Transcript
  • ANALISA LANJUT SDKI 2007

    Pengetahuan. Sikap, danPerilaku ber KB

    Pasangan Usia Subur Muda diIndonesia

    PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSIBADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

    2009

    9

  • Laporan ini merupakan hasil analisis lanjut dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia(SDKI) ) tahun 2007, yang bertujuan menggali lebih mendalam temuan-temuan strategis yangberkaitan dengan fertilitas, keluarga berencana dan kesehatan ibu dan anak. Selain itu ada satuanalisis lanjut dari data Mini Survei.

    Laporan analisis lanjut ini terdiri dari 10 buku yaitu : (1) Kelangsungan pemakaian kontrasepsi(2) Unmet Need dan Kebutuhan Pelayanan KB (3) Karakteristik PUS MUPAR menurut provinsidan kabupaten (4) Proximate Determinant (5) Keinginan remaja untuk ber KB dan jumlah anakyang diinginkan dimasa yang akan datang (6) Faktor yang mempengaruhi pemakaiankontrasepsi jangka panjang (MKJP) (7) Kontribusi Pemakaian Alat Kontrasepsi terhadap Fertilitas(8) KB Postpartum dan Post Aborsi (9) Pengetahuan, Sikap, perilaku ber KB Pasangan Usia SuburMuda(10). Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan tentang jumlah anak yangdiinginkan

    Informasi lebih lanjut tentang buku laporan hasil penelitian, dapat menghubungi Puslitbang KBdan Kesehatan Reproduksi, BKKBN Jl. Permata no 1, Halim Perdanakusuma, Jakarta

  • ANALISA LANJUT SDKI 2007

    Pengetahuan. Sikap, danPerilaku ber KB

    Pasangan Usia Subur Muda diIndonesia

    PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSIBADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

    2009

    9

  • ANALISA LANJUT SDKI 20079. Pengetahuan. Sikap, dan Perilaku ber KB

    Pasangan Usia Subur Muda di Indonesia

    PenulisDR. Omas Bulan Sambosir

    Vi + 42ISBN : 978-602-8633-20-8

    Hak cipta @2009 pada penerbit dilindungi Undang-UndangPenerbit :Penerbit KB dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN Jl. Permata 1, Halim Perdanakusuma, Jakarta -13650

  • KATA PENGANTAR

    SDKI 2007 adalah survei demografi dan kesehatan berskala nasional yang dilakukan di33 provinsi dan merupakan survei ke enam yang diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1987.Survei SDKI 2007 mempunyai data yang cukup lengkap dan menarik untuk dianalisa lebih lanjutdan mendalam untuk mengetahui faktor-faktor dan karakteristik yang berhubungan dengan kasustertentu dalam rangka mempelajari dan mendalami isu-isu khusus yang strategis.

    Penentuan topik untuk analisa lanjut ini dilakukan melalui suatu proses yang diawali daripertemuan dengan komponen di lingkungan BKKBN untuk mendapatkan masukan danmemperoleh informasi tentang prioritas program. Cukup banyak topik yang diajukan, namundengan keterbatasan dana yang tersedia maka dalam tahun 2009 dengan anggaran APBN telahdipilih 10 topik yang dianggap prioritas untuk dilakukan analisa lebih lanjut. Salah satu topiktersebut adalah .

    Untuk itu kami mengucapkan selamat dan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada para penulis baik dari BKKBN, Lembaga Demografi Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Madamaupun Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas Indonesia

    Kami menyadari bahwa analisis ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian kamimengharapkan analisis ini dapat bermanfaat bagi para penentu kebijakan dan para pengelolaprogram untuk membuat program-program intervensi. Untuk penyempurnaan tulisan ini,khususnya untuk penerbitan di masa mendatang, saran serta kritik yang membangun sangat kamihargai. Semoga upaya kita ini mendapatkan ridho dari Tuhan yang Maha Esa.

    Jakarta, Desember 2009PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSIKepala,

    DR. Ida Bagus Permana, MSc.

    PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIAiii

    DAFTAR ISIKATA PENGANTAR ............................................................................................................................................ iDAFTAR ISI .............................................................................................................................................................iiiRINGKASAN .............................................................................................................................................................v

    BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 11.2 Permasalahan ........................................................................................................... 51.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................... 6

    BAB 2 TINJAUAN LITERATUR2.1 Landasan teoritis determinan pengetahuan, sikap dan perilaku KB............................. 72.2 Studi-studi determinan pengetahuan, sikap dan perilaku KB ...................................... 72.3 Kerangka pikir analisis dan hipotesis determinan pengetahuan, sikap dan

    perilaku KB ............................................................................................................... 9

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN3.1 Sumber Data ........................................................................................................... 113.2 Definisi Operasional Variabel-variabel .................................................................... 113.3 Metode Analisis ...................................................................................................... 13

    BAB 4 HASIL ANALISIS4.1 Pola, Perbedaan dan Determinan Pengetahuan Alat/cara KB ......................................... 154.2 Pola, Perbedaan dan Determinan Pengetahuan Sumber Informasi KB ............................. 184.3 Pola, Perbedaan dan Determinan Sikap Suami terhadap KB ........................................... 214.4 Pola, Perbedaan dan Determinant Diskusi KB dengan suami .......................................... 244.5 Pola, Perbedaan dan Determinant Pemakaian Alat/cara KB........................................... 274.6 Pola, Perbedaan dan Determinant Pemenuhan Kebutuhan Ber KB.................................. 304.5 Pola, Perbedaan dan Determinant Jumlah Anak Idela.................................................... 34

    BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 395.2 Rekomendai Kebijakan........................................................................................... 40

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41

  • vi PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIAv

    RINGKASAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilakukeluarga berencana (KB) perempuan kawin usia 15-24 tahun (pasangan usia subur/PUS muda). Pengetahuan, sikapdan perilaku KB PUS muda.mempunyai implikasi yang penting terhadap pertumbuhan penduduk serta upaya-upayapengurangan dampak pertumbuhan penduduk terhadap lingkungan serta pencapaian tujuan pembangunan milenium(millennium development goals).Data yang digunakan dalam studi ini bersumber pada hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun2007. Unit analisis adalah perempuan berstatus kawin usia 15-24 tahun di seluruh Indonesia (4.766 orang). Adatujuh variabel tidak bebas dalam analisis: status pengetahuan tentang alat/cara KB, status pengetahuan tentangsumber informasi alat/cara KB, sikap suami terhadap KB, diskusi KB dengan suami, status pemakaian alat/cara KB,status pemenuhan kebutuhan berKB dan jumlah anak ideal. Variabel bebas meliputi umur, jumlah anak masih hidup,lama kawin, wilayah tempat tinggal, pendidikan, indeks kekayaan rumah tangga dan peran istri dalam pengambilankeputusan rumah tangga. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensial. Untuk analisis inferensial, modelstatistik yang digunakan adalah model regresi logistik biner. Tujuh analisis regresi logistik biner dilakukan.Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa persentase perempuan usia 15-24 tahun yang mengetahui alat/cara KB,yang suaminya setuju KB dan yang ingin mempunyai anak tiga (3) orang atau kurang lebih rendah pada perempuanyang berusia 15-19 tahun, yang mempunyai anak tiga (3) atau lebih, telah menikah enam (6) tahun atau lebih,tinggal di wilayah pedesaan, berpendidikan rendah, berasal dari rumah tangga miskin dan tidak berperan dalampengambilan keputusan rumah tangga. Persentase perempuan yang mengetahui sumber informasi KB dan yangpernah diskusi KB dengan suami lebih rendah pada perempuan yang berusia 15-19 tahun, yang mempunyai anaktiga (3) atau lebih, telah menikah enam (5) tahun atau kurang, tinggal di wilayah pedesaan, berpendidikan rendah,berasal dari rumah tangga miskin dan tidak berperan dalam pengambilan keputusan rumah tangga.Persentase perempuan yang yang sedang memakai suatu alat/cara KB lebih rendah pada perempuan yang berusia15-19 tahun, yang mempunyai anak tiga (3) atau lebih, telah menikah lima (5) tahun atau kurang, tinggal di wilayahperkotaan, berpendidikan tinggi, berasal dari rumah tangga miskin dan tidak berperan dalam pengambilan keputusanrumah tangga. Persentase perempuan yang kebutuhan berKBnya tidak terpenuhi lebih tinggi pada perempuan yangberusia 20-24 tahun, yang mempunyai anak tiga (3) atau lebih, telah menikah lima (5) tahun atau kurang, tinggal diwilayah perkotaan, berasal dari rumah tangga miskin dan tidak berperan dalam pengambilan keputusan rumahtangga.Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa peluang mengetahui alat/cara KB lebih rendah pada PUS muda yangistrinya berpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD, yang berasal dari keluarga miskin dan yang istrinya tidakturut dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Peluang mengetahui sumber informasi KB lebih rendah padaPUS muda yang istrinya berusia 15-19 tahun, yang jumlah anak masih hidupnya lebih sedikit, yang lama kawinnyalebih pendek, yang tinggal di pedesaan, yang istrinya berpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD, yang berasaldari keluarga miskin dan yang istrinya tidak turut dalam pengambilan keputusan rumah tangga.Peluang suami tidak setuju KB lebih tinggi pada PUS muda yang istrinya berusia 15-19 tahun, yang jumlah anakmasih hidupnya lebih sedikit, yang lama kawinnya lebih panjang, yang istrinya berpendidikan tidak sekolah atau tidaktamat SD, yang berasal dari keluarga miskin dan yang istrinya tidak turut dalam pengambilan keputusan rumahtangga. Peluang pernah diskusi KB dengan suami lebih rendah pada PUS muda yang jumlah anak masih hidupnyalebih sedikit, yang tinggal di perkotaan, yang istrinya berpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD dan yangberasal dari keluarga miskin.

  • vi PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA

    Peluang sedang memakai alat/cara KB lebih rendah pada PUS muda yang istrinya yang jumlah anak masihhidupnya lebih sedikit, yang lama kawinnya lebih pendek, yang istrinya berpendidikan tidak sekolah atau tidak tamatSD, yang berasal dari keluarga miskin dan yang istrinya tidak turut dalam pengambilan keputusan rumah tangga.Peluang kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi lebih tinggi pada PUS muda yang jumlah anak masih hidupnya lebihbanyak, yang lama kawinnya lebih pendek, yang tinggal di perkotaan, yang berasal dari keluarga miskin dan yangistrinya tidak turut dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Peluang mengingini tiga (3) orang anak atau kuranglebih rendah pada PUS muda yang jumlah anak masih hidupnya lebih banyak, yang istrinya berpendidikan tidaksekolah atau tidak tamat SD dan yang berasal dari keluarga miskin.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 1

    1. PENDAHULUAN1.1. Latar belakang

    Isu pembangunan global yang utama pada saat ini adalah perubahan iklim yang disebabkan olehpemanasan global. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi efek perubahan iklim adalahmengendalikan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat memperburuk efekperubahan iklim atau menghambat kemampuan negara-negara untuk menyesuaikan diri terhadapperubahan iklim, seperti kekurangan air bersih atau degradasi tanah pertanian.

    Sementara itu, tenggat waktu pencapaian tujuan pembangunan milenium (millennium development goals)tinggal enam (6) tahun lagi. Investasi pada perempuan melalui perlindungan terhadap hak-hak perempuanserta peningkatan akses terhadap pendidikan dan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi termasukkeluarga berencana merupakan salah satu upaya untuk pencapaian MDGs pada tahun 2015. Selanjutnya,pencapaian MDGs akan berdampak pada kemampuan negara-negara untuk mengendalikan efekperubahan iklim.

