Transcript
Page 1: Pelaporan korporat analisis

1

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KINERJA, DAN KEPATUHAN ATAS

ENTITAS KOMERSIAL, NIRLABA DAN ETAP

OLEH

YUDIANTO (NIM: 2014240922)

ENDANG TRI PRATIWI (NIM: 2014240925)

SRI APRIYANTI HUSAIN (NIM: 2014240926)

MAKALAH KELOMPOK

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pelaporan Korporat

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: Pelaporan korporat analisis

2

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KINERJA, DAN KEPATUHAN ATAS

ENTITAS KOMERSIAL, NIRLABA DAN ETAP

“How to detect Accounting Gimmicks and Fraud in Financial Reporting?”

Apakah Shenanigans Keuangan?

Shenanigans keuangan adalah tindakan yang dirancang untuk

menyembunyikan atau mendistorsi kinerja keuangan atau kondisi keuangan

perusahaan yang dilakukan oleh manajemen dengan tujuan menyesatkan investor

tentang kinerja keuangan perusahaan atau kesehatan ekonomi. Akibatnya, investor

sering tertipu untuk percaya bahwa pendapatan perusahaan yang besar, arus kas

yang lebih kuat, dan kondisi neraca yang lebih aman dari yang sebenarnya terjadi.

Beberapa shenanigans dapat dideteksi melalui jumlah yang disajikan pada laporan

keuangan perusahaan seperti Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan Arus Kas.

Bukti shenanigans lain mungkin tidak secara eksplisit diatur dalam angka dan

karena itu diperlukan ketelitian narasi yang terkandung dalam catatan kaki,

pelaporan laba kuartalan, dan representasi lain yang bertujuan umum oleh

manajemen. Adapun pengklasifikasian kejahatan keuangan (Shenanigans)

menjadi tiga kelompok besar antara lain: Shenanigans Manipulasi Laba,

Shenanigans Arus Kas, dan Key Metrik Shenanigans.

Shenanigans dipandang perlu disebabkan oleh berbagai hal, antara lain

sebagai berikut:

a. Shenanigans merupakan ganjaran (faktor keserakahan).

b. Dapat meningkatkan kinerja yang berhubungan dengan bonus.

c. Dapat mencegah outcome negatif (fear factor).

d. Dapat membantu perusahaan mendapatkan pembiayaan.

e. Dapat menghilangkan persepsi pasar negatif.

f. Dapat membantu perjanjian pembiayaan perusahaan

g. Shenanigans sangat mudah untuk dilakukan.

h. Terkadang berfungsi sebagai jebakan.

Adapun jenis-jenis perusahaan yang paling memungkinkan melakukan

Shenanigans antara lain sebagai berikut:

a. Perusahaan dengan lingkungan pengendalian yang lemah, dengan ciri:

Page 3: Pelaporan korporat analisis

3

1) Tidak ada anggota independen

2) Kurangnya auditor independen/kompeten

3) Fungsi audit internal yang tidak memadai

b. Manajemen menghadapi tekanan kompetitif yang ekstrim atau

diketahui atau diduga memiliki karakter yang dipertanyakan.

c. Perusahaan dengan pertumbuhan cepat tetapi kecil.

d. Perusahaan publik yang baru.

e. Perusahaan swasta.

Shenanigans Manipulasi Laba

Investor menilai tegas perusahaan eksekutif ketika perusahaan tersebut gagal

untuk memenuhi ekspektasi pendapatan pada saat pelaporan kuartalan. Harga

saham sering menderita penurunan dramatis ketika pendapatan dilaporkan tak

sesuai harapan. Tidak mengherankan, jika kemudian untuk mengarahkan harga

saham (dan paket kompensasi eksekutif) yang lebih tinggi, beberapa perusahaan

terlibat dalam berbagai kejahatan untuk memanipulasi laba. Ada 7 Shenanigans

manipulasi laba (EM) menurut Scilit’s yang mengakibatkan kekeliruan

pendapatan perusahaan berkelanjutan.

1. Mengakui pendapatan terlalu dini.

Pendapatan harus dicatat setelah proses laba telah selesai dan pertukaran telah

terjadi.

