Transcript
  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    1/23

    197

    ISBN: 978-979-097-044-1

    BUKU AJARMata Kuliah : NUTRISI IKAN

    SKS : 3

    Semester : IV (EMPAT)Program Studi : BUDIDAYA PERAIRAN

    Fakultas : PIK

    Disusun oleh:

    DR.IR. SUBANDIYONO, MAppSc.

    DR.IR. SRI HASTUTI, MSi.

    LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    2010

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    2/23

    198

    ISBN: 978-979-097-044-1

    G. MIKRO-NUTRIEN- POKOK BAHASAN VI

    (SUPLEMEN I)

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    3/23

    199

    ISBN: 978-979-097-044-1

    G. MIKRO-NUTRIEN

    I. VITAMIN

    1. Pendahuluan

    1.1. Deskripsi Singkat

    Vitamin merupakan komponen organik dan diperlukan dalam jumlah sangat

    sedikit. Vitamin dibagi menjadi 2 kategori, yang larut dalam air dan larut dalam

    lemak. Sebagian besar vitamin yang larut dalam air berperan sebagai ko-enzim.

    Fungsi vitamin yang larut dalam lemak agak spesifik. Jumlah yang berlebihan

    dalam pakan dapat meracuni, disebut hipervitaminosis. Pada budidaya ekstensif,

    makanan alami cukup berlimpah menyediakan berbagai jenis vitamin esensial.

    Pada budidaya intensif, jumlah dan jenis makanan alami terbatas atau bahkan

    tidak ada sama sekali. Oleh karena itu, vitamin perlu dan harus disediakan dari

    pakan.

    1.2. Relevansi

    Pokok Bahasan VI ini merupakan materi suplemen I bagi mahasiswa yang

    ingin mempelajari materi nutrisi ikan lebih lanjut, namun masih terkait dengan

    komponen makro-nutrien protein, lemak, dan karbohidrat yang telah diterangkan

    secara lebih rinci dalam pokok-pokok bahasan sebelumnya. Sub-Pokok Bahasan

    I ini membahas salah satu komponen mikro-nutrien penting, yaitu vitamin.

    Sedangkan komponen mikro-nutrien penting lainnya, yaitu mineral, dibahas dalamSub-Pokok Bahasan Il. Perbedaan mendasar antara mikro- dan makro-nutrien

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    4/23

    200

    ISBN: 978-979-097-044-1

    terletak pada ketersediaannya akan energi. Namun, ke dua kelompok nutrien

    tersebut merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dan tidak terpisahkan

    dalam bahasan nutrisi untuk ikan maupun jenis hewan lainnya. Dengan demikian,

    aspek-aspek yang tercermin dalam Sub-Pokok Bahasan I dan II ini sangat

    penting untuk dipahami mahasiswa.

    1.3. Kompetensi

    1.3.1.

    Standar Kompetensi

    Pada akhir penjabaran materi Vitamin pada Sub-Pokok Bahasan I ini

    mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan kembali berbagai jenis vitamin,

    berbagai macam vitamin yang penting dan dibutuhkan oleh ikan, serta

    pengaruhnya pada ikan apabila ikan tersebut kekurangan ataupun kelebihan

    vitamin.

    1.3.2. Kompetensi Dasar

    Pada akhir pemaparan dari materi ini, mahasiswa semester IV PS. Budidaya

    Perairan, Jurusan Perikanan, hendaknya telah mampu menyebutkan,

    menjelaskan, dan/atau mendeskripsikan kembali:

    a. Berbagai jenis vitamin yang larut dalam lemak dan larut dalam air;

    b. Sepuluh (10) macam pengaruh dari pakan yang kekurangan akan vitamin

    atau vitamin tertentu; serta

    c. Ikan yang defisien akan vitamin tertentu.

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    5/23

    201

    ISBN: 978-979-097-044-1

    2. Penyajian

    2.1. URAIAN

    A. Pengertian Vitamin. Vitamin merupakan komponen organik dan

    diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Vitamin sangat dibutuhkan dalam

    berbagai fungsi sebagian besar bentuk-bentuk kehidupan. Apa yang disebut

    dengan premix?. Premix merupakan suplemen vitamin yang ditambahkan ke

    dalam pakan. Premix diformulasikan untuk menambah berbagai vitamin yangterkandung dalam berbagai bahan penyusun pakan. Premix ditambahkan untuk

    mengganti atau mengimbangi berbagai vitamin yang tersedia secara tidak lengkap

    dan kehilangan yang terjadi selama proses pembuatan dan penyimpanan.

    B. Klasifikasi Vitamin. Vitamin dibagi menjadi 2 kategori, yaitu vitamin yang

    larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air

    (water-soluble vitamins) meliputi thiamin, ribovlavin, piridoksin (vitamin B6),

    pantotenat, niasin, biotin, folat, vitamin B12, kolin, mioinositol, dan vitamin C.

    Berbagai macam vitamin yang larut dalam lemak (fat-soluble vitamins) adalah

    vitamin A, D, E, dan K. Ingat!! Kata ADEK yang mirip dengan kata ADIK, lawan

    kata kakak.

