Transcript
Page 1: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

PEMBERIAN TERAPI BERMAIN BERCERITA TERHADAP

TINGKAT KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN

An. H DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG

ANGGREK RSUD SUKOHARJO

DISUSUN OLEH :

ETICK NURLITASARI

NIM P.11016

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH

TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 2: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

PEMBERIAN TERAPI BERMAIN BERCERITA TERHADAP

TINGKAT KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN

An. H DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG

ANGGREK RSUD SUKOHARJO

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

ETICK NURLITASARI

NIM P.11016

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH

TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

i

Page 3: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
Page 4: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
Page 5: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
Page 6: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa karena berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Pemberian Terapi Bermain

Bercerita Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Asuhan Keperawatan An. H dengan

kejang Demam di Ruang Anggrek Rsud Sukoharjo”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, dan petunjuk

dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah

2. Ibu Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan sekaligus yang telah memberikan kesempatan untuk dapat

menimba ilmu dan memberikan bimbingan dengan cermat, memberikan

masukan - masukan dengan penuh kesabaran, sebagai inspirasi dan motivasi

3. Ibu Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Sekretaris Program Studi DIII

Keperawatan sekaligus pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah

memberikan bimbingan dengan cermat, teliti, memberikan banyak masukan -

masukan, memberi inspirasi, dan memfasilitasi demi sempurnanya studi

kasus ini

4. Ibu Noor Fitriyani, S.Kep., Ns selaku dosen penguji I yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan – masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan, serta memfasilitasi demi sempurnanya

studi kasus ini.

5. Ibu Nurul Devi, S.Kep., Ns selaku dosen penguji II yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan – masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan, serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua Bapak dan Ibu dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes

Kusuma Husada Surakarta yang telah ikut serta memberikan banyak sekali

v

Page 7: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

bimbingan mata kuliah dengan sabar, memberikan wawasan dan ilmu yang

bermanfaat

7. Kedua orang tua saya Ibu Sri Rahayu dan Bapak Taufik yang selalu

mendoakan, memberi semangat dan motivasi yang tak henti - hentinya demi

kelancaran, kesuksesan, dan kemudahan untuk menyelesaikan pendidikan

8. Linggar Rudi Saputra yang selalu membantu, memberi dukungan, memberi

semangat dan motivasi dalam menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini

9. Rini Rohana, Michel Nova Natalia dan Kartika Indah teman senasib

seperjuangan mengerjakan Karya Tulis Ilmiah, memberi semangat, motivasi,

dan dukungan

10. Teman - teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKES

Kusuma Husada Surakarta, dan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan

satu persatu, yang telah memberikan banyak dukungan moral dan spiritual

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta, Mei 2014

Penulis

vi

Page 8: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ................................................................... 4

C. Manfaat Penulisan ................................................................. 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kejang Demam ...................................................................... 7

1. Definisi ........................................................................... 7

2. Diklasifikasi Kejang Demam ......................................... 8

3. Etiologi ........................................................................... 9

4. Manifestasi Klinik .......................................................... 10

5. Patofisiologi..................................................................... 10

6. Komplikasi (Faktor Resiko) ............................................ 13

7. Pemeriksaan Penunjang ................................................. 13

vii

Page 9: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

8. Penanganan Medis .......................................................... 14

B.

Asuhan Keperawatan ............................................................

19

1. Pengkajian ...................................................................... 19

2. Diagnosa Keperawatan ...................................................

21

3. Renana Keperawatan ......................................................

22

C.

Cemas ....................................................................................

25

1. Alat Ukur Kecemasan ....................................................

25

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Imobilisasi ...............

25

D.

Terapi Bermain ......................................................................

29

1. Pengertian .......................................................................

29

2. Keuntungan bermain ......................................................

29

3. Tujuan ............................................................................

29

4. Alat permainan yang di anjurkan ..................................

30

5. Manfaat bermain bagi anak ............................................

31

BAB III LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ...................................................................... 36

B.

Pengkajian .............................................................................

37

C.

Daftar Perumusan Masalah ....................................................

44

D.

Perencanaan ...........................................................................

45

E.

Implementasi .........................................................................

46

F.

Evaluasi .................................................................................

48

viii

Page 10: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian .............................................................................. 50

B. Diagnosa Keperawatan .......................................................... 54

C. Intervensi ............................................................................... 57

D. Implementasi ......................................................................... 58

E. Evaluasi ................................................................................. 60

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................ 62

B. Saran ...................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ix

Page 11: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala HRSA .......................................................................... 24

Tabel

3.1

Pengkajian Kecemasan .........................................................

38

x

Page 12: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Jurnal Utama Lampiran

II Jurnal Pendukung

Lampiran III Asuhan Keperawatan

Lampiran IV Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran V Log Book

Lampiran VI Format Pendelegasian

Lampiran VII Lembar Konsul

Lampiran VIII Daftar Riwayat Hidup

xi

Page 13: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kejang demam adalah yang di hubungkan dengan suatu penyakit yang

dicirikan dengan demam tinggi (38,9°C-40,0°C). Kejang demam berlangsung

kurang dari 15 menit, generalisata dan terjadi pada anak-anak tanpa kecacatan

neurologik (Muscari, 2005:185). Adapun faktor resiko kejang demam yaitu,

riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 18 bulan, temperatur

tubuh saat kejang. Makin rendah temperatur saat kejang makin sering berulang

dan lamanya demam. Adapun faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari,

adalah adanya gangguan perkembangan neurologis, kejang demam kompleks,

riwayat epilepsi dalam keluarga lamanya demam Mangunatmadja dalam

Gunardi (2011 : 192).

Berdasarkan angka kejadian hampir 1,5 juta kejadian kejang demam

terjadi setiap tahunya di USA, dan sebagian besar terjadi dalam rentang usia 6

hingga 36 bulan, dengan puncak pada usia 18 bulan. Angka kejadian kejang

demam bervariasi di berbagai Negara. Daerah Eropa Barat dan Amerika tercatat

2-4 angka kejadian kejang demam per tahunnya sedangkan di india sebesar 5-

10% dan jepang 8,8%. Hampir 80% kasus adalah kejang demam sederhana

(kejang <15 menit, umum, tonik atau klonik, akan berhenti sendiri tanpa gerakan

fokal atau berulang dalam waktu 24 jam). Sedangkan 20% kasus merupakan

kejang demam atau lebih dari satu kali dalam 24 jam (Prastiya, 2012:77).

1

Page 14: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

2

Sementara angka kejadian kejang demam di Indonesia dalam jumlah prosentase

yang cukup seimbang dengan negara lain Disini kejang demam di laporkan di

Indonesia mencapai 2 - 4% dari tahun 2005 - 2006. Propinsi Jawa Tengah

mencapai 2 - 3 % dari tahun 2005 - 2006. Berdasarkan data yang dimiliki oleh

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, angka kejadian di

wilayah Jawa Tengah sekitar 2% hingga 5% pada anak usia 6 bulan sampai 5

tahun disetiap tahunnya (Iksan, 2011).

Pada penatalaksanaan keperawatan kejang demam terdapat masalah yang

muncul yaitu : Resti ketidak efektifan pola nafas, resiko cidera, hipertermi,

kecemasan (Nugroho, 2011 : 59 - 61). Sehingga untuk mengatasi masalah -

masalah tersebut maka dilakukan intervensi keperawatan yang dilakukan pada

pasien kejang demam yaitu, resti ketidak efektifan pola nafas, kaji status

pernafasan klien, kaji penyebab ketidak efektifan pernafasan, auskultasi bidang

paru dan observasi pernafasan klien, bila kejang baringkan klien terlentang

dengan kepala dimiringkan. Untuk masalah resiko cidera intervensi yang

dilakukan menghindarkan lingkungan yang berbahaya, menganjurkan keluarga

untuk menemani pasien, memindahkan barang-barang yang berbahaya. Untuk

masalah hipertermi intervensi yang dilakukan memonitor suhu, memonitor

warna kulit, berikan antipiretik. Untuk masalah kecemasan intervensi yang

dilakukan kaji tingkat kecemasan, berikan pendekatan yang menenangkan, beri

pendamping (Nurarif dan Kusuma, 2013 : 392 - 393).

Page 15: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

3

Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 07 April

2014 di ruang Anggrek RSUD Sukoharjo di dapatkan salah satu keperawatan

pada An. H adalah kecemasan, disini kecemasan timbul karena tidak nyaman

atau kekhawatiran dalam proses perawatan, selama di rumah sakit. Biasanya

reaksi anak terhadap hospitalisasi terjadinya cemas adalah menolak makan,

sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.

Sehingga perawatan di rumah sakit menjadi terganggu. Sering kali hospitalisasi

dipersepsikan oleh anak hukuman, sehingga ada perasaan malu, takut sehingga

menimbulkan reaksi agresif marah, berontak, tidak mau bekerja sama dengan

perawat Jovan, (2007) dalam Handayani dan Puspitasari (2008). Berdasarkan

jurnal menurut Handayani dan Puspitasari 2008 salah satu tindakan untuk

mengurangi kecemasan yaitu dengan terapi bermain.

Adapun pengertian dari terapi bermain adalah salah satu cara untuk

mengurangi kecemasan anak selama menjalani perawatan di rumah sakit.

Bermain dapat menjadi bahasa yang universal, meskipun tidak pernah di

masukan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui

bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apa pun yang mereka inginkan.

Bermain juga menjadi media terapi yag baik bagi anak-anak bermasalah selain

berguna untuk mengembangkan potensi anak Martin, (2008) dalam Handayani

dan Puspitasari (2008). Ada beberapa jenis terapi bermain, salah satunya adalah

terapi bermain tekhnik bercerita, dengan bercerita kita bisa menyampaikan pesan

tertentu pada anak, dalam cerita dapat bermanfaat sebagai obat untuk

menyembuhkan sakit.

Page 16: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

4

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk

mengaplikasikan hasil penelitian dari Handayani dan Puspitasari 2008 pada

asuhan keperawatan kejang demam pada An. H dengan masalah kecemasan.

Keluarga pasien mengatakan An. H menangis ingin pulang, An. H tampak

gelisah, klien tampak menangis, klien tampak takut. Selain itu penulis juga

mendapatkan data dari wawancara dengan perawat yaitu perawat belum pernah

melakukan hasil penelitian tentang terapi bermain untuk mengurangi tingkat

kecemasan pada penderita kejang demam selama menjalani perawatan di ruamah

sakit. Maka dari itu penulis bermaksud untuk menyusun karya tulis ilmiah yang

berjudul : Pemberian Terapi Bermain Bercerita Terhadap Tingkat Kecemasan

Pada Asuhan Keperawatan An. H Dengan Kejang Demam Di Ruang Anggrek

RSUD Sukoharjo.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus pemberian terapi bermain terhadap tingkat

kecemasan pada asuhan keperawatan An. H dengan kejang demam di

RSUD Sukoharjo.