    Secara khusus, keluarga berencana berkaitan dengan setiap tujuan MDGs. Jika perempuan dapatmengatur jumlah anak dan waktu melahirkan maka mereka akan lebih berpeluang untuk mengalamikesetaraan gender dan kesetaraan gender akan mendukung kapasitas perempuan untuk mengaturreproduksi mereka (MDG3). Pemakaian alat/cara KB secara langsung akan mengurangi kematian anak(MDG4) dan memperbaiki kesehatan ibu (MDG5). Pertumbuhan penduduk yang lebih lambat karena akseskepada informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana akan berkontribusiterhadap pengurangan kelaparan (MDG1) dan peningkatan akses kepada pendidikan dasar (MDG2).Keluarga berencana dapat menolong perempuan yang HIV-positif untuk memutuskan bagi diri merekasendiri kapan dan apakah akan mempunyai anak yang akan mengurangi penularan dari ibu ke anak(MDG6). Pertumbuhan penduduk yang lebih rendah juga akan memudahkan upaya-upaya untukmeningkatkan akses kepada air bersih, untuk memperlambat pengurangan kawasan hutan dan kawasanlindung perairan, serta untuk mengendalikan emisi karbondioksida.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA2

    Di Indonesia, pentingnya akses kepada informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk KBsemakin mendesak terkait dengan perubahan struktur umur penduduk Indonesia. Saat ini, pendudukIndonesia didominasi oleh penduduk usia kerja (15-64 tahun). Periode ini merupakan kesempatan untukmeningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara, dengan syarat ada akses terhadap pekerjaanyang produktif bagi angkatan kerja serta dana pembangunan diinvestasikan untuk modal usaha, tabungandan pembentukan modal manusia, khususnya kesehatan dan pendidikan.

    Secara khusus, penduduk usia 15-24 tahun perlu mendapat perhatian. Suatu proporsi yang signifikan darikelompok penduduk muda ini tidak dapat mengakses pendidikan dan lapangan pekerjaan. Hasil SurveiSosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2006 (Badan Pusat Statistik, 2007) menunjukkan bahwa AngkaPartisipasi Murni untuk pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) danperguruan tinggi (PT) masing-masing adalah 66,5, 43,8 dan 8,9 (Tabel 1). Akses terhadap pendidikansetelah sekolah dasar (SD) bahkan jauh lebih rendah di pedesaan dibandingkan dengan di perkotaan.Hanya 33% dari penduduk usia SMA dan hanya tiga (3) persen dari penduduk usia perguruan tinggi dipedesaan dapat menikmati pendidikan pada jenjang pendidikannya masing-masing.

    Tabel 1Angka Partisipasi Murni Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi

    menurut jenis kelamin dan wilayah: Indonesia, Survei Sosial Ekonomi Nasional 2006Tingkat pendidikan Wilayah Laki-laki Perempuan Laki-laki dan perempuan

    Perkotaan 73,62 73,50 73,56Pedesaan 61,86 61,65 61,76

    Sekolah MenengahPertama

    Perkotaan dan pedesaan 66,53 66,51 66,52Perkotaan 57,95 56,39 57,17Pedesaan 33,50 33,42 33,47

    Sekolah MenengahAtas

    Perkotaan dan pedesaan 43,77 43,78 43,77Perkotaan 14,91 14,51 14,71Pedesaan 3,15 3,67 3,41

    Perguruan tinggiPerkotaan dan pedesaan 8,76 8,98 8,87

    Sumber: Badan Pusat Statistik (2007).

    Dalam hal pekerjaan, 35,5% dari penduduk usia 15-19 tahun dan 67,1% dari penduduk usia 20-24 tahun diIndonesia harus terjun ke dalam pasar kerja: bekerja atau mencari pekerjaan. Akan tetapi, hampirseperempat dari angkatan kerja usia 15-19 tahun (23,9%) dan hampir seperlima (19,6%) dari angkatankerja usia 20-24 tahun harus menganggur (Gambar 1). Menurut kelompok umur, angka pengangguranterbuka pada kelompok umur 15-24 tahun merupakan yang tertinggi, dimana secara keseluruhan angkapengangguran terbuka hanya 8,5%. Angkatan kerja perempuan usia 15-19 tahun merupakan kelompokpenduduk yang paling membutuhkan pekerjaan di negeri ini: 28% sedang mencari pekerjaan, dibandingkan

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 3

    22% untuk laki-laki. Upaya-upaya untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan dan pekerjaan bagimereka harus lebih dtingkatkan agar mereka dapat menunda pernikahan. Kalaupun mereka harus menikah,akses kepada informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk KB bagi mereka harus diupayakanagar mereka dapat mengatur jumlah anak dan kelahiran mereka.

    Gambar 1Angka Pengangguran Terbuka angkatan kerja usia 15-24 tahun menurut jenis kelamin:

    Indonesia, Survei Angkatan Kerja Nasional Februari 2008

    21.619.4

    7.9

    27.7

    19.9

    9.3

    23.919.6

    8.5

    0.0

    5.0

    10.0

    15.0

    20.0

    25.0

    30.0

    15-19 20-24 Total (15+)Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P

    Sumber: Badan Pusat Statistik (2008).

    Kenyataannya, sebagian dari penduduk perempuan usia 15-24 tahun sudah menyumbang kepadakelahiran di Indonesia. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 dan 2007menunjukkan bahwa terdapat 51 kelahiran per 1000 penduduk usia 15-19 tahun dan terdapat masing-masing 131 dan 135 kelahiran per 1000 perempuan usia 20-24 tahun pada tahun 2002/2003 dan 2007(Gambar 2). Meskipun ASFR perempuan usia 15-19 tahun tetap, kontribusi ASFR perempuan usia 15-19tahun terhadap angka fertilitas total (total fertility rate/TFR) turun sedikit antara tahun 2002 dan 2007sementara kontribusi ASFR perempuan usia 20-24 tahun meningkat. Hal ini merupakan indikasi positifadanya penundaan kelahiran ke umur yang lebih tua, dalam hal ini 20-24 tahun.

    Akan tetapi, United Nations Population Fund (UNFPA) melaporkan bahwa ASFR perempuan usia 15-19tahun di Indonesia merupakan yang tertinggi ketiga di antara 11 negara di Asia Tenggara setelah Timor-Leste dan Filipina (UNFPA 2009b). Hal ini menegaskan pentingnya menaruh perhatian khusus terhadappengetahuan, sikap dan perilaku KB di kalangan istri usia remaja (15-24 tahun).

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA4

    Program keluarga berencana (KB) di Indonesia di bawah koordinasi Badan Keluarga Berencana Nasional(BKKBN) pernah dinyatakan berhasil oleh bangsa-bangsa di dunia dalam mengendalikan tingkat kelahiran.Kegiatan-kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) KB yang intensif dan pelibatan semua unsurpemerintah, masyarakat dan swasta pada periode tahun 1970-1990an telah berhasil membuat diterimanyanorma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (NKKBS) di kalangan penduduk.

    Gambar 2Angka Kelahiran Menurut Umur:

    Indonesia, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002/2003 dan 2007

    5166

    4

    131

    143

    99

    196

    135

    51

    134 108

    65

    190

    20406080

    100120140160

    15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49SDKI 2002/2003 SDKI 2007

    Sumber: Badan Pusat Statistik dan ORC Macro (2003) dan Badan Pusat Statistik dan MacroInternational (2007).

    Akan tetapi, krisis ekonomi pada tahun 1997/1998, gerakan reformasi dan perubahan tata kelolapemerintahan telah menyebabkan perubahan yang signifikan dalam pelaksanaan program KB di Indonesia.Secara kelembagaan, BKKBN mengalami pengurangan fungsi koordinasi maupun subordinasi terutamakarena adanya kebijakan otonomi daerah dan perubahan kebijakan dalam bidang penanganan persoalankependudukan. Perubahan tersebut juga terlihat dalam pengurangan anggaran keuangan negara untukkepentingan program atau gerakan KB. Selanjutnya, dalam UndangUndang No. 52/2009 tentangkependudukan dan pembangunan keluarga BKKBN diubah menjadi Badan Kependudukan dan KeluargaBerencana Nasional, yang berimplikasi pada perubahan tugas pokok dan fungsi BKKBN.

    Perubahan kelembagaan, kebijakan penanganan persoalan kependudukan dan perubahan dalampengalokasian anggaran untuk program KB akan berdampak pada ketersediaan pelayanan, alat/cara daninformasi KB yang masih sangat dibutuhkan oleh penduduk. Tidak terpenuhinya kebutuhan ini, khususnya

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 5

    di kalangan perempuan usia reproduksi yang jumlahnya mencapai sekitar 65,8 juta pada tahun 2009(Bappenas, BPS dan UNFPA, 2005) merupakan potensi ledakan bayi kedua.

    Secara khusus, pasangan usia subur (PUS) muda yang isterinya berusia 15-24 tahun, patut mendapatperhatian. Kelompok isteri ini merupakan kelompok yang lahir pada saat program KB sedang gencar-gencarnya. Akan tetapi, perempuan kawin usia 15-19 tahun, yang lahir pada tahun 1988-1992, menginjakusia subur pada saat otonomi daerah sudah diimplementasikan sehingga kurang terpapar terhadapinformasi dan pelayanan KB. Padahal, masa reproduksi yang akan mereka tempuh masih panjang dan jikatidak dikendalikan, mereka berpeluang untuk meningkatkan tingkat kelahiran. Hasil SDKI 1987 dan 2007menunjukkan bahwa prevalensi KB di kalangan PUS muda terus meningkat: 25,3% untuk PUS 15-19 tahundan 47,2% untuk PUS 20-24 tahun pada tahun 1987 menjadi 46,8% untuk PUS 15-19 tahun dan 61,5%untuk PUS 20-24 tahun pada tahun 2007.

    Akan tetapi, terjadi peningkatan unmet need KB di kalangan PUS muda ini: 9,1% untuk PUS 15-19 tahundan 8,6% untuk PUS 20-24 tahun pada tahun 1997 menjadi 9,8% untuk PUS 15-19 tahun dan 9,8% untukPUS 20-24 tahun pada tahun 2007. Yang menarik adalah terjadi peningkatan unmet need KB untukpembatasan kelahiran: 0,5% untuk PUS 15-19 tahun dan 0,7% untuk PUS 20-24 tahun pada tahun 1997menjadi 2,5% untuk PUS 15-19 tahun dan 1,9% untuk PUS 20-24 tahun pada tahun 2007. Hal inimengindikasikan adanya penerimaan NKKBS yang cukup tinggi di kalangan PUS muda.

    Pengetahuan, sikap, dan perilaku berKB PUS muda ditentukan oleh berbagai faktor. Fakta-fakta di atasmenunjukkan pentingnya memahami hal ini dalam upaya memenuhi kebutuhan KB dan pengendaliankelahiran. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi tentang pengetahuan, sikap dan perilaku berKB PUS muda.Hal ini terkait dengan paradigma baru gerakan KB yang menekankan kualitas keluarga dan kualitaspelayanan KB.

    1.2. Permasalahan

    Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan berikut ini.a. Bagaimana pengetahuan, sikap, perilaku, unmet need KB serta fertility preference (jumlah anak

    ideal) PUS muda?b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, perilaku, dan unmet need KB serta

    fertility preference (jumlah anak ideal) PUS muda?

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA6

    1.3. Tujuan

    Secara umum studi ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, perilaku dan unmet need KB sertafertility preference (jumlah anak ideal) PUS muda.Secara khusus studi ini bertujuan untuk

    a. menganalisis pola dan perbedaan sikap, pengetahuan, perilaku dan unmet need KB serta fertilitypreference (jumlah anak ideal) PUS muda di Indonesia;

    b. mempelajari determinan sikap, pengetahuan, perilaku, unmet need KB serta fertility preference(jumlah anak ideal) PUS muda di Indonesia.

    Studi ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan pelayanan KB untuk PUSmuda.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 7

    2. TINJAUAN LITERATUR

    2.1. Landasan teoritis determinan pengetahuan, sikap dan perilaku KB

    Pola dan perbedaan dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku KB telah dihubungkan dengan berbagaifaktor, seperti faktor-faktor demografi, sosial, ekonomi dan budaya. Kerangka teoritis hubungan antarafaktor-faktor ini dengan perilaku KB pertama kali diajukan oleh Davis dan Blake (1956), yang terkandungdalam suatu kerangka determinan fertilitas. Mereka berargumen bahwa faktor-faktor demografi, sosial,ekonomi dan budaya mempengaruhi fertilitas melalui determinan antara fertilitas, termasuk perilakupengendalian kelahiran. Di negara-negara berkembang perubahan-perubahan dalam struktur rumahtangga, status sosial dan ekonomi perempuan serta keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusanrumah tangga diteorikan sebagai faktor-faktor kunci dalam penyebaran KB dan penurunan fertilitas yangmenyertainya (Hogan dkk, 1999).

