Transcript

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perubahan Sosial budaya dalam masyarakat Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi dapat juga menuju ke arah kemunduran. Terkadang perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung dengan cepat, sehingga membingungkan dan menimbulkan kejutan budaya bagi masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan. 1. Peralatan dan perlengkapan hidup mencakup pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan transportasi. Sebagai contoh, pada zaman nenek moyang kita memasak makanan dengan cara membakarnya, sekarang di zaman modern memasak makanan menggunakan alat modern seperti oven atau membeli makanan yang diawetkan. 2. Mata pencaharian dan sistem ekonomi meliputi pertanian, peternakan, dan sistem produksi. Sebagai contoh, kaum laki-laki bekerja dengan cara berburu atau pekerjaan lainnya, sedangkan kaum perempuan tinggal di rumah mengurus rumah tangga dan mengasuh anak. Sekarang kaum perempuan dapat juga bekerja dan mata pencaharian untuk kaum laki-laki tidak hanya berburu saja, tetapi sudah beragam jenisnya. 3. Sistem kemasyarakatan mencakup sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, dan sistem perkawinan. Sebagai contohnya, pada masa kehidupan belum begitu kompleks orang-orang yang ada ikatan darah atau keluarga selalu hidup bersama dalam satu rumah. Saat ini ikatan masyarakat tidak hanya berdasarkan hubungan kekerabatan, tetapi juga karena profesi, dan hobi yang sama seperti ikatan motor gede (MOGE), orari (radio amatir). 4. Bahasa dahulu disampaikan secara lisan. Sekarang bahasa dapat disampaikan melalui beragam media, seperti tulisan, sandi, dan sebagainya. 5. Kesenian mencakup seni rupa, seni suara, dan seni tari. Sebagai contoh, orang Jawa menganggap bahwa sebuah rumah yang indah jika bernuansa gelap, sekarang masyarakat Jawa banyak menyukai rumah yang bernuansa terang ataupun pastel.

1

6. Sistem pengetahuan berkaitan dengan teknologi. Dahulu kala sistem pengetahuan hanya berpedoman pada alam atau peristiwa alam. Sekarang ini sistem pengetahuan terus berkembang seiring berkembangnya teknologi. 7. Religi atau sistem kepercayaan dahulu kala berwujud sistem keyakinan dan gagasan tentang dewa, roh halus, dan sebagainya. Oleh karena itu, segala kegiatan manusia dikaitkan dengan kepercayaan berdasarkan getaran jiwa. Namun, sekarang aktivitas manusia banyak yang dikaitkan dengan akal dan logika.

Perubahan di berbagai bidang sering disebut sebagai perubahan sosial dan perubahan budaya karena proses berlangsungnya dapat terjadi secara bersamaan. Meskipun demikian perubahan sosial dan budaya sebenarnya terdapat perbedaan. Ada yang berpendapat bahwa perubahan sosial dapat diartikan sebagai sebuah transformasi budaya dan institusi sosial yang merupakan hasil dari proses yang berlangsung terus-menerus dan memberikan kesan positif atau negatif. Perubahan sosial juga diartikan sebagai perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan lain. Ada banyak pendapat tentang definisi perubahan sosial yang disampaikan oleh beberapa sosiolog.

2.2 Definisi Perubahan Sosial dan Budaya Berikut ini beberapa ilmuwan yang mengungkapkan tentang definisi dan batasan perubahan sosial. No Tokoh Pendapat Tentang Perubahan Sosial Suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, 1 Gillin dan Gillin kebudayaan, dinamika dan komposisi penduduk, ideologi, ataupun karena adanya penemuan-

penemuan baru di dalam masyarakat Modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola 2 Samuel Koenig kehidupan manusia, yang terjadi karena sebab intern atau ekstern 3 Selo Soemardjan Segala perubahan pada lembaga-lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang

2

memengaruhi

sistem

sosialnya,

termasuk

di

dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat 4 Max Iver Perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial Perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat Perubahan struktur sosial dalam organisasi sosial 6 Bruce J. Cohen sehingga syarat dalam perubahan itu adalah sistem sosial, perubahan hidup dalam nilai sosial dan budaya masyarakat 7 Roucek dan Warren Perubahan dalam proses sosial atau dalam struktur masyarakat

5

Kingsley Davis

Lalu apakah perubahan sosial budaya? Berikut ini ada beberapa pengertian dari perubahan sosial budaya. 1. Max Weber berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan situasi dalam masyarakat sebagai akibat adanya ketidaksesuaian unsur-unsur (dalam buku Sociological Writings). 2. W. Kornblum berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan suatu budaya masyarakat secara bertahap dalam jangka waktu lama (dalam buku Sociology in Changing World). Karakteristik Perubahan Sosial dan Budaya Dengan memahami definisi perubahan sosial dan budaya di atas, maka suatu perubahan dikatakan sebagai perubahan sosial budaya apabila memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Tidak ada masyarakat yang perkembangannya berhenti karena setiap masyarakat mengalami perubahan secara cepat ataupun lambat. 2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan akan diikuti perubahan pada lembaga sosial yang ada. 3. Perubahan yang berlangsung cepat biasanya akan mengakibatkan kekacauan sementara karena orang akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.

3

4. Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja karena keduanya saling berkaitan. 2.3 Yang mempengaruhi Cultural evolution 1. Inovasi a. Pengertian Inovasi Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Proses inovasi sangat erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu penemuan baru (discovery) dan invention (pengembangan penemuan yang telah ada). Inovasi sangatlah penting bagi terjadinya suatu perubahan budaya. Sebab perubahan dalam aspek budaya apapun tidak muncul begitu saja, melainkan melalui proses penemuan yang kemudian menghasilkan perubahan besar. Perubahan melalui penemuan baru itu, berlangsung dengan proses belajar yang mungkin cukup lama, setahap demi setahap baru kemudian dihasilkan. Hasil inovasi tersebut ketika diterapkan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan menghasilkan suatu perubahan. Bisa jadi hasil inovasi tersebut kemudian dipinjam dan menyebar sehingga tidak lagi menjadi milik masyarakat lainnya. b. Contoh Inovasi Contoh Inovasi, Misalnya dalam penemuan pesawat terbang yang ditemukan oleh bangsa Eropa pada abad ke-19, hasil inovasi tersebut telah menyebar ke berbagai negara, bahkan ke Indonesia. Namun demikian yang menarik perhatian para ahli antropologi adalah bagaimana proses ditemukannya nilai inovasi tersebut. Proses penemuan berlangsung seiring dengan kebutuhan masyarakat. 2. Difusi a. Pengertian Difusi adalah salah satu bentuk penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran ini biasanya dibawa oleh sekelompok manusia yang melakukan migrasi ke suatu tempat, sehingga kebudayaan mereka turut melebur di daerah yang mereka tuju. Difusi adalah proses pembauran suku yg mayoritas dan minoritas, di mana yang minoritas menyatakan dirinya mengikuti

