Download docx - Pembahasan Diare IKM

Transcript
Page 1: Pembahasan Diare IKM

PEMBAHASAN

Aspek Klinis

Pada kasus ini, pasien adalah anak perempuan berumur 6 tahun 5 bulan

dengan keluhan utamanya adalah BAB cair. BAB cair dialami sebanyak 4 kali,

volume sekitar 1/2 gelas aqua (±120 cc) setiap kali BAB, berwarna kuning

kehijauan, sedikit lendir, tidak berbau busuk, tidak ada darah. Pasien juga

mengalami mual, muntah 5 kali terutama setiap kali makan dan minum, nafsu

makan menurun, nyeri perut saat BAB dan demam sejak 1 hari sebelum datang ke

puskesmas, sifat demam terus menerus.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pasien mengalami gizi kurang dan

tidak didapatkan adanya tanda-tanda dehidrasi pada pasien ini, keadaan umum

pasien sakit sedang, mata cowong tidak ada, mukosa mulut terlihat basah, denyut

nadi 100 x/menit, kuat angkat, isi cukup, pernapasan normal, suhu tubuh normal

yaitu 36,2ºC, pemeriksaan turgor kulit kembali cepat. Dari pemeriksaan abdomen

juga didapatkan peristaltik usus meningkat dan nyeri perut di semua regio.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis diare

akut tanpa dehidrasi. Diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi lebih dari

biasanya atau lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja

menjadi cair dengan atau tanpa darah. Dikatakan diare akut karena munculnya

mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang dari 14 hari. Diare dapat terjadi

tanpa dehidrasi, dengan dehidrasi ringan/sedang, dan dengan dehidrasi berat.

14

Page 2: Pembahasan Diare IKM

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan

besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit),

malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Untuk

menentukan penyebab diare pada pasien ini perlu dilakukan pemeriksaan

penunjang seperti pemeriksaan feses lengkap. Namun pada kasus ini tidak perlu

dilakukan karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarahkan bahwa diare

ini merupakan diare akut infektif tanpa dehidrasi. Hal ini didukung oleh adanya

keluhan yang khas terutama pada diare akut yang disebabkan oleh rotavirus yaitu

demam, mual, muntah, nyeri abdomen, nyeri perut saat BAB dan tinja cair dengan

sedikit lendir,dan berwarna kuning kehijauan.

Pasien ini diterapi berdasarkan rencana terapi A karena pasien ini

mengalami diare akut tanpa dehidrasi. Namun pada pasien tidak diberikan cairan

oralit secara oral karena pada kasus ini pasien mengalami muntah 5 kali terutama

setiap kali makan dan minum, nafsu makan menurun serta pasien tidak suka

dengan rasa dari cairan oralit sehingga pasien ini di berikan terapi cairan berupa

cairan kristaloid untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.

15

Page 3: Pembahasan Diare IKM

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan

setelah sembuh. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya

fungsi usus yang normal termasuk kemampun menerima dan mengabsorbsi

berbagai nutrien. Selain itu keluarga pasien juga diberi informasi mengenai cara

penularan diare melalui lingkungan dan perilaku mereka yang salah selama ini

serta cara mencegahnya muncul lagi dikemudian hari.

16

Page 4: Pembahasan Diare IKM

Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan

faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

Paradigma hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor

yaitu faktor genetik (keturunan), perilaku individu atau masyarakat, faktor

lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan, namun yang paling berperan dalam

terjadinya diare adalah faktor prilaku, lingkungan serta pelayanan kesehatan.

Diare menjadi masalah di mayarakat disebabkan oleh karena faktor-faktor berikut:

1. Perilaku

Mencuci tangan yang tidak menggunakan sabun

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan

dengan sabun dengan air bersih saat sebelum makan, sebelum mengolah

dan menghidangkan makananserta setelah buang air besar dan kecil.7

Keefektifan mencuci tangan pada saat sebelum makan, sesudah makan,

sesudah BAK dan BAB pada pasien masih kurang. Hal ini dapat

memudahkan penyebaran penyakit. Kegiatan cuci tangan ini sangat

penting baik bagi pasien, penyaji makanan, atau warung serta orang-orang

yang merawat dan mengasuh anak. Setiap tangan kontak dengan feses,

urin atau dubur harus dicuci dengan sabun dan bila perlu disikat, hal ini

diperlukan untuk memutuskan rute transmisi penyakit. Pasien mengaku

selalu mencuci tangan sesudah buang air besar namun jarang

menggunakan sabun. Begitu pula pada saat sebelum makan, pasien

mencuci tangan namun jarang menggunakan sabun dan sering

menggunakkan air yang tergenang untuk mencuci tangan.

Pengolah makanan dan minuman yang tidak higienis

Pengolaham makanan dan minuman yang tidak higienis berperan dalam

penularan diare misalnya makanan yang tercemar dengan debu, sampah,

dihinggapi lalat, air minum yang tidak dimasak.7

17

Page 5: Pembahasan Diare IKM

Pengelolaan makanan sesuai standar WHO

1) Jaga kebersihan

Cuci tangan sebelum memasak dan keluar dari toilet, cuci alat-

alat masak dan alat makan, dapur harus bersih, jangan ada

binatang, serangga, dan lain-lain

2) Pisahkan bahan makanan matang dan mentah

Gunakan alat dapur dan makanan yang berbeda

3) Masak makanan hingga matang

Masak sampai matang terutama daging, ayam, telur, seafood

4) Simpan makanan pada suhu aman

Jangan simpan makanan terlalu lama di suhu ruangan , masukkan

kulkas bila ingin disimpan dan sebelum dihidangkan panaskan

sampai lebih dari 85 derajat celcius.