    Selanjutnya, Easterlin (1978) mengajukan bahwa faktor-faktor demografi, sosial, ekonomi, dan budayamempengaruhi motivasi untuk mengatur kelahiran melalui persediaan dan permintaan akan anak.Kelebihan persediaan anak akan mendorong pasangan suami-istri untuk mengatur kelahiran. Sementaraitu, Simon dan Phillips (1992) menekankan pentingnya faktor-faktor program dalam menjelaskanpengetahuan, sikap dan perilaku KB. Faktor-faktor program dapat berupa kunjungan petugas KB dan aksesinformasi dan pelayanan KB.

    2.2. Studi-studi determinan pengetahuan, sikap dan perilaku KB

    Studi faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku KB di kalangan perempuan kawinusia 15-24 tahun belum banyak dilakukan. Pada umumnya studi dilakukan untuk perempuan kawin usia 15-49 tahun. Beberapa studi determinan pengetahuan, sikap dan perilaku KB bahkan dilakukan di kalanganperempuan remaja belum kawin usia di bawah 20 tahun berkaitan dengan keprihatinan terhadap kehamilanremaja serta dampaknya pada penyebaran HIV/AIDS. Akan tetapi, studi-studi ini tetap berguna untukmemahami determinan pengetahuan, sikap dan perilaku KB yang dapat diterapkan pada perempuan kawinusia 15-24 tahun.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA8

    Stone dan Ingham (2002) mempelajari pengaruh faktor-faktor individu, kontekstual dan latar belakangterhadap pemakaian metode KB modern pada saat pertama kali berhubungan seks di Inggris terhadapremaja usia 16-18 tahun. Mereka menemukan bahwa pada remaja putri faktor-faktor yang mempengaruhipemakaian kontrasepsi adalah komunikasi, usia pertama kali berhubungan seks dan kunjungan penyediapelayanan. Dalam hal faktor penentu diskusi KB mereka menemukan peran orang tua, dalam hal inikehangatan dan kesediaan orang tua, meningkatkan peluang melakukan diskusi KB.

    Sementara itu, Ryan dkk (2007) menggunakan data dari the National Longitudinal Study of AdolescentHealth di Amerika Serikat mempelajari asosiasi antara pemakaian kontrasepsi dan pengetahuan, persepsidan motivasi pemakaian dan pencegahan kehamilan. Akses terhadap pelayanan KB meningkatkan peluangmemakai kontrasepsi. Pengetahuan KB serta memegang pendapat yang salah tentang kehamilanmeningkatkan peluang memakai kontrasepsi di kalangan perempuan. Akan tetapi, obyek studi bukanperempuan kawin usia muda.

    Studi di India oleh Narzary (2009) menemukan bahwa determinan pengetahuan semua metode KB modernadalah umur, pendidikan, wilayah tempat tinggal, kasta, standar hidup, agama, pendidikan suami,keterpaparan pada media massa dan diskusi KB dengan suami. Sementara itu, determinan pemakaiankontrasepsi adalah jumlah anak masih hidup, pengetahuan semua metode KB modern, pendidikan, agama,kasta, keterpaparan pada media massa dan diskusi KB dengan suami.

    Debpuur dkk (2002) menemukan pengaruh umur, jumlah anak dan pendidikan terhadap pengetahuanalat/cara KB modern, pengetahuan sumber KB, pemakaian alat/cara KB dan pilihan fertilitas. Semakin tuaumur, semakin banyak jumlah anak dan semakin tinggi pendidikan, semakin besar peluang mengetahuisuatu alat/cara KB modern, semakin besar peluang mengetahui suatu sumber KB, semakin besar peluangmembatasi kelahiran dan semakin besar peluang memakai alat/cara KB. Akan tetapi, studi dilakukan untuksemua perempuan kawin usia 15-49 tahun.

    Studi oleh Hogan dkk (1999) di bagian selatan Etiopia menemukan bahwa literasi merupakan faktor yangpaling penting dalam meningkatkan pengetahuan dan pemakaian kontrasepsi. Selain itu, Hogan dkk (1999)juga menemukan bahwa perempuan yang lebih tua dan turut dalam pengambilan keputusan rumah tanggalebih cenderung mengetahui KB dan berKB. Selanjutnya, pengetahuan KB dan sumbernya serta diskusi KBdengan suami merupakan faktor penting pengetahuan dan praktek KB. Al Riyami dkk (2004) dalam studimereka di Oman juga menemukan peran penting dari umur, jumlah anak, pendidikan dan peran perempuandalam pengambilan keputusan rumah tangga terhadap pengetahuan, praktek dan pemenuhan kebutuhanberKB. Akan tetapi, studi di Etiopia dan Oman ini juga dilakukan untuk perempuan kawin usia 15-49 tahun.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 9

    Oleh karena itu, studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku KB dikalangan PUS muda di Indonesia penting untuk dilakukan.

    2.3. Kerangka pikir analisis dan hipotesis determinan pengetahuan, sikap dan perilaku KB

    Kerangka pikir analisis yang digunakan disajikan pada Gambar 3. Hipotesis yang diajukan dalam penelitianadalah sebagai berikut.

    1. Umur, jumlah anak lahir hidup, dan lama menikah mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilakuKB.

    2. Pengetahuan, sikap dan perilaku KB dipengaruhi oleh wilayah tempat tinggal dan pendidikan.3. Indeks kekayaan rumah tangga mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku KB.4. Pengetahuan, sikap dan perilaku KB dipengaruhi oleh status istri dalam pengambilan keputusan

    rumah tangga.Gambar 3

    Kerangka pikir analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku KBAnalisis data SDKI 2007 untuk perempuan usia 15-24 tahun

    Faktor-faktor demografiUmurJumlah anak masih hidupLama menikah

    Pengetahuan KBPengetahuan alat/cara KBPengetahuan sumber alat/cara KB

    Sikap KBSikap suami terhadap KBDiskusi KB dengan suami

    Perilaku KBPemakaian alat/cara KBPemenuhan kebutuhan berKBJumlah anak ideal

    Faktor-faktor sosialPendidikanTempat tinggal

    Faktor ekonomiIndeks kekayaan rumah tangga

    Faktor budayaPeran dalam pengambilankeputusan rumah tangga

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA10

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 11

    3. METODE PENELITIAN3.1. Sumber data

    Data yang digunakan dalam studi ini bersumber pada hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia(SDKI) tahun 2007. Unit analisis adalah perempuan berstatus kawin usia 15-24 tahun di seluruh Indonesia.Ada sebanyak 4.766 perempuan berstatus kawin usia 15-24 yang berhasil diwawancarai dalam SDKI 2007.

    3.2. Definisi operasional variabel-variabel

    Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis dikelompokkan menjadi variabel tidak bebas dan variabelbebas. Variabel tidak bebas meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku KB, kebutuhan berKB dan jumlahanak ideal. Variabel bebas meliputi latar belakang karakteristik demografi, sosial, ekonomi dan budaya.Penjelasan tentang variabel bebas dan variabel bebas disajikan pada Tabel 2.

    Variabel tidak bebas

    Ada tujuh variabel tidak bebas dalam analisis. Untuk aspek pengetahuan ada dua variabel bebas, yaitustatus pengetahuan tentang alat/cara KB dan status pengetahuan tentang sumber informasi alat/cara KB.Aspek-aspek dari sikap terhadap KB meliputi sikap suami terhadap KB dan diskusi KB dengan suami.Status pemakaian alat/cara KB serta pemenuhan kebutuhan berKB merupakan aspek perilaku KB.

    Variabel bebas

    Faktor-faktor demografi yang diteliti pengaruhnya terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku KB adalahumur, jumlah anak masih hidup dan lama kawin. Wilayah tempat tinggal dan pendidikan yang ditamatkanmerupakan faktor-faktor sosial yang diuji pengaruhnya terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku KB.Indeks kekayaan rumah tangga mewakili faktor ekonomi yang dipelajari pengaruhnya terhadappengetahuan, sikap dan perilaku KB. Selanjutnya, faktor budaya yang diselidiki pengaruhnya terhadappengetahuan, sikap dan perilaku KB adalah peran istri dalam pengambilan keputusan rumah tangga.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA12

    Tabel 2Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis

    No. Nama variabel Kategori/kontinu KeteranganVariabel tidak bebas

    1 = mengetahui Jika mengetahui paling sedikit satu alat/cara KB.1. Status pengetahuan tentangalat/cara KB 2 = tidak mengetahui Jika tidak mengetahui semua alat/cara KB.

    1 = mengetahui Jika mengetahui paling sedikit satu sumberinformasi alat/cara KB.

    2. Status pengetahuan tentangsumber informasi alat/caraKB 2 = tidak mengetahui Jika tidak mengetahui sama sekali sumber

    informasi alat/cara KB.1 = setuju Jika setuju suatu pasangan menggunakan

    alat/cara KB untuk mencegah kehamilan.3. Sikap suami terhadap KB

    2 = tidak setuju Jika tidak setuju suatu pasangan menggunakanalat/cara KB untuk mencegah kehamilan.

    Diskusi KB dengan suami 1 = pernah Jika pernah membicarakan tentang KB dengansuami setahun yang lalu.

    4.2 = tidak pernah Jika tidak pernah membicarakan tentang KB

    dengan suami setahun yang lalu.1 = sedang memakaialat/cara KB

    Jika sedang memakai/alat cara KB.5. Perilaku KB2 = tidak sedangmemakai alat/cara KB

    Jika tidak sedang memakai/alat cara KB.1 = tidak terpenuhi Jika tidak ingin mempunyai anak lagi atau ingin

    menjarangkan kelahiran berikutnya tetapi tidakmemakai alat/cara KB.

    6. Kebutuhan berKB

    2 = lainnya Jika lainnya1 = lebih kecil atau samadengan tiga

    Jika jumlah anak ideal lebih kecil atau samadengan tiga.

    7. Jumlah anak ideal2 = lainnya Jika jumlah anak ideal empat, lebih banyak atau

    terserah Tuhan.Variabel bebas

    1 = 15-19 Jika umur saat survei adalah 15-19 tahun.1. Umur (tahun)2 = 20-24 Jika umur saat survei adalah 20-24 tahun.

    2. Jumlah anak masih hidup Metrik (kontinu) Jumlah anak yang dilahirkan hidup dikurangidengan jumlah anak yang sudah meninggal.

    3. Lama menikah (tahun) Metrik (kontinu) Lama menikah pada saat survei.1 = Perkotaan4. Wilayah tempat tinggal2 = Pedesaan1 = Rendah Jika tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD.2 = Sedang Jika tamat SD atau tamat SMP

    5. Tingkat pendidikan3 = Tinggi Jika tamat SMA atau perguruan tinggi1 = Rendah Jika kuintil 12 = Sedang Jika kuintil 2 atau kuintil 3

    6. Indeks kekayaan rumahtangga

    3 = Tinggi Jika kuintil 4 atau kuintil 51 = Berperan Jika berperan dalam pengambilan keputusan

    terhadap paling sedikit satu keputusan rumahtangga (pemeriksaan kesehatan istri, pembeliankebutuhan barang tahan lama, pembeliankebutuhan sehari-hari, mengunjungi famili ataukeluarga, dan jenis makanan yang akan dimasaksetiap hari)

    7. Status peran dalampengambilan keputusanrumah tangga

    2 = Tidak berperan Jika tidak berperan dalam pengambilan keputusanrumah tangga.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 13

    3.3. Metode Analisis

    Analisis dalam studi ini akan dilakukan secara deskriptif dan inferensial.- Secara deskriprif akan dipelajari pola dan perbedaan pengetahuan, sikap, perilaku dan unmet

    need KB serta fertility preference (jumlah anak ideal) PUS muda menurut latar belakangkarakteristik demografi, sosial, ekonomi dan budaya. Analisis dilakukan dengan menggunakantabulasi silang antara latar belakang karakteristik demografi, sosial, ekonomi dan budaya denganpengetahuan, sikap, perilaku dan unmet need KB serta jumlah anak ideal.