    C. Peran Vitamin. Vitamin merupakan komponen organik yang memiliki

    banyak peran secara bio-fisiologis. Vitamin berfungsi dalam berbagai macam

    reaksi kimia dalam tubuh. Sebagian besar vitamin yang larut dalam air berperan

    sebagai ko-enzim pada reaksi biokimia tubuh. Ko-enzim bekerja dengan atau

    menjadi bagian dari suatu enzim. Sebagaimana diketahui, enzim merupakan

    katalisator biologis. Sebagian besar enzim adalah protein, dan bersifat unik atau

    spesifik untuk setiap reaksi biokimia. Vitamin yang larut dalam lemak diserap

    bersama-sama dengan lemak dalam pakan. Tidak sebagaimana vitamin yang

    larut dalam air, vitamin yang larut dalam lemak dapat disimpan dalam jaringan

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    6/23

    202

    ISBN: 978-979-097-044-1

    tubuh. Jumlah yang berlebihan dalam pakan dapat menyebabkan suatu kondisi

    meracuni yang disebut hipervitaminosis. Fungsi dari jenis vitamin yang larut

    dalam lemak agak spesifik.

    Beberapa contoh vitamin yang larut dalam air seperti kolin, mioinositol, dan

    vitamin C berperan terhadap berbagai macam fungsi. Kolin berfungsi sebagai: a)

    komponen dari membran; b) prekursor dari asetilkolin, suatu kimiawi untuk

    transmisi syaraf; dan c) pemberi atau penyedia grup metil (CH3) untuk berbagai

    reaksi kimiawi. Miositol juga merupakan komponen membran dan terlibat dalam

    pengiriman pesan pada berbagai proses tubuh. Vitamin C terlibat dalam

    pembentukan jaringan ikat (connective tissue), matrik tulang, dan perbaikan-

    perbaikan luka. Vitamin C juga memfasilitasi penyerapan besi (Fe) dari usus dan

    membantu mencegah peroksidasi lemak dalam jaringan.

    Vitamin A, D, E, dan K merupakan jenis vitamin yang larut dalam lemak.

    Vitamin A diperlukan untuk penglihatan, pertumbuhan yang baik, reproduksi,

    resistensi atau ketahanan terhadap infeksi, dan perawatan bagian luar atau kulit

    tubuh. Sebagaimana pada hewan darat, ikan dapat menggunakan -karoten

    sebagai prekursor vitamin A. Vitamin D membantu tubuh dalam memobilisasi

    atau memindahkan, mengangkut, menyerap, dan menggunakan kalsium (Ca)

    serta fosfor (P). Vitamin D bekerja dengan 2 hormon dari suatu glandula atau

    kelenjar endokrin, yaitu paratiroid. Vitamin E adalah suatu nama yang diberikan

    untuk semua senyawa yang berperan selayaknya -tokoferol. Vitamin E, yang

    mana bekerja dengan selenium (Se), melindungi sel melawan efek buruk dari

    oksidasi. Vitamin K dibutuhkan untuk proses penggumpalan darah (blood-clotting)

    secara normal. Beberapa jenis hewan dapat mensintesis vitamin K dalam

    ususnya. Ikan tidak memiliki bakteri tertentu untuk melakukan hal tersebut.

    D. Kebutuhan Vitamin. Vitamin memiliki banyak peran secara bio-fisiologis.

    Keberadaannya dalam pakan banyak dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan

    normal, reproduksi, dan kesehatan. Sistem pencernaan ikan yang sederhana

    menetapkan kebutuhan tertentu akan suplementasi vitamin dalam pakan ikan.

    Kebutuhan vitamin pada ikan menyerupai hewan non-ruminansia, seperti babi dan

    ayam. Ikan dan manusia merupakan contoh diantara hewan yang sedikit lebih

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    7/23

    203

    ISBN: 978-979-097-044-1

    tinggi kebutuhannya akan sumber vitamin C dalam pakan. Kekurangan vitamin C

    pada ikan lele menyebabkan perubahan bentuk atau deformitis pada bagian ekor.

    Secara umum, berbagai gejala yang ditunjukkan oleh ikan yang kekurangan akan

    suatu vitamin adalah hilang nafsu makan (anorexia), pertumbuhan menurun, dan

    hingga kematian.

    Kebutuhan ikan dalam hal vitamin sudah banyak diketahui. Pada sistem

    budidaya ekstensif dengan kepadatan rendah, makanan alami cukup berlimpah

    untuk menyediakan berbagai jenis vitamin esensial. Oleh karena itu, kondisi

    kekurangan akan vitamin dalam pakan buatan tidak banyak membawa masalah

    yang serius. Lain halnya pada sistem budidaya intensif dengan kepadatan tinggi.

    Pada sistem tersebut jumlah dan jenis makanan alami terbatas atau bahkan tidak

    ada sama sekali. Oleh karena itu, vitamin perlu dan harus disediakan dari pakan

    buatan untuk mendukung pertumbuhan yang normal.

    Bagaimana cara menentukan kebutuhan vitamin?. Kebutuhan ikan akan

    vitamin dapat ditentukan secara kualilatif maupun kuantitatif. Metode ini dapat

    diterapkan dengan cara memberi pakan ikan dengan pakan uji yang kekurangan

    akan jenis vitamin tertentu. Berbagai faktor yang dapat menentukan kadar

    kebutuhan vitamin dalam pakan meliputi kondisi bio-fisiologis ikan seperti ukuran,

    umur, laju pertumbuhan, dan kematangan secara seksual; berbagai faktor

    lingkungan; dan hubungan antar nutrien.

