PENGARUH SELF-REGULATED LEARNING DAN DUKUNGAN SOSIAL
TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
HERDIATI
NIM: 206070004176
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Don’t wait.............................
The time will never be just right.”
(Napoleon Hill)
"Manfaatkanlah waktu sebaik-baiknya karena
waktu sangat berharga”
(anonim)
PERSEMBAHANKU:
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
ibu dan bapakku, Teteh, Aa, dan Adikku, Guru-guruku
serta orang-orang yang kusayangi.
v
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) Juli 2014
(C) Herdiati
(D) Pengaruh Self-Regulated Learning dan Dukungan Sosial Terhadap Prokrastinasi
Akademik Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
(E) xii + 84 halaman + lampiran
(F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh self regulated learning dan
dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan hasil uji regresi disimpulkan bahwa
secara menyeluruh ada pengaruh yang signifikan dimensi kognitif, motivasi,
perilaku dari self regulated learning dan dimensi emosional, penghargaan,
instrumental, informatif dari variabel dukungan sosial serta jenis kelamin
terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Selain itu varibel tersebut secara bersama-sama memberikan kontribusi
sebesar20,7% terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa, sedangkan 79,3 %
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi
berganda. Data diperoleh melalui angket yang disebar kepada 248 orang
mahasiswa psikologi UIN yang diambil dengan teknik non-probability sampling.
Hasil uji hipotesis minor yang menguji ke tiga dimensi dari self regulated learnig
yang berpengaruh terhadap prokrastinasi adalah motivasi dan perilaku. motivasi
diperoleh koefisien regresi sebesar - 0,198 dengan signifikansi sebesar 0, 022 (p
<0.05). Sedangkan perilaku diperoleh koefisien regresi sebesar - 0,182 dengan
signifikansi sebesar 0, 028 (p < 0.05). Dan dari dukungan sosial yang
berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik adalah dukungan informatif
diperoleh koefisien regresi sebesar 0.187 dengan signifikansi sebesar 0,033 (p <
0.05)., selain itu variabel dimensi jenis kelamin juga memiliki pengaruh terhadap
prokrastinasi akademik,diperoleh koefisien regresi sebesar - 4,173 dengan
signifikansi sebesar 0,002 (p < 0.05).
(G) Bahan bacaan 39 (1984-2013): Buku: 18 + Jurnal: 17 + Tesis: 1 + Skripsi: 3
KATA PENGANTAR
Assalamu`allaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh self-regulated learning dan dukungan
sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta”. Shalawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat
merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Abdul Mujib
M.Ag,M.Si beserta seluruh wakil dekan yang telah membantu dan memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan kegiatan penelitian.
2. Ibu Dra. Diana Mutiah, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
arahan, motivasi dan bimbingan yang sangat berarti dengan segenap
kesabarannya, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan maksimal.
3. Bapak Dr.Abd.Rahman Shaleh, M.Si, yang telah memberikan arahan, bimbingan,
nasehat dan saran-saran selama mengikuti perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
4. Pembimbing akademik Ibu Yunita Faela Nisa, M.Psi.Psi yang telah membimbing
penulis selama perkuliahan.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu selama mengikuti
perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi.
6. Staf akademik, bagian umum, dan petugas perpustakaan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
membantu penulis untuk melakukan kegiatan penelitian, kususnya kepada Bapak
Ayung yang dengan ikhlas selalu membantu dan melayani penulis.
7. Saudara - saudaraku tercinta kakak-kakak dan adik - adikku serta ponakan-
ponakanku yang telah banyak memberikan dorongan, semangat, kasih sayang
dan khususnya kepada Abangku tercinta Edi Darnadi, Hardita, Detyawarman
dan adikku tercinta Permadi yang telah banyak membantu baik secara moril
maupun materiil demi lancarnya penyusunan skripsi ini.
8. Saudaraku yang kusayangi Linni Nasoetion dan Don yang selalu memberikan
semangat, doa, bantuan moril, juga materiil.
9. Teman-temanku Nur, Teti, Iin, Asep dan Deni, dukungan kalian semua sangat
berarti.
Penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya.Mudah-mudahan penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya, terutama untuk penulis sendiri. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan penelitian ini.
Semoga Allah Subhanawata`ala memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semuanya, Aamiin Yaa Mujibassa`ilin.
Jakarta 15 Agustus 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... iii
ABSTRAK................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR............................................................................................... vii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................. 6
1.2.1.. Pembatasan Masalah........................................................... 6
1.2.2. Perumusan Masalah............................................................ 7
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................... 7
1.3.1. Tujuan Penelitian................................................................ 7
1.3.2. Manfaat Penelitian.............................................................. 8
1.4. Sistematika Penulisan...................................................................... 8
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Prokrastinasi Akademik................................................................. 10
2.1.1. Pengertian Prokrastinasi..................................................... 10
2.1.2. Prokrastinasi Akademik..................................................... 11
2.1.3. Teori Perkembangan Prokrastinasi akademik.................... 12
2.1.4. Bentuk-bentuk Prokrastinasi.............................................. 15
2.1.5. Dimensi-dimensi Prokrastinasi akademik.......................... 17
2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi
Akademik........................................................................... 18
2.2. Self-Regulated Learning................................................................. 24
2.2.1. Definisi Self-Regulated Learning....................................... 24
2.2.2. Dimensi-dimensi Self-Regulated Learning........................ 26
2.3. Dukungan Sosial............................................................................ 28
2.3.1. Pengertian Dukungan Sosial.............................................. 28
2.3.2. Dimensi-dimensi Dukungan Sosial.................................... 29
2.4. Kerangka Berpikir.......................................................................... 32
2.5. Hipotesis Penelitian........................................................................ 34
2.5.1. Hipotesis Mayor................................................................. 34
2.5.2. Hipotesis Minor.................................................................. 34
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................... 36
3.2. Teknik Pengambilan Sampel......................................................... 36
3.3. Variabel Penelitian........................................................................ 36
3.3.1. Identifikasi Variabel........................................................... 36
3.3.2. Prokrastinasi Akademik..................................................... 37
3.3.2.1. Definisi Operasional Prokrastinasi Akademik…. 37
3.3.2.2. Alat Ukur Prokrastinasi Akademik...................... 38
3.3.3. Self-Regulated Learning..................................................... 39
3.3.3.1. Definisi Operasional Self-Regulated Learning…. 39
3.3.3.2. Alat Ukur Self-Regulated Learning..................... 39
3.3.4. Dukungan Sosial................................................................ 41
3.3.4.1. Definisi Operasional Dukungan Sosial………… 41
3.3.4.2. Alat Ukur Dukungan Sosial................................. 41
3.4. Prosedur Pengumpulan Data......................................................... 42
3.5. Uji Validitas Konstruk.................................................................. 42
3.5.1. Skala Prokrastinasi Akademik........................................... 44
3.5.2. Skala Self-Regulated Learning.......................................... 46
3.5.2.1. Kognitif................................................................ 47
3.5.2.2. Motivasi................................................................ 48
3.5.2.3. Perilaku................................................................ 50
3.5.3. Skala Dukungan Sosial...................................................... 52
3.5.3.1. Emosional............................................................. 52
3.5.3.2. Penghargaan......................................................... 54
3.5.3.3. Instrumental.......................................................... 55
3.5.3.4. Informatif............................................................. 57
3.6. Metode Analisis Data.................................................................... 59
3.7. Prosedur Penelitian........................................................................ 61
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian............................................. 63
4.1.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin............................. 63
4.2. Uji Hipotesis Penelitian.................................................................. 64
4.2.1. Uji Regresi Berganda......................................................... 64
4.2.2. Pengujian Proporsi Varian Independent Variable.............. 69
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.................................................................................... 73
5.2. Diskusi............................................................................................ 74
5.3. Saran............................................................................................... 79
5.3.1. Saran Teoritis..................................................................... 80
5.3.2. Saran Praktis....................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 82
LAMPIRAN............................................................................................................... 85
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Variabel Penelitian
Tabel 3.2. Nilai tiap jawaban pada skala Prokrastinasi akademik
Tabel 3.3. Blue print Alat Ukur Prokrastinasi
Tabel 3.4. Nilai tiap jawaban pada skala Self- regulated learning
Tabel 3.5. Blueprint Alat Ukur Self- regulated learning
Tabel 3.6. Nilai tiap jawaban pada skala Dukungan sosial
Tabel 3.7. Blueprint Alat Ukur Dukungan sosial
Tabel 3.8. Muatan Faktor Item Prokrastinasi akademik
Tabel 3.9. Muatan Faktor Item Kognitif
Tabel 3.10. Muatan Faktor Item Motivasi
Tabel 3.11. Muatan Faktor Item Perilaku
Tabel 3.12. Muatan Faktor Item Emosional
Tabel 3.13. Muatan Faktor Item Penghargaan
Tabel 3.14. Muatan Faktor Item Instrumental
Tabel 3.15. Muatan Faktor Item Informatif
Tabel 4.1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2. Model Summary
Tabel 4.3. ANOVAa
Tabel 4.4 Coefficientsa
Tabel 4.5 Penghitungan Proporsi Varians Prokrastinasi Akademik
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan kerangka berpikir
Gambar 3.1. Analisis Konfirmatorik dari Faktor Vaiabel Prokrastinasi akademik
Gambar 3.2. Analisis Konfirmatorik Faktor Kognitif
Gambar 3.3. Analisis Konfirmatorik Faktor Motivasi
Gambar 3.4. Analisis Konfirmatorik Faktor Perilaku
Gambar 3.5. Analisis Konfirmatorik Faktor Emosional
Gambar 3.6. Analisis Konfirmatorik Faktor Penghargaan
Gambar 3.7. Analisis Konfirmatorik Faktor Instrumental
Gambar 3.8. Analisis Konfirmatorik Faktor Informatif
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Surat Izin Penelitian
LAMPIRAN B Kuesioner
LAMPIRAN C Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik (CFA)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya
manusia, karena dari sistem pendidikan akan melahirkan sumber daya manusia yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan sebuah bangsa. Kualitas pendidikan yang
merata dan layak, akan menjadikan sebuah negara berkembang dan besar. Salah satu
tempat dimana pendidikan diberikan secara formal adalah perguruan tinggi.
Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan dituntut untuk menghasilkan lulusan
berkualitas dan memiliki keterampilan dalam bidangnya masing-masing.
Mahasiswa sebagai subjek pendidikan di perguruan tinggi tidak terlepas dari
kewajiban mengerjakan tugas-tugas kuliah yang diberikan oleh dosen. Pada
umumnya dalam mengumpulkan tugas-tugas tersebut, dosen memberikan batas
waktu tertentu. Namun pada kenyataannya banyak mahasiswa yang tidak dapat
menyelesaikan pada waktu yang telah ditentukan. Proses belajar di tingkat perguruan
tinggi menuntut mahasiswa untuk lebih mandiri dan disiplin dalam mengatur waktu
dan proses belajarnya. Hal ini berbeda dengan saat mereka masih duduk di tingkat
sekolah menengah dan dibawahnya. Mahasiswa juga dituntut untuk dapat
menyesuaikan, mengatur dan mengendalikan dirinya termasuk saat menghadapi
2
padatnya aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas kuliah yang sulit. Namun banyak
mahasiswa ditemui cenderung menggunakan waktu yang dimiliki untuk sekedar
melakukan aktivitas yang bersifat hiburan daripada harus membaca materi kuliah atau
mengerjakan tugas.
Seseorang yang melakukan penundaan tugas akademiknya, pada saat
mengerjakan tugas tersebut hingga mendekati batas waktu yang ditentukan maka
akan cenderung mengerjakannya dengan ceroboh dan terburu-buru. Hal ini
menunjukkan mahasiswa belum sepenuhnya dapat menghindari prokrastinasi
terhadap tugas-tugas akademik yang menjadi tanggung jawabnya.
Mahasiswa seringkali tidak menyadari jika mereka larut dengan aktivitas yang
bersifat non-akademik sehingga banyak waktu mereka terbuang sia-sia. Namun
demikian, mahasiswa tetap menjalankan kewajiban akademiknya seperti belajar dan
mengerjakan tugas meskipun tidak teratur atau disiplin, kesulitan untuk
berkonsentrasi, kekurangan referensi dan mengabaikan waktu yang tersedia.
Persoalan klasik yang hingga kini tetap ada dalam dunia pendidikan termasuk
dalam perguruan tinggi yaitu masih sering terjadinya prokrastinasi akademik yang
dilakukan oleh mahasiswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan sejumlah ahli bahwa
prokrastinasi akademik adalah fenomena umum yang terjadi pada mahasiswa di
perguruan tinggi selama beberapa dekade (Zeenath, 2012).
Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan untuk menunda dalam memulai atau
menyelesaikan kinerja secara keseluruhan untuk melakukan aktivitas lain yang tidak
berguna, sehingga kinerja menjadi terhambat, tidak pernah menyelesaikan tugas tepat
3
waktu serta sering terlambat dalam menghadiri pertemuan-pertemuan (Solomon &
Rothblum, 1984). Tuckman (2002) mendefinisikan prokrastinasi sebagai ketidak
mampuan pengaturan diri yang mengakibatkan dilakukannya penundaan pekerjaan
yang seharusnya dapat berada dibawah kendali atau penguasaan orang-orang tersebut.
Sekitar 25% sampai dengan 75% dari pelajar melaporkan bahwa prokrastinasi
merupakan salah satu masalah dalam lingkup akademis mereka (Ferrari dalam
Ghufron, 2003). Hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa prokrastinasi
terjadi disetiap bidang kehidupan, salah satunya di bidang akademik. Penelitian
tentang prokrastinasi pada awalnya memang banyak terjadi di lingkungan akademik,
yaitu lebih dari 70% mahasiswa melakukan prokrastinasi. Pada hasil survey majalah
New Statement 26 Februari 1999 juga memperlihatkan bahwa kurang lebih 20%
sampai dengan 70% pelajar melakukan prokrastinasi (Yuanita dalam Aini, 2010).
Penelitian tentang prokrastinasi akademik juga telah dilakukan di Indonesia dan
menghasilkan hasil penelitian yang beragam. Hasil penelitian oleh Tondok (2008)
terhadap 95 orang mahasiswa Fakultas Psikologi salah satu universitas di Surabaya
menunjukkan tingkat prokrastinasi akademik paling banyak dalam kategori sedang
yaitu sebanyak 45,3% atau 43 orang. Hal itu senada dengan pernyataan Steel (dalam
Burka & Yuen, 2008) mengemukakan salah satu dari empat faktor yang dapat
meningkatkan kecenderungan seseorang untuk melakukan prokrastinasi adalah
kesulitan untuk mengatur diri (self-regulation). Selain itu Fischer (1999) menyatakan
bahwa masalah utama pada prokrastinasi adalah ketidak mampuan memperkirakan
jumlah waktu yang dibutuhkan dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu,
4
dibutuhkan suatu usaha aktif dan mandiri oleh mahasiswa untuk membantunya
mengarahkan proses belajar pada tujuan belajar yang ingin dicapai, yang disebut
dengan self-regulated learning.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Savira dan Yudi (2012)
disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara self-regulated
learning dengan prokrastinasi akademik. Penelitian tersebut sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Senegal, et al (1995) yang menyatakan bahwa self-
regulated learning berhubungan dengan perilaku prokrastinasi akademik pelajar
dengan sumbangan sebesar 25%.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ishtifa (2011) terhadap 200
mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyimpulkan bahwa banyak
mahasiswa yang memiliki kemampuan self-regulated learning yang rendah. Hal ini
mengakibatkan ketidak mampuan mahasiswa untuk memonitor, mengatur dan
mengontrol kognisi, motivasi dan perilakunya dalam proses belajar.
Self-regulated learning adalah proses aktif dan konstruktif mahasiswa dalam
menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor,
meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi dan perilaku, yang kemudian semuanya
diarahkan dan didorong oleh tujuan dan mengutamakan konteks lingkungan.
Zimmerman (dalam Schunk et al, 2008) mendefinisikan self-regulated learning
proses dimana mahasiswa mengaktifkan dan mengendalikan kognisi-kognisi,
perilaku-perilaku, dan perasaan-perasaan yang secara sistematis berorientasi pada
pencapaian tujuan.
