Transcript
Page 1: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA

DI DESA PATTALASSANG KABUPATEN SINJAI

SULAWESI SELATAN

A. CAKRA ADITYAWARMAN MUS P

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet
Page 3: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengolahan Limbah

Ternak Sapi Secara Sederhana di Desa Pattalassang Kabupaten Sinjai Sulawesi

Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

A. Cakra Adityawarman Mus P

NIM D14090060

Page 4: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

ABSTRAK

A CAKRA ADITYAWARMAN. Pengolahan Limbah Ternak Sapi Secara

Sederhana di Desa Pattalassang Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Dibimbing

oleh SALUNDIK dan LUCIA CYRILLA.

Limbah kotoran ternak sapi jika tidak diolah dengan baik akan berdampak

buruk pada lingkungan. Perlakuan yang tepat pada limbah kotoran ternak akan

memberikan nilai tambah dari kotoran ternak tersebut. Pengolahan limbah kotoran

ternak menjadi biogas, pupuk padat dan pupuk cair merupakan cara yang tepat

untuk mengurangi dampak pencemaran kotoran ternak. Biogas digunakan sebagai

bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah atau gas LPG untuk memasak.

Bahan keluaran biogas (sludge) selanjutnya dapat diolah kembali menjadi pupuk

padat dan cair dengan memisahkan bagian padatan dengan cairnya. Proses

pengolahan limbah kotoran ternak ini saling berkesinambungan sehingga tidak

ada limbah yang dihasilkan (zero waste). Penerapan teknologi pengolahan limbah

kotoran ternak tersebut selain dapat meminimalkan dampak pencemaran

lingkungan juga memberi tambah penghasilan bagi peternak. Data diolah

menggunakan analisis margin kotor yaitu perbandingan besar manfaat yang

diperoleh dengan tambahan biaya/kerugian dengan adanya teknologi biogas. Hasil

perhitungan menunjukkan, dengan adanya teknologi biogas 1.6 m3

hari-1

memberikan keuntungan tambahan sebesar Rp 1 300 184 per bulan.

Kata kunci: analisis margin kotor, biogas, pupuk padat, dan pupuk cair

ABSTRACT

A CAKRA ADITYAWARMAN. Livestock Waste Simple Processing in

Pattalassang Village of Sinjai South Sulawesi Province. Supervised by

SALUNDIK and LUCIA CYRILLA.

Waste could be problem if doesn’t handled properly make bad impact on

environment. The treatment exacly on livestock waste will provide addition value

of livestock waste. The treatment of livestock waste processing to biogas, solid

manure, and liquid manure is good metode to minimize the impact of livestock

waste pollution. The biogas used to be alternative fuel substitute fuel oil or LPG

for cooking. The effluent reus to be solid manure and liquid manure by liquid and

solid separation, this metode advantage cause zero waste. The other advantage is

give more income for farmer. Data analized by bruto margin analized is the

comparisons of benefits and loss which obtained by applied new technology to

know worthy or not this technology applied. The result of accounting sawed

biogas instalation 1.6 m3 per day give more income Rp 1 300 184 per mount.

Keywords: waste, biogas, solid manure, liquid manure

Page 5: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA

DI DESA PATTALASSANG KABUPATEN SINJAI

SULAWESI SELATAN

A. CAKRA ADITYAWARMAN MUS P

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet
Page 7: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

Judul Skripsi : Pengolahan Limbah Ternak Sapi Secara Sederhana di Desa

Pattalassang Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan

Nama : A Cakra Adityawarman Mus P

NIM : D14090060

Disetujui oleh

Dr Ir Salundik, MSi

Pembimbing I

Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini

ialah Limbah, dengan judul Pengolahan Limbah Ternak Sapi Secara Sederhana di

Desa Pattalassang, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Salundik, MSi dan Ibu Ir

Lucia Cyrilla ENSD, MSi sebagai dosen pembibmbing yang senantiasa

memberikan masukan, perhatiannya, dan meluangkan waktu dalam membimbing

penulis sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Penulis juga menyampaikan

banyak terima kasih kepada bapak Dr Ir Moh Yamin, MAgr Sc sebagai dosen

pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktunya dalam beberapa

kesempatan konsultasi selama menjalani masa studi.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada orang tua

tercinta bapak A. Mustaring Pananrang dan Altruisa Rachel Wigati atas segala

doa, kasih sayang, motivasi, dan dukungan moril dan materil yang telah diberikan.

Penulis juga mengucapkan terima kepada Bapak Firdaus yang telah memberi izin

dan memperkenankan saya melakukan penelitian di lokasi peternakannya di Desa

Pattalassang Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan, serta

kepada sahabat Widigdo Hadi Pratoyo, M Rasyid, Hendrawan, Anggi Putra dan

Adi Suryonugroho atas kebersamaan dan kerjasamanya selama menempuh studi.

Semoga penelitian ini dapat memperkaya ilmu dan bermanfaat bagi yang

membacanya.

Bogor, Februari 2014

A. Cakra Adityawarman Mus P

Page 9: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Materi 2

Prosedur 3

Pembuatan biogas, pupuk cair, dan pupuk padat 3

Analisis Data 4

Jenis dan analisis data 4

Variabel yang diukur 4

Analisis ekonomi teknologi pengolahan limbah 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi umum 6

Aspek Teknis Teknologi Biogas 6

Produksi Biogas 8

Produksi Pupuk 9

Analisis Margin Kotor 10

SIMPULAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 14

RIWAYAT HIDUP 15

Page 10: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

DAFTAR TABEL

1 Format analisis margin kotor 5

2 Alat dan bahan instalasi biogas 7

3 Nilai kesetaraan 1 m3 biogas dan energi yang dihasilkan 9

4 Kandungan mineral effluent dari enam instalasi biogas di Delta Mekong

Vietnam 10

5 Produksi pupuk padat dan cair keluaran biogas dalam sebulan 11

6 Analisis margin kotor teknologi biogas (Rp per bulan) 11

Page 11: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Limbah merupakan bahan organik atau anorganik yang tidak termanfaatkan

lagi, sehingga dapat menimbulkan masalah serius bagi lingkungan jika tidak

ditangani dengan baik. Limbah dapat berasal dari berbagai sumber hasil buangan

dari suatu proses produksi salah satunya limbah peternakan. Limbah tersebut

dapat berasal dari rumah potong hewan, pengolahan produksi ternak, dan hasil

dari kegiatan usaha ternak. Limbah ini dapat berupa limbah padat, cair, dan gas

yang apabila tidak ditangani dengan baik akan berdampak buruk pada lingkungan.

