh karena pasien

immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi tentang adanya

imunodefisiensi atau penyakit.

Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

28

Page 29: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Gejala klinis :

Masa Tunas

Panas

Mual, muntah

Nyeri perut

Nyeri kepala

lamanya sakit

17-72 jam

+

Sering

Tenesmus

-

5-7 hari

24-48 jam

++

Jarang

Tenesmus, kramp

+

>7hari

6-72 jam

++

Sering

Tenesmus,kolik

+

3-7 hari

6-72 jam

-

+

-

-

2-3 hari

6-72 jam

++

-

Tenesmus, kramp

-

variasi

48-72 jam

-

Sering

Kram

-

3 hari

Sifat tinja:

Volume

Frekuensi

Konsistensi

Darah

Bau

Warna

Leukosit

Lain-lain

Sedang

5-10x/hari

Cair

-

Langu

Kuning hijau

-

anorexia

Sedikit

>10x/hari

Lembek

+

-

Merah-hijau

+

Kejang+

Sedikit

Sering

Lembek

Kadang

Busuk

Kehijauan

+

Sepsis +

Banyak

Sering

Cair

-

-

Tak berwarna

-

Meteorismus

Sedikit

Sering

Lembek

+

-

Merah-hijau

-

Infeksi sistemik+

Banyak

Terus menerus

Cair

-

Amis khas

Seperti air cucuian beras

-

-

Tabel 5. Gejala klinis diare akut oleh berbagai penyebab

H. Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare, frekuensi,

volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah

volume dan frekuensinya. Kencing biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8

jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau

penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang

29

Page 30: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

telah dilakukan ibu selama anak diare memberi oralit, membawa berobat ke puskesmas

atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.1

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut

jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda

tambahan lainya ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cowong atau tidak, ada atau

tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.1

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolik. Bising

usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu

karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara objektif yaitu

dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare. Subjektif dengan

menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King dan MMWR.1

Symptom Minimal atau tanpa

dehidrasi, kehilangan

BB<3%

Dehidrasi ringan sedang,

kehilangan BB 3%-9%

Dehidrasi berat, kehilangan

BB>9%

Kesadaran Baik Normal, lelah, gelisah,

irritable

Apatis, letargi, idak sadar

Denyut jantung Normal Normal meningkat Takikardi, bradikardi, (kasus

berat)

Kualitas nadi Normal Normal melemah Lemah, kecil tidak teraba

Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam

Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong

Air mata Ada Berkurang Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Cubitan kulit Segera kembali Kembali<2 detik Kembali>2detik

Cappilary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal

30

Page 31: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Ekstremitas Hangat Dingin Dingin,mottled, sianotik

Kencing Normal Berkurang Minimal

Tabel.6 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003

Penilaian A B C

Lihat:

Keadaan umum

Mata

Air mata

Mulut dan lidah

Rasa haus

Baik,sadar

Normal

Ada

Basah

Minum biasa,tidak haus

*Gelisah,rewel

Cekung

Tidak ada

Kering

*haus ingin minum banyak

*lesu,lunglai/tidak sadar

Sangat cekung

Kering

Sangat kering

*malas minum atau tidak

bias minum

Periksa: turgor kulit Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang

Bila ada 1 tanda* ditambah

1 atau lebih tanda lain

Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda* ditambah

1 atau lebih tanda lain

Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Tabel 7. Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Skor Maurice King

Bagian Tubuh

Yang diperiksa

Nilai untuk gejala yang ditemukan

0 1 2

Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng,

apatis, ngantuk

Mengigau, ko

ma atau syok

Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang

31

Page 32: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Mulut Normal Kering Kering & siarrosis

Denyut nadi/menit kuat < 120 Sedang (120-140) Lemah > 140

Skor Maurice King.

Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita dapat ditentukan derajat

dehidrasinya :

- Jika mendapat nilai 0 - 2 : dehidrasi ringan

- Jika mendapat nilai 3 - 6 : dehidrasi sedang

- Jika mendapat nilai 7 - 12: dehidrasi berat

3. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak

diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab

dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada

penderita dengan dehidrasi berat. Contoh pemeriksaan darah lengkap, kultur urine

dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang

kadang-kadang diperlukan pada diare akut:1

darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan

tes kepekaan terhadap antibiotika

urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika

tinja:

32

Page 33: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

a. Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita

dengan diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan. Tinja yang

watery dan tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan oleh enteroksin virus,

protozoa, atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yanga

mengandung darah atau mucus bisa disebabkan infeksi bakteri yang

menghasilkan sitotoksin bakteri enteronvasif yang menyebabkan peradangan

mukosa atau parasit usus seperti E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila

terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan

E.hystolitica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan

Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.

Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja, bau

tinja, adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak terlalu banyak

berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua berhubungan dengan adanya

warna empedu akibat garam empedu yang dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada

keadaan bacterial overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau

obat yang dapat menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin.

Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yang berbusa menunjukkan

adanya gas dalam tinja akibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket,

dan berkilat menunjukan adanya lemak dalam tinja. Lendir dalam tinja

menggambarkan kelainan di kolon , khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja yang

sangat berbau menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri anaerob di kolon.

Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat dilakukan untuk

menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja tersebut adalah asam

lemak rantai pendek yang dihasilkan karena fermentasi laktosa yang tidak diserap

di usus halus sehingga masuk ke usus besar yang banyak mengandung bakteri

komensial. Bila pH tinja <6 dapat dianggap sebagai malabsorbsi laktosa.8

Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim laktosa sekunder akibat

rusaknya mikrofili mukosa usus halus yang banyak mengandung enzim laktase.

