Transcript

i

PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI EKSTRAK AIR DAUN GAMALDARI EMPAT KULTIVAR BERBEDA UNTUK MENGENDALIKAN

KUTU PUTIH PEPAYA (Paracoccus marginatus)

(Skripsi)

Oleh

APRILIA SARI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

ii

ABSTRAK

PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI EKSTRAK AIR DAUN GAMALDARI EMPAT KULTIVAR BERBEDA UNTUK MENGENDALIKAN

KUTU PUTIH PEPAYA (Paracoccus marginatus)

Oleh

Aprilia Sari

Kutu putih pepaya (Paracoccus marginatus) dapat mengakibatkan produktifitaspepaya menurun dan kerugian ekonomi cukup besar yang harus ditanggung parapetani pepaya. Salah satu upaya pengendalian yang akhir-akhir ini dilakukanmenggunakan insektisida nabati. Ekstrak polar daun gamal (Gliricidia maculata)dari berbagai kultivar (Bandar Lampung (BL), Lampung Barat (LB), LampungUtara (LU), dan Pringsewu (PW)) pada skala laboratorium dapat menyebabkankematian berbagai jenis kutu putih (Paracoccus marginatus, Planacoccus citri,Pseudococcus cryptus dan Planacoccus minor). Penelitian ini bertujuan untukmenguji formulasi insektisida dari ekstrak kasar air serbuk daun gamal empatkultivar berbeda terhadap mortalitas hama kutu putih pepaya (P. marginatus).Formulasi dibuat berdasarkan nilai LC50 hasil bioassay ekstrak kasar air serbukdaun gamal masing-masing kultivar dengan perbandingan ekstrak kasar air serbukdaun gamal kultivar BL, LB, LU, dan PW berturut-turut 1:1:1:1 (Formula 1),2:1:1:1 (Formula 2), 1:2:1:1 (Formula 3), 1:1:2:1 (Formula 4) dan 1:1:1:2(Formula 5). Data mortalitas dianalisis dengan analisis probit untuk menentukanLC50 masing-masing kultivar, kemudian dilanjutkan dengan uji Anara dan ujilanjut LSD dengan SPSS 16.0 untuk menentukan formulasi yang efektif sebagaiinsektisida nabati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kasar airserbuk daun gamal keempat kultivar dapat mematikan hama kutu putih pepayadengan nilai LC50-72jam untuk kultivar LU, PW, LB, dan BL berturut-turut 0,033%,0,090%, 0,184%, dan 1,818%. Hasil uji bioassay diketahui formula yang dibuatdapat mematikan kutu putih pepaya sampai 86,7%. Formula 1 lebih efektifdibandingkan keempat formula lainnya.

Kata kunci : Paracoccus marginatus, insektisida nabati, daun gamal, formula

iii

PEMBUATAN INSEKTISIDA NABATI EKSTRAK AIR DAUN GAMALDARI EMPAT KULTIVAR BERBEDA UNTUK MENGENDALIKAN

KUTU PUTIH PEPAYA (Paracoccus marginatus)

Oleh

APRILIA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSARJANA SAINS

Pada

Jurusan BiologiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kibang Budi Jaya, Tulang Bawang pada

tanggal 21 April 1997 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara

oleh pasangan Bapak M. Aliffudin dan Ibu Yuliana.

Penulis menempuh pendidikan pertama pada tahun 2002 di

Taman Pendidikan Anak Al-Islam Tulang Bawang. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri 2 Kampung Baru pada tahun 2003 sampai

2006, dan melanjutkan di Sekolah Dasar Negeri 1 Bratasena Adiwarna sampai

tahun 2009. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 1 Bandar Mataram dan diselesaikan pada tahun 2012. Pada tahun

2014 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Kotagajah.

Pada tahun 2014 penulis resmi diterima sebagai mahasiswi Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui

jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama

menempuh pendidikan di Jurusan Biologi penulis pernah menjadi asisten

praktikum mata kuliah Mikrobiologi Umum Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

Biologi Umum, Taksonomi Hewan, dan Fisiologi Tumbuhan. Selain itu, penulis

viii

juga bergabung dengan keluarga besar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

FMIPA Universitas Lampung dan aktif di Himpunan Mahasiswa Biologi

(HIMBIO) FMIPA Universitas Lampung.

Pada bulan Januari-Februari 2017 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di Desa Kesumadadi, Kecamatan Bekri, Kabupaten Lampung Tengah, dan

melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu,

dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Lampung pada bulan Juli-Agustus 2017

dengan judul “Pengujian Bakteri Salmonella sp. pada Produk Perikanan di

Laboratorium Penguji Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan

Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Lampung”.

ix

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamiinPuji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan yang terbaik, segala kebaikan

dalam kehidupanku sehingga aku dapat mempersembahkan karya kecilku ini untuk:

Kedua orang tuaku tercinta, Ibunda YulianaPuspita Sari dan Ayahanda MuhammadAlifudin yang selalu menyayangi, mendukung, mendo’akan, dan memberikan yang terbaik

dalam kehidupanku sehingga aku dapat berada di tahap ini,

Adik-adikku tersayang, Yoga dan Gabriel yang selalu ku do’akan menjadi kebanggaankeluarga,

Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung yang telahmembimbing dan memberikan ilmu yang bermanfa’at selama perkuliahan,

Teman-teman, kakak-kakak, adik-adik, dan keluarga besar Jurusan Biologi FMIPAUniversitas Lampung yang selalu menyemangati, mendukung, dan menghibur,

Serta Almamater tercinta.

x

MOTTO

“Waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memanfaatkannya dengan baik, maka ia akanmemanfaatkanmu” – HR. Muslim

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya”– QS. Al-Baqarah: 286

“Faillure is another steppingstone to greatness” – Oprah Winfrey

“Someone is sitting in the shade today because someone planted a treea long time ago” – Warren Buffet

“Opportunities don’t happen, you create them” – Crish Grosser

“Nothing you can’t do while you have the courage to try and believeinyourself”

xi

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan yang terbaik dalam

kehidupan penulis, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pembuatan Insektisida Nabati Ekstrak Air Daun

Gamal dari Empat Kultivar Berbeda untuk Mengendalikan Kutu Putih

Pepaya (Paracoccus marginatus)” yang merupakan salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Sains di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung.

Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini tidak

dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan rasa

hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta (Ibu dan Papa) atas do’a, kasih sayang, dukungan, nasihat,

perhatian yang diberikan selama ini.

2. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D. selaku Pembimbing 1 atas semua bimbingan, ilmu,

saran, nasihat, dan semangat selama perkuliahan maupun selama penyusunan

skripsi.

xii

3. Ibu Gina Dania Pratami, M.Si. selaku Pembimbing 2 atas semua dukungan,

ilmu, bimbingan, nasihat, dan semangat selama perkuliahan maupun selama

penyusunan skripsi.

4. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed. selaku Pembahas dan Pembimbing

Akademik atas semua saran, ilmu, nasihat, bimbingan, dan semangat selama

perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

5. DRPM Kemenristek Dikti yang telah membiayai penelitian ini.

6. Ibu Dra. Nurul Utami atas bantuan, dukungan, ilmu, dan bimbingannya selama

penelitian.

7. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

8. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas

semua ilmu, semangat, dan motivasi yang diberikan selama perkuliahan.

10. Keluarga besar Hasan Khusaini dan Lacafi atas segala do’a, kasih sayang,

bantuan, perhatian, dan nasihat.

11. Teman bahagia Ezza Nanda Gemilang atas segala dukungan, do’a, perhatian,

saran, kesabaran, dan canda tawa.

12. Tim Gamal (Annisa Gena, Agata Yelin, Hona Anjelina, dan Yayang Anas)

yang selalu membantu, memberikan semangat, masukan, dan hiburan selama

penelitian ini.

13. Teman-teman terdekatku Astri Ayu, Teshya Damayanti, Betara Sona, Athiyya

Nurfadhilah, Yunita Sari, Pebi Angelica, Alfi Oktariani, Nuzulul Istikomah,

xiii

Nadhiroh Zulfa, yang selalu menemani, memberikan dukungan, semangat,

hiburan dan pelajaran selama ini.

14. Seluruh staf Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung atas segala bantuan,

dukungan, dan do’a.

Semoga segala kebaikan selalu menyertai dan karya ini dapat bermanfaat bagi kita

semua Aamiin.