2. Tujuan khusus

a) Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. H dengan Kejang

demam

b) Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. H Kejang

demam

Page 17: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

5

c) Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada An. H

dengan Kejang demam

d) Penulis mampu melakukan implementasi pada An. H dengan Kejang

demam

e) Penulis mampu melakukan evaluasi pada An. H dengan Kejang demam

f) Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terapi bermain terhadap

tingkat kecemasan pada An. H dengan Kejang demam.

C. Manfaat Penelitian

1. Rumah sakit

Sebagai bahan makanan dan menambah referensi untuk lebih meningkat

mutu pelayanan yang di berikan pada pasien dengan kecemasan kejang

demam selama menjalani perawatan di rumah sakit RSUD SUKOHARJO.

2. Bagi institusi akademik

Menjadi wawancara dan bahan masukan dalam belajar mengajar terhadap

pemberian asuhan keperawatan pada pasien kecemasan selama menjalani

perawatan di rumah sakit pada kejang demam

3. Bagi perawat

Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada

pasien penderita Kejang Demam. Melatih berfikir dalam melakukan asuhan

keperawatan. Khususnya pada pasien dengan diagnosa Kejang Demam.

Page 18: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

6

4. Bagi penulis

Di harapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang

lebih mendalam dan upaya dalam asuhan keperawatan khususnya pada

pasien kecemasan dengaan kejang demam selama perawatan di rumah sakit.

5. Bagi pembaca

Memberikan kemudahan bagi pembaca untuk sarana dan prasarana

dalam pengembangan ilmu keperawatan, diharapkan setelah pembaca

membaca buku ini dapat mengetahui tentang pengaruh terapi bermain

terhadap tingkat kecemasan anak selama menjalani perawatan di rumah

sakit dan menjadi acuan atau sebuah penelitian untuk kasus ini.

Page 19: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kejang Demam

1. Pengertian

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranium. Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980).

Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi

antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak

pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak

yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu

tidak ternasuk. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang

ditandai dengan kejang berulang tanpa demam (Mansjoer dkk, 2009:434).

Kejang demam (febrile convulsion, seizure), ialah perubahan

aktifitas motorik dan / atau behavior yang bersifat paroksismal dan dalam

waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otak yang

terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagdo, 2012 : 90). Kejang demam

suatu kejang yang terjadi pada usia antara 3 bulan hingga 5 tahun yang

berkaitan dengan demam namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi

intrakarnial atau penyebab yang jelas (Meadow & Newell, 2007 : 113).

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu mencapai > 38oC). Kejang demam dapat terjadi karena proses

7

Page 20: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

8

intrakarnial maupun ekstrakarnial. Kejang demam terjadi pada 2-4%

populasi anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Paling sering pada anak usia

17-23 bulan (Nurarif dan Kusuma, 2013 : 391). Kejang demam adalah

kejang yang dihubungkan dengan suatu penyakit yang dicirikan dengan

demam tinggi (suhu 38,9o – 40,0o C). Kejang demam berlangsung kurang

dari 15 menit, generalisata, dan terjadi pada anak-anak tanpa kecacatan

neurologik. Jenis kejang ini memberi dampak 3% sampai 5% pada anak dan

biasanya terjadi setelah usia 6 bulan dan sebelum usia 3 tahun. Kejang

demam tidak lazim terjadi pada anak setelah usia 5 tahun (Muscari,

2005:185).

2. Klasifikasi Kejang Demam

Klasifikasi kejang demam menurut Nurarif dan Kusuma (2013:391) yaitu:

a. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)

Ciri dari kejang ini adalah :

1) Kejang berlangsung singkat

2) Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu <10 menit

3) Tidak berulang dalam waktu 24 jam

b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)

Ciri kejang ini :

1) Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit

2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului

kejang parsial.

3) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.

Page 21: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

9

3. Etiologi

Hingga kini belum diketahui dengan pasti, demam sering disebabkan

infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan

infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.

Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang

(Mansjoer dkk, 2009:434). Menurut Nurarif dan Kusuma, 2013:391, kejang

dibedakan menjadi intrakarnial dan ekstrakarnial.

Intrakarnial meliputi:

a. Trauma (pendarahan) : pendarahan subarachnoid, subdural atau

ventrikuler.

b. Infeksi : bakteri, virus, parasite misalnya meningitis

c. Kongenital : disgenesis kelainan serebri

Ekstrakarnial meliputi :

a. Gangguan metabolic, hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia,

gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat

diare sebelumnya.

b. Toksik : intosikasi, anestesi lokal, sindroma putus obat

c. Kongenital : gangguan metabolism asam basa atau ketergantungan dan

pirikdosin.

Nugroho (2011:58) bahwa penyebab kejang demam yaitu:

a. Simtomatik : infeksi, toksik, trauma, gangguan peredaran darah,

gangguan metabolik dan nutrisi, tumor, psikogenik.

b. Idiopatik : kejang demam, epilepsi idiopatik.

Page 22: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

10

4. Manifestasi klinik

a. Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik

berlangsung 10 s.d 15 menit bisa juga lebih.

b. Takikardi : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit.

c. Pulsar arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai

akibat menurunnya curah jantung.

d. Gejala bendungan system vena:

1) Hepatomegali

2) Peningkatan tekanan vena jugularis (Nurarif dan Kusuma,

2013:392).

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Menurut Nurarif dan Kusuma, (2013 : 392) yaitu :

1) Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap,

elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang

tidak menunjukkan kelainan yang berarti.

2) Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk

menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi

lumbal pungsi pada pasien dengan kejang demam meliputi :

a) Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala

meningitis sering tidak jelas

b) Bayi antara <12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melakukan

lumbal pungsi kecuali paseti bukan meningitis.

Page 23: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

11

3) Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak

khas

4) Pemeriksaan foto kepala, CT-scan, dan/ atau MRI tidak dianjurkan

pada anak tanpa kelainan neurologis karena hampir semuanya

menunjukkan gambaran normal. CT scan atau MRI

direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi

organik di otak.

b. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada

kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber

infeksi penyebab demam atau keadaan lain, misalnya

gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium

yang dapat dikerjakan, misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula

darah (level II-2 dan level III, rekomendasi D). Widodo dalam

Gunardi (2011 : 195).

2) Pungsi Lumbal

Pemeriksaan cairan serebropsional dilakukan untuk

menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko

terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6 % - 6,7 %.

Pada bayi kecila seringkali dilakukan untuk menegakkan

atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi

Page 24: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

12

klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu, pungsi lumbal dianjurkan

pada:

a) Bayi (kurang dari 12 bulan) sangat dianjurkan dilakukan

b) Bayi 12-18 bulan dianjurkan

c) Anak umur > 18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis

secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal

Widodo dalam Gunardi (2011 : 195).

3) Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektro ense falo grafi (EEG) tidak dapat

memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan

kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh

karenanya, tidak direkomendasikan (level II2, rekomendasi E).

Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang

demam yang tidak khas, misalnya kejang demam kompleks pada

anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal Widodo

dalam Gunardi (2011 : 95).

4) Pencintraan

Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computer

tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging

(MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin, dan hanya atas indikasi,

seperti:

a) Kelainan neurologic fokal yang menetapp (hemiparesis)

b) Paresis nervus VI

Page 25: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

13

c) Papilledema Widodo dalam Gunardi (2011 : 195).

6. Patofisiologi

Pada demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan 02 meningkat 20 % pada

seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh

tubuh di bandingkan dengan orang dewasa (hanya 15 %) oleh karena itu,

kenaikan suhu tubuh dapat dapat mengubah keseimbangan membran sel

neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium

melalui membran listrik. Dengan bantuan “neurotransmiter”, perubahan

yang terjadi secara tiba - tiba ini dapat menimbulkan kejang Ngastiyah

(2005) dalam Indawati (2009).

7. Komplikasi (Faktor Resiko)

Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.

Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara

kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonates, anak

dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam

pertama, kira-kira 33 % anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih,

dan kira-kira 9 % anak mengalami 3 kali rekurensai atau lebih, resiko

rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang

setelah demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, riwayat

keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi.

a. Riwayat kejang demam dalam keluarga

b. Usia kurang dari 18 bulan

Page 26: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

14

c. Temperatur tubuh saat kejang. Makin rendah temperatur saat kejang

makin sering berulang.

d. Lamanya demam. Adapun faktor resiko terjadinya epilepsi di

kemudian hari, adalah :

1) Adanya gangguan perkembangan neurologis

2) Kejang demam kompleks

3) Riwayat epilepsi dalam keluarga

4) Lamanya demam

Mangunatmadja dalam Gunardi (2011: 191).

8. Penatalaksanaan Medis

Ada 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu : (1) pengobatan fase akut; (2)

mencari dan mengobati penyebab; (3) pengobatan profilaksis terhadap

berulangnya kejang demam.

a. Pengobatan fase akut.

Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien

dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan nafas

harus bebas, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang

tinggi diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antipiretik.

Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam

yang diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3

-0,5 mg/kg BB/kali dengan kecepatan 1 - 2 mg/menit dengan dosis

maksimal 20 mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis,

hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang

Page 27: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

15

lagi jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau

pemberiannya sulit, gunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB < 10 kg)

atau 10 mg (BB > 10 kg). Bila kejang tidak berhenti dapat diulang

selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fentoin

dengan dosis awal 10 - 20 mg/kg BB secara intravena perlahan-lahan 1

mg/kg BB/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan

pembilasan dengan NaCl fisiologis kerena fenitoin bersifat basa dan

menyebabkan iritasi vena.

Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan

fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal

untuk bayi 1 bulan-1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg

secara intramuskular. Empat jam kemudian berikan fenobarbital dosis

rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kg BB/hari dibagi 2

dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi

2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara

suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total

tidak melebihi 200 mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi,

penurunan kesadaran, dan depresi pernapasan.

Bila kejang berhenti degan fenitoin, lanjutkan fenitoin dengan

dosis 4-8 mg/kg BB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.

Page 28: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

16

b. Mencari dan mengobati penyebab.

Pemeriksaan cairan serebropinal dilakukan untuk

menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang

deman yang pertama.

c. Pengobatan profilaksis.

Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat

demam dan (2) profilaksis terus-menerus dengan antikonvulsan setiap

hari. Untuk profilaksis intemiten diberikan diberikan diazepam secara

oral dengan dosis 0,3 - 0,5 mg/kg BB/hari dibag dalam 3 dosis saat

pasien demam. Diazepam dapat pula diberikan secara intrerektal tiap 8

jam sebanyak 5 mg (BB < 10 kg) setiap pasien menunjukkan suhu dari

38,5oC. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk, dan

hipotonia (Mansjoer dkk, 2009 : 435-436).

Menurut Meadow & Newll (2007 : 114). Tata Laksana Kejang, yaitu :

a. Posisi tenang: posisi anak miring (semipronasi) dengan leher ekstensi

sehingga sekresi dapat keluar melalui mulut.

b. Jika pernapasan sulit: buka saluran napas dengan ekstensi leher secara

hati-hati, angkat rahang kedepan. Jangan letakkan apapun kedalam

mulut. Berika O2 jika tersedia.

c. Jika kejang berlanjut berikan diazepam : IV/IM/rektal.

d. Periksa gula darah

e. Lakukan penilaian dan pemeriksaan penunjang, Jika ada kecurigaan

meningitis harus dilakuka pungsi lumbal.