    - Secara inferensial akan dipelajari pengaruh latar belakang karakteristik demografi, sosial, ekonomidan budaya terhadap pengetahuan, sikap, perilaku dan unmet need KB serta fertility preference(jumlah anak ideal) PUS muda.

    Untuk analisis inferensial, model statistik yang digunakan adalah model regresi logistik biner. Tujuh analisisregresi logistik biner dilakukan. Adapun model regresi logistik yang digunakan adalah

    pilogit(pi) = ln = b0i+ b1iUmur + b2iAMH + b3iKawin + b4iWilayah + b5i1Didik1 +

    1 pib5i2Didik2 + b6i1Indeks1 + b6i2Indeks2 + b7iPeran

    Keterangan:pi probabilitas kejadian sukses i

    i=1 untuk mengetahui alat/cara KBi=2 untuk mengetahui sumber KBi=3 untuk suami setuju KBi=4 untuk pernah diskusi KB dengan suamii=5 untuk sedang memakai alat/cara KBi=6 untuk kebutuhan KB tidak terpenuhii=7 untuk jumlah anak ideal tiga atau kurang

    b0i intersep untuk persamaan regresi logistik ke-ibik(j) estimasi parameter untuk variabel bebas ke-k untuk persamaan regresi logistik ke-i (untuk

    variabel boneka ke j, kalau ada)Umur umur saat survei (kontinu)AMH jumlah anak masih hidup (kontinu)Kawin lama kawin (kontinu)

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA14

    Wilayah variabel boneka wilayah tempat tinggal (1=perkotaan, 0=pedesaan)Didik1 variabel boneka untuk pendidikan rendah (1=pendidikan rendah, 0=lainnya)Didik2 variabel boneka untuk pendidikan sedang (1=pendidikan sedang, 0=lainnya)Indeks1 variabel boneka untuk indeks kekayaan rendah (1=indeks kekayaan rendah, 0=lainnya)Indeks2 variabel boneka untuk indeks kekayaan sedang(1=indeks kekayaan sedang, 0=lainnya)Peran variabel boneka peran istri dalam pengambilan keputusan rumah tangga (1=berperan,

    0=lainnya).

    Signifikansi setiap variabel bebas diuji pada taraf kenyataan p= 0,05. Pengujian hipotesis yang dilakukanadalah sebagai berikut.

    Ho: ik(j) = 0H1: ik(j) 0

    dimana ik(j) adalah parameter variabel bebas ke-k dalam persamaan ke-i untuk variabel boneka ke j (kalauada) dan i = 1, 2, ..., 7; k = 1, 2, ..., 7 dan j = 1, 2 (kalau ada). Statistik yang digunakan adalah statistik t(Student).

    Pengujian hipotesis kecocokan model dilakukan dengan menggunakan statistik G (-2loglikelihood) yangdiuji dengan menggunakan statistik 2 (kai-kuadrat) pada taraf kenyataan p = 0,05.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 15

    4. HASIL ANALISISPOLA, PERBEDAAN DAN DETERMINAN PENGETAHUAN,

    SIKAP DAN PERILAKU KB

    Pada bagian ini disajikan hasil analisis deskriptif tentang pola dan perbedaan pengetahuan, sikap danperilaku KB menurut latar belakang karakteristik demografi, sosial, ekonomi dan budaya. Hasil analisisinferensial mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku KB jugadidiskusikan.

    4.1. Pola, Perbedaan dan Determinan Pengetahuan Alat/Cara KB

    Pengetahuan alat/cara KB di kalangan perempuan kawin usia 15-24 tahun hampir universal: 98,6mengetahui paling sedikit satu (1) alat/cara KB. Akan tetapi, persentase perempuan kawin usia 15-24 tahunyang mengetahui alat/cara KB berbeda menurut umur, jumlah anak masih hidup, lama kawin, wilayahtempat tinggal, pendidikan, indeks kekayaan dan status peran perempuan dalam pengambilan keputusanrumah tangga. Persentase perempuan kawin usia 15-24 tahun yang mengetahui alat/cara KB lebih rendahpada yang berusia 15-19 tahun, yang mempunyai anak tiga (3) atau lebih, telah menikah enam (6) tahunatau lebih, tinggal di wilayah pedesaan, berpendidikan rendah, berasal dari rumah tangga miskin dan tidakberperan dalam pengambilan keputusan rumah tangga (Tabel 3). Hal ini menunjukkan akses yang lebihrendah terhadap informasi tentang alat/cara KB di kalangan kelompok perempuan ini.

    Hasil analisis determinan pengetahuan alat/cara KB menunjukkan bahwa pendidikan, indeks kekayaan danstatus peran dalam pengambilan keputusan rumah tangga mempunyai pengaruh yang signifikan secarastatistik terhadap peluang mengetahui alat/cara KB (Tabel 4). Pengujian model secara keseluruhanmenghasilkan statistik G sebesar 558,6 yang signifikan pada p = 0,000.

    Setelah dikontrol terhadap pengaruh faktor-faktor lain, umur, jumlah anak masih hidup, lama menikah danwilayah tempat tinggal tidak mempengaruhi probabilitas mengetahui suatu alat/cara KB. Hal inimenunjukkan bahwa ketika pengetahuan alat/cara KB hampir universal maka status sosial dan ekonomiserta otonomi istri lebih berperan dalam menentukan pengetahuan alat/cara KB di kalangan istri PUS muda.

    Pendidikan istri berpengaruh positif terhadap probabilitas mengetahui alat/cara KB. Istri PUS muda yangberpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD 0,101 kali kurang cenderung untuk mengetahui alat/cara

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA16

    KB dibandingkan istri PUS muda yang berpendidikan tamat SMA atau perguruan tinggi. Tidak adaperbedaan yang nyata dalam hal probabilitas mengetahui alat/cara KB antara istri PUS muda berpendidikantamat SD atau tamat SMP dengan istri PUS muda berpendidikan tamat SMA atau perguruan tinggi. Hasil inimenunjukkan pentingnya pendidikan formal dalam mengakses pengetahuan tentang alat/cara KB melaluiketerpaparan yang lebih luas terhadap berbagai informasi termasuk informasi tentang alat/cara KB.

    Tabel 3Distribusi persentase pengetahuan alat/cara KB perempuan kawin usia 15-24 tahun menurut latar

    belakang karakteristik demografi, sosial, ekonomi dan budaya: IndonesiaSurvei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

    Mengetahui alat/cara KBLatar belakang karakteristik Ya Tidak Jumlah (n)

    97,3 2,7 100,0 (814)Umur (tahun)

    15-1920-24 98,9 1,1 100,0 (3.952)

    98,7 1,3 100,0 (4.687)Jumlah anak masih hidup

    0 23 5 93,5 6,5 100,0 (78)

    98,6 1,4 100,0 (3.932)Lama menikah (tahun)

    0 56 14 98,3 1,7 100,0 (834)

    99,7 0,3 100,0 (1.637)Wilayah tempat tinggal

    PerkotaanPedesaan 98,0 2,0 100,0 (3.129)

    93,2 6,8 100,0 (528)99,1 0,9 100,0 (3.138)

    Pendidikan yang ditamatkanTidak sekolah atau tidak tamat SD

    Tamat SD atau tamat SMPTamat SMA atau perguruan tinggi 99,7 0,3 100,0 (1.099)

    95,5 4,5 100,0 (1.167)99,4 0,6 100,0 (2.111)

    Indeks kekayaan rumah tanggaKuintil 1

    Kuintil 2 atau kuintil 3Kuintil 4 atau kuintil 5 99,8 0,2 100,0 (1.488)

    98,8 1,2 100,0 (4.329)Peran dalam pengambilan keputusanrumah tangga

    BerperanTidak berperan 96,1 3,9 100,0 (437)

    Jumlah 98,6 1,4 100,0 (4.766)

    Istri PUS muda dari rumah tangga dengan indeks kekayaan pada kuintil 1 (miskin) 0,12 kali kurangcenderung untuk mengetahui alat/cara KB dibandingkan istri PUS muda dari rumah tangga kaya. Tidak adaperbedaan yang nyata dalam hal probabilitas mengetahui alat/cara KB antara istri PUS muda dari rumahtangga dengan kekayaan sedang (kuintil 2 dan kuintil 3) dan istri PUS muda dari rumah tangga kaya (kuintil4 dan kuintil 5). Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan rumah tangga merupakan salah satu faktor penting

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 17

    akses terhadap pengetahuan alat/cara KB melalui berbagai sumber daya rumah tangga, sepertikepemilikan kendaraan bermotor, televisi dan radio, yang meningkatkan peluang akses terhadap berbagaiinformasi dan fasilitas kesehatan yang lebih baik yang mencakup informasi dan pelayanan KB.Status peran istri dalam pengambilan keputusan rumah tangga mempunyai pengaruh yang positif terhadappengetahuan alat/cara KB. Probabilitas mengetahui alat/cara KB di kalangan istri PUS muda yang turutdalam pengambilan keputusan rumah tangga paling sedikit terhadap satu keputusan adalah 3,06 kali lebihbesar dibandingkan dengan probabilitas mengetahui alat/cara KB di kalangan istri PUS muda yang tidakberperan dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Hasil ini mengindikasikan bahwa perempuan yangberdaya memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi termasuk informasi alat/cara KB.

    Secara singkat, hasil analisis menunjukkan bahwa peluang mengetahui alat/cara KB lebih rendah padaPUS muda yang istrinya berpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD, yang berasal dari keluargamiskin dan yang istrinya tidak turut dalam pengambilan keputusan rumah tangga.

    Tabel 4Estimasi parameter, kesalahan baku dan rasio kecenderungan model regresi logistik biner

    probabilitas mengetahui alat/cara KB: Indonesia, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007Kovariat Estimasi parameter Kesalahan baku Rasio kecenderunganIntersep 5,313 0,833 202,935

    -0,355 0,302 0,701Umur (tahun)

    15-1920-24 - - 1,000

    Jumlah anak masih hidup -0,104 0,221 0,901Lama kawin (tahun) 0,124 0,074 1,132

    0,978 0,520 2,659Wilayah tempat tinggal

    PerkotaanPedesaan - - 1,000

    -2,288 0,657 0,101-0,679 0,647 0,507

    Pendidikan yang ditamatkanTidak sekolah atau tidak tamat SD***

    Tamat SD atau SMPTamat SMA atau perguruan tinggi - - 1,000

    -2,132 0,655 0,119-0,610 0,678 0,543

    Indeks kekayaan rumah tanggaKuintil 1**

    Kuintil 2 atau kuintil 3Kuintil 4 atau kuintil 5 - - 1,000

    1,117 0,304 3,056Peran dalam pengambilan keputusanrumah tangga

    Berperan***Tidak berperan - - 1,000

    Keterangan: *Signifikan pada p= 0,05; ** signifikan pada p= 0,01; ***signifikan pada p=0,000;- kategori acuan.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA18

    4.2. Pola, Perbedaan dan Determinan Pengetahuan Sumber Informasi KB

    Pengetahuan sumber informasi KB di kalangan perempuan kawin usia 15-24 tahun juga hampir universal:95,3% mengetahui paling sedikit satu (1) sumber informasi KB. Akan tetapi, persentase perempuan yangmengetahui sumber informasi KB berbeda menurut umur, jumlah anak masih hidup, lama kawin, wilayahtempat tinggal, pendidikan, indeks kekayaan dan status peran perempuan dalam pengambilan keputusanrumah tangga. Persentase istri PUS muda yang mengetahui sumber informasi KB lebih rendah pada yangberusia 15-19 tahun, yang mempunyai anak tiga (3) atau lebih, telah menikah enam (5) tahun atau kurang,tinggal di wilayah pedesaan, berpendidikan rendah, berasal dari rumah tangga miskin dan tidak berperandalam pengambilan keputusan rumah tangga (Tabel 5).

    Hasil analisis determinan pengetahuan sumber informasi KB menunjukkan bahwa umur, jumlah anak masihhidup, lama kawin, wilayah tempat tinggal, pendidikan, indeks kekayaan dan peran dalam pengambilankeputusan rumah tangga mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap peluangmengetahui sumber informasi KB (Tabel 6). Pengujian model secara keseluruhan menghasilkan statistik Gsebesar 1558,7 yang signifikan pada p = 0,000.

