Volume 8 / No.2, Desember 2013 │ Jurnal Perspektif Arsitektur
ISSN 1907 - 8536 1
PERAN EKOWISATA DALAM KONSEP PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT
PADA TAMAN WISATA ALAM (TWA) BUKIT TANGKILING KALIMANTAN TENGAH.
Ir. Doddy Soedigdo, IAI1
Yesser Priono, ST., M.Sc2
Abstrak
Penelitian ini dilakukan terhadap (1)Aspek produk ekowisata Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Tangkiling, (2)Pasar/wisatawan Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Tangkiling (3)Masyarakat di sekitar Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Tangkiling. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari karakter produk dan pasar ekowisata yang berbasis masyarakat yang dapat digunakan untuk mengembangkan community based ecotourism di Kecamatan Bukit Batu dan mengetahui sejauh mana ekowisata berpengaruh dalam pemberdayaan masyarakat Kecamatan Bukit Batu.
Temuan–temuan yang dihasilkan yaitu: (1)Masyarakat belum terlibat secara maksimal dalam penyediaan jasa layanan bagi wisatawan seperti pengelolaan jasa akomodasi, transportasi, dan penjualan produk lokal (2)Tingkat komitmen dan kepedulian wisatawan domestik yang mengunjungi TWA Bukit Tangkiling tidak terlalu kuat, apresiatif dan terbuka terhadap isu–isu yang terkait dengan alam, lingkungan dan kesehatan (3)Masyarakat masih terbatas dalam mengembangkan potensi yang dimiliki terkait dengan keterbatasan akses masyarakat dalam mengembangkan sumber daya yang dimiliki.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa : (1)Produk ekowisata TWA Bukit Tangkiling temasuk dalam spektrum intermediate ecotourism (2)Pasar ekowisata TWA Bukit Tangkiling merupakan kalangan eco–generalist dengan karakteristik modern idealist (3)Ekowisata dalam pemberdayaan masyarakat Desa Bukit Tangkiling relatif berperan namun hanya secara pasif (4)Faktor–faktor yang berpengaruh dominan dalam mengembangkan ekowisata berbasis masyarakat di Kota Batu meliputi : perlindungan terhadap alam, skill/keahlian masyarakat, dukungan permodalan, akses terhadap pengembangan sumber daya, fasilitas dan infrastruktur, inovasi atraksi wisata baru, pengetahuan ekowisata travel agent, kepedulian wisatawan terhadap alam, kualitas pelayanan, kemudahan akses dan pemerintah. Kata kunci : produk, pasar, dan ekowisata berbasis masyarakat.
PENDAHULUAN
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor. 046/Kpts/Um/1/1977 tanggal 25 Juli 1977, Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Bukit Tangkiling terkenal di kalangan masyarakat Palangka Raya dan sekitarnya dan dibagi menjadi 2 kawasan yakni kawasan konservasi cagar alam (CA) dan taman wisata alam (TWA) Bukit Tangkiling. Pengembangan ekowisata diyakini sangat berpengaruh dalam mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat Desa Bukit Tangkiling Kecamatan Bukit Batu. Selama ini syarakat Desa
1 Staff Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Palangka Raya 2 Staff Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Palangka Raya
Jurnal Perspektif Arsitektur │Volume 8 / No.2, Desember 2013
2 ISSN 1907 - 8536
Bukit Tangkiling telah dikenal sebagai kota wisata yang didukung oleh kekayaan potensi alamnya, namun perlu dilakukan suatu usaha untuk lebih mengembangkan pariwisata Desa Bukit Tangkiling Kecamatan Bukit Batu sehingga menjadi suatu tujuan wisata yang lebih diminati dan kompetitif serta mampu memberikan manfaat yang maksimal kepada masyarakat Desa Bukit Tangkiling Kecamatan Bukit Batu itu sendiri. Untuk mengetahui peran ekowisata sebagai konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Kecamatan Batu ini, maka pertanyaan penelitian yang diangkat adalah : 1 Bagaimanakah karakter dan kondisi produk serta pasar (wisatawan) ekowisata yang berbasis
masyarakat yang dimiliki oleh TWA Bukit Tangkiling Kecamatan Bukit Batu? 2 Sejauh manakah ekowisata berperan dalam pemberdayaan masyarakat lokal di sekitar
kawasan TWA Bukit Tangkiling Kecamatan Bukit Batu? Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dan mendeskripsikan karakter produk dan pasar ekowisata yang berbasis
masyarakat di kawasan TWA Bukit Tangkiling Kecamatan Bukit Batu yang dapat digunakan untuk mengembangkan community based ecotourism
2. Mengkaji sejauh mana ekowisata berpengaruh dalam menggerakkan peran serta masyarakat dan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat Bukit Tangkiling Kecamatan Bukit Batu.