4

kebiasaan/adat/budaya suku mayoritas, dengan demikian suku minoritas hilang identitasnya. Proses difusi (diffusion) adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh dunia. Difusi merupakan salah satu objek ilmu penelitian antropologi, terutama sub-ilmu antropologi diakronik. Proses difusi tidak hanya dilihat dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi saja, tetapi terutama sebagai proses di mana unsur kebudayaan dibawa oleh individu dari suatu kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-individu dari kebudayaan lain. b. Contoh Contoh difusi yang terjadi dalam masyarakat Indonesia adalah berbagai kata yang ada dalam Bahasa Indonesia. Tanpa kita sadari, Bahasa Indonesia sendiri merupakan contoh hasil dari proses difusi yang terjadi dalam masyarakat. Berbagai kata dalam Bahasa Indonesia merupakan hasil serapan dari bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah, seperti Bahasa Jawa, Sunda, dan lain-lain. Berbagai kontak budaya yang terjadi dalam masyarakat, menyebabkan terjadinya difusi dalam struktur Bahasa Indonesia. Proses difusi yang menyebabkan munculnya kosakata baru dalam Bahasa Indonesia terbagi dalam 2 proses, yaitu : 1) Difusiekstern yaitu penyerapan kosakata asing oleh Bahasa Indonesia yang

mengubah Bahasa Indonesia ke arah yang lebih modern. Dampak dari difusiekstern ini terlihat dari kreativitas orang-orang Indonesia, yang memadukan berbagai unsur bahasa asing sehingga menjelma menjadi bentuk kata-kata baru, seperti :

gerilyawan, ilmuwan, sejarawan, Pancasilais, agamis, dan lain-lain. 2) Difusiintern yaitu timbulnya hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia

dengan bahasa Jawa (seperti masuknya kata lugas, busana, pangan dll) atau dengan bahasa Sunda (kata-kata nyeri, pakan, tahap, langka) mengenai penyerapan kosakata. 3. Asimilasi a. Pengertian Asimilasi atau assimilation adalah proses sosial yang timbul bila ada golongangolongan manusia dengan latar belakangan kebudayaan yang berbeda-beda yang saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaankebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan unsur-unsurnya masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. 5

Secara singkat, asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Asimilasi. Proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda. Kemudian saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan yang canpuran.

b. Contoh Contohnya, perubahan-perubahan perilaku yang juga terjadi kerika seorang imigran menyimpang dari pola-pola budaya lama yang dianutnya dan mengganti pola-pola lama tersebut dengan pola-pola budaya baru. Lebih jelas, amerikanisasi merupakan contoh khusus dari asimilasi. Salah satu contoh proses asimilasi adalah program transmigrasi yang dilaksanakan di Riau pada masa pemerintahan Orde Baru. Program transmigrasi ini tidak hanya berhasil meratakan jumlah penduduk di berbagai pulau di Indonesia, tetapi program transmigrasi ini juga mengakibatkan terjadinya asimilasi, terutama di wilayah Riau. Hal ini terlihat dari banyaknya transmigran yang menghasilkan budaya baru, misalnya Jawa-Melayu, Mandailing-Melayu, dan lain sebagainya.

4. Akulturasi a. Pengertian Akulturasi (acculturation atau culture contact) adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Secara singkat, akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan atau lebih sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.

b. Contoh 1. Kereta Singo Barong (Cirebon). Kereta Singa Barong, yang dibuat pada tahun 1549, merupakanrefleksi dari persahabatan Cirebon dengan bangsa-bangsa lain. Wajah kereta ini merupakan 6

perwujudan tiga binatang yang digabung menjadi satu, gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga dan bertubuh hewan burak. Belalai gajah merupakan persahabatan dengan India yang beragama Hindu, kepala naga melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragama Buddha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yang beragama Islam. Kereta ini dibuat oleh seorang arsitek kereta Panembahan Losari dan pemahatnya Ki Notoguna dari Kaliwulu. Pahatan pada kereta itu memang detail dan rumit. Mencirikan budaya khas tiga negara sahabat itu, pahatan wadasan dan megamendung mencirikan khas Cirebon, warna-warna ukiran yang merah-hijau mencitrakan khas Cina. Dalam kereta itu, tiga budaya (Buddha, Hindu, dan Islam) digambarkan menjadi satu dalam trisula di belalai gajah.

2. Keraton Kasepuhan Cirebon Bangunan arsitektur dan interior Keraton Kasepuhan menggambarkan berbagai macam pengaruh, mulai dari gaya Eropa, Cina, Arab, maupun budaya lokal yang sudah ada sebelumnya, yaitu Hindu dan Jawa. Semua elemen atau unsur budaya di atas melebur pada bangunan Keraton Kasepuhan tersebut. Pengaruh Eropa tampak pada tiang-tiang bergaya Yunani. Arsitektur gaya Eropa lainnya berupa lengkungan ambang pintu berbentuk setengah lingkaran yang terdapat pada bangunan Lawang Sanga (pintu sembilan). Pengaruh gaya Eropa lainnya adalah pilaster pada dinding-dinding bangunan, yang membuat dindingnya lebih menarik tidak datar. Gaya bangunan Eropa juga terlihat jelas pada bentuk pintu dan jendela pada bangunan bangsal Pringgondani, berukuran lebar dan tinggi serta penggunaan jalusi sebagai ventilasi udara. Bangsal Prabayasa berfungsi sebagai tempat menerima tamu-tamu agung. Bangunan tersebut ditopang oleh tiang saka dari kayu. Tiang saka tersebut diberi hiasan motif tumpal yang berasal dari Jawa. Pengaruh arsitektur HinduJawa yang jelas menonjol adalah bangunan Siti Hinggil yang terletak di bagian paling depan kompleks keraton. Seluruh bangunannya terbuat dari konstruksi batu bata seperti lazimnya bangunan candi Hindu. Kesan bangunan gaya Hindu terlihat kuat terutama pada pintu masuk menuju kompleks tersebut, yaitu berupa gapura berukuran sama atau simetris antara bagian sisi kiri dan kanan seolah dibelah. Pada dinding kiri dan kanan bangsal Agung diberi hiasan tempelan porselen dari Belanda berukuran kecil 110 x 10 cm berwarna biru (blauwe delft) dan berwarna merah kecoklatan. Pada bagian tengahnya diberi tempelan piring porselen Cina berwarna biru. Lukisan pada 7

