Transcript
Page 1: PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU: STUDI …

Emil Septia: Pemerolehan Sintaksis Bahasa Minangkabau...

179

PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU: STUDI KASUS PADA SEORANG ANAK USIA 3;0–4;0

(SYNTAX ACQUISITION ON MINANGKABAU LANGUAGE: A CASE STUDY ON A CHILD OF 3;0--4;0 YEAR OLD)

Emil SeptiaProgram Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

STKIP PGRI Sumatera Barat Jalan Gunung Pangilun

Pos-el: [email protected]

Tanggal naskah masuk: 27 Juli 2017Tanggal revisi akhir: 4 Desember 2017

Abstrac

Every child is exposed to their mother language in the first stages of their lives. The syntax acquisition in children is very interesting to investigate. Sentences uttered by a child have a distinctive pattern that distinguishes it from those of the adult’s. The choice of words can also attract the attention of adults to understand better what the child said. The purpose of this study is to describe (1) the types of sentences uttered by the child; (2) the child’s sentence patterns; (3) the speech form of the child. The type of this research is descriptive qualitative research. The data are oral data collected from the child’s speech recorded on a tape recorder and written on a journal. The result shows that the types of sentences uttered by the child consist of three things. First, declarative, interrogative, and imperative sentences. Second, the child’s sentence patterns are various, namely P, S-P, P-S, P-O, S-P-O, S-P-K, S-P-Pel, and S-P-O-K. Third, the child’s speech form consists of of one word, two words, three words, four words, and five words speech.

Keywords: acquisition, syntax, Minangkabau language, case, child

Abstrak

Setiap anak memperoleh bahasa ibu pada tahap pertama kehidupannya. Pemerolehan sintaksis pada anak sangat menarik untuk diteliti. Kalimat-kalimat yang diujarkan anak punya pola tersendiri yang membedakannya dari kalimat orang dewasa. Pilihan kata yang digunakannya juga bisa menarik perhatian orang dewasa untuk lebih memahami apa yang diujarkan anak tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) jenis-jenis kalimat yang diujarkan oleh anak; (2) pola kalimat anak; (3) bentuk ujaran anak. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Dalam pengumpulan data diperoleh data lisan bersumber dari ujaran anak yang direkam dengan tape recorder dan dibuat sebuah catatan harian. Dari hasil pengamatan, jenis-jenis kalimat yang diujarkan oleh anak terdiri atas pertama kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Kedua, pola kalimat pada ujaran anak beragam jenisnya, di antaranya P, S-P, P-S, P-O, S-P-O, S-P-K, S-P-Pel, dan S-P-O-K. Ketiga, bentuk ujaran anak terdiri atas ujaran satu kata, dua kata, tiga kata, empat kata, dan lima kata.

Kata kunci: pemerolehan, sintaksis, bahasa Minangkabau, kasus, anak

Page 2: PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU: STUDI …

180

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:179–189

1. Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Bahasa diperoleh melalui proses alamiah dan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor biologis dan faktor sosial. Faktor biologis yaitu anak lahir dalam keadaan normal yang dibekali dengan organ-organ tubuh yang cukup, seperti tangan, kaki, mata, hidung, mulut, dan telinga. Dengan kata lain, anak tidak mengalami cacat fisik, seperti: tuli, bisu, gagap, lemah mental, bibir sumbing. Adapun faktor sosial yaitu interaksi anak dengan orang-orang yang berada di lingkungannya dalam proses pemerolehan bahasa. Dalam proses ini orang tua berperan penting dalam pemerolehan bahasa si anak. Orang tua yang bijak selalu membimbing anaknya untuk berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi sebagaimana mestinya orang dewasa. Oleh karena itu, bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua membimbing anaknya.

Setiap anak memperoleh bahasa ibu pada tahap pertama kehidupannya. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai atau diperoleh anak (Dardjowidjojo, 2003:241). Proses pemerolehan bahasa ini merupakan penguasaan bahasa yang berlangsung secara alamiah melalui komunikasi sehari-hari tanpa harus melalui pengajaran yang khusus. Pada awal pemerolehan bahasa seorang anak akan lebih banyak diam, menyimak, dan memperhatikan apa-apa saja yang didengarnya tanpa memberikan reaksi ucapan. Itu disebabkan struktur alat ucap (artikulasi) si anak belum lagi berkembang. Namun, setelah usianya bertambah, pertumbuhan alat ucapnya pun bertambah baik. Pertumbuhan alat ucap anak tersebut dapat diketahui dengan bertambah sempurnanya ucapan-ucapan yang dihasilkan oleh anak.

Tingkat pemerolehan sintaksis pada anak merupakan suatu rangkaian kesatuan yang dimulai dari ucapan satu kata, menuju kalimat sederhana dengan gabungan kata yang lebih rumit yakni sintaksis (Tarigan, 1988:5). Dengan kata lain, pemerolehan sintaksis pada anak selalu melalui hal kecil terlebih dahulu dan berlanjut ke hal yang lebih besar, artinya anak akan menguasai kata, frase, dan kemudian beranjak pada kalimat.