Page 29: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

17

Jika anak dibawah usia 5 tahun dan mengalami demam

a. Pendinginan. Pakaian dan selimut yang terlalu tebal harus dibuka.

Kompres sesekali dengan air hangat (yang tidak menyebabkan

vasokonstriksi kulit). Parasetamol dapat membantu.

b. Antibiotika, jika ada infeksi seperti otitis media (Meadow & Newll,

2007 : 114).

Penatalaksanaan saat terjadi kejang

a. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam

menghentikan kejang.

1) 5 mg untuk anak < 3tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak > 3 tahun,

2) atau 5 mg untuk BB < 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB >

10kg

3) 0,5 - 0,7 mg/kg BB/kali

b. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2 - 0,5

mg/kg BB. Pemberian secara perlahan-lahan dengan kecepatan 0,5 - 1

mg per menit untuk menghindari depresi pernapasan. Bila kejang

berhenti sebelum obat habis, hentikan penyuntikan. Diazepam dapat

diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam

tidak dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.

c. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kg BB

perlaha - lahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50

mg IM dan pasang ventilatorbila perlu setelah kejang berhenti

Page 30: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

18

d. Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pegobatan cukup dilanjutkan

dengan pengobatan intermiten yang diberikan pada anak demam untuk

mencegah terjadinya kejang demam. Obat yang digunakan berupa :

1) Antipiretik

a) Parasetamol atau asetaminofen 10 - 15 mg/kg BB/kali

diberikan 4 kali atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan

pertimbangkan efek samping berupa hiperhidrosis.

b) Ibuprofen 10 mg/kg BB/kali diberikan 3 kali

2) Antikonvulan

a) Berikan diazepam oral dosis 0,3 - 0,5 mg/kg BB setiap 8 jam

pada demam menurunkan risiko berulangnya kejang, atau

b) Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg BB/hari sebanyak 3 kali

perhari.

Bila kejang berulang

Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam

valproate dengan dosis asam valporat 15 - 40 mg/kg BB/hari dibagi

2 - 3 dosis, sedangkan fenobarbital 3 - 5 mg/kg BB/hari dibagi

dalam 2 dosis. Indikasi untuk diberikan pengobatan rumatan

adalah:

a) kejang lama > 15 menit

b) anak mengalami kelaina neurologis yang nyata sebelum atau

sesudah kejang misalnya hemiparee, cerebral palsy,

hidrocefalus

Page 31: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

19

c) kejang fokal

d) bila ada keluarga sekandung yang mengalami epilepsy

disamping itu, terapi rumatan dapat dipertimbangkan untuk

e) kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam

f) kejang demam terjadi pada bayi < 12 bulan (Nurarif dan

Kusuma, 2013 : 393 - 394).

B. Asuhan Keperwatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar

dapat mengidentifikasi, mengenali masalah - masalah kebutuhan kesehatan

dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan

(Dermawan, 2012 : 36). Pengkajian kejang demam

Pengkajian neurologi

a. Suhu : 360 C-370 C

b. Pernafasan : 20-30x/menit

c. Denyut jantung : 90-150x/menit

d. Tekanan nadi : sistol 86-91 mmHg diastol 40-52 mmHg

Pemeriksaan kepala

a. Fontanel : menonjol, rata, cekung.

b. Lingkar kepala : di bawah 2 tahun.

c. Bentuk umum : mesocepal

Page 32: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

20

Reaksi pupil

a. Ukuran : isokor diameter 2 mm kanan, kiri

b. Reaksi terhadap cahaya : positif

c. Keamanan respon : menutup saat mendapat rangsangan

Tingkat kesadaran : - CM (composmentis sadar penuh)

- Apatis (cenderung diam tapi menjawab ketika

ditanya)

- Samnollen (keadaan dimana seseorang sangat

mudah mengantuk dan tidur terus menerus tapi

masih mudah di bangunkan).

- Sopor (kondisi tidak sadar atau tidur

berkepanjangan tetapi masih memberikan reaksi

terhadap rangsangan).

- Koma (kondisi tidak sadar dan tidak ada reaksi

terhadap rangsangan tertentu).

d. Kewaspadaan : respon terhadap panggilan.

e. Irilabilitas : kemampuan makhluk hidup untuk menanggapi rangsangan

f. pada pasien gangguan neurologi maka tingkat irilabilitas akan

g. berkurang.

h. Letargi dan rasa mengantuk.

i. Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain.

Page 33: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

21

Aktivitas kejang

a. Jenis : kejang demam sederhana, kejang demam komplek

b. Lamanya : kejang demam sederhana <10 menit, kejang demam

komplek lebih dari 15 menit

Fungsi sensoris

a. Reaksi terhadap nyeri

b. Reaksi terhadap suhu (Maryatung 2007).

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan singkat, jelas dan pasti

tentang masalah klien yang nyata / potensial serta penyebabnya dapat

dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan (Dermawan, 2012 :

58). Maka diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan kejang

demam yaitu :

a. Resti ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan

nafas, aspirasi.

b. Resiko cidera berhubungan dengan kurangnya kesadaran, gerakan tonik

/ klonik.

c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, gangguan pusat

pengaturan suhu.

d. Kecemasan berhubungan dengan masalah kesehatan anaknya,

perubahan lingkungan (Nugroho 2011 : 59-61).

Page 34: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

22

3. Rencana keperawatan

Rencana keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan

masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang

dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan

dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012 : 84).

a. Resti ketidak efektifan pola nafas b.d obstruksi nafas, aspirasi

Tujuan : pola nafas tetap efektif (saat / post kejang ).

Kriteria hasil : tidak terjadi obstruksi / aspirasi.

Intervensi :

1) Kaji status pernafasan klien

2) Kaji penyebab ketidak efektifan pernafasan

3) Auskultasi bidang paru dan observasi pernafasan klien

4) Bila kejang klien terlentang dengan kepala di miringkan

5) Longgarkan pakaian klien, hisap lendir dengan suction kalau perlu,

beri O2 sesuai kebutuhan.

b. Resiko cidera b.d kurangnya kesadaran, gerakan tonik / klonik

Tujuan : tidak terjadi cidera / komplikasi ( saat kejang / tidak sadar).

Kriteria hasil : tidak ada perlukaan, kesadaran CM.

Intervensi :

1) Orientasikan klien dan keluarga lingkungan kamarnya,

2) Kaji sifat dan penyebab timbulnya kejang.

3) Ajarkan klien/ lakukan jauhkan benda-benda berbahaya seperti :

pisau, gelas, perabot, yang tidak perlu.

Page 35: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

23

4) Minimalkan untuk menjaga siapkan obat anti kejang rectal.

5) Beri lingkungan yang aman.

6) Kaji dan monitor : tingkat kesadaran, adanya kejang (jenis dan

lamanya), laporkan tanda-tanda awal munculnya resiko demam

terlalu tinggi, tanda-tanda kejang.

c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, gangguan pusat

pengaturan suhu.

Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal (36,5 – 37,50 C)

parenteral, klien bebas dari demam.

Kriteria hasil : Suhu tubuh normal, klien tidak demam, pasien tampak

nyaman.

Intervensi :

1) Kaji tanda dan gejala adanya peningkatan suhu tubuh dan

penyebabnya.

Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.

2) Monitor TTV, suhu, tiap 4 jam sekali.

Rasional : Untuk acuan mengetahui kesadaran umum pasien.

3) Anjurkan pasien banyak minum 2 – 2,5 liter/24 jam.

Rasional : Menurunkan suhu tubuh mengakibatkan penguapan

tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan

asupan cairan yang banyak.

4) Monitor intake dan output.

Rasional : Untuk mengetahuiketidak seimbangan tubuh.

Page 36: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

24

5) Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat.

Rasional : Untuk meningkatkan sirkulasi udara.

6) Pemberian obat antipiretik

Rasional : Untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara solusi

koloborasi dokter dengan obat antipiretik

Carpenito, (2000, hal 21) dalam Maryatung (2007).

d. Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi yang baru

Tujuan : Kecemasan pada anak berkurang atau hilang.

Kriteria hasil : Anak kooperatif dan tidak rewel dapat istirahat

dengan tenang.

Intervensi :

1) Instruksikan agar orang tua tetap menemani anaknya.

Rasional : Diharapkan rasa aman dan nyaman anak terpenuhi.

2) Gunakan komunikasi terapiutik.

Rasional : Diharapkan anak bisa kooperatifdan anak tidak rewel.

3) Berikan terapi bermain sesuai usia.

Rasional : Diharapkan klien tidak rewel dan ingin pulang.

4) Ciptakan suasana yang aman dan nyaman.

Rasional : Diharapkan klien dapat istirahat dengan tenang.

Ngastiah, (1997 : hal 236) dalam Maryatung (2007).

Page 37: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

25

C. Cemas

1. Definisi

Cemas tidak nyaman atau kekhawatiran yang sama di sertai respon

autonom. Sumber sering kali tidak spesifik atau tidak di ketahaui oleh

individu perasaan takut yang di sebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.

Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu

untuk bertindak menghadapi ancaman. Sehingga kebanyakan anak di rumah

sakit tidak kooperatif terhadap hospitalisasi (Hermand 2009 : 281).

Kecemasan ialah kondisi emosional yang tidak menyenangkan yang

di tandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan,

kekhawatiran, dan juga dengan aktifnya sistem syaraf pusat (Trismiati

2004).

2. Alat Ukur Kecemasan

Menurut Hawari (2011 : 80), adapun hal-hal yang dinilai dalam alat

ukur HRS-A ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Skala HRSA

No.