5) Gunakan air bersih dan bahan makanan yang baik

Penyimpanan makanan kurang baik, karena sisa makanan tidak ditutup

dengan penutup makanan sehingga dihinggapi lalat. Pasien juga tidak

memiliki kulkas untuk menyimpan makanan. Penyimpanan alat-alat

makan dirumah pasien kurang baik, karena ada beberapa alat makan yang

disimpan di bawah lantai.

2. Faktor Lingkungan

Sosio-ekonomi menengah ke bawah

Pasien termasuk dalam keluarga dengan sosio-ekonomi yang menengah

kebawah. Walaupun dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, pasien

terkadang tidak memikirkan kualitas makanan yang dipilih.

Rumah pasien belum memenuhi kriteria rumah sehat

a. Menggunakan Jamban

Pengalaman dibeberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan

jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko

18

Page 6: Pembahasan Diare IKM

terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus

membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. 7

Yang harus diperhatikan oleh keluarga:

1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat

di pakai oleh seluruh anggota keluarga

2) Bersihkan jamban secara teratur

3) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar

Pada kasus ini, dirumah pasien terdapat satu jamban jongkok. Lantai

berupa semen dan cukup bersih, namun dinding jamban tampak kotor.

Penyedian Air Bersih

Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air

antara lain adalah diare, kolera, disentri , hepatitis, penyakit kulit, penyakit

mata dll, maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas

mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk

untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. 7

Pada pasien ini tempat memasak tidak higienis karena jarak dapur dengan

kamar mandi sangat berdekatan yaitu sekitar 1,5 meter. Pada kasus ini,

pasien mengkonsumsi air sumur yang dimasak terlebih dahulu. Akan

tetapi, letak air sumur bersebelahan dari jamban umum. Sedangkan jarak

minimal septik tank dengan sumur adalah 10 meter.

Pengelolaan sampah buruk

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya

vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus,kecoa dsb. Oleh karena itu

pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit.

Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari

dan dibuang ketempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh

pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat

dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.7

19

Page 7: Pembahasan Diare IKM

Keluarga pasien hanya membakar sampahnya di belakang rumah setiap

dua hari sekali bila tidak musim hujan. Musim hujan bisa mendatangkan

lalat, lalat adalah salah satu vektor yang dapat menyebabkan penyebaran

penyakit. Penularan penyakit ini terjadi secara mekanis, dimana kulit

tubuh dan kaki-kaki lalat yang kotor merupakan tempat menempelnya

mikrorganisme penyakit yang kemudian hinggap pada makanan sehingga

makanan tersebut menjadi sumber penyakit. Oleh karena itu perlu

dilakukan pengendalian lalat dengan cermat.

Sarana pembuangan air limbah

Bila ada saluran pembuangan air limbah dihalaman, secara rutin harus

dibersihkan agar air limbah dapat mengalir, sehingga menimbulkan bau

yang tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk, dan

bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit

seperti leptospirosis.7

Pada kasus ini tempat cuci piring dirumah pasien airnya tergenang dan

berbau, karena tidak ada selokan maupun saluran air limbah, terutama bila

musim penghujan, air dapat tergenang di halaman belakang rumah pasien

dan terkadang air hujan masuk hingga ke dapur pasien.

3. Pelayanan Kesehatan

Pada pelayanan kesehatan yakni Puskesmas Bulili, terdapat 1 orang

programmer dan beberapa kader yang mengurusi masalah PM salah

satunya penyakit diare. Selain itu, tersedianya sarana rehidrasi yang juga

dikenal sebagai pojok oralit dan terdapat media untuk penyuluhan tentang

penyakit diare, namun penyuluhan tentang penyakit diare ini terkadang

mengalami hambatan karena keterbatasan SDM dan kurangnya koordinasi

antara bagian konseling dan pelayanan kesehatan. Beberapa kendala

lainnya dalam penanganan diare di puskesmas ini yaitu tidak ada fasilitas

pemeriksaan feses untuk mengetahui penyebab diare.

20

Page 8: Pembahasan Diare IKM

Pada kasus ini, faktor yang berperan dalam penularan diare ialah faktor

perilaku lingkungan dan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, sangat penting

bagi kita untuk waspada dengan jalan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat

untuk meminimalisir resiko tertular diare serta untuk pelayanan kesehatan agar

lebih meningkatkan koordinasi antara bagian konseling dengan bagian pelayanan

kesehatan terutama dalam melakukan sosialisasi berupa penyuluhan yang

berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

21

Page 9: Pembahasan Diare IKM

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian kesehatan RI. Buku Saku Lintas Diare Untuk Petugas

Kesehatan. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI. 2013.

2. Lab SMF IKA FK UNUD/RS Sanglah-Denpasar. Diare dalam: Kapita

Selekta Gastroenterologi Anak. Denpasar. Sagung Seto.2003.

3. Soewondo ES. 2002. Seri Penyakit Tropik Infeksi Perkembangan Terkini

Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit Tropik Infeksi. Surabaya :

Airlangga University Press.

4. WHO, Bakti Husada Dan IDAI. Diare dalam: Buku Saku Pelayan

Kesehatan Anak. Jakarta. Depkes. 2009.

5. Tim Penyusun. 2012. Profil Kesehatan Puskesmas Bulili Tahun 2012.

Dinas Kesehatan Kota Palu.

6. Depkes, R. I., 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare.

Jakarta : Ditjen PPM dan PL.

7. Kementrian kesehatan RI. Pedoman Pengendalian Penyakit Diare.

Kementrian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan

Penyehatan Lingkungan. 2013.

22