5
Prokrastinasi pada mahasiswa juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor
eksternal seperti faktor SES (status ekonomi sosial), keluarga atau pola asuh
orangtua, peer group, sibuk bekerja, kurangnya informasi yang diperoleh, kurang
atau tidak adanya dukungan moral dan spiritual dari Significant Others, dan
sebagainya (Ferrari & Ollivete dalam Husetiya, 2010).
Menurut Sarafino (2011) dukungan sosial adalah suatu dorongan yang
dirasakan, penghargaan, dan kepedulian yang diberikan oleh orang-orang yang berada
di sekeliling individu sehingga dukungan yang dirasakan akan sangat penting.
Dukungan sosial adalah pemberian informasi baik secara verbal maupun non-verbal,
pemberian bantuan tingkah laku atau pemberian materi yang menuntut seseorang
meyakini bahwa dirinya diurus dan disayang.
Mahasiswa dengan dukungan sosial yang lebih tinggi akan memiliki pikiran
lebih positif terhadap situasi sulit dibandingkan dengan individu atau mahasiswa yang
memiliki tingkat dukungan sosial yang rendah. Dukungan sosial yang diterima dapat
membuat individu merasa tenang, diperhatikan, percaya diri, dan kompeten.
House (dalam Smet, 1994) membedakan empat jenis atau dimensi dukungan sosial:
a. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap orang yang bersangkutan (misalnya: umpan balik, penegasan).
b. Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif
untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang-orang lain, seperti
6
misalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya
(menambah penghargaan diri).
c. Dukungan instrumental, mencangkup bantuan langsung, seperti kalau orang-orang
memberi pinjaman uang kepada orang itu atau menolong dengan pekerjaan pada
waktu mengalami stress.
d. Dukungan informatif, mencangkup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-
saran atau umpan balik.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi
akademik pada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta”.
1.2. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1. Pembatasan Masalah
Agar tidak meluas penelitian ini dibatasi hanya pada variabel-variabel yang
diteliti, yaitu prokrastinasi akademik sebagai dependent variabel dengan self-
regulated learning dan dukungan sosial sebagai independent variabel. Adapun
definisi variabel-variabel tersebut sebagai berikut:
1. Prokrastinasi yang dimaksud adalah penundaan yang sering dilakukan ketika
memulai atau menyelesaikan tugas tepat pada waktunya (Ferrari dalam Husetiya,
2010 ).
2. Self-regulated learning adalah proses dimana mahasiswa mengaktifkan dan
mengendalikan kognisi - kognisi, motivasi, dan perilaku - perilaku, yang secara
7
sistematis berorientasi pada pencapaian tujuan (Wolters, 2003).
3. Dukungan sosial adalah sebuah kepedulian perhatian dorongan positif, bantuan
langsung, pemberian nasehat dan petunjuk yang diterima individu dari orang
sekitarnya (House dalam Smet, 1994).
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah disampaikan diatas, maka dapat
dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara self-regulted learning dan dukungan
sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ?
2. Berapa besar sumbangsih masing-masing dimensi self-regulted learning terhadap
prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta ?
3. Berapa besar sumbangsih masing-masing dimensi dukungan sosial terhadap
prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. TujuanPenelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh self-regulted learning
dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8
1.3.2. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan
dibidang psikologi khususnya psikologi pendidikan, mengenai prokrastinasi
2. Manfaat Praktis :
Penelitian yang dilakukan terhadap Mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta diharapkan dapat memberikan masukan kepada
mahasiswa, para pendidik (Dosen) dan pihak fakultas atau universitas untuk
melakukan tindakan antisipasi agar tidak terjadinya prokrastinasi pada tugas
akademik.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi atas lima bab, yaitu sebagai
berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini akan memuat latar belakang permasalahan, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB 2 KAJIAN TEORI
Didalam bab ini akan dibahas sejumlah teori prokrastinasi, self-regulated learning,
dan dukungan sosial serta kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel,
populasi dan sampel, pengumpulan data, uji validitas konstruk, metode analisis data
9
dan prosedur penelitian.
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
Bab ini akan memuat presentasi dan analisis data yang terdiri dari gambaran umum
responden dan hasil uji hipotesis.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan menyimpulkan
hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini dipaparkan beberapa kajian teori diantaranya mengenai prokrastinasi,
self-regulated learning, dan dukungan sosial serta kerangkan berpikir dan hipotesis.
2.1. Prokrastinasi Akademik
2.1.1. Pengertian Prokrastinasi
Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan
pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus yang
berarti keputusan hari esok, atau jika diartikan menjadi menangguhkan atau
menunda-nunda sampai hari berikutnya (Knaus, 1994). Ferrari (1995) prokrastinasi
adalah penundaan yang sering dilakukan ketika memulai atau menyelesaikan tugas
tepat pada waktunya.Ia juga menegaskan bahwa prokrastinasi adalah sebagai suatu
penundaan yang tidak perlu dilakukan untuk suatu tugas.
Burka dan Yuen (2008) mengemukakan penundaan yang dikategorikan
sebagai prokrastinasi apabila penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan atau
pola menetap yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi tugas dan
penundaan tersebut disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irrasional
dalam memandang tugas.Solomon dan Rothblum (1984) juga mengungkapkan bahwa
suatu penundaan dikatakan sebagai prokrastinasi, apabila penundaan itu dilakukan
pada tugas yang penting, secara subyektif dirasakan oleh seseorang
prokrastinator.
11
Douglass ( dalam Timpe, 2000 ) menyatakan bahwa prokrastinasi dapat
menyebabkan kebiasaan, sebab akan menimbulkan prokrastinasi selanjutnya. Senada
dengan pendapat diatas Burka dan Yuen (2008) menjelaskan bahwa para
prokrastinator tanpa disadari akan selalu mengulang penundaan yang dilakukan dan
pada akhirnya terjebak dalam “the cycle of procrastination” (lingkaran atau roda
prokrastinasi).
2.1.2. Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi dapat dilakukan pada semua jenis area atau pekerjaan (Burka &
Yuen, 2008). Prokrastinasi pada area atau bidang akademik yang pada umumnya
biasa dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa disebut prokrastinasi
akademik.Prokrastinasi akademik dan non-akademik sering menjadi istilah yang
digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas yang cenderung sering
ditunda oleh prokrastinator.
Prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis
tugas non-formal atau tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari,
misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial, maupun tugas kantor (Ferrari, 1995),
sedangkan prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada
tugas-tugas formal yang berhubungan dengan jenis tugas akademik atau kinerja
akademik, contohnya menulis paper, membaca buku-buku pelajaran, mengetik
makalah, mengikuti tugas perkuliahan, mengerjakan tugas sekolah, belajar untuk
ujian, maupun membuat karya ilmiah, misalnya membuat skripsi (Aitken dalam
Ferrari, 1995).
12
Senada dengan pernyataan tersebut Burka dan Yuen (1983) mengemukakan
tugas-tugas akademik yang sering diprokrastinasi antara lain: menghadiri kelas,
mengerjakan pekerjaan rumah (PR), menulis paper, belajar untuk ujian, konsultasi
dengan guru atau advisor, dan melengkapi program kelulusan (menyelesaikan karya
ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, presentasi).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi
tugas akademik adalah kecenderungan menunda-nunda untuk memulai maupun
menyelesaikan tugas akademik tepat waktu.
2.1.3. Teori Perkembangan Prokrastinasi Akademik
Terdapat beberapa teori perkembangan yang menyangkut tentang
prokrastinasi akademik, yaitu:
a. Psikodinamik
Penganut psikodinamik beranggapan bahwa pengalaman masa kanak-kanak
akan mempengaruhi perkembangan proses kognitif seseorang ketika dewasa,
terutama trauma. (Ferrari, 1995). Seseorang yang pernah mengalami trauma akan
suatu tugas tertentu, misalnya gagal menyelesaikan tugas sekolahnya, akan cenderung
melakukan prokrastinasi ketika seseorang tersebut dihadapkan lagi pada suatu tugas
yang sama.
Seseorang tersebut akan teringat kepada pengalaman kegagalan maupun
perasaan tidak menyenangkan yang pernah dialami seperti masa lalu, sehingga
seseorang menunda mengerjakan tugas sekolah, yang dipersepsikannya akan
mendatangkan perasaan seperti masa lalu.
13
Menurut Freud (dalam Ferrari, 1995) berkaitan konsep tentang penghindaran
dalam tugas mengatakan bahwa seseorang yang dihadapkan tugas yang mengancam
ego pada alam bawah sadar akan menimbulkan ketakutan dan kecemasan.
Perilaku penundaan atau prokrastinasi merupakan akibat dari penghindaran
tugas dan sebagai mekanisme pertahanan diri. Bahwa seseorang secara tidak sadar
melakukan penundaan, untuk menghindari penilaian yang dirasakan akan
mengancam, keberadaan ego atau harga dirinya. Akibatnya tugas yang cenderung
dihindari atau yang tidak diselesaikan adalah jenis tugas yang mengancam ego
seseorang, misalnya tugas-tugas di sekolah, seperti tercermin dalam perilaku
prokrastinasi akademik, sehingga bukan semata ego yang membuat seseorang
melakukan prokrastinasi akademik.
b. Behavioristik
Penganut psikologi behavioristik beranggapan bahwa perilaku prokrastinasi
akademik muncul akibat proses pembelajaran. Seseorang melakukan prokrastinasi
akademik karena dia pernah mendapatkan punishment atas perilaku tersebut.
Seseorang yang pernah merasakan sukses dalam melakukan tugas sekolah
dengan melakukan penundaan, cenderung akan mengulangi lagi perbuatannya.
Sukses yang pernah dia rasakan akan dijadikan reward untuk mengulangi perilaku
yang sama di masa yang akan datang (Ferrari, 1995). McCown dan Johnson (dalam
Ferrari, 1995) menambahkan bahwa adanya obyek lain yang memberikan reward
lebih menyenangkan daripada obyek yang diprokrastinasi, dapat memunculkan
perilaku prokrastinasi akademik.
14
Seseorang yang memandang bermain video game lebih menyenangkan
daripada mengerjakan tugas sekolah, mengakibatkan tugas sekolah lebih sering
diprokrastinasi daripada bermain video game. Disamping reward yang diperoleh,
prokrastinasi akademik juga cenderung dilakukan pada jenis tugas sekolah yang
mempunyai punishment atau konsekuensi dalam jangka waktu yang lebih lama
daripada tugas yang tidak ditunda oleh karena punishment yang akan dihadapi kurang
begitu kuat untuk menghentikan perilaku prokrastinasi, misalnya ketika seseorang
disuruh memilih untuk menunda belajar ujian semester atau menunda untuk
mengerjakan pekerjaan rumah mingguan, maka kecenderungan untuk menunda
belajar untuk ujian semester lebih besar daripada menunda mengerjakan pekerjaan
rumah mingguan, karena resiko nyata yang dihadapi lebih pendek mengerjakan
pekerjaan rumah daripada belajar untuk ujian.
Perilaku prokrastinasi akademik juga bisa muncul pada kondisi lingkungan
tertentu. Kondisi yang menimbulkan stimulus tertentu bisa menjadi reinforcement
bagi munculnya perilaku prokrastinasi. Kondisi yang lenient atau rendah dalam
pengawasan akan mendorong seseorang untuk melakukan prokrastinasi akademik,
karena tidak adanya pengawasan akan mendorong seseorang untuk berperilaku tidak
tepat waktu (Ferrari, 1995).
c. Kognitif dan behavioral-cognitif
Ellis dan Knaus (dalam Ferrari, 1995) memberikan penjelasan tentang
prokrastinasi akademik dari sudut pandang cognitive-behavioral. Prokrastinasi
akademik terjadi karena adanya keyakinan irrasional yang dimiliki oleh seseorang.
15
Keyakinan irrasional tersebut dapat disebabkan oleh suatu kesalahan dalam
mempersepsikan tugas sekolah, seseorang memandang tugas sebagai sesuatu yang
berat dan tidak menyenangkan (aversiveness of the task and fear of failure). Oleh
karena itu seseorang merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tugasnya secara
memadai, sehingga seseorang menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas tersebut.
Menurut Burka dan Yuen (2008) seseorang melakukan prokrastinasi karena
takut akan gagal (Fear of failure). Fear of failure adalah ketakutan yang berlebihan
untuk gagal, seseorang menunda-nunda mengerjakan tugas sekolahnya karena takut
jika gagal menyelesaikannya sehingga akan mendatangkan penilaian yang negatif
akan kemampuannya. Akibatnya seseorang menunda-nunda untuk mengerjakan tugas
yang dihadapinya. Ferrari (1995) menambahkan bahwa seseorang melakukan
prokrastinasi akademik untuk menghindari informasi diagnostik akan
kemampuannya. Prokrastinasi tersebut dilakukan karena seseorang tidak mau
dikatakan mempunyai kemampuan yang rendah atau kurang dengan hasil kerjanya.
Seseorang yang melakukan penundaan akan merasa bahwa bila mengalami kegagalan
atau hasilnya tidak memuaskan, itu bukan karena rendahnya kemampuan, akan tetapi
karena ketidak sungguhannya dalam mengerjakan tugas yang dihadapi, yaitu dengan
menunda-nunda.
2.1.4. Bentuk-bentuk Prokrastinasi
Menurut Ferrari (1995) bentuk-bentuk prokrastinasi ada dua yaitu :
1. Prokrastinasi fungsional (Functional Procrastination), yaitu: penundaan
mengerjakan tugas yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap
16
dan akurat.
2. Prokrastinasi disfungsional (Disfunctional Procrastination) penundaan yang
tidak bertujuan, berakibat jelek dan menimbulkan masalah.
Lebih lanjut ia menjelaskan ada dua bentuk prokrastinasi yang disfunctional
berdasarkan tujuan mereka melakukan penundaan, yaitu decisional procrastination
dan avoidance procrastination. Decisional procrastination adalah suatu penundaan
dalam mengambil keputusan. Bentuk prokrastinasi ini merupakan sebuah anteseden
kognitif dalam menunda untuk mulai melakukan suatu kerja dalam menghadapi
situasi yang dipersepsikan penuh stress.
Prokrastinasi dilakukan sebagai suatu bentuk coping yang digunakan untuk
menyesuaikan diri dalam perbuatan keputusan pada situasi-situasi yang dipersepsikan
penuh stress. Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan dalam
mengidentifikasikan tugas, yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri individu,
sehingga akhirnya seorang menunda untuk memutuskan sesuatu. Sedangkan
Decisional procrastination berhubungan dengan kelupaan, kegagalan proses kognitif,
akan tetapi tidak berkaitan dengan kurangnya tingkat intelegensi seseorang.
Pada avoidance procrastination atau Behavioral procrastination adalah suatu
penundaan dalam perilaku tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu cara untuk
menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan.
Prokrastinasi dilakukan untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan
pekerjaan, yang akan mendatangkan nilai negatif dalam dirinya atau mengancam self
esteem nya sehingga seseorang menunda untuk melakukan sesuatu yang nyata yang
17
berhubungan dengan tugasnya. Avoidance procrastination berhubungan dengan tipe
self presentation, keinginan untuk menjauhkan diri dari tugas yang menantang, dan
implusiveness.
2.1.5. Dimensi-dimensi Prokrastinasi Akademik
Ferrari (1995) menyatakan dimensi-dimensi prokrastinasi akademik adalah
sebagai berikut:
a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi.
Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya
harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi dia menunda-nunda
untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai
tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya.
b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas.
Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama
daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas.
Seorang prokratinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan
diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam
penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang
dimilikinya.Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak
berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai.Kelambanan, dalam arti lambannya
kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam
prokrastinasi akademik.
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.
18
Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering
mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh
orang lain maupun rencana-rencana yang telah dia tentukan sendiri. Seseorang
mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah
ia tentukan sendiri, akan tetapi ketika saatnya tiba dia tidak juga melakukannya sesuai
dengan apa yang telah direncanakan, sehingga menyebabkan keterlambatan maupun
kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai.
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas
yang harus dikerjakan.
Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan
tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang
dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran,
majalah, atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan
sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang
harus diselesaikannya.
2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik
Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik, yang diambil dari
berbagai hasil penelitian dapat dikategorikan menjadi dua macam,yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.
a. Faktor internal, yaitu :
Faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi
19
prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari
individu.