piring tersebut melukiskan seni lukis Cina dengan teknik perspektif yang bertingkat. Secara keseluruhan, warna keraton tersebut didominasi warna hijau yang identik dengan simbol Islami. Warna emas yang digunakan pada beberapa ornamen melambangkan kemewahan dan keagungan dan warna merah melambangkan kehidupan ataupun surgawi. Bangunan Keraton Kasepuhan menyiratkan perpaduan antara aspek fungsional dan simbolis maupun budaya lokal dan luar. Mencerminkan kemajemukan gaya maupun kekayaan budaya bangsa Indonesia.

3. Barongsai Kesenian Barongsai, yang awalnya berasal dari Kebudayaan Tionghoa, kini telah berakulturasi dengan kesenian lokal.

2.4 Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya Sebuah perubahan bisa terjadi karena sebab dari dalam (intern) atau sebab dari luar (ekstern). Dalam sebuah masyarakat, perubahan sosial dan budaya bisa terjadi karena sebab dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat. 1. Sebab Intern Merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain: a. Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk akan menyebabkan perubahan pada tempat tinggal. Tempat tinggal yang semula terpusat pada lingkungan kerabat akan berubah atau terpancar karena faktor pekerjaan. Berkurangnya penduduk juga akan menyebabkan perubahan sosial budaya. Contoh perubahan penduduk adalah program transmigrasi dan urbanisasi. b. Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat

menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention). c. Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat. d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga. 8

2. Sebab Ekstern Merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain: a. Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya. b. Adanya peperangan. Peristiwa peperangan, baik perang saudara maupun perang antar negara dapat menyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah. c. Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.

2.5 Bentuk Perubahan Sosial Budaya Perubahan adalah sebuah kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Perubahan itu bisa berupa kemajuan maupun kemunduran. Bila dilihat dari sisi maju dan mundurnya, maka bentuk perubahan sosial dapat dibedakan menjadi: 1. Perubahan sebagai suatu kemajuan (progress) Perubahan sebagai suatu kemajuan merupakan perubahan yang memberi dan membawa kemajuan pada masyarakat. Hal ini tentu sangat diharapkan karena kemajuan itu bisa memberikan keuntungan dan berbagai kemudahan pada manusia. Perubahan kondisi masyarakat tradisional, dengan kehidupan teknologi yang masih sederhana, menjadi masyarakat maju dengan berbagai kemajuan teknologi yang memberikan berbagai kemudahan merupakan sebuah perkembangan dan

9

pembangunan yang membawa kemajuan. Jadi, pembangunan dalam masyarakat merupakan bentuk perubahan ke arah kemajuan (progress). Perubahan dalam arti progress misalnya listrik masuk desa, penemuan alat-alat transportasi, dan penemuan alat-alat komunikasi. Masuknya jaringan listrik membuat kebutuhan manusia akan penerangan terpenuhi; penggunaan alat-alat elektronik meringankan pekerjaan dan memudahkan manusia memperoleh hiburan dan informasi; penemuan alat-alat transportasi memudahkan dan mempercepat mobilitas manusia proses pengangkutan; dan penemuan alat-alat komunikasi modern seperti telepon dan internet, memperlancar komunikasi jarak jauh. 2. Perubahan sebagai suatu kemunduran (regress) Tidak semua perubahan yang tujuannya ke arah kemajuan selalu berjalan sesuai rencana. Terkadang dampak negatif yang tidak direncanakan pun muncul dan bisa menimbulkan masalah baru. Jika perubahan itu ternyata tidak menguntungkan bagi masyarakat, maka perubahan itu dianggap sebagai sebuah kemunduran. Misalnya, penggunaan HP sebagai alat komunikasi. HP telah memberikan kemudahan dalam komunikasi manusia, karena meskipun dalam jarak jauh pun masih bisa komunikasi langsung dengan telepon atau SMS. Disatu sisi HP telah mempermudah dan mempersingkat jarak, tetapi disisi lain telah mengurangi komunikasi fisik dan sosialisasi secara langsung. Sehingga teknologi telah menimbulkan dampak berkurangnya kontak langsung dan sosialisasi antar manusia atai individu. Jika dilihat dari segi cepat atau lambatnya perubahan, maka perubahan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Evolusi dan Revolusi (perubahan lambat dan perubahan cepat) Evolusi adalah perubahan secara lambat yang terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi adalah perubahan pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana, namun karena masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks. Revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembagalembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan tidak

10

dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan tertentu, antara lain: a. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan. b. Adanya pemimpin/kelompok yang mampu memimpin masyarakat tersebut. c. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan revolusi. d. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan kepada rakyat. e. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan untuk dijadikan program dan arah gerakan revolusi. Contoh perubahan secara revolusi adalah peristiwa reformasi (runtuhnya rezim Soeharto), peristiwa Tsunami di Aceh, semburan lumpur Lapindo (Sidoarjo). 2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian. Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.