Limbah yang berasal dari peternakan tersebut akan bernilai ekonomi tinggi

apabila diolah dengan perlakuan yang tepat. Ada banyak cara yang dapat

dilakukan untuk mengolah limbah peternakan tersebut. Salah satunya pengolahan

kotoran menjadi pupuk kandang, cara ini merupakan cara yang paling sederhana

yang sering kita jumpai yaitu kotoran ternak dibiarkan hingga kering. Namun

dengan cara pengolahan kotoran tersebut belum bisa dikatakan ramah lingkungan,

karena kotoran ternak yang diolah dengan cara dikeringkan akan menimbulkan

pencemaran dalam bentuk gas atau bau. Bau yang menyengat yang ditimbulkan

dari kotoran ternak akan mengganggu pernafasan yang menyebabkan gangguan

kesehatan.

Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan

menimbulkan pemikiran untuk mengolah kotoran ternak tersebut menjadi suatu

produk yang lebih bermanfaat. Permasalahan pengelolaan sampah tersebut dapat

diminimalkan dengan menerapkan pengelolaan sampah yang terpadu (Integrated

Solid Waste Management/ISWM), diantaranya waste to energy atau pengolahan

sampah menjadi energi (Damanhuri 2010). Kotoran ternak diolah dengan cara

yang lebih baik akan bernlai ekonomi tinggi seperti pemanfaatan kotoran tersebut

sebagai bahan pembuatan biogas, pupuk padat, dan pupuk cair. Pengolahan

kotoran ternak menjadi biogas pupuk padat ataupun pupuk cair akan menambah

nilai ekonomis dari kotoran ternak tersebut.

Beberapa peternak telah mengaplikasikan teknologi pengolahan kotoran

ternak tersebut, namun perkembangan teknologi tersebut dikatakan belum merata

karena beberapa peternak belum paham mengenai teknologi pengolahan limbah

ternak tersebut. Perlu adanya peran dari berbagai pihak agar penerapan teknologi

baru dapat diaplikasi secara merata. Pemanfaatan biogas sebagai sumber energi

pengganti dalam kebutuhan rumah tangga sedikit demi sedikit akan mengurangi

ketergantungan kita terhadap bahan bakar energi yang tidak terbarui. Sisa kotoran

hasil pembuatan biogas akan menghasilkan sludge yang nantinya akan diolah

menjadi pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk padat sebagai pupuk organik bisa

menggantikan peran dari pupuk anorganik untuk menghasilkan sayuran organik

atau bahan pangan lain yang aman dikonsumsi, sedangkan pupuk cair memiliki

kemampuan yang tidak jauh beda dengan pupuk anorganik dalam menyuburkan

tanaman. Pemanfaatan limbah ternak tersebut sebagai pupuk organik dapat

menjadi solusi untuk menghasilkan pangan yang lebih aman dikonsumsi dan

mengurangi efek pencemaran lingkungan dari ternak sekaligus sebagai sumber

energi alternatif.

Page 12: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

2

Penelitian yang dilakukan mengenai pengolahan limbah kotoran ternak yang

saat ini menjadi issu sebagai salah satu penyebab terjadinya global warming. Oleh

sebab itu perlu adanya pengenalan teknologi pengolahan limbah peternakan

tersebut kepada masyarak luas, dengan adanya teknologi biogas issu global

warming akibat kegiatan peternakan dapat diminimalisir. Penelitian ini akan

dilaksanakan di Desa Pattalassang, Kecamatan Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai.

Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kelayakan teknologi pengolahan

limbah kotoran ternak di Desa Pattalassang, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten

Sinjai.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di Desa Pattalassang, Kabupaten Sinjai,

Kecamatan Sinjai Timur ini dilakukan di salah satu rumah warga yang memiliki

13 ekor sapi. Peternak di Desa Pattalassang memelihara rata-rata 2 ekor sapi,

volume biogas 2 m3 disesuikan dengan jumlah rata-rata ternak sapi yang

dipelihara. Sebelum ada teknologi biogas peternak melakukan pengolahan kotoran

sapi menjadi pupuk cair dan pupuk padat. Namun setelah adanya biogas maka

diperoleh gas yang digunakan untuk keperluan memasak sehingga mengurangi

penggunaan LPG. Selain itu dengan adanya teknologi biogas peternak

memperoleh penghasilan tambahan.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pattalassang, Kecamatan Sinjai Timur,

Kabupaten Sinjai. Tiap peternak di Desa Pattalassang rata-rata memelihara 2 ekor

sapi, namun kotoran ternak yang dihasilkan belum dimanfaatkan secara optimal

sehingga perlu adanya penerapan teknologi pengolahan limbah secara optimal.

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dimulai dari minggu pertama bulan

Juli hingga akhir bulan Agustus 2013.

Materi

Kotoran sapi sebanyak 20 kg setiap harinya digunakan sebagai bahan

organik untuk menghasilkan gas dicampur dengan air. Perbandingan kotoran

ternak dan air (2:1). Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu instalasi biogas

berupa plastik tabung lebar 1 m, pipa paralon 4 inci, pipa paralon ½ inci, shock

drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku

(L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet ban dalam motor, lem fox, lem paralon,

keran gas, gunting, ember, timbangan, dan gergaji besi. Alat untuk instalasi ke

kompor yaitu selang gas, katup atau kran gas, dan kompor modifikasi. Selanjutnya

Page 13: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

3

dibuat instalasi dari penampung gas ke rumah. Konstruksi reaktor yang dibuat

pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Skema reaktor biogas plastik penelitian

Digester biogas berbahan plastik ini memiliki umur simpan 5 tahun. Bahan

yang digunakan pada penelitian ini yaitu feses, air, botol plastik kemasan pupuk

cair, plastik kemasan pupuk padat dan label untuk pupuk cair dan padat.