33

Page 34: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Enzim laktase merupakan enzim yang bekerja memecahkan laktosa menjadi

glukosa dan galaktosa, yang selanjutnya diserap di mukosa usus halus. Salah satu

cara menentukan malabsorbsi laktosa adalah pemeriksaan clinitest dikombinasi

dengan pemeriksaan pH tinja.

b. Pemeriksaan mikroskopik

Infeksi bakteri invasive ditandai dengan ditemukannya sejumlah besar

leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan

leukosit tinja dengan cara mengambil bagian tinja yang berlendir seujung lidi dan

diberi ½ tetes eosin atau Nacl lalu dilihat dengan mikroskop cahaya:5

bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut negatif

bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)

bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)

bila terdapat leukosit lebih dari ½ lapang pandang besar disebut (+++)

bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut (++++)

I. Terapi

Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan

nutrisi, pemberian obat sesuai indikasi dan edukasi pada orang tua. Tujuan

pengobatan:8

1. Mencegah dehidrasi

2. Mengatasi dehidrasi yang telah ada

3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah

diare

4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan

memberikan suplemen zinc

34

Page 35: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Tata Laksana yang diberikan

1. Pengobatan Diare tanpa dehidrasi

TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )

Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga untuk

mencegah dehidrasi seperti larutan gula garam, kuah sayr-sayuran dansebagainya.

Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita.Jumlah cairan yang

diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia <1 tahun50-100 ml, 1-5 tahun

dalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml dandewasa adalah 300-400 ml

setiap BAB.Untuk anak dibawah umur 2 thun cairan harus diberikan dengan

sendok setiap 1-2menit. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dengan

gelas dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10

menit kemudianmulai lagi perlahan – lahan misalnya 1 sendok setia 2-3 menit.

Pemberian cairan dilanjutkan sampai diare berhenti. Selain cairan rumah tangga

ASI dan makananyang biasa tetap harus diberikan. Makanan diberikan sedikit-

sedikit tapi sering( lebih kurang 6 kali sehari ) serta rendah serat.

2. Pengobatan Diare dehidrasi Ringan-sedang

TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )

Penderita diare degan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana kesehatan

dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit yang

diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB. Apabila oleh karena satu hal pemberian

oralit tidak dapat diberikan per oral, oralit dapat diberikan nelalui nasogasterik

dengan volume yang sama dengan kecepatan20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam

keadaan penderita dievaluasi, apakah membaik,tetap atau memburuk. Bila

keadaan membaik dan dehidrasi teratasi pengobatan dapat dilanjutkan di rumah

dengan memberikan oralit dan makanan dengan cara seperti pada pengobatan

diare tanpa dehidrasi.

3. Pengobatan diare dehidrasi berat

TRP ( Terap Rehidrasi Parenteral )

35

Page 36: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Pasien yang masih dapat minum meskipun sedikit harus diberi oralit sampai

cairan infus terpasang. Selain itu semua anak harus diberi oralit selama pemberian

cairan intravena ( 5 ml/kgBB/jam), apabila anak dapat minum dengan baik

biasanya dalam 3-4 jam ( untuk bayi ) atau 1-2 jam (untuk anak yang lebih besar).

Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan

dosis100ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk <1tahun 1 jam pertama

30cc/kgBB,dilanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Di atas 1 tahun ½ jam

pertama30cc/kgBB dilanjutkan 2 ½ jam berikutnya 70 cc/kgBB.Lakukan evaluasi

tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapatdipercepat. Setelah 6 jam

pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukanevaluasi, pilih pengobatan

selanjutnya yaitu : pengobatan diare dengan dehidrasiringan-sedang atau

pengobatan diare tanpa dehidrasi

4. Seng ( Zinc )

Seng merupakan mikronutrien komponen berbagai enzim dalam tubuh yang

penting antara lain untuk sinreis DNA. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF

telah merekomendasikan penggunaan seng pada anak dengan diare dengan

dosis20 mg per hari selama 10-14 hari, dan pada bayi<6 bulan dengan dosis 10

mg per hari selama 10-14 hari

5. Pemberian makanan selama dan setelah diare

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah

sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak

mampu menerima. Meneruskan pemberian makanan aan mempercepat

kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan

mengabsorbsi berbagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi dapat

dicegahatau paling tidak dikurangi. Bayi yang minum ASI harus diteruskan

sesering mungkin dan selama anak mau. Bayi yang tidak mium ASI harus diberi

susu yang biasa diminum paling tidak setiap 3 jam.Bila anak umur 4 bulan atau

lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak atau padat, makanan ini harus

diteruskan. Diberikan dalam porsi kecil atau sering ( 6kali ataulebih ).

6. Terapi Medikamentosa

36

Page 37: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti antibiotika,

antidiare, adsorben, antiemetic dan obat yang mempengaruhi mikroflora usus.

Beberapa obat mempunyai lebih dari satu mekanisme kerja, banyak diantaranya

mempunyai efek toksik sistemik dan sebagian besar tidak direkomendasikan

untuk anak umur kurang dari 2-3 tahun. Secara umum dikatakan bahwa obat-obat

tersebut tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut.