    Perempuan kawin usia 15-19 tahun 0,7 kali kurang cenderung untuk mengetahui sumber informasi KBdibandingkan perempuan kawin usia 20-24 tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena pasangan usia subur(PUS) muda yang istrinya berusia 20-24 tahun lebih terpapar pada pengalaman kesehatan reproduksi,seperti hamil, melahirkan dan memakai alat/cara KB, dibandingkan perempuan kawin berusia 15-19 tahun.

    Semakin banyak jumlah anak masih hidup, semakin besar probabilitas mengetahui sumber informasi KB.Peningkatan jumlah anak masih hidup satu orang akan meningkatkan peluang mengetahui sumberinformasi KB sebesar 1,62 kali. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan, dimana perempuan kawin usia 15-24 tahun yang lebih banyak anak masih hidupnya lebih cenderung mengalami peristiwa-peristiwareproduksi dan selanjutnya lebih terpapar pada sumber informasi KB.

    Di kalangan PUS muda yang istrinya berusia 15-24 tahun lama menikah mempunyai pengaruh yang positifterhadap pengetahuan sumber informasi KB. Peningkatan lama menikah sebesar satu tahun akanmeningkatkan peluang mengetahui sumber informasi KB sebesar 1,14 kali.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 19

    Tabel 5Distribusi persentase pengetahuan sumber informasi KB perempuan kawin usia 15-24 tahun

    menurut latar belakang karakteristik demografi, sosial, ekonomi dan budaya:Indonesia, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

    Mengetahui sumber informasi KBLatar belakang karakteristik Ya Tidak Jumlah (n)

    89,9 10,1 100,0 (814)Umur (tahun)

    15-1920-24 96,4 3,6 100,0 (3.952)

    95,4 4,6 100,0 (4.687)Jumlah anak masih hidup

    0 23 5 92,3 7,7 100,0 (78)

    95,0 5,0 100,0 (3.932)Lama menikah (tahun)

    0 56 14 96,5 3,5 100,0 (834)

    98,3 1,7 100,0 (1.637)Wilayah tempat tinggal

    PerkotaanPedesaan 93,7 6,3 100,0 (3.129)

    87,3 12,7 100,0 (528)95,8 4,2 100,0 (3.138)

    Pendidikan yang ditamatkanTidak sekolah atau tidak tamat SD

    Tamat SD atau tamat SMPTamat SMA atau perguruan tinggi 97,6 2,4 100,0 (1.099)

    89,6 10,4 100,0 (1.167)96,5 3,5 100,0 (2.111)

    Indeks kekayaan rumah tanggaKuintil 1

    Kuintil 2 atau kuintil 3Kuintil 4 atau kuintil 5 98,1 1,9 100,0 (1.488)

    95,7 4,3 100,0 (4.329)Peran dalam pengambilan keputusanrumah tangga

    BerperanTidak berperan 90,8 9,2 100,0 (437)

    Jumlah 95,3 4,7 100,0 (4.766)

    Probabilitas mengetahui sumber informasi KB 2,28 kali lebih tinggi di kalangan istri PUS muda perkotaandibandingkan di kalangan istri PUS muda pedesaan. Hal ini dapat disebabkan karena fasilitas-fasilitaspembangunan termasuk fasilitas-fasilitas kesehatan modern yang meliputi sumber informasi KB lebihtersedia di perkotaan daripada di pedesaan.

    Pendidikan istri berpengaruh positif terhadap probabilitas mengetahui sumber informasi KB. Istri PUS mudayang berpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD 0,24 kali kurang cenderung untuk mengetahuisumber informasi KB dibandingkan istri PUS muda yang berpendidikan tamat SMA atau perguruan tinggi.Tidak ada perbedaan yang nyata dalam hal probabilitas mengetahui sumber informasi KB antara istri PUSmuda berpendidikan tamat SD atau tamat SMP dengan istri PUS muda berpendidikan tamat SMA atauperguruan tinggi. Hasil ini menunjukkan pentingnya peran pendidikan formal dalam meningkatkan akses

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA20

    terhadap sumber informasi KB, seperti melalui penataran-penataran kesehatan reproduksi bagi remajasekolah.

    Istri PUS muda dari rumah tangga dengan indeks kekayaan pada kuintil 1 (miskin) 0,33 kali kurangcenderung untuk mengetahui sumber informasi KB dibandingkan istri PUS muda dari rumah tangga kaya.Tidak ada perbedaan yang nyata dalam hal probabilitas mengetahui sumber informasi KB antara istri darirumah tangga dengan kekayaan sedang (kuintil 2 dan kuintil 3) dan istri dari rumah tangga kaya (kuintil 4dan kuintil 5). Hal ini dapat dipahami karena istri PUS muda dari rumah tangga yang lebih kaya padaumumnya mempunyai akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk informasi alat/cara KB.

    Tabel 6Estimasi parameter, kesalahan baku dan rasio kecenderungan model regresi logistik biner

    probabilitas mengetahui sumber informasi KB: Indonesia,Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

    Kovariat Estimasi parameter Kesalahan baku Rasio kecenderunganIntersep 2,678 0,310 14,562

    -0,417 0,167 0,659Umur (tahun)

    15-19*20-24 - - 1,000

    Jumlah anak masih hidup** 0,484 0, 145 1,622Lama kawin (tahun)** 0,131 0,044 1,140

    0,826 0, 227 2,284Wilayah tempat tinggal

    Perkotaan***Pedesaan - - 1,000

    -1,433 0,271 0,239-0,320 0,237 0,726

    Pendidikan yang ditamatkanTidak sekolah atau tidak tamat SD***

    Tamat SD atau SMPTamat SMA atau perg uruan tinggi - - 1,000

    -1,111 0,242 0,329-0,227 0,236 0,797

    Indeks kekayaan rumah tanggaKuintil 1***

    Kuintil 2 atau kuintil 3Kuintil 4 atau kuintil 5 - - 1,000

    0,607 0,193 1,835Peran dalam pengambilan keputusanrumah tangga

    Berperan**Tidak berperan - - 1,000

    Keterangan: *Signifikan pada p= 0,05; ** signifikan pada p= 0,01; ***signifikan pada p=0,000;- kategori acuan.

    Status peran istri dalam pengambilan keputusan rumah tangga mempunyai pengaruh yang positif terhadappengetahuan sumber informasi KB. Probabilitas mengetahui sumber informasi KB di kalangan istri PUSmuda yang turut dalam pengambilan keputusan rumah tangga paling sedikit terhadap satu keputusanadalah 1,84 kali lebih besar dibandingkan dengan probabilitas mengetahui sumber informasi KB di kalangan

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 21

    istri PUS muda yang tidak berperan dalam pengambilan keputusan rumah tangga. Hasil ini menunjukkanbahwa istri yang berdaya lebih cenderung untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untukkesejahteraannya termasuk informasi alat/cara KB untuk kesejahteraan reproduksinya.

    Secara singkat, hasil analisis menunjukkan bahwa peluang mengetahui sumber informasi KB lebih rendahpada PUS muda yang istrinya berusia 15-19 tahun, yang jumlah anak masih hidupnya lebih sedikit, yanglama kawinnya lebih pendek, yang tinggal di pedesaan, yang istrinya berpendidikan tidak sekolah atau tidaktamat SD, yang berasal dari keluarga miskin dan yang istrinya tidak turut dalam pengambilan keputusanrumah tangga.

    4.3. Pola, Perbedaan dan Determinan Sikap Suami terhadap KB

    Sikap terhadap KB di kalangan suami dari perempuan kawin usia 15-24 tahun sangat positif. 93,5% dariperempuan kawin usia 15-24 tahun menyatakan bahwa suami mereka setuju KB. Akan tetapi, persentaseperempuan kawin usia 15-24 tahun yang suaminya setuju KB berbeda menurut umur, jumlah anak masihhidup, lama kawin, wilayah tempat tinggal, pendidikan, indeks kekayaan dan status peran perempuandalam pengambilan keputusan rumah tangga. Persentase perempuan kawin usia 15-24 tahun yangmenyatakan bahwa suami mereka setuju KB lebih rendah pada yang berusia 15-19 tahun, yang mempunyaianak tiga (3) atau lebih, telah menikah enam (6) tahun atau lebih, tinggal di wilayah pedesaan,berpendidikan rendah, berasal dari rumah tangga miskin dan tidak berperan dalam pengambilan keputusanrumah tangga (Tabel 7).

    Hasil analisis determinan sikap suami terhadap KB menunjukkan bahwa umur, jumlah anak masih hidup,lama kawin, pendidikan, indeks kekayaan dan peran dalam pengambilan keputusan rumah tanggamempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap peluang suami setuju KB (Tabel 8).Pengujian model secara keseluruhan menghasilkan statistik G sebesar 2.207,8 yang signifikan pada p =0,000.

    Perempuan usia 15-19 tahun 0,57 kali kurang cenderung untuk menyatakan bahwa suami mereka setujuKB dibandingkan perempuan usia 20-24 tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena pasangan usia subur(PUS) muda yang istrinya berusia 15-19 tahun beranggapan bahwa usia istri masih muda sehingga suamibelum menyetujui KB. Atau, terdapat kemungkinan PUS muda yang istrinya berusia 15-19 tahun belum

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA22

    mendapat informasi tentang manfaat KB bagi kesehatan istri dan anak sehingga para suami kurangcenderung untuk menyetujui KB.

    Semakin banyak jumlah anak masih hidup, semakin besar probabilitas suami menyetujui KB. Peningkatanjumlah anak masih hidup satu orang akan meningkatkan peluang suami setuju KB sebesar 1,34 kali. Hal inisesuai dengan yang diharapkan, yang menunjukkan adanya kesadaran yang lebih tinggi untuk membatasikelahiran di kalangan PUS muda dengan jumlah anak masih hidup lebih banyak, yang diwujudkan dalamsikap yang mendukung KB.

    Tabel 7Distribusi persentase sikap suami terhadap KB perempuan kawin usia 15-24 tahun menurut latar

    belakang karakteristik demografi, sosial, ekonomi dan budaya:Indonesia, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

    Sikap suami terhadap KBLatar belakang karakteristik Setuju Tidak setuju Jumlah (n)

    89,9 10,1 100,0 (814)Umur (tahun)

    15-1920-24 94,2 5,8 100,0 (3.952)

    93,6 6,4 100,0 (4.687)Jumlah anak masih hidup

    0 23 5 85,9 14,1 100,0 (78)

    93,5 6,5 100,0 (3.932)Lama menikah (tahun)

    0 56 14 93,3 6,7 100,0 (834)

    94,7 5,3 100,0 (1.637)Wilayah tempat tinggal

    PerkotaanPedesaan 92,8 7,2 100,0 (3.129)

    87,7 12,3 100,0 (528)93,6 6,4 100,0 (3.138)

    Pendidikan yang ditamatkanTidak sekolah atau tidak tamat SD

    Tamat SD atau tamat SMPTamat SMA atau perguruan tinggi 95,8 4,2 100,0 (1.099)

    89,5 10,5 100,0 (1.167)94,9 5,1 100,0 (2.111)

    Indeks kekayaan rumah tanggaKuintil 1

    Kuintil 2 atau kuintil 3Kuintil 4 atau kuintil 5 94,6 5,4 100,0 (1.488)

    94,0 6,0 100,0 (4.329)Peran dalam pengambilan keputusanrumah tangga

    BerperanTidak berperan 88,8 11,2 100,0 (437)

    Jumlah 93,5 6,5 100,0 (4.766)

    Di kalangan PUS muda yang istrinya berusia 15-24 tahun lama menikah mempunyai pengaruh yang negatifterhadap apakah suami setuju KB atau tidak. Peningkatan lama menikah sebesar satu tahun akan

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 23

    mengurangi peluang suami setuju KB sebesar 0,92 kali. Hal ini mungkin disebabkan karena pemahamanyang kurang tepat tentang tujuan KB di kalangan PUS muda yang telah menikah lebih lama atau mungkinmereka masih ingin memiliki anak lagi.

    Setelah dikontrol terhadap pengaruh faktor-faktor lain, wilayah tempat tinggal tidak mempengaruhi apakahsuami setuju KB atau tidak. Hal ini mungkin disebabkan karena sifat program KB di Indonesia yangberorientasi pedesaan sehingga para suami PUS di pedesaan dapat mengejar sikap KB PUS perkotaandalam hal penerimaan ide KB.