Bandar Lampung, 4 Oktober 2018

Penulis,

Aprilia Sari

xiv

DAFTAR ISI

HalamanSAMPUL DEPAN .............................................................................................. i

ABSTRAK .......................................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL DALAM .......................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ ix

MOTTO .............................................................................................................. x

SANWACANA ................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xviii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1A. Latar Belakang .......................................................................................... 1B. Tujuan Penelitian........................................................................................ 4C. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4D. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 4E. Hipotesis .................................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 7A. Hama dan Insektisida ................................................................................ 7B. Kutu Putih Pepaya (P. marginatus) ........................................................... 11

1. Morfologi dan Klasifikasi P. marginatus ............................................ 112. Distribusi P. marginatus ...................................................................... 123. Siklus Hidup P. marginatus ................................................................ 13

C. Tanaman Gamal (Gliricidia maculata) ..................................................... 171. Morfologi dan Klasifikasi G. maculata ............................................... 172. Distribusi dan Kandungan Senyawa G. maculata ............................... 18

xv

D. Senyawa Flavonoid ................................................................................... 18E. Kerusakan Tanaman Pepaya Akibat Serangan P. marginatus .................. 19

III.METODE PENELITIAN ............................................................................. 21A. Waktu dan Tempat ................................................................................... 21B. Alat dan Bahan ......................................................................................... 22

1. Alat ..................................................................................................... 222. Bahan .................................................................................................. 22

C. Prosedur Penelitian ................................................................................... 231. Isolasi Senyawa Golongan Flavonoid ................................................ 23

a. Isolasi Ekstrak Metanol ................................................................ 23b. Isolasi Ekstrak Air ........................................................................ 23

2. Penentuan Kadar Senyawa Fenolik dan Flavonoid EkstrakKasar Metanol dan Air Serbuk Daun Gamal Keempat Kultivar......... 24a. Penentuan Kadar Fenolik ............................................................. 24b. Penentuan Kadar Flavonoid ......................................................... 25

3. Bioassay Ekstrak Kasar Metanol dan Air Serbuk Daun GamalMasing-masing Kultivar terhadap P. marginatus .............................. 27

4. Pembuatan Formula dari Ekstrak Kasar Air Serbuk Daun Gamal ..... 275. Analisis Data ...................................................................................... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 30A. Ekstrak Kasar Metanol dan Air Serbuk Daun Gamal .............................. 30B. Kromatogram Ekstrak Kasar Metanol dan Air Serbuk Daun Gamal........ 31C. Kadar Senyawa Fenolik dan Flavonoid Ekstrak Kasar Metanol dan

Air Serbuk Daun Gamal Keempat Kultivar ............................................. 34D. Bioassay Ekstrak Kasar Metanol dan Air Serbuk Daun Gamal ............... 35E. Bioassay Formula Ekstrak Kasar Air Serbuk Daun Gamal ...................... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 43A. Simpulan .................................................................................................... 43B. Saran .......................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 44

LAMPIRAN ........................................................................................................ 50

xvi

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 01. Hasil uji pemanfaatan ekstrak polar daun gamal berbagai

kultivar terhadap kutu putih .................................................................. 3

Tabel 02. Konsentrasi ekstrak kasar serbuk daun gamal kultivar BandarLampung, Lampung Barat, Lampung Utara, dan Pringsewu .............. 27

Tabel 03. Berat ekstrak kasar yang dihasilkan dari maserasi bertingkat,dan freeze dry serbuk daun gamal kultivar Bandar Lampung,Lampung Barat, Lampung Utara, dan Pringsewu ............................... 30

Tabel 04. Nilai Rf senyawa flavonoid ekstrak metanol dan air serbukdaun gamal empat kultivar berbeda .................................................... 33

Tabel 05. Kadar senyawa fenolik dan flavonoid ekstrak metanol dan airserbuk daun gamal keempat kultivar ................................................... 34

Tabel 06. Persentase rata-rata kematian P. marginatus yang diperlakukandengan ekstrak kasar metanol keempat kultivar padakonsentrasi dan waktu pengamatan yang berbeda .............................. 35

Tabel 07. Persentase rata-rata kematian P. marginatus yang diperlakukandengan ekstrak kasar air masing-masing kultivar padakonsentrasi dan waktu pengamatan yang berbeda .............................. 36

Tabel 08. Nilai LC50 ekstrak kasar metanol dan air serbuk daun gamalmasing- masing kultivar pada 72 jam setelah perlakuan .................... 37

Tabel 09. Hasil analisis paired T test nilai LC50 ekstrak kasar metanol danair serbuk daun gamal antar kultivar ................................................... 38

Tabel 10. Analisis ragam rata-rata kematian P.marginatus yangdiperlakukan dengan lima jenis formula ekstrak kasar airdaun gamal .......................................................................................... 40

Tabel 11. Rata-rata kematian kutu putih putih pepaya yang diperlakukandengan lima jenis formula dengan waktu pengamatanyang berbeda ....................................................................................... 41

Tabel 12. Uji bioassay formula ekstrak kasar air serbuk daun gamaldari empat kultivar berbeda (kultivar Bandar Lampung,Lampung Barat, Lampung Utara dan Pringsewu) padaP. marginatus ...................................................................................... 51

xvii

Tabel 13. Hasil analisis LSD formula 1, 2, 3, 4, dan 5 pada pengamatan24 jam setelah perlakuan .................................................................... 52

Tabel 14. Hasil analisis LSD formula 1, 2, 3, 4, dan 5 pada pengamatan48 jam setelah perlakuan .................................................................... 53

Tabel 15. Hasil analisis LSD formula 1, 2, 3, 4, dan 5 pada pengamatan72 jam setelah perlakuan .................................................................... 54

xviii

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 01. Bagan siklus hidup P. marginatus jantan dan betina ....................... 13

Gambar 02. Stadium nimfa instar pertama P. marginatus yang barumuncul (a), kantung telur (b) dan telur yang tidakberhasil menetas (c) ......................................................................... 14

Gambar 03. Stadium instar pertama P. marginatus (a), stadium instarkedua betina (b) dan stadium instar kedua jantan (c)........................ 15

Gambar 04. Stadium instar ketiga P. marginatus betina (a) stadium instarketiga P. marginatus jantan (b), dan stadium instar keempatjantan atau pupa (c) .......................................................................... 16

Gambar 05. Imago P. marginatus betina (a), eksuvia nimfa instar ketiga (b)dan imago P. marginatus jantan (c) .................................................. 17

Gambar 06. Struktur dasar senyawa flavonoid .................................................... 19

Gambar 07. Serangan P. marginatus pada buah pepaya (a) dan nekrotikpada daun pepaya (b) ....................................................................... 20

Gambar 08. Bagan alir pembuatan formula ekstrak kasar air serbukdaun gamal ....................................................................................... 28

Gambar 09. Kromatogram hasil analisis KLT ekstrak kasar metanol kultivarBL, LB, LU, dan PW dengan pelarut visualisasi AlCl3 dandilihat dibawah sinar UV 366 nm .................................................... 31

Gambar 10. Kromatogram hasil analisis KLT ekstrak kasar air kultivarBL, LB, LU, dan PW dengan pelarut visualisasi AlCl3 dandilihat dibawah sinar UV 366 nm .................................................... 32

Gambar 11. Rata-rata kematian kutu putih pepaya yang diperlakukandengan lima formula yang berbeda .................................................. 39

Gambar 12. Boxplot kelima formula pada pengamatan 72 jam setelahperlakuan .......................................................................................... 42

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman pepaya merupakan tumbuhan berbunga yang berasal dari Meksiko

dan Kosta Rika. Tanaman ini menyebar ke berbagai negara seperti Florida,

Hawai, India, Afrika Selatan, dan Australia akibat perdagangan pedagang

Spanyol. Tanaman pepaya masuk ke Indonesia pada tahun 1925-1930. Pada

awalnya tanaman tersebut hanya digunakan sebagai tanaman hias atau

tanaman pekarangan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dan dikembangkan

secara komersil setelah diketahui memiliki potensi yang cukup besar. Pepaya

termasuk dalam daftar komoditas buah-buahan yang mendapatkan prioritas

penelitian dan pengembangan dalam kurun waktu 5 tahun (1989-1994).

Indonesia mulai mengekspor pepaya ke Singapura dan Australia pada tahun

1986-1990, dan permintaan pasar dunia cenderung meningkat seiring dengan

meluasnya negara tujuan ekspor (Suprapti, 2005).

Pengkajian yang telah dilakukan mengenai manfaat pepaya menunjukkan

bahwa pepaya memiliki berbagai manfaat dalam pengobatan yaitu sebagai

antikanker, antioksidan, antidiabetes, antifertilitas, antiinflamasi,

anthelmintika, antibakteria, antimalarial, antidengue, dan penyembuh luka

(Rahayu dan Tjitraresmi, 2016).