1. Kondisi fisik individu.
Faktor dari dalam diri individu yang turut mempengaruhi munculnya
prokrastinasi akademik adalah berupa keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu
misalnya fatigue. Seseorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan
yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi dari pada yang tidak (Ferrari dalam
Ghufron, 2003).
2. Kondisi psikologis individu.
Prokrastinasi sering dihubungkan dengan persepsi individu terhadap tugas
menyenangkan atau tidak menyenangkan, kekurangan motivasi (Briordy dalam
Ferrari, 1995), paham tentang kesempurnaaan, takut kegagalan (Burka & Yuen,
1983). Beberapa hasil penelitian lain juga menyebutkan aspek-aspek lain pada diri
individu yang ikut mempengaruhi seseorang untuk mempunyai kecenderungan
prokrastinasi, antara lain rendahnya control diri, self-regulation yang kurang
(Wolters, 2003), dan locus of control (Wainer dalam Steel, 2001).
Ferrari dan Morales (2007) menyebutkan bahwa prokrastinasi adalah sesuatu
yang komplek yang berkaitan dengan variabel kepribadian. Ada beragam motif
terjadinya prokrastinasi tetapi motif utamanya adalah takut gagal, tugas yang tidak
menyenangkan, tugas yang sulit, dan membosankan.
Sementara itu, Solomon dan Rothblum (1984) menyatakan bahwa
prokrastinasi lebih dari buruknya manajemen waktu dan kemampuan belajar,
20
termasuk komponen afektif-kognitif.
Ozer, Demir dan Ferarri (2009) menyatakan bahwa alasan seseorang
melakukan prokrastinasi antara lain karena takut gagal (fear of failure), pengambilan
resiko (risk taking), kemalasan (laziness), dan pemberontakan terhadap aturan yang
ada (rebellion against control).
Solomon dan Rothblum (1984) menambahkan bahwa alasan lain, yaitu
ancaman daritugas (task aversiveness), kurangnya penerimaan diri (lack of assertion),
dan kesulitan membuat keputusan (dificulty of making decisions).
Hal lain yang dapat mempengaruhi prokrastinasi adalah locus of control.
menurut Wainer (dalam Steel, 2001) locus of control dapat menjadi penyebab
prokrastinasi, karena berhubungan dengan performa dan motivasi. Prokrastinasi juga
dipengaruhi oleh identitas diri, perfecsionisme, dan penilaian diri sendiri seperti gaya,
identitas, perfectionism, self-consciousness (Ferrari, 1995).
Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi
prokrastinasi secara negatif, di mana semakin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki
individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah kecenderungannya untuk
melakukan prokrastinasi akademik (Briordy, dalam Ferrari, 1995).
b. Faktor eksternal, yaitu:
Faktor - faktor yang terdapat di luar diri individu yang mempengaruhi
prokrastinasi. Faktor - faktor itu antara lain berupa pengasuhan orangtua dan
lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan yang lenient.
1. Gaya pengasuhan orangtua.
21
Hasil penelitian Palegrina, Linares, dan Casanova (dalam Hampton, 2005)
mengemukakan bahwa pada dewasa awal yang mempunyai orang tua lebih
demokratis atau permisive memiliki skor yang lebih tinggi dalam performa akademik,
motivasi akademik, kompetensi akademik, dan keberhasilan akademik.
Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (Ferrari, 1995) menemukan bahwa tingkat
pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku
prokrastinasi berbeda dengan pengasuhan otoriter, orangtua yang mendidik anaknya
dengan demokratis akan menyebabkan timbulnya sikap asertif karena anak merasa
diberi kebebasan dalam mengekspresikan diri sehingga memunculkan rasa percaya
diri.
2. Kondisi lingkungan yang lenient.
Kondisi lingkungan yang tingkat pengawasannya rendah atau kurang akan
menyebabkan timbulnya kecenderungan prokrastinasi dibandingkan dengan
lingkungan yang penuh pengawasan (Burka &Yuen, 2008).
2. Tugas yang terlalu banyak
Burka dan Yuen (2008) menjelaskan bahwa prokrastinasi terjadi karena tugas-
tugas yang menumpuk terlalu banyak dan harus segera dikerjakan. Pelakasanaaan
tugas yang satu dapat menyebabkan tugas yang lain tertunda .
3. Reward dan punishment
Menurut McCown dan Jonhson (dalam Ferrari, 1995) adanya objek lain yang
memberikan reward lebih menyenangkan daripada objek yang di prokrastinasi dapat
memunculkan prokrastinasi akademik.
22
Disamping reward yang diperoleh prokrastinasi, prokrastinasi akademik juga
cenderung dilakukan pada jenis tugas sekolah yang mempunyai punishment atau
konsekuensi dalam jangka waktu yang lebih lama dari pada tugas yang memiliki
jangka waktu yang lebih pendek.
Steel (dalam Burka & Yuen, 2008) mengemukakan empat faktor yang dapat
meningkatkan kecenderungan seseorang untuk melakukan prokrastinasi:
1. Percaya diri yang rendah terhadap kemampuan sendiri untuk berhasil.
2. Mengira bahwa proses dan hasil tidak akan menyenangkan.
3. Ganjaran (reward) terlalu jauh untuk di capai.
4. Mengalami kesulitan untuk mengatur diri (self-regulation), termasuk sangat suka
bertindak sesuai dengan desakan hati (impulsiveness) dan mudah terganggu
(distractibility).
Selain faktor-faktor yang tersebut prokrastinasi juga di pengaruhi oleh faktor-
faktor lain, sebagaimana yang dijelaskan oleh para ahli sebagai berikut:
Menurut Burka dan Yuen (1983) terbentuknya tingkah laku prokrastinasi dipengaruhi
oleh faktor-faktor antara lain :
a. Kecemasan terhadap evaluasi yang akan diberikan,
b. Kesulitan dalam mengambil keputusan,
c. Pemberontakan terhadap kontrol dari figur otoritas,
d. Kurangnya tuntutan dari tugas,
e. Standar yang terlalu tinggi mengenai kemampuan individu.
Menurut Spillane (2003), sumber prokrastinasi dapat berupa:
23
1. Ketakutan akan kegagalan karena sasaran tidak realistis
Prokrastinasi dilakukan untuk melindungi diri dari kemungkinan merasakan
kegagalan dan menurukan tingkat pengharapan atau standar yang diberikan oleh
lingkungan.
2. Ketakutan akan keberhasilan
Ketika seseorang melakukan suatu tugas dengan baik, mungkin ia akan berpikir
ketika diberi tugas selanjutnya ia akan mendapatkan pengharapan yang lebih yang
akan memberikan konsekuensi pemberian tanggung jawab tambahan.
3. Ungkapan penolakan atau pemberontakan
Prokrastinasi menjadi sebuah respon atau perlawanan dari jadwal yang padat,
pengharapan, standar, dan pengharapan.Pengharapan dapat berasal dari orang tua
dan rekan-rekan.
4. Kurangnya kecakapan dalam memecahkan masalah
Sebagian orang terlalu banyak memikirkan tindakan apa yang harus diambil,
sehingga mereka harus berjalan ditempat. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan diri
yang seringkali disebabkan oleh didikan orang tua yang selalu memutuskan segala
sesuatu untuk anak.
5. Sikap perfeksionistik (menuntut kesempurnaaan)
Seseorang yang perfeksionis menuntut segalanya serba sempurna dan terkadang
memilikiharapan yang tidak realistik. Perfeksionisme membuat seseorang enggan
menyelesaikan tugas karena tidak mampu mencapai standar yang tinggi.
24
2.2. Self-Regulated Learning
2.2.1. Definisi Self-Regulated Learning
Zimmerman (dalam Schunk, 2008) mendefinisikan self-regulated learning is
prosess where by student activate and sustain cognitions, behaviors, and affects that
are systematically oriented toward attainment of their goals. Atau dengan kata lain
proses dimana mahasiswa mengaktifkan dan mengendalikan kognisi-kognisi,
perilaku-perilaku, dan perasaan-perasaan yang secara sistematis berorientasi pada
pencapaian tujuan. Sedangkan Santrock (2008) mendefinisakan self-regulated
learning terdiri dari pembangkitan diri dan pengawasan diri dalam pikiran-pikiran,
perasaan-perasaan, dan perilaku-perilaku agar mencapai suatu tujuan.
Self-regulated learning (pengaturan diri dalam belajar) mencakup kemampuan
strategi kognitif, belajar teknik pembelajaran, dan belajar sepanjang masa. Pendapat
tersebut sejalan dengan pemikiran Schunk & Zimmerman (dalam Winne, 1997) yang
mengkategorikan self-regulated learning sebagai dasar kesuksesan belajar, problem
solving, transfer belajar, dan kesuksesan akademis secara umum. Self-regulated
learning menyangkut penerapan dari model umum regulasi dan regulasi diri (self-
regulation) dalam proses belajar.
Berdasarkan asumsi di atas self-regulated learning adalah proses aktif dan
konstruktif dengan jalan siswa menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan
berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan
perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan
disesuaikan dengan konteks lingkungan (Pintrich, dalam Wolters, et al 2003).
25
Pemaparan definisi diatas sejalan dengan definisi Zimmerman (1989) yang
memaparkan secara umum bahwa self-regulated learning pada siswa dapat
digambarkan melalui tingkatan atau derajat yang meliputi keaktifan berpartisipasi
baik itu secara metakognisi, motivasional, maupun perilaku dalam proses belajar.
Zimmerman (dalam Montalvo & Torres, 2004), telah memberikan gambaran
perbedaan karakteristik antara mahasiswa yang menerapkan dan tidak menerapkan
self-regulation dalam proses belajarnya akan diuraikan sebagai berikut:
a. Mengetahui cara menggunakan serangkaian strategi kognitif yang membantu
dalam mentransformasi, mengorganisasi, mengelaborasi, dan menemukan kembali
informasi.
b. Mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol, dan mengatur proses mental
menjadi prestasi dari tujuan individu (metakognisi).
c. Mampu menentukan keyakinan motivasi dan emosi yang tepat.
d. Merencanakan waktu dan usaha yang akan digunakan untuk mencapai tujuan.
e. Melakukan peningkatan yang menunjukkan usaha terbaik dalam proses belajar.
f. Mampu menjalani kondisi yang menuntut serangkaian strategi, yang bertujuan
mempertahankan konsentrasi, usaha, dan motivasi selama melakukan tugas
akademis.
Peneliti menyimpulkan bahwa definisi self-regulated learning adalah proses aktif dan
konstruktif mahasiswa dalam menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan
berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan
26
perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan
mengutamakan konteks lingkungan.
2.2.2. Dimensi-dimensi Self-Regulated Learning
Self-regulation merupakan fundamen dalam proses sosialisasi dan melibatkan
perkembangan fisik, kognitif dan emosi (Papalia, 2001). Mahasiswa dengan self-
regulation pada tingkat yang tinggi akan memiliki kontrol yang baik dalam mencapai
tujuan akademisnya.
Self-regulation yang diterapkan dalam self-regulated learning, mengharuskan
mahasiswa fokus pada proses pengaturan diri guna memperoleh kemampuan
akademisnya. Menurut Zimmerman (1989),self-regulated learning terdiri atas
pengaturan dari tiga aspek umum pembelajaran akademis, yaitu kognisi, motivasi dan
perilaku.
Sesuai dimensi di atas, selanjutnya Wolters (2003) menjelaskan secara rinci
penerapan strategi dalam setiap dimensi self-regulated learning sebagai berikut:
Pertama, strategi untuk mengontrol atau meregulasi kognisi meliputi macam-
macam aktivitas kognitif dan metakognitif yang mengharuskan individu terlibat
untuk mengadaptasi dan mengubah kognisinya.Strategi pengulangan (rehearsal),
elaborasi (elaboration / menggunakan kalimatnya sendiri untuk merangkum materi).
Kedua, strategi untuk meregulasi motivasi melibatkan aktivitas yang penuh
tujuan dalam memulai, mengatur atau menambah kemauan untuk memulai,
mempersiapkan tugas berikutnya, atau menyelesaikan aktivitas tertentu atau sesuai
tujuan.Regulasi motivasi adalah semua pemikiran, tindakan atau perilaku dimana
27
siswa berusaha mempengaruhi pilihan, usaha, dan ketekunan tugas akademisnya.
Regulasi motivasi meliputi :
a. mastery self-talk / memuaskan keingintahuan menjadi lebih kompeten.
b. extrinsic self-talk / berpikir untuk memperoleh prestasi lebih tinggi.
c. relative ability self-talk / melakukan usaha yang lebih baik daripada rang lain
d. relevance enhancement / meningkatkan keterhubungan tugas dengan kehidupan
atau minat personal yang dimiliki.
e. situasional interest enhancement / menggambarkan aktifitas ketika berusaha,
meningkatkan motivasi.
Ketiga, strategi untuk meregulasi perilaku merupakan usaha individu untuk
mengontrol sendiri perilaku yang nampak. Sesuai penjelasan Bandura
(Zimmerman,1989) bahwa perilaku adalah aspek dari pribadi (person), walaupun
bukan “self” internal yang direpresentasikan oleh kognisi, motivasi dan afeksi.
Meskipun begitu, individu dapat melakukan observasi, memonitor, dan berusaha
mengontrol dan meregulasinya dan seperti pada umumnya aktivitas tersebut dapat
dianggap sebagai self-regulatory bagi individu.Regulasi perilaku meliputi regulasi
usaha (effort regulation), waktu dan lingkungan (time/ study environment), dan
pencarian bantuan (help-seeking).
Peneliti menarik kesimpulan bahwa dimensi self-regulated learning yang akan
dipakai dalam skala pada penelitian meliputi tiga dimensi yang telah dipaparkan oleh
Wolters (2003) yang meliputi dimensi kognitif, motivasi, dan perilaku. Ketiga
28
dimensi tersebut akan digunakan peneliti untuk mengungkap perilaku pada self-
regulated learning.
2.3. Dukungan Sosial
2.3.1. Pengertian Dukungan Sosial
Menurut Sarafino (1998) dukungan sosial adalah suatu dorongan yang
dirasakan, penghargaan, dan kepedulian yang diberikan oleh orang-orang yang berada
di sekeliling individu sehingga dukungan yang dirasakan akan sangat penting.
Dukungan sosial adalah pemberian informasi baik secara verbal maupun non-verbal,
pemberian bantuan tingkah laku atau pemberian materi yang menuntut seseorang
meyakini bahwa dirinya diurus dan disayang.
Dukungan sosial merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk
menerangkan bagaimana hubungan sosial menyumbang manfaat bagi kesehatan
mental atau kesehatan fisik individu.Rook (dalam Smet, 1994) berpendapat dukungan
sosial sebagai satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial.Ikatan sosial
menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan interpersonal.Dukungan
sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, percaya
diri, dan kompeten.
Mahasiswa dengan dukungan sosial yang lebih tinggi akan memiliki pikiran
lebih positif terhadap situasi sulit dibandingkan dengan individu atau mahasiswa yang
memiliki tingkat dukungan sosial yang rendah.
Menurut Ritter (dalam Smet, 1994) dukungan sosial mengacu pada bantuan
emosional, instrumental, dan finansial yang diperoleh dari jaringan sosial seseorang.
29
Dukungan sosial merupakan kenyamanan psikis dan emosional yang diberikan
kepada individu oleh keluarga, teman, rekan, dan yang lainnya.Senada dengan hal
tersebut, Taylor (2003) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertukaran
interpersonal dimana salah seorang memberikan bantuan atau pertolongan kepada
yang lain.
Menurut Schwarzer dan Leppin (dalam Smet, 1994) dukungan sosial dapat
dilihat sebagai fakta sosial atas dukungan yang sebenarnya terjadi atau diberikan oleh
orang lain kepada individu (perceived support) dan sebagai kognisi individu yang
mengacu kepada persepsi terhadap dukungan yang diterima (recived support).
Dukungan sosial bukan sekedar memberikan bantuan tetapi yang paling penting
adalah bagaimana persepsi penerima terhadap makna dari bantuan itu.
Beberapa pengertian tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di
lingkungan dapat menjadi dukungan sosial atau tidak tergantung pada sejauh mana
individu merasakan hal itu sebagai dukungan sosial.