Gejala Kecemasan

Nilai Angka (Score)

01 Perasaan cemas (ansietas) 0 1 2 3 4

1. Cemas 2. Firasat buruk

3. Takut akan pikiran sendiri

4. Mudah tersinggung

02 Ketegangan 0 1 2 3 4

1. Merasa tegang 2. Lesu

3. Tidak bisa istirahat tenang

4. Mudah terkejut 5. Mudah menangis

6. Gemetar

7. Gelisah

Page 38: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

26

03 Ketakutan 0 1 2 3 4

1. Pada gelap 2. Pada orang asing

3. Ditinggal sendiri

4. Pada binatang besar 5. Pada keramaian lalu lintas

6. Pada kerumunan orang banyak

04 Gangguan tidur 0 1 2 3 4

1. Sukar masuk tidur

2. Terbangun malam hari 3. Tidur tidak nyenyak

4. Bangun dengan lesu

5. Banyak mimpi-mimpi

6. Mimpi buruk

7. Mimpi menakutkan

05 Gangguan kecerdasaan 0 1 2 3 4

1. Sukar konsentrasi 2. Daya ingat menurun

3. Daya ingat buruk

06 Perasaan depresi (murung) 0 1 2 3 4

1. Hilangnya minat 2. Berkurangnya kesenangan pada

hobi

3. Sedih 4. Bangun dini hari

5. Perasaan berubah-ubah sepanjang

hari

07 Gejala somatik/fisik (otot) 0 1 2 3 4

1. Sakit dan nyeri di otot-otot

2. Kaku

3. Kedutan otot 4. Gigi gemerutuk

5. Suara tidak stabil

08

Gejala somatik/ fisik (sensorik)

0

1

2

3

4

1. Tinnitus (telinga berdenging)

2. Penglihatan kabur

3. Muka merah atau pucat

4. Merasa lemas 5. Perasaan ditusuk-tusuk

09 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)

0

1

2

3

4

1. Takikardia (denyut jantung cepat)

2. Berdebar-debar 3. Nyeri di dada

4. Denyut nadi mengeras

5. Rasa lesu/lemas seperti mau

pingsan

6. Detak jantung menghilang

(berhenti sekejap)

Page 39: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

27

10 Gejala respiratori (pernafasan) 0 1 2 3 4

1. Rasa tertekan atau sempit di dada 2. Rasa tercekik

3. Sering menarik nafas

4. Nafas pendek/sesak

11 Gejala gastrointestinal (pencernaan) 0 1 2 3 4

1. Sulit menelan 2. Perut melilit

3. Gangguan pencernaan

4. Nyeri sebelum dan sesudah makan

5. Perasaan terbakar diperut

6. Rasa penuh atau kembung

7. Mual 8. Muntah

9. Buang air besar lembek

10. Sukar buang air besar (konstipasi)

11. Kehilangan berat badan

12 Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)

0

1

2

3

4

1. sering buang air kecil 2. Tidak dapat menahan air seni

3. Tidak datang bulan (tidak ada haid)

4. Darah haid berlebihan

5. Darah haid amat sedikit 6. Masa haid berkepanjangan

7. Masa haid amat pendek

8. Haid beberapa kali dalam sebulan

9. Menjadi dingin (frigid)

10. Ejakulasi dini

11. Ereksi melemah 12. Ereksi hilang

13. Impotensi

13 Gejala autonomy 0 1 2 3 4

1. Mulut kering 2. Muka merah

3. Mudah berkeringat

4. Kepala pusing

5. Kepala terasa berat

6. Kepala terasa sakit 7. Bulu-bulu berdiri

14 Tingkah laku (sikap) pada wawancara 0 1 2 3 4

1. Gelisah

2. Tidak tenang

3. Jari gemetar

4. Kerut kening 5. Muka tegang

6. Otot tegang / mengeras

7. Nafas pendek dan cepat

8. Muka merah

Jumlah Nilai Angka (Total Score) =

Page 40: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

28

Keterangan

Menurut Hawari (2011 : 78) bahwa untuk mengetahui sejauh mana

derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali

orang menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan nama

Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14

kelompok gejala yang masing-masing kelompok diringkas lagi dengan

gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi

penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya adalah:

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)

1 = gejala ringan

2 = gejala sedang

3 = gejala berat

4 = gejala berat sekali

Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter

(psikiater) atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui

teknik wawancara langsung. Masing-masing nilai angka (score) dari 14

kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut

dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:

Total Nilai (score) : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

14 – 20 = kecemasan ringan

21 – 27 = kecemasan sedang

28 – 41 = kecemasan berat

42 – 56 = kecemasan berat sekali

Page 41: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

29

D. Terapi Bermain

1. Pengertian

Terapi bermain adalah salah satu cara untuk mengurangi kecemasan

dan meningkatkan kooperatifan anak selama menjalani perawatan di rumah

sakit Martin (2008) dalam Handayani dan Puspitasari (2008).

2. Keuntungan bermain

a. Membuang ekstra energi

b. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang,

otot dan organ-organ.

c. Meningkatkan nafsu makan anak karena melakukan aktifitas.

d. Belajar mengontrol diri.

e. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati dan

kedukaan (Soetjiningsih dan Ranuh, 2012 : 217).

Ciri alat permainan untuk anak di bawah usia 5 tahun.

0-12 bulan

3. Tujuan.

a. melatih reflek - reflek (untuk anak berumur 1 bulan), misalnya

menghisap, menggenggam

b. Melatih kerjasama mata dan tangan,

c. Melatih kerja sama mata dan telinga,

d. Melatih mengenal sumber asal suara,

e. Melatih kepekaan perabaan.

Page 42: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

30

4. Alat permainan yang di anjurkan

a. Umur 12 - 24 bulan

Tujuan.

1) Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara,

2) Memperkenalkan sumber suara,

3) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik

4) Melatih imajinasi

Alat permainan yang di anjurkan.

1) Genderang, bola dengan giring giring di dalamnya,

2) .Alat permainan yang dapat di dorong dan di tarik

3) Alat permaian yang terdiri dari: alat rumah tangga misal cangkir

yang tidak mudah pecah, sendok, botol plastik.

b. Umur 25 - 36 tahun

Tujuan.

1) Menyalurkan emosi / perasaan anak,

2) Mengembangkan ketrampilan berbahasa,

3) Melatih motorik halus dan kasar,

4) Melatih daya imajinasi.

Alat permainan yang di anjurkan.

1) Lilin yang dapat di bentuk,

2) Alat-alat untuk menggambar,

3) Manik-manik ukuran besar,

4) Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna benda.

Page 43: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

31

c. Umur 32 - 72 bulan.

Tujuan.

1) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan

2) Mengembangkan kemampuan berbahasa

3) Menumbuhkan seportivitas

4) Mengembangkan kreativitas

5) Mengembangkan percaya diri.

Alat permaian yang di anjurkan.

1) Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-

anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat.

d. Teman-teman bermain anak sebaya, orang tua (Soetjiningsih dan

Ranuh, 2012 : 217).

5. Manfaat bermain bagi anak

a. Anak dapat kesempatan untuk mengembangkan diri, baik

perkembangan fisik (melatih ketrampilan motorik kasar dan motorik

halus), perkembangan psikososial (melatih pemenuhan kebutuhan

emosi serta perkembangan kognitif (melatih kecerdasan).

b. Bermain merupakan sarana bagi anak untuk hospitalisasi.

c. Bermain bagi anak adalah untuk melepaskan diri dari ketegangan.

d. Bermain merupakan dasar dari bagi pertumbuhan mentalnya.

e. Melalui bermain anak-anak dapat mengeluarkan energi yang ada dalam

dirinya kedalam aktivitas yang menenangkan.

Page 44: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

32

f. Melaui bermain anak-anak dapat mengembangkan imajinasinya seluas

mungkin (Suriadi dan Yuliani, 2013 : 13).

Page 45: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

BAB III LAPORAN

KASUS

Dalam bab ini tentang asuhan keperawatan yang dilakukan pada An. H dengan

kejang demam, di laksanakan pada tanggal 7-8 April 2014. Asuhan keperawatan ini di

mulai pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan, dan evaluasi.

A. IDENTITAS KLIEN

Pengkajian dilakukan pada hari senin tanggal 7 April 2014 jam 07.10 WIB,

pada An. H di rumah sakit RSUD Sukoharjo di bangsal anggrek adalah seorang

anak laki-laki berusia 3 tahun dengan metode wawancara kepada keluarga,

observasi langsung pada pasien, pemeriksaan fisik dan melihat catatan medis,

penulis mendapatkan data sebagai berikut.

Pasien bernama An. H pasien tinggal bersama kedua orang tuanya Ny. Y,

dan Tn.M di Moro RT 2 Rw 2 Kedokan Grogol Sukoharjo. Ny. Y berumur 40

tahun dan Tn. M berumur 42 tahun An. H masuk di rumah sakit RSUD Sukoharjo

pada tanggal 03 April 2014 dan dari diagnosa dokter An. H menderita penyakit

Kejang Demam dengan nomor RM 164233.

Penanggung jawab An. H adalah Tn. M yang merupakan ayah dari orang

tua An. H pendidikan terakhirnya sampai dengan SMP dan sekarang Tn. M bekerja

sebagai wiraswasta.

33

Page 46: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

34

B. Pengkajian

Alasan An. H masuk rumah sakit. Ny. Y ibu pasien mengatakan sebelum

An. H di bawa ke rumah sakit An. H demam dan tiba-tiba An. H kejang dua kali

jam 04.00 WIB dan jam 09.00 WIB dan kurang lebih kejang selama 5 menit.

Keluarga panik kemudian An. H di bawa ke RSUD Sukoharjo dengan diagnosa

Kejang Demam kemudian disarankan An. H untuk mondok. Keluhan utama

pasien sekarang Ny. Y mengatakan An. H demam naik turun. Riwayat penyakit

dahulu, ibu pasien mengatakan An. H sebelum sakit batuk maupun pilek, selalu

diperiksakan ke dokter atau klinik terdekat langsung sembuh. Baru kali ini An. H

di rawat di rumah sakit rawat inap. Riwayat Alergi, ibu pasien mengatakan pasien

tidak mempunyai alergi obat ataupun alergi makanan. Imunisasi, Ibu pasien

mengatakan pasien sudah mendapatkan imunisasi lengkap Hbg, BCG, campak,

polio, DPT. Riwayat kesehatan keluarga, ibu pasien mengatakan dalam keluarga

tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit keturunan dan

penyakit menular.

Pertumbuhan dan perkembangan, ibu pasien mengatakan berat badan

waktu lahir An. H 3 kg. Antropometri berat badan An. H sekarang 12 kg, panjang

badan 38 cm, lingkar kepala 48 cm, lingkar dada 53 cm lingkar lengan 16 cm.

Penilaian zscore diperoleh Waz (berat badan menurut umur adalah -1625). Klien

termasuk kategori normal.

Pola nutrisi dan cairan pasien, sebelum sakit ibu pasien mengatakan An. H

di rumah makan tiga kali sehari nasi sayur lauk pauk, minum teh manis dan air

Page 47: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

35

putih. Selama sakit ibu pasien mengatakan pasien makan seper empat porsi makan

(50 cc/8 jam) minum teh satu gelas (200 cc/8 jam).

Pola eliminasi pasien, ibu pasien mengatakan sebelum sakit An. H BAB

dua kali sehari dengan konsistensi padat warna kuning bau khas. Ibu pasien

mengatakan An. H BAK enam sampai delapan kali sehari warna kuning jernih

bau khas amoniak. Selama sakit ibu pasien mengatakan An. H BAB satu kali

sehari dengan konsistensi padat warna kuning bau khas. Ibu pasien mengatakan

An. H BAK enam kali sampai delapan kali sehari warna kuning jernih bau khas

amoniak.