2

Pada tahun 2008 Paracoccus marginatus (kutu putih pepaya) ditemukan di

Indonesia, negara pertama di Asia yang terjangkit hama ini (Muniappan, dkk.,

2008). Tahun 2009 serangan P. marginatus pada tanaman pepaya di

Kabupaten Bogor menyebabkan kerugian ekonomi mencapai 84% dan

menurunnya produksi pepaya sebesar 58% (Ivakdalam, 2010).

Serangan P. marginatus di Lampung baik ringan maupun berat baru

dilaporkan pada tahun 2009 tepatnya di Bandar Lampung dan sekitarnya.

Beberapa wilayah yang mengalami serangan berat hama ini meliputi Panjang,

Tanjung Senang, Kedaton, Kemiling, Rajabasa, Tanjung Karang Timur, dan

Tanjung Karang Barat (Susilo, dkk., 2009).

Upaya penanggulanganan hama ini sedikit sulit dilakukan apabila serangan

yang terjadi masuk dalam kategori serangan berat, sedangkan serangan ringan

dapat diatasi dengan cara diberi pupuk secara berimbang. Pengendalian

P. marginatus sebaiknya dilakukan sejak dini, sejak keberadaan hama ini

belum terlalu banyak (satu atau dua ekor saja) (Khalid, 2010). Selain itu,

dapat pula digunakan insektisida berbahan aktif imidakloprid yang didahului

dengan penyemprotan deterjen (Sartiami, dkk., 2009). Meskipun penggunaan

insektisida ini dapat dikatakan efektif namun tidak aman bagi musuh alami

P. marginatus (Sifa, dkk., 2013).

Beralihnya minat para petani dari pestisida sintetik ke pestisida nabati

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu harganya yang mahal, dan

menyebabkan presistensi hama sehingga perlu pengaplikasian dengan dosis

3

yang lebih tinggi untuk menangani hama tersebut, disamping itu penggunaan

dosis yang tidak tepat dapat mencemari lingkungan (Purwanto, 2006).

Ekstrak polar (metanol, etanol, dan air) daun gamal telah diujikan pada skala

laboratorium terhadap kutu putih. Beberapa penelitian terakhir mengenai

pengujian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil uji pemanfaatan ekstrak polar daun gamal berbagai kultivarterhadap kutu putih

Ekstrak Serangga Uji NilaiLC50/waktu

Referensi

Air daun gamal kutivarBandar Lampung

Imago kutu putihpepaya(Paracoccusmarginatus)

0,75 – 1,82%(48 jam)

Pratami(2011)

Air dan metanol daungamal kultivar LampungBarat

Imago kutu putihsirsak(Pseudococcuscryptus)

0,061% dan0,096%(72 jam)

Aksah(2016)

Air dan metanol daungamal kultivar LampungUtara

Imago kutu putihkopi (Planacoccuscitri)

0,033 % dan0,039%(72 jam)

Apriliyani(2016)

Air dan metanol daungamal kutivarPringsewu

Imago kutu putihkakao (Planacoccusminor)

0,047% dan0,054%(72 jam)

Andriyani(2016)

Hasil penelitian sebelumnya (Tabel 1) menunjukkan bahwa ekstrak polar

daun gamal (air dan metanol) dapat mematikan 50% kutu putih uji dalam

waktu 48 jam sampai 72 jam. Penelitian-penelitian tersebut menggunakan

daun gamal kultivar Bandar Lampung, Lampung Barat, Lampung Utara, dan

Pringsewu untuk jenis kutu putih yang berbeda. Guna mengetahui potensi

serbuk daun gamal dari keempat kultivar tersebut sebagai insektisida nabati

dalam mematikan P. marginatus maka dilakukan penelitian ini.

4

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui tingkat efektivitas serbuk daun gamal kultivar Bandar

Lampung, Lampung Barat, Lampung Utara, dan Pringsewu dalam

mematikan P. marginatus.

2. Mengetahui formula yang efektif dari ekstrak air serbuk daun gamal

terhadap mortalitas P. marginatus.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang

keefektifan daun gamal kultivar Bandar Lampung, Lampung Barat, Lampung

Utara, dan Pringsewu sebagai insektisida nabati yang dapat digunakan untuk

mengendalikan P. marginatus.

D. Kerangka Pemikiran

Pesatnya pertumbuhan P. marginatus berdampak langsung pada penurunan

produktivitas pepaya dan besarnya kerugian ekonomi yang harus ditanggung

para petani pepaya.

Penyebaran hama ini ke berbagai belahan dunia yang berawal dari Meksiko

tidak membutuhkan waku lama. Penyebarannya dapat terjadi akibat terbawa

angin, dan proses karantina tanaman impor yang kurang maksimal.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan populasi P. marginatus baik

dengan pelepasan parasitoid, introduksi musuh alami, penggunaan insektisida

sintetik, maupun insektisida nabati. Pengujian insektisida nabati yang telah

5

dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan daun gamal memberikan

hasil yang mampu menyebabkan kematian berbagai jenis kutu putih

(P. marginatus, P. citri, P. cryptus, dan P. minor).

Penelitian-penelitian tersebut menggunakan berbagai kultivar daun gamal,

dan kesemuanya berpotensi sebagai insektisida nabati untuk mematikan

berbagai jenis kutu putih yang berbeda. Penggunaan ekstrak air maupun

metanol serbuk daun gamal dari empat kultivar yang berbeda (Bandar

Lampung, Lampung Barat, Lampung Utara, dan Pringsewu) diharapkan dapat

menekan populasi hama kutu putih pepaya karena hama ini memiliki

kesamaan famili dengan P. citri, P. cryptus, dan P. minor yakni

Pseudococcidae.

Insektisida nabati yang dibuat pada penelitian ini berupa formula berdasarkan

nilai LC50 hasil bioassay esktrak kasar air dari masing-masing kultivar untuk

mematikan kutu putih pepaya. Perbandingan ekstrak kasar air daun gamal

kultivar Bandar Lampung, Lampung Barat, Lampung Utara, dan Pringsewu

yang digunakan dalam penelitian ini berturut-turut sebagai berikut 1:1:1:1

(formula 1), 2:1:1:1 (formula 2), 1:2:1:1 (formula 3), 1:1:2:1 (formula 4), dan

1:1:1:2 (formula 5). Data yang diperoleh dianalisis dengan program SPSS

16.0 untuk menentukan formula yang efektif sebagai insektisida. Penelitian

ini diharapkan memberikan informasi ilmiah mengenai formula insektisida

nabati ekstrak air daun gamal dari empat kultivar yang berbeda untuk

mengendalikan P. marginatus.

6

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah formula 1 lebih toksik

dibandingkan formula lainnya terhadap P. marginatus.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hama dan Insektisida

Hama adalah organisme yang memiliki sifat merusak tanaman budidaya seperti

pepaya, padi, ubi jalar, kol, dan wortel. Hama juga dikatakan sebagai

organisme parasit karena memakan atau menghisap zat makanan dari makhluk

hidup lain yang disebut inang (Pracaya, 2007).

Suatu bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama dikatakan

sebagai pestisida, berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti

membunuh. Pestisida dapat digolongkan menjadi berbagai macam berdasarkan

organisme target, seperti insektisida yang berfungsi untuk mematikan serangga

(Singh, 2012).

Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI Nomor 434.1/Kpts/TP.270/7/2001,

tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, yang dimaksud dengan

pestisida adalah semua zat kimia atau bahan aktif lain serta jasad renik dan

virus yang digunakan untuk beberapa tujuan salah satunya memberantas atau

mencegah hama dan penyakit merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil

pertanian.

8

Pestisida nabati adalah pestisida yang berbahan dasar tanaman. Pestisida

nabati sudah digunakan sejak lama oleh para petani. Pada tahun 1690 telah

digunakan perasan daun tembakau untuk mengendalikan hama sejenis kepik

pada tanaman persik oleh petani Perancis. Pestisida nabati menjadi tumpuan

pengendalian hama pada saat itu, namun dalam kurun waktu selanjutnya

penggunaan pestisida mulai ditinggalkan. Hal ini terjadi karena ditemukannya

pestisida sintetik yang kemudian digunakan secara luas. Sejak saat itu mulai

bermunculan berbagai produk pestisida sintetik, namun kurangnya kebijakan

para pengguna menyebabkan lingkungan tercemar (Sudarmo, 2005).

Sejak terjadinya krisis moneter, harga pestisida sintetik naik menjadi 2-3 kali

lipat. Beberapa hama menjadi kebal pestisida akibat penyemprotan yang tidak

bijaksana sehingga petani harus menggunakan dosis yang lebih tinggi dan

berulang-ulang untuk mengendalikan hama tersebut. Hal inilah yang menjadi

alasan para petani beralih ke pestisida nabati. Selain itu, pestisida nabati dapat

mengurangi pencemaran lingkungan, dan harganya relatif murah dibandingkan

dengan pestisida sintetik (Sudarmo, 2005).