Pemerolehan bahasa pada anak dimulai dari usia 0;0--5;0 tahun. Pada waktu yang cukup lama tersebut, anak harus sering diajak berdialog oleh orang tua agar memudahkan anak dalam pemerolehan ataupun penguasaan bahasa, khususnya sintaksis.”Anak yang banyak memperoleh kesempatan berbicara akan segera bisa berbicara jika dibandingkan dengan anak yang banyak saudara atau anak kembar sehingga ia kurang mendapat kesempatan untuk berbicara”1.

Pada umumnya anak usia 3;0--4;0 sudah mampu menghasilkan kalimat-kalimat yang rumit. Rumit dalam pengertian telah menggunakan afiks secara lengkap dan juga mempunyai subjek, predikat, objek, bahkan keterangan atau dengan kata lain penguasaan sintaksis anak sudah cukup baik (Maksan,1993: 27--29). Pada masa ini anak juga sudah mampu menguasai ataupun mengujarkan beberapa jenis kalimat, di antaranya kalimat berita/deklaratif, kalimat tanya/interogatif, dan kalimat perintah/imperatif (Dardjowidjojo, 2000:159).

Pemerolehan sintaksis pada anak sangat menarik untuk diteliti. Kalimat-kalimat yang diujarkan anak punya pola tersendiri yang membedakannya dari kalimat orang dewasa. Pilihan kata yang digunakannya juga bisa menarik perhatian orang dewasa untuk lebih memahami apa yang diujarkan anak tersebut, seperti yang diungkapkan dalam pernyataan “penelitian tentang pemerolehan bahasa oleh anak Indonesia yang dilakukan oleh Dardjowidjojo (2000). Dari penelitian itu dilaporkan bahwa banyak konsep universal pemerolehan bahasa berlaku pada anak Indonesia, tetapi keuniversalan itu tidak merata pada setiap komponen bahasa” (Arnawa, 2009).

Objek penelitian ini adalah seorang anak usia 3;0--4;0. Anak tersebut merupakan anak ke dua dari dua bersaudara yang dilahirkan secara normal dalam keadaan sehat yang bernama Sabrina Zaki Syari’ah. Sabrina Zaki Syari’ah lahir di Padang pada tanggal 23 Juni 2013 dari pasangan suami istri, Ladies Valentino dan Mira Novira. Kedua orang tua anak tersebut berprofesi sebagi sopir perbankan dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Anak ini sudah mampu mengujarkan beberapa bentuk kalimat orang dewasa dan juga dapat menirukan kata-1 Dafis (dalam Pateda), Aspek-aspek Psikolinguistik (Ende: Nusa

Indah, 1990), h.62.

Page 3: PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU: STUDI …

Emil Septia: Pemerolehan Sintaksis Bahasa Minangkabau...

181

kata orang dewasa yang didengarnya. Hal inilah yang mendasari dilakukannya penelitian ini.

1.2 MasalahRumusan masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut: (1) apa sajakah jenis-jenis kalimat yang diujarkan anak usia 3;0-4;0?, (2) apa sajakah pola kalimat yang diujarkan oleh anak usia 3;0-4;0?, dan (3) apa sajakah bentuk ujaran anak usia 3;0-4;0?

1.3 TujuanPenelitian ini bertujuan untuk: (1)

mendeskripsikan jenis-jenis kalimat yang diujarkan anak usia 3;0-4;0, (2) mendeskripsikan pola-pola kalimat yang diujarkan oleh anak usia 3;0-4;0, dan (3) mendeskripsikan bentuk ujaran anak usia 3;0-4;0.

1.4 MetodeJenis penelitian ini adalah penelitian

kualitatif bersifat deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2005:4). Dalam pengumpulan data diperoleh data lisan bersumber dari ujaran anak yang direkam dengan tape recorder dan dibuat sebuah catatan harian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga cara. Pertama, data lisan yang bersumber dari ujaran anak tersebut direkam dengan tape recorder dan dibuat sebuah catatan harian dari ujaran anak tersebut. Kedua, data yang telah diperoleh melalui rekaman dan catatan itu diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis kalimatnya. Ketiga, data-data tersebut dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Kerangka TeoriKajian teori yang terkait dalam tulisan

ini adalah; (a) pemerolehan bahasa; (b) perkembangan bahasa anak; (c) pemerolehan sintaksis; dan (d) jenis kalimat.

2.1 Pemerolehan BahasaPerlu diketahui bahwa bahasa ibu berbeda

dengan bahasa sang ibu. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang diperoleh atau dikuasai

oleh anak. Bahasa ibu cenderung mengacu pada bahasa daerah. Dalam penguasaan bahasa pertamanya (bahasa ibu), anak akan melalui suatu proses yang disebut dengan pemerolehan bahasa (Sofa, 2008:1).