Pengkajian kecemasan didapatkan hasil keluarga pasien mengatakan Anak

menangis ingin pulang, pasien tampak menangis pasien tampak takut, pasien

tampak gelisah, suhu tubuh 38,30C, HRSA-Score 21 (kecemasn sedang), adapun

pengkajian kecemasan pasien berdasarkan HRS-A Score :

Tabel 3.1 Pengkajian Kecemasan

NO

Gejala Kecemasan

Nilai (score)

0 1 2 3 4

1 Perasaan cemas

a. Cemas

b. Firasat buruk

c. Takut akan pikiran sendiri

d. Mudah tersinggung

2 Ketegangan

a. Merasa tegang

Page 48: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

36

b. Lesu

c. Tidak bisa istirahat tenang

d. Mudah terkejut

e. Mudah menangis

f. Gemetar

g. Gelisah

3 Ketakutan

a. Pada gelap

b. Pada orang asing

c. Ditinggal sendiri

4 Gangguan tidur

a. Sukar tidur

b. Terbangun malam hari

c. Tidur tidak nyaman

d. Bangun dengan lesu

e. Banyak mimpi-mimpi

(mimpi buruk)

5. Gangguan kecerdasan

a. Sukar konsentrasi

b. Daya ingat menurun

c. Daya ingat memburuk

6. Perasaan depresi (murung)

a. Hilangnya minat

Page 49: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

37

b. Sedih

c. Bangun dini hari

d. Perasaan berubah-ubah

7 Gejala somatik atau fisik

(ototo)

a. Sakit dan nyeri di otot-otot

b. Kaku

c. Kedutan otot

d. Gigi gemerutuk

e. Suara tidak stabil

8 Gejala somatik atau fisik

(sensorik)

a. Tinitus (telinga

berdenging)

b. Penglihatan kabur

c. Muka merah atau pucat

d. Merasa lemas

9 Gejala kardiovaskuler

(jantung dan pembuluh darah)

a. Takikardi (denyut jantung

cepat)

b. Berdebar-debar

c. Nyeri dada

Page 50: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

38

d. Denyut nadi mengeras

e. Rasa lesu atau lemas

seperti mau pingsan

10 Gejala respiratori

a. Rasa tertekan atau sempit

di dahi

b. Rasa tercekik

c. Sering menarik nafas

d. Nafas pendek atau sesak

11 Gejala gastrointestinal

a. Sulit menelan

b. Perut melilit

c. Gangguan pencernaan

d. Nyeri sebelum atau

sesudah makan

e. Rasa penuh dan kembung

f. Mual atau muntah

g. Buang air besar lembek

atau konstipasi

12 Gejala Urogenital

a. Sering buang air kecil

b. Tidak dapat menahan air

seni

Page 51: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

39

13 Gejala autoimun

a. Mulut kering

b. Muka kering

c. Mudah berkeringat

d. Kepala terasa berat

14 Tingkah laku

a. Gelisah

b. Tidak tenang

c. Jari gemetar

d. Kerut kening

e. Muka tegang

f. Otot tegang atau mengeras

Pengkajian Cemas pasien berdasarkan HRS-A Score

Keterangan :

Skore 0 : tidak ada cemas, 1 : ringan, 2 : sedang, 3 : berat, 4 : berat sekali.

Nilai 0 : tidak ada gejala, nilai < 14 : tidak ada cemas, nilai 14 – 20: ringan, nilai

21 – 27 : kecemasan sedang, nilai 28 – 41 : berat, nilai 42 – 56 : sangat berat.

Pada pemeriksaan fisik An. H di dapatkan hasil keadaan umum pasien

tampak rewel composmentis. Dan setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

didapatkan hasil suhu tubuh 38,3ºC, pernafasan 24 kali permenit, denyut nadi 120

kali permenit. Data subjektif yang di peroleh, ibu pasien mengatakan pasien panas

naik turun selama tiga hari, keluarga pasien mengatakan An. H menangis ingin

Page 52: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

40

pulang. Data obyektif yang di peroleh, pasien tampak gelisah, pasien tampak

menangis, klien tampak takut.

Pada pemeriksaan sistematis yang dilakukan pada An. H dari pemeriksaan

head to toe di dapatkan hasil sebagai berikut. Kepala An. H berbentuk mesocepal,

kondisi kepala rambut bersih, kulit kepala bersih rambut lurus. Mata sklera tidak

ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor. Telinga, kebersihan bersih, tidak

ada sekret, kesimetrisan simetris antara kanan dan kiri, ketajaman pendengaran

tidak ada gangguan pendengaran. Hidung letak simetris, tidak ada polip. Mulut

warna bibir normal, lidah bersih tidak ada stomatitis. Leher tidak terdapat

pembesaran kelenjar tiroid. Pada pemeriksaan inspeksi dada. Dada tampak

simetris, tidak ada retraksi dinding dada, pada pemeriksaan palpasi dada

pergerakan teratur, vokal fremitus kanan dan kiri sama, pada pemeriksaan perkusi

dada terdengar sonor, pada pemeriksaan auskultasi dada suara nafas vasikuler

ekspresi lebih panjang dari pada inspirasi.

Pada pemeriksaan inspeksi jantung ictus cordis tidak tampak atau tidak

terlihat, pada pemeriksaan palpasi jantung ictus cordis teratur tidak terlalu kuat,

pada pemeriksaan perkusi jantung terdengar suara pekak, pada pemeriksaan

auskultasi jantung bunyi jantung satu terdengar lup, bunyi jantung dua terdengar

dup, dan tidak ada bunyi tambahan. Pada pemeriksaan inspeksi abdomen tampak

simetris tidak ada benjolan, tidak ada kelainan umbilicus, pada pemeriksaan

auskultasi abdomen terdengar bising usus 24 kali permenit, pada pemeriksaan

perkusi abdomen terdengar timpani, pada pemeriksaan palpasi abdomen tidak

teraba benjolan tidak ada nyeri tekan.

Page 53: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

41

Genetalia An. H tidak ada kelainan, genetalia bersih. Anus An. H tidak ada

kelainan pada anus. Pada pengkajian ekstermitas sebelah kanan terpasang infus

RL enam belas tetes permenit kekuatan otot penuh (di dapatkan nilai 5),

eksermitas bawah didapatkan sebelah kiri kekuatan otot penuh (didapatkan nilai

5). Sebelah kanan bawah kekuatan otot penuh (didapatkan nilai 5), Integumen An.

H bersih tidak ada jejas, kulit teraba hangat, warna kulit tampak kemerahan.

Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil: WBC 6,5 dengan satuan

x10³, normalnya 4,1-10,3. RBC 4,25 dengan satuan x10³, normalnya 4,3-6,2.

HGB 10,4 dengan satuan 9/dl, normalnya 12,0-18,0. HCT 31,7 dengan satuan %,

normalnya 40-50. MCV 74,8 dengan satuan fl, normalnya 82-102. MCHC 32,8

dengan satuan 9/dl, normalnya 31-35. PLT 101 dengan satuan x10³, normalnya

140-450. RDW 15,6 dengan satuan %, normalanya 11,5-14,5. MPV 9,0 dengan

satuan fl, normalnya 0,0-99,8. PCT 0,09 dengan satuan %, normalnya 0,150-

0,400. PDW 9,8 dengan satuan fl normalnya 6,5-12.00.

Terapi yang di peroleh An. H selama perawatan di Rumah Sakit Rsud

Sukoharjo adalah infus RL 16 tetes permenit, injeksi cefotaxim 3x250 mg,

paracetamol 6x5 ml, Diazepam 5 mg, diberikan 3x1 mg.

C. Daftar Perumusan Masalah

Dari pengkajian dan observasi di atas yang diperoleh pada tanggal 07

April 2014 penulis melakukan analisa data dan kemudian merumuskan diagnosa

keperawatan ditandai dengan data subyektif An. H, ibu pasien mengatakan pasien

panas naik turun selama 3 hari. Data obyektif yang diperoleh dari masalaah

Page 54: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

42

keperawatan ini adalah pasien tampak rewel gelisah, kulit teraba panas, kulit

tampak kemerahan, suhu tubuh 38,30C, nadi 120x/menit, respirasi 24x/menit.

Maka penulis merumuskan prioritas masalah keperawatan hipertermi

berhubungan dengan gangguan pusat pengaturan suhu.

Masalah keperawatan kedua adalah kecemasan berhubungan dengan

perubahan lingkungan. Yang di tandai dengan data subyektif keluarga pasien

mengatakan An. H menangis ingin pulang. Data obyektif dari masalah

keperawatan ini adalah pasien tampak menangis, pasien tampak takut, tanda tanda

vital : suhu badan 38,3ºC, nadi 120x/menit, respirasi 24x/menit, HRSA-Score 21

(kecemasn sedang).

D. Perencanaan

Adapun intervensi yang sesuai dari diagnosa keperawatan An. H yang

sedang dirawat di Ruang Anggrek RSUD Sukoharjo sebagai berikut:Pada Hari

Senin 07 April 2014 untuk diagnosa yang pertama Hipertermi berhubungan

dengan Gangguan pusat pengaturan suhu. Tujuan yang ingin dicapai adalah

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan suhu tubuh

dalam batas normal dengan kriteria hasil pasien suhu tubuh 36-37ºC, Nadi dan

Respirasi dalam rentang normal Nadi 90-150x/menit Respirasi 24 - 40 x/menit,

pasien merasa nyaman, tidak ada perubahan warna kulit. Intervensi yang pertama

di kaji monitor suhu badan dengan rasional untuk mengidentifikasi pola demam,

kompres air hangat dengan rasional kompres merupakan tehnik penurunan suhu

tubuh dengan meningkatkan efek efoporasi, kolaborasi pemberian obat dengan

Page 55: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

43

rasional antipiretik bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh, Anjurkan memakai

pakaian tipis dengan rasional tingkatkan sirkulasi udara meningkatkan kehilangan

panas melalui radiasi.

Pada hari senin 07 April 2014 untuk diagnosa ke dua Kecemasan

berhubungan dengan perubahan lingkungan. Tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan kecemasan dengan kriteria hasil cemas

berkurang (HRSA-Score < 14 (tidak ada cemas) pasien merasa tidak cemas,

ekspresi tubuh dan tingkat aktifitas menunjukan berkurang, vital sign dalam batas

normal suhu 36 - 370C, nadi 90 - 150 x/menit, respirasi 24 - 40 x/menit. Intervensi

yang pertama dilakukan, kaji tingkat kecemasan dengan rasional memberikan info

tentang tingkat kecemasan dan sumber cemas, lakukan pendekatan yang

menenangkan dengan rasional diharapkan klien tidak rewel dan ingin pulang,

berikan terapi bermain untuk mengurangi kecemasan dengan rasional diharapkan

anak bisa kooperatif dan anak tidak rewel, temani pasien untuk memberikan

keamanan dan mengurangi rasa takut dengan rasional diharapkan klien dapat

istirahat dengan tenang, libatkan keluarga untuk mendampingi pasien dengan

rasional diharapkan rasa aman dan nyaman terpenuhi.