Proses laba harus substansial telah selesai.

Adanya syarat dalam pertukaran.

Ada tiga tipe skenario dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:

a) Pengiriman barang sebelum penjualan selesai.

Barang harus ditukar dengan uang tunai atau janji yang dapat diandalkan

untuk membayar sebelum pendapatan diakui. Perlu diperhatikan pada

pengiriman awal sebelum penjualan terjadi (terutama pada akhir kuartal)

adalah sebagai berikut:

Pengiriman sebelum tanggal pengiriman.

Pengiriman barang dagangan hanya berisi bagian dari pesanan

pelanggan.

Page 4: Pelaporan korporat analisis

4

Pengiriman barang dagangan kepada pelanggan yang telah

membatalkan pesanan mereka.

Kontrak jangka panjang dapat menjadi pengecualian (sering menggunakan

persentase penyelesaian) tetapi hal ini dapat menjadi masalah, antara lain:

Ketidakpastian, yaitu perkiraan biaya masa depan.

Tindakan interim pada tingkat penyelesaian menjadi sulit.

Perubahan terhadap biaya dan penyelesaian dapat ditaksir untuk

memanipulasi laba.

Ketidakpastian poitik dapat mempengaruhi kontrak (misalnya, pesanan

dibatalkan).

Perusahaan baru dengan produk yang tidak pasti terhadap pasar.

b) Mengakui pendapatan pada saat adanya ketidakpastian penting

Harus ada probabilitas tinggi bahwa barang akan dibayar dan tidak

dikembalikan, dengan harus menentukan apakah:

Risiko dan manfaat kepemilikan telah ditransfer kepada pembeli.

Pembeli mungkin mengembalikan barang, dengan maksud apakah ada

hak atas pengembalian.

Pembeli tidak membayar barang, dengan maksud apakah pembeli

memiliki pembiayaan untuk membayar barang.

c) Mengakui pendapatan pada saat tindakan lebih lanjut terkait layanan yang

akan datang.

Seharusnya hanya mengakui pendapatan yang diperoleh sampai saat ini,

sedangkan penerimaan sisa adalah kewajiban. Sering terjadi pada

waralaba dengan kondisi:

Mengakui pendapatan pada saat masih mempromosikan layanan yang

akan datang.

Hak mengembangkan wilayah untuk memiliki hak eksklusif dengan

tujuan membuka waralaba daerah, maka perusahaan tidak boleh

menganggap sebagai penghasilan saat ini (menunda sampai franchise

terbuka).

Page 5: Pelaporan korporat analisis

5

2. Mengakui pendapatan fiktif.

Pendapatan harus dicatat setelah proses laba telah selesai dan pertukaran telah

terjadi. Ada tiga tipe skenario dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:

a) Mengakui pendapatan pada pertukaran asset yang sama. Tidak adanya

pengakuan atas pendapatan pada pertukaran property yang sama.

b) Mengakui pengembalian dana dari pemasok sebagai pendapatan. Retailer

sering menerima pengembalian uang dari pemasok. Hal ini bukan

merupakan pendapatan.

c) Menggunakan estimasi fiktif pada laporan keuangan interim. Pada kondisi

ini harus mengestimasi adanya retur penjualan, biaya jaminan yang akan

datang. Pada laporan kuartalan, memperkirakan tingkat persediaan dan

harga pokok penjualan, sering dilakukan dengan menggunakan persentase

laba kotor.

3. Mendongkrak pendapatan dengan one time gains

Pendapatan harus dicatat setelah proses laba telah selesai dan pertukaran telah

terjadi. Begitu pula dengan keuntungan hanya dilaporkan setelah pertukaran

telah terjadi. Ada empat teknik dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:

a) Meningkatkan profit dengan menjual asset yang mengabaikan nilai.