Insektisida dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan asal dan sifat

kimianya, cara masuk insektisida tersebut ke dalam tubuh serangga (mode of

entry), cara insektisida menimbulkan keracunan (mode of action) dan

pencemaran lingkungan. Berdasarkan asal dan sifat kimianya insektisida

digolongkan menjadi insektisida nabati, berasal dari tumbuhan dan insektisida

sintetik yang berasal dari senyawa organik maupun anorganik (Pusat Penelitian

Kopi dan Kakao Indonesia, 2010).

9

Menurut Sembel (2015), insektisida dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan cara

masuknya ke dalam tubuh serangga (mode of entry) yaitu :

1. Racun perut

Insektisida yang dapat membunuh serangga dengan cara merusak atau

mengabsorbsi sistem pencernaan melalui makanan yang mereka makan

disebut racun perut. Insektisida akan menembus alat pencernaan dan bagian

dalam tubuh serangga setelah insektisida masuk melalui mulut dan saluran

makanan. Tipe insektisida ini efektif untuk hama dengan tipe mulut

penggigit pengunyah.

2. Racun kontak

Racun kontak adalah jenis insektisida yang dapat langsung membunuh

serangga apabila serangga kontak dengan insektisida tersebut. Insektisida

masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh

(trachea) atau langsung mengenai mulut serangga. Kelompok insektisida

ini dapat digunakan untuk serangga penghisap cairan tanaman.

3. Racun nafas

Racun nafas adalah jenis insektisida yang masuk melalui lubang-lubang

pernafasan (spiracle) kemudian menembus jaringan tubuh serangga

tersebut. Melalui mekanisme tersebut insektisida dapat membunuh

serangga.

10

Tarumingkeng (1992) membagi insektisida menjadi tiga jenis berdasarkan

mekanisme meracuni makanan serangga, yaitu :

1. Insektisida sistemik

Insektisida sistemik adalah jenis insektisida yang diserap melalui mulut

daun (stomata), meristem akar, lentisel batang dan celah lain yang terdapat

pada permukaan tanaman. Insektisida akan melewati sel-sel melalui

jaringan pengangkut dan meninggalkan residunya pada sel-sel tersebut,

residu yang tertinggal akan ditranslokasikan melalui jaringan pengangkut ke

arah atas ataupun bawah tanaman, termasuk tunas yang baru tumbuh.

Serangga yang memakan bagian tanaman yang mengandung residu

insketisida akan mengalami kematian.

2. Insektisida non-sistemik

Insektisida non-sistemik adalah jenis insektisida yang hanya menempel pada

permukaan tanaman karena tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman.

Serangga akan mengalami keracunan dan akhirnya mati apabila memakan

bagian tanaman yang terpapar insektisida di permukaannya.

3. Insektisida sistemik lokal

Insektisida sistemik lokal adalah jenis insektisida yang mampu diserap oleh

jaringan daun, akan tetapi tidak dapat ditranslokasikan ke jaringan bagian

tanaman lainnya seperti batang. Insektisida yang jatuh pada permukaan atas

daun akan menembus epidermis atas kemudian masuk ke dalam jaringan

parenkim pada mesofil dan menyebar keseluruh mesofil daun. Insektisida

ini juga masuk ke dalam sel lapisan epidermis daun bagian bawah.

11

Terdapat empat jenis insektisida berdasarkan cara insektisida tersebut

menimbulkan keracunan yaitu:

1. Racun fisik

Pemberian insektisida jenis ini menyebabkan keluarnya udara dari tubuh

serangga (minyak dan mineral) atau hilangnya air secara berlebih dari tubuh

serangga.

2. Racun protoplasmik

Serangga mati keracunan jika terkena insektisida jenis ini karena efek

pemberian insektisida ini berupa pengendapan protein dalam tubuh

serangga.

3. Racun pernapasan

Serangga mati akibat keracunan HCN, CO, dan H2S karena enzim-enzim

pernapasannya diinaktifkan oleh insektisida jenis ini.

4. Racun saraf

Pemberian insektisida jenis ini akan mempengaruhi sistem saraf serangga

misalnya senyawa siklodien dan organofosfat (Pusat Penelitian Kopi dan

Kakao Indonesia, 2010).

B. Kutu Putih Pepaya (P. marginatus)

1. Morfologi dan Klasifikasi P. marginatus

Imago betina P. marginatus berwarna kuning dengan lapisan lilin berwarna

putih, panjang tubuhnya sekitar 2,2 mm dengan lebar 1,4 mm. Telurnya

berwarna kuning kehijauan dan diletakkan di dalam suatu kantung yang

berukuran 2-4 kali panjang tubuh dan dilapisi dengan lapisan lilin berwarna

putih. Imago jantan berwarna merah muda terutama saat stadium prapupa

12

dan pupa, namun pada stadium instar pertama dan kedua berwarna kuning.

Berbeda dengan betinanya, panjang tubuh imago jantan hanya sekitar 1,0

mm dengan lebar 0,3 mm (Walker, dkk., 2008).

Klasikasi P. marginatus menurut Williams dan Granara de Willink (1992)

adalah :

Kingdom: Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Order : Hemiptera

Family : Pseudococcidae

Genus : Paracoccus

Species : Paracoccus marginatus

2. Distribusi P. marginatus

Meksiko dan Amerika Tengah merupakan daerah asal P. marginatus,

namun keberadaannya di kedua negara tersebut tidak dianggap sebagai

hama kemungkinan karena ditemukan musuh alami endemiknya. Meskipun

spesimen pertama P. marginatus dikumpulkan pada tahun 1955 di Meksiko,

pendeskripsiannya baru dilakukan pada tahun 1992 dan spesimen yang

diambil selain dari Meksiko juga berasal dari Belize, Kosta Rika, dan

Guatemala (Williams dan Granara de Willink, 1992).

P. marginatus dianggap sebagai hama di kepulauan Karibia dan sejak tahun

1994 menyerang 14 negara di kepulauan Karibia, dan pada tahun 1998

ditemukan di Florida (Walker, dkk., 2008). Pada tahun 2008 ditemukan di

13

Indonesia (Muniappan, dkk., 2008) dan pada tahun 2009 dilaporkan

keberadaannya di Bandar Lampung (Susilo, dkk., 2009).

3. Siklus Hidup P. marginatus

Individu betina dan jantan P. marginatus mengalami perbedaan dalam

tahapan perkembangan hidupnya. Metamorfosis paurometabola dialami

oleh individu betina yang terdiri dari stadium telur, stadium nimfa yang

terdiri dari instar satu sampai tiga dan stadium imago yang tidak bersayap.

Individu jantan mengalami metamorfosis holometabola (metamorfosis

sempurna), terdiri atas stadium telur, stadium nimfa yang terdiri dari instar

satu sampai empat. Instar tiga disebut prapupa dan instar empat disebut

pupa, selain itu imago jantan memiliki sepasang sayap (Friamsa, 2009;

Pramayudi dan Oktarina, 2012). Siklus hidup P. marginatus jantan dan

betina dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan siklus hidup P. marginatus jantan dan betina (Friamsa,2009).

Perbedaan antara individu jantan dan betina sudah terlihat pada stadium

nimfa instar kedua dengan melihat warna tubuhnya. Tubuh berwarna

kuning menjadi tanda individu betina, meskipun terkadang individu jantan

juga berwarna kuning namun biasanya individu jantan memiliki warna

tubuh merah muda. Pengamatan dapat dilakukan dengan mengamati sisa

Telur Instar 1

Instar 2 Imago

betina (♀)

Imago

jantan (♂)PupaPrapupa

Instar 3

Instar 2

14

pergantian kulit (eksuvia) serangga yang melekat pada daun, karena setiap

pergantian stadium serangga ditandai dengan pergantian kulit (Friamsa,

2009; Pramayudi dan Oktarina, 2012).

Telur P. marginatus berbentuk oval dengan warna kuning kehijauan dan

permukaan telur licin, diletakkan secara berkelompok di dalam ovisak atau

kantung telur yang terbuat dari benang-benang lilin yang sangat lengket

(Gambar 2b). Telur berubah warna menjadi agak kehitaman apabila gagal

menetas setelah satu hari (Gambar 2c), sedangkan telur yang berhasil

menetas berwarna kuning tua (Gambar 2a). Rata-rata lama stadium telur

P. marginatus adalah 7,0 ± 0,67 hari (Pramayudi dan Oktarina, 2012),

6,97 ± 0,93 hari (Friamsa, 2009), 7,25 ± 0,18 hari (Maharyani, dkk., 2016).