2.3.2. Dimensi-dimensi dukungan Sosial
House (dalam Smet, 1994) membedakan dukungan sosial ke dalam empat
bentuk, yaitu :
a. Dukungan emosional:
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang
bersangkutan
b. Dukungan penghargaan:
Terjadi melalui ungkapan penghargaan positif untuk orang tersebut,dorongan maju
30
atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu.
c. Dukungan instrumental:
Mencakup bantuan langsung sesuai dengan yang dibutuhkan, seperti memberikan
bantuan berupa uang, barang, dan sebagainya.
d. Dukungan informatif:
Mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk,saran ataupun umpan balik.
Sarafino (2011) menyampaikan lima dimensi dukungan sosial, yaitu:
a. Dukungan emosional:
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang
bersangkutan.Dukungan emosional merupakan ekspresi dari afeksi, kepercayaan,
perhatian, dan perasaan didengarkan. Kesediaan untuk mendengarkan keluhan
seseorang akan memberikan dampak positif sebagai sarana pelepasan emosi,
mengurangi kecemasan, membuat individu merasa nyaman, tenteram, diperhatikan,
serta dicintai saat menghadapi berbagai tekanan dalam hidup mereka.
b. Dukungan penghargaan:
Terjadi lewat ungkapan penghargaan yang positif untuk individu, dorongan
maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan
positif individu dengan individu lain, seperti misalnya perbandingan dengan orang-
orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya.
Hal seperti ini dapat menambah penghargaan diri. Melalui interaksi dengan
orang lain, individu akan dapat mengevaluasi dan mempertegas keyakinannya dengan
membandingkan pendapat, sikap, keyakinan, dan perilaku orang lain. Jenis dukungan
31
ini membantu individu merasa dirinya berharga, mampu, dan dihargai.
c. Dukungan instrumental:
Mencakup bantuan langsung, dapat berupa jasa,waktu, atau uang. Misalnya
pinjaman uang bagi individu atau pemberian pekerjaan saat individu mengalami
stres.Dukungan ini membantu individu dalam melaksanakan aktivitasnya.
d. Dukungan informatif:
Mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk,saran-saran, informasi atau
umpan balik. Dukungan ini membantu individu mengatasi masalah dengan cara
memperluas wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi.
Informasi tersebut diperlukan untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah
secara praktis.
Dukungan informatif ini juga membantu individu mengambil keputusan
karena mencakup mekanisme penyediaan informasi, pemberian nasihat,dan petunjuk.
e. Dukungan jaringan sosial :
Mencakup perasaan keanggotaan dalam kelompok. Dukungan jaringan sosial
merupakan perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok, saling berbagi kesenangan
dan aktivitas sosial.
Menurut Defares (dalam Smet, 1994) jenis dukungan yang diterima dan
diperlukan oleh individu tergantung pada keadaan yang penuh tekanan.
Misalnya,dukungan instrumental akan lebih efektif apabila individu berada dalam
keadaan yang penuh kesukaran seperti kemiskinan. Dukungan informatif akan
bermanfaat apabila individu berada dalam kondisi kekurangan pengetahuan dan
32
ketrampilan, dan dalam kondisi yang tidak jelas mengenai suatu persoalan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa bentuk dukungan akan lebih efektif tergantung pada
suatu kondisi tertentu.
2.4. Kerangka Berpikir
Prokrastinasi akademik menjadi fenomena yang selalu ada dalam dunia
pendidikan dan sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar.Beberapa
penelitian mengenai prokrastinasi akademik menunjukkan presentase yang cukup
tinggi yakni 75% melakukan prokrastinasi akademik di perguruan tinggi (Burka &
Yuen, 2008).
Salah satu faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik adalah self-
regulated learning. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wolters (2003) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan antara
prokrastinasi akademik dengan beberapa komponen penting dari self-regulated
learning. Salah satu komponennya adalah kognitif yang dapat digunakan individu
untuk mengontrol kognisi dalam proses belajar.
Rendahnya kemampuan self-regulated learning individu menjadi penyebab
terjadinya prokrastinasi akademik. Self-regulated learning terbagi menjadi tiga
dimensi yaitu kognitif(reherseal, elaboration), motivasi (mastery self-talk, extrinsic
self-talk, relative ability self-talk,relevance enhancement, situational interest
enhancement), dan perilaku (effort regulation, time/ study environment, help-
seeking). Semakin tinggi self-regulated learning yang dimiliki individu maka akan
semakin rendah perilaku prokrastinasi akademik, karena individu yang memiliki self-
33
regulated learning yang baik diharapkan mampu menyeimbangkan peran yang harus
dijalankan dan cenderung lebih mampu mengelola waktu belajarnya dalam
menyelesaikan tugas yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
Rendahnya dukungan sosial yang diterima individu menjadi penyebab
terjadinya prokrastinasi akademik.Dukungan sosial terbagi menjadi empat dimensi
yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,
dukungan informatif. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima individu maka
akan semakin rendah perilaku prokrastinasi akademik, karena individu yang memiliki
dukungan sosial yang baik diharapkan mampu meningkatkan potensi yang ada pada
diri individu untuk meningkatkan prestasi dalam proses belajar.
Selain faktor psikologis, dalam penelitian ini penulis mengikut sertakan faktor
demografis jenis kelamin dalam memprediksi perilaku prokrastinasi akademik
mahasiswa. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ozer (2010) prokrastinasi
akademik lebih sering dilakukan oleh laki-laki daripada perempuan.
Berdasarkan uraian kerangka berpikir, ringkasan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1:
Gambar 2.1
Bagan kerangka berpikir
Self-Regulated
Learning
Kognitif
Dukungan Sosial
Dukungan Instrumental
Prokrastinasi
Akademik
Dukungan Informatif
Dukungan Emosional
Motivasi
Perilaku Jenis Kelamin
Dukungan Penghargaan
34
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan asumsi peneliti terhadap suatu permasalahan yang masih harus
diujikan, maka hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti sebagi berikut :
2.5.1. Hipotesis Mayor
Ha: ada pengaruh yang signifikan self-regulated learning pada dimensi kognitif,
motivasi, perilaku, dan dukungan sosial pada dimensi emosional,
penghargaan, instrumental, informatif serta jenis kelamin terhadap
prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.5.2. Hiopotesis Minor
Ha1: Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi kognitif dari variabel self
regulated learning terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha2: Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi motivasi dari variabel self
regulated learning terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha3: Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi perilaku dari variabel self
regulated learning terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha4: Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi dukungan emosional dari
variabel dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa
psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
35
Ha5: Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi dukungan penghargaan dari
variabel dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa
psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha6: Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi dukungan instrumental dari
variabel dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa
psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha7: Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi dukungan informatif dari
variabel dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa
psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha8: Ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap prokrastinasi
Akademik mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
36
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan metode penelitian yang akan digunakan diantaranya populasi
dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, metode
analisis data, dan prosedur penelitian.
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan data tahun 2014 (bagian akademik fakultas UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta) saat ini tercatat mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 631 orang dari mulai angkatan 2009 hingga 2014 dan Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 248 responden laki-laki maupun
perempuan.
3.2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling yaitu
pengambilan sampel dimana setiap objek penelitian yang diambil tidak memiliki
peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian (Noor, 2012).
3.3. Variabel Penelitian
3.3.1. Identifikasi Variabel
Variabel adalah sesuatu yang bevariasi, terdiri dari variabel terikat (dependent
variable) dan variabel bebas (independent variable). Dependent variabel dalam
penelitian ini adalah prokrastinasi akademik, dan independent variable penelitian ini
37
adalah self-regulated learning berupa kognitif, motivasi, perilaku dan dukungan
sosial berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,
dukungan informatif.variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Dimensi
1. Prokrastinasi Penundaan yang sering dilakukan Penundaan untuk memulai atau
Akademik ketika memulai atau menyelesaikan menyelesaikan tugas
tugas tepat pada waktunya
Keterlambatan dalam mengerjakan
tugas
Kesenjangan waktu antara rencana dan
kinerja aktual
Melakukan aktivitas yang lebih
menyenangkan
2. Self-regulated Mengaktifkan dan mengendalikan Kognitif
learning kognisi-kognisi, motivasi,dan perilaku Motivasi
yang secara sistematis berorientasi Perilaku
pada pencapaian tujuan.
3. Dukungan Sebuah kepedulian, perhatian, dorongan Emosional
sosial positif, bantuan langsung, pemberian Penghargaan
nasihat dan petunjuk yang diterima Instrumental
individu dari orang disekitarnya. Informatif
3.3.2. Prokrastinasi akademik
3.3.2.1. Definisi Operasional Prokrastinasi akademik
Penundaan yang sering dilakukan ketika memulai atau menyelesaikan tugas tepat
pada waktunya.
38
3.3.2.2. Alat Ukur Prokrastinasi Akademik
Skala prokrastinasi akademik ini terdiri dari item favorabel dan unfavorabel dengan
jumlah item sebanyak 23 item dan dalam pengisiannya alat ukur ini menggunakan
skala likert dengan rentangan empat poin, yaitu mulai dari tidak pernah prokrastinasi
hingga selalu prokrastinasi, pilihan jawaban untuk skala prokrastinasi akademik
adalah sebagai berikut:
1. S, apabila subjek merasa Selalu atas pernyataan yang diberikan.
2. HS, apabila subjek merasa Hampir Selalu atas pernyataan yang diberikan.
3. HTP, apabila subjek merasa Hampir Tidak Pernah atas pernyataan yang
diberikan.
4. TP, apabila subjek merasa Tidak Pernah, atas pernyataan yang diberikan.
Dalam setiap jawaban, peneliti memberikan nilai sebagaimana terdapat pada table
3.2:
Tabel 3.2
Nilai Tiap Jawaban Pada Skala Prokrastinasi Akademik
Skala Favorabel Unfavorabel
(S) Selalu 4 1
(HS) Hampir Selalu 3 2
(HTP) Hampir Tidak Pernah 2 3
(TP) Tidak Pernah 1 4
Adapun blue print dari skala prokrastinasi akademik yang disajikan pada table 3.3:
39
Tabel 3.3
Blueprint Alat Ukur Prokrastinasi Akademik
No Dimensi Item
Jumlah Favorabel Unfavorabel
1. Penundaan untuk memulai
maupun menyelesaikan tugas
kuliah
1,2,3,4 5,6 6
2. Keterlambatan dalam
mengerjakan tugas kuliah
7,8 9,10 4
3. Kesenjangan waktu antara
rencana dan kerja aktual
11,12,13 14,15 5
4. Melakukan aktivitas lain yang
lebih menyenangkan daripada
melakukan tugas kuliah yang
harus dikerjakan
16,17,18,19 20,21,22,23 8
Total 13 10 23
3.3.3. Self-Regulated Learning
3.3.3.1 Definisi Operasional Self-regulated learning
Mengaktifkan dan mengendalikan kognisi-kognisi, motivasi dan perilaku-perilaku,
yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian tujuan.
3.3.3.2 Alat Ukur Self-regulated learning
Skala self-regulated learning ini terdiri dari item favorabel dan unfavorabel dengan
jumlah item sebanyak 30 item dan dalam pengisiannya alat ukur ini menggunakan
skala likert dengan rentangan empat poin, dimana pilihan jawabannya terdapat empat
respon jawaban, masing-masing menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan
dengan keadaan yang dirasakan responden. Pilihan jawaban tersebut sebagai berikut:
1. SS, apabila subjek merasa Sangat Setuju atas pernyataan yang diberikan.
2. S, apabila subjek merasa Setuju atas pernyataan yang diberikan.
40
3. TS, apabila subjek merasa Tidak Setuju atas pernyataan yang diberikan.
4. STS, apabila subjek merasa Sangat Tidak Setuju atas pernyataan yang diberikan.
Dalam setiap jawaban, peneliti memberikan nilai sebagaimana terdapat pada table 3.4
Tabel 3.4
Nilai Tiap Jawaban Pada Skala Self- Regulated Learning
Skala Favorabel Unfavorabel
(SS) Sangat Setuju 4 1
(S) Setuju 3 2
(TS) Tidak Setuju 2 3
(STS) Sangat Tidak Setuju 1 4
Adapun blue print dari skala self- regulated learning disajikan pada table 3.5:
Tabel 3.5
Blueprint Alat Ukur Self- Regulated Learning
No Dimensi Indikator Item Jumlah
Favorabel Unfavorabel
1. Kognitif
Rehearsal (mengingat dan mengulang) 1,2 3,4 4
Elaboration (menggunakan kalimatnya untuk
merangkum materi) 5,6 7,8 4
2. Motifasi
Mastery self talk (memuaskan keingintahuan
menjadi lebih kompeten) 9,10,11 12 4
Extrinsic self talk (berpikir untuk memperoleh
prestasi lebih tinggi) 13,14 2
Relative ability self talk (melakukan usaha yang
lebih baik) 15,16 2
Relevance enhancement (meningkatkan
keterhubungan tugas dengan kehidupan) 17,18 2
Situational interest enhancement (meningkatkan
motivasi) 19,20 21 3
3. Perilaku
Effort regulation (meregulasi usaha) 22,23,24 3
Time/Study environment (mengatur waktu untuk
mempermudah proses belajar) 25,26,27 28 4
Help seeking (mencoba mendapatkan bantuan
dari teman sebaya, dosen, dan orang lain) 29 30 2
Total 22 8 30
41
3.3.4. Dukungan sosial
3.3.4.1. Definisi Operasional Dukungan sosial
Sebuah kepedulian perhatian dorongan positif, bantuan langsung, pemberian nasehat
dan petunjuk yang diterima individu dari orang disekitarnya.
3.3.4.2. Alat Ukur dukungan sosial
Skala Dukungan sosial ini terdiri dari item favorabel dan unfavorabel dengan jumlah
item sebanyak 22 item dan dalam pengisiannya alat ukur ini menggunakan skala
likert dengan rentangan empat poin, dimana pilihan jawabannya terdapat empat
respon jawaban, masing-masing menunjukkan kesesuaian pernyataan yang
diberikandengan keadaan yang dirasakan responden.Pilihan jawaban tersebut adalah
sebagai berikut:
1. SS, apabila subjek merasa Sangat Setuju atas pernyataan yang diberikan.
2. S, apabila subjek merasa Setuju atas pernyataan yang diberikan.
3. TS, apabila subjek merasa Tidak Setuju atas pernyataan yang diberikan.
4. STS, apabila subjek merasa Sangat Tidak Setuju atas pernyataan yang diberikan.
Dalam setiap jawaban, peneliti memberikan nilai sebagaimana terdapat pada table
3.6:
Tabel 3.6
Nilai Tiap Jawaban Pada Skala Dukungan Sosial
Skala Favorabel Unfavorabel
(SS) Sangat Setuju 4 1
(S) Setuju 3 2
(TS) Tidak Setuju 2 3
(STS) Sangat Tidak Setuju 1 4
42
Adapun blueprint dari skala dukungan sosial disajikan pada table 3.7:
Tabel 3.7
Blueprint Alat Ukur Dukungan Sosial
No Dimensi Item
Jumlah Favorabel Unfavorabel
1. Dukungan emosional 1,4,6 2,3,5,7 7
2. Dukungan penghargaan 8,10 9,11 4
3. Dukungan instrumental 12,13 14,15 4
4. Dukungan informatif 16,17,19,21 18,20,22 7
Total 11 11 22
3.4. Prosedur Pengumpulan data
Persiapan pertama dalam penelitian ini adalah mempersiapkan instrumen penelitian,
kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data sesungguhnya. Adapun prosedur
pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut:
1. Peneliti menemui responden mahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk meminta kesediannya melakukan penelitian
yangdimulai dari tanggal 23 Juni hingga tanggal 26 Juni 2014 di Kampus 2 UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden.
3. Peneliti mengambil kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden untuk
segera diolah hasilnya.
3.5. Uji Validitas Konstruk
Uji validitas dilakukan dengan CFA (Confirmatory Factor Analysis) untuk pengujian
validitas instrument dengan menggunakan software LISREL 8.80. adapun langkah-
43
langkah yang dilakukan yaitu:
1. Dilakukan uji CFA dengan model unidimensional (satu faktor) dan dilihat nilai chi
square yang dihasilkan. Jika nilai Chi-square tidak signifikan (p > 0,05) berarti
semua item telah mengukur sesuai dengan yang diteorikan, yaitu hanya mengukur
satu faktor saja. Jika ini terjadi maka analisis dilanjutkan ke langkah ketiga, yaitu
melihat muatan factor pada masing-masing item. Namun jika nilai Chi-square
signifikan (p < 0,05), maka diperlukan modifikasi terhadap model pengukuran
yang diuji sesuai langkah kedua berikut ini.