E. Implementasi

Dalam melakukan implementasi selama 2 x 24 jam pada An. H yang

sedang di rawat di RSUD Sukoharjo implementasi di mulai pada hari senin jam

07.00 - 14.00 WIB dilakukan oleh perawat. Untuk diagnosa pertama intervensi

yang didelegasiakan monitor suhu tubuh, implementasi yang di lakukan

Page 56: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

44

memonitor suhu tubuh. Respon subyektif ibu pasien bersedia dan respon obyektif

suhu tubuh 38,3ºC, Nadi 120 kali permenit, RR 24 kali permenit. Jam 07.35 untuk

diagnosa pertama memberikan terapi obat paracetamol 5 ml dan respon subyektif

ibu pasien bersedia An. H di berikan obat. Respon obyektif obat sudah di berikan.

Jam 09.00 untuk diagnosa pertama memberikan kompres air hangat dan respon

subyektif ibu pasien mengatakan bersedia, respon obyektif pasien sudah

dilakukan kompres hangat. Jam 11.00 diagnosa pertama memonitor suhu badan.

Dan respon subyektif ibu pasien bersedia An. H di ukur suhu, respon obyektif

suhu 37,5ºC, N 120 kali permenit, RR 24 kali permenit.

Implementasi pada hari Selasa tanggal 08 April 2014 oleh penulis jam

07.15 untuk diagnosa pertama memonitor suhu tubuh, dan respon subyektif ibu

bersedia An. H di ukur suhu, respon obyektif suhu tubuh 36,5ºC. Jam 07.30

memberikan terapi obat paracetamol 5 ml, dan respon subyektif ibu pasien

bersedia An. H diberikan obat, respon obyektif obat paracetamol sudah diberikan

dan sudah masuk. Jam 12.00 diagnosa pertama memonitor tanda-tanda vital, dan

respon subyektif ibu bersedia respon obyektif suhu 36ºC, Nadi 120 kali permenit,

RR 22 kali permenit.

Implementasi pada hari senin tgl 07 April 2014 Jam 11.15 diagnosa kedua

mengkaji tingkat kecemasan. Respon subyektif keluarga pasien mengatakan An.

A menangis ingin pulang respon obyektif pasien tampak menangis, pasien tampak

takut, gelisah suhu badan 38,30C, nadi 120 x/menit, respirasi 14 x/menit, HRSA-

Score 21 (kecemasan sedang). Jam 12.10 melakukan pendekatan yang

menenangkan, dan respon subyektif ibu pasien bersedia An. H dilakukan

Page 57: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

45

pendekatan, respon obyektif pasien tampak rileks nyaman. Jam 12.45

memberikan terapi bermain bercerita 30 menit, dan respon subyektif ibu pasien

bersedia An. H diberikan terapi bermain, respon obyektif pasien sedikit teralihkan

dan pasien terlihat senang. Jam 13.55 melibatkan keluarga untuk mendampingi

pasien, dan respon subyektif ibu pasien mengatakan bersedia, respon obyektif ibu

tampak mau melakukannya.

Implementasi pada hari selasa tanggal 08 April 2014Jam 08.00 diagnosa

kedua mengobservasi tingkat kecemasan, dan respon subyektif ibu bersedia,

respon obyektif pasien mengajak ibunya untuk pulang tetapi pasien tampak tidak

menangis HRSA-Score (12 tidak ada cemas). Jam 08.15 melakukan pendekatan

yang menenangkan, dan respon subyektif ibu pasien mau An. H dilakukan

pendekatan, respon obyektif pasien tampak rileks, nyaman. Jam 09.00

memberikan terapi bermain 30 menit, dan respon subyektif ibu bersedia An. H

diberikan terapi bermain, respon obyektif pasien tampak tidak cemas lagi. Jam

13.35 diagnosa kedua melibatkan keluarga untuk mendampingi pasien, dan respon

subyektif keluarga bersedia, respon obyektif keluarga mau melakukannya.

F. Evaluasi

Catatan perkembangan pada An. H yang di rawat di ruang Anggrek RSUD

Sukoharjo dimulai sejak hari Senin tanggal 07 April 2014 jam 13.45 untuk

dignosa pertama Hipertermi berhubungan dengan Gangguan pusat pengaturan

suhu. Di dapatkan hasil evaluasi data subyektif keluarga pasien mengatakan suhu

badan An. H sedikit menurun. Data obyektif suhu 37,5ºC, Nadi 120 kali permenit,

Page 58: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

46

RR 24 kali permenit. Analisis masalah masalah Hipertermi belum teratasi.

Planning lanjutkan intervensi monitor suhu tubuh.

Catatan perkembangan An. H hari Selasa Tanggal 08 April 2014 jam 13.55

WIB untuk diagnosa pertama Hipertermi berhubungan dengan Gangguan pusat

pengaturan suhu di dapatkan hasil evaluasi data subyektif ibu pasien mengatakan

suhu badan An. H menurun suhu tubuh 36ºC. Data obyektif pasien tampak

nyaman. Analisis masalah hipertermi teratasi. Planning Hentikan intervensi.

Catatan perkembangan pada An. H yang di rawat di ruang Anggrek RSUD

Sukoharjo dimulai sejak hari Senin tanggal 07 April 2014 jam 13.45 Diagnosa

kedua Kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan di dapatkan hasil

evaluasi data subyektif ibu pasien mengatakan pasien terkadang masih menangis,

terkait lingkungan perawatan di rumah sakit. Data obyektif pasien masih tampak

menangis dan tidak takut saat dilakukan tindakan HRSA-Score21 (kecemasan

sedang). Analisis masalah Kecemasan belum teratasi. Planning lanjutkan

intervensi teruskan pemberian tearapi beramain, dan pendekatan yang

menenangkan.

Catatan perkembangan An. H hari Selasa Tanggal 08 April 2014 jam 13.55

WIB untuk diagnose kedua Kecemasan berhubungan dengan perubahan

lingkungan di dapatkan evaluasi data subyektif ibu pasien mengtakan An. H tidak

menangis dan sudah tidak takut lagi. Data obyektif pasien tampak tidak cemas lagi

dan terlihat nyaman HRSA-Score 12 (tidak ada kecemasan). Analisis masalah

kecemasan teratasi. Planning hentikan intervensi.

Page 59: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan An. dengan

kejang demam di Ruang Anggrek RSUD Sukoharjo. Pembahasan pada bab ini

terutama membahas adanya kesesuaian maupun kesengajaan antara teori dengan

kasus. Asuhan keperawatan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia

melalui tahap, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi.

A. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian pada kasus diperoleh dengan cara

autoanamnesa dan alloanamnesa. Dalam pengkajian perawat terhadap An. H

didapatkan data bahwa klien datang dengan keluhan utama demam naik turun.

Berdasarkan hasil dari pengkajian pada An. H dengan kejang demam telah sesuai

dengan teori yang ditemukan oleh penulis. Kejang demam (febrile convulsion,

seizure) ialah perubahan aktifitas motorik dan atau behavior yang bersifat

paroksismal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal

di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagdo, 2012 : 90). Tanda dan

gejala terjadinya kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan

dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat dan disebabkan oleh infeksi di

luar susunan saraf pusat, misalnya tosilitis, otitis media akut, bronkitis,

furunkolosis dan lain-lain (Ngastiyah, 2005).

47

Page 60: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

48

Dari data pengkajian dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan

antara teori dan kenyataan yang terjadi pada gejala kejang demam yang dialami

An. H. Dalam pengkajian perawat An. H di dapatkan data ibu pasien mengatakan

sebelum An H dibawa ke rumah sakit An. H demam dan tiba-tiba An. H kejang

dua kali jam 04.00 WIB dan jam 09.00 WIB dan kurang lebih selama 5 menit.

Keluarga panik kemudian An. H dibawa ke RSUD Sukoharjo dengan diagnosa

Kejang Demam kemudian disarankan An H mondok. Nadi 120 kali permenit,

suhu 38,30C dan pernafasan 24 kali permenit. Ibu pasien mengatakan An. H

sebelum sakit batuk maupun pilek slalu di periksakan ke dokter atau klinik

terdekat langsung sembuh. Dan baru kali ini An. H dirawat di rumah sakit rawat

inap. Berdasarkan hasil dari pengkajian pada An. H dengan Kejang Demam telah

sesuai dengan teori yang di temukan oleh penulis.

Pasien tidak mempunyai alergi obat ataupun alergi makanan. Imunisasi

yang didapatkan pasien antara lain imunisasi lengkap Hbg, BCG, campak, polio

dan DPT. Dalam keluarga pasien juga tidak ada anggota keluarga yang

mempunyai riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular. Hingga kini belum

diketahui dengan pasti, demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas,

otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak

selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu

tinggi dapat menyebabkan kejang (Mansjoer dkk, 2009 : 434). Tingkat

pengetahuan dan pendidikan orang tua yang terbatas, besar kemungkinan dalam

keluarga tidak menyadari bahwa demam sering disebabkan oleh infeksi saluran

pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran

Page 61: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

49

kemih, karena tidak semua penderita kejang demam mengalami gangguan ataupun

gejala klinis yang signifikan.

Pada pengkajian An. H dalam kasus nutrisi. Nutrisi adalah sejenis zat kimia

organik atau anorganik yang terdapat dalam makanan dan di butuhkan oleh tubuh

untuk menjalankan fungsinya. Dalam asupan makanan yang adekuat terdiri atas 6

zat nutrisi esensial (kelompok nutrien) yang seimbang (Mubarak dan Chayatin,

2008 : 27). Sebelum masuk rumah sakit nutrisi klien cukup terpenuhi, anak makan

3 kali sehari dengan nasi dan lauk namun anak tidak menyukai makan dengan

sayuran. Tidak ada keluhan mual ataupun muntah setelah anak makan. Anak

minum 8-9 gelas perhari, dengan air putih, teh dan susu. Selama sakit anak hanya

makan seperempat porsi makan (50 cc / 8 jam) dan hanya minum teh satu gelas

(200 cc/ 8 jam). Dari data pengkajian nutrisi dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perubahan yang terjadi pada pemenuhan nutrisi klien.

Didapatkan hasil pada An. H saat lahir lahir cukup bulan dengan berat

badan lahir 3000 gram, kelahiran secara spontan di bidan terdekat. Saat ini anak

berusia 3 tahun dengan berat badan 12 kg dan panjang badan 38 cm, lingkar kepala

48 cm, lingkar dada 53 cm lingkar lengan 16 cm. Penilaian Zscore diperoleh Waz

(berat badan menurut umur) adalah 1,6 dan Haz (tinggi badan menurut umur)

adalah - 1625, hasil tersebut menunjukkan bahwa anak memiliki gizi yang normal.

Sebelum masuk rumah sakit anak BAB 2 kali sehari dengan konsistensi

padat warna kuning bau khas. BAK klien kurang lebih 6 - 8 kali sehari warna

kuning jernih bau khas amoniak. Selama sakit An. H BAB satu kali sehari dengan

Page 62: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

50

konsistensi padat warna kuning bau khas.BAK klien selama sakit 6 - 8 kali sehari

warna kuning jernih bau khas amoniak.