3. Perubahan yang Direncanakan dan Tidak Direncanakan Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan tata pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi. Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan. Contoh perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah munculnya 11

berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan peralihan tatanan Orde Baru ke Orde Reformasi. 2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial budaya Terjadinya sebuah perubahan tidak selalu berjalan dengan lancar, meskipun perubahan tersebut diharapkan dan direncanakan. Terdapat faktor yang mendorong sehingga mendukung perubahan, tetapi juga ada faktor penghambat sehingga perubahan tidak berjalan sesuai yang diharapkan. 1. Faktor pendorong perubahan Faktor pendorong merupakan alasan yang mendukung terjadinya perubahan. Menurut Soerjono Soekanto ada sembilan faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial, yaitu: 1. Terjadinya kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain. Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing, dan bahkan hasil perpaduannya. Hal ini dapat

mendorong terjadinya perubahan dan tentu akan memperkaya kebudayaan yang ada. 2. Sistem pendidikan formal yang maju. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang bisa mengukur tingkat kemajuan sebuah masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya memenuhi perkembangan zaman, dan perlu sebuah perubahan atau tidak. 3. Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju. Sebuah hasil karya bisa memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya. Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk

mengembangkan diri. 4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif. 5. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat. Open stratification atau sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat 12

tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya. 6. Penduduk yang heterogen. Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan sosial. 7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu Rasa tidak puas bisa menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan revolusi untuk mengubahnya. 8. Orientasi ke masa depan Kondisi yang senantiasa berubah merangsang orang mengikuti dan menyesusikan dengan perubahan. Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuanpenemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. 9. Nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup. Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan. 2. Faktor penghambat perubahan Banyak faktor yang menghambat sebuah proses perubahan. Menurut Soerjono Soekanto, ada delapan buah faktor yang menghalangi terjadinya perubahan sosial, yaitu: a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat. c. Sikap masyarakat yang mengagungkan tradisi masa lampau dan cenderung konservatif. d. Adanya kepentingan pribadi dan kelompok yang sudah tertanam kuat (vested interest). e. Rasa takut terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan dan menimbulkan perubahan pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat. f. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing, terutama yang berasal dari Barat. 13

g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. h. Adat dan kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sukar diubah.

2.7 Mengapa perubahan baru ditolak atau diterima? Suatu perilaku atau budaya yang sudah menjadi kebiasaan akan sulit untuk diubah. Masyarakat lebih menyukai kehidupan mereka berjalan seperti biasa dan berusaha untuk mempertahankan hal-hal yang nyaman. Kondisi ini menjadi alasan bahwa adanya hal-hal baru pada awalnya cenderung ditolak. Sebagai contoh, orang tuamu mungkin menolak ketika kamu meminta sebuah handphone baru. Bagi mereka, kamu belum cukup dewasa untuk menggunakan alat komunikasi tersebut. Di sini kebanyakan orang lupa bahwa alat komunikasi seperti handphone dibutuhkan semata-mata sebagai alat penghubung antar manusia dalam berkomunikasi, dan tidak ada hubungan dengan kedewasaan seseorang. Tentu seorang anak balita tidak mungkin menggunakan handphone, karena belum mempu menguasai dan mengoperasikan alat tersebut. Pada umumnya masyarakat sulit mengikuti perubahan yang akan merubah kebiasaan, lembaga sosial, kepercayaan dan kebiasaan. Namun ini tidak berarti bahwa semua perubahan selalu mendapat tantangan dari seluruh anggota masyarakat. Terdapat lima faktor penting yang sangat berperan dan berpengaruh terhadap diterima atau ditolaknya unsur budaya baru, yaitu: 1. Kebiasaan masyarakat berhubungan dengan masyarakat yang berbeda kebudayaan Sikap masyarakat yang terbuka beraneka ragam kebudayaan, cenderung

menghasilkan warga masyarakat yang lebih mudah untuk menerima kebudayaan asing atau baru. Sebaliknya, masyarakat yang tertutup lebih sulit membuka diri dan mengadakan perubahan. Terbuka dan tertutupnya sebuah masyarakat tidak harus melalui kontak sosial secara langsung. Akses terhadap media komunikasi juga menjadi faktor penentu terbuka atau tertutupnya sebuah masyarakat. 2. Unsur budaya baru mudah diterima jika tidak bertentangan dengan ajaran agama. Unsur budaya baru yang masuk diharapkan tidak merusak norma atau peraturan yang ada. Misalnya, sebuah televisi lokal akan menayangkan film-film Holywood dengan tema perselingkuhan. Film tersebut baik dan dipuji di negara-negara Barat, karena menampilkan sosok perempuan yang kuat dan mampu membalas dendam terhadap perbuatan selingkuh suaminya. Meskipun film tersebut baik, masyarakat belum tentu menerimanya. Masyarakat yang memiliki nilai agama yang kuat, yang memahami 14

perselingkuhan sebagai salah (dosa) akan menolak film semacam itu. Masyarakat bahkan tidak segan-segan memprotes dan memboikot jaringan televisi yang berani menyiarkannya. Contoh yang paling nyata dan terjadi di Indonesia adalah penolakan terhadap terbit dan beredarnya majalah Playboy berbahasa Indonesia. Majalah untuk pembaca dewasa yang terkenal dengan gambar-gambarnya yang seronok ini ditolak masyarakat, karena bertentangan dengan nilai-nilai kesopanan dan agama. 3. Corak struktur masyarakat yang menentukan proses penerimaan unsur