    TUGAS!!Selanjutnya Anda disarankan untuk merangkum (dalam bentuk Tabel)

    mengenai kebutuhan vitamin serta berbagai gejala yang ditunjukkan oleh

    beberapa jenis ikan, apabila ikan tersebut kekurangan akan jenis vitamin

    tertentu, baik untuk vitamin yang larut dalam air maupun yang larut dalam

    lemak. Informasi dapat diproleh dari jurnal, buku, maupun internet.

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    8/23

    204

    ISBN: 978-979-097-044-1

    VITAMIN C YANG STABILMeskipun sangat penting untuk pertumbuhan ikan, ketidak-stabilan

    vitamin C memberikan kesulitan bagi produsen pakan dibidang perikanan.

    Panas dan air dari proses pengilingan cenderung mempercepat oksidasi

    dan pada akhirnya kerusakan vitamin C. Pada tahun 1988, usaha bersama

    oleh Kansas State University, Manhattan, Kansas; Rangen Inc., Buhl,

    Idaho; dan Zeigler Brothers, Inc., Gardner, Pennsylvania, menghasilkan

    pengembangan produk vitamin C yang stabil dan yang relatif tidak mahal

    untuk digunakan dalam pakan ikan, dan kemungkinan juga untuk hewan

    lainnya, serta berbagai industri nutrisi dan kesehatan manusia.

    Komponen L-ascorbyl-2-polyphosphate, atau disingkat ASPP,

    memungkinkan para nutrisionis bidang perikanan membuat formula pakan

    hewan akuatik secara ekonomis dengan tingkat jaminan yang tinggi

    bahwa kadar yang mencukupi akan nutrien vitamin C yang penting akan

    berada dalam pakan. Fosfat yang menempel pada vitamin C

    melindunginya dari oksigen selama pemrosesan dan penyimpanan pakan.

    Sesaat setelah pencernaan oleh ikan, proses-proses pencernaan

    memisahkan ASPP kembali menjadi 2 nutrien, vitamin C dan fosfat.

    Pada tahun 1989, Vitamin Technologies International, Buhl, Indaho,

    menerima persetujuan dari The Food and Drug Administration untuk

    memproduksi dan memasarkan ASPP untuk digunakan dalam pakan

    budidaya ikan. Dikarenakan pakan ikan biasanya mengandung minyak

    pada tingkat yang tinggi, proses oksidasi mungkin saja mengakibatkan

    berbagai jenis vitamin menjadi tidak aktif. Jumlah vitamin yang

    melebihi kebutuhan memastikan bahwa ikan menerima kadar yang cukup.

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    9/23

    205

    ISBN: 978-979-097-044-1

    Penentuan kebutuhan vitamin secara kualitatif dapat dilakukan dengan cara

    membandingkan berbagai pengaruh bio-fisiologis yang ditimbulkan antara ikan

    yang diberi pakan kontrol (control diet, yaitu pakan yang mengandung secara

    lengkap semua jenis vitamin yang dibutuhkan ikan), dengan ikan yang diberi

    pakan uji (test diet, yaitu pakan yang mengandung secara lengkap semua jenis

    vitamin yang dibutuhkan ikan kecuali satu jenis vitamin tertentu yang akan dikaji

    pengaruhnya pada ikan tersebut). Pengaruh atau gejala yang ditimbulkan akibat

    dari pemberian ke dua jenis pakan tersebut merupakan pengaruh dari jenis

    vitamin yang tidak terdapat dalam pakan uji. Fenomena tersebut mengindikasikan

    bahwa jenis vitamin tertentu yang sedang dikaji pengaruhnya bersifat esensial

    bagi ikan uji dan perlu ada atau hendaknya ditambahkan dalam pakan.

    Sebaliknya bila pakan uji tidak menimbulkan gejala kekurangan, maka berarti

    bahwa jenis vitamin uji bersifat tidak esensial dan tidak harus ditambahkan ke

    dalam pakan. Skema penentuan uji kebutuhan vitamin secara kualitatif disajikan

    pada Gambar G.1.

    Gambar G.1. Skema Penentuan Uji Kebutuhan Vitamin secara Kualitatif.

    Penentuan kebutuhan vitamin secara kuantitatif dapat dilakukan dengan cara

    yang mirip sebagaimana cara di atas, yaitu dengan memberi makan ikan

    menggunakan pakan uji dan pakan kontrol yang merupakan pakan lengkap ataumurni, dan selanjutnya mengamati perbedaan gejala bio-fisiologis yang

    ditimbulkannya pada ikan uji. Pakan kontrol adalah pakan lengkap atau murni

    dengan kandungan semua jenis vitamin pada jumlah yang dibutuhkan ikan untuk

    dapat hidup dan tumbuh secara normal. Pakan uji adalah beberapa pakan

    dengan kriteria kualitas yang sama sebagaimana pakan kontrol, namun dengan

    kandungan vitamin tertentu yang akan dikaji pengaruhnya pada kadar yang

    berjenjang mulai dari konsentrasi terendah (misalnya nol) hingga tertinggi

    (Gambar G.2).