Bahasa pertama (bahasa ibu) yang diperoleh anak bisa didapat dengan empat cara (Sofa, 2008:4). Pertama, dengan cara meniru apa yang dikatakan orang lain. Tiruan akan digunakan anak terus-menerus, meskipun ia sudah dapat sempurna melafalkan bunyi. Kedua, strategi produktivitas. Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa. Dengan satu kata seorang anak dapat ”bercerita atau mengatakan” sebanyak mungkin hal. Ketiga, berkaitan dengan hubungan umpan balik antara produksi ujaran dan respons orang lain. Keempat,prinsip operasi. Anak menggunakan ”prinsip operasi” untuk memikirkan serta menetapkan bahasa.

Menurut Dardjowidjojo (2003:242), ”Bahasa sang ibu adalah bahasa yang dipakai oleh orang dewasa pada waktu berbicara dengan anak yang sedang dalam proses memperoleh bahasa ibu.” Bahasa sang ibu mempunyai ciri-ciri khusus, di antaranya kalimat yang digunakannya pendek-pendek, nada suaranya biasanya tinggi, laju ujaran agak lambat, banyak redundansi (pengulangan), dan banyak memakai kalimat sapaan (Moskowitz, dkk, dalam Dardjowidjojo, 2003:242).

Pemerolehan bahasa juga berbeda dengan pembelajaran bahasa. Menurut Maksan (1993:20), ”Pemerolehan bahasa (language acquisition) merupakan proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang (bukan cuma anak-anak) secara tidak sadar, implisit, dan informal. Sebaliknya, pembelajaran bahasa (language learning) merupakan penguasaan bahasa yang dilakukan secara terencana, memanfaatkan jasa pengajar/guru dan dipersiapkan segala sesuatunya. Pembelajaran bahasa biasanya mengacu pada proses penguasaan bahasa kedua.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa pada anak dimulai dari proses penerimaan terhadap ujaran-ujaran yang didengar dari ucapan orang tua atau orang di sekitar lingkungan, lalu mencoba menata bahasanya sendiri dengan sesederhana mungkin setelah itu baru menuju ke susunan kalimat orang dewasa yang lebih rumit.

Page 4: PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU: STUDI …

182

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:179–189

2.2 Perkembangan Bahasa Anak Ada beberapa teori yang membagi tahapan-

tahapan perkembangan bahasa pada anak, di antaranya teori yang diajukan oleh (a) Tarigan (1986:262) yang membagi perkembangan bahasa pada anak menjadi dua tahap, (b) Simanjuntak dan Dardjowidjojo (dalam Maksan, 1993:28) yang membagi perkembangan bahasa anak menjadi enam tahap, (c) Clara dan W. Stern (dalam Pateda, 1990:55) yang membagi perkembangan bahasa pada anak menjadi lima tahap, (d) Subyakto (1988:70–72) yang membagi perkembangan bahasa pada anak menjadi empat tahap, dan (e) Lenneberg (dalam Pateda, 1990:55) yang membagi perkembangan bahasa pada anak menjadi tiga tahap.

Untuk menunjang penelitian ini, digunakan teori menurut Clara dan W. Stern (dalam Pateda, 1990:55). Clara dan W. Stren (dalam Pateda, 1990:55) membagi perkembangan bahasa anak atas lima tahap. Pertama, stadia mula (0;0–1;0), meraban (babling) dan diikuti oleh peniruan bunyi dan kelompok bunyi. Kedua, stadia pertama (1;0–1;6), pada tahap ini anak mengucapkan satu kata. Ketiga, stadia kedua (1;6–2;0), pada tahap ini muncul kesadaran bahwa setiap benda mempunyai nama dan kalimat yang digunakan terdiri atas dua kata. Keempat, stadia ketiga (2;0–2;6), pada tahap ini anak mulai mengucapkan awalan dan akhiran dan kalimatnya masih sederhana, biasanya berupa kalimat tanya dan kalimat berita. Kelima, stadia keempat (2;6 dan seterusnya), pada tahap ini anak sudah mampu mengucapkan kalimat panjang.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpul kan bahwa pemerolehan sintaksis pada anak dimulai pada stadia kedua sampai dengan stadia keempat. Hal itu disebabkan pada masa-masa tersebut anak sudah mulai mengucapkan dua kata, sudah menggunakan awalan dan akhiran, serta kalimat yang diujarkannya pun sudah panjang.

2.3 Pemerolehan Sintaksis Ada lima teori yang menjelaskan

pemerolehan sintaksis pada anak (Chaer, 2003:183--190). Berikut uraiannya: Pertama, teori tata bahasa pivot yang dikenalkan oleh Braene, dkk. Menurut teori ini, ucapan dua kata anak-anak terdiri atas dua jenis kata menurut

posisi dan frekuensi munculnya kata-kata itu dalam kalimat. Kedua jenis kata itu dikenal dengan nama kelas pivot (kata-kata fungsi) dan kelas terbuka (kata-kata isi atau kata penuh). Namun, teori tata bahasa pivot ini kurang tepat bila diterapkan pada bahasa Indonesia (Melayu). Contohnya saja dalam bahasa Indonesia kata-kata seperti mau, akan, dan belum (yang termasuk kata pivot) dapat muncul sebagai kalimat.