Prosedur

Pembuatan Biogas, Pupuk Cair, dan Pupuk Padat

Pembuatan digester dimulai dengan memotong plastik tabung sepanjang 8.5

m sebanyak 2 buah, kedua plastik itu dilapis menjadi satu. Kemudian dibuat

lobang pengeluaran gas dengan jarak 1.5 m dari masukan yang nantinya lubang

disambung ke pipa tempat penampungan gas. Masing-masing ujung digester

dipasang paralon 5” sepanjang 1.5 m untuk saluran masuk sedangkan ujung yang

lain disambung pipa dengan panjang 80 cm sebagai saluran keluaran dan kedua

ujung diikat menggunakan karet ban dalam. Pada saluran keluaran pipa dibuat

pendek untuk memudahkan sludge keluar. Pembuatan penampung gasnya dengan

memotong plastik tabung sepanjang 3 m, salah satu ujungnya diikat dan ujung

yang lainnya disambungkan dengan pipa paralon ½ inci diikat dengan karet ban

dalam. Pada ujung paralon gas penampung dipasang sambungan T dan dilem

dengan lem paralon. Ujung sambungan T pertama disambungkan dengan pipa

paralon dari digester, sedangkan ujung yang satunya disambungkan dengan pipa

paralon yang telah dipasang katup. Pemasangan katup untuk mengendalikan

keluar masuknya gas yang telah terhubung dengan selang ke kompor.

Hasil keluaran (sludge) dari digester biogas dipisahkan antara cair dan

padatnya. Bagian cair diolah menjadi pupuk cair sedangkan padatan diolah

menjadi pupuk padat. Mula-mula bagian cair keluaran digester biogas disaring

dan dimasukkan kedalam tempat fermentasi yang telah disediakan dan didiamkan

selama 1 minggu. Setelah itu cairan disaring kembali dan diaerasi selama 3-4 hari

untuk menghilangkan gas dan bau dari cairan tersebut. Selanjutnya didiamkan

selama 2 hari untuk mengendapkan partikel dan cairan yang dihasilkan menjadi

bening seperti air teh. Bagian padatan mula-mula dikering anginkan hingga

kering. Setelah kering dilakukan pengayakan agar didapat hasil yang rata dan

homogen.

Page 14: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

4

Analisis Data

Jenis dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data primer dan skunder.

Data primer yang digunakan bersumber dari hasil yang didapat selama penelitian

dalam pembuatan biogas, pupuk padat, dan pupuk cair. Data sekunder digunakan

sebagai data pendukung dalam penelitian dan diperoleh dari penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya. Data diolah secara deskriptif dan menggunakan analisis

margin kotor, dengan menggunakan analisis margin kotor layak atau tidaknya

suatu teknologi diterapkan. Penelitian dilakukan dengan membuat atau

menerapkan langsung pembuatan biogas, pupuk padat, dan pupuk cair di salah-

satu rumah warga yang ada di Desa Pattalassang. Selanjutnya data diolah

menggunnakan analisis margin kotor, yaitu analisis perbandingan biaya sebelum

dan sesudah diterapkannya teknologi, kemudian dihitung pula produksi dan

penghasilan tambahan dengan adanya pengolahan pupuk padat dan cair sebelum

dan setelah diterapkannya teknologi.

Pada pengolahan biogas data didapatkan saat biogas yang dibuat sebagai

bahan substitusi dari bahan bakar minyak telah menghasilkan nyala api yang

sempurna dengan perbandingan biaya yang digunakan sebelum menggunakan gas

LPG dan biaya yang dikeluarkan setelah mengganti dengan biogas. Selain itu juga

dilakukan perhitungan total income atau pemasukan tambahan yang diperoleh

peternak setelah menerapkan teknologi pengolahan kotoran ternak tersebut hasil

pembuatan pupuk padat dan pupuk cair.

Variabel yang diukur

Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan uji langsung dalam

pembuatan biogas, pupuk padat dan pupuk cair. Penerapan teknologi ini dilakukan

disalah satu rumah penduduk yang ada di Desa Pattalassang. Adanya teknologi

pengolahan limbah ini adalah sebagai contoh penerapan teknologi pemanfaatan

kotoran ternak sehingga nantinya dapat ditiru oleh peternak lainnya yang ada di

Desa Pattalassang.

Ternak yang dipelihara tentunya akan menghasilkan kotoran atau feses

dengan jumlah tertentu tiap harinya yang nantinya akan digunakan sebagai bahan

pembuatan biogas. Pada penelitian ini tidak dilakukan penghitungan biaya pakan

ternak yang nantinya mempengaruhi analisis aspek ekonomi dalam penelitian

pengolah limbah ternak ini, namun akan tetap memperhatikan pakan yang

dikonsumsi dari ternak tersebut.

Analisis Ekonomi Teknologi Pengolahan Limbah

Analisis ekonomi dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh dengan

adanya penerapan teknologi pengolahan ternak dengan menggunakan analisis

margin kotor layak atau tidaknya suatu teknologi diterapkan bisa dilihat melalui

besar manfaat yang diterima dengan adanya teknologi ini dibandingkan dengan

besar biaya tambahan atau kerugian dengan adanya teknologi tersebut. Manfaat

yang diperoleh dapat dilihat dengan penghematan biaya penggunaan LPG yang

harus dikeluarkan. Data yang diperlukan yaitu jenis bahan bakar yang digunakan

Page 15: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

5

oleh peternak sebelum menggunkan biogas, biaya yang dikeluarkan oleh peternak

untuk membeli bahan bakar tersebut, serta lama penggunaan setiap bulannya.