    Tabel 8Estimasi parameter, kesalahan baku dan rasio kecenderungan model regresi logistik binerprobabilitas suami setuju KB: Indonesia, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

    Kovariat Estimasi parameter Kesalahan baku Rasio kecenderunganIntersep 2,581 0,156 13,205

    -0,569 0,156 0,566Umur (tahun)

    15-19***20-24 - - 1,000

    Jumlah anak masih hidup** 0,291 0,111 1,338Lama kawin (tahun)** -0,087 0,031 0,916

    -0,001 0,152 0,999Wilayah tempat tinggal

    PerkotaanPedesaan - - 1,000

    -0,767 0,229 0,464-0,235 0,183 0,791

    Pendidikan yang ditamatkanTidak sekolah atau tidak tamat SD**

    Tamat SD atau SMPTamat SMA atau perguruan tinggi - - 1,000

    -0,457 0,182 0,6330,198 0,166 1,219

    Indeks kekayaan rumah tanggaKuintil 1*

    Kuintil 2 atau kuintil 3Kuintil 4 atau kuintil 5 - - 1,000

    0,625 0,168 1,867Peran dalam pengambilan keputusanrumah tangga

    Berperan***Tidak berperan - - 1,000

    Keterangan: *Signifikan pada p= 0,05; ** signifikan pada p= 0,01; ***signifikan pada p=0,000;- kategori acuan.

    Pendidikan istri berpengaruh positif terhadap probabilitas suami setuju KB. Istri PUS muda yangberpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD 0,46 kali kurang cenderung untuk menyatakan bahwasuami mereka setuju KB dibandingkan istri PUS muda yang berpendidikan tamat SMA atau perguruantinggi. Tidak ada perbedaan yang nyata dalam hal probabilitas suami setuju KB antara istri PUS mudaberpendidikan tamat SD atau tamat SMP dengan istri PUS muda berpendidikan tamat SMA atau perguruan

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA24

    tinggi. Hasil ini menegaskan pentingnya peran pendidikan formal istri dalam mendorong suami untuk setujuKB mungkin dalam bentuk rasionalisasi serta determinasi dukungan terhadap suatu sikap termasukpenerimaan ide KB.

    Istri PUS muda dari rumah tangga dengan indeks kekayaan pada kuintil 1 (miskin) 0,63 kali kurangcenderung untuk menyatakan bahwa suami mereka setuju KB dibandingkan istri PUS muda dari rumahtangga kaya. Tidak ada perbedaan yang nyata dalam hal probabilitas suami setuju KB antara istri PUSmuda dari rumah tangga dengan kekayaan sedang (kuintil 2 dan kuintil 3) dan istri PUS muda dari rumahtangga kaya (kuintil 4 dan kuintil 5). Hal ini mungkin disebabkan karena PUS dari keluarga miskin memilikiakses yang lebih rendah terhadap informasi dan pelayanan KB serta pemahaman yang lebih rendahtentang KB sehingga penerimaan KB suami mereka lebih rendah.

    Status peran istri dalam pengambilan keputusan rumah tangga mempunyai pengaruh yang positif terhadapapakah suami setuju KB atau tidak. Probabilitas suami setuju KB di kalangan istri PUS muda yang turutdalam pengambilan keputusan rumah tangga paling sedikit terhadap satu keputusan adalah 1,87 kali lebihbesar dibandingkan dengan probabilitas suami setuju KB di kalangan istri PUS muda yang tidak berperandalam pengambilan keputusan rumah tangga. Hasil ini mengindikasikan perempuan yang berdaya lebihmampu merundingkan dengan suami tentang kesehatan reproduksinya yang mendorong suaminya untuksetuju KB.

    Secara singkat, hasil analisis menunjukkan bahwa peluang suami tidak setuju KB lebih tinggi pada PUSmuda yang istrinya berusia 15-19 tahun, yang jumlah anak masih hidupnya lebih sedikit, yang lamakawinnya lebih panjang, yang istrinya berpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD, yang berasal darikeluarga miskin dan yang istrinya tidak turut dalam pengambilan keputusan rumah tangga.

    4.4. Pola, Perbedaan dan Determinan Diskusi KB dengan Suami

    Diskusi KB antara suami dan istri merupakan salah satu faktor yang dapat menciptakan penerimaan ide KBdi kalangan PUS. Hal ini terutama semakin penting jika diskusi KB antara suami dan istri dilakukan padaawal kehidupan berumah tangga sehingga kehamilan dan kelahiran yang tidak direncanakan dapatdicegah. Akan tetapi, di kalangan perempuan kawin usia 15-24 tahun 64% menyatakan pernah berdiskusitentang KB dengan suami. Hal ini berarti terdapat 36% perempuan kawin usia 15-24 tahun yang tidakpernah berdiskusi tentang KB dengan suami. Persentase perempuan yang tidak pernah berdiskusi tentang

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 25

    KB dengan suami lebih tinggi pada perempuan yang berusia 15-19 tahun, yang mempunyai anak tiga (3)atau lebih, telah menikah lima (5) tahun atau kurang, tinggal di wilayah pedesaan, berpendidikan rendah,berasal dari rumah tangga miskin dan tidak berperan dalam pengambilan keputusan rumah tangga (Tabel9).

    Tabel 9Distribusi persentase diskusi KB dengan suami perempuan kawin usia 15-24 tahun menurut latar

    belakang karakteristik demografi, sosial, ekonomi dan budaya: IndonesiaIndonesia, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

    Diskusi KB dengan suamiLatar belakang karakteristik Pernah Tidak pernah Jumlah (n)

    56,5 43,5 100,0 (814)Umur (tahun)

    15-1920-24 65,3 34,7 100,0 (3.952)

    63,9 36,1 100,0 (4.687)Jumlah anak masih hidup

    0 23 5 55,1 44,9 100,0 (78)

    63,3 36,7 100,0 (3.932)Lama menikah (tahun)

    0 56 14 66,0 34,0 100,0 (834)

    64,1 35,9 100,0 (1.637)Wilayah tempat tinggal

    PerkotaanPedesaan 63,6 36,4 100,0 (3.129)

    50,0 50,0 100,0 (528)63,3 36,7 100,0 (3.138)

    Pendidikan yang ditamatkanTidak sekolah atau tidak tamat SD

    Tamat SD atau tamat SMPTamat SMA atau perguruan tinggi 71,9 28,1 100,0 (1.099)

    55,8 44,2 100,0 (1.167)66,5 33,5 100,0 (2.111)

    Indeks kekayaan rumah tanggaKuintil 1

    Kuintil 2 atau kuintil 3Kuintil 4 atau kuintil 5 66,2 33,8 100,0 (1.488)

    64,2 35,8 100,0 (4.329)Peran dalam pengambilan keputusanrumah tangga

    BerperanTidak berperan 59,5 40,5 100,0 (437)

    Jumlah 63,8 36,3 100,0 (4.766)

    Hasil analisis determinan diskusi KB dengan suami menunjukkan bahwa jumlah anak masih hidup, wilayahtempat tinggal, pendidikan dan indeks kekayaan mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistikterhadap peluang diskusi KB dengan suami (Tabel 10). Pengujian model secara keseluruhan menghasilkanstatistik G sebesar 6.065,4 yang signifikan pada p = 0,000.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA26

    Semakin banyak jumlah anak masih hidup, semakin besar probabilitas diskusi KB dengan suami.Peningkatan jumlah anak masih hidup satu orang akan meningkatkan peluang diskusi KB dengan suamisebesar 1,47 kali. Hal ini mungkin disebabkan karena PUS yang mempunyai anak lebih banyak lebih sadarakan perlunya membatasi kelahiran.

    PUS muda yang istrinya berusia 15-24 tahun yang tinggal di perkotaan 0,82 kali kurang cenderungberdiskusi KB dengan suami dibandingkan dengan PUS muda di pedesaan. Hal ini mungkin disebabkanoleh sifat dari program KB di Indonesia yang lebih berorientasi ke daerah pedesaan sehingga PUS muda dipedesaan dibandingkan dengan PUS di perkotaan lebih terpapar terhadap pembicaraan tentang KB, sepertimelalui Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), yang lebih gencar dan teratur pelaksanaannya di wilayahpedesaan.

    Tabel 10Estimasi parameter, kesalahan baku dan rasio kecenderungan model regresi logistik biner

    probabilitas pernah diskusi KB dengan suami:Indonesia, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

    Kovariat Estimasi parameter Kesalahan baku Rasio kecenderunganIntersep 0,734 0,134 2,084

    -0,148 0,088 0,863Umur (tahun)

    15-1920-24 - - 1,000

    Jumlah anak masih hidup*** 0,386 0,060 1,470Lama kawin (tahun) -0,008 0,017 0,992

    -0,199 0,074 0,820Wilayah tempat tinggal

    Perkotaan**Pedesaan - - 1,000

    -0,975 0,124 0,377-0,440 0,085 0,644

    Pendidikan yang ditamatkanTidak sekolah atau tidak tamat SD***

    Tamat SD atau SMP***Tamat SMA atau perguruan tinggi - - 1,000

    -0,346 0,097 0,7080,073 0,079 1,075

    Indeks kekayaan rumah tanggaKuintil 1***

    Kuintil 2 atau kuintil 3Kuintil 4 atau kuintil 5 - - 1,000

    0,082 0,105 1,085Peran dalam pengambilan keputusanrumah tangga

    BerperanTidak berperan - - 1,000

    Keterangan: *Signifikan pada p= 0,05; ** signifikan pada p= 0,01; ***signifikan pada p=0,000;- kategori acuan.

    Pendidikan istri berpengaruh positif terhadap probabilitas diskusi KB dengan suami. Istri PUS muda yangberpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD 0,38 kali kurang cenderung untuk berdiskusi KB dengan

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 27

    suami dibandingkan istri PUS muda yang berpendidikan tamat SMA atau perguruan tinggi. Tidak adaperbedaan yang nyata dalam hal probabilitas duiskusi KB dengan suami KB antara istri PUS mudaberpendidikan tamat SD atau tamat SMP dengan istri PUS muda berpendidikan tamat SMA atau perguruantinggi. Hasil ini menunjukkan pentingnya peran pendidikan dalam menumbuhkan perilaku berdiskus antarasuami dan istri, termasuk diskusi tentang KB.

    Istri PUS muda dari rumah tangga dengan indeks kekayaan pada kuintil 1 (miskin) 0,71 kali kurangcenderung untuk berdiskusi KB dengan suami dibandingkan istri PUS muda dari rumah tangga kaya. Tidakada perbedaan yang nyata dalam hal probabilitas berdiskusi KB dengan suami antara istri PUS muda darirumah tangga dengan kekayaan sedang (kuintil 2 dan kuintil 3) dan istri PUS muda dari rumah tangga kaya(kuintil 4 dan kuintil 5). Hal ini menunjukkan peran kekayaan rumah tangga dalam menciptakan kebiasaandiskusi termasuk diskusi KB antara suami dan istri melalui berbagai sumber daya rumah tangga yangmeningkatkan keterpaparan terhadap perilaku-perilaku modern, seperti keterbukaan dan komunikasi yangsehat antara suami dan istri melalui diskusi.

    Setelah dikontrol terhadap pengaruh faktor-faktor lain, umur, lama kawin dan status peran istri dalampengambilan keputusan rumah tangga tidak mempengaruhi probabilitas pernah diskusi KB dengan suami.

    Secara singkat, hasil analisis menunjukkan bahwa peluang pernah diskusi KB dengan suami lebih rendahpada PUS muda yang jumlah anak masih hidupnya lebih sedikit, yang tinggal di perkotaan, yang istrinyaberpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD dan yang berasal dari keluarga miskin.