Kedua, teori hubungan tata bahasa nurani. Menurut teori ini, pengetahuan anak-anak mengenai hubungan tata bahasa universal adalah bersifat ”nurani”. Ucapan-ucapan dua kata atau lebih dari anak-anak dapat dianalisis berdasarkan hubungan tata bahasa universal. Ucapan dua kata itu sesungguhnya mempunyai struktur, bukan gabungan kata yang sewenang-wenang.

Ketiga, teori hubungan tata bahasa dan informasi situasi. Menurut teori ini, untuk menganalisis ucapan atau bahasa anak, hubungan tata bahasa harus merujuk pada informasi situasi atau kondisi karena jika tidak dihubungkan, gabungan kata itu akan bermakna ambigu atau meragukan.

Keempat, teori pendekatan semantik yang dikemukakan oleh Bloom (1970). Menurut teori ini, tata bahasa merupakan satu sistem yang menghubungkan bunyi dengan makna atau struktur-struktur ucapan anak didasarkan pada hubungan semantik.

Kelima, teori kumulatif kompleks yang dikemukakan oleh Brown (1973). Menurut teori ini, pemerolehan sintaksis anak ditentukan oleh kumulatif kompleks semantik morfem dan kumulatif kompleks tata bahasa yang sedang diperolehnya. Jadi, pemerolehan sintaksis pada anak bukan ditentukan oleh kata-kata dalam ucapan orang dewasa yang sering didengarnya, melainkan berdasarkan kelompok-kelompok struktur bahasa itu sendiri.

Dari kelima teori tersebut, teori yang mendukung penelitian ini adalah teori kumulatif kompleks yang dikemukakan oleh Brown (1973). Hal itu disebabkan setiap anak yang lahir ke dunia ini telah dibekali seperangkat kemampuan untuk memperoleh bahasa. Jadi, kata-kata yang diujarkan oleh anak bukan ditentukan dari ucapan orang dewasa yang sering didengarnya, melainkan berdasarkan kelompok-kelompok bahasa itu sendiri.

Page 5: PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU: STUDI …

Emil Septia: Pemerolehan Sintaksis Bahasa Minangkabau...

183

2.4 Jenis-Jenis Kalimat Beberapa teori tentang jenis-jenis kalimat,

penelitian ini lebih memakai teori Alwi dkk. Menurut Alwi dkk. (2003:353–357) kalimat dilihat dari bentuk sintaksisnya ada empat, yaitu kalimat deklaratif, interogatif, imperatif dan ekslamatif. Namun, penelitian ini difokuskan pada kalimat deklaratif, interogatif dan imperatif saja, sedangkan kalimat ekslamatif tidak dibahas dalam penelitian ini. Menurut Alwi dkk, (2003:336), ”Jenis-jenis kalimat dapat dilihat dari segi jumlah klausa dan bentuk sintaksisnya. Dari segi jumlah klausanya, kalimat dibagi atas dua, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas, dan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas beberapa klausa bebas ataupun terikat.

A. Kalimat Berita (Deklaratif)Dalam pemakaian bahasa, bentuk kalimat

deklaratif umumnya digunakan oleh pembicara atau penulis untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya (Alwi dkk., 2003: 353).

B. Kalimat Tanya (Interogatif)Kalimat interogatif yang disebut

juga dengan kalimat tanya, secara formal ditandai oleh kehadiran kata tanya apa, siapa, kapan, berapa, dan bagaimana dengan atau tanpa partikel -kah sebagai penegas. Kalimat interogatif diakhiri dengan tanda tanya(?) pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan suara naik, terutama jika terdapat kata tanya dan suara turun. Biasanya kalimat interogatif digunakan untuk meminta (1) jawaban “ya” atau “tidak”, atau (2) informasi mengenai sesuatu atau seseorang dari lawan bicara atau pembaca.

C. Kalimat Perintah (Imperatif)Alwi dkk., (2003:353–354), menuliskan

kalimat imperatif atau kalimat perintah. Perintah

atau suruhan dan permintaan jika ditinjau dari isinya, dapat diperinci menjadi enam golongan, yaitu:1) perintah atau suruhan biasa jika pembicara

menyuruh lawan bicaranya berbuat sesuatu;2) perintah halus jika pembicara tampaknya

tidak memerintah lagi, tetapi menyuruh mencoba atau mempersilakan lawan bicara sudi berbuat sesuatu;

3) permohonan jika pembicara, demi kepentingannya, meminta lawan bicara berbuat sesuatu;

4) ajakan atau harapan jika pembicara mengajak atau berharap lawan bicara berbuat sesuatu;

5) larangan atau perintah negatif, jika pembicara menyuruh agar jangan dilakukan sesuatu; dan

6) pembiaran jika pembicara meminta agar jangan dilarang.