    TEST DIETS VS CONTROL DIET

    Lack of particular

    vitamin

    Containing

    complete vitamins

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    10/23

    206

    ISBN: 978-979-097-044-1

    Gambar G.2. Skema Penentuan Uji Kebutuhan Vitamin secara Kuantitatif

    Pengaruh berupa gejala yang ditimbulkannya dapat dievaluasi menggunakan

    berbagai kriteria dan mengindikasikan berapa konsentrasi optimum dari jenis

    vitamin yang sedang dikaji tersebut dibutuhkan oleh ikan. Apabila pakan uji

    memunculkan gejala kekurangan akan vitamin, maka berarti bahwa vitamin

    dengan kadar tertentu dalam pakan tersebut tidak sesuai untuk diberikan pada

    ikan uji dan oleh karena itu pakan tersebut tidak lagi digunakan. Sebaliknya bila

    terdapat pakan uji yang tidak memunculkan gejala kekurangan vitamin atau

    memberikan pengaruh terhadap ikan uji sebagaimana pakan kontrol, maka

    vitamin dengan kadar sebagaimana dalam pakan uji tersebut ditetapkan sebagai

    kebutuhan terendah dalam pakan. Selanjutnya pakan tersebut diujikan kembali

    pada ikan yang dipelihara di dalam kolam dengan kepadatan tinggi. Apabilapakan tersebut memunculkan beberapa gejala yang merugikan bagi ikan,

    misalnya stres atau penyakit, maka berarti bahwa kadar vitamin dalam pakan

    tersebut perlu untuk ditingkatkan kembali diatas kadar yang telah ditetapkan

    berdasarkan pada percobaan laboratorium (Gambar G.3).

    Penambahan vitamin dalam pakan hingga kadar tertentu yang lebih tinggi

    dari kadar yang dibutuhkan ikan adalah penting dikarenakan beberapa alasan.

    Pertama, jenis vitamin tertentu mungkin saja rusak selama proses pembuatan danpenyimpanan pakan. Sebagai contoh adalah terjadinya oksidasi vitamin C

    (ascorbic acid). Oksidasi vitamin C merupakan masalah yang umum terjadi.

    Proses oksidasi ini dapat dipercepat oleh adanya pengaruh panas, kelembaban,

    perubahan pH, keberadaan logam-logam tertentu, dan oksidasi lipid yang sedang

    berlangsung. Oksidasi vitamin dapat dikontrol melalui berbagai macam cara,

    diantaranya adalah: a) pakan sebaiknya dilindungi dengan berbagai bentuk

    vitamin yang sudah diproteksi; b) penggunaan berbagai jenis lemak yang mudah

    teroksidasi hendaknya dihindarkan atau dibatasi; c) kondisi penyimpanan yang

    TEST DIETS VS CONTROL DIET

    Particular vitamin with

    different concentrations

    Complete/

    purified diet

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    11/23

    207

    ISBN: 978-979-097-044-1

    kurang tepat sebaiknya dihindari; dan d) pakan sebaiknya segera dipergunakan

    setelah pembuatan (pelleting) selesai. Kedua, kandungan vitamin dari berbagai

    bahan penyusun pakan cukup bervariasi.

    Gambar G.3. Skema Prosedur Pengambilan Keputusan Berdasarkan Kriteria dan

    Gejala Bio-Fisiologis yang Ditimbulkan Pakan Uji terhadap Ikan Uji.

    Sementara itu, kadar yang sebenarnya dari berbagai vitamin dalam bahan

    penyusun pakan tersebut tidaklah diketahui kecuali setiap bahan dianalisis.

    Dengan demikian lebih mudah dan lebih aman mengasumsikan tak ada vitamin

    dalam pakan yang sesuai jumlahnya dengan kebutuhan ikan. Ketiga, beberapa

    bahan penyusun pakan mengandung berbagai faktor anti-nutritional yang ada

    secara alami. Faktor-faktor anti-nutritional ini mungkin mengurangi ketersediaan

    atau berpengaruh terhadap fungsi beberapa vitamin tertentu. Keempat,

    TEST DIETS COMPLETE DIET

    Minimum dietary requirement

    Ada gejala

    kekurangan

    Tak ada gejala

    kekurangan

    Pertumbuhan normal

    Tak ada perubahan metabolik

    Tak ada gejala kekurangan

    Stres dikarenakan kepadatan tinggi

    Muncul penyaklit

    Berbagai gejala yang belum

    diketahui penyebabnya

    Membutuhkan vitamin dalam pakan

    dengan konsentrasi diatas kadar minimum

    berdasarkan percobaan laboratorium

    Pakan tak

    digunakan

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    12/23

    208

    ISBN: 978-979-097-044-1

    hendaknya dibuat perkiraan akan terjadinya pencucian atau pelepasan berbagai

    vitamin dari pakan tersebut ketika pakan diberikan pada ikan. Lepasnya vitamin

    ke dalam air merupakan masalah utama pada pemberian pakan untuk krustase,

    dimana pellet mungkin saja berada beberapa jam di dalam air bak atau kolam

    sebelum benar-benar dikonsumsi.

    3. Penutup

    3.1.

    Rangkuman

    Vitamin merupakan komponen organik dan diperlukan dalam jumlah

    sangat sedikit. Vitamin dibagi menjadi 2 kategori, yang larut dalam air

    dan larut dalam lemak. Sebagian besar vitamin yang larut dalam air

    berperan sebagai ko-enzim. Fungsi vitamin yang larut dalam lemak agak

    spesifik. Jumlah yang berlebihan dalam pakan dapat meracuni, disebut

    hipervitaminosis. Kebutuhan ikan akan vitamin dalam pakan adalah mutlak.