Kemudian membandingkan hal yang sama setelah menggunakan biogas.

Penghematan biaya pengeluaran saat menggunakan bahan bakar sebelum dan

sesudah menggunakan biogas. Perhitungan mengukur penghematan pengeluaran

untuk konsumsi bahan bakar peternak dapat dimodelkan sebagai berikut :

∆P = C0 - C1

Keterangan :

∆P = Penghematan pengeluaran untuk konsumsi bahan bakar (Rp/Bulan);

C0 = Biaya untuk membeli bahan bakar sebelum biogas (Rp/Bulan); dan

C1 = Biaya yang dikeluarkan setelah menggunakan biogas (Rp/Bulan)

Manfaat yang diperoleh dari hasil pengolahan kotoran ternak menjadi

pupuk padat dan pupuk cair yaitu tambahan income yang diperoleh peternak.

Harapan yang diinginkan dengan adanya pengolahan pupuk dari kotoran ternak

dapat memberikan income yang lebih besar setelah adanya pengolahan (y)

dibandingkan dengan income yang diperoleh sebelum adanya pengolahan (x).

x < y Keterangan :

x = Pendapatan yang diperoleh sebelum adanya pengolahan; dan

y = Pendapatan yang diperoleh setelah adanya pengolahan;

Pemanfaatan limbah kotoran ternak juga diharapkan mampu memberikan

penghasilan tambahan bagi para peternak dengan menjual hasil dari pengolahan

limbah kotoran tersebut menjadi pupuk, parameter yang diamati sebagai berikut :

1. Penggunaan bahan bakar minyak;

2. Banyaknya pupuk padat yang dihasilkan;

3. Banyaknya pupuk cair yang dihasilkan; dan

4. Tambahan pemasukan.

Formula yang digunakan untuk menghitung margin kotor ialah sebagai

berikut :

KeuntunganTambahan = B-A Keterangan :

A = Kerugian Total

B = Keuntungan Total

Keuntungan Total =Biaya yang dihemat + penghasilan Tambahan

Kerugian Total =Biaya tambahan + penghasilan yang hilang

Biaya yang dihemat =Pengeluaran atau biaya yang dihemat akibat perubahan

Penghasilan tambahan =Tembahan pendapatan kotor atau penghasilan yang timbul

akibat perubahan

Biaya tambahan =Perubahan atau biaya tambahan yang terjadi karena adanya

perubahan metode produksi

Penghasilan yang hilang =Pendapatan yang hilang dan tidak diterima lagi sebagai

akibat terjadi perubahan metode produksi

Tabel 1 Format analisis margin kotor

Tambahan Keuntungan Tambahan Kerugian

Biaya yang dihemat Biaya tambahan

Penghasilan tambahan Penghasilan yang hilang

Keuntungan total Kerugian total

Keuntungan tambahan = Keuntungan total-Kerugian total Sumber : Sukartawi et al. (1986)

Page 16: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Desa Pattalassang merupakan salah satu desa dari 13 desa yang ada di

Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Desa ini terletak 12

km dari ibukota Kabupaten Sinjai berada pada ketinggian 500 m dpl. Jumlah

penduduk pada tahun 2012 sebanyak 1 905 jiwa, sebagian besar penduduk yang

ada di Desa Pattalassang bermata pencaharian bertani dan beternak. Petani di

Desa Pattalassang hanya akan menanam padi tiap tahunnya dan jerami yang

dihasilakan pada musim panen padi digunakan sebagai pakan ternak sekaligus

persediaan untuk musim kemarau agar tidak kekurangan pakan. Kebanyakan jenis

sapi yang dipelihara oleh peternak di Desa Pattalassang yaitu sapi bali, tiap

peternak di Desa Pattalassang memelihara 2 sampai 3 ekor ternak sapi.

Populasi ternak Desa Pattalassang tahun 2012 sebanyak 1 166 ekor (Dinas

Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Populasi tersebut terus meningkat tiap

tahunnya, populasi ternak yang terus meningkat dari tahun ketahun tentunya akan

menghasilkan limbah kotoran ternak yang semakin banyak pula. Keadaan

infrastruktur yang ada di Desa Pattalassang cukup memadai, meskipun kondisi

separuh jalan menuju desa Pattalassang berbatu namun masih dapat dijangkau.

Penerangan yang digunakan penduduk sudah menggunakan listrik dan gas LPG

sebgai bahan bakar untuk memasak meskipun terkadang masih menggunakan

kayu bakar. Penggunaan bahan bakar alternatif pengganti kayu bakar dan gas

elpiji perlu dilakukan dengan meningkatnya potensi kotoran ternak sapi yang

dihasilkan. Kisaran suhu di Desa Pattalassang 28-32 oC. Suhu yang baik untuk

proses fermentasi adalah dari 30 hingga kira-kira 55 oC (Kadir 1982).

Aspek Teknis Teknologi Biogas

Limbah kotoran ternak memiliki potensi sebagai sebagai bahan bakar

alternatif karena mampu menghasilkan gas melalui proses fermentasi. Menurut

Abdullah et al. (1998) gas bio adalah suatu jenis gas yang bisa dibakar yang

diproduksi melalui proses fermentasi anaerobik bahan bakar organik seperti

kotoran ternak dan manusia, biomassa limbah pertanian atau campuran keduanya,

didalam suatu ruangan pencerna (digester). Hal ini perlu dilakukan karena

semakin berkembangnya usaha peternakan yang mengakibatkan limbah yang

dihasilkan meningkat.

Teknologi biogas memberikan beberapa keuntungan seperti,

menghilangkan efek rumah kaca, mengurangi bau, menghasilkan pupuk, dan

sebagai energi alternatif (Imam et al. 2013). Pencemaran dalam bentuk gas dari

kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti

seperti gas LPG, kayu bakar, dan minyak tanah. Kalor yang dihasilkan dari biogas

dapat digunakan untuk memasak dan bahkan dapat digunakan untuk penerangan.