2.5 Pola KalimatDalam bahasa Indonesia, ada empat kategori

sintaksis/kelas kata utama, yaitu (1) verba atau kata kerja, (2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat, dan adverbia atau kata keterangan. Di samping itu, ada satu kelompok lain yang dinamakan kata tugas yang terdiri atas beberapa subkelompok yang lebih kecil, seperti preposisi atau kata depan, konjungtor atau kata sambung, dan partikel.

3. Hasil dan PembahasanBerdasarkan hasil penelitian ditemukan

bahwa anak usia 3;0–4;0 sudah mampu mengujarkan beberapa jenis kalimat tunggal yang dilihat dari bentuk sintaksisnya, di antaranya kalimat deklaratif, kalimat interogatif, kalimat imperatif, dan kalimat ekslamatif. Pola kalimat yang diujarkan anak tersebut di antaranya adalah P, S-P, P-S, P-O, S-P-O, S-P-K, S-P-O-Pel, S-P-O-K. Ujaran anak yang dikaji dalam penelitian ini mulai dari ujaran satu kata, dua kata, tiga kata, empat kata, lima kata, dan enam kata.

Page 6: PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU: STUDI …

184

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:179–189

Jenis KalimatPola Kalimat

Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan

Deklaratif Abang balaja - - -

- Minum yaya - -

Interogatif Ama manga tu - - -

Imperatif Masuklah Ai! -

Ngantuak, ha - -

Tabel 1. Pola-Pola Kalimat Dasar Pemerolehan Sintaksis Bahasa Minangkabau Anak Usia 3;0–4;0

Analisis DataData yang telah diperoleh dikelompokkan

berdasarkan jenis kalimat, pola kalimat dan bentuk ujarannya. Jenis-jenis kalimat tunggal berdasarkan bentuk sintaksisnya, terdiri atas kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat imperatif. Pola kalimat adalah P, S-P, P-S, P-O, S-P-O, S-P-K, S-P-O-Pel, S-P-O-K. Bentuk-bentuk ujaran anak yang dikaji dalam penelitian ini dimulai dari ujaran satu kata, dua kata, tiga kata, empat kata, dan lima kata.

3.1 Jenis-jenis Kalimat Dalam penelitian ini ditemukan beberapa

jenis kalimat yang diujarkan oleh anak usia 3;0–4;0, yaitu sebagai berikut.

a. Kalimat DeklaratifKalimat deklaratif merupakan kalimat yang

berfungsi untuk memberitahukan informasi kepada orang lain dan mengharapkan tanggapan seperti perhatian yang tercermin melalui pandangan mata. Kalimat deklaratif tersebut bisa berisi pemberitahuaan tentang subjek, predikat, objek, dan keterangan. Salah satu contoh kalimat deklaratif anak usia 3;0--4;0 adalahAnak: “Abang balaja.” abang - belajar ’Abang belajar.’

Percakapan tersebut diketahui bahwa anak mampu menjawab pertanyaan peneliti dengan baik. Anak mengulang kata Abang yang menjadi inti dari pertanyaan peneliti sehingga jawaban

anak tesebut menjadi lebih jelas. Maksud dari kalimat tersebut adalah anak memberi tahu kepada peneliti bahwa abangnya sedang belajar.

b. Kalimat Interogatif Kalimat interogatif merupakan kalimat

yang mendukung suatu permintaan agar kita diberitahu sesuatu atau kalimat yang berfungsi untuk menanyakan sesuatu, yang ditandai dengan adanya intonasi naik. Kalimat interogatif tersebut bisa berisi pertanyaan tentang subjek, predikat, objek dan keterangan. Salah satu contoh kalimat interogatif anak usia 3;0--4;0 adalahAnak: ”Ama manga tu, Mi?” Mama - mengapa - itu –Umi (Tante) ’Apa yang dilakukan mama, Umi (Tante)?’

Dari ujaran anak tersebut diketahui bahwa kalimat interogatif anak berisi pertanyaan tentang predikat yang bermaksud ingin mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Ibu. Anak menyampaikan rasa ingin tahunya itu dengan kalimat tanya Ibu manga tu, Mi? Dari kalimat itu, anak mengharapkan jawaban dari peneliti.

c. Kalimat ImperatifKalimat imperatif merupakan kalimat yang

isinya mengharapkan adanya reaksi berupa tindakan atau perbuatan dari orang yang diajak bicara. Salah satu contoh kalimat imperatif anak usia 3;0--4;0 adalahAnak: ”Uduikan TV wak lah, Mi!” hidupkan - tv - kita - lah –Umi (tante) ’Umi (Tante), kita hidupkan TV yuk!’

Page 7: PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU: STUDI …

Emil Septia: Pemerolehan Sintaksis Bahasa Minangkabau...