2. Jika nilai Chi-square signifikan, maka dilakukan modifikasi model pengukuran
dengan cara mengestimasi korelasi antar kesalahan pengukuran pada beberapa
item yang mungkin bersifat multidimensional. ini berarti bahwa selain suatu item
mengukur konstruk yang diniati ingin diukur (sesuai teori), juga dapat dilihat
apakah item tersebut mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu hal).
Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran disebabkan untuk saling berkorelasi dan
akhirnya diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan
pada langkah selanjutnya.
1. Setelah diperoleh model pengukuran yang fit unidimensional (satu faktor) maka
dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negative. Jika ada, item tersebut
harus didrop (tidak diikut sertakan dalam skoring).
2. Dengan menggunakan SPSS dan model unidimensional (satu faktor) kemudian
dihitung (diestimasi) nilai skor faktor (true score) bagi setiap orang untuk variabel
yang bersangkutan. dalam hal ini yang dianalisis faktor hanya item yang baik saja.
44
Adapun kriteria item yang baik pada CFA yaitu:
1. Melihat signifikan tidaknya item tersebut mengukur faktornya dengan melihat
nilai t bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah jika t > 1,96
maka item tersebut tidak akan didrop dan sebaliknya.
2. Melihat koefisien muatan faktor dari item. Jika item tersebut sudah diskoring
dengan favorabel (pada skala Likert 1-4), maka nilai koefisien muatan faktor harus
bermuatan positif dan sebaliknya. Apabila item favorabel, namun koefisien
muatan faktor item bernilai negatif, maka item tersebut akan didrop dan
sebaliknya.
3. Terakhir, apakah kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka
item tersebut akan didrop. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa yang
hendak diukur, ia juga mengukur hal yang lain.
3.5.1. Validitas Konstruk Skala Prokrastinasi akademik
Peneliti menguji 23 item, apakah ada yang bersifat satu faktor, artinya benar hanya
mengukur prokrastinasi akademik.Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 1557,73, df = 230, P-Value
= 0,00000, RMSEA = 0,153. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit sebagaimana disajikan pada gambar
3.1:
45
Gambar 3.1
Analisis Konfirmatorik dari Faktor Vaiabel Prokrastinasi Akademik
Pada gambar 3.1, nilai Chi-square menghasilkan P-Value > 0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh
item mengukur satu faktor saja yaitu prokrastinasi.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop
atau tidak.Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.8:
46
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Prokrastinasi Akademik
No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.63 0.06 10.65 V
2 0.49 0.06 8.12 V
3 0.58 0.06 9.80 V
4 0.69 0.06 11.10 V
5 -0.36 0.06 -5.80 X
6 -0.64 0.06 -10.70 X
7 0.16 0.06 2.54 V
8 0.58 0.06 9.77 V
9 -0.65 0.06 -11.14 X
10 -0.41 0.06 -6.60 X
11 0.38 0.06 6.14 V
12 0.48 0.06 7.88 V
13 0.62 0.06 10.73 V
14 -0.66 0.06 -10.74 X
15 -0.44 0.06 -7.30 X
16 0.56 0.06 9.44 V
17 0.64 0.06 10.50 V
18 0.47 0.06 7.63 V
19 0.38 0.06 6.30 V
20 -0.55 0.06 -9.20 X
21 -0.47 0.06 -7.86 X
22 -0.63 0.06 -10.83 X
23 -0.65 0.06 -10.74 X
Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.8 diatas, dapat dilihat bahwa 10 item tidak signifikan (t < 1,96)
dan 10 item koefisiennya bermuatan negatif, dengan demikian pada tahapan ini
ada item yang didrop yaitu item nomor 5,6,9,10,14,15,20,21,22,23. Artinya bobot
nilai pada item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor.
3.5.2. Validitas Konstruk Skala Self-regulated learning
Pada self-regulated learning, peneliti menguji tiga dimensi yang terdiri dari kognitif,
47
motivasi, dan perilaku.
3.5.2.1. Kognitif
Pada kognitif, peneliti menguji delapan item apakah ada yang bersifat satu faktor,
artinya benar hanya mengukur kognitif. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 209,39, df = 20, P-
Value = 0,00000, RMSEA = 0,196. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit sebagaimana
disajikan pada gambar 3.2:
Gambar 3.2
Analisis Konfirmatorik Faktor Kognitif
Pada gambar 3.2 nilai Chi-square menghasilkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan)
artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu
faktor saja yaitu kognitif. Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item
48
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item
tersebut perlu didrop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, sebagaimana disajikan dalam tabel tabel 3.9:
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Kognitif
No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.22 0.06 3.46 V
2 0.78 0.07 8.67 V
3 -0.25 0.06 -3.94 X
4 0.13 0.06 -2.13 X
5 0.68 0.08 8.95 V
6 0.89 0.09 9.96 V
7 -0.16 0.06 -2.44 X
8 -0.13 0.07 1.87 X
Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.9, dapat dilihat bahwa 4 item tidak signifikan (t < 1,96)
dan 3 item koefisiennya bermuatan negatif, dengan demikian pada tahapan ini ada
item yang didrop yaitu item nomor 3,4,7,8. Artinya bobot nilai pada item tersebut
tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor.
3.5.2.2. Motivasi
Pada motivasi peneliti menguji tiga belas item, apakah bersifat mengukur satu faktor
atau tidak. Padai awal analisis yang dilakukan dengan menggunakan Lisrel 8.80,
model satu faktor tidak fit dengan Chi-square = 300,80, df = 65, P-Value =0,00000,
RMSEA = 0,121. Namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana
49
kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit sebagaimana disajikan pada gambar 3.3:
Gambar 3.3
Analisis Konfirmatorik Faktor Motivasi
Pada gambar 3.3 nilai Chi-square menghasilkan P-Value > 0,05 (tidak
signifikan) artinya model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu motivasi. Selanjutnya, dilakukan pengujian hipotesis
nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, sebagaimana disajikan dalam tabel 3.10:
50
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Motivasi
No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
9 0.79 0.06 14.15 V
10 0.69 0.06 12.01 V
11 0.65 0.06 11.09 V
12 -0.08 0.07 -1.21 X
13 0.62 0.06 10.46 V
14 0.58 0.06 9.48 V
15 0.42 0.06 6.54 V
16 0.68 0.06 11.57 V
17 0.71 0.06 11.77 V
18 0.63 0.06 10.63 V
19 0.52 0.06 8.39 V
20 0.51 0.06 8.19 V
21 -0.49 0.06 -7.75 X
Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10, dapat dilihat bahwa 2 item tidak signifikan (t < 1,96)
dan 2 item koefisiennya bermuatan negatif, dengan demikian pada tahapan ini ada
item yang didrop yaitu item nomor 12, 21. Artinya bobot nilai pada item tersebut
tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor.
3.5.2.3. Perilaku
Pada perilaku peneliti menguji sembilan item, apakah ada yang bersifat satu faktor,
artinya benar hanya mengukur perilaku. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 191,08, df = 27, P-
Value = 0,00000, RMSEA = 0,157. Oleh sebab itu peneliti melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan satu
dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit sebagaimana disajikan pada gambar
51
3.4:
Gambar 3.4
Analisis Konfirmatorik Faktor Perilaku
Dari hasil tersebut Chi-square menunjukkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan)
berarti model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu
faktor saja yaitu perilaku. Kemudian peneliti melakukan pengujian hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan
dan sebaliknya, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak,
sebagaimana disajikan dalam tabel 3.11:
52
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Perilaku
No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
22 0.41 0.07 5.45 V
23 0.38 0.08 5.02 V
24 0.60 0.07 8.04 V
25 0.56 0.07 7.71 V
26 0.60 0.07 8.15 V
27 0.58 0.07 7.95 V
28 -0.30 0.08 -3.94 X
29 0.45 0.07 6.04 V
30 -0.05 0.08 -0.61 X
Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.11 dapat dilihat bahwa 2 item tidak signifikan (t < 1,96)
dan 2 item koefisiennya bermuatan negatif, dengan demikian pada tahapan ini ada
item yang didrop yaitu item nomor 28, 30. Artinya bobot nilai pada item tersebut
tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor.
3.5.3. Validitas Konstruk Skala Dukungan sosial
Pada dukungan sosial,peneliti menguji tiga dimensi yang terdiri dari dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif.
3.5.3.1. Dukungan Emosional
Pada dukungan emosional peneliti menguji tujuh item, apakah ada yang bersifat satu
faktor, artinya benar hanya mengukur emosional. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata diperoleh model tidak fit dengan Chi-
square = 23,83, df = 14, P-Value = 0,04801, RMSEA = 0,053. Kemudian dilakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan
53
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, sebagaimana disajikan pada
pada gambar 3.5:
Gambar 3.5
Analisis Konfirmatorik Faktor Emosional
Dari hasil tersebut menunjukkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan) berarti
model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu emosional. Kemudian peneliti melakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan
sebaliknya, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak,
sebagaimana disajikan pada tabel 3.12:
54
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Emosional
No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
1 0.15 0.07 2.25 V
2 -0.58 0.06 -9.66 X
3 -9.59 0.06 -9.80 X
4 0.70 0.06 12.17 V
5 -0.88 0.05 -16.81 X
6 0.47 0.06 7.41 V
7 -0.90 0.05 -17.46 X
Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.12 dapat dilihat bahwa 4 item tidak signifikan (t < 1,96)
dan 4 item koefisiennya bermuatan negatif, dengan demikian pada tahapan ini ada
item yang didrop yaitu item nomor 2,3,5,7. Artinya bobot nilai pada item tersebut
tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor.
3.5.3.2. Dukungan Penghargaan
Pada dukungan penghargaan peneliti menguji empat item, apakah bersifat mengukur
satu faktor atau tidak. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor,diperoleh model fit dengan Chi-square=1, 91, df = 2, P-Value = 0, 38389,
RMSEA = 0,00000.
Gambar 3.6
Analisis Konfirmatorik Faktor Penghargaan
55
Dari hasil tersebut menunjukkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan) berarti
model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu penghargaan. Kemudian peneliti melakukan pengujian hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan
dan sebaliknya, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak,
sebagaimana disajikan pada tabel 3.13:
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item Penghargaan
No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
8 0.59 0.07 8.69 V
9 -0.58 0.07 -8.47 X
10 0.35 0.07 5.09 V
11 -0.87 0.07 -12.15 X
Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.13 dapat dilihat bahwa 2 item tidak signifikan (t < 1,96)
dan 2 item koefisiennya bermuatan hnegatif, dengan demikian pada tahapan ini ada
item yang didrop yaitu item nomor 9,11. Artinya bobot nilai pada item tersebut tidak
akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor.
3.5.3.3. Dukungan Instrumental
Pada dukungan instrumental, peneliti menguji empat item apakah bersifat satu faktor
atau tidak. Dari hasil awal analisis yang dilakukan dengan menggunakan LISREL
8.80, model satu faktor diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square = 23, 07, df = 2,
56
P-value = 0,00001 MRSEA = 0. 207. Kemudian dilakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit, sebagaimana disajikan pada gambar 3.7:
Gambar 3.7
Analisis Konfirmatorik Faktor Instrumental
Dari hasil tersebut menunjukkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan) berarti
model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu Instrumental. Kemudian penulis melakukan pengujian hipotesis nihil
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan
dan sebaliknya, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak,
sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.14:
57
Tabel 3.14
Muatan Faktor Item Instrumental
No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
12 0.37 0.10 3.74 V
13 0.07 0.05 1.26 V
14 -0.34 0.09 3.61 X
15 -1.26 0.27 -4.76 X
Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.14 dapat dilihat bahwa 2 item tidak signifikan (t < 1,96)
dan 2 item koefisiennya bermuatan negatif, dengan demikian pada tahapan ini ada
item yang didrop yaitu item nomor 14,15. Artinya bobot nilai pada item tersebut
tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor.
3.5.3.4. Dukungan Informatif
Pada dukungan informatif , peneliti menguji tujuh item apakah bersifat satu faktor
atau tidak. Dari hasil awal analisis yang dilakukan dengan menggunakan LISREL
8.80, model satu faktor diperoleh model tidak fit dengan Chi-Square = 69, 16, df =
14 , P-value = 0.00000 MRSEA = 0. 126. Oleh sebab itu peneliti melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit sebagaimana
disajikan pada gambar 3.8:
58
Gambar 3.8
Analisis Konfirmatorik Faktor Informatif
Dari hasil tersebut menunjukkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan) berarti
model dengan satu faktor dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu Informatif. Kemudian penulis melakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan
sebaliknya, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak,
sebagaimana disebutkan dalam tabel 3.15:
Tabel 3.15
Muatan Faktor Item Informatif
No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan
16 0.82 0.06 13.42 V
17 0.82 0.06 13.40 V
18 -0.82 0.06 -13.40 X
19 0.37 0.07 5.47 V
20 -0.33 0.07 -4.90 X
21 0.40 0.07 6.02 V
22 -0.44 0.07 -6.46 X
Keterangan : tanda V = signifikan ( t > 1,96), X = tidak signifikan
59
Berdasarkan tabel 3.15, dapat dilihat bahwa 3 item tidak signifikan (t < 1,96)
dan 3 item koefisiennya bermuatan negatif, dengan demikian pada tahapan ini ada
item yang didrop yaitu item nomor 18,20,22. Artinya bobot nilai pada item tersebut
tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor.
3.6. Metode Analisis Data
Penulis mengolah data yang didapat dengan menggunakan teknik statistik multiple
regression analysis (analisis regresi berganda) bertujuan untuk menjawab pertanyaan
pengujian hipotesis penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh signifikan dari
variable bebas (independent variable) yaitu self-regulated learning (kognitif,
motivasi, perilaku) dan dukungan sosial terhadap variabel prokrastinasi akademik
(dependent variable) mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
Y` = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5…+bnXn+e
Keterangan:
Y` = Prokrastinasi akademik
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = Kognitif
X2 = Motivasi
X3 = Perilaku
X4 = Emosional
60
X5 = Penghargaan
X6 = Instrumental
X7 = Informatif
X8 = J.kelamin
bn = sampel ke n
Xn = Variabel ke n
e = Residu
1.R2 (koefisien determinasi berganda)
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien nilai korelasi
berganda antara prokrastinasi akademik mahasiswa Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap self-regulated learning (kognitif,
motivasi, perilaku) dan dukungan sosial. Besarnya prokrastinasi akademik yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda
atau R2.R
2 menunjukkan variasi atau perubahan variabel terikat (Y) disebabkan
variabel bebas (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) atau merupakan perkiraan proporsi varians
dari intense yang dijelaskan oleh self-regulated learning (kognitif,motivasi,perilaku)
dan dukungan sosial.
Untuk mendapatkan R2 digunakan rumusan sebagai berikut :
𝑅2 =𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔𝑆𝑆y
2. Uji F
Untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau tidak, maka
61
digunakan uji F untuk membuktikan hal tersebut menggunakan rumus:
𝐹 =𝑅2/k
(1− 𝑅2)/(N− k − 1)
Dimana k adalah jumlah independent variabel dan N adalah jumlah sampel.Dari hasil
uji F yang dilakukan nantinya dapat dilihat apakah variabel-variabel yang diujikan
memiliki pengaruh terhadap dependent variabel.
3. Uji T
Uji T digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan variabel bebas (X)
signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji ini
digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel bebas (X) benar-benar memberikan
kontribusi terhadap variabel terikat (Y). Uji T ini dilakukan menggunakan rumus
sebagai berikut:
t =b
𝑆b
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar deviasi sampling dari
koefisien b.
Selama uji t, peneliti akan menulis R2. Signifikan tidaknya dilakukan dengan
menggunakan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Seluruh perhitungan
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.