- Antibiotik

Antibiotik pada umunya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena

sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan

tidak dapat dibunuh dengan antibiotik. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang

disebabkan oleh bakteri patogen seperti V,cholera, Shigella, Enterotoksigenik

E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan sebagainya,1

Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif

Kolera Tetracycline 12,5 mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari

Erythromycin 12,5

mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari

Shigella Disentri Ciprofloxacin 15 mg/kgBB

2x sehari selama 3 hari

Pivmecillinam 20 mg/kg

BB

4x sehari selama 3 hari

Ceftriaxone 50-100

mg/kgBB

1x sehari IM selama 2-5

hari

Amoebiasis Metronidazole 10 mg/kgBB

37

Page 38: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

3xs ehari selama 5 hari (10

hari pada kasus berat)

Giadiasis Metronidazole 5mg/kgBB

3x sehari selama 5 hari

- Obat antidiare

Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan

praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak.

Beberapa dari obat-obat ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori

ini adalah:1,3

Adsorben

Contoh kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine.

Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar

kemampuanya untuk mengikat dan menginaktifasi toksin bakteri atau

bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai

kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian, tidak ada

bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin

diare akut pada anak.

Antimotilitas

Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture

opiii, paregoric, codein. Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare

pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak.

Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat

fatal atau dapat memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi

dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek sedatif pada dosis normal.

Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak

dengan diare.

Bismuth subsalicylate

38

Page 39: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja

pada anak dengan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang

digunakan.

- Obat Lain

Anti muntah

Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang dapat

menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi

oral. Oleh karena itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak dengan

diare, muntah biasanya berhenti bila penderita telah terehidrasi

PROBIOTIK

Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang

difermentasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora

intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik

dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI. Kemungkinan

efek probiotik dalam pencegahan diare melalui perubahan lingkungan mikrolumen usus,

kompetisi nutrient, mencegah adhesi kuman pathogen pada enterosit, modifikasi toksin

atau reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan

imunomodulasi. Pemberian makanan selama diare harus diteruskan dan ditingkatkan

setelah sembuh, tujuanya adalah memberikan makanan yang kaya nutrient sebanyak

anak mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya timbul

kembali setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat

kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi

berbagai nutrient, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling tidak

dapat dikurangi.

Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam

mukosa usus belum sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan menunjukkan adanya

kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel epitel mukosa). Enterosit

yang telah jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat lagi dilekati bakteri yang lain. Jadi

39

Page 40: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

dengan adanya bakteri probiotik di dalam mukosa usus dapat mencegah kolonisasi oleh

bakteri patogen. Lactobacillus strain pada manusia mempunyai kemampuan melekat

pada Caco-2 cells dan sel goblet HT 29-MTX pada sel epitel mukosa usus. Lactobacillus

acidophilus LA1 dan LA3 mempunyai kemampuan melekat yang kuat, tidak tergantung

pada calcium, sedangkan Lactobacillus strain LA10 dan LA18 kemampuan melekatnya

rendah. Kemampuan perlekatan tersebut dapat dihilangkan dengan adanya tripsin. Strain

LA1 mempunyai kemampuan untuk mencegah perlekatan diarrheagenic Eschercia coli

(EPEC) dan bakteri enteroinvasif seperti Salmonella typhymurium, Yersinia tuberculosis.

Kemampuan mencegah perlekatan strain LA1 lebih efektif bila diberikan sebelum atau

bersamaan dengan infeksi E. coli daripada setelah infeksi E. coli. Disamping mekanisme

perlekatan dengan reseptor pada epitel usus untuk mencegah pertumbuhan bakteri

patogen melalui kompetisi, bakteri probiotik memberi manfaat pada pejamu oleh karena

produksi substansi antibakteri misalnya, asam organik, bacteriocin, microcin, reuterin,

volatile fatty acid, hidrogen peroksida dan ion hidrogen.1,8

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus

penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau

parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk

sindroma malabsorbsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek

terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi

40

Page 41: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

penyebab utama kematian dan menjamin nutrisi untuk mencegah virus menggangu

pertumbuhan akibat diare.

Rotavirus merupakan penyebab tertinggi dari kejadian diare akut baik dinegara

berkembang maupun negara maju. Di Indonesia menurut penelitian Soenarto yati dkk

pada anak yang dirawat di rumah sakit karena diare 60% disebabkan oleh Rotavirus.

Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode diare

dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anorexia dan berkurangnya

kemampuan menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya berkepanjangan akan

berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan anak.

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan

perkembangan bakteri) dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai

infeksi di vesika urinaria dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Bakteriuria dapat

dikatakan bermakna bila pada kultur urin ditemukan pertumbuhan bakteri sejumlah >

41

Page 42: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

100.000 koloni/ml urin yang diperoleh dengan cara pengambilan steril atau tanpa

kontaminasi., hal ini merupakan gold standard untuk mendiagnosis ISK.1

ISK dapat dibagi menjadi ISK atas / bawah dan ISK simpleks / kompleks. Batas

saluran kemih atas dan bawah adalah hubungan vesikoureter. ISK atas adalah infeksi

pada ureter, tubulus ginjal, dan terutama infeksi pada parenkim ginjal yang biasa disebut

sebagai pielonefritis.4 Pada ISK bawah terjadi infeksi di vesika urinaria (sistitis) dan

uretra. ISK simpleks adalah infeksi pada saluran kemih tanpa disertai adanya penyulit

anatomi maupun fungsi saluran kemih. ISK kompleks adalah infeksi saluran kemih

disertai kelainan anatomi atau fungsi saluran kemih, yaitu sumbatan pada uretra, refluks

vesikoureter, urolitiasis, parut ginjal, dan lain sebagainya.1

4.2 Etiologi

Penyebab utama ISK adalah bakteri usus. Pada perempuan, 75 - 90% dari semua

infeksi disebabkan oleh E. coli. Staphylococcus saprophyticus dan enterococcus adalah

patogen baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Infeksi virus, biasanya adenovirus,

juga dapat muncul, terutama sebagai penyebab sistitis.2

Penyebab patogen ISK lainnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Patogen yang sering ditemukan pada ISK4