185

Ujaran anak tersebut termasuk pada kalimat imperatif yang bermaksud mengajak. Anak dengan nada membujuk, mengajak peneliti untuk mau menghidupkan TV. Ujaran Uduikan TV wak lah, Mi!, merupakan kalimat yang isinya mengajak seseorang untuk melakukan sesuatu.Anak: ”Buat yaya wak lah, Mi!” Membuat - susu – kita – lah – Umi (tante) ’Umi, kita membuat susu yuk!’

Ujaran anak tersebut termasuk pada kalimat imperatif yang bermaksud mengajak. Anak dengan nada membujuk, mengajak peneliti untuk mau membuatkan susu. Ujaran anak tersebut mengharapkan tanggapan dari peneliti. Ujaran Buat yaya wak lah, Mi! merupakan kalimat yang isinya mengajak seseorang untuk melakukan sesuatu.

3.2 Pola KalimatDalam penelitian ini ditemukan delapan

pola kalimat yang diujarkan oleh anak usia 3;0--4;0, antara lain:a. Predikat (P)

Contoh:

Ngantuak, ha!

P

Mengantuk -

’Umi (Tante), Sabrina merasa mengantuk!’Kalimat tersebut merupakan jenis kalimat

imperatif yang berpola predikat (P). Unsur pengisi predikat berupa verba (V). Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah anak meminta peneliti untuk membuatkan susu dan membelai rambutnya ketika anak sudah merasa mengantuk.

b. Subjek-Predikat (S-P)

Contoh:

Habibi nangih, Mi.

S P K. Sapaan

Habibi (adik sepupu/anak peneliti)– menangis –Umi (Tante)

’Habibi menangis, Umi.’

Jenis kalimat tersebut adalah kalimat deklaratif yang berpola subjek-predikat (S-P). Unsur pengisi subjeknya berupa nomina (N) dan unsur pengisi predikatnya berupa verba (V). Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah anak memberitahu kepada Umi (Tante/peneliti) bahwa adik sepupunya menangis.

c. Predikat-Subjek (P-S)

Contoh:

Ngantuk Ina,

P S

mengantuk - aku

’Mengantuk aku (Sabrina).’Jenis kalimat tersebut adalah kalimat

deklaratif yang berpola predikat-subjek (P- S). Unsur pengisi predikatnya berupa verba (V) dan unsur pengisi subjeknya berupa nomina (N). Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah anak memberitahukan bahwa matanya sudah mengantuk.

Masuklah Ai!

P S

masuklah ai!

‘masuklah Ai!’ Jenis kalimat tersebut adalah kalimat

imperatif yang berpola predikat-subjek (P-S). Unsur pengisi predikatnya berupa verba (V) dan unsur pengisi subjeknya berupa nomina (N). Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah anak menyuruh Ai (teman sebaya) untuk masuk ke rumahnya.

d. Predikat-Objek (dengan melesapkan subjek)

Contoh:

Anak: ”Minum yaya.”

P O

minum - susu

’(Sabrina) minum susu.’Jenis kalimat tersebut adalah kalimat deklaratif

yang berpola predikat-objek (P-O). Unsur pengisi predikatnya berupa verba (V) dan unsur pengisi

Page 8: PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU: STUDI …

186

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:179–189

objek nomina (N). Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah anak memberitahu kepada peneliti bahwa dia sedang minum susu. Susu ditandai oleh anak dengan kata yaya.

e. Subjek-Predikat-Objek (S-P-O)

Contoh:

Anak: ”Ina bali ciken,”. S P O

aku - beli -ayam goreng –Umi (tante)

’Aku (Sabrina) membeli ayam goreng, Umi (Tante).’Jenis kalimat tersebut adalah kalimat

deklaratif yang berpola subjek-predikat-objek (S-P-O). Unsur pengisi subjeknya berupa nomina (N), unsur pengisi predikatnya berupa verba (V), dan unsur pengisi objek nomina (N). Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah anak memberitahu kepada peneliti bahwa dia membeli ayam.

f. Subjek-Predikat-Keterangan (S-P-K)

Contoh:

Anak: ”Ina mandi jo Uncu”

S P K

aku - mandi - dengan –Uncu (Paman paling kecil)

’Aku (Sabrina) mandi dengan Paman yang paling kecil (saudara mama yang kelima/paling bungsu).’Jenis kalimat tersebut adalah kalimat

deklaratif yang berpola subjek-predikat-keterangan (S-P-K). Unsur pengisi subjeknya berupa nomina (N) dan unsur predikatnya berupa verba (V). Kalimat tersebut diperluas dengan keterangan yang berisi informasi tentang penyerta. Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah anak memberitahu kepada peneliti bahwa dia mandi dengan Uncu.

g. Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap (S-P-O-Pel)

Contoh:

Anak: ”Abang bali tas baru jo Ama, Mi”

S P O Pel

Abang - beli - tas - baru – sama Mama - Umi (tante)