3.7. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :
1. Sebelum turun kelapangan, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti
62
kemudian mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari
sudut pandang teoritis. Tidak hanya itu peneliti juga melakukan studi
pendahuluan guna memperdalam permasalahan yang muncul. Setelah
mendapatkan teori-teori secara lengkap kemudian menyiapkan, membuat, dan
menyusun alat ukur sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
2. Membuat surat ijin penelitian kepada pihak fakultas psikologi dan membuat
surat ijin meminta data populasi mahasiswa/i Psikologi S1 Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang saat ini tercatat aktif kuliah ditahun
2009-2014 kepada bagian akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Menyebarkan angket dengan meminta kesediaan para mahasiswa/i Psikologi
S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang tercatat aktif
kuliah ditahun ajaran 2009-2014 untuk menjadi responden dalam penelitian
ini kemudian peneliti membagikan alat ukur berupa kuesioner kepada
mahasiswa/i Psikologi S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta secara langsung.
4. Setelah mendapatkan data, peneliti memberikan kode dan melakukan scoring
terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden.
5. Setelah selesai skoring, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas dengan
menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis).
Terakhir, setelah mendapatkan data yang diinginkan peneliti kemudian melakukan
pengolahan, pengujian, dan menganalisis data yang sudah didapatkan.
63
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab empat ini peneliti akan membahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
Pembahasan tersebut meliputi gambaran umum subjek, analisis dan hasil uji
hipotesis.
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel yang digunakan
dalam penelitian. populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa/i psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang masih aktif kuliah tahun
angkatan 2009-2014. Dalam penelitian ini tidak semua populasi mahasiswa/i
psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta digunakan sebagai
responden penelitian.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 248
responden laki-laki maupun perempuan.
4.1.1. Responden Berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, responden dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagaimana pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1.
Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
1 Perempuan 171 69%
2 Laki-laki 77 31%
Total 248 100%
64
Jenis kelamin merupakan salah satu indikator yang mengukur prokrastinasi
akademik. Responden berjenis kelamin perempuan diberi nomor 1 sedangkan yang
berjenis kelamin laki-laki diberi dengan nomor 2. Dari tabel diatas maka diketahui
yang berjenis kelamin perempuan sebesar 171 responden dengan presentase 69% dan
yang berjenis laki-laki 31 responden dengan presentase 31%.
4.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Uji Hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing
Independent Variable terhadap Dependent Variable. Untuk hal ini peneliti melakukan
analisis regresi dengan menggunakan SPSS.2.0
Dalam melakukan analisis regresi ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Melihat apakah independent variable berpengaruh signifikan terhadap dependent
variable.
2. Melihat besaran R square untuk mengetahui besaran sumbangan (persentase)
Independent variable terhadap varians pada dependent variable.
3. Melihat signifikan/tidaknya koefisien regresi dari masing-masing Independent
Variable
4.2.1 Uji Regresi Berganda
Langkah pertama peneliti menganalisis besaran R square untuk mengetahui berapa
persen (%) varians pada dependent variable yang dijelaskan oleh independent
variable. Nilai tabel R square dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
65
Tabel 4.2
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .455 a
.207 .181 9.05066
a.Predictors: (Constant), J.kelamin, Kognitif, Instrumental, emosional,
Perilaku, Penghargaan, Motivasi, Informatif
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0.207 atau 20,7 %.
Artinya proporsi varians dari prokrastinasi akademik yang dijelaskan oleh semua
independent variable adalah sebesar 20,7 % sedangkan sisanya 79,3 % dipengaruhi
oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua peneliti menganalisis dampak
dari seluruh independent variable terhadap prokrastinasi akademik. Jika melihat
kolom signifikan (p< 0.05) pada tabel 4.3, maka hipotesis nihil yang menyatakan
tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh variabel independent terhadap
prokrastinasi akademik ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan self-regulated
learning pada dimensi kognitif, motivasi, perilaku, dan dimensi dukungan sosial
emosional, penghargaan, instrumental, informatif serta jenis kelamin terhadap
prokrastinasi akademik pada mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
ANOVAa
Model Sum of aquares df Mean square F Sig.
1 Regression 5121.715 8 640.214 7.816 .000b
Residual 19577.569 239 81.915
Total
66
a. Dependent Variable: Prokras
b. Predictors: (Constant), Jenis Kelamin, Kognitif, Instrumental, Emosional,Perilaku, Penghargaan, Motivasi,
Informatif
Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi tiap independen variabel.Jika
p< 0,05 maka koefisiensi regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa independent
variable tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik.
penyajian hasil koefisien regresi dapat dilihat pada tabel 4.4.Berdasarkan koefisien
regresi pada tabel 4.4, nilai B pada kolom kedua dapat disampaikan persamaan
regresi sebagai berikut :
Tabel 4.4
Coefficientsa
Model
Unstandarized Coefficients
t Sig. Standarized Coefficients
B Std.
Error Beta
1
(Constant) 71.477 4.097 17.447 .000
Kognitif -.019 .076 -.019 -.254 .800
Motivasi -.198 .086 -.198 -2.314 .022
Perilaku -.182 .082 -.182 -2.215 028
Emosional -.119 .072 -.119 -1.662 .098
Penghargaan -.090 .083 -.090 -1.091 .276
Instrumental .050 .070 .050 .717 .474
Informatif .187 .087 .187 2.149 .033
J.kelamin -4.173 1.309 -.193 -3.189 .002
a.Dependent Variable Prokras
(* signifikan)
Dari tabel 4.4, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang
dihasilkan, bisa dilihat dari nilai signifikan pada tabel 4.4. Jika sig < 0,05, maka
Prokrastinasi Akademik = 71,477 - 0,019 Kognitif - 0,198 Motivasi *
- 0,182 Perilaku * - 0.119 emosional - 0,090 Penghargaan + 0,050
Instrumental + 0.187 informatif * - 4,173 J.kelamin * + e
67
koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap prokrastinasi
akademik dan sebaliknya. Dari hasil diatas ada empat koefisien regresi yang
signifikan yaitu motivasi, perilaku, informatif, dan Jenis.kelamin. Sedangkan
kognitif, emosional, penghargaan, instrumental tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa
dari delapan hipotesis minor ada empat yang signifikan dan terdapat empat yang tidak
signifikan.
Nilai koefisien regresi pada tabel 4.4 yang diperoleh masing-masing
independent variable untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Variabel Kognitif
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0, 019 dengan signifikansi sebesar
0,800 (p>0.05 ). Dari hasil tersebut berarti variabel kognitif tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.
2. Variabel Motivasi
Diperoleh koefisien regresi sebesar - 0,198 dengan signifikansi sebesar 0, 022 (p<
0.05 ). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel motivasi secara negatif
berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik.Dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi motivasi maka semakin rendah prokrastinasi akademik mahasiswa.
3. Variabel Perilaku
Diperoleh koefisien regresi sebesar - 0,182 dengan signifikansi sebesar 0, 028 (p<
0.05 ). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel perilaku secara negatif
berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik.Dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi mahasiswa dalam meregulasi dirinya maka semakin rendah mereka
68
melakukan prokrastinasi akademik.
4. Variabel Emosional
Diperoleh koefisien regresi sebesar -0.119 dengan signifikansi sebesar 0, 098
(p>0.05 ). Dari hasil tersebut berarti variabel emosional tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.
5. Variabel Penghargaan
Diperoleh koefisien regresi sebesar - 0,090 dengan signifikansi sebesar 0,276 (p>
0.05). Dari hasil tersebut berarti variabel penghargaan tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.
6. Variabel Instrumental
Diperoleh koefisien regresi sebesar 0,050 dengan signifikansi sebesar 0,474 (p>
0.05). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel instrumental tidak
berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa.
7. Variabel Informatif
Diperoleh koefisien regresi sebesar 0.187 dengan signifikansi sebesar 0,033 (p<
0.05 ). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel informatif secara
signifikan berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik.Dapat disimpulkanbahwa
semakin banyak dukungan sosial berupa informasi yang mahasiswa terima maka
semakin rendah prokrastinasi akademik yang merekalakukan.
8. Variabel Jenis Kelamin
Diperoleh koefisien regresi sebesar - 4,173 dengan signifikansi sebesar 0,002
(p<0.05). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa (p<0.05 ). Dari hasil tersebut
69
menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin secara negatif berpengaruh signifikan
terhadap prokrastinasi akademik. maka hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa
laki-laki maupun mahasiswa permpuan berpengaruh terhadap prokrastinasi
akademik.
Kemudian langkah selanjutnya peneliti menguji penambahan proporsi varians dari
tiap variabel independen jika independent variable tersebut dimasukkan satu persatu
ke dalam analisis regresi.tujuannya adalah untuk melihat penambahan (incremented)
proporsi varians dari tiap independent variable. Dimana independent variable
tersebut akan danalisis secara satu persatu.
4.2.2 Proporsi varians untuk masing-masing variabel independen
Langkah terakhir adalah menganalisis besarnya nilai proporsi varians dari tiap
tiapindependent variable terhadap dependent variable.Pengujian pada tahapan ini
bertujuan untuk melihat apakah signifikan atau tidak penambahan (incremented)
proporsi varians dari tiap independent variable. Dimana independent variable
tersebut akan dianalisis secara satu persatu.
Pada tabel 4.5 kolom pertama adalah independent variable yang di analisis
secara satu persatu. Pada kolom ketiga merupakan total penambahan varians
dependent variable dari tiap independent variable yang dianalisis satu persatu
tersebut. Kolom ke enam merupakan nilai murni varians dependent variable dari tiap
independent variable yang dimasukkan secara satu per satu. Kolom ke tujuh adalah
harga f hitung bagi independent variable yang bersangkutan, kolom df adalah derajat
bebas bagi independent variable yang bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator
70
dan denumerator. Kolom terakhir adalah kolom Sig F Change yang fungsinya untuk
mengetahui signifikansinya. Apabila p< 0,05 maka independent variable memiliki
sambungan yang signifikan. Jika signifikan artinya bahwa penambahan (incremented)
proporsi varians dari independent variable yang bersangkutan, dampaknya signifikan.
Besarnya proporsi varians dari masing-masing independent variable terhadap
prokrastinasi akademik untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Penghitungan Proporsi Varians Prokrastinasi Akademik
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistic
R.
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .251a .063 .059 9.69859 .063 16.584 1 246 .000
2 .357b .127 .120 9.38048 .064 17.968 1 245 .000
3 .380c .145 .134 9.30491 .018 4.996 1 244 .026
4 .394d
.155 .141 9.2664 .011 3.032 1 243 .083
5 .394e
.155 .138 9.2850 .000 .027 1 242 .869
6 .402f
.162 .141 9.26880 .006 1.846 1 241 .175
7 .417g
.174 .150 9.22190 .012 3.458 1 240 .064
8 .455h
.207 .181 9.0506 .034 10.167 1 239 .002
1. Predictors: (Constant), Kognitif
2. Predictors: (Constant), Kognitif, Motivasi
3. Predictors: (Constant), Kognitif, Motivasi, Perilaku
4. Predictors: (Constant), Kognitif, Motivasi, Perilaku, emosional
5. Predictors: (Constant), Kognitif, Motivasi, Perilaku, emosional, Penghargaan
6. Predictors: (Constant), Kognitif, Motivasi, Perilaku, emosional, Penghargaan,Instrumental
7. Predictors: (Constant), Kognitif, Motivasi, Perilaku,emosional,Penghargaan,Instrumental,Informatif
8. Predictors: (Constant), Kognitif, Motivasi, Perilaku, emosional,Penghargaan,Instrumental,
Informatif, Jenis.kelamin
Dari tabel 4.5 dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Variabel Kognitif memberikan sumbangan varians sebesar 6,3% pada prokrastinasi
akademik. Sumbangan ini signifikan dengan F = 16,584 dan df = 1,246, p< 0,05.
71
2. Variabel motivasi memberikan sumbangan varians sebesar 6,4% pada
prokrastinasi akademik. Sumbangan ini signifikan dengan F= 17, 968 dan df =
1,245, p< 0,05.
3. Variabel perilaku memberikan sumbangan varians sebesar 1,8% pada prokrastinasi
akademik. Sumbangan ini signifikan dengan F = 4,996 dan df = 1,244, p< 0,05.
4. Variabel emosional memberikan sumbangan varians sebesar 1,1% pada
prokrastinasi akademik. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F = 3,032 dan df =
1,243, p> 0.05.
5. Variabel penghargaan tidak memberikan sumbangan, dan varians sebesar 0,0%
pada prokrastinasi akademik. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F = 0,027
dan df = 1,242, p> 0.05.
6. Variabel instrumental memberikan sumbangan varians sebesar 0,6% pada
prokrastinasi akademik. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F = 1,846 dan df =
1,241, p> 0.05.
7. Variabel informatif memberikan sumbangan varians sebesar 1,2% pada
prokrastinasi akademik. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F = 3,458 dan df
= 1,240, p> 0.05.
8. Variabel Jenis kelamin memberikan sumbangan varians sebesar 3,4% pada
prokrastinasi akademik. Sumbangan ini signifikan dengan F = 10,167 dan df =
1,239, p< 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat empat variabel, yaitu
kognitif, motivasi, perilaku, dan jenis kelamin yang signifikan terhadap prokrastinasi
72
akademik. Hal ini dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali
dilakukan penambahan independent variable (sumbangan proporsi varians yang
diberikan).Untuk mengetahui independen variabel mana yang memberikan kontribusi
paling besar terhadap dependent variable dapat dilihat dari nilai R2change-
nya.semakin besar maka semakin banyak kontribusi yang diberikan terhadap
dependent variable.
Dari tabel perhitungan proporsi varians prokrastinasi akademik dapat diketahui
bahwa independent variable yang signifikan memberikan kontribusi dari yang
terbesar hingga terkecil yaitu motivasi dengan R2 change 6,4 %, kognitif dengan
R2change 6,3 %, Jenis kelamin dengan R
2 change 3,4 %, perilaku dengan R
2 change
1,8 %
73
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab 5 penulis akan memaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang telah
dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah, “ada pengaruh yang signifikan antara self-regulated learning
(kognitif, motivasi, perilaku) dukungan sosial (emosional, penghargaan, instrumental,
informatif) dan jenis kelamin terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa
psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”. Hal tersebut
ditunjukkan dari hasil uji F sebesar 7,816 yang menguji seluruh independent variable
(IV) terhadap dependent variable (DV) “.
Besarnya pengaruh yang diberikan oleh independent variable secara keseluruhan (
self-regulated learning, dukungan sosial, dan jenis kelamin) terhadap dependent
variable (prokrastinasi akademik) sebesar 20,7 % sedangkan 79,3 % dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian ini. Kemudian dari hasil uji hipotesis minor yang
menguji signifikansi masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variable,
diperoleh empat koefisien regresi yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik
yaitu variabel self-regulated learning (motivasi, perilaku), dukungan sosial
(informatif) dan jenis kelamin.
74
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu:
dimensi kognitif, motivasi, perilaku dari self-regulated learning, dukungan sosial
emosional, penghargaan, instrumental, dan informatif serta jenis kelamin secara
menyeluruh memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik
mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Variabel-
variabel tersebut secara menyeluruh memberikan sumbangsih atau proporsi varians
sebesar 20,7% terhadap prokrastinasi akademik mahasisawa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, sedangkan sisanya 79, 3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti
oleh variabel ini.
Variabel lain yang diduga memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi akademik
mahasiswa antara lain: kepribadian, asertivitas, locus of control, dll. Hal tersebut
didukung oleh pernyataan Ferrari (2007) yang menyebutkan bahwa prokrastinasi
adalah sesuatu yang komplek yang berkaitan dengan variabel kepribadian.Ada
beragam motif terjadinya prokrastinasi tetapi motif utamanya adalah takut gagal,
tugas yang tidak menyenangkan, tugas yang sulit, dan membosankan.
Hal lain yang dapat mempengaruhi prokrastinasi adalah locus of control. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Tektonika (2012) menyimpulkan bahwa secara
menyeluruh locus of control memiliki hubungan terhadap prokrastinasi seseorang dan
semakin tinggi locus of control internal maka semakin rendah prokrastinasi akademik
mahasiswa. Penelitian tersebut senada dengan pendapat Wainer (dalam Steel, 2001)
yang menyatakan bahwa locus of control dapat menjadi penyebab prokrastinasi, yang
75
menyatakan bahwa locus of control dapat menjadi penyebab prokrastinasi, karena
berhubungan dengan performa dan motivasi.