Gram-Negatif Gram-Positif

Escherichia coli Enterococcus

Klebsiella Group β streptococcus

Proteus Staphylococcus aureus

Serratia Staphylococcus saprophyticus (pada

remaja perempuan)

Enterobacter

Pseudomonas (pemakaian kateter yang

42

Page 43: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

berkepanjangan)

4.3 Faktor Risiko

Pada anak perempuan, ISK sering terjadi pada awal toilet training karena

disfungsi berkemih terjadi pada usia tersebut. Anak akan berusaha untuk menahan urin,

namun vesika urinaria mengalami kontraksi sebagai usaha untuk mengeluarkan urin. Hal

ini dapat mengakibatkan turbulensi aliran urin yang bertekanan tinggi dan juga

pengosongan vesika urinaria yang tidak tuntas, sehingga urin masih tersisa dalam vesika

urinaria. Hal tersebut akan meningkatkan risiko bakteriuria. Disfungsi berkemih dapat

terjadi pada anak yang sedang menjalani toilet training karena jarang berkemih dan

mungkin timbul pada anak usia sekolah yang menolak menggunakan kamar mandi

sekolah.2,5 Uropati obstruktif yang menyebabkan hidronefrosis dapat meningkatkan risiko

ISK karena terjadi stasis urin.5

Instrumentasi uretra selama sistouretrogram atau kateterisasi nonsteril dapat

menyebabkan infeksi vesika urinaria. Pemasangan kateter urin merupakan faktor risiko

mayor infeksi nosokomial. Pada orang dewasa, 5% dari pasien yang dikateterisasi per

hari memiliki risiko terbentuknya infeksi. Organisme yang menyebabkan infeksi meliputi

E. coli, Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, dan Serratia. Rute infeksi dapat terjadi secara

intraluminal atau periuretral.5

Pada anak laki-laki, insiden ISK lebih jarang terjadi pada anak yang telah

disirkumsisi. Hal ini dikaitkan dengan berkurangnya kolonisasi bakteri di daerah

periuretra pada anak yang telah mengalami sirkumsisi.2,3 Selain hal tersebut, adanya

kelainan anatomi pada saluran kemih juga faktor risiko ISK.2

4.4 Patogenesis

Secara umum, ISK disebabkan oleh infeksi yang terjadi secara asenden. Bakteri

berasal dari flora fekal yang berkolonisasi di perineum. Bakteri tersebut masuk ke vesika

urinaria melalui uretra. Bakteri uropatogenik yang melekat pada sel uroepitel, dapat

mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter sehingga terjadi gangguan

43

Page 44: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

peristaltik. Pada anak laki-laki yang tidak disirkumsisi, bakteri patogen berasal dari

bawah preputium.1,2

Bakteri penyebab sistitis juga dapat naik ke ginjal dan menyebabkan pielonefritis.

Mukosa kandung kemih dilapisi oleh suatu lapisan glycoprotein mucin layer yang

berfungsi sebagai antibakteri. Rusaknya lapisan ini, menyebabkan bakteri dapat melekat

dan membentuk koloni di permukaan mukosa, kemudian masuk menembus epitel dan

terjadi proses inflamasi. Pada kasus yang jarang, infeksi ginjal juga dapat terjadi secara

hematogen, seperti pada endokarditis. Infeksi asenden dari vesika urinaria ke ginjal, dapat

menyebabkan terjadinya pielonefritis akut.1,2

Papila ginjal memiliki mekanisme antirefluks untuk mencegah urin di dalam

pelvis renalis memasuki tubulus kolektivus. Namun, pada sebagian daerah papila dapat

terjadi refluks intrarenal. Urin yang terinfeksi kemudian merangsang respon inflamasi

dan imunologis. Akhirnya dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan jaringan parut. Anak

dari segala usia dengan ISK yang disertai demam mungkin mengalami pielonefritis akut,

yang selanjutnya dapat terbentuk jaringan parut ginjal. Hal ini terutama terjadi pada anak

berusia < 2 tahun.2

Sistitis akibat infeksi yang berulang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan

dinding vesika dan menyebabkan inkompetensi katup vesiko ureter. Kerusakan katup ini

dapat menyebabkan urin naik kembali (refluks) pada saat adanya proses berkemih dan

terjadi kontraksi vesika urinaria. Refluks dapat menyebabkan dilatasi ureter, urin sampai

ke ginjal dan menyebabkan pielonefritis. Apabila hanya terjadi infeksi pada vesika

urinaria saja, maka dapat terjadi spasme otot polos pada vesika dan mengakibatkan rasa

ingin miksi terus menerus, miksi berulang kali, dan disuria. Pada keadaan yang lebih

berat dapat terjadi hematuria.1

Identifikasi komponen genetik memungkinkan identifikasi individu yang berisiko

dan rekurensi pada keturunan mereka. Pada penelitian, telah terdeteksi enam gen pada

manusia yang mungkin terkait dengan kerentanan seseorang terhadap ISK berulang,

antara lain: HSPA1B, CXCR1, CXCR2, TLR2, TLR4, dan TGFβ1. Genetika juga

mungkin memainkan peran dalam perkembangan sistitis sederhana menjadi pielonefritis.7

44

Page 45: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

4.5 Manifestasi Klinis2

Terdapat tiga bentuk dasar ISK, yaitu pielonefritis, sistitis, dan bakteriuria

asimptomatik.