’Abang membeli tas baru dengan Mama, Tante.’Jenis kalimat tersebut adalah kalimat

deklaratif yang berpola subjek-predikat-objek-pelengkap (S-P-O-Pel). Unsur pengisi subjeknya berupa nomina (N), unsur predikatnya berupa verba (V), unsur pengisi objeknya berupa nomina (N), dan diperjelas dengan pelengkap. Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah anak memberitahu peneliti bahwa abangnya membeli tas baru.

h. Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (S-P-O-K)

contoh:

Anak: ”Inabalicapeda ko di paca mah”

S P O K

aku - beli - sapeda - ini - di pasar

’Aku (Sabrina) membeli sepeda ini di pasar’Jenis kalimat tersebut adalah kalimat

deklaratif yang berpola subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-O-K). Unsur pengisi subjeknya berupa nomina (N), unsur predikatnya berupa verba (V), unsur pengisi objeknya berupa nomina (N), dan diperluas dengan keterangan tempat. Maksud kalimat yang diujarkan oleh anak di atas adalah anak memberitahu peneliti bahwa sepeda itu dibeli di pasar.

3.3 Bentuk UjaranAnak usia 3;0–4;0 sudah bisa menghasilkan

kalimat yang panjang. Kalimat anak tersebut pada umumnya terdiri atas ujaran satu kata, dua kata, tiga kata, empat kata, lima kata dan enam kata.

a. Ujaran Satu Kata

Contoh:

Anak: ”Kama?”

ke mana

’(Pergi) ke mana?’ Dari ujaran anak tersebut diketahui bahwa

bentuk ujarannya terdiri atas ujaran satu kata. Ujaran satu kata itu muncul ketika peneliti

Page 9: PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU: STUDI …

Emil Septia: Pemerolehan Sintaksis Bahasa Minangkabau...

187

mengajukan beberapa pertanyaan kepada anak dan anak menjawab pertanyaan peneliti itu dengan ujaran satu kata. Ujaran satu kata itu berpola predikat (P).

b. Ujaran Dua Kata

Contoh:

Anak: ”Mi, ambikan!”

Umi (tante) - ambilkan

’Umi (Tante) tolong ambilkan.’ Dari ujaran anak tersebut diketahui bahwa

bentuk ujarannya terdiri atas dua kata. Dalam ujaran dua kata itu ada beberapa kata yang dilesapkan oleh anak yang berfungsi sebagai objek.

c. Ujaran Tiga Kata

Contoh:

Anak: ”Ama ka kantua urah”

mama - ke –kantor lurah

’Mama pergi ke kantor lurah.Bentuk ujaran anak tersebut terdiri atas

ujaran tiga kata. Dari ujaran tiga kata itu terlihat bahwa perkembangan bahasa anak sudah semakin baik. Anak sudah bisa menyampaikan maksudnya dengan jelas sehingga mudah dimengerti oleh orang lain.

d. Ujaran Empat Kata

Contoh:

Anak: ”Mi ado hp tamela?”

Umi (tante) - ada - hp - kamera

’Tante punya hp kamera?’Bentuk ujaran anak tersebut terdiri atas

ujaran empat kata. Ujaran empat kata itu menunjukkan bahwa anak sudah mampu menggunakan semua unsur-unsur kalimat dalam ujarannya tersebut. Kalimat anak semakin jelas dan lengkap.

e. Ujaran Lima Kata

Contoh:

Anak: ”Ina pai mangaji beko, Mi.”

aku - pergi - mengaji - nanti – Umi (tante)

’Nanti aku (Sabrina) pergi mengaji, Umi (Tante).’Berdasarkan percakapan tersebut, diketahui

bahwa kalimat yang diujarkan anak terdiri atas lima kata. Anak sudah bisa menggunakan kalimat-kalimat yang panjang dan sudah bisa menyampaikan maksudnya dengan jelas. Perbendaharaan katanya pun sudah mulai banyak.Pembahasan

Dalam penelitian ini jenis-jenis kalimat yang diujarkan oleh anak usia 3;0–4;0 ada tiga, yaitu: kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif.. Kalimat yang paling sering diujarkan anak tersebut adalah kalimat deklaratif, setelah itu baru kalimat interogatif dan imperatif. Hal itu juga ditemukan dalam penelitian Soenjono Dardjowidjojo terhadap cucunya, Echa. Dardjowidjojo (2000:174) menyatakan bahwa pada usia 3;0, Echa sudah bisa mengujarkan kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Namun, terdapat satu perbedaan pada pemaknaan pemerolehan bahasa Sabrina yaitu kata yaya yang bermakna susu. Ketika Sabrina berusia 1;4 baru bisa berbicara menggunakan kata yaya untuk menyatakan permintaan susu. Sang Ibu menyatakan yaya ketika Sabrina menangis karena merasa haus untuk membuat Sabrina merasa tenang dan tidak menangis lagi sehingga pada usia 3;8 kata yaya masih digunakan Sabrina untuk memaknai meminta susu.