Nilai kalor yang dihasilkan akan semakin besar dengan produksi metan yang

tinggi. Jika dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi

listrik. Selain itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak

yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya

Page 17: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

7

pertanian, juga mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar

minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui. Pemanfaatan biogas sebagai energi

alternatif dimasyarakat transmigrasi merupakan salah satu upaya oleh akademisi dan

pemerintah daerah yang peduli terhadap masalah lingkungan (Lucas et al. 2011).

Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5

tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber

energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut

menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai alternatif

pengganti bahan bakar minyak. Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas.

Penelitian pembuatan biogas ini dilakukan disalah satu rumah peternak. Rata-rata

peternak memelihara 2 ekor sapi sehingga disesuaikan dengan daya tampung

digester yang dibuat. Sebanyak 2 ekor sapi ini akan menghasilkan kotoran

sebanyak 20 kg dengan asumsi setiap ekor menghasilkan 10 kg tiap harinya. Tiap

1 kg kotoran akan menghasilkan 0.08 m3 biogas. Volume digester yang dibuat

pada penelitian ini sebesar 2 m3 yang memiliki daya tampung feses yang telah

dicampur air (2:1) sebanyak 1 200 kg untuk pengisian awal. Panjang plastik yang

dibutuhkan 17 m dengan diameter 0.63 m, sebanyak 2 m digunakan untuk

mengikat kedua ujung plastik yang telah dipasangkan paralon. Selanjutnya dibuat

pula volume penampung gas 0.64 m3,

dibutuhkan plastik sepanjang 3 m. Rincian

alat dan bahan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Alat dan bahan instalasi biogas

No Alat dan Bahan Satuan Harga

(Rp)

Jumlah (Rp)

1 Digester

Plastik tabung (diameter 0.63 m) 17 m 7 500 127 500

Paralon 4" 1 batang 85 000 85 000

Paralon 1/2" 12 batang 15 000 180 000

Stop keran 7 buah 8 000 56 000

Klep pipa 2 buah 2 500 5 000

Shock drat dalam 2 buah 2 000 4 000

Shock drat luar 1 buah 2 000 2 000

Sambungan T 2 buah 2 000 4 000

Sambungan L 11 buah 2 000 22 000

Sambungan lurus 8 buah 2 000 16 000

Gergaji pipa 1 buah 5 000 5 000

Lem paralon 2 buah 8 000 16 000

Lem fox 1 buah 9 000 9 000

Lak ban 5 lingkar 1 000 5 000

2 Penampung Gas

Plastik tabung (diameter 0.63 m) 3 m 7 500 22 500

3 Kompor Gas 1 Mata 1 buah 150 000 150 000

Total 709 000

Page 18: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

8

Instalasi ini dibuat di rumah ketua dari kelompok Gapoktan Sipakainge

yang memiliki 13 ekor ternak sapi dewasa. Pemilihan lokasi instalasi ini agar

mempermudah pengisian awal dari sumur pencerna sebanyak 1 200 kg feses dan

air (1:2). Instalasi biogas dengan menggunakan plastik merupakan cara termurah

dan mudah untuk dibuat memiliki umur simpan 5 tahun jika dalam kondisi yang

terkontrol atau tidak mendapat gangguan dari hal-hal yang dapat merusak plastik

biogas hingga membuat plastik menjadi bocor. Biaya penyusutan dari digester

plastik pertahunnya sebesar Rp 141 800 atau Rp 11 816 per bulan. Perlu adanya

perlindungan yang baik agar plastik digester tidak bocor, seperti memagari

digester atau dapat pula dengan membuatkan wadah untuk menempatkan digester

plastik tersebut yang terbuat dari beton sehingga tidak perlu menggali untuk

menempatkan digester dalam tanah.

Produksi Biogas

Pada hari ke-5 setelah pengisian digester gas pertama kali terbentuk,

namun komposisi gas metan masih sedikit atau belum optimal. Produksi

maksimal pada penelitian dicapai pada hari ke-20. Biogas yang dihasilkan terdiri

dari 50%-70% metana (CH4), 30%-40% karbondioksida (CO2) dan gas lainnya

dalam jumlah kecil. Adapun unsur yang terkandung dalam biogas yaitu gas

metana (CH4), gas karbon dioksida (CO2), gas oksigen (O2), gas hidrogen sulfida

(H2S), gas hidrogen (H2), dan gas karbon monoksida (CO), dari semua unsur

tersebut yang berperan dalam menentukan kualitas biogas yaitu gas metana (CH4)

dan gas karbon dioksida (CO2). Bila kadar CH4 tinggi maka biogas tersebut akan

memiliki nilai kalor yang tinggi. Sebaliknya jika kadar CO2 yang tinggi maka

akan mengakibatkan nilai kalor biogas tersebut rendah (Hamidi et al. 2011).

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan biogas yaitu pemeliharaan

sapi antara 2-4 ekor (Siregar 2010). Pada saat produksi gas maksimal (hari ke-20)

proses pengisian digester dilakukan secara berkelanjutan sebanyak 30 kg (10 kg

feses dan 20 kg air) dilakukan sebanyak 2 kali setiap harinya. Biogas yang

dihasilkan dari 20 kg feses yang digunakan sebanyak 1.6 m3 setara dengan 0.736

kg gas LPG dan 1 liter minyak tanah. Namun pada penelitian ini produksi biogas

tidak sebesar itu karena hanya dapat digunakan memasak selama kurang lebih 2

jam dan hanya mengurangi setengah dari penggunaan gas perbulan dari peternak.