kebudayaan baru. Masyarakat dengan struktur yang otoriter akan sukar menerima setiap unsur kebudayaan baru, kecuali kebudayaan baru tersebut langsung atau tidak langsung dirasakan manfaatnya oleh rezim yang berkuasa. Misalnya, Myanmar dewasa ini hidup di bawah kontrol dan kendali kekuasaan rezim militer yang tidak demokratis. Seluruh aktivitas demokrasi seperti demonstrasi, kebebasan pers, rapat massa, mimbar bebas, bahkan ritual dan ajaran keagamaan semuanya dikontrol pemerintah. Wartawan asing tidak boleh seenaknya masuk ke negara tersebut. Wartawan dalam negeri juga tidak boleh mengirim berita buruk ke luar negeri. Semua pemberitaan harus seizin dan dikontrol oleh negara. Dalam keadaan demikian, sulit mengharapkan sebuah perubahan ke arah demokrasi di negara Myanmar. Hal yang sama juga terjadi di Tibet yang dikuasai dan dikendalikan sepenuhnya oleh pemerintah China. Kepentingan China adalah Tibet harus tetap berada di bawah kekuasaannya. Sementara rakyat Tibet sendiri ingin memerdekakan diri dan membentuk sebuah negara berdaulat. Perbedaan kepentingan politik semacam ini menyebabkan pemerintah dan milite China tidak segan-segan menindak dengan keras setiap aksi protes dan kerusuhan di sana. Pers dan turis asing dibatasi, dan kalau perlu juga dilarang masuk ke Tibet. Masyarakat yang tertutup dengan penguasa yang otoriter semacam ini akan menutup diri terhadap segala perubahan, terutama yang membahayakan penguasa sendiri. 4. Unsur kebudayaan baru mudah diterima jika sebelumnya sudah ada unsur budaya yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur baru tersebut. Misalnya, sudah adanya prasarana jalan yang bisa dilewati kendaraan bermotor di suatu daerah terpencil akan memudahkan masuknya kendaraan-kendaraan bermotor seperti sepeda motor atau mobil. Masyarakat setempat pun akan membeli kendaraan bermotor karena lebih memudahkan mobilitas sosial dibandingkan dengan sarana transportasi tradisional seperti kuda, dokar, dan sebagainya. Demikian pula halnya

15

dengan alat-alat elektronik seperti televisi, VCD/DVD player, komputer, lemari es, dan lain-lain akan mudah diterima kalau sudah ada jaringan listrik yang masuk. 5. Unsur baru yang terbukti mempunyai kegunaan konkret dan terjangkau Anggota masyarakat akan mudah diterima unsur budaya baru yang terbukti memberikan guna dan bisa dijangkau. Sebaliknya unsur baru yang belum terbukti kegunaanya dan tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat lebih sulit diterima. Contoh yang mudah diterima: a. Pesawat radio dapat diterima dengan mudah oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. . Karena pesawat radio memiliki manfaat yang nyata, yaitu sebagai alat untuk memperoleh hiburan dan informasi. Selain itu, kebanyakan masyarakat juga memiliki kemampuan untuk membelinya. b. Program listrik masuk desa. Program itu mudah diterima warga setempat karena masyarakat bisa tahu manfaat terbangunnya jaringan listrik di daerahnya. Listrik sangat berguna untuk penerangan dan untuk mengoperasikan alat-alat elektronik yang dibutuhkan warga masyarakat. c. Kebijakan pemerintah RI mengkonversi atau mengganti penggunaan kompor minyak tanah dengan kompor gas. Selama ini masyarakat umumnya menggunakan kompor minyak tanah untuk memasak maupun membuka usaha. Sejalan dengan semakin mahalnya minyak tanah, pemerintah memutuskan untuk mengubahnya dengan kompor gas. Tetapi, karena gas tergolong mahal, pemerintah meluncurkan program gas tiga kilogram dengan harga yang sangat murah. Bahkan pemerintah pun membagi secara gratis kompor gas dan sebuah tabung berisi gas. Kebijakan ini dilakukan untuk mempercepat proses peralihan dari kompor minyak tanah ke kompor gas. Perubahan semacam ini tentu menimbulkan pro dan kontra. Meskipun demikian, masyarakat akan dengan senang hati beralih dari kompor minyak tanah ke kompor gas jika perubahan ini menguntungkan. Misalnya, memang terbukti benar, bahwa menggunakan kompor gas jauh lebih murah dari pada menggunakan kompor minyak tanah, baik untuk memasak di rumah maupun untuk kepentingan usaha.

6. Kecenderungan Masyarakat Mempertahankan Kebudayaan Perubahan sosial dan budaya selain disebabkan oleh berbagai kebutuhan hidup yang dihadapi, juga disebabkan oleh pengaruh atau masuknya unsur kebudayaan baru atau 16

asing. Ada masyarakat yang cenderung mempertahankan keadaan sosial budaya yang sudah ada. Mereka melakukan demikian karena unsur yang mereka pertahankan sangat berguna bagi masyarakatnya atau berguna sebagai pedoman hidup bersama. Maka, jika terjadi perubahan justru akan menggoyahkan keseimbangan sistem sosial. Misalnya, beberapa siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) membentuk sebuah kelompok teman sebaya (peer group). Kelompok ini biasanya melakukan banyak hal secara bersama-sama, misalnya mengerjakan tugas yang diberikan guru, melakukan penelitian sederhana, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, kebiasaan beberapa siswa yang merokok menyebabkan siswa-siswa lain pun ikut merokok. Mereka bahkan mulai lupa akan misi awal pembentukan kelompok mereka dan mulai malasmalasan ke sekolah. Mereka juga sering terlibat tawuran dengan siswa dari sekolah lain. Tentu masyarakat setempat kecewa dengan cara hidup mahasiswa semacam ini. Mereka tidak mungkin akan bisa mengubah cara dan pandangan hidup masyarakat desa. Masyarakat desa bahkan mengecam cara hidup mahasiswa ini yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Ini adalah contoh sederhana bagaimana masyarakat memilih mempertahankan nilai-nilai sosial dan kebudayaannya daripada mengikuti perubahan cara hidup sebagaimana ditunjukkan para mahasiswa. Di sini tampak sekali kecenderungan kuat dalam masyarakat untuk mempertahankan beberapa unsur kebudayaannya dan menolak unsur-unsur kebudayaan yang berasal dari kebudayaan lain. Unsur-unsur yang dipertahankan tersebut ialah sebagai berikut. 1. Unsur yang mempunyai fungsi vital dan sudah diterima luas oleh masyarakat. Misalnya, sistem kekerabatan pada masyarakat suku bangsa Batak Karo dan Batak Toba. sistem kekerabatan dan solidaritas kekerabatannya mempunyai fungsi yang amat penting bagi kedua suku bangsa tersebut. Oleh sebab itu, kedua suku bangsa ini cenderung mempertahankan sistem kekerabatan mereka. Suku bangsa lain di Indonesia pun mengalami hal yang sama. Kekerabatan memiliki fungsi sosial sebagai perekat anggota marga. Karena itu, masyarakat akan menolak jika sistem kekerabatan mereka diganti. Mereka juga akan berusaha mempertahankan sistem kekerabatan dari ancaman pengrusakan pihak lain. 2. Unsur yang diperoleh melalui proses sosialisasi sejak kecil dan telah menyatu dalam diri. Misalnya, makanan pokok masyarakat. Sebagian besar anggota masyarakat Indonesia sejak kecil terbiasa makan nasi sebagai makanan pokok mereka. Maka, 17