Pielonefritis secara klinis ditandai oleh nyeri abdomen atau pinggang, demam,

malaise, mual, muntah, dan terkadang diare. Terkadang demam dapat menjadi satu-

satunya gejala. Neonatus dapat menunjukkan gejala nonspesifik seperti toleransi makan

buruk, rewel, dan penurunan berat badan. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri serius

tersering pada anak usia < 24 bulan yang mengalami demam tanpa fokus yang jelas.

Gejala - gejala ini adalah indikasi bahwa ada keterlibatan bakteri pada saluran kemih atas.

Bila parenkim terlibat, maka disebut pielonefritis. Bila tidak ada keterlibatan parenkim

ginjal, kondisi ini disebut pielitis. Pielonefritis akut dapat mengakibatkan parut ginjal.

Sistitis gejalanya termasuk disuria, urgensi, frekuensi, nyeri suprapubik,

inkontinensia, dan urin berbau busuk. Sistitis tidak menyebabkan demam dan tidak

menyebabkan kerusakan ginjal. Urin bau busuk tidak spesifik untuk ISK.

Sistitis hemorrhagik akut biasanya disebabkan oleh E. coli, juga dapat disebabkan

oleh adenovirus tipe 11 dan 21. Sistitis adenovirus lebih sering terjadi pada laki - laki,

bersifat self-limiting, dengan hematuria berlangsung kurang lebih selama empat hari.

Sistitis eosinofilik merupakan jenis sistitis yang jarang ditemui. Anak yang

menderita sistitis eosinofilik kemungkinan disebabkan karena paparan alergen. Gejala

yang dapat timbul berupa hematuria disertai dengan adanya dilatasi ureter, terkadang

dengan hidronefrosis, dan adanya masa yang secara histologis ditemukan adanya infiltrat

eosinofil.

Sistitis interstisial ditandai dengan gejala berkemih iritatif seperti urgensi,

frekuensi, disuria, nyeri vesika urinaria dan pelvis saat berkemih dengan kultur urin

negatif. Kelainan ini paling sering menyerang remaja perempuan dan idiopatik.

Bakteriuria asimptomatik adalah kondisi adanya kultur urin positif tanpa adanya

manifestasi klinis infeksi. Hal ini paling sering terjadi pada perempuan. Kondisi ini

ringan dan tidak menyebabkan kerusakan ginjal, kecuali pada perempuan hami yang

dapat berkembang menjadi ISK simptomatis bila tidak diberikan terapi.

45

Page 46: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

4.6 Diagnosis

Penderita ISK dapat disuspek berdasarkan gejala-gejala atau penemuan pada

urinalisis, atau keduanya. Kultur urin diperlukan untuk konfirmasi dan menentukan terapi

yang tepat.2 ISK atas dan bawah dapat dibedakan dengan cara direk maupun indirek.

Metode direk untuk menentukan ISK atas adalah (1) biakan urin diambil dari kateter urin,

(2) biakan urin dari kandung kemih yang sudah disterilkan dengan pencucian vesika

urinaria, (3) biakan langsung dari biopsi ginjal.

Prevalensi ISK pada bayi yang mengalami demam tanpa adanya sumber demam

yang jelas berdasarkan anamnesis atau pemeriksaan fisik diperkirakan mencapai 5%.

Beberapa faktor risiko untuk menentukan kecenderungan rendah atau tingginya seorang

anak terkena ISK dapat dikatikn dengan adanya faktor risiko tertentu. Pada perempuan

terapat lima faktor risiko, yaitu:9

Ras kulit putih

Umur kurang dari 12 bulan

Temperatur paling rendah 39oC

Demam selama paling sedikit 2 hari

Tidak adanya sumber infeksi lain

Faktor risiko mayor pada bayi laki-laki adalah tidak disirkumsisi. Kemungkinan

adanya ISK pada anak laki-laki dapat diperkirakan berdasarkan empat faktor risiko ,

yaitu:9

Ras selain kulit hitam

Temperatur paling rendah 39oC

Demam lebih dari 24 jam

Tidak adanya sumber infeksi lain

Urinalisis tidak dapat dijadikan pengganti kultur urin untuk mengakkan diagnosis

ISK tetapi dibutuhkan untuk digunakan sebagai pemeriksaan yang menyeluruh. Hasil

kultur baru tersedia setelah 24 jam, sehingga dapat dipertimbangkan pemberian terapi

awal pada pasien yang hasil kultur urinnya dapat diprediksi. Urinalisis dapat dilakukan

pada spesimen apapun, termasuk dari kantong urin yang direkatkan pada perineal.

Namun, spesimen harus fresh (<1 jam setelah BAK dan disimpan pada temperatur

46

Page 47: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

ruangan atau < 4 jam setelah BAK dengan pembekuan), untuk memastikan sensifisitas

dan spesifisitas dari urinalisis. Tes yang cukup baik untuk pemeriksaan cepat adalah

analisis biokimia dari leukosit esterase dan nitrit melalui rapid dipstick method dan

pemeriksaan mikroskopik urin untuk sel darah putih dan bakteri.9

Urine dipsticks dapat menyediakan hasil yang cepat dan tidak memerlukan

mikroskop. Terdapatnya leukosit esterase (sebagai tanda dari pyuria) dan nitrit urin (yang

dikonversi dari nitrat makanan oleh bakteri enterik gram negatif yang terdapat di urin).