Nilai kesetaraan 1 m3

biogas dibandingkan dengan energi yang lain diperlihatkan

pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai kesetaraan 1 m3 biogas dan energi yang dihasilkan

Jenis Energi Kesetaraan dengan 1 m3 biogas

Elpiji (kg) 0.46

Minyak tanah (L) 0.62

Minyak Solar (L) 0.52

Bensin (L) 0.80

Gas kota (m3) 1.50

Kayu Bakar (kg) 3.50 Sumber : Kementerian Pertanian (2006)

Page 19: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

9

Tiap sapi mampu menghasilkan kotoran 20 kg per hari yang dapat

menghasilkan biogas sebanyak 1-1.2 m3 dan dapat memenuhi kebutuhan

memasak selama 2.32 – 2.78 jam (Mayasari et al. 2010). Kompor yang digunakan

untuk biogas berbeda dengan kompor gas LPG pada umumnya. Agar biogas dapat

menyala kompor yang biasa digunakan untuk gas LPG terlebih dahulu diperbesar

lubang pengeluaran gas (spuyer) kompor tesebut. Untuk menyalakannyapun

kompor tidak langsung menyala, perlu disulut menggunakan korek api terlebih

dahulu. Biogas sebagai energi alternatif bersifat ramah lingkungan dan

mengurangi efek rumah kaca. Instalasi biogas yang diterapkan disalah satu rumah

warga di Desa Pattalassang digunakan untuk memasak keperluan sehari-hari.

Teknologi fermentasi biogas merupakan salah satu usaha divesifikasi energi yang

sederhana dan mudah dikembangkan di Indonesia. Selain itu dapat pula dijadikan

sebagai penghasil energi listrik karena memiliki nilai kalor yang cukup besar.

Kemampuan biogas sebagai sumber energi sangat tergantung dari jumlah gas

metan. Setiap 1 m3 metan setara dengan 10 kWh. Nilai ini setara denga 0.6 L fuel

oil. Sebagai pembangkit tenaga listrik, energi yang dihasilkan oleh biogas setara

dengan 60-100 watt lampu selama 6 jam penerangan (Hambali et al. 2007).

Berdasarkan kajian lainnya yang dilakukan oleh (Arifin et al. 2011)

Pemanfaatan biogas dari kotoran sapi sebagai alternatif bahan bakar pembangkit

listrik dilakukan melalui proses anaerobik. Pilot Plant dengan produksi biogas

sebesar 7 m3/hari telah terpasang di Pesantren Saung Balong. Biogas ini

dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari seperti memasak dan penerangan, dan

digunakan sebagai bahan bakar pure biogas dengan genset skala 2 500 Watt.

Produksi biogas rata-rata sebesar 0.040 m3 per 30 menit atau 0.080 m

3 jam

-1.

Biogas yang dihasilkan selama pengukuran (450 menit) adalah 0.604 m3 dengan

data tersebut maka diperkirakan dalam sehari (24 jam) biogas yang dapat

dihasilkan adalah sebesar 1.92 m3. Sementara, konsumsi biogas untuk genset pada

beban 1 047 W adalah 0.019 m3

menit-1

, genset akan beroperasi selama 101.05

menit atau sekitar 1.68 jam dengan demikian listrik yang dapat dihemat adalah

1.759 kWh per hari atau 52.77 kWh bulan-1

dan biaya listrik yang dapat dihemat

yaitu sebesar Rp 40 896 per bulan.

Produksi Pupuk

Bahan keluaran dari sisa proses pembuatan biogas (sludge) dapat diolah

kembali menjadi pupuk organik. Pupuk padat yang dihasilkan dari keluaran

biogas lebih baik dibandingkan dengan pupuk kompos yang bisa digunakan petani,

selain itu unsur hara yang ada dalam pupuk organik cair hasil dari proses

fermentasi dalam penggunaannya dapat langsung diserap tanaman dan cepat

terurai sehingga mudah diserap tanaman. Menurut Suzuki et al (2001), dalam

penelitiannya di Vietnam tahun 2001, sludge yang berasal dari biogas sangat baik

untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai mineral yang dibutuhkan

oleh tumbuhan seperti fospor (P), magnesium (Mg), kalsium (Ca), kalium (K),

tembaga (Cu), dan seng (Zn). Sedangkan menurut Suzuki et al (2001), effluen

yang berasal dari biogas baik untuk dijadikan sebagai bahan pupuk karena

mengandung berbagai macam mineral yang dibutuhkan oleh tumbuhan.

Kandungan mineral effluent biogas dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 20: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

10

Tabel 4 Kandungan mineral effluent dari enam instalasi biogas di Delta Mekong

Vietnam

Mineral Instalasi Biogas ke-

1 2 3 4 5 6

P-Totasl 119 114 33 93 164 69

N-Total 467 271 37 348 324 462

Mg 73 94 63 60 103 177

Ca 72 57 56 62 78 147

K 271 166 64 215 401 540

Cu <2,5 <2,5 <2,5 <2,5 <2,5 <2,5

Zn <1,0 <1,0 <1,0 <1,0 <1,0 <1,0 Sumber: Suzuki et al. (2001)

Keluaran biogas dipisahkan antara padat dan cairnya untuk diolah menjadi

pupuk padat dan cair. Bagian padatan dikeringkan selama 8 hingga 10 hari. Rata-

rata bagian padatan diperoleh 8 kg perharinya, namun setelah bagian padatan

dikeringkan di peroleh pupuk padat sebanyak 457 g, setelah kering pupuk padat

dimasukkan kedalam mesin APPO agar didapat hasil yang rata selanjutnya

ditambahkan abu sekam, serbuk gergaji dan kapur tani untuk meningkatkan mutu

dari pupuk padat tersebut. Sedangkan bagian cair keluaran biogas dalam sehari

diperoleh 48 L bagian cair ditampung dalam drum plastik dan didiamkan kurang

lebih 1 minggu. Setelah 1 minggu disaring kembali dan diaerasi selama 3-4 hari

untuk menghilangkan bau. Hanya saja produksi pupuk padat dan cair baik

sebelum dan setelah ada teknolgi pengolahan limbah ini tidak semuanya dapat

terjual hanya 30% bagian dari produksi dapat terjual karena kesulitan dalam

pemasarannya. Meskipun demikian peternak masih memperoleh keuntungan

sedangkan produksi pupuk yang tak terjual biasanya diberikan kepada peternak

yang membutuhkan. Data lebih lengkap ditampilakan pada Tabel 5.