Faktor yang mempengaruhi perkembangan telur adalah suhu lingkungan

dan kelembaban. Perkembangan telur semakin singkat seiring dengan

semakin tingginya suhu lingkungan, mencapai puncak pada suhu 35oC dan

akan menurun secara signifikan setelah mencapai suhu 37oC (Amarasekare,

dkk., 2008; Friamsa, 2009).

Gambar 2. Stadium nimfa instar pertama P. marginatus yang baru muncul(a), kantung telur (b), dan telur yang tidak berhasil menetas (c)(Friamsa, 2009).

15

Stadium nimfa instar pertama sangat aktif bergerak guna menemukan

tempat yang nyaman untuk makan, seperti di tepi tulang daun, karena

sifatnya tersebut kutu pada stadium ini disebut crawler (Gambar 3a). Lama

perkembangannya rata-rata membutuhkan 4,00 ± 0,71 hari (Pramayudi dan

Oktarina, 2016). Pada stadium ini belum dapat dibedakan jenis kelaminnya

(Friamsa, 2009; Pramayudi dan Oktarina, 2016).

Gambar 3. Stadium instar pertama P. marginatus (a), stadium instarkedua betina (b) dan stadium instar kedua jantan (c)(Friamsa, 2009).

Pada stadium nimfa instar kedua jenis kelamin sudah dapat dibedakan

dengan melihat warna tubuhnya. Tubuh betina berwarna kuning, sedangkan

jantannya berwarna merah muda (Gambar 3b dan 3c). Nimfa instar kedua

betina membutuhkan waktu untuk berkembang rata-rata 3,8 ± 0,63 hari

sedangkan jantan rata-rata waktu perkembengannya 5,3 ± 0,50 hari

(Pramayudi dan Oktarina, 2016). Pada stadium ini P. marginatus tidak aktif

bergerak seperti nimfa instar satu (Friamsa, 2009; Pramayudi dan Oktarina,

2016).

Pada stadium nimfa instar ketiga P. marginatus betina dan stadium prapupa

instar ketiga jantan memiliki perbedaan ukuran tubuh, betina berukuran

a

16

lebih besar dibandingkan jantan (Gambar 4a dan 4b). Tahapan

perkembangan ini merupakan stadium akhir bagi P. marginatus betina

sebelum menjadi imago dengan rata-rata waktu perkembangan 3,8 ± 0,79

hari. Sedangkan P. marginatus jantan akan mengalami satu tahapan

perkembangan lagi sebelum menjadi imago, stadium pupa instar keempat

dengan tipe pupa eksarata yang ditutupi benang-benang lilin tanpa rumah

pupa atau kokon (Gambar 4c) (Friamsa, 2009; Pramayudi dan Oktarina,

2016). Lama waktu untuk perkembangan instar ketiga dan keempat

P. marginatus jantan berturut-turut 2,3 ± 0,50 hari dan 5,5 ± 0,58 hari

(Pramayudi dan Oktarina, 2016).

Gambar 4. Stadium instar ketiga P. marginatus betina (a) stadiuminstar ketiga P. marginatus jantan (b), dan stadium instarkeempat jantan atau pupa (c) (Friamsa, 2009).

Imago betina P. marginatus berbentuk oval, berwarna kuning dengan tubuh

tertutup lilin berwarna putih dan mengeluarkan embun madu (Gambar 5a).

C

17

Gambar 5b menunjukkan eksuvia nimfa instar ketiga. Stadium imago betina

mirip dengan stadium nimfa, namun ukurannya lebih lebar, sedangkan

imago jantan berwarna merah muda kecokelatan dengan sepasang sayap

(Gambar 5c), serta aktif terbang (Friamsa, 2009; Pramayudi dan Oktarina,

2016). Rata-rata lama hidup stadium imago betina dan jantan berturut-turut

adalah 12,8 ± 1,69 hari dan 3,3 ± 0,50 hari (Pramayudi dan Oktarina, 2016).

Gambar 5. Imago P. marginatus betina (a), eksuvia nimfainstar ketiga (b) dan imago P. marginatus jantan (c)(Friamsa, 2009).

C. Tanaman Gamal (Gliricidia maculata)

1. Morfologi dan Klasifikasi G. maculata

Tanaman G. maculata merupakan tanaman legum pohon yang bersifat

gugur daun. Diameter batangnya dapat mencapai 40 cm pada umur tertentu,

memiliki percabangan rendah tegak, pertumbuhan cabang menjorong ke

atas, memiliki tipe daun majemuk menyirip dengan 5-20 anak daun. Daun

G. maculata berbentuk oval, bulat telur dengan bagian bawah daun

berwarna buram, memiliki aroma langu atau getir (Purwanto, 2007).

18

Menurut Natalia, dkk. (2009) klasifikasi tanaman gamal adalah :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Class : Dicotyledonae

Order : Fabales

Family : Fabaceae

Genus : Gliricidia

Species : Gliricidia maculata

2. Distribusi dan Kandungan Senyawa G. maculata

Tanaman gamal berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah, dan telah lama

dibudidayakan di Amerika, Karibia, Afrika, dan Asia. Di pulau Pasifik

tanaman ini ditemukan di Samoa Amerika, Pulau Cook, negara federasi

Mikronesia, Fiji, Guam, Hawai, Kribati, Papua, Vanuatu, Pulau Solomon,

Samoa, Tonga, Kaledonia Baru, dan Polinesia (Elevitch dan Franchis,

2006).

Gamal mengandung flavonoid yang bersifat sebagai insektisida nabati

terhadap P. citri (Nukmal, dkk., 2010). Salah bahan aktif dari flavonoid

yang terdapat pada tanaman gamal yaitu kumarin, dimanfaatkan sebagai

akarisida untuk membasmi tungau (Yuningsih, 2010).

D. Senyawa Flavonoid

Flavonoid juga merupakan kelompok senyawa fenol terbesar yang terdapat

pada tumbuhan (Harborne, 1987; dan Robinson, 1995). Flavonoid pada

tumbuhan umumnya sebagai glikosida yang berperan penting dalam

19

menentukan aktivitas kerja tumbuhan tersebut. Flavonoid termasuk

senyawa fenolik pada tumbuhan yang berpotensi sebagai antioksidan

(Selawa, dkk., 2013).

Flavonoid disintesis melalui jalur polipropanoid. Kerangka struktural dasar

flavonoid C6-C3-C6 dimiliki oleh semua senyawa yang tergolong

flavonoid, terdiri atas dua cincin aromatik (A dan B) dan cincin heterosiklik

(C) yang berisi satu atom oksigen (Gambar 6) (Tapas, dkk., 2008).

Gambar 6. Struktur dasar senyawa flavonoid(Uivarosi dan Munteanu, 2017).

E. Kerusakan Tanaman Pepaya Akibat Serangan P. marginatus

P. marginatus akan menyuntikkan toksin pada tanaman yang diserang, yang

dapat menyebabkan klorosis (menguningnya daun), gugurnya daun dan

buah muda serta menghambat pertumbuhan tanaman (Gambar 7a dan 7b).

Daun yang terserang P. marginatus akan menjadi nekrotik atau jaringan

mati, menghitam dan keriput. P. marginatus biasanya berlindung dibagian

bawah daun terutama pangkal tulang daun. P. marginatus juga banyak

20

ditemukan pada tunas muda dan pucuk pohon, sehingga mengganggu titik

tumbuh tanaman tersebut (Sobir, 2009).

a b

Gambar 7. Serangan P. marginatus pada buah pepaya (a) (Galanihe, dkk.,2010) dan nekrotik pada daun pepaya (b) (Walker, dkk., 2008).

21

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Berbasis Kompetensi Nukmal,

dkk. dengan judul “Pengembangan Formula Insektisida Nabati dari Senyawa

Flavanoid Ekstrak Polar Daun Gamal (Grilicidia maculata) untuk

Mengendalikan Hama Kutu Putih Tahun 2017 - 2018”. Penelitian ini telah

dilakukan pada bulan Desember 2017 sampai Juli 2018. Sampel serbuk daun

gamal yang digunakan adalah daun gamal kultivar Bandar Lampung, Lampung

Barat, Lampung Utara, dan Pringsewu yang masing-masing berasal dari Desa

Pinang Jaya, Kecamatan Kemiling Raya, Kota Bandar Lampung; Pekon

Purawiwitan, Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat; Desa

Pekurun, Kecamatan Abung Pekurun, Kabupaten Lampung Utara; dan Desa

Suka Ratu, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu.

Pengambilan imago P. marginatus di Kota Bandar Lampung. Identifikasi

P. marginatus dilakukan di Laboratorium Zoologi FMIPA Universitas

Lampung.