    Pada budidaya ekstensif, makanan alami cukup berlimpah menyediakan

    berbagai jenis vitamin esensial. Pada budidaya intensif, jumlah dan jenis

    makanan alami terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali. Oleh karena

    itu, vitamin perlu dan harus disediakan dari pakan. Penentuan kebutuhan

    vitamin secara kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan berbagai

    pengaruh bio-fisiologis yang ditimbulkan antara ikan yang diberi pakan

    kontrol dengan ikan yang diberi pakan uji yang mengandung secara

    lengkap semua jenis vitamin yang dibutuhkan ikan kecuali satu jenis

    vitamin tertentu yang akan dikaji pengaruhnya. Penentuan kebutuhan

    vitamin secara kuantitatif dapat dilakukan dengan cara memberi makan

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    13/23

    209

    ISBN: 978-979-097-044-1

    (lanjutan)

    DAFTAR PUSTAKA/ACUAN/BACAAN ANJURAN

    1. Berdanier, C.D. 1998. Advanced Nutrition-Micronutrients. CRC Press, BocaRaton, Florida. 223 p.

    2. Cho, C.Y., Cowey, C.B. and Watanabe, T. 1985. Finfish Nutrition in Asia-Methodological Approaches to Research and Development. IDRC,Canada. 154 p.

    3. Halver, J.E. 1972. Fish Nutrition. Acad. Press., New York. 713 p.

    4. Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. 2nd ed. Acad. Press, Inc., San Diego. 798p.

    5. Halver, J.E. and Hardy, R.W. 2002. Fish Nutrition. 3rd ed. Acad. Press,Amsterdam. 822 p.

    6. Hepher, B. 1988. Nutrition of Pond Fishes. Cambridge Univ. Press. NewYork. 387 p.

    7. Lawrence, E. 1989. Biological Terms. 10th ed. Longman Sci. & Technical,Singapore. 645 p.

    8. Lovell, T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. Van Nostrand reinhold, New

    York. 260 p.

    9. NRC. 1977. Nutrient Requirements of Warmwater Fishes. Nation. Acad. Sci.,Washington, DC., USA. 78 p.

    10. NRC. 1982. Nutrient Requirements of Warmwater Aquatic Animals. Nation.Acad. Press, Washington, DC., USA. 252 p.

    11. Parker, R. 2002. Aquaculture Science. 2nd ed. Delmar, Thomson Learning,USA. 621 p.

    ikan menggunakan pakan uji dan pakan kontrol yang merupakan pakan

    lengkap atau murni, dan selanjutnya mengamati perbedaan gejala bio-

    fisiologis yang ditimbulkannya pada ikan uji.

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    14/23

    210

    ISBN: 978-979-097-044-1

    II. MINERAL

    1. Pendahuluan

    1.1. Deskripsi Singkat

    Definisi mineral esensial dikategorikan berdasarkan pada 3 kriteria, yaitu

    konservatif, liberal, dan moderat. Mineral dikategorikan esensial bilamana

    defisiensinya mengakibatkan perubahan fungsional dari optimal menjadi sub-

    optimal. Mineral dibagai menjadi makro-mineral dan mikro-mineral. Fungsi bio-

    fisiologis penting dari mineral meliputi fungsi stuktural, fisiologikal, katalitik, dan

    regulatori. Kekurangan maupun kelebihan mineral dapat bersifat merugikan,

    bahkan kematian.

    1.2. Relevansi

    Sebagaimana vitamin yang telah dibahas dalam Sub-Pokok Bahasan I,

    mineral juga merupakan salah satu komponen mikro-nutrien penting dalam nutrisi

    ikan. Pada umumnya, ke dua komponen mikro-mineral ini terdapat dalam jumlah

    yang jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan komponen makro-nutrien.

    Namun demikian, keberadaannya dalam pakan adalah mutlak agar ikan sehat dan

    dapat tumbuh dengan baik. Sebaliknya, ikan dapat sakit, terganggu

    pertumbuhannya, atau bahkan mengalami kematian. Oleh karena itu, meskipun

    merupakan komponen mikro-, mahasiswa perlu mempelajarinya agar dapat

    memahami konsep nutrisi ikan secara lebih sempurna.

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    15/23

    211

    ISBN: 978-979-097-044-1

    1.3. Kompetensi

    1.3.1. Standar Kompetensi

    Pada akhir penjabaran materi Mineral pada Sub-Pokok Bahasan II ini,

    mahasiswa diharapkan mampu menyebutkan kembali definisi mineral esensial,

    mampu menjelaskan kembali berbagai macam dan fungsi penting mineral bagi

    ikan, serta pengaruhnya pada ikan apabila ikan tersebut kekurangan ataupun

    kelebihan mineral tertentu.

    1.3.2. Kompetensi Dasar

    Pada akhir pemaparan dari materi ini, mahasiswa semester IV PS. Budidaya

    Perairan, Jurusan Perikanan, hendaknya telah mampu menyebutkan,menjelaskan, dan/atau mendeskripsikan kembali:

    a. Definisi mineral esensial;

    b. Berbagai macam makro- dan mikro-mineral;

    c. Sepuluh (10) fungsi dari mineral; serta

    d. Ikan yang defisien atau kelebihan akan mineral tertentu.