Tabel 5 Produksi pupuk padat dan cair keluaran biogas dalam sebulan

Macam

Output

Total

Produksi

J. Produk terjual

(30%) Harga (Rp) Jumlah (Rp)

Pupuk Cair 1 440 L 432.0 L 10 000 4 320 000

Pupuk Padat 13 kg 3.9 kg 5 000 19 500

Jumlah 2 795 000

Analisis Margin Kotor

Keuntungan yang diperoleh dengan adanya teknologi biogas 1.6 m3 per

hari yaitu peningkatan produksi pupuk cair sebanyak 432 L per bulan dengan

harga Rp 10 000 per liter berdasarkan perhitungan BEP sehingga diperoleh

keuntungan Rp 4 320 000 per bulan, selain itu keuntungan dengan produksi

biogas didapat Rp 30 000 per bulan dengan menurunnya setengah dari konsumsi

gas LPG perbulan juga penghematan biaya dari pembelian plastik, label, abu

Page 21: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

11

sekam, serbuk gergaji, kapur tani dan stardek. Kerugian yang diperoleh dari

instalasi biogas, yaitu penyusutan instalasi, biaya pembelian jerigen dengan

meningkatnya produksi pupuk cair dibutuhkan 288 sehingga biaya yang

dibutuhkan untuk pembelian jerigen tiap bulannya sebesar Rp 2 880 000, selain

itu penghasilan yang hilang dari pupuk padat Rp 3 000 000 per bulan akibat

penggunaan 600 kg feses yang digunakan sebagai substrat biogas. Keterangan

lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Analisis margin kotor teknologi biogas (Rp per bulan)

Tambahan Keuntungan Tambahan Kerugian

Penghasilan tambahan Biaya tambahan

Nilai pupuk cair Rp 4 320 000 Penyusutan instalasi Rp 11 816

Nilai biogas Rp 30 000 Jerigen 5 L Rp 2 880 000

Biaya yang dihemat Penghasilan yang hilang

Biaya plastik Rp 300 000 Nilai pupuk padat Rp 900 000

Biaya label Rp 312 000

Biaya abu sekam Rp 42 500

Biaya serbuk gergaji Rp 21 500

Biaya kapur tani Rp 34 000

Biaya stardek Rp 32 000

Keuntungan total Rp 7 972 000 Kerugian total Rp 3 791 816

Keuntungan tambahan = Keuntungan total-Kerugian total

= 5 092 000-3 791 816

= 1 300 184

Penggunaan teknologi biogas 1.6 m3 per hari memberikan keuntungan

karena adanya penghasilan tambahan dari biogas dan pupuk cair serta

penghematan biaya plastik, label, abu sekam, kapur tani, stardek, dan serbuk

gergaji sehingga memberikan manfaat sebesar Rp 7 972 000 per bulan. Kerugian

dengan adanya teknologi biogas memberikan biaya tambahan berupa penyusutan

instalasi dan jerigen, penghasilan pupuk yang hilang Rp 3 791 816 per bulan

sehingga keuntungan tambahan yang diperoleh dengan adanya penerapan

teknologi biogas 1.6 m3 per hari sebesar Rp 1 300 184 per bulan.

Pembuatan biogas hanya dilakukan disalah satu rumah warga yang ada di

Desa Pattalassang yaitu sebagai bahan pertimbangan peternak yang ada di Desa

Pattalassang bahwa teknologi biogas ini merupakan teknologi yang

menguntungkan dan cocok diterapkan untuk peternak. Penggunaan biogas selain

mengurangi biaya pembelian gas elpiji juga memberi tambahan penghasilan. Hasil

pengkajian yang dilakukan Hozairi et al. (2012) di dusun Brekas Kabupaten

Pamekasan menyimpulkan penerapan iptek bidang energi di dusun Brekas

Kabupaten Pamekasan mampu mendorong pertumbuhan perekonomian 6%,

peningkatan pendapatan masyarakat 13%, dan efisiensi pengeluaran masyarakat

untuk BBM 8%. Pemanfaatan biogas sebagai sumber energi pada UMKM dapat

memberikan multiple effect dan dapat menjadi penggerak dinamika pembangunan

pedesaan.

Page 22: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

12

SIMPULAN

Simpulan

Teknologi biogas 1.6 m3 per hari layak untuk diterapkan karena

memberikan keuntungan tambahan bagi peternak dengan meningkatnya produksi

pupuk cair. Analisis data menggunakan analisis margin kotor memberikan

tambahan penghasilan, diperoleh dari hasil pengurangan dari keuntungan total

sebesar Rp 7 972 000 dikurangi dengan kerugian total sebesar Rp 3 791 816

sehingga diperoleh keuntungan total sebesar Rp 1 300 184 per bulan.

Saran

Pengolahan limbah kotoran ternak dengan adanya teknologi pengolah

limbah menjadi biogas, pupuk padat dan cair memberikan keuntungan pada

peternak. Keuntungan dari produksi pupuk padat dan pupuk cair belum maksimal

karena hanyak 30% yang dapat terjual. Sistem pemasaran yang baik dapat

meningkatkan penghasilan peternak yang tidak lepas dari peran pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah K, Irwanto AK, Siregar N, Agustina E, Tambunan AH, Yamin M,

Hartulistiyoso E, Purwanto YA, Wulandari D, Nelwan LO. 1998. Energi

dan Listrik Pertanian. The Faculty of Agricultural Engineering and

Technology. Bogor Agrucultural University. Bogor (ID)

Arifin M, Saepudin A, Santosa A. 2011. Kajian biogas sebagai sumber

pembangkit tenaga listrik di Pesantren Saung Balong Al-Barokah,

Majalengka, Jawa Barat. Journal of Mechatronics, Electrical Power and

Vehicular Technology. Vol. 02: 73-78

Damanhuri E. 2010. Pengelolaan Sampah. Jurusan Teknik Lingkungan. Bandung

(ID): ITB

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sinjai. 2012. Statistik

Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas. Sinjai (ID): Dinas Peternakan

dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sinjai Hambali E, Mujdalipah S,

Tambunan AH, Pattiwiri AW, Hendroko R. 2007. Teknologi Bioenergi.