Anak usia 3;0–4;0 sudah bisa menggunakan subjek, predikat, objek, dan keterangan dalam kalimatnya. Pola kalimat yang dihasilkannya pun beragam, ada yang berpola P, S-P, P-S, P-O, S-P-O, S-P-K, S-P-Pel, dan S-P-O-K. Temuan itu juga sesuai dengan teori Dardjowidjojo yang membagi tingkat pemerolehan bahasa anak menjadi enam bagian. Anak usia 3;0–4;0 termasuk pada bagian kalimat, yaitu anak sudah memasuki masa menjelang tata bahasa dewasa. Pada masa ini anak sudah bisa menghasilkan kalimat-kalimat yang rumit. Rumit dalam pengertian sudah bisa menggunakan subjek, predikat, objek, bahkan keterangan.

Bentuk ujaran anak usia 3;0–4;0 ini pun banyak jenisnya. Ada yang terdiri atas ujaran satu kata, dua kata, tiga kata, empat kata, dan lima kata. Hasil temuan ini juga sesuai dengan teori Clara dan W. Stren (dalam Pateda,

Page 10: PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU: STUDI …

188

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:179–189

1990:55) yang membagi tahap perkembangan bahasa anak menjadi lima bagian, dan anak usia 2;6 dan seterusnya sudah termasuk pada bagian/stadia keempat. Pada tahap ini anak sudah bisa mengucapkan kalimat yang panjang.

Jadi, dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemerolehan sintaksis anak usia 3;0--4;0 sudah mendekati sempurna. Anak sudah bisa mengujarkan beberapa jenis kalimat, di antaranya kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Dilihat dari pola kalimatnya, anak juga sudah bisa menggunakan subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan serta dilihat dari bentuk ujarannya, anak sudah bisa mengujarkan kalimat yang pendek sampai kalimat yang panjang.

4. Penutup4.1 Simpulan

Berdasarkan deskripsi dan analisis data, dapat disimpulkan hal-hal berikut ini. Pertama, jenis-jenis kalimat yang diujarkan oleh anak usia 3;0–4;0 terdiri atas kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Kalimat yang paling sering diujarkan anak adalah kalimat deklaratif, setelah itu baru kalimat interogatif, dan imperatif. Kedua, pola kalimat deklaratif, interogatif dan imperatif yang muncul pada ujaran anak usia 3;0--4;0 beragam jenisnya, di antaranya P, S-P, P-S, P-O, S-P-O, S-P-K, S-P-

Pel, dan S-P-O-K. Unsur-unsur pengisi subjek (S) terdiri atas nomina (N), unsur-unsur pengisi predikat (P) terdiri atas verba (V), adjektiva (Adj), numeralia (Num), unsur-unsur pengisi objek (O) terdiri atas nomina (N), unsur-unsur pengisi pelengkap (Pel) terdiri atas nomina (N) dan adjektiva (Adj), dan keterangan (Ket) berisi tentang tempat, waktu, sebab, penyerta, dan alat.Ketiga, bentuk ujaran anak usia 3;0–4;0 terdiri atas ujaran satu kata, dua kata, tiga kata, empat kata, dan lima kata.

4.2 SaranDalam kesehariannya, anak usia 3;0–4;0

ini sudah mampu mengujarkan beberapa jenis kalimat tunggal, di antaranya kalimat deklaratif, interogatif, dan impertaif. Selain itu, anak tersebut juga sudah bisa mengujarkan kalimat majemuk, tetapi masih dalam bentuk sederhana dan jarang diujarkannya. Pola kalimatnya sudah sama dengan pola kalimat orang dewasa dan bentuk ujarannya masih terbatas. Supaya ujaran anak itu bervariasi, lebih jelas dan mudah dipahami oleh orang dewasa, orang tua dan lingkungan sangat berperan penting dalam proses ini. Bantuan dari orang tua dan orang lain yang berada di lingkungan tersebut ialah harus sering mengajak anak untuk berbicara agar artikulasinya makin jelas dan perbendaharaan katanya pun bertambah.

Daftar PustakaAlwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Arnawa, N. (2009).Bahasa Bali Usia Anak-Anak: Kajian Metabahasa Semantik Alami. Linguistika,

Vol. 16, No. (30).Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.Darjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Unika

Atma Jaya.Maksan, Marjusman. 1993. ”Psikolinguistik”. Buku Ajar. Padang. IKIP Padang Press.Moleong, J. Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.Pateda, Mansoer. 1990. Aspek-Aspek Psikolinguistik. Ende: Nusa Indah.Utari, Sri Subyakto-N.1988. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Page 11: PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU: STUDI …

Emil Septia: Pemerolehan Sintaksis Bahasa Minangkabau...

189

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa.Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa. Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangn Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Sofa. 2008. ”Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua”. http://ms.wikipedia.org/wiki/Bahasa_pertama (Diakes 17 November 2016).

Page 12: PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU: STUDI …

190

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:179–189