    2. Penyajian

    2.1. URAIAN

    A. Definisi dan Pengertian Mineral. Definisi dan pengertian akan mineral

    yang dikelompokkan kedalam mineral esensial bagi ikan dan hewan berbeda

    dengan definisi untuk asam amino maupun asam lemak. Menurut Prof.Dr.Ir. Toha

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    16/23

    212

    ISBN: 978-979-097-044-1

    Sutardi, MSc. (2004), seorang guru besar pada bidang ilmu nutrisi ternak, IPB,

    definisi mineral esensial dikategorikan berdasarkan pada 3 kriteria, yaitu

    konservatif yang berat kriteria persyaratannya, liberal yang ringan kriteria

    persyaratannya, dan moderat dengan kriteria persyaratan diantaranya. Beliau

    menganut paham liberal, yaitu bilamana defisiensinya mengakibatkan perubahan

    fungsional dari optimal menjadi sub-optimal maka mineral tersebut dapat

    dikategorikan sebagai mineral esensial. Beliau berpendapat bahwa suatu elemen

    dapat dipertimbangkan bersifat esensial jika memenuhi persyaratan-persyaratan

    sebagai berikut: 1) dipertahankan pada status homeostasi, jika kelebihan akan

    diekskresi; 2) sudah ada sejak lahir dan menurun sejalan dengan bertambahnya

    usia; dan 3) merupakan bagian (kofaktor) enzim serta gejala defisiensi yang

    ditimbulkan dapat diatasi. Sedangkan menurut Georgievskii (1982), seorang ahli

    nutrisi mineral berkebangsaan Rusia menyatakan bahwa suatu elemen dapat

    dipertimbangkan bersifat esensial jika memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai

    berikut: 1) jika selalu terdapat di dalam hewan pada konsentrasi yang hampir

    sama untuk setiap individu hewan; 2) jika kandungan dari elemen yang diberikan

    tersebut di dalam berbagai jaringan yang berbeda mengikuti urutan (sekuensi)

    yang sama; 3) jika suatu pakan yang defisien akan elemen tersebut menghasilkangejala-gejala defisiensi yang jelas pada hewan dan perubahan-perubahan

    biokimia yang jelas dalam jaringan; dan 4) jika gejala-gejala dan perubahan -

    perubahan yang ditimbulkan tersebut dapat dicegah atau dieliminasi dengan

    penambahan elemen yang sedang dikaji ke dalam pakan uji.

    Mineral terdapat dalam sel dan jaringan tubuh hewan dalam berbagai

    macam fungsi, kombinasi kimiawi, dan kadar sifat, yang bervariasi menurut

    elemen dan jaringannya. Kadar elemen esensial biasanya harus dipertahankandalam kisaran yang relatif sempit bila integritas struktural dan fungsional dari

    jaringan ingin tetap terjaga serta pertumbuhan, kesehatan, dan produktivitas

    hewan tersebut tetap tidak terganggu.

    B. Klasifikasi Mineral. Berdasarkan pada kebutuhan atau penggunaannya

    oleh seekor hewan, mineral dibagai menjadi 2 kelompok, yaitu makro-mineral dan

    mikro-mineral. Makro-mineral terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang relatif

    besar. Jenis mineral yang disebutkan di bawah ini sekaligus merupakan contoh

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    17/23

    213

    ISBN: 978-979-097-044-1

    dari makro- dan mikro-mineral esensial bagi ikan. Makro-mineral tersebut meliputi

    kalsium (Ca), klorin (Cl), magnesium (Mg), fosfor (P), potasium(kalium, K), dan

    sodium (natrium, Na). Beberapa peneliti menambahkan sulfur (belerang, S)

    sebagai salah satu dari kelompok makro-mineral. Mikro-mineral meliputi tembaga

    (copper, Cu), yodium (iodine, I), besi (iron, Fe), mangan (manganese, Mn),

    selenium (Se), dan seng (zinc, Zn). Penelitian yang berkembang pesat pada

    akhir-akhir ini memasukkan beberapa jenis mikro-mineral lainnya ke dalam

    kelompok mikro-mineral esensial. Mikro-mineral esensial tersebut adalah kobal

    (Co), molibdenum (Mo), fluorin (F), timah (Sn), nikel (Ni), silikon (Si), vanadium

    (V), kromium (Cr), arsenik (As), timbal (Pb), dan litium (Li).

    C. Peran Mineral. Mineral mempunyai beberapa peran secara bio-fisiologis.

    Berbagai fungsi penting dari mineral meliputi: a) Fungsi Stuktural. Mineral dapat

    membentuk komponen struktural dari jaringan dan organ tubuh. Tulang dan gigi

    tersusun atas komponen utama seperti Ca, P, Mg, F, Si. Protein otot

    mengandung P dan S. Mineral seperti Zn dan P membantu stabilitas struktural

    terhadap berbagai molekul dan membran, dimana mineral tersebut menjadi

    bagiannya; b) Fungsi Fisiologikal. Mineral terdapat dalam cairan tubuh dan

    jaringan sebagai elektrolit, yaitu keterkaitannya dengan fungsi mempertahankan

    tekanan osmotik, keseimbangan asam-basa, permeabilitas membran, dan

    iritabilitas jaringan. Mineral seperti Na, K, Cl, Ca, dan Mg terdapat dalam darah.

    Beberapa jenis mineral mempunyai fungsi fisiologikal pada cairan otak dan tulang

    belakang serta pada cairan pencernaan (gastric juice); c) Fungsi Katalitik.