Jakarta (ID): Agro Media

Hamidi N, Wardana ING, Widhiyanuriyawan D. 2011. Peningkatan kualitas

bahan bakar biogas melalui proses pemurnian dengan zeolit. Jurnal

Rekayasa Mesin. Vol. 2: 227-231.

Imam FIA, Khan MZH, Sarkar MAR, Ali SM. 2013. Development of Biogas

Processing from Cow Dug, Poultry Waste and Water Hyacinth.

International Jurnal of Natural and Applied Science. 2(1): 13-17

Kadir A. 1982. Energi. Jakarta (ID): UI Pr

[Kementan] Kementrian Pertanian. 2006. Biogas. Jakarta (ID): Kementerian

Pertanian

Page 23: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

13

Lucas Y, Sonbait, Wambrauw YLD. 2011. Permasalahan dan solusi

pemberdayaan masyarakat melalui program biogas sebagai energi

alternatif di Kabupaten Manokowari Papua Barat. Jurnal Ilmu Ternak. Vol.

11: 87-91

Mayasari HD, Riftanto IM, Nur’aini L, Ariyanto MR. 2010. Pembuatan

Biodigester dengan Uji Coba Kotoran Sapi sebagai Bahan Baku. Fakultas

Teknik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta (ID)

Siregar SB. 2008. Penggemukan Sapi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya

Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan

Penelitian untuk Pembangunan Petani Kecil. Jakarta (ID): UI Pr

Suzuki K, Takeshi W, Vo Lam. 2001. Consentration and cristalization of posphate,

ammonium and mineral in the effluent of biogas digester in the Mekong

Delta. Vietnam. Jirean Cantho University, Cantho Vietnam. 16:271-276

Page 24: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

1

LA

MP

IRA

N

Tab

el 7

Bia

ya

dan

pen

dap

atan

yan

g d

iper

ole

h s

ebel

um

dan

ses

udah

ad

anya

teknolo

gi

bo

gas

Bia

ya

Var

iab

el

Seb

elum

S

etel

ah

Sat

uan

H

arga

Jum

lah (

Rp)

Sat

uan

H

arga

Jum

lah (

Rp)

1. P

upuk C

air

a. Je

rigen

5 L

3

90 b

uah

10 0

00

3 9

00 0

00

6

78 b

uah

10 0

00

6 7

80 0

00

b.

Lab

el

3

90 b

uah

1 0

00

3

90 0

00

6

78 b

uah

1 0

00

6

78 0

00

c. B

akte

ri R

um

inobaci

llus

sp

2

L

100 0

00

200 0

00

2

L

100 0

00

2

00 0

00

d.

Bak

teri

Aze

tobact

er

2

L

100 0

00

200 0

00

2

L

100 0

00

2

00 0

00

2. P

upuk P

adat

P

last

ik

3 9

86 b

uah

5

00

1 9

93 0

00

3 3

86 b

uah

5

00

1 6

93 0

00

Lab

el

3 9

86 b

uah

1 0

00

3 9

86 0

00

3 3

86 b

uah

1 0

00

3 3

86 0

00

Abu s

ekam

5

57 k

g

5

00

2

78 5

00

4

72 k

g

5

00

2

36 0

00

Ser

buk g

ergaj

i 2

77 k

g

5

00

1

38 5

00

2

34 k

g

5

00

1

17 0

00

Kap

ur

tani

2

22 k

g

1 0

00

2

22 0

00

1

88 k

g

1 0

00

1

88 0

00

Sta

rdek

2

7 k

g

8 0

00

2

16 0

00

2

3 k

g

8 0

00

1

84 0

00

1. B

iogas

LP

G

3

tab

ung

20 0

00

6

0 0

00

1.5

tab

ung

20 0

00

3

0 0

00

To

tal

11 5

84 0

00

Tota

l 13 6

92 0

00

Pro

duksi

(P

enghas

ilan

)

Pupuk c

air

5

86.2

25 0

00

14 6

55 0

00

5

86.2

25 0

00

14 6

55 0

00

4

32.0

10 0

00

4 3

20 0

00

Pupuk p

adat

1 1

95.8

5 0

00

5 9

79 0

00

1 0

11.9

5 0

00

5 0

59 5

00

3

.9

5 0

00

1

9 5

00

Ten

aga

Ker

ja

3

00 0

00

3

00 0

00

Tota

l

20 9

34 0

00

Tota

l

24 3

54 0

00

1

14

Page 25: PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI SECARA SEDERHANA … · drat dalam ½ inci, shock drat luar ½ inci, sambungan T ½ inci, sambungan siku (L) ½ inci, sambungan lurus ½ inci, karet

1

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 26 September 1991 di Surabaya, Jawa

Timur. Penulis anak ke-2 dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Andi Mustaring

Pananrang dan Ibu Altruisa Rachel Wigati

Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri 3 Kabupaten Sinjai pada tahun

1997 hingga 2003, dilanjutkan dengan SMP Negeri 2 Kabupaten Sinjai pada

tahun 2003 hingga 2006 dan SMA Negeri 2 Kabupaten Sinjai pada tahun 2006

hingga 2009. Setelah lulus sekolah menengah atas, penulis mendapat kesempatan

melanjutkan pendidikan di IPB. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor,

Fakultas Peternakan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (IPB) tahun 2009.

Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis tergabung dalam pengurus

Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) IKAMI SUL SEL hingga sekarang.

Penulis juga pernah menjadi bagian Tim PPAMB Asrama TPB serta beberapa

kepanitian yang diadakan selama TPB pada tahun 2009 hingga 2010. Selain itu

penulis juga diberi kepercayaan menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknologi

Pengolahan Limbah tahun 2013.

15