Faktor lain yang diduga memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi adalah asertivitas
(bersikap tegas). Jika individu memiliki asertivitas yang baik dalam kegiatan belajar
seperti mengungkapkan keberatan atas tugas yang terlalu banyak diberikan oleh
dosen dan meminta tambahan waktu untuk mengumpulkan tugas tersebut, dengan
begitu individu dapat terhindar dari prokrastinasi akademik .Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Husetiya (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara asertivitas dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa
Psikologi UNDIP.
Pada penelitian ini variabel yang memiliki pengaruh dan sumbangsih paling besar
terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri
Jakarta adalah dimensi motivasi dari variabel self regulated learning dengan
kontribusi 6,4%. Hal ini disebabkan karena motivasi pada dimensi self regulated
learning merupakan faktor internal yang dimiliki oleh mahasiswa yang kapasitasnya
dapat digunakan untuk performa dan prestasi belajar. Besarnya motivasi yang
dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinasi secara negatif, dimana
semakin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki individu ketika menghadapi tugas,
akan semakin rendah kecenderungannya melakukan prokrastinasi akademik (Briordy
dalam Ferrari, 1995).
Dimensi selanjutnya dari self-regulated learning yang memiliki pengaruh terhadap
prokrastinasi akademik mahasiswa adalah dimensi perilaku dan memiliki kontribusi
76
sebesar 1,8%. Dimensi perilaku merupakan sebuah upaya yang berorientasi pada
pencapain tujuan, hal ini berkaitan erat dengan kontrol diri mahasiswa. Kontrol diri
yang baik sangat berpengaruh pada rendahnya prokrastinasi akademik yang dilakukan
mahasiswa,sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhid (2009),
menyimpulkan bahwa semakin tinggi kontrol diri seseorang maka semakin rendah
prokrastinasi yang dilakukan.
Hal tersebut senada dengan pendapat Bandura (dalam Zimmerman, 1989) bahwa
perilaku adalah aspek dari pribadi (person) pada individu yang dapat melakukan
observasi, memonitor, dan berusaha mengontrol serta meregulasi aktivitas pada
umumnya dan dapat dianggap sebagai self-regulatory bagi individu.Regulasi perilaku
meliputi regulasi usaha (effort regulation), waktu dan lingkungan (time/ study
environment), dan pencarian bantuan (help-seeking).
Dimensi lain dari self-regulated learning pada penelitian ini adalah dimensi kognitif.
Pada dimensi kognitif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi
akademik mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Namun dimensi
kognitif tersebut memberikan sumbangsih terbesar kedua setelah dimensi motivasi
yaitu sebesar 6,3%.
Hal tersebut diduga karena adanya beban tugas akademik yang terlalu banyak, dan
menimbulkan perasaan cemas dengan kondisi yang mereka persepsikan sehingga
pelaksanaan tugas yang satu menyebabkan pengerjaan tugas lain tertunda. Hal
tersebut didukung oleh pendapat Burka & Yuen (2008) menjelaskan bahwa
prokrastinasi terjadi karena tugas-tugas yang menumpuk terlalu banyak dan harus
77
segera dikerjakan. Pelakasanaan tugas yang satu dapat menyebabkan tugas yang lain
tertunda. Prokrastinasi dilakukan sebagai suatu bentuk coping yang digunakan untuk
menyesuaikan diri dalam perbuatan keputusan pada situasi-situasi yang dipersepsikan
penuh stress. Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan dalam
mengindentifikasikan tugas, yang kemudian menimbulkan konflik dalam diri
individu, sehingga akhirnya seorang menunda untuk memutuskan masalah.
Secara dominan dimensidari variabel self-regulated learning memiliki pengaruh
terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini dibuktikan dua dari tiga dimensi self-regulated
learning yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi
akademik, hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Wolters (2003) terhadap mahasiswa Urban University. Hasil penelitian menyatakan
bahwa self-regulated learning memiliki hubungan dengan prokrastinasi akademik.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rizanti & Muhari (2013) menyimpulkan bahwa
ada hubungan yang negatif dan signifikan antara self-regulated learning dengan
prokrastinasi akademik dalam menghafal Al quran pada Mahasantri. Artinya,
semakin tinggi self-regulated learning Mahasantri maka semakin rendah
prokrastinasi yang dilakukannya.
Variabel independen lain yang diteliti dalam penelitian ini yaitu dukungan sosial
yang memiliki empat dimensi diantaranya, dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Diantara ke empat
dimensi dari dukungan sosial tersebut hanya dukungan informatif yang memiliki
78
pengaruh terhadap prokrastinasi akademik Mahasiswa psikologi Universitas Islam
Negeri Jakarta dengan sumbangsih 1,2%.
Dimensi informatif dari dukungan sosial mencakup pemberian nasehat, petunjuk-
petunjuk, saran ataupun umpan balik (House, dalam Smet 1994). Sarafino (2011)
menguraikan lebih lanjut bahwa dukungan sosial informatif mencakup pemberian
nasihat, petunjuk-petunjuk,saran-saran, informasi atau umpan balik. Dukungan ini
membantu individu mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan
pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi. Informasi tersebut diperlukan
untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara praktis. Dukungan
informatif ini juga membantu individu mengambil keputusan karena mencakup
mekanisme penyediaan informasi, pemberian nasihat,dan petunjuk.
Dimensi emosional dari dukungan sosial pada penelitian ini tidak memiliki pengaruh
terhadap prokrastinasi akademik tetapi memiliki sumbangsih sebesar 1,1%. Dimensi
selanjutnya pada variabel dukungan sosial adalah dimensi penghargaan. Dimensi
penghargaan pada penelitian ini tidak berpengaruh dan sama sekali tidak memberikan
kontribusi terhadap prokrastinasi akademik Mahasiswa psikologi Universitas Islam
Negeri Jakarta. Dimensi terakhir dari variabel dukungan sosial yaitu dimensi
instrumental. Dimensi tersebut memiliki sumbangsih sebesar 0,6% akan tetapi tidak
memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi akademik.
Hasil pembahasan dimensi-dimensi variabel dukungan sosial tersebut menunjukkan
bahwa pada lingkup pendidikan, dimensi dukungan informatif lebih efektif atau
dibutuhkan oleh mahasiswa dalam menekan timbulnya prokrastinasi akademik. Hal
79
tersebut terjadi karena mahasiswa lebih membutuhkan dukungan informatif dari
orang-orang disekelilingnya dalam mengerjakan tugas akademik dibandingkan
dukungan yang lain. Senada dengan pernyataan Defares (dalam Smet, 1994) yang
menyebutkan bahwa jenis dukungan yang diterima dan diperlukan oleh individu
tergantung pada keadaan yang penuh tekanan. Misalnya dukungan instrumental akan
lebih efektif apabila individu berada dalam keadaan yang penuh kesukaran seperti
kemiskinan. Dukungan informatif akan bermanfaat apabila individu berada dalam
kondisi kekurangan pengetahuan dan ketrampilan, dan dalam kondisi yang tidak jelas
mengenai suatu persoalan.
Adapun variabel demografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
kelamin. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan
jenis kelamin terhadap prokrastinasi dengan nilai signififikansi sebesar 0,002 (p<
0.05 ). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ozer (2009)
yang menyimpulkan bahwa prokrastinasi akademik lebih sering dilakukan oleh laki-
laki daripada perempuan.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti
memberikan beberapa saran yang terdiri dari saran teoritis dan saran praktis
berdasarkan hasil dan keterbatasan penelitian tersebut. Saran tersebut dapat dijadikan
pertimbangan bagi penelitian lain yang akan meneliti dependent variable yang sama.
80
5.3.1 Saran Teoritis
1. Untuk penelitian selanjutnya, masih banyak faktor-faktor menarik lainnya yang
dapat dijadikan variabel independent untuk melihat pengaruh terhadap
prokrastinasi akademik mahasiswa. Mengingat bahwa keseluruhan independen
variable dalam penelitian ini hanya memberikan sumbangsih sebesar 20,7%
terhadap prokrastinasi akademik mahasisawa psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, sedangkan masih terdapat persentase yang cukup besar yaitu 79, 3% yang
diduga mempengaruhi prokrastinasi akademik mahasiswa. Variabel lain tersebut
misalnya faktor kepribadian, locus of control, kondisi fisik individu, pola asuh
orang tua, dll.
2. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan berasal dari kelompok mahasiswa.
Oleh karena itu pada penelitian selanjutnya peneliti menyarakan agar mengunakan
sampel dalam kelompok siswa, guru, atau dosen sehingga mampu mendapatkan
gambaran lain yang lebih variatif lagi diluar penelitian ini.
5.3.2. Saran Praktis
1. Bagi mahasiswa, karena pada penelitian ini variabel self regulated learning
(motivasi dan perilaku) berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik,
penulis menyarankan untuk mahasiswa agar menambah kemauan untuk memulai
dan menyelesaikan, dan mempersiapkan tugas berikutnya, serta berkeinginan
menjadi lebih kompeten dari pada orang lain. Selain itu mahasiswa dianjurkan
untuk melakukan observasi, memonitor, dan berusaha mengontrol tersebut
menjadi sebuah tindakan nyata untuk mencapai target menyelesaikan tugas-tugas
81
akademik. Jika hal-hal tersebut dilakukan maka kemungkinan peluang terjadinya
prokrastinasi semakin kecil bahkan mungkin tidak ada.
2. Bagi para dosen pembimbing akademik hendaknya memberikan waktu lebih bagi
mahasiswa untuk berkonsultasi dan memberikan solusi terhadap kesulitan yang
dihadapi dalam menjalankan rutinitas akademik terutama dalam mengerjakan
tugas-tugas akademik. Selain itu dosen juga diharapkan mampu memberikan
arahan, nasehat, informasi, petunjuk, dan umpan balik kepada mahasiswa sebagai
upaya memberikan dukungan kepada mahasiswa, mengingat dalam penelitian
dimensi dukungan informatif memiliki pengaruh terhadap prokrastinasi akademik
mahasiswa.
3. Bagi pihak universitas, perilaku prokrastinasi akademik dalam dunia pendidikan
yang dilakukan mahasiswa sepatutnya mendapat perhatian yang lebih untuk segera
ditanggulangi karena akan berdampak negatif untuk pelakunya sendiri, orang lain,
dan terlebih lagi untuk dunia pendidikan. Universitas disarankan memiliki mentor
akademik disetiap fakutas maupun jurusan.
82
DAFTAR PUSTAKA
Aini dan Iranita. (2011). Hubungan antara kontrol diri dan Prokrastinasi dalam
menyelesaikan skripsi pada mahasiswa Universitas Muria Kudus. Journal
Psikologi Pitutur.1(2), 66-67.
Alsa, Asmadi.(2003). Pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta kombinasinya dalam
penelitian psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet.1
Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Renika Cipta.
Burka, B. J., & Yuen, L. M.(2008).Procrastination: why do it, New York : Perseus
Books.
Ferrari,dkk.(1995). Procrastination and Task Avoidance: Theory, Research, and
Treatment. New York: Plenum Press.
Fischer, C. (1999). Read this paper later: Procrastination with time-inconsistent
Preference. New york: Resources for the future.
Ghufron, N.M.(2003). Hubungan kontrol diri dan persepsi remaja terhadap penerapan
disiplin orangtua terhadap prokrastinasi akademik. Tesis (Tidak Diterbitkan).
Jogjakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Hampton, A.E. Locus of control and procrastination. http://www.capital.edu/68/Arts-
andSciences/23608/
Husetiya, Yemima. (2010). Hubungan asertivitas dengan prokrastinasi akademik pada
mahasiswa fakultas psikologi universitas Dipnegoro Semarang.Skripsi.
Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Ishtifa, Hanny. (2011). Pengaruh self-efficacy dan kecemasan akademis terhadap self-
regulated learning mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri
Jakarta. Skipsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta.
Kerlinger, F.N. (2006). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Knaus, W. (2010). End Procrastination Now. New York: Mc Graw Hill Companies
Inc
83
Montalvo, F.T., dan Torres, M.C.G.(2004). Self-regulated Learning: Current and
Future Direction. Electronic Journal Research in Educational Psychology.2. 1.
145-156.
Muhid, Abdul. (2009). Hubungan antara self of control dan self efficacy dengan
kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa.Journal. Program
Studi Psikologi IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Noor. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ozer, B.U., Demir, A., & Ferarri, J.F.(2009). Exploring academic procrastination
among turkish student: possible gender in differences in prevalences and
reason. The Journal of Counseling Psychology, 31, 504-510.
Papalia, D.E., Olds, S. W. dan Feldman, R. D.(2001). Human Development. Eight
Edition. New York: McGraw-Hill Company.
Prasetyo & Lina.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Rizanti dan Muhari.(2013). Hubungan antara Self regulated learning dengan
prokrastianasi akademik dalam menghafal Al-Qur’an pada mahasantri
Ma’had’aly Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. 2(1), 5-6.
Ruslan, Rosady.(2003). Public relation dan komunikasi. Jakarta: PT. Raja
GrafindoPersada.
Santrock, J.W.(2008). Educational psychology. Boston: McGraw-Hill.
Sarafino, E.P.(2011). Health Psychology : Biopsychososial Interaction Third Edition.
New York: John Wiley & Sons Inc.
Sevilla, C.G. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.
Savira dan Yudi. (2013). Self regulated learning dengan prokrastinasi akademik pada
siswa akselerasi. Journal.Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang.1(1) 65-66.
Schunk, D.H, Pintrich, P.R, & Meece, J.L.(2008). Motivationineducation: Theory,
research,and application 3rd ed. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall.
Senecal, et.al (1995). Self regulated learning and academic procrastination. The
Journal of Social Psychology
84
Smet, Bart.(1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo.
Solomon, LJ danRothblum, ED (1984). Academic Procrastination.The Journal of
Counseling Psychology
Spillane, J.J.(2003). Time management: Pedoman praktis pengelolaan
waktu.Yogyakarta:Kanisius.
Steel, et.al.(2001). Procrastination and personality, performance, and mood.
Personality andindividual differences, 30,95-106.
Taniredja dan Hidayati.(2012). Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Taylor, S. E. Peplau, L. A., Sears, D. O.(1997). Social Psychology.9th edition. New
Jersey: Prentice Hall International Editions.
Tektonika, Bintang. (2012). Hubungan antara locus of control dengan prokrastinasi
akademik siswa Muhammadiyah 2 Yogyakarta.Skripsi.Yogyakarta: Program
Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Timpe, A.D.(1999). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia, Mengelola
Waktu.Terjemahan Susanto Boedidharmo. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, Kelompok Gramedia.
Tuckman, B.W.(2002). APA Symposium Paper, Chicago 2002 Academic
Procrastinators: TheirRationalizations And Web-CoursePerformance.
http://all.successcenterohiostate.edu/references/procrastinator_APA_paper.
Tondok MS. Ristyadi,H. Kartika,A (2008). Prokrastinasi Akademik dan Niat
Membeli Skripsi. Anima Indonesian Psychology Journal.24 (1),76-83
Winne, P.H.(1997). Experimenting to Bootstrap Self-Regulated Learning.Journal of
Educational Psychology. 89. 3. 397-410.
Wolters, C.A., Pintrich, P.R., dan Karabenick, S.A.(2003). Assesing Academic Self-
Regulated Learning. Conference on Indicators of Positive Development: Child
Trends.
Zeenath, dkk. (2012). Exploring Akademic Procrastination Among Undergraduated.
Journal.http://www.academia.edu/download/30990084/009-ICERI2012-
S00012.pdf.
85
Zimmerman, B.(1989).A Social Cognitive View of Self-Regulated AcademicLearning.
Journal of Educational Psychology, 3, 329-339.
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Surat Izin Penelitian
LAMPIRAN B
Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
Oleh:
HERDIATI
NIM: 206070004176
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/2014 M
INFORMED CONSENT
Responden Yang Terhormat
Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang mengadakan penelitian untuk tugas akhir
perkuliahan (skripsi).
Saya mohon kesediaan anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dengan
menyatakan bahwa :
1. Saya bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Herdiati
mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Data yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian.
Peneliti mengharapkan anda tidak melewatkan satupun pernyataan yang ada
demi kelengkapan informasi, karena itu dimohon untuk memeriksa kembali
kelengkapan jawaban anda. Mohon maaf bila ada pernyataan yang kurang berkenan,
karena pernyataan-pernyataan tersebut hanyalah untuk penelitian semata.