Konversi dari nitrat makanan menjadi nitrit oleh bakteri memerlukan waktu kira-kira 4

jam pada kantung kemih. Tes nitrit memiliki sensitivitas yang cukup baik namun

spesifitas yang rendah, khususnya bayi karena sering mengosongkan kantung kemihnya.9

Diagnosis dari ISK dibuat berdasarkan hasil kultur urin kuantitatif sebagai

tambahan terhadap adanya pyuria dan/atau bakteriuria. Jika spesimen tidak diproses

segera atau jika spesimen harus dikirim ke tempat lain, maka harus dibekukan untuk

mencegah pertumbuhan organisme yang dapat terjadi pada suhu ruangan. Spesimen yang

dikumpulkan harus diinokulasi pada medium kultur yang dapat mengidentifikasi patogen

di traktus urinarius. Hasil kultur urin dinyatakan positif atau negatif berdasarkan jumlah

CFUs yang tumbuh pada medium kultur. Bakteri patogen yang ditemukan pada uretra

distal dan periuretra biasanya sama. Jumlah koloni yang rendah dapat terjadi pada

spesimen yang didapatkan melalui berkemih atau kateterisasi meskipun bakteri tidak

terdapat pada kantung kemih. Definisi dari kultur negatif atau positif tidak absolut.

Waktu pengambilan urin juga berpengaruh terhadap jumlah pertumbuhan kuman. Konsep

yang menyatakan bahwa pertumbuhan >105 CFUs/ml mengindikasikan ISK didasarkan

pada pengambilan sampel urin wanita pada pagi hari. Pada anak biasanya dapat dikatakan

bakteriuria jika terdapat setidaknya 50.000 CFUs/ml dari patogen urin tunggal. Kriteria

saat ini untuk menyatakan positif ISK didasarkan adanya bukti terdapatnya pyuria dengan

kultur urin yang positif. Kultur urin yang positif saja biasanya hanya didiagnosa sebagai

bakteriuria asimtomatik. Pada beberapa kasus, hasil 10.000-100.000 CFUs per ml harus

dievaluasi apakah hasil urinalisis mendukung diagnosis ISK.2,9 Interpretasi hasil biakan

urin terdapat pada tabel 3.

47

Page 48: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Tabel 3. Interpretasi hasil biakan urin.1

Cara Penampungan Jumlah Koloni Kemungkinan Infeksi

Aspirasi Suprapubik Bakteri gram - negatif:

asal ada kuman

Bakteri gram – positif:

Beberapa ribu

> 99%

Kateterisasi Kandung

Kemih

> 105

104 - 105

103 - 104

<103

95%

Diperkirakan ISK

Diragukan, ulangi

Tidak ada ISK

(kontaminasi)

Urin Pancar Tengah

Laki-laki > 104 Diperkirakan ISK

Perempuan 3 x biakan > 105

2 x biakan > 105

1 x biakan > 105

5 x biakan 104 - 105

104 – 5 x biakan 104:

Klinis simtomatik

Klinis asimtomatik

< 104

95%

90%

80%

Diragukan, ulangi

Diperkirakan ISK, ulangi

Tidak ada ISK

Tidak ada ISK

4.7 Terapi

Terapi ISK bervariasi bergantung kepada gejala ISK yang muncul. Saat memulai

terapi, diperlukan memberikan terapi yang sesuai dengan keadaan pasien. Terapi

antimikroba pada tahap awal secara oral maupun parenteral memiliki efektifitas yang

sama. Penggunaan antimikroba perlu disesuaikan dengan pola sensitivitas antimikroba di

wilayah tersebut sebagai terapi empiris lalu disesuaikan dengan patogen pada hasil kultur.

Durasi penggunaan antibiotik dapat berkisar antara 7-14 hari.9 Algoritma tatalaksana ISK

pada anak dapat dilihat pada gambar 1.

48

Page 49: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Gambar 1. Algoritme tatalaksana ISK pada anak16

Pengobatan secara oral atau parenteral memiliki efektivitas yang sama. Pemilihan

obat harus berdasarkan pola sensitivitas jika tersedia pada wilayah tersebut dan tes

sensitivitas dari uropatogen yang diisolasi. Tujuan dari tatalaksana ISK akut adalah

mengeliminasi infeksi akut, mencegah komplikasi, dan mengurangi kecenderungan

kerusakan ginjal. Sebagian besar anak dapat diterapi secara oral. Pasien yang tidak dapat

mentoleransi secara oral harus mendapatkan terapi secara parenteral sampai didapatkan

perbaikan klinis, biasanya dalam 24-48 jam, hingga mampu menerima pengobatan dan

cairan secara oral. Pilihan obat oral untuk ISK antara lain sefalosporin, amoksisilin

dengan asam klavulanik, atau trimethoprim sulfametoksasol (TMP-SMX). Rute

pengobatan baik secara oral maupun parenteral (yang kemudian berubah menjadi oral)

harus berlangsung selama 7 sampai 14 hari.9

Tabel 4. Agen Antimikroba Empiris untuk Terapi Oral ISK9

Agen antimikroba Dosis

Amoksisilin klavulanat 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis

Sulfonamid

TMP-SMX 6-12 mg/kg TMP dan 30-60 mg/kg SMX per hari dalam

2 dosis

Sulfisoksasol 120-150 mg/kg/hari dalam 4 dosis

Sefalosporin

Cefixime 8 mg/kg/hari dalam 1 dosis

Cefpodoxime 10 mg/kg/hari dalam 2 dosis

Cefprozil 30 mg/kg/hari dalam 2 dosis

Cefuroxime axetil 20-30 mg/kg/hari dalam 2 dosis

Cefalexin 50-100 mg/kg/hari dalam 4 dosis

49

Page 50: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Tabel 5. Agen Antimikroba Empiris untuk Terapi Parenteral ISK9