    Mineral dapat berperan sebagai katalis dalam sistem enzim dan hormon, sebagai

    komponen spesifik dan integral dari struktur metaloenzim atau sebagai aktivator

    yang kurang spesifik dalam sistem tersebut; d) Fungsi Regulatori. Beberapa

    tahun terakhir ini, berbagai mineral telah ditemukan berperan dalam regulasi

    replikasi dan diferensiasi sel. Sebagai contoh, Ca mempengaruhi trasduksi signal,

    Zn mempengaruhi transkripsi, dan I berperan sebagai bagian dari tiroksin yaitu

    memperpanjang kemantapan akan peran regulatorinya.

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    18/23

    214

    ISBN: 978-979-097-044-1

    D. Respons Dosis Mineral. Hewan memberikan respons yang berbeda

    terhadap perbedaan dosis dan sifat mineral yang masuk ke dalam tubuh.

    Hubungan respons dosis antara suplai atau pemasukan mineral dan produksihewan menunjukkan adanya batas marjinal antara konsentrasi mineral dalam

    pakan yang berkecukupan, kekurangan, atau bersifat racun. Grafik dan kisaran

    marjinal bergerak ke kanan bilamana daya serap dari sumber mineral menurun.

    Dengan demikian, grafik A mewakili sumber mineral dengan daya serap yang

    lebih, dan B (garis putus) mewakili sumber mineral yang lebih sedikit dapat

    diserap (Gambar G.4).

    Gambar G.4. Skema Respons Hewan terhadap Dosis Mineral dalam Pakan.(Diadiopsi dari Underwood dan Suttle, 1999).

    Kebutuhan ditetapkan berada dalam batas kecukupan tengah yang berkisar

    dari kebutuhan minimum hingga tingkat aman yang diijinkan, bergantung pada

    daya serap mineral dan berbagai variabel yang diambil sebagai bahan

    pertimbangan. Berdasarkan pada Gambar G.4 terlihat pula bahwa kebutuhan

    ikan akan jenis mineral tertentu perlu ditetapkan dengan seksama. Tingkat

    kecukupan kebutuhan mineral (yaitu minimum hingga optimum) berada pada

    kisaran yang bervariasi, yaitu sempit hingga luas. Namun demikian, secara umum

    dapat dinyatakan bahwa kekurangan maupun kelebihan mineral dalam pakan,

    baik untuk jenis mineral dengan daya serap rendah maupun tinggi, dapat bersifat

    merugikan hewan yang mengkonsumsinya. Bahkan, peneliti lainnya menyatakan

    bahwa diluar kisaran marjinal dapat mengakibatkan kematian.

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    19/23

    215

    ISBN: 978-979-097-044-1

    E. Kebutuhan Mineral. Ikan dapat menyerap sejumlah mineral secara

    langsung dari air, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), sodium (natrium, Na),

    potasium(kalium, K), besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), dan selenium (Se). Hal

    ini mengurangi kebutuhan mineral dalam pakan. Namun, hal tersebut juga

    membuat penelitian tentang kebutuhan mineral sulit dan tidak meyakinkan.

    Sebagian besar peneliti setuju bahwa ikan membutuhkan semua jenis mineral

    yang dibutuhkan oleh hewan lainnya.

    Kalsium dan fosfor secara langsung paling terlibat dalam perkembangan dan

    pertumbuhan tulang rangka, dan ke dua mineral tersebut berperan pada banyak

    reaksi biokimia lainnya. Ikan menyerap kalsium secara langsung dari air dengan

    insang dan kulit. Kebutuhan kalsium ditentukan oleh kimia air.

    Fosfor dalam pakan lebih kritis. Fosfor diturunkan dari fosfat dalam pakan.

    Tanda-tanda kekurangan fosfor meliputi pertumbuhan lambat, efisiensi pakan

    menurun, bentuk tulang yang tidak normal (deformitis). Ketersediaan fosfor dalam

    bahan penyusun pakan sangat bervariasi. Bahan penyusun pakan dari biji-bijian

    mengandung fosfor dalam bentuk yang diketahui sebagai fitin (phytin).

    Ketersediaan fosfor dalam fitin adalah rendah. Hewan dengan perut sederhana

    kekurangan enzim untuk melepaskan fosfor.

    Magnesium berfungsi dengan berbagai enzim sebagai kofaktor.

    Kebutuhannya dalam pakan dapat dipenuhi dari air atau pakan. Kekurangan

    magnesium menyebabkan nafsu makan hilang, pertumbuhan menurun, suka

    tidur (letargia), bentuk tulang belakang tidal normal, degenerasi sel, dan kejang.

    Sodium (Na), potasium (K), dan klorin (Cl) adalah elektrolit. Sodium dan

    klorin terdapat dalam cairan di luar sel. Potasium terdapat di dalam sel, yang

    merupakan kation intraseluler. Dikarenakan melimpahnya elemen-elemen

    tersebut di lingkungan, tanda-tanda kekurangan sulit dihasilkan.

    Tembaga merupakan bagian dari berbagai jenis enzim dan dibutuhkan untuk

    aktivitas enzim-enzim tersebut. Meskipun dibutuhkan oleh ikan, tembaga dapat

    bersifat racun pada konsentrasi antara 0.8 hingga 1.0 m per liter air. Ikan lebih

    toleran terhadap tembaga dalam pakan daripada dalam air.

    Yodium diperlukan untuk pembentukan berbagai hormon dari kelenjar tiroid.

    Ikan dapat memperoleh yodium dari air atau pakan. Sebagaimana hewan darat,

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    20/23

    216

    ISBN: 978-979-097-044-1

    kekurangan yodium mengakibatkan kelenjar tiroid tumbuh, suatu kondisi seperti

    gondok atau gondong (goiter).