Atas kesediaan Anda mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terimakasih.
Jakarata, 23 Jun 2014
TTD
Responden
IDENTITAS DIRI
Nama/Inisial :
Semester :
Tempat tinggal : Keluarga/Kost
Peminatan : PIO / Pendidikan / Klinis
Jenis kelamin : Perempuan / laki-laki *
* Coret yang tidak perlu
PETUNJUK PENGISISAN
Berikiut ini terdapat butir-butir pernyataan, baca dan fahami baik-baik
setiap pernyataan.
Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut
sesuai dengan diri anda, dengan cara memberi tanda ( √ ) pada salah satu dari
pilihan yang tersedia, pada kolom dibagian kanan.
Tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk setiap pernyataan, seluruh
jawaban adalah benar selama itu sesuai dengan diri anda.
Jika jawaban Anda Selalu, beri tanda pada kolom S. Jika jawaban Anda
Hampir Selalu, beri tanda pada kolom HS, Jika jawaban anda Hampir Tidak
Pernah, beri tanda pada kolom HTP, Jika jawaban anda Tidak Penah, beri tanda
pada kolom TP.
Contoh:
Jika jawaban anda Tidak Pernah
No. S HS HTP TP
1. Saya lebih suka berdiam diri ketika seharusnya saya mengerjakan
tugas kuliah
√
Anda dapat mengganti jawaban anda dengan memberikan tanda ( = ) pada
jawabanyang lama, kemudian memberi tanda checklist ( √ ) pada jawaban yang baru.
Contoh jika anda ingin mengganti jawaban
No. S HS HTP TP
1. Saya membaca kembali materi yang sudah diajarkan Dosen
sebelum mengerjakan tugas dimulai
√ ≠
Skala 1
No Pernyataan Pilihan Jawaban
S HS HTP TP
1 Saya menunda mengerjakan tugas kuliah untuk segera di
kumpulkan hingga waktu yang ditentukan
2 Saya tidak mengerjakan tugas makalah jika batas akhir
pengumpulan masih lama
3 Saya lebih senang mengerjakan tugas-tugas perkuliahan
menjelang batas waktu akhir pengumpulan
4 Tugas kuliah yang banyak membuat saya malas untuk
memulai mengerjakannya
5 Saya yakin mampu menyelesaikan tugas makalah tepat waktu
6 Bagi saya mengerjakan tugas kuliah itu menyenangkan
sehingga saya tidak mau menunda untuk mengerjakannya
7 Saya berusaha mengerjakan tugas makalah dengan baik
sehingga sering terlambat mengumpulkannya
8 Saya terlambat dalam mengumpulkan tugas kuliah akibat
selalu menunda mengerjakannya
9 Saya langsung mengerjakan tugas makalah yang diberikan
dosen agar tidak terlambat mengumpulkannya
10 Mudah bagi saya untuk mengerjakan tugas-tugas makalah
dengan segera sehingga tepat waktu mengumpulkannya
11 Saya gagal dalam menyelesaikan tugas kuliah sesuai jadwal
yang telah saya susun
12 Saya kesulitan untuk memenuhi jadwal yang sudah saya
tetapkan
13 Saya dikejar-kejar waktu dalam menyelesaikan tugas makalah
karena tidak mengikuti jadwal yang telah saya buat
14 Jadwal yang telah saya buat saya laksanakan sesuai rencana
15 Saya mampu mengerjakan tugas kuliah tepat waktu
16 Saya lebih suka mengerjakan kegiatan yang lain yang lebih
menyenangkan meskipun tugas kuliah sudah dekat batas
pengumpulannya
17 Saya memilih mengobrol dikantin bersama teman daripada
mendengarkan presentasi dari pemakalah dikelas
18 Saya memilih jalan-jalan di mall daripada mencari bahan-
bahan materi untuk tugas makalah di perpustakaan kampus
19 Saya baru bisa mengerjakan tugas kuliah setelah melakukan
kegiatan lain yang lebih menyenangkan
20 Saya akan mengutamakan tugas akademik daripada yang
lainnya
21 Saya memilih berdiskusi bersama teman satu kelompok tugas
makalah daripada bermain internet
22 Saya lebih mengutamakan untuk menyelesaikan tugas kuliah
daripada melakukan aktivitas lain
23 Saya memilih menyelesaikan tugas kuliah terlebih dahulu
kemudian mengerjakan kegiatan yang lain
Berikut adalah petunjuk pengisian untuk skala 2 dan skala 3. Jika jawaban anda
Sangat Setuju, beri tanda pada kolom SS. Jika jawaban anda Setuju, beri tanda pada
kolom S. Jika jawaban anda Tidak Setuju, beri tanda pada kolom TS. Jika jawaban
anda Sangat Tidak Setuju, beri tanda pada kolom STS.
Contoh :
Jika jawaban anda Sangat Setuju
No
Pernyataan PilihanJawaban
SS S TS STS
1 Saya membaca kembali materi yang sudah diajarkan
Dosen sebelum mengerjakan tugas dimulai √
Skala 2
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1 Saya membaca kembali materi yang sudah diajarkan sebelum
mengerjakan tugas makalah
2 Saya membuat catatan penting di setiap mata kuliah dan
mengingat catatan tersebut
3 Ketika materinya sulit, saya menyerah atau hanya mempelajari
bagian-bagian yang mudah saja
4 Saya mudah bosan ketika membaca ulang materi kuliah
5 Ketika membaca materi kuliah, saya mencoba menghubungkan
materi tersebut dengan apa yang sudah saya ketahui
6 Saya membaca materi kuliah dan mencoba menemukan ide yang
paling penting dari materi tersebut
7 Saya belajar semampunya saja tanpa menggunakan strategi-
strategi khusus dalam belajar
8 Selama perkuliahan berlangsung saya sering kehilangan poin
penting, karena saya sedang memikirkan hal lain
9 Saya mengingatkan pada diri sendiri bahwa saya harus belajar
lebih giat lagi
10 Saya meyakinkan pada diri sendiri bahwa saya harus belajar
lebih giat lagi
11 Saya bertanya pada diri sendiri, memastikan bahwa saya
memahami materi yang telah saya pelajari
12 Ketika saya berniat mengerjakan tugas perkuliahan, saya merasa
kesulitan untuk melaksanakannya
13 Saya mengingatkan diri sendiri tentang betapa pentingnya untuk
mendapatkan nilai yang baik
14 Saya mencoba berpikir bahwa mengerjakan tugas kuliah adalah
hal yang menyenangkan
15 Saya sudah belajar lebih baik dari pada teman saya
16 Saya meyakinkan diri sendiri bahwa penting untuk mempelajari
setiap materikarena akan bermanfaat dikemudian hari
17 Saya memikirkan cara untuk membuat tugas makalah nampak
menyenangkan
18 Saya berusaha untuk menghubungkan apa yang telah dipelajari
untuk kepentingan pribadi saya
19 Apabila saya membutuhkan pertolongan mengenai bahan-bahan
kuliah (jurnal dan buku), saya akan bertanya kepada teman dan
dosen
20 Saya mengatur waktu dengan baik saat mengerjakan tugas
makalah
21 Ketika menghadapi mata kuliah yang sulit, saya langsung
menyerah
22 Ketika membaca materi kuliah, saya mencoba menghubungkan
nya dengan materi yang sudah saya ketahui sebelumnya
Skala 3
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1 Ketika saya tidak masuk kuliah karena sakit, dosen menanyakan
kondisi saya
2 Setiap kali saya mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas
kelompok, teman kelompok saya tidak memahaminya
3 Keluarga tidak pernah mengerti kesulitan saya dalam
menjalankan perkuliahan
4 Ketika saya sedih, selalu ada teman yang mendengarkan keluh
kesah saya
5 Tidak ada yang peduli pada saya disaat saya membutuhkan
bantuan
6 Saya senang jika kegiatan perkuliahan saya diperhatikan keluarga
saya
7 Tidak ada seorangpun yang memberikan perhatian pada saya,
disaat saya mengalami kesulitan
8 Ketika saya stress mengerjakan tugas kuliah, keluarga saya
memberikan semangat
9 Orang tua saya tidak pernah memberikan teguran, ketika saya
melakukan kesalahan
10 Dosen saya memberikan pengarahan lebih mengenai tugas-tugas
perkuliahan
11 Saya tidak mendapatkan motivasi dari siapa pun untuk
mengerjakan tugas kuliah
12 Orang tua saya selalu memahami kebutuhan hidup saya
13 Teman-teman memberikan bantuan buku-bukuuntuk bahan-bahan
kuliah saya
14 Saya merasa kesulitan mendapatkan bantuan uang disaat saya
membutuhkannya
23 Saya mencoba untuk menghubungkan ide dalam mata kuliah
yang satu dengan ide mata kuliah lain jika memungkinkan
24 Saya membuat jadwal belajar untuk memudahkan saya
mengerjakan tugas-tugas kuliah
25 Saya mengatur jadwal bermain untuk memudahkan saya
mengerjakan tugas-tugas perkuliahan
26 Saya akan membuat grafik/diagram/tabel, untuk memudahkan
saya memahami materi kuliah
27 Saya memastikan tetap membaca dan mengerjakan tugas kuliah
setiap minggu
28 Saya sulit belajar sesuai jadwal yang telah saya buat
29 Apabila saya tidak mengerti materi kuliah, saya langsung
bertanya kepada dosen
30 Ketika saya kesulitan dalam mengerjakan tugas perkuliahan,
saya sungkan bertanya kepada siapapun
15 keluarga tidak memberikan fasilitas untuk mempermudah saya
mengerjakan tugas kuliah
16 Saran-saran teman sangat membantu saya dalam mengerjakan
tugas kuliah
17 Teman kuliah memberikan informasi untuk mendapatkan bahan-
bahan kuliah yang saya butuhkan
18 Dosen tidak memberikan saran, ketika saya menghadapi kesulitan
dalam mengerjakan tugas
19 Mendiskusikan masalah dengan keluarga dapat memberikan saya
jalan keluar
20 Dosen tidak memberi petunjuk dengan jelas, mengenai tugas yang
dia berikan
21 Saya mendapat umpan balik dari dosen atas tugas-tugas yang saya
kerjakan
22 Teman kelompok saya tidak merespon mengenai tugas kelompok
yang saya tanyakan
LAMPIRAN C
Hasil Analisis
Faktor Konfirmatorik (CFA)
Syntax Uji Validitas Prokrastinasi akademik
UJI VALIDITAS PROKRASTINASI
DA NI=23 NO=248 MA=KM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23
KM SY FI=prokras
SE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23/
MO NX=23 NK=1 LX=FR TD=SY PH=SY
LK
PROKRASTINASI
FR TD 3 2 TD 8 7 TD 12 11 TD 18 17 TD 22 21 TD 9 6 TD 23 6 TD 15 10 TD 20 4 TD 7 6 TD 17 10
TD 23 22 TD 23 21 TD 3 1 TD 2 1 TD 5 4 TD 19 16 TD 19 18 TD 17 6 TD 13 15 TD 13 5 TD 13 12
TD 13 11 TD 23 4 TD 19 3 TD 19 12 TD 17 12 TD 11 1 TD 15 11 TD 18 14 TD 17 14 TD 14 8 TD
14 2 TD 23 1 TD 5 1 TD 20 2 TD 20 9 TD 9 4 TD 12 10 TD 16 2 TD 16 12 TD 19 2 TD 9 2 TD 14 4
TD 6 4 TD 16 14 TD 21 20 TD 12 15 TD 22 15 TD 22 11 TD 7 5 TD 13 8 TD 22 4 TD 13 3 TD 18 12
TD 19 13 TD 20 19 TD 22 20 TD 23 20 TD 20 15 TD 23 5 TD 22 5 TD 23 8 TD 23 10 TD 21 10 TD
21 18 TD 17 1 TD 14 1 TD 13 2 TD 17 3 TD 18 15 TD 15 5 TD 15 7 TD 15 8 TD 8 1 TD 11 8 TD 11
7 TD 7 1 TD 17 4 TD 23 17 TD 9 8 TD 8 6 TD 11 6 TD 10 6
LK
PROKRASTINASI
FR LX 1 - LX 23
PD
OU TV SS MI AD=OFF
Syntax Uji Validitas Self-Regulated Learning ( Kognitif )
UJI VALIDITAS KOGNITIF
DA NI=30 NO=248 MA=KM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23
ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28 ITEM29 ITEM30
KM SY FI=srl
SE
1 2 3 4 5 6 7 8/
MO NX=8 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST
LK
KOGNITIF
FR TD 6 2 TD 8 4 TD 8 7 TD 8 3 TD 4 3 TD 3 1 TD 8 2 TD 4 1 TD 5 4
LK
KOGNITIF
FR LX 1 - LX 8
PD
OU TV SS MI AD=OFF
Syntax Uji Validitas Self-Regulated Learning ( Motivasi )
UJI VALIDITAS MOTIVASI
DA NI=30 NO=248 MA=KM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23
ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28 ITEM29 ITEM30
KM SY FI=srl
SE
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21/
MO NX=13 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST
LK
MOTIVASI
FR TD 9 8 TD 13 4 TD 5 2 TD 9 1 TD 6 1 TD 13 12 TD 7 3 TD 13 9 TD 13 10
FR TD 9 7 TD 12 4 TD 4 3 TD 11 5 TD 12 2 TD 7 5 TD 11 10 TD 11 6
LK
MOTIVASI
FR LX 1 - LX 13
PD
OU TV SS MI AD=OFF
Syntax Uji Validitas Self-Regulated Learning ( Perilaku )
UJI VALIDITAS PERILAKU
DA NI=30 NO=248 MA=KM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23
ITEM24 ITEM25 ITEM26 ITEM27 ITEM28 ITEM29 ITEM30
KM SY FI=srl
SE
22 23 24 25 26 27 28 29 30/
MO NX=9 NK=1 LX=FR TD=SY PH=ST
LK
PERILAKU
FR TD 2 1 TD 4 2 TD 4 3 TD 9 5 TD 6 3 TD 7 3
LK
PERILAKU
FR LX 1 - LX 9
PD
OU TV SS MI AD=OFF
Syntax Uji Validitas Dukungan Sosial ( Emosional )
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL EMOSIONAL
DA NI=22 NO=248 MA=KM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22
KM SY FI=dsosial
SE
1 2 3 4 5 6 7/
MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY PH=SY
LK
EMOSIONAL
FR TD 4 2
LK
EMOSIONAL
FR LX 1 - LX 7
PD
OU TV SS MI AD=OFF
Syntax Uji Validitas Dukungan Sosial ( Penghargaan )
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL PENGHARGAAN
DA NI=22 NO=248 MA=KM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22
KM SY FI=dsosial
SE
8 9 10 11/
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY PH=SY
LK
PENGHARGAAN
FR LX 1 - LX 4
PD
OU TV SS MI AD=OFF
Syntax Uji Validitas Dukungan Sosial ( Instrumental )
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL INSTRUMENTAL
DA NI=22 NO=248 MA=KM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22
KM SY FI=dsosial
SE
12 13 14 15/
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY PH=SY
LK
INSTRUMENTAL
FR TD 2 1
LK
INSTRUMENTAL
FR LX 1 - LX 4
PD
OU TV SS MI AD=OFF
Syntax Uji Validitas Dukungan Sosial ( Informatif )
UJI VALIDITAS DUKUNGAN SOSIAL INFORMATIF
DA NI=22 NO=248 MA=KM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12
ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22
KM SY FI=dsosial
SE
16 17 18 19 20 21 22/
MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY PH=SY
LK
INFORMATIF
FR TD 7 5 TD 3 2 TD 7 6
LK
INFORMATIF
FR LX 1 - LX 7
PD
OU TV SS MI AD=OFF
Gambar 3.1
Analisis Konfirmatorik Faktor Prokrastinasi Akademik
Gambar 3.2
Analisis Konfirmatorik Faktor Kognitif
Gambar 3.3
Analisis Konfirmatorik Faktor Motivasi
Gambar 3.4
Analisis Konfirmatorik Faktor Perilaku
Gambar 3.5
Analisis Konfirmatorik Faktor Emosional
Gambar 3.6
Analisis Konfirmatorik Faktor Penghargaan
Gambar 3.7
Analisis Konfirmatorik Faktor Instrumental
Gambar 3.8
Analisis Konfirmatorik Faktor Informatif