KAJIAN LITERATUR Kemudian pada awal tahun 1990 disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) yaitu sebagai berikut: "Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and improves the welfare of local people." Page dan Dowling (2000) meringkas konsep dasar ekowisata menjadi lima prinsip inti. Mereka termasuk yang berbasis alam, berkelanjutan secara ekologis, lingkungan edukatif, dan lokal wisatawan bermanfaat dan menghasilkan kepuasan. a) Nature based (Berbasis alam),. b) Ecologically sustainable (Berkelanjutan secara ekologis), c) Environmentally educative (Pendidikan Lingkungan), d) Locally beneficial (Manfaat bagi Masyarakat Lokal), e) Generates tourist satisfaction (Menghasilkan kepuasan wisatawan),
Tabel 1. Ecotourism Opportunity Spectrum
Parameter Spektrum Ekowisata
Eco specialist Intermediate Eco generalist
Akses
Tingkat kesulitan Sangat sulit Sulit Relatif mudah Akses sistem transpotasi
Waterways, trails
Aircraft, jalan raya
Jalan Raya
Sistem pemasaran
Pengalaman pribadi, teman
Tour operator setempat/local
Travel Agent
Saluran distribusi pemasaran
Word of mount Iklan, brosur Travel Agent
Sarana transportasi
Jalan kaki, kano, kuda
Kendaraan bermotor
Kendaraan bermotor
Volume 8 / No.2, Desember 2013 │ Jurnal Perspektif Arsitektur
ISSN 1907 - 8536 3
Sumber Daya
Hubungan saluran informasi
Tidak harmonis Tergantung pada alam dan pengembangan
Harmonis
Atraksi yang ditawarkan
Berorientasi pada alam
Focus pada aspek urban dan budaya
Fokus pada aspek urban dan budaya
Infrastruktur
Pengembangan Tidak cocok Hanya di area terpencil
Bersifat moderat
Visibilitas Tidak berkembang
Mengutamakan naturalias
Terus berkembang
Kompleksitas Tidak rumit Tingkat kompleksitas berkembang
Tingkat kompleksitas berkembang
Fasilitas Tidak ada fasilitas
Akomodasi sederhana
Hotel dan cottage
Interaksi Sosial
Sesama ekowisatawan
Sangat minim Minim Sering
Masyarakat lokal Sangat minim Bertindak sebagai interpreter
Bertindak sebagai penyedia jasa
Tingkat pengetahuan dan ketrampilan
Professional Terbatas Sangat minim
Sumber : Boyd dan Buttler (1996) METODE PENELITIAN Lokasi obyek wisata ini secara geografis terletak di Kelurahan Banturung dan Kelurahan Tangkiling, Kecamatan Bukit Batu. Luas keseluruhan kawasan wisata ini adalah 2.594 Ha, dengan rincian sebagai berikut : Cagar Alam seluas 2.061 Ha dan Taman Wisata Alam seluas 533 Ha. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara : 1. In-depth interview terhadap pihak pemerintah terkait, ahli pariwisata, tour operator, wisatawan,
serta para pakar/ swasta yang turut berperan dan mempunyai atensi terhadap pengembangan kepariwisataan Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling dan terutama terhadap masyarakat setempat.
2. Observasi lapangan dalam rangka melakukan pengamatan dan pengecekan terhadap produk wisata Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling, baik dalam hal atraksi wisata alam, amenitas dan aksesibilitas, pasar (wisatawan) serta terhadap keterlibatan masyarakat dalam pariwisata.