meskipun beberapa golongan masyarakat mengenal makanan lezat dari Cina, negara-negara Barat, dan negara-negara luar lainnya, masyarakat Indonesia tetap mempertahankan nasi sebagai makanan pokok. Mereka tidak menggantikan nasi dengan roti atau jenis makanan lainnya sebagai makanan pokok sehari-hari. Hal yang sama juga terjadi dengan beberapa suku dan masyarakat di luar Jawa. Karena sejak kecil orang Papua diperkenalkan dan terbiasa makan Sagu, mereka akan terus mempertahankan jenis makanan ini. Kita akan melakukan kesalahan jika memaksa masyarakat Papua mengganti makanan pokoknya dari sagu menjadi nasi. 3. Unsur kebudayaan yang menyangkut sistem keagamaan atau religi. Seperti kita ketahui, sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Tetapi jauh sebelum datangnya agama Islam ke Indonesia, agama Hindu dan agama asli Indonesia telah berkembang. Oleh karena itu, meskipun sebagian besar penduduk Indonesia sudah memeluk agama Islam, namun upacara-upacara yang kental dengan tradisi Hindu dan agama asli tetap dijalankan. Misalnya, kalau salah seorang anggota keluarga muslim meninggal dunia, pihak keluarga masih mengadakan selamatan untuk almarhum pada hari ke-3, hari ke-7, hari ke-40, hari ke-100, dan hari ke-1000 setelah ia meninggal. Kebiasaan membakar kemenyan ketika ada yang meninggal dunia juga masih dijumpai. Kebiasaan-kebiasaan ini tidak ada dalam ajaran agama Islam, tetapi sebagian umat Islam di Indonesia tetap melaksanakannya. 4. Unsur-unsur yang menyangkut ideologi dan falsafah hidup. Tiap masyarakat memiliki ideologi dan falsafah hidup yang dipegang teguh. Misalnya, bangsa Indonesia, tetap dengan teguh mempertahankan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah hidup bangsa. Beberapa kali ada kelompok, baik yang datang dari dalam maupun dari luar negeri, berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain. Namun usaha-usaha tersebut tidak berhasil. Ini membuktikan bahwa Pancasila diterima dan dipegang teguh sebagai ideologi bangsa.

18

2.8 Kecenderungan Masyarakat untuk Berubah Masuknya unsur budaya baru yang masuk terkadang ditanggapi positif dengan adanya kemauan dan kecenderungan untuk mengikuti perubahan. Mengapa demikian? Kenyataan sosial sehari-hari yang dihadapi masyarakat bukanlah suatu keteraturan yang kaku dan mutlak. Suatu perubahan dapat terjadi karena faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri (faktor intern) maupun faktor-faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern). Terkadang suatu perubahan sosial dan kebudayaan memang dikehendaki oleh suatu masyarakat sebab kehidupan memang terbuka bagi suatu perubahan dan perbaikan. Ada beberapa faktor yang mendorong munculnya kecenderungan perubahan dalam masyarakat atau kebudayaan, di antaranya sebagai berikut. 1. Rasa tidak puas masyarakat atas keadaan dan situasi yang ada, sehingga muncul keinginan untuk memperbaikinya. 2. Kesadaran akan adanya kekurangan dalam kebudayaan sendiri. Kesadaran ini mendorong masyarakat melakukan berbagai usaha memperbaiki kekurangan dalam kebudayaannya. 3. Pertumbuhan masyarakat menyebabkan timbulnya keperluan, keadaan, dan kondisi baru. Karena itu, masyarakat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. 4. Ada kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diatasi dengan sistem kebudayaan yang ada. Oleh sebab itu, masyarakat mencari cara baru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. 5. Bertambahnya kebutuhan hidup yang didukung oleh keinginan untuk meningkatkan taraf hidup lebih sejahtera. 6. Sikap terbuka dari masyarakat yang bersangkutan terhadap hal-hal baru, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, dan sikap toleransi terhadap hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan. Bagaimana pun, setiap perubahan selalu membawa serta akibat atau ekses. Ada dua ekses perubahan yang utama, yakni terciptanya integrasi sosial dan terjadinya disintegrasi sosial. a. Integrasi sosial Setiap perubahan yang dikehendaki atau diinginkan oleh masyarakat akan menghasilkan integrasi sosial. Ini berarti masyarakat menyadari bahwa sistem sosial, nilai, adat-istiadat, norma, atau hukum yang berlaku sekarang sudah tidak memadai lagi dan sudah saatnya diubah. Perubahan yang dikehendaki (intended change) oleh masyarakat sendiri tidak akan menimbulkan kekacauan atau disintegrasi sosial. Nilai, 19