    Besi diperlukan untuk pembentukan komponen darah merah. Komponen

    tersebut membawa oksigen. Dikarenakan air alamiah rendah akan besi, pakan

    merupakan sumber utama besi. Kekurangan besi mengakibatkan kekurangan

    darak (anemia). Besi pada kandungan yang tinggi dapat menjadi racun dan

    menurunkan pertumbuhan, diare, kerusakan hati, dan kematian.

    Mangan berfungsi sebagai bagian dari enzim atau sebagai kofaktor.

    Meskipun mangan dapat diserap dari air, mangan lebih efisien diserap dari pakan.Kekurangn mangan mengakibatkan pertumbuhan menurun dan tulang kerangka

    yang tidak normal.

    Selenium melindungi sel dan membran terhadap peroksida yang berbahaya.

    Kekurangan selenium mengakibatkan pertumbuhan menurun. Selenium dan

    vitamin E, ke duanya diperlukan untuk mencegah penyakit otot pada beberapa

    spesies. Bilamana selenium dalam pakan melebihi 13 hingga 15 mg per kg pakan

    kering, selenium menjadi racun, yang menghasilkan pertumbuhan menurun,

    efisiensi pakan yang rendah, dan kematian.

    Seng juga merupakan bagian dari banyak jenis enzim. Seng dalam pakan

    diserap dengan lebih efisien daripada yang terlarut dlam air. Kalsium dan fosfor

    dalam pakan, tipe protein asam fitat, suatu bentuk dari seng, semuanya

    mempengaruhi penyerapan dan penggunaan dari seng. Kekurangan seng

    mengakibatkan pertumbuhan tertahan, katarak, ekor dan kulit geripis, kerdil atau

    kuntet, dan kematian.

    TUGAS!!Selanjutnya Anda disarankan untuk merangkum (dalam bentuk Tabel)

    kebutuhan beberapa jenis ikan, baik ikan air tawar maupun laut, akan

    berbagai makro-mineral penting tertentu (misalnya: kalsium, klorin,

    magnesium, fosfor, potasium, dan sodium). Informasi dapat diproleh dari

    jurnal, buku, maupun internet.

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    21/23

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    22/23

    218

    ISBN: 978-979-097-044-1

    (lanjutan)

    DAFTAR PUSTAKA/ACUAN/BACAAN ANJURAN

    1. Berdanier, C.D. 1998. Advanced Nutrition-Micronutrients. CRC Press, BocaRaton, Florida. 223 p.

    2. Cho, C.Y., Cowey, C.B. and Watanabe, T. 1985. Finfish Nutrition in Asia-Methodological Approaches to Research and Development. IDRC,Canada. 154 p.

    3. Halver, J.E. 1972. Fish Nutrition. Acad. Press., New York. 713 p.

    4. Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. 2nd ed. Acad. Press, Inc., San Diego. 798p.

    5. Halver, J.E. and Hardy, R.W. 2002. Fish Nutrition. 3rd ed. Acad. Press,

    Amsterdam. 822 p.

    gejala defisiensi yang ditimbulkan dapat diatasi. Pendapat lain, suatu

    elemen dipertimbangkan bersifat esensial jika: 1) selalu terdapat di

    dalam hewan pada konsentrasi yang hampir sama untuk setiap individu

    hewan; 2) kandungan dari elemen yang diberikan tersebut di dalam

    berbagai jaringan yang berbeda mengikuti urutan (sekuensi) yang sama;

    3) suatu pakan yang defisien akan elemen tersebut menghasilkan gejala-

    gejala defisiensi yang jelas pada hewan dan perubahan-perubahan

    biokimia yang jelas dalam jaringan; dan 4) gejala-gejala dan perubahan-

    perubahan yang ditimbulkan tersebut dapat dicegah atau dieliminasi

    dengan penambahan elemen yang sedang dikaji ke dalam pakan uji.

    Mineral dibagai menjadi makro-mineral dan mikro-mineral. Fungsi bio-

    fisiologis penting dari mineral meliputi fungsi: a) stuktural, b) fisiologikal,

    c) katalitik, d) regulatori. Kekurangan maupun kelebihan mineral dapat

    bersifat merugikan, bahkan kematian.

  • 8/8/2019 Pokok Bahasan Vi_mikronutrien

    23/23

    219

    6. Lawrence, E. 1989. Biological Terms. 10th ed. Longman Sci. & Technical,Singapore. 645 p.

    7. Lovell, T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. Van Nostrand reinhold, New

    York. 260 p.

    8. NRC. 1977. Nutrient Requirements of Warmwater Fishes. Nation. Acad.Sci., Washington, DC., USA. 78 p.

    9. NRC. 1982. Nutrient Requirements of Warmwater Aquatic Animals. Nation.Acad. Press, Washington, DC., USA. 252 p.

    10. Parker, R. 2002. Aquaculture Science. 2nd ed. Delmar, Thomson Learning,USA. 621 p.

    11. Steffens, W. 1989. Principles of Fish Nutrition. Ellis Horwood Ltd., England.384 p.

    12. Tacon, A.G.J. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp-ATraining Manual: The Essential Nutrients. FAO-UN., Brazil. 117 p.

    13. Underwood, E.J. and Suttle, N.F. 1999. The Mineral Nutrition of Livestock.CABI Pub., UK. 624 p.