3. Observasi data sekunder. Metode analisis data menggunakan paradigma penelitian deskriptif kualitatif berdasarkan teori–teori yang terkait. Menggunakan kata kunci ekowisata berbasis masyarakat
Jurnal Perspektif Arsitektur │Volume 8 / No.2, Desember 2013
4 ISSN 1907 - 8536
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Parameter Produk Ekowisata
Variabel Parameter Spektrum Ekowisata
Hard Ecoturism
Intermediate Soft Ecoturism
Atraksi Aktifitas Sangat berorientasi pada lingkungan alam, di alam terbuka
Berbasis alam namun masih memfokuskan diri pada urban aspect
Interaksi tak langsung dengan alam, dengan media dan perantara
Tingkat Kesulitan
Aktifitas dengan tingkat kesulitan dan petualangan tinggi
Tingkat kesulitan sedang dan bersifat petualangan
Tingkat kesulitan relatif mudah
Pendidikan Lingkungan
Sangat mengutamakan pendidikan lingkungan
Memberikan pendidikan lingkungan namun masih terbatas
Relatif minim dalam memberikan pendidikan lingkungan bagi wisatawan
Interaksi sesame wisatawan
Interaksi sesama wisatawan sangat minim
Hanya dengan kelompoknya, berwisata dengan kelompok kecil.
Interaksi dengan sesama wisatawan sangat tinggi, berwisata secara berkelompok
Amenitas Pelayanan Akomodasi
Memberikan pelayanan sederhana (perkemahan)
Memberikan pelayanan dengan tingkat kenyamanan sedang (homestay)
Memberikan pelayanan dengan tingkat kenyamanan tinggi (hotel, resort)
Kelengkapan Cenderung tidak memiliki fasilitas yang lengkap
Fasilitas relatif lengkap
Memiliki fasilitas yang lengkap
Volume 8 / No.2, Desember 2013 │ Jurnal Perspektif Arsitektur
ISSN 1907 - 8536 5
Keterlibatan Masyarakat
Kontak masyarakat dan wisatawan cenderung minim
Masyarakat terlibat dalam jasa layanan, makanan, suvenir (secara pasif)
Masyarakat terlibat dalam kepemilikan usaha/ jasa layanan
Aksesibilitas Pencapaian Sulit untuk dikunjungi dan dicapai, dengan berjalan kaki atau kendaraan tidak bermotor
Agak sulit untuk dikunjungi dan dicapai, dengan kendaraan bermotor
Relatif mudah dan moderat untuk dicapai, dengan kendaraan bermotor
Infrastruktur Tidak memiliki sarana prasarana yang lengkap, cenderung tidak melakukan pengembangan
Memiliki sarana prasarana yang relatif lengkap dan terus melakukan pengembangan
Memiliki sarana prasarana yang lengkap dan terus melakukan pengembangan
Pemasaran Melalui promosi dari mulut ke mulut
Melalui operator pariwisata lokal, publikasi media
Melalui travel agent, publikasi media
Sumber : Analisis
Tabel 3. Parameter Peran Ekowisata
1 Skill / keahlian : Tingkat pendidikan, ketrampilan dan pengetahuan kepariwisatan masyarakat serta bagaimana masyarakat memperoleh kemudahan peningkatan skill / keahlian(pelatihan)
2 Akses terhadap pengembangan sumber daya
: Bagaimana masyarakat memperoleh akses terhadap pengembangan sumber daya setempat seperti permodalan, pelatihan.
3 Dukungan permodalan : Tingkat kemudahan masyarakat memperoleh bantuan modal dalam kepemilikan usaha lokal
4 Kesempatan kerja : Bagaimana masyarakat memperoleh kesempatan kerja dengan adanya ekowisata / pariwisata.
Jurnal Perspektif Arsitektur │Volume 8 / No.2, Desember 2013
6 ISSN 1907 - 8536
5 Fasilitas dan infrastruktur
: Peningkatan dan perbaikan kualitas fasilitas umum dan jaringan infrastruktur yang dapat dinikmati oleh masyarakat.
6 Perlindungan terhadap alam
: Tingkat komitmen masyarakat terhadap perlindungan alam
7 Inovasi atraksi wisata baru
: Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam pengembangan atraksi baru.
8 Pelayanan : Bagaimana wisatawan dilayani dengan keramahan dalam berwisata dan penyediaan jasa oleh masyarakat.
9 Aksesibilitas : Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam penyediaan jasa angkutan umum.
10
Dukungan : Bagaimana peran serta pemerintah dalam mendukung pengembangan komunitas.