norma, atau tatanan hukum yang baru terbentuk akan dapat menjadi patokan hidup sosial, sehingga keharmonisan dan kedamaian segera tercipta, meskipun perubahan baru saja terjadi. Misalnya, selama masa kekuasaan Orde Baru, hak-hak politik warga negara Indonesia sering diabaikan dan tidak diakui. Atas nama stabilitas nasional, pemerintah membatasi kebebasan pers. Pemerintah Orde Baru juga membatasi kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul dan berserikat, bahkan melarang aksi protes mahasiswa di kampus-kampus. Keadaan ekonomi yang hancur sejak tahun 1997 menyadarkan rakyat Indonesia bahwa negara dikelola secara buruk. Bahwa kehancuran ekonomi terjadi karena praktik politik yang korup, yang penuh dengan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Keadaan semacam itu, jika dibiarkan berlanjut tentu akan menghancurkan negara Indonesia sendiri. Karena itu, masyarakat dan mahasiswa kemudian melakukan aksi demonstrasi dan protes dengan puncak pada demonstrasi besar-besaran di bulan Mei 1998. Aksi itu mendesak Presiden Soeharto mundur dari jabatan. Lengsernya Soeharto dari kekuasaan yang sudah dipegangnya selama 32 tahun dan lahirnya era reformasi merupakan sebuah perubahan sosial dan budaya. Perubahan semacam ini dikehendaki rakyat. Karena itu, disintegrasi negara akan diminimalisir sampai serendah mungkin. Tentunya stabilitas dan integrasi bangsa dan negara akan sangat ditentukan juga oleh masalah penegakan hukum yang pasti dan adil. Tentunya kita semua mengharapkan agar segala perubahan sosial dan budaya yang terjadi di Indonesia merupakan perubahan sosial yang dikehendaki warga negara. Bahwa dari dalam diri masyarakat sendiri timbul keinginan kuat untuk melakukan perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan dalam bingkai semacam ini akan menjadi sebuah proses kebudayaan yang bagus, karena mampu merangkum seluruh lapisan dan golongan masyarakat. Apalagi Indonesia adalah negara yang plural, di mana berbagai suku, bangsa, dan agama hidup di sini. Perubahan sosial sebagai sebuah proses kebudayaan akan mampu mengintegrasikan seluruh lapisan masyarakat dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia. Sebaliknya, perubahan yang dipaksakan hanya akan menghasilkan kekacauan dan disintegrasi sosial. Pemaksaan perubahan sosial dapat terjadi dari dalam masyarakat sendiri karena sekelompok orang ingin memaksakan kehendaknya. Atau, pemerintah ingin menguasai seluruh sendiri kehidupan warga negaranya. Pemaksaan perubahan

20

juga bisa berasal dari luar negeri, terutama dari negara-negara adikuasa dengan kepentingan ekonomi dan politik yang ingin diwujudkan di negara Indonesia.

b. Disintegrasi sosial Disintegrasi sosial terjadi ketika unsur-unsur sosial yang berbeda yang ada dalam masyarakat tidak mampu menyesuaikan diri satu sama lain. Ketika unsur sosial yang satu memaksakan diri, maka unsur sosial yang lainnya akan memberontak atau melawan. Misalnya, pemerintah merencanakan pembangunan jalan tol dari sebuah kota ke kota lainnya. Jalan tol tersebut akan melewati tanah, kebun, sawah, bahkan pemukiman warga. Itu berarti akan ada penggusuran. Setiap unsur dalam masalah ini (masyarakat dan pemerintah) saling memaksakan kehendak. Dengan kekuasaannya, pemerintah mengerahkan polisi dan tentara untuk mengamankan jalannya penggusuran. Sementara warga bertahan mati-matian dan tidak mau digusur, karena akan menyengsarakan hidup mereka sendiri. Tentu keadaan semacam ini akan menimbulkan disintegrasi sosial. Rakyat bahkan sering berhadapan dengan aparat keamanan yang menggunakan kekerasan demi menyukseskan rencana pemerintah. Pembukaan jalan tol tentu merupakan sebuah rencana yang baik, misalnya membuka isolasi daerah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Rakyat yang mempertahankan harta

kekayaannya supaya tidak digusur pun merupakan sikap yang benar. Karena itu, tentu dibutuhkan langkah dialog yang persuasif dan saling menguntungkan agar program pemerintah bisa saling bersintesa dengan kepentingan masyarakat. Ini hanya salah satu contoh dari berbagai kemungkinan disintegrasi sosial di negara Indonesia. Pertanyaan sekarang adalah mengapa terjadinya disintegrasi sosial berhadapan dengan perubahan sosial dalam masyarakat? Ada beberapa alasan yang mampu menjelaskan dan menjawab pertanyaan ini. 1. Tidak adanya persamaan pandangan mengenai tujuan semula yang ingin dicapai. Misalnya, masyarakat Indonesia mencita-citakan terbentuknya masyarakat yang adil dan makmur dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Ini merupakan kesepakatan awal dan dinyatakan dalam UUD 1945. Jika ada daerah atau provinsi di Indonesia yang mendirikan negara sendiri, tindakan semacam ini akan menimbulkan disintegrasi nasional. 2. Norma-norma masyarakat mulai tidak berfungsi dengan baik sebagai alat pengendalian sosial Misalnya, 21 hukum ditegakkan secara tidak adil

menguntungkan segelintir orang saja. Orang yang melakukan tindakan kejahatan dibiarkan bebas karena memiliki uang untuk menyogok aparat penegak hukum. Sementara masyarakat kecil langsung dikenai sanksi. Kalau ini terjadi, dapat dipastikan bahwa disintegrasi sosial akan terjadi. 3. Terjadi pertentangan antar norma-norma yang ada dalam masyarakat. Misalnya, ada sekelompok orang yang menganggap minum minuman keras tidak salah. Sementara masyarakat lainnya menganggap hal itu sebagai salah karena bertentangan dengan norma agama. Akan terjadi kekacauan sosial jika kedua kelompok masyarakat ini saling memaksakan kehendak. Di sini dibutuhkan hukum yang tegas dan berani mengatakan bahwa minuman keras salah secara hukum atau tidak. Jika sudah ada kejelasan secara hukum, semua warga negara harus mentaatinya supaya keadaan harmonis dapat terbentuk dalam masyarakat tersebut. 4. Sanksi yang diberikan kepad pelanggar norma tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pada level penyelenggaraan negara, penegakan hukum yang tidak adil akan menimbulkan disintegrasi sosial. Sementara pada level komunitas, sanksi yang tidak diberikan secara efektif kepada pelanggar nilai dan norma juga akan menyebabkan terjadinya disintegrasi sosial. Misalnya, ada warga masyarakat yang mengganggu ketertiban umum dengan menyetel musik keras-keras pada malam hari. Tindakan semacam ini tidak akan dihukum berdasarkan ketentuan hukum positif negara RI. Masyarakat memiliki mekanisme tersendiri dalam menghukum tindakan semacam ini, misalnya Ketua RT atau pemuka masyarakat menegurnya. Warga masyarakat yang lain juga harus patuh pada ketentuan bersama, bahwa seseorang tidak boleh menyetel musik keras-keras pada malam hari. Keadaan akan jadi kacau jika ada masyarakat yang ditegur ketika menyetel musik dengan keras, tetapi warga masyarakat lainnya tidak ditegur.