Pembuatan ekstrak polar serbuk daun gamal dilakukan di Laboratorium

Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi (UPT LTSIT) Universitas Lampung.

22

Uji toksisitas dilakukan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengatahuan Alam Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik

untuk menimbang serbuk daun gamal, Erlenmeyer sebagai wadah untuk

merendam serbuk daun gamal, gelas beaker sebagai wadah pasta hasil

evaporasi, spatula untuk mengaduk sampel dan membersihkan ampas yang

menempel pada kertas saring setelah proses penyaringan, corong Buchner

yang di lapisi kertas saring untuk memisahkan filtrat dan ampas, almunium

foil dan plastik wrap untuk menutup Erlenmeyer, alat tulis dan kamera

untuk mendokumentasikan kegiatan, spektrofotometer UV-Vis untuk

analisis kadar fenolik dan flavonoid.

Lampu UV 366 nm berfungsi untuk visualisasi noda senyawa pada

kromatogram hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT), pemanas listrik untuk

memanaskan plat pada saat uji senyawa di KLT, pipet kapiler sebagai alat

pemindah sampel pada plat KLT.

Alat yang digunakan pada uji bioassay adalah toples sebagai wadah hama

kutu putih, tusuk gigi sebagai alat pemindah hama kutu putih dan kain kasa

sebagai penutup serta gelas plastik sebagai wadah media uji.

2. Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk daun

gamal, pelarut berupa heksana, diklorometana (DCM), metanol, dan etanol

23

kualitas pro analis (p.a), serangga uji berupa imago betina kutu putih

pepaya, pereaksi AlCl3 10%, akuades, akuabides, asam galat, kuersetin,

buah pepaya, NaOH 1M, CeSO4 10% , Na2CO3 7,5 %, NaNO2 5 %, dan

folin.

C. Prosedur Penelitian

1. Isolasi Senyawa Golongan Flavonoid

a. Isolasi Ekstrak Metanol

Proses pembuatan ekstrak metanol serbuk daun gamal kultivar Bandar

Lampung, Lampung Barat, Lampung Utara, dan Pringsewu

menggunakan metode maserasi bertingkat dengan pelarut heksana, DCM

dan metanol. Maserasi dengan setiap pelarut dilakukan selama 1x24 jam

dan diulang sebanyak 4 kali dengan tujuan senyawa non polar dan polar

larut sepenuhnya. Hasil maserasi dievaporasi pada tekanan dan suhu

tereduksi, kemudian dikering-bekukan dengan freeze dryer agar pelarut

terpisah dengan ekstrak yang didapatkan. Ekstrak tersebut dinamakan

ekstrak kasar.

Ekstrak kasar metanol dilihat kandungan senyawa flavonoidnya dengan

cara kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan plat silika fluoresensi

5x2 cm dengan larutan identifikasi CeSO4 10% dan AlCl3. Eluen yang

digunakan adalah etanol dan heksan dengan perbandingan 3:7.

b. Isolasi Ekstrak Air

Proses pembuatan ekstrak air serbuk daun gamal kultivar Bandar

Lampung, Lampung Barat, Lampung Utara, dan Pringsewu

24

menggunakan metode maserasi bertingkat dengan pelarut heksana, DCM,

metanol dan akuades. Maserasi dengan setiap pelarut dilakukan selama

1x24 jam dan diulang sebanyak 4 kali dengan tujuan senyawa non polar

dan polar larut sepenuhnya. Hasil maserasi dievaporasi pada tekanan dan

suhu tereduksi, kemudian dikering-bekukan dengan freeze dryer agar

pelarut terpisah dengan ekstrak yang didapatkan. Ekstrak tersebut

dinamakan ekstrak kasar.

Ekstrak kasar air di lihat kandungan senyawa flavonoidnya dengan cara

KLT menggunakan plat silika fluoresensi 5x2 cm dengan larutan

identifikasi CeSO4 10% dan AlCl3. Eluen yang digunakan adalah etanol

dan heksan dengan perbandingan 1:1.

2. Penentuan Kadar Senyawa Fenolik dan Flavonoid Ekstrak KasarMetanol dan Air Serbuk Daun Gamal Keempat Kultivar

Ekstrak kasar metanol dan air serbuk daun gamal keempat kultivar

dianalisis kadar fenolik dan flavonoidnya menggunakan spektrofotometri

UV-Vis.

a. Penentuan Kadar Fenolik

Larutan standar yang digunakan untuk penentuan kadar fenolik adalah

asam galat. Larutan induk asam galat 400 mg/L dibuat terlebih dahulu

dengan cara melarutkan 4 mg asam galat dengan akuabides sampai batas

miniskus labu ukur 10 ml. Kemudian membuat larutan asam galat 100

mg/L dengan cara melarutkan 2,5 mL larutan induk asam galat 400 mg/L

dengan akuabides sampai batas miniskus labu ukur 10 mL. Setelah itu

membuat larutan standar yang akan dianalisis bersamaan dengan sampel

25

untuk mengetahui kadar fenoliknya. Konsentrasi larutan standar yang

digunakan antara lain 0, 2, 5, 8, 10, 12, dan 15 mg/L. Larutan asam galat

100 mg/L diambil 0,2; 0,5; 0,8; 1,0; 1,2; dan 1,5 mL kemudian dilarutkan

ke dalam 10 mL akuabides untuk membuat larutan standar 2, 5, 8, 10, 12,

dan 15 mg/L . Larutan standar 0 mg/L dibuat tanpa tambahan larutan

asam galat. Selanjutnya membuat larutan stok folin dengan cara

melarutkan 2,5 mL folin dengan akuabides sampai batas miniskus labu

ukur 25 mL. Setiap konsentrasi larutan standar (0, 2, 5, 8, 10, 12, dan 15

mL) diambil 5 mL kemudian ditambahkan 1 mL folin dan didiamkan 5

menit. Setelah itu, 4 mL Na2CO3 7,5% ditambahkan dan didiamkan 90

menit. Larutan standar diukur absorbansinya pada panjang gelombang

747 nm dengan spektrofotometer UV-Vis.

Ekstrak kasar metanol dan air serbuk daun gamal masing-masing kultivar

ditimbang sebanyak 5 mg kemudian dilarutkan dengan 5 mL akuabides

untuk membuat larutan sampel awal. Larutan sampel induk masing-

masing kultivar dibuat dengan cara mengambil 5 ml dari larutan sampel

awal dan dilarutkan dengan akuabides sampai batas miniskus labu ukur

10 mL. Setelah itu, larutan sampel induk setiap kultivar diambil

sebanyak 5 mL kemudian direaksikan dengan cara yang sama dengan

larutan standar. Setiap sampel dibuat 3 ulangan.

b. Penentuan Kadar Flavonoid

Larutan standar yang digunakan untuk penentuan kadar flavonoid adalah

kuersetin. Larutan induk kuersetin 200 mg/L dibuat terlebih dahulu

26

dengan cara melarutkan 2 mg kuersetin dengan akuabides sampai batas

miniskus labu ukur 10 ml. Kemudian membuat larutan kuersetin 100

mg/L dengan cara melarutkan 2,5 mL larutan induk kuersetin 200 mg/L

dengan akuabides sampai batas miniskus labu ukur 10 mL. Setelah itu

membuat larutan standar yang akan dianalisis bersamaan dengan sampel

untuk mengetahui kadar flavonoidnya. Konsentrasi larutan standar yang

digunakan antara lain 0, 2, 5, 8, 10, 12, dan 15 mg/L. Larutan kuersetin

100 mg/L diambil 0,2; 0,5; 0,8; 1,0; 1,2; dan 1,5 mL kemudian dilarutkan

ke dalam 10 mL akuabides untuk membuat larutan standar 2, 5, 8, 10, 12,

dan 15 mg/L. Larutan standar 0 mg/L dibuat tanpa tambahan larutan

kuersetin. Kemudian mereaksikan 5 mL larutan standar setiap

konsentrasi (0, 2, 5, 8, 10, 12, dan 15 mg/L) dengan 0,3 mL NaNO2 5%

kemudian didiamkan 5 menit. Setelah itu, menambahkan 0,3 mL AlCl3

10% dan diamkan 5 menit kemudian ditambahkan 2 mL NaOH 1M, dan

akuabides sampai batas miniskus labu ukur 10 mL lalu diamkan 15

menit. Larutan standar diukur absorbansinya pada panjang gelombang

314 nm dengan spektrofotometer UV-Vis.