Agen Antimikroba Dosis

Ceftriaxone 75 mg/kg/24 jam

Cefotaxime 150 mg/kg per hari, dibagi tiap 6-8 jam

Ceftazidime 100-150 mg/kg per hari dibagi tiap 8 jam

Gentamicin 7.5 mg/kg per hari dibagi tiap 8 jam

Tobramycin 5 mg/kg per hari dibagi tiap 8 jam

Piperacillin 300 mg/kg per hari dibagi tiap 6-8 jam

Hingga saat ini sering digunakan antibiotik untuk profilaksis kemungkinan

terjadinya rekurensi di masa mendatang. Studi yang dilakukan di Australia oleh Craig

dkk (2009), menggunakan dosis TMP-SMX 2 mg/kg TMP dan 10 mg/kg SMX selama

satu tahun menunjukkan adanya penurunan terjadinya rekurensi.12 Pada studi Cochrane

juga menunjukkan adanya penurunan terjadinya rekurensi dengan diberikan antibiotik

profilaksis, namun hal ini tidak memberikan keuntungan yang cukup baik dan

meningkatkan kemungkinan terjadinya resistensi.17

4.8 Komplikasi ISK

Pada anak - anak dengan ISK dapat terjadi sepsis , sepsis dapat terjadi pada 18%

anak usia 1 - 3 bulan dan 6% pada anak usia 4 - 8 bulan. Meningitis dapat terjadi

terutama pada anak usia kurang dari 3 bulan karena adanya sepsis. Sepsis jarang terjadi

pada anak usia di atas satu tahun. Komplikasi lainnya adalah abses ginjal dan batu.

Eradikasi awal dari infeksi mencegah terjadinya parut ginjal / renal scarring dan

insufisiensi ginjal. Parut ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal dengan konsekuensi

kegagalan pertumbuhan dan hipertensi. Risiko komplikasi tersebut setelah ISK berulang

tidak diketahui, tetapi meningkat pada anak dengan uropati obstruktif dan refluks

vesikoureter / vesicoureteral refluks (VUR) derajat tinggi.18

Piliasi bakteri adalah faktor penting yang berpengaruh terhadap derajat renal

scarring. Scarring terbesar terjadi akibat rekombinan E. coli mannose-sensitive-piliated,

sedangkan scarring derajat rendah terjadi akibat E. coli nonpiliated. Perbedaan ini, secara

hipotesis, mungkin merupakan reaksi inflamasi dari bakteri dengan pili. Pili bakteri

50

Page 51: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

mempengaruhi produksi superoksida oleh PMN. Radikal bebas tersebut bermigrasi ke

ginjal, dan kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan parenkim ginjal yang pada

akhirnya menyebabkan renal scarring. Obat anti inflamasi, seperti glukokortikoid,

ulinastatin, dan dapsone, menghambat renal scarring secara signifikan. Obat - obatan

tersebut memiliki aktivitas anti inflamasi kuat melalui berbagai jalur, termasuk

menghambat produksi radikal bebas oleh polimorfonuklear (PMN).12

VUR adalah aliran refluks urin dari kandung kemih ke ginjal. Kelainan ini sering

ditemukan pada penderita ISK. Dalam keadaan normal urin dapat melewati

ureterovesical junction memasuki kandung kemih, namun mencegah regurgitasi kembali

ke ureter terutama pada saat berkemih. Dengan mekanisme ini, ginjal terlindung dari

tekanan tinggi di dalam kandung kemih dan infeksi. Fungsi valvular ini terganggu dan

menyebabkan terjadinya refluks. Selain itu, tekanan kandung kemih yang lebih tinggi

secara abnormal semakin meningkatkan terjadinya refluks dan pada beberapa kasus

menyebabkan terjadinya pielonefritis sekunder.16

Refluks vesikoureter dibagi menjadi derajat I-V:1

Derajat I: Zat kontras sampai ureter saja, ureter tidak dilatasi.

Derajat II: Kontras sampai pielum dan kaliks, juga tidak ada dilatasi, dan

kaliks masih normal.

Derajat III: Ureter dan pelvis dilatasi dan berkelok-kelok (bisa ringan atau

sedang).

Derajat IV: Ureter dilatasi sedang, dan berkelok-kelok, pielum, dan kaliks

dilatasi sedang. Sudut forniks menjadi tumpul.

Derajat V: Ureter berdilatasi hebat dan berkelok-kelok, pielum, dan kaliks

berdilatasi dan pada beberapa kaliks terlihat papillary impressions.

Adanya VUR dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kerusakan ginjal

hingga pada akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal kronis. Refluks yang terjadi dapat

dalam keadaan steril maupun terkontaminasi. Pada keadaan steril dapat terjadi reaksi

autoimun, menimbulkan reaksi fibrotik, dan terjadi kerusakan akibat adanya tubulus yang

mengalami dilatasi. Pada keadaan terkontaminasi refluks dapat menimbulkan reaksi

inflamasi yang hebat sehingga menyebabkan kerusakan pada ginjal lebih cepat terjadi.