Keadaan umum klien adalah tampak rewel composmentis. Dan setelah

dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil suhu tubuh 38,30C

(Normal: 36 - 370C), pernafasan 24 x/menit (Normal: 24 - 40 x/menit), denyut

nadi 120x/menit (Normal : 90 - 150 x/menit). Pada pemeriksaan head to too

didapatkan hasil kepala An. H berbentuk mesochepal, kondisi kepala rambut

bersih, kulit kepala bersih rambut lurus. Mata sklera tidak ikterik, konjungtiva

tidak anemis, pupil isokor. Telinga, kebersihan bersih, tidak ada sekret,

kesimetrisan simetris antara kanan dan kiri, ketajaman pendengaran tidak ada

gangguan pendengaran. Hidung letak simetris, tidak ada polip. Mulut warna bibir

normal, lidah bersih tidak ada stomatitis. Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar

tiroid. Pada pemeriksaan inspeksi dada. Dada tampak simetris, tidak ada retraksi

dinding dada, pada pemeriksaan palpasi dada pergerakan teratur, vokal fremitus

kanan dan kiri sama, pada pemeriksaan perkusi dada terdengar sonor, pada

pemeriksaan auskultasi dada suara nafas vasikuler ekspresi lebih panjang dari

pada inspirasi. Pada pemeriksaan inspeksi jantung ictus cordis tidak tampak atau

tidak terlihat, pada pemeriksaan palpasi jantung ictus cordis teratur tidak terlalu

kuat, pada pemeriksaan perkusi jantung terdengar suara pekak, pada pemeriksaan

auskultasi jantung bunyi jantung satu terdengar lup, bunyi jantung dua terdengar

dup dan tidak ada bunyi tambahan.

Pada pemeriksaan inspeksi abdomen tampak simetris tidak ada benjolan,

tidak ada kelainan umbilicus, pada pemeriksaan auskultasi abdomen terdengar

Page 63: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

51

bising usus 24 kali permenit, pada pemeriksaan perkusi abdomen terdengar

timpani, pada pemeriksaan palpasi abdomen tidak teraba benjolan tidak ada nyeri

tekan. Terapi yang diperoleh An. H selama perawatan di Rumah Sakit RSUD

Sukoharjo salah satunya adalah Paracetamol 6 x 5 ml selama 6 jam, hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Nurarif dan Kusuma (2013 : 393 - 394),

bahwa pada pasien dengan kejang demam diberi terapi Paracetamol 10-15 mg/kg

BB/kali diberikan 4 kali atau tiap 6 jam. Dengan demikian hasil dari pemberian

terapi yang telah diberikan kepada pasien telah sesuai dengan teori, yaitu sama-

sama diberikan terapi Paracetamol.

B. Diagnosa Keperawatan

Pada teori yang didapat penulis, diagnosa keperawatan yang sering muncul

pada penyakit kejang demam adalah resti ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan obstruksi jalan nafas aspirasi, resiko cidera berhubungan

dengan kurangnya kesadaran, gerakan tonik/ klonik, hipertermi berhubungan

dengan proses infeksi, gangguan pusat pengaturan suhu dan kecemasan

berhubungan dengan masalah kesehatan anaknya dan perubahan lingkungan

(Nugroho 2011 : 59 - 61).

Diagnosa keperawatan yang diambil penulis berdasarakan batasan

karakteristik sudah sesuai menurut Herdman (2001), dalam hipertermi antara lain

konvulsi, kulit kemerahan, peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal, kejang,

takikardia, takipnea dan kulit terasa hangat. Diagnosa hipertermi berhubungan

dengan gangguan pusat pengaturan suhu muncul pada An. H berdasarkan hasil

Page 64: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

52

pengkajian pada tanggal 07 April 2014 didapatkan hasil untuk diagnosa pertama

bahwa ibu pasien mengatakan pasien panas naik turun selama 3 hari, pasien

tampak rewel gelisah, kulit teraba panas, kulit tampak kemerahan, suhu tubuh

38,3ºC, nadi seratus dua puluh kali permenit, respirasi dua puluh empat kali

permenit, sehingga didapatkan masalah keperawatan hipertermi berhubungan

dengan gangguan pusat pengaturan suhu (Nugroho, 2011 : 61).

Diagnosa keperawatan yang diambil penulis berdasarakan batasan

karakteristik sudah sesuai menurut Herdman (2011 : 445), didapatkan batasan

karakteristik kecemasan yaitu dengan menilai perilaku yang gelisah dan kontak

mata yang buruk, afektif yang gelisah dan distres aerta ketakutan, fisiologis pada

wajah yang tegang, simpatik dengan menunjukkan anoreksia, mulut kering serta

lemah, parasimpatik dengan merasakkan mual, serta kognitif klien dengan

menunjukkan ketakutan (Herdman, 2012 : 445). Pada data diagnosa kecemasan

berhubungan dengan perubahan lingkungan muncul pada An. H berdasarkan hasil

pengkajian pada tanggal 07 April 2014 didapatkan hasil keluarga klien

mengatakan klien takut dengan tindakan medis ditunjukkan oleh klien dengan

gelisah dan takut, kontak mata klien yang kurang baik kepada petugas kesehatan,

serta score derajat kecemasan dengan nilai 21 yang menunjukkan derajat

kecemasan sedang. Menurut Wong (2002) dalam Hermiati dan Marita (2013),

perawatan dirumah sakit yang dialami oleh seorang anak dapat menimbulkan

berbagai pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan. Cemas

yang muncul dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan fisik rumah

sakit antara lain bangunan / ruang rawat, alat - alat, bau yang khas, pakaian putih

Page 65: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

53

petugas kesehatan maupun lingkungan sosial, seperti sesama pasien anak, ataupun

interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti takut, cemas,

tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali dialami

anak. Efek hospitalisasi pada anak sering dialami oleh anak saat mengalami

perawatan dirumah sakit. Dampak negatif dari perubahan lingkungan sangat

berpengaruh terhadap upaya perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani pada

anak. Reaksi yang dimunculkan pada anak akan berbeda antara satu dengan

lainnya (Suryanti, 2011).

Untuk memprioritaskan diagnosa keperawatan pada An. H, penulis

menggunakan prioritas kebutuhan dasar Maslow yang meliputi kebutuhan

fisiologis, rasa aman dan nyaman, rasa mencintai, harga diri, serta aktualisasi diri.

Diagnosa utama adalah hipertermi berhubungan dengan gangguan pusat

pengaturan suhu dikarenakan perubahan suhu tubuh berpengaruh terhadap

kebutuhan fisiologis seseorang, namun dengan tindakan mengkaji tanda dan

gejala adanya peningkatan suhu tubuh dan penyebabnya, monitor TTV dan suhu,

anjurkan pasien banyak minum 2 – 2,5 liter/24 jam, monitor intake dan output

serta anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat. Dengan

tindakan tersebut maka suhu tubuh pasien akan turun dan mencegah proses infeksi

dengan cara kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antipiretik.

Diagnosa kedua yaitu kecemasan berhubungan dengan perubahan

lingkungan. Kecemasan ini berpengaruh terhadap kebutuhan dasar rasa aman dan

nyaman pada klien, selanjutnya dilakukan dengan tindakan instruksikan agar

orang tua tetap menemani anaknya, gunakan komunikasi terapiutik, berikan terapi

Page 66: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

54

bermain sesuai usia dan ciptakan suasana yang aman dan nyaman. Dengan

tindakan tersebut diharapkan pasien rasa aman dan nyaman anak terpenuhi, klien

tidak rewel dan ingin pulang dan klien dapat istirahat dengan tenang.

C. Intervensi

Intervensi keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah

yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang dilakukan, bagaimana

dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan

keperawatan (Dermawan, 2012: 84).

Pada proritas diagnosa pertama yaitu pertama hipertermi berhubungan

dengan gangguan pusat pengaturan suhu, maka perawat melakukan perencanaan

keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan suhu tubuh dalam batas normal dengan

kriteria hasil pasien suhu tubuh 36-370C. Nadi dan respirasi dalam rentang normal,

pasien merasa nyaman, tidak ada perubahan warna kulit. Menurut Carpenito

(2000) dalam Maryatung (2007) intervensi yang dapat dilakukan untuk diagnosa

hipertermi yaitu dengan kaji dan monitor suhu badan untuk mengidentifikasi pola

demam pasien. Kompres air hangat untuk menurunkan suhu tubuh mengakibatkan

penguapan tubuh meningkat, sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan

yang banyak, kolaborasi pemberian obat, untuk menurunkan suhu tubuh dengan

cara solusi kolaborasi dengan dokter dengan obat antipiretik. Anjurkan memakai

pakaian tipis untuk menurunkan suhu tubuh dan meningkatkan sirkulasi udara.

Page 67: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

55

Pada diagnosa kedua yaitu kecemasan yang berhubungan dengan

perubahan lingkungan. Tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai adalah setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan kecemasan teratasi

dengan kriteria hasil pasien merasa tidak cemas, ekspresi tubuh dan tingkat

aktifitas menunjukan berkurang, vital sign dalam batas normal (RR : 24 - 40

x/menit, Nadi : 90 - 150 x/menit, Suhu : 36 - 370C). Menurut Ngastiyah, (1997)

dalam Maryatung (2007) intervensi yang pertama dilakukan adalah, kaji tingkat

kecemasan agar rasa aman dan nyaman anak terpenuhi. Lakukan pendekatan yang

menenangkan agar anak bisa kooperatif dan tidak rewel lagi. Berikan terapi

bermain untuk mengurangi kecemasan agar anak tidak rewel. Temani pasien

untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut dan libatkan keluarga

untuk mendampingi pasien agar pasien dapat istirahat dengan tenang.

D. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan

klien, implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang di

mulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Dermawan, 2012: 118).

Implementasi yang dilakukan perawat untuk mengatasi diagnosa pertama

yaitu hipertermi dilakukan selama dua hari mulai tanggal 7–8 April 2014.

Tindakan yang dilakukan perawat adalah memonitor suhu tubuh klien untuk

mengidentifikasi demam yang terjadi pada klien, memberikan terapi obat

paracetamol 5 ml, memberikan kompres air hangat untuk meningkatkan efek

efaporasi pada tubuh klien. Perawat tidak melakukan tindakan untuk

Page 68: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

56

meningkatkan sirkulasi udara serta tidak menganjurkan pemakaian pakaian yang

tipis pada klien karena pada saat anak demam klien sudah memakai pakaian tipis,

dan saat dikaji keluarga mengatakan bahwa sudah memahami mengenai

pemakaian pakaian tipis apabila anak sedang demam / terjadi peningkatan suhu

tubuh.

Pada diagnosa keperawatan yang kedua yaitu kecemasan klien, perawat

melakukan tindakan untuk menurunkan kecemasan pada tanggal 7–8 April 2014

dengan mengkaji tingkat kecemasan klien dan didapatkan hasil HRSA score pada

hari pertama adalah 21 kecemasan sedang, sedangkan pada hari kedua adalah 12,

selanjutnya perawat melakukan pendekatan yang menenangkan kepada klien,

melibatkan keluarga untuk mendampingi pasien, perawat juga memberikan terapi

bermain bercerita, cerita yang digunakan adalah dengan cerita dongeng. Menurut

Supartini (2004) dalam Hermiati dan Marita (2013), untuk mengurangi

kecemasan saat menjalani perawatan anak memerlukan media yang dapat

mengekspresikan perasaan cemas dan mampu bekerjasama dengan petugas

kesehatan selama dalam perawatan. Media yang paling efektif adalah melalui

kegiatan bermain.