Ekstrak kasar metanol dan air serbuk daun gamal masing-masing kultivar

ditimbang sebanyak 5 mg kemudian dilarutkan dengan 5 mL akuabides

untuk membuat larutan sampel awal. Larutan sampel induk masing-

masing kultivar dibuat dengan cara mengambil 5 ml dari larutan sampel

awal dan dilarutkan dengan akuabides sampai batas miniskus labu ukur

10 mL. Setelah itu, larutan sampel induk setiap kultivar diambil

27

sebanyak 5 mL kemudian direaksikan dengan cara yang sama dengan

larutan standar. Setiap sampel dibuat 3 ulangan.

3. Bioassay Ekstrak Kasar Metanol dan Air Serbuk Daun Gamal Masing-masing Kultivar terhadap P. marginatus

Bioassay yang dilakukan adalah uji mortalitas terhadap P. marginatus

dengan ekstrak kasar metanol dan air serbuk daun gamal masing-masing

kultivar. Bioassay dilakukan dengan merendam buah pepaya dengan 5

taraf konsentrasi selama 10 menit. Konsentrasi yang digunakan dalam

bioassay berbeda-beda setiap kultivar sesuai dengan nilai LC50 yang

didapatkan peneliti terdahulu (Tabel 2). Pengamatan mortalitas serangga

uji dilakukan pada 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan. Percobaan ini

dilakukan masing-masing 3 kali ulangan.

Tabel 2. Konsentrasi ekstrak kasar serbuk daun gamal kultivar BandarLampung, Lampung Barat, Lampung Utara, dan Pringsewu

Kultivar Ekstrak Konsentrasi (%)

Bandar Lampung Metanol 0; 1; 2; 3; dan 4Air 0; 0,7; 1,4; 2,1; dan 2,8

Lampung Barat Metanol 0; 0,1; 0,2; 0,3; dan 0,4Air 0; 0,6; 0,12; 0,18; dan 0,24

Lampung Utara Metanol dan Air 0; 0,02; 0,04; 0,06; dan 0,08

Pringsewu Metanol dan Air 0; 0,05; 0,1; 0,15; dan 0,2

4. Pembuatan Formula dari Ekstrak Kasar Air Serbuk Daun Gamal

Formula dibuat berdasarkan nilai LC50 ekstrak kasar air serbuk daun gamal

masing-masing kultivar (kultivar Bandar Lampung, Lampung Barat,

Lampung Utara, dan Pringsewu), dengan cara mencampurkan ekstrak kasar

air keempat kultivar dengan perbandingan konsentrasi masing-masing

28

kultivar sebagai berikut : formula 1 (1:1:1:1), formula 2 (2:1:1:1), formula 3

(1:2:1:1), formula 4 (1:1:2:1), dan formula 5 (1:1:1:2). Selanjutnya diujikan

ke kutu putih pada skala laboratorium, lama perlakuan serta waktu

pengamatan mortalitas sama dengan bioassay yang dilakukan terhadap

ekstrak kasar metanol dan air serbuk daun gamal. Bagan alir pembuatan

formula ekstrak kasar air serbuk daun gamal ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Bagan alir pembuatan formula ekstrak kasar air serbuk daungamal

Serbuk daun gamal

Serbuk daun gamal masing-masing kultivar dimaserasi secara bertingkatHeksanDCMMetanolAir

Ekstrak kasar metanol dan air serbuk daun gamal keempat kultivar

Bioassay ekstrak kasar metanol dan air serbuk daun gamal masing-masingkultivar terhadap 300 ekor P. marginatus pada skala laboratorium

Pembuatan formula ekstrak kasar air dari empat kultivar berbeda (kultivarBandar Lampung, Lampung Barat, Lampung Utara, dan Pringsewu)berdasarkan nilai LC50 yang didapatkan dari bioassay dengan perbandingankonsentrasi setiap kultivar sebagai berikut: formula 1 (1:1:1:1), formula 2(2:1:1:1), formula 3 (1:2:1:1), formula 4 (1:1:2:1), dan formula 5 (1:1:1:2)

Bioassay formula terhadap 180 ekor P. marginatus padaskala laboratorium

Insektisida nabati (formula) untuk menunjangpertanian organik pada tanaman pepaya

29

5. Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis

probit untuk menentukan nilai LC50, uji Anara dan uji lanjut dengan LSD

dengan program SPSS 16.0 digunakan untuk menentukan formulasi yang

efektif sebagai insektisida nabati.

43

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Ekstrak kasar metanol dan air serbuk daun gamal kultivar Bandar

Lampung, Lampung Barat, Lampung Utara, dan Pringsewu efektif

mematikan kutu putih pepaya (P. marginatus).

2. Kelima formula yang digunakan dapat menyebabkan kematian

P. marginatus, formula 1 (1:1:1:1) lebih efektif dibandingkan formula

lainnya.

B. SARAN

Perlu dilakukan pembuatan formula dari ekstrak metanol serbuk daun

gamal empat kultivar berbeda terhadap mortalitas P. marginatus untuk

mengetahui efektivitasnya.

44

DAFTAR PUSTAKA

Aksah, F. 2016. Perbandingan Daya Racun Isolat Murni Ekstrak Metanol danEkstrak Air Daun Gamal (Gliricidia maculata) terhadap Mortalitas KutuPutih (Pseudococcus cryptus) pada Tanaman Sirsak (Annona muricata).Tesis. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UniversitasLampung. Bandar Lampung.

Aksah, F., Nukmal, N., dan Rosa, E. 2016. The Comparison of Toxicity PurifiedIsolate of Water dan Methanol Extracts of Powder Leaf Gliricidia maculataon Mortality Soursop Mealybug Pseudococcus cryptus. Proceedings of 3rd

International Wildlife Symposium 18-20 Oktober 2016 hlm 189-196.

Amarasekare, K. G., Mannion, C. M., dan Osborne, L. S. 2008. Effect ofTemperature on The Life History of The Mealybug Paracoccus marginatus(Hemiptera: Pseudococcidae). J Econ Entomol 37 (3): 1630-1635.

Andriyani, R. 2016. Daya Insektisida, Jenis dan Struktur Isolat Murni EkstrakPolar Serbuk Daun Gamal (Gliricidia maculata Hbr.) terhadap Kutu Putih(Planococcus minor Maskell ) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao).Tesis. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UniversitasLampung. Bandar Lampung.

Andriyani, R., Nukmal, N., dan Rosa, E. 2016. The Toxicity of Purified Isolate ofPolar Extract Powder Leafs Gliricidia maculata Hbr. to Cacao Mealybug(Planococcus minor Maskell). Proceedings of 3rd International WildlifeSymposium 18-20 Oktober 2016 hlm. 175-181.

Anggraini, A. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Makuto Dewo(Phaleria macrocarpa [Scheff] Boerl.). Makalah. Fakultas FarmasiUniversitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Apriliyani. 2016. Pengembangan Insektisida Nabati dari Senyawa FlavonoidEkstrak Daun Gamal (Gliricidia maculata, Hbr.) untuk MengendalikanHama Kutu Putih (Planococcus citri, Risso.) pada Tanaman Kopi (Coffearobusta, L.). Tesis. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Lampung. Bandar Lampung.

45

Asnan, T. A. W., Sartiami, D., Anwar, R., dan Dadang. 2015. Keefektifan EkstrakPiper retrofractum Vahl., Anonna squamosa L., dan Tephrosia vogeliiHook. serta Campurannya terhadap Imago Kutu Putih Pepaya Paracoccusmarginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae).Jurnal Entomologi Indonesia 12 (2): 80-90.

Aziz, T., Febrizky, S., dan Mario, A. D. 2014. Pengaruh Jenis Pelarut terhadapPersen Yieldalkaloid dari Daun Salam India (Murraya koenigii). TeknikKimia 20 (2): 1-6.

Elevitch, C. R., dan Franchis, J. K. 2006. Gliricidia sepium (Gliricidia).Permanent Agriculture Resources (PAR). Amerika.

Friamsa, N. 2009. Biologi dan Statistik Demografi Kutu Putih Pepaya Paracoccusmarginatus Williams & Granara De Willink (Hemiptera: Pseudococcidae)pada Tanaman Pepaya (Carica papaya L.). Skripsi. Fakultas PertanianInstitut Pertanian Bogor. Bogor.

Galanihe, L. D., Jayasundera, M. U. P., Vithana, A., Asselaarachchi, N., danWatson, G. W. 2010. Occurrence, Distribution and Control of PapayaMealybug, Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae), AnInvasive Alien Pest in Sri Lanka. Tropical Agricultural Research &Extension 13 (3): 81-86.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern MenganalisaTumbuhan. Alih Bahasa Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung.Bandung.

Ih, H., Fajriaty, I., Rahmawani, S. C., dan Abdurrachman. 2017. SkriningFitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis dari Ekstrak Etanol HerbaPacar Air. Seminar Nasional Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRIPontianak. Pontianak.