2.9 Perilaku Masyarakat sebagai Akibat Adanya Perubahan Sosial Budaya Adanya perubahan baru bisa mengubah adat, kebiasaan, cara pandang, bahkan ideologi suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya dapat mengarah pada hal-hal positif (kemajuan) dan negatif (kemunduran). Hal ini tentu saja memengaruhi pola dan perilaku masyarakatnya. Berikut ini hal-hal positif atau bentuk kemajuan akibat adanya perubahan sosial budaya. 22

1. Memunculkan ide-ide budaya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. 2. Membentuk pola pikir masyarakat yang lebih ilmiah dan rasional. 3. Terciptanya penemuan-penemuan baru yang dapat membantu aktivitas manusia. 4. Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih modern dan ideal. Berikut ini hal-hal negatif atau bentuk kemunduran akibat adanya perubahan sosial budaya. 1. Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional. 2. Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan kemajuan budaya dan kemajuan zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun dari sisi pola kehidupannya (cultural lag atau kesenjangan budaya). 3. Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks. 4. Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan masyarakat kota.

2.10 Perilaku Kritis Adanya Pengaruh Perubahan Sosial Budaya Penerimaan masyarakat pada perubahan sosial budaya dilihat dari perubahan sikap masyarakat yang bersangkutan. Jika perubahan sosial budaya tersebut tidak memengaruhi keberadaan nilai dan norma yang sudah ada di masyarakat maka sikap masyarakat akan positif. Namun, jika perubahan sosial budaya tersebut menyimpang atau memengaruhi nilai dan norma yang benar maka sikap masyarakat akan negatif. Perhatikan peta konsep di bawah ini.Sikap Kritis Terhadap Pengaruh Perubahan Sosial Budaya

Sikap Positif

Sikap Negatif

Sikap Kritis

1. 2. 3. 4.

Terbuka (open minded) Antisipatif Adaptasi dengan perubahan Tidak meningggalkan budaya asli

1. 2. 3. 4.

Tertutup dan curiga Acuh tak acuh (apatis) Tidak selektif Tidaj inisiatif

23

Sikap terbuka diartikan dengan menerima segala pengaruh yang masuk dengan mengamati dan menyeleksi, tidak serta merta menerima. Tidak berprasangka buruk pada pengaruh yang masuk dan perubahan yang ada. Menurut Levy-Bruhl bahwa pada masyarakat modern lebih cenderung bersikap terbuka terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat. Antisipatif adalah sikap tanggap terhadap sesuatu yang sedang atau akan terjadi. Antisipatif merupakan kelanjutan dari sikap terbuka. Sikap antisipatif dapat dilakukan dimulai dengan mengamati dan meneliti pengaruh suatu perubahan sosial atau budaya, dan hasilnya dijadikan pedoman alam menentukan tindakan. Selektif berarti melalui seleksi atau penyaringan dan mempunyai daya pilih. Selektif yaitu memilih pengaruh perubahan manakah yang dapat memberikan manfaat besar dan membuang jauh-jauh pengaruh yang tidak bermanfaat. Adaptif adalah penyesuaian diri dengan pengaruh yang telah dipilih atau diseleksi. Terlambat dalam adaptasi kemungkinan bisa membuata seseorang ketinggalan perkembangan. Tidak meninggalkan budaya asli maksudnya adalah jangan sampai perubahan dan pengaruh yang masuk akan menghilangkan budaya atau kebiasaan positif yang ada di masyarakat. Misalnya dengan adanya HP, diharapkan tidak menghilangkan kebiasaan komunikasi dan interakasi antar individu secara langsung.

2.11 Dampak Perubahan Sosial Budaya Adanya perubahan sosial budaya secara langsung atau tidak langsung akan memberikan dampak negatif dan positif. a. Akibat Positif Perubahan dapat terjadi jika masyarakat dengan kebudayaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Keadaan masyarakat yang memiliki kemampuan dalam menyesuaikan disebut adjusment, sedangkan bentuk penyesuaian dengan gerak perubahan disebut integrasi. b. Akibat Negatif Akibat negatif terjadi apabila masyarakat dengan kebudayaannya tidak mampu menyesuaikan diri dengan gerak perubahan. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan disebut maladjusment. Maladjusment akan menimbulkan disintegrasi. Penerimaan masyarakat terhadap perubahan sosial budaya dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang bersangkutan. Apabila perubahan sosial budaya 24

tersebut tidak berpengaruh pada keberadaan atau pelaksanaan nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan positif. Namun, jika perubahan sosial budaya tersebut menyimpang atau berpengaruh pada nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan negatif. Di bawah ini diuraikan beberapa contoh sikap masyarakat karena adanya perubahan sosial budaya adalah sebagai berikut. 1. Aksi protes adalah pergolakan massa yang bersifat umum sebagai perwujudan rasa tidak puas terhadap keputusan-keputusan dan kejadian di masyarakat. 2. Demonstrasi adalah gerakan massa yang bersifat langsung dan terbuka serta dengan lisan ataupun tulisan dalam memperjuangkan kepentingan yang disebabkan oleh adanya penyimpangan sistem, perubahan yang inskontitusional dan tidak efektifnya sistem yang berlaku. 3. Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan antisosial yang dilakukan oleh anak remaja. Kenakalan remaja muncul dari keluarga yang tidak harmonis karena kurangnya pengawasan dalam keluarga. Bentuk-bentuk kenakalan remaja adalah membolos sekolah, berkelahi, minum-minuman keras, dan mengebut di jalan raya. 4. Kriminalitas adalah pelanggaran norma hukum yang dilakukan seseorang dan dapat diancam sanksi pidana. Kriminalitas disebabkan oleh pertentangan kebudayaan, perbedaan ideologi politik, perbedaan pendapat dari mental yang tidak stabil. 5. Pergolakan daerah adalah gerakan sosial vertikal dan horizontal yang dilakukan secara serentak dengan banyak cara untuk memaksakan kehendak. Perubahan sosial dan budaya membawa dampak positif dan negatif terhadap kehidupan. Kita harus waspada terhadap hal-hal yang menimbulkan perubahan yang mengarah ke hal negatif. Kita harus mempunyai sikap tegas menolak terhadap perubahan yang membawa ke arah negatif. Kita dapat mengambil pengaruh positifnya dengan tetap berpedoman pada nilai dan norma masyarakat.

25