51

Page 52: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

Pada akhirnya dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut berupa hipertensi dan end

stage renal disease.1,19

Gambar 2. Derajat VUR16

52

Page 53: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Infeksi saluran kemih (ISK) pada anak merupakan infeksi yang sering terjadi pada

anak. Manifestasi klinis yang terjadi seringkali memberikan gambaran yang tidak khas

dapat menyebabkan adanya kemungkinan untuk tidak mendapatkan terapi. Hal ini

tentunya memerlukan kemampuan diagnosis yang baik sehingga terapi dapat diberikan

secara tepat. Komplikasi yang terjadi dapat bersifat kompleks dan dapat berbahaya.

Diagnosis dan penanganan awal yang tepat dapat mencegah terjadinya komplikasi dan

penyembuhan yang maksimal

53

Page 54: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

DAFTAR PUSTAKA

1. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-

Hepatologi Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-

Hepatologi IDAI. 2010:87-110

2. WHO. Diarrhoeal Disease (Updated February 2009). In

http:www.Who.int/vaccine_research/disease/diarrhoeal/en/index html. [diunduh

tanggal 10 agustus 2012]

3. Suraatmaja Sudaryat. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:

Sagung Seto. 2007:1-24

4. Soenarto et al. Burden of Severe Rotavirus Diarrhea In Indonesia. The Journal of

Infectious disease 200: S188-94, 2009.

5. Suraatmaja Sudaryat. Masalah Rehidrasi Oral dalam Kapita Selekta

Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:44-53

6. Pickering LK. Gastroenteritis in Nelson textbook of pediatrics 19th edition. United

Stated of Amrica, Lippincot wiliams

7. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta: Badan

Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005.

8. WHO. Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit

Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota.

Jakarta: WHO Indonesia.2009.

9. Suandi IKG. Manajemen nutrisi pada gastroenteritis dalam Kapita Selekta

Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:84-100.

10. Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus dalam

Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:100-111

11. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi saluran kemih. Dalam: Alatas H, Tambunan T,

Trihono PP, Pardede SO, editor. Buku ajar nefrologi anak edisi kedua. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI. 2010: 142-63.

12. Elder JS. Urinary tract infections in Nelson Textbook of Pediatrics 19th edition.

Philadelphia: WB Saunders Company. 2011.

54

Page 55: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

13. Shortliffe LMD, McCue JD. Urinary Tract Infection at Age Extremes: Pediatrics

and Geriatrics. The American Journal of Medicine 2002; 113 (1A), p 55s – 66s.

14. Heffner VA, Gorelick MH. Pediatric Urinary Tract Infection. Clin Ped Emerg

Med 2008; 9, p 233-7.

15. Wald ER. Genitourinary infection in Feigin & Cherry’s Textbook of Pediatric

Infectious Disease. 6th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2009: 549-69.

16. Yang SSD, Chiang IN, Lin CD, Chang SJ. Advances in non-surgical treatments

for urinary tract infections in children. World J Urol 2012; 30, p 69–75.

17. Zaffanello M, Malerba G, Cataldi L, et al. Genetic risk for recurrent urinary tract

infections in humans: a systematic review. J Biomed Biotechnol. 2010; 321082.

18. Avner JR. Acute fever. Pediatr Rev 2009: 30, p 5-11.

19. Roberts KB, Downs SM, Finnel ME, et al. Urinary tract infection: Clinical

practice guideline for the diagnosis and management of the initial UTI in febrile

infants and children 2 to 24 months. Pediatrics 2011; 128(3), p 595-610.

20. Rodriguez LM, Robles B, Marugan JM, Suarez A, Santon F. Urinary interleukin 6

is useful in distinguishing between upper and lower urinary tract infections.

Pediatr Nephrol 2008: 23, p 429-33.

21. Supavekin S, Kucivilize K, Hunnangkul S, Sriprapaporn J, Pattaragan A,

Sumboonnanonda A. The relation of vesicoureteral reflux and renal scarring in

childhood urinary tract infection. J Med Assoc Thai 2006; 89(2), p S41-7.

22. Craig JC, Simpson JM, Williams GJ. Antibiotic prophylaxis and recurrent urinary

tract infection in children. N Engl J Med 2009; 361, p 1748-59.

23. Brian SA dan Sarah HC. Urinary tract infection in children. Am Fam Physician;

72(12), p 2483-8.

24. Kassis I, Kovalski Y, Magen D, Berkowitz D, Zelikovic I. Early Performance of

Voiding Cystourethrogram after Urinary Tract Infection in Children. IMAJ

2008;10, p 453–6.

25. Preda I, Jedal U, Sixt R, Stokland E, Hansson S. Value of Ultrasound in

Evaluation of Infants With First Urinary Tract Infection. The Journal of Urology

2010; 183, p 1984-8.

55

Page 56: Presentasi Kasus Diare Akut Suspect Infeksi SAluran Kemih

26. Feld LG. Mattoo TK. Urinary tract infections and vesicoureteral reflux in infants

and children. Pediatr Rev 2010; 31, p 451-63.

27. Williams G, Craig JC. Long-term antibiotics for preventing recurrent urinary tract

infection in children. Cochrane Database of Systematic Reviews 2011, Issue 3.

Art. No.: CD001534. DOI: 10.1002/14651858.CD001534.pub3.

28. Hoberman A, Keren R. Antimicrobial prophylaxis for urinary tract infection in

children. N Engl J Med 2009; 361, p 1804-6.

29. Tambunan T. Nefropati refluks. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP,

Pardede SO, editor. Buku ajar nefrologi anak edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI. 2010: 164-81.

56