Ivakdalam, L. M. 2010. Dampak Ekonomi Serangan Hama Asing InvasifParacoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) pada Usaha TaniPepaya di Kabupaten Bogor. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut PertanianBogor. Bogor.

Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 434.1/Kpts/TP.270/7/2001. 2001. Syaratdan Tata Cara Pendaftaran Pestisida.http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/SK-434.1-01.pdf. Internet.Diakses pada 29 Oktober 2017 pukul 19:19.

Khalid, J. 2010. Mengendalikan Hama Kutu Putih pada Pepaya.http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=137:mengendalikan-hama-kutu-putih-pada-pepaya&catid=50:specifik-article. Internet. Diakses pada 25 Oktober 2017pukul 20:55 WIB.

46

Maharyani, Y., Rauf, A., Sartiami, D., dan Anwar, R. 2016. Biologi dan NeracaHayati Kutu Putih Pepaya Paracoccus marginatus Williams & Granara DeWillink (Hemiptera: Pseudococcidae) pada Tiga Jenis Tumbuhan Inang.J. HPT Tropika 16 (1): 1-9.

Markham, K. R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Alih Bahasa KosasihPadmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Muniappan , R., Shepard, B. M., Watson, G. W., Carner, G. R., Sartiami, D.,Rauf, A., dan Hammig M. D. 2008. First Report of The Papaya Mealybug,Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae), in Indonesia andIndia [Abstrak]. Journal of Agricultural and Urban Entomology25 (1): 37-40.

Natalia, H., Nista, D., dan Hindrawati, S. 2009. Keunggulan Gamal sebagaiPakan Ternak. BPTU Sembawa. Palembang.

Nuari, S., Anam, S., dan Khumaidi, A. 2017. Isolasi dan Identifikasi SenyawaFlavonoid Ekstrak Etanol Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus (F.A.C.Weber) Briton & Rose). Jurnal Farmasi Galenika 3 (2): 118-125.

Nukmal, N., Utami, N., dan Suprapto. 2010. Skrining Potensi Daun Gamal(Gliricidia maculata) sebagai Insektisida Nabati. Laporan Penelitian HibahStrategis. Universitas Lampung. Lampung.

Nukmal, N., dan Andriyani, R. 2017. Daya Insektisida Ekstrak Polar Serbuk DaunGamal (Gliricidia sepium, Jacq.) Kultivar Pringsewu terhadap Kutu PutihPlanococcus minor, Maskell (Hemiptera: Pseudococcidae) pada Kakao.Seminar Nasional Fakultas Pertanian UMJ. Jakarta.

Nukmal, N., Rosa, E., Apriliyani, dan Kanedi, M. 2017. Insecticidal Effects ofThe Flavonoid-rich Fraction of Leaves Extract of Gamal (Gliricidia sepium)on The Coffe Mealybugs (Planacoccus citri Risso.). Annual Research &Review in Biology 16 (6): 1-9.

Pasutri, A. Y. 2018. Karakterisasi dan Kuantifikasi Senyawa Flavonoid EkstrakPolar Daun Gamal Kultivar Lampung Utara dan Uji Aktivitasnya terhadapKutu Putih Kakao (Planacoccus minor). Skripsi (dalam proses). UniversitasLampung. Lampung.

Persada, Y. A. 2018. Kuantifikasi dan Penentuan Struktur Senyawa FlavonoidEkstrak Polar Daun Gamal (Gliricidia maculata) Kultivar Pringsewu danUji Toksisitasnya terhadap Kutu Putih Sirsak (Pseudococcus cryptus).Skripsi (dalam proses). Universitas Lampung. Lampung.

Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Swadaya. Depok.

47

Pramayudi, N., dan Oktarina, H. 2012. Biologi Hama Kutu Putih Pepaya padaTanaman Pepaya. J Floratek 7:32-44.

Pratami, G. D. 2011. Isolasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Air Serbuk DaunGamal (Gliricidia maculata ) dan Uji Toksisistasnya Terhadap Hama KutuPutih Pepaya (Paracoccus marginatus). Skripsi. Fakultas Matematika danIlmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Prijono, D. 2005. Pemanfaatan dan Pengembangan Pestisida Nabati. MakalahSeminar Ilmiah. Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian UniversitasLampung. Bandar Lampung.

Purwanto, A. W 2006. Aglaonema Pesona Kecantikan Sang Ratu Daun. Kanisius.Yogyakarta.

Purwanto, I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisisus. Yogyakarta.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2010. Buku Pintar Budi Daya Kakao.AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Putri, H. A. 2018. Penentuan Struktur dan Kadar Flavonoid Ekstrak Polar DaunGamal Kultivar Lampung Barat sebagai Insektisida Nabati terhadap KutuPutih Tanaman Kopi (Planacoccus citri). Skripsi (dalam proses).Universitas Lampung. Lampung.

Rahayu, S., dan Tjitraresmi, A. 2016. Review Artikel : Tanaman Pepaya (Caricapapaya L.) dan Manfaatnya dalam Pengobatan. Farmaka 14 (1): 1-17.

Redha, A. 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Perannya dalamSistem Biologis [Abstrak]. Jurnal Belian 9 (2): 196-202.

Raini, M. 2007. Kajian Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat KeracunanPestisida. Media Litbang Kesehatan 17 (3): 10-18.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB. Bandung.

Safitri, I., Nuria, M. C., dan Puspita, A. D. 2018. Perbandingan Kadar Flavonoiddan Fenolik Total Ekstrak Metanol Daun Beluntas (Pluchea indica L.) padaBerbagai Metode Ekstraksi. Inovasi Teknik Kimia 3 (1): 31-36.

Salim, M., Yahya, Sitorus, H., Ni’mah, T., dan Marini. 2016. HubunganKandungan Hara Tanah dengan Produksi Senyawa Metabolit Sekunder padaTanaman Duku. Jurnal Vektor Penyakit 10 (1): 11-18.

Sartiami, D., Dadang, A., Ruly, dan Harahap, S. 2009. Persebaran Hama BaruParacoccus marginatus di Provinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta.Seminar Nasional Perlindungan Tanaman 5-6 Agustus 2006.

48

Selawa, W., Runtuwene, M. R. J., dan Citraningtyas, G. 2013. KandunganFlavonoid dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol Daun Binahong[Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.]. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT2 (1): 18-22.

Sembel, D. T. 2015. Toksikologi Lingkungan. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Sifa, A., Prijono, D., dan Rauf, A. 2013. Keefektifan Tiga Jenis Insektisida Nabatiterhadap Kutu Putih Pepaya Paracoccus marginatus dan Keamanannyaterhadap Larva Kumbang Predator Curinus coeruleus. J. HPT Tropika13 (2): 124-132.

Singh, D. K. 2012. Pesticide Chemistry and Toxicology. Bentam Ebook. India.

Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Kanisius. Yogyakarta.

Sobir. 2009. Sukses Bertanam Pepaya Unggul Kualitas Supermarket. Agro MediaPustaka. Jakarta.

Suprapti, L. 2005. Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal. Kanisius.Yogyakarta.

Susilo, F. X., Purnomo, dan Swibawa, I G. 2009. Infestation of The PapayaMealybug in Home Yard Plants in Bandar Lampung, Indonesia. FakultasPertanian Universitas Lampung. Lampung.

Tapas, A.R., Sakarkar, D. M., Kakde, R. B. 2008. Flavonoids as Nutraceuticals:A Review. Tropical Journal of Pharmaceutical Research 7 (3): 1089-1099.

Tarumingkeng, R. 1992. Insektisida: Sifat, Mekanisme Kerja dan DampakPenggunaannya. UKRIDA Press.

Uivarosi, V., dan Munteanu, A.C. 2017. Flavonoid Complexes as PromisingAnticancer Metallodrugs. License InTech hlm. 305-333.

Yuningsih. 2010. Keberadaan Kandungan Kumarin Dalam Daun Gamal(Gliricidia sepium) sebagai Akarisida. Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner.

Walker, A., Hoy, M., dan Meyerdirk, D. 2008. Papaya Mealybug, Paracoccusmarginatus Williams and Granara de Willink (Insecta: Hemiptera:Pseudococcidae). University of Florida IFAS Extension.

Widyastuti, R., Susanti, D., dan Wijayanti, R. 2018. Toksisitas dan RepelensiEkstrak Daun Titonia (Tithonia diversifolia) terhadap Kutu Putih(Aleurodicus dugesii) pada Tanaman Iler. Buletin Penelitian TanamanRempah dan Obat 29 (1): 1-8.

49

Williams, D. J., dan Granara de Willink, M. C. 1992. Mealybugs of Central andSouth America. CAB International. Wallingford.


Recommended