    4.5. Pola, Perbedaan dan Determinan Pemakaian Alat/cara KB

    Persentase yang tinggi dari PUS muda yang mengetahui alat/cara dan sumber informasi KB dan yangsuaminya setuju KB belum tentu diikuti dengan persentase yang tinggi dari PUS muda yang sedang berKB.59,0% dari PUS muda yang istrinya berusia 15-24 tahun sedang memakai suatu alat/cara KB. Akan tetapi,persentase perempuan yang sedang memakai suatu alat/cara KB berbeda menurut umur, jumlah anakmasih hidup, lama kawin, wilayah tempat tinggal, pendidikan, indeks kekayaan dan status peran perempuandalam pengambilan keputusan rumah tangga. Persentase perempuan kawin usia 15-24 tahun yang sedangmemakai suatu alat/cara KB lebih rendah pada yang berusia 15-19 tahun, yang mempunyai anak tiga (3)atau lebih, telah menikah lima (5) tahun atau kurang, tinggal di wilayah perkotaan, berpendidikan tinggi,

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA28

    berasal dari rumah tangga miskin dan tidak berperan dalam pengambilan keputusan rumah tangga (Tabel11).

    Tabel 11Distribusi persentase pemakaian alat/cara KB perempuan kawin usia 15-24 tahun menurut latar

    belakang karakteristik demografi, sosial, ekonomi dan budaya:Indonesia, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

    Sedang memakai alat/cara KBLatar belakang karakteristik Ya Tidak Jumlah (n)

    46,8 53,2 100,0 (814)Umur (tahun)

    15-1920-24 61,5 38,5 100,0 (3.952)

    59,2 40,8 100,0 (4.687)Jumlah anak masih hidup

    0 23 5 48,7 51,3 100,0 (78)

    56,6 43,4 100,0 (3.932)Lama menikah (tahun)

    0 56 14 70,4 29,7 100,0 (834)

    58,2 41,8 100,0 (1.637)Wilayah tempat tinggal

    PerkotaanPedesaan 59,5 40,5 100,0 (3.129)

    55,8 44,2 100,0 (528)61,1 38,9 100,0 (3.138)

    Pendidikan yang ditamatkanTidak sekolah atau tidak tamat SD

    Tamat SD atau tamat SMPTamat SMA atau perguruan tinggi 54,8 45,2 100,0 (1.099)

    54,5 45,5 100,0 (1.167)62,4 37,6 100,0 (2.111)

    Indeks kekayaan rumah tanggaKuintil 1

    Kuintil 2 atau kuintil 3Kuintil 4 atau kuintil 5 57,8 42,2 100,0 (1.488)

    60,2 39,8 100,0 (4.329)Peran dalam pengambilan keputusanrumah tangga

    BerperanTidak berperan 47,1 52,9 100,0 (437)

    Jumlah 59,0 41,0 100,0 (4.766)

    Hasil analisis determinan pemakaian alat/cara KB menunjukkan bahwa jumlah anak masih hidup, lamakawin, pendidikan, indeks kekayaan dan peran dalam pengambilan keputusan rumah tangga mempunyaipengaruh yang signifikan secara statistik terhadap peluang sedang memakai alat/cara KB (Tabel 12).Pengujian model secara keseluruhan menghasilkan statistik G sebesar 5.537,8 yang signifikan pada p =0,000.

    Semakin banyak jumlah anak masih hidup, semakin besar probabilitas sedang memakai alat/cara KB.Peningkatan jumlah anak masih hidup satu orang akan meningkatkan peluang sedang memakai alat/cara

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 29

    KB sebesar 4,57 kali. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan, yang menunjukkan adanya kesadaran yanglebih tinggi untuk membatasi kelahiran di kalangan PUS muda yang mempunyai anak lebih banyak.

    Tidak seperti yang diharapkan, PUS muda yang tinggal di perkotaan 0,85 kali kurang cenderung untukpraktek KB dibandingkan dengan PUS muda di pedesaan. Program KB di Indonesia yang berorientasipedesaan mungkin merupakan penyebab fenomena ini. Akses dan keterpaparan terhadap informasi danperilaku berKB yang digalakkan melalui Posyandu ataupun kegiatan-kegiatan masyarakat di pedesaantelah meningkatkan pemakaian alat/cara KB di wilayah pedesaan.

    Tabel 12Estimasi parameter, kesalahan baku dan rasio kecenderungan model regresi logistik biner

    probabilitas sedang memakai alat/cara KB:Indonesia, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

    Kovariat Estimasi parameter Kesalahan baku Rasio kecenderunganIntersep -1,063 0,141 0,345

    0,014 0,072 1,014Umur (tahun)

    15-1920-24 - - 1,000

    Jumlah anak masih hidup*** 1,519 0,072 4,567Lama kawin (tahun)*** 0,014 0,018 1,014

    -0,167 0,078 0,846Wilayah tempat tinggal

    PerkotaanPedesaan - - 1,000

    -0,369 0,131 0,6910,038 0,085 1,039

    Pendidikan yang ditamatkanTidak sekolah atau tidak tamat SD*

    Tamat SD atau SMPTamat SMA atau perguruan tinggi - - 1,000

    -0,467 0,104 0,6270,069 0,083 1,071

    Indeks kekayaan rumah tanggaKuintil 1***

    Kuintil 2 atau kuintil 3Kuintil 4 atau kuintil 5 - - 1,000

    0,295 0,112 1,343Peran dalam pengambilankeputusan rumah tangga

    Berperan**Tidak berperan - - 1,000

    Keterangan: *Signifikan pada p= 0,05; ** signifikan pada p= 0,01; ***signifikan pada p=0,000;- kategori acuan.

    Pendidikan istri berpengaruh positif terhadap probabilitas sedang memakai alat/cara KB. Istri PUS mudayang berpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD 0,69 kali kurang cenderung untuk memakai alat/caraKB dibandingkan istri PUS muda yang berpendidikan tamat SMA atau perguruan tinggi. Tidak adaperbedaan yang nyata dalam hal probabilitas sedang memakai alat/cara KB antara istri PUS mudaberpendidikan tamat SD atau tamat SMP dengan istri PUS muda berpendidikan tamat SMA atau perguruan

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA30

    tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa perempuan yang berpendidikan lebih tinggi mempunyai akses yanglebih baik terhadap informasi dan pelayanan KB sehingga lebih cenderung untuk memakai alat/cara KB.

    Istri PUS muda dari rumah tangga dengan indeks kekayaan pada kuintil 1 (miskin) 0,63 kali kurangcenderung untuk sedang memakai alat/cara KB dibandingkan istri PUS muda dari rumah tangga kaya.Tidak ada perbedaan yang nyata dalam hal probabilitas sedang memakai alat/cara KB antara istri PUSmuda dari rumah tangga dengan kekayaan sedang (kuintil 2 dan kuintil 3) dan istri PUS muda dari rumahtangga kaya (kuintil 4 dan kuintil 5). Hal ini menunjukkan peran kekayaan rumah tangga dalam hal aksesterhadap akses yang lebih baik terhadap informasi dan pelayanan KB yang mendorong pemakaian alat/caraKB.

    Status peran istri dalam pengambilan keputusan rumah tangga mempunyai pengaruh yang positif terhadapstatus pemakaian alat/cara KB. Probabilitas sedang memakai alat/cara KB di kalangan istri yang turutdalam pengambilan keputusan rumah tangga paling sedikit terhadap satu keputusan adalah 1,34 kali lebihbesar dibandingkan dengan probabilitas sedang memakai alat/cara KB di kalangan istri yang tidak berperandalam pengambilan keputusan rumah tangga. Hasil ini mengindikasikan bahwa perempuan yang berdayamemiliki kemampuan negosiasi yang lebih tinggi dalam menentukan perilaku kesehatan reproduksinyatermasuk pembatasan dan penjarangan kelahiran melalui pemakaian alat/cara KB.

    Setelah dikontrol terhadap pengaruh faktor-faktor lain, umur dan tempat tinggal tidak mempengaruhi apakahPUS muda memakai alat/cara KB atau tidak. Hal ini sekali lagi mungkin disebabkan karena sifat dariprogram KB di Indonesia yang berorientasi pedesaan dan mentargetkan PUS muda untuk programpenundaan kelahiran sampai pada usia yang aman melahirkan (20 tahun atau lebih).

    Secara singkat, hasil analisis menunjukkan bahwa peluang sedang memakai alat/cara KB lebih rendahpada PUS muda yang istrinya yang jumlah anak masih hidupnya lebih sedikit, yang lama kawinnya lebihpendek, yang istrinya berpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD, yang berasal dari keluarga miskindan yang istrinya tidak turut dalam pengambilan keputusan rumah tangga.

    4.6. Pola, Perbedaan dan Determinan Pemenuhan Kebutuhan BerKB

    Pemenuhan kebutuhan berKB merupakan salah satu faktor penting pengendalian tingkat kelahiran. Selainitu, indikator ini merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur keberhasilan program dalam

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 31

    memenuhi kebutuhan akan informasi dan pelayanan KB di kalangan PUS. Di Indonesia, kebutuhan berKByang tidak terpenuhi relatif rendah, 9,1% menurut hasil SDKI 2007; 4,3% untuk kebutuhan KB yang tidakterpenuhi untuk penjarangan kelahiran dan 4,7% untuk kebutuhan KB yang tidak terpenuhi untukpembatasan kelahiran. Sebagai perbandingan, kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi untuk pembatasankelahiran sebesar 16,2% di Kamboja pada tahun 2005, 6,6% di India pada tahun 2006, 10,5% di Bangladespada tahun 2007 dan 14,0% di Pakistan pada tahun 2007. Di kalangan istri PUS muda Indonesia, 9,8%tidak terpenuhi kebutuhan berKBnya. Persentase perempuan kawin usia 15-24 tahun yang kebutuhanberKBnya tidak terpenuhi lebih tinggi pada perempuan yang berusia 20-24 tahun, yang mempunyai anaktiga (3) atau lebih, telah menikah lima (5) tahun atau kurang, tinggal di wilayah perkotaan, berpendidikanrendah, berasal dari rumah tangga miskin dan tidak berperan dalam pengambilan keputusan rumah tangga(Tabel 13).

    Tabel 13Distribusi persentase pemenuhan kebutuhan berKB perempuan kawin usia 15-24 tahun menurut

    latar belakang karakteristik demografi, sosial, ekonomi dan budaya:Indonesia, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

    Kebutuhan berKB terpenuhiLatar belakang karakteristik Ya Tidak Jumlah (n)

    90,3 9,7 100,0 (814)Umur (tahun)

    15-1920-24 90,2 9,8 100,0 (3.952)

    90,5 9,5 100,0 (4.687)Jumlah anak masih hidup

    0 23 5 73.1 26,9 100,0 (78)

    90,0 10,0 100,0 (3.932)Lama menikah (tahun)

    0 56 14 91,1 8,9 100,0 (834)

    88,9 11,1 100,0 (1.637)Wilayah tempat tinggal

    PerkotaanPedesaan 90,9 9,1 100,0 (3.129)

    87,9 12,1 100,0 (528)90,5 9,5 100,0 (3.138)

    Pendidikan yang ditamatkanTidak sekolah atau tidak tamat SD

    Tamat SD atau tamat SMPTamat SMA atau perguruan tinggi 90,4 9,6 100,0 (1.099)

    88,8 11,2 100,0 (1.167)90,5 9,5 100,0 (2.111)

    Indeks kekayaan rumah tanggaKuintil 1

    Kuintil 2 atau kuintil 3Kuintil 4 atau kuintil 5 90,9 9,1 100,0 (1.488)

    90,5 9,5 100,0 (4.329)Peran dalam pengambilan keputusanrumah tangga

    BerperanTidak berperan 87,2 12,8 100,0 (437)

    Jumlah 90,2 9,8 100,0 (4.766)

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA32

    Hasil analisis determinan pemenuhan kebutuhan berKB menunjukkan bahwa jumlah anak masih hidup,lama kawin, tempat tinggal, indeks kekayaan dan peran dalam pengambilan keputusan rumah tanggamempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap peluang kebutuhan berKB terpenuhi (Tabel14). Pengujian model secara keseluruhan menghasilkan statistik G sebesar 2.989,4 yang signifikan pada p= 0,000.

    Setelah dikontrol terhadap pengaruh faktor-faktor lain, umur dan pendidikan tidak mempengaruhi apakahkebutuhan berKB PUS muda terpenuhi atau tidak. Hal ini mungkin disebabkan karena alasan-alasankebutuhan berKB tidak terpenuhi lebih terkait dengan pengalaman-pengalaman kesehatan reproduksi danakses terhadap alat/cara KB.