Menurut Indrawati dan Durianto (2007) dalam Katinawati (2013) cerita

dongeng adalah cerita tentang tokoh yang mengalami suka dan duka dalam

kehidupan. Terapi bermain bercerita merupakan cara ilmiah bagi seorang anak

ntuk mengungkapkan konflik yang ada dalam dirinya yang pada awalnya anak

belum sadar bahwa dirinya sedang mengalami konflik. Melalui bermain anak

dapat mengekspresikan pikiran, persaan, fantasi serta daya kreasi dengan tetap

Page 69: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

57

mengembangkan kreatifitasnya dan beradaptasi lebih efektif terhadap berbagai

sumber stres. Cerita membawa suasana yang akan membuat spirit, sugesti, dan

juga sedikit hipnotis sehingga akan mendorong anak yang sedang mengalami

perawatan di rumah sakit untuk cepat sembuh dan juga dapat mengurangi

kecemasan (Katinawati 2013).

E. Evaluasi

Evaluasi adalah sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan

antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah di tetapkan dengan respon

perilaku klien yang tampil (Dermawan, 2012: 128).

Evaluasi keperawatan pada An. H yang di rawat di ruang Anggrek RSUD

Sukoharjo di mulai sejak hari senin tanggal 07 April 2014 jam 13.45 untuk

diagnosa hipertermi berhubungan dengan gangguan pusat pengaturan suhu.

Didapatkan hasil evaluasi data subyektif kelurga pasien mengatakan suhu badan

An. H sedikit menurun. Data obyektif suhu 37,50C, Nadi 120 kali permenit, RR

24 kali permenit. Analisa masalah hipertermi belum teratasi. planning lanjutkan

intervensi monitor suhu. Untuk diagnosa pertama hipertermi berhubungan dengan

gangguan pusat pengaturan suhu di dapatkan hasil evaluasi data subyektif ibu

pasien mengatakan suhu badan An. H menurun suhu tubuh 36,30 C. Data obyektif

pasien tampak nyaman. Analisis masalah hipertermi teratasi. Planning hentikan

intervensi. Kritria hasil pada tujuan keperawatan ini adalah pasien suhu tubuh 36-

370 C, nadi dan respirasi dalam rentang normal, nadi (Normal: 90-150x/menit),

respirasi (Normal: 24-40x/menit), pasien merasa nyaman, tidak ada perubahan

Page 70: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

58

warna kulit (Wilkinson 2007). Hal ini menyatakan masalah keperawatan

hipertermi sudah teratasi hentikan intervensi.

Catatan perkembangan pada An. H yang dirawat di ruang Anggrek RSUD

Sukoharjo dimulai sejak hari senin tanggal 07 April 2014 jam 13.45 diagnosa

kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan di dapatkan hasil evaluasi

data subyektif ibu pasien mengatakan pasien terkadang masih menangis, terkait

lingkungan perawatan di rumah sakit. Data obyektif pasien masih tampak

menangis dan tampak takut saat dilakukan tindakan HRSA-Score 21 (Kecemasan

Sedang). Analisis masalah kecemasan belum teratasi. Planning lanjutkan

intervensi teruskan pemberian terapi bermain dan pendekatan yang menenangkan.

Untuk diagnosa kedua kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan

pada tanggal 08 April 2014 jam 13.55 WIB di dapatkan evaluasi data subyektif

ibu pasien mengatakan An. H tidak menangis dan sudah tidak cemas. Analisis

masalah kecemasan teratasi. Planning hentikan intervensi. Kriteria hasil pada

tujuan keperawatan ini adalah pasien merasa tidak cemas, ekspresi tubuh dan

tingkat aktifitas menunjukan berkurang, vital sign dalam batas normal suhu 36-

37, nadi 90 - 150 x/menit, respirasi 24 - 40 x/menit (Wilkinson, 2007). Hal ini

menyatakan masalah kecemasan sudah teratasi, maka intervensi di hentikan.

Page 71: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah penulis melakukan pemberian terapi bermain bercerita terhadap

tingkat kecemasan selama menjalani perawatan pada asuhan keperawatan An. H

dengan kejang demam di ruang Anggrek RSUD Sukoharjo, maka penulis dapat

menarik kesimpulan :

1. Pada pengkajian An. H dengan kejang demam didapatkan data subyektif

bahwa keluarga belum mengetahui penyebab dari kejang demam yang

terjadi pada anaknya, data obyektif keluarga pasien tampak menanyakan

penyebab dari kejang demam yang terjadi pada anaknya. Hal ini

dikarenakan tidak semua penderita kejang demam mengalami gangguan

ataupun gejala klinis yang signifikan.

2. Diagnosa keperawatan muncul pada klien adalah hipertermi berhubungan

dengan gangguan pusat pengaturan suhu dan kecemasan berhubungan

dengan perubahan lingkungan.

3. Pada diagnosa pertama yaitu hipertermi, intervensi utama yang dilakukan

adalah menormalkan suhu tubuh dalam batas normal, tindakan keperawatan

adalah monitor suhu badan, kompres air hangat, kolaborasi pemberian obat,

menganjurkan memakai pakaian tipis dan tingkatkan sirkulasi udara. Pada

diagnosa kecemasan berhubungan dengan perubahan lingkungan, intervensi

59

Page 72: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

60

keperawatan yang utama adalah dengan terapi bermain bercerita untuk

menurunkan kecemasan klien.

4. Implementasi yang dilakukan perawat sesuai dengan intervensi yang sudah

dibuat perawat. Terapi bermain bercerita merupakan tindakan utama untuk

menurunkan kecemasan anak saat mengalami perawatan di rumah sakit.

5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama dua hari, evaluasi masalah

keperawatan klien sudah teratasi, pasien tampak tidak cemas lagi,

kecemasan klien teratasi dengan terapi bermain bercerita dan intervensi

dihentikan.

6. Pemberian terapi bermain bercerita pada anak dengan kejang demam sangat

efektif terhadap penurunan kecemasan pada anak saat mengalami perawatan

di rumah sakit.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang

demam, penulis memberikan usulan dan masukan positif pada bidang kesehatan

antara lain :

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan asuhan keperawatan pada anak saat dilakukan perawatan

dirumah sakit tetap memperhatikan aspek psikososial anak dengan

memberikan ruang khusus untuk bermain anak.

Page 73: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

61

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Diharapkan tenaga kesehatan melakukan pendekatan lebih intensif

pada anak untuk mendapatkan kepercayaan anak serta menjadikan anak

tidak takut terhadap tindakan keperawatan. Pelaksanaan terapi bermain

bercerita sangat efektif dilakukan perawat untuk menurunkan tingkat

kecemasan anak.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat selalu meningkatkan mutu dalam pembelajaran

untuk menghasilkan perawat-perawat yang lebih profesional, inovatif,

terampil dan lebih berkualitas.

Page 74: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka

Kerja. Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Gunardi Hartono, Tehuteru, dkk. 2011. Kumpulan Tips Pediatri. Badan Penerbit

IDAI. Jakarta.

Handayani, Puspitasari. 2008. Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta.

http://www.Skripsistikes.wordpres.com

Hawari, Dadang. 2011.Stres Cemas dan Depresi.Edisi 2. Badan Penerbit FKUI.

Jakarta.

Herdman, Heather. 2011. NANDA International Diagnosa Keperawatan 2009-

2011. EGC. Jakarta.

Herniati, Dilvera, dkk. 2013. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Penurunan

Kecemasan Pada Usia Anak 5 Tahun yang di rawat di ruang Edelweis

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.

http://stikesdhsen.ac.id/download.php?file=16%20dilvera.doc. Diakses pada

14 April 2014. (13.45).

Ikhsan, Agus Amirul. 2011. Asuhan Keperawatan pada anak M dengan kejang

demam di ruang Lukman Roemani Muhammdiyah Semarang.

http://unimus.ac.id. Diakses pada 15 April 2014. (23.00).

Irdawati. 2007. Kejang Demam dan Penatalaksanaannya.

http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/2377/Kejang%

20Demam%20Dan%20%Penatalaksanaannya.pdf ?sequence=1. Diakses

pada tanggal 2 Mei 2014.(09.00)

Katinawati, Haryani, dkk. 2013. Pengaruh Terapi Bermain dalam Menurunkan

Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3 sampai 5 tahun) yang Mengalami

Hospitalisasi di RSUD Tugurejo Semarang.

http://www.ejournal.com/2013/10/pengaruh-terapi-bermain-dalam.html.

Diakses pada 10 April 2014. (12.10).

Mansjoer Arif, dkk. 2009. Kapita selekta Kedokteran. Jilid 2. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Maryatung. 2007. Asuhan keperawatan pada Anak S Dengan Kejang Demam di

Ruang Luqman Rs. Roemani Semarang.

http://digilib.unimus.ac.id/downdlod.php?id=2183. Diakses pada 9 April

2014. (11.00).

Page 75: PEMBE RIAN TE RAP I BE RMA IN BE RC ERITA TE RHADA · PDF filePatofisiologi..... 10 6. Komplikasi (Faktor Resiko ... Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

Meadow dan Newell. 2007. Lecture Notes Pediatrika. Edisi 7. Penerbit Erlangga.

Jakarta.

Mubarak dan Cahyatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori &

Aplikasi dalam Praktek. EGC. Jakarta.

Musceri, ME 2005. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. EGC. Jakarta.

Ngastiyah. 2005. Keperawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Nugroho Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan. Nuha Medika. Yogyakarta.

Nurarif dan Kusuma. 2013. Aplikasi Nanda Nic-Noc. Jilid 2. Jakarta.

Prastiya, Indragunawan, dkk. 2012. Faktor risiko kejang demam berulang pada

anak. http://ejournal.undip.ac.id/indek.php/mmi/artikel/view/p2466. Diakses

pada 6 April 2014. (10.30).

Soetjiningsih dan Ranuh. 2012. Tumbuh Kemabang Anak. Edisi 2. EGC. Jakarta.

Suriadi dan Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Sagung Seto. Jakarta

Suryati, dkk. 2011. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai dan Origami Terhadap

Tingkat Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah di RSUD Dr. R Goetheng Tarunadibroto Purbalingga.

http://digilib.ump.ac.id/download/php?id=2447. 7 April 2014. (15.50).

Trismiati 2004. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor

Kontrasepsi Mantap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

http://jurnal_trismiati.pd. Diakses pada 6 April 2014. (10.55).

Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Demam. CV

Sugeng Seto. Jakarta.

Wilkinson, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan NIC NOC. Edisi 7.

EGC. Jakarta.