Sumber : Analisis
Tabel 4. Variabel dan Parameter
Ekowisata dalam Pemberdayaan Masyarakat
No Variabel Parameter Indikator
1 Antusias pengembangan komunitas / masyarakat lokal
Skill / keahlian Tingkat pendidikan, ketrampilan dan pengetahuan kepariwisatan masyarakat serta bagaimana masyarakat memperoleh kemudahan peningkatan skill / keahlian (pelatihan)
Akses terhadap pengembangan sumber daya
Bagaimana masyarakat memperoleh akses terhadap pengembangan sumber daya setempat seperti permodalan, pelatihan.
Dukungan permodalan
Kepemilikan usaha lokal atas dasar kemudahan perolehan bantuan permodalan
2 Keberlanjutan lingkungan masyarakat
Kesempatan kerja
Bagaimana masyarakat memperoleh kesempatan kerja dengan adanya ekowisata /pariwisata.
Fasilitas dan infrastruktur
Peningkatan dan perbaikan kualitas fasilitas umum dan jaringan infrastruktur yang dapat dinikmati oleh masyarakat .
Volume 8 / No.2, Desember 2013 │ Jurnal Perspektif Arsitektur
ISSN 1907 - 8536 7
3 Keberlanjutan produk ekowisata
Perlindungan terhadap alam
Tingkat komitmen masyarakat terhadap perlindungan alam
Inovasi atraksi wisata baru
Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan atraksi wisata baru.
4 Keberlanjutan kepuasan wisatawan
Pelayanan Bagaimana wisatawan dilayani dengan keramahan dalam berwisata dan penyediaan jasa oleh masyarakat
Aksesibilitas Bagaimana masyarakat terlibat dalam jasa angkutan umum
5 Peran pemerintah Dukungan Bagaimana peran serta pemerintah dalam mendukung pengembangan komunitas.
Sumber : Analisis KESIMPULAN Produk ekowisata Bukit Tangkiling secara keseluruhan temasuk dalam spektrum INTERMEDIATE ECOTOURISM. Spektrum ini merupakan dimensi yang ramah terhadap pemberdayaan masyarakat, banyak masyarakat yang terlibat dalam penyediaan jasa layanan bagi wisatawan seperti pengelolaan jasa transportasi (perahu, sampan dan kapal) Pasar (wisatawan) ekowisata Bukit Tangkiling, khususnya wisatawan domestik, merupakan kalangan ECO–GENERALIST dengan karakteristik segmen pasar MODERN IDEALIST. Segmen pasar modern idealist merupakan segmen pasar yang relatif peduli terhadap perlindungan alam dalam skala yang terbatas dan memiliki toleransi terhadap keterlibatan masyarakat local Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa ekowisata dalam pemberdayaan masyarakat Desa Bukit Tangkiling berperan hanya secara pasif DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsismi, Dr, Prof. 1996, Prosedur Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi., 1997, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Bandung.
Ahimsa-Putra, Heddy Shri; Ari Sujito, Wiwied Trisnadi., 2000., Pengembangan Model Pariwisata Pedesaan Sebagai Alternatif Pembangunan Berkelanjutan. Puspar-UGM, Yogyakarta.
Gunn, Clare, A., 1994, Tourism Planing 2nd Ed., Taylor and Francis, USA.
Gunawan, Myra. P., 1997, Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan, ITB, Bandung.
Inskeep, Edward., 1991, Tourism Planning An Integrated and Sustainable Development Approach, Van Nostrand Reinhold, New York.
______________., 1993, Tourism Planning An Integrated and Sustainable Development Approach, Van Nostrand Reinhold, New York.
Jurnal Perspektif Arsitektur │Volume 8 / No.2, Desember 2013
8 ISSN 1907 - 8536
Kusumayadi, Endar Sugiarto, 2000, Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Muliawan, H., 2000, Makalah Perencanaan dan Pengembangan Desa Wisata, Stuppa Indonesia.
Swarbrooke, John., 1995, Attraction Management, Prentice Hall, London.
_______________., 2004, Sustainable Tourism Management, CABI Publishing, Oxon.