    Semakin banyak jumlah anak masih hidup, semakin besar probabilitas kebutuhan berKB tidak terpenuhi.Peningkatan jumlah anak masih hidup satu orang akan meningkatkan kebutuhan berKB tidak terpenuhisebesar 1,91 kali. Hal ini mungkin disebabkan karena PUS muda dengan jumlah anak masih hidup lebihbanyak memiliki akses yang lebih rendah terhadap informasi dan pelayanan KB.

    Semakin lama usia perkawinan, semakin kecil peluang mengalami kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi.Peningkatan usia perkawinan satu tahun akan menurunkan probabilitas kebutuhan berKB yang tidakterpenuhi sebesar 0,895 kali. Hal ini mungkin disebabkan karena PUS muda yang telah menikah lebih lamalebih terpapar pada informasi dan pelayanan KB sehingga mereka lebih mampu dalam memenuhikebutuhan berKBnya.

    Istri PUS muda di wilayah perkotaan 1,42 kali lebih cenderung untuk mengalami kebutuhan berKB yangtidak terpenuhi dibandingkan Istri PUS muda di wilayah pedesaan. Sekali lagi, program KB di Indonesiayang berorientasi pedesaan dapat berkontribusi terhadap fenomena ini dimana masyarakat pedesaan lebihmempunyai akses terhadap alat/cara KB melalui Posyandu dan bidan desa yang dekat dengan masyarakat.

    Istri PUS muda dari rumah tangga dengan indeks kekayaan pada kuintil 1 (miskin) 1,42 kali lebih cenderunguntuk mengalami kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi dibandingkan istri PUS muda dari rumah tanggayang lebih mampu. Tidak ada perbedaan yang nyata dalam hal probabilitas mengalami kebutuhan berKByang tidak terpenuhi antara istri PUS muda dari rumah tangga dengan kekayaan sedang (kuintil 2 dankuintil 3) dan istri PUS muda dari rumah tangga kaya (kuintil 4 dan kuintil 5). Hal ini dapat diterima karenarumah tangga yang lebih mampu mempunyai akses yang lebih baik terhadap alat/cara KB untukmenjarangkan atau membatasi kelahiran.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 33

    Tabel 14Estimasi parameter, kesalahan baku dan rasio kecenderungan model regresi logistik biner

    probabilitas kebutuhan berKB tidak terpenuhi:Indonesia, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

    Kovariat Estimasi parameter Kesalahan baku Rasio kecenderunganIntersep -2,509 0,207 0,081

    0,057 0,143 1,058Umur (tahun)

    15-1920-24 - - 1,000

    Jumlah anak masih hidup*** 0,648 0,090 1,911Lama kawin (tahun)*** -0,111 0,028 0,895

    0,348 0,116 1,416Wilayah tempat tinggal

    Perkotaan**Pedesaan - - 1,000

    0,136 0,192 1,146-0,018 0,131 0,982

    Pendidikan yang ditamatkanTidak sekolah atau tidak tamat SD

    Tamat SD atau SMPTamat SMA atau perguruan tinggi - - 1,000

    0,350 0,158 1,4190,186 0,128 1,204

    Indeks kekayaan rumah tanggaKuintil 1*

    Kuintil 2 atau kuintil 3Kuintil 4 atau kuintil 5 - - 1,000

    -0,355 0,156 0,701Peran dalam pengambilankeputusan rumah tangga

    Berperan*Tidak berperan - - 1,000

    Keterangan: *Signifikan pada p= 0,05; ** signifikan pada p= 0,01; ***signifikan pada p=0,000;- kategori acuan.

    Status peran istri dalam pengambilan keputusan rumah tangga mempunyai pengaruh yang positif terhadapapakah kebutuhan berKB terpenuhi atau tidak. Probabilitas mengalami kebutuhan berKB yang tidakterpenuhi di kalangan istri PUS muda yang turut dalam pengambilan keputusan rumah tangga paling sedikitterhadap satu keputusan adalah 0,70 kali lebih rendah dibandingkan dengan probabilitas mengalamikebutuhan berKB yang tidak terpenuhi di kalangan istri PUS muda yang tidak berperan dalam pengambilankeputusan rumah tangga. Sesuai dengan yang diharapkan, perempuan yang mempunyai wewenang dalamrumah tangga akan lebih cenderung memperhatikan, memahami dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannyatermasuk kebutuhan berKB.

    Secara singkat, hasil analisis menunjukkan bahwa peluang kebutuhan berKB yang tidak terpenuhi lebihtinggi pada PUS muda yang jumlah anak masih hidupnya lebih banyak, yang lama kawinnya lebih pendek,yang tinggal di perkotaan, yang berasal dari keluarga miskin dan yang istrinya tidak turut dalampengambilan keputusan rumah tangga.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA34

    4.7. Pola, Perbedaan dan Determinan Jumlah Anak ideal

    Penentuan jumlah anak ideal dipandang sebagai salah satu perilaku keluarga berencana. Perilaku inimempunyai implikasi terhadap pemakaian KB dan selanjutnya tingkat fertilitas, khususnya di kalangan PUSmuda. Jumlah anak ideal yang besar atau terserah Tuhan di kalangan PUS muda tentunya merupakanancaman bagi ledakan bayi. Oleh karena itu, pemahaman tentang kelompok PUS muda yang memilikipeluang paling tinggi untuk menginginkan jumlah anak yang besar atau terserah Tuhan adalah penting.

    Hal yang cukup menggembirakan adalah sebagian besar (79,1%) istri PUS muda di Indonesia inginmempunyai tiga (3) orang anak atau kurang. Akan tetapi, terdapat 20,9% istri PUS muda yang inginmempunyai anak lebih dari tiga (3) orang atau terserah Tuhan. Angka ini lebih tinggi pada perempuankawin usia 15-19 tahun, yang mempunyai anak tiga (3) atau lebih, telah menikah enam (6) tahun atau lebih,tinggal di wilayah pedesaan, berpendidikan rendah, berasal dari rumah tangga miskin dan tidak berperandalam pengambilan keputusan rumah tangga (Tabel 15).

    Hasil analisis determinan jumlah anak ideal menunjukkan bahwa jumlah anak masih hidup, pendidikan danindeks kekayaan mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap peluang ingin mempunyaitiga (3) orang anak atau kurang (Tabel 16). Pengujian model secara keseluruhan menghasilkan statistik Gsebesar 4665,5 yang signifikan pada p = 0,000. Setelah dikontrol terhadap pengaruh faktor-faktor lain,umur, lama menikah, tempat tinggal dan peran istri dalam pengambilan keputusan rumah tangga tidakmempengaruhi pemilihan jumlah anak ideal. Hasil ini mengindikasikan bahwa pengalaman fertilitas danakses terhadap informasi dan pelayanan KB melalui pendidikan dan kepemilikan sumber-sumber dayarumah tangga lebih berperan dalam penentuan jumlah anak ideal di kalangan PUS muda.

    Semakin banyak jumlah anak masih hidup, semakin kecil probabilitas ingin mempunyai tiga (3) orang anakatau kurang. Peningkatan jumlah anak masih hidup satu orang akan menurunkan peluang ingin mempunyaitiga (3) orang anak atau kurang sebesar 0,63 kali.

    Pendidikan istri berpengaruh positif terhadap probabilitas ingin mempunyai tiga (3) orang anak atau kurang.Istri PUS muda yang berpendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SD 0,48 kali kurang cenderung dan istriPUS muda berpendidikan tamat SD atau tamat SMP 0,70 kali kurang cenderung untuk mengingini tiga (3)orang anak atau kurang dibandingkan dengan istri PUS muda yang berpendidikan tamat SMA atauperguruan tinggi. Hasil ini mengindikasikan penerimaan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yanglebih baik di kalangan PUS muda yang berpendidikan lebih tinggi.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 35

    Tabel 15Distribusi persentase jumlah anak ideal perempuan kawin usia 15-24 tahun menurut latar belakang

    karakteristik demografi, sosial, ekonomi dan budaya:Indonesia, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

    Jumlah anak idealLatar belakang karakteristik Tiga atau kurang Lebih dari tiga orang

    atau terserah TuhanJumlah (n)

    76,9 23,1 100,0 (814)Umur (tahun)

    15-1920-24 79,6 20,4 100,0 (3.952)

    79,6 20,4 100,0 (4.687)Jumlah anak masih hidup

    0 23 5 47,4 52,6 100,0 (78)

    80,6 19,4 100,0 (3.932)Lama menikah (tahun)

    0 56 14 71,9 28,1 100,0 (834)

    84,1 15,9 100,0 (1.637)Wilayah tempat tinggal

    PerkotaanPedesaan 76,5 23,5 100,0 (3.129)

    66,0 34,0 100,0 (528)78,6 21,4 100,0 (3.138)

    Pendidikan yang ditamatkanTidak sekolah atau tidak tamat SD

    Tamat SD atau tamat SMPTamat SMA atau perguruan tinggi 87,0 13,0 100,0 (1.099)

    68,3 31,7 100,0 (1.167)80,8 19,2 100,0 (2.111)

    Indeks kekayaan rumah tanggaKuintil 1

    Kuintil 2 atau kuintil 3Kuintil 4 atau kuintil 5 85,3 14,7 100,0 (1.488)

    79,4 20,6 100,0 (4.329)Peran dalam pengambilan keputusanrumah tangga

    BerperanTidak berperan 76,0 24,0 100,0 (437)

    Jumlah 79,1 20,9 100,0 (4.766)

    Istri PUS muda dari rumah tangga dengan indeks kekayaan pada kuintil 1 (miskin) 0,63 kali kurangcenderung untuk mengingini tiga (3) orang anak atau kurang dibandingkan istri PUS muda dari rumahtangga kaya. Tidak ada perbedaan yang nyata dalam hal probabilitas mengingini tiga (3) orang anak ataukurang antara istri PUS muda dari rumah tangga dengan kekayaan sedang (kuintil 2 dan kuintil 3) dan istriPUS muda dari rumah tangga kaya (kuintil 4 dan kuintil 5). Hal ini menunjukkan peran kekayaan rumahtangga dalam hal penentuan jumlah anak ideal, dimana yang lebih sejahtera lebih terpapar terhadapperilaku anak sedikit sehingga lebih cenderung mengingini jumlah anak yang lebih sedikit.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA36

    Secara singkat, hasil analisis menunjukkan bahwa peluang mengingini tiga (3) orang anak atau kurang lebihrendah pada PUS muda yang jumlah anak masih hidupnya lebih banyak, yang istrinya berpendidikan tidaksekolah atau tidak tamat SD dan yang berasal dari keluarga miskin.

    Tabel 16Estimasi parameter, kesalahan baku dan rasio kecenderungan model regresi logistik biner

    probabilitas jumlah anak ideal tiga (3) atau kurang:Indonesia, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

    Kovariat Estimasi parameter Kesalahan baku Rasio kecenderunganIntersep 2,059 0,166 7,835

    -0,167 0,104 0,846Umur (tahun)

    15-1920-24 - - 1,000

    Jumlah anak masih hidup*** -0,462 0,068 0,630Lama kawin (tahun) 0,024 0,020 1,024

    0,152 0,092 1,165Wilayah tempat tinggal

    PerkotaanPedesaan - - 1,000

    -0,741 0,145 0,477-0,361 0,109 0,697

    Pendidikan yang ditamatkanTidak sekolah atau tidak tamat SD***

    Tamat SD atau SMP**Tamat SMA atau perguruan tinggi - - 1,000

    -0,628 0,115 0,534-0,144 0,100 0,866

    Indeks kekayaan rumah tanggaKuintil 1***

    Kuintil 2 atau kuintil 3Kuintil 4 atau kuintil 5 - - 1,000

    0,226 0,123 1,254Peran dalam pengambilan keputusanrumah tanggaBerperanTidak berperan - - 1,000Keterangan: *Signifikan pada p= 0,05; ** signifikan pada p= 0,01; ***signifikan pada p=0,000;

    - kategori acuan.

    Ringkasan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku KB disajikan pada Tabel 17.

  • PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA 37

    Tabel 17Ringkasan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku KB PUS


Recommended