Ini adalah bukan keuntungan. Contoh khas meliputi: menjual aset yang

diperoleh dari suatu transaksi pooling, perusahaan yang menggunakan

LIFO (terutama dengan persediaan yang banyak memungkinkan

manajemen untuk mengelola harga pokok penjualan), dan real estate atau

asset lainnya yang diperoleh dalam waktu yang lama.

b) Meningkatkan profit dengan utang yang kadaluarsa. Ini sangat menarik

ketika utang baru dikeluarkan pada tingkat yang lebih tinggi, profit

tersebut tidak terulang.

c) Gagal untuk memisahkan keuntungan atau kerugian yang tidak biasa dan

tidak berulang dari pendapatan yang berulang. Misalnya keuntungan dari

aktivitas non operasi seperti penjualan asset, aktivitas yang tidak terus-

menerus seperti penghentian bisnis.

Page 6: Pelaporan korporat analisis

6

d) Membenamkan kerugian pada operasi yang tidak berkelanjutan.

Operasi yang tidak berkelanjutan mencakup operasi yang dihentikan,

keuntungan/kerugian yang luar biasa, dan efek kumulatif pendapatan dari

prinsip akuntansi yang berubah.

4. Mengalihkan beban ke periode sebelumnya atau ke periode yang akan

datang.

Perusahaan harus memanfaatkan biaya yang dikeluarkan dengan

menghasilkan manfaat di masa depan dan biaya tersebut yang tidak

menghasilkan manfaat tersebut. jika aset tersebut tidak material atau manfaat

yang akan diterima selama periode waktu yang singkat, item tersebut sebagai

beban.

Beban harus dibebankan terhadap pendapatan pada periode dimana manfaat

diterima. sebagai perusahaan menyadari manfaat dari menggunakan aset, aset

atau sebagian ada dari harus ditulis sebagai beban periode. ketika ada

penurunan tiba-tiba dan subtantial dari nilai suatu aset aset harus segera

dihapuskan dan secara keseluruhan, bukan secara bertahap. Ada tiga tipe

skenario dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:

a) Ketidaktepatan mengkapitalisasi biaya, dengan maksud mengalihkan

beban ke periode selanjutnya. Kapitalisasi yang tidak tepat sering

mencakup biaya start-up, biaya penelitian dan pengembangan, periklanan

dan biaya administrasi. Hal itu dilakukan dengan menciptakan aset (aset

ditangguhkan), juga dapat dilakukan dengan memasukkan beberapa biaya

tersebut ke dalam persediaan (menunda biaya sampai barang tersebut

dijual).

b) Penyusutan atau amortisasi biaya terlalu lambat. Depresiasi yang lambat

dapat mengakibatkan kekayaan bersih dan profit yang lebih tinggi.

c) Gagal untuk melaporkan asset yang berharga.

5. Tidak diungkapkannya semua liabilities.

Sebagai perusahaan harus bertanggungjawab terhadap semua kewajiban jika

kewajiban tersebut akan dilaporkan pada masa yang akan datang. Ada empat

teknik dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:

a) Melaporkan pendapatan daripada kewajiban pada saat kas diterima.

Page 7: Pelaporan korporat analisis

7

b) Gagal untuk menambah kewajiban kontigen.

c) Gagal untuk mengungkapkan komitmen dan kontinjensi.

d) Melakukan transaksi untuk menjaga Debt off the books.

6. Mengalihkan pendapatan yang sekarang ke periode yang akan datang.

Pendapatan harus dicatat pada periode di mana pendapatan itu diterima.

Teknik dalam aturan ini adalah menciptakan cadangan untuk menggeser

pendapatan penjualan pada periode selanjutnya. Pada kondisi ini terjadi

karena:

a) Dilakukan dengan menunda penjualan.

b) Dilakukan untuk memperlancar pendapatan.

c) Adanya Smoothing income yang biasanya membawa kejutan tidak

menyenangkan di masa yang akan datang.

d) Bersikap kritis terhadap perusahaan sukses yang memiliki cadangan besar.

7. Mengalihkan beban di masa yang akan datang ke periode sekarang.

Beban harus dibebankan terhadap pendapatan pada periode dimana manfaat

tersebut diterima. Ada dua teknik dasar dalam aturan ini, antara lain sebagai

berikut:

a) Percepatan beban diskresionari pada periode sekarang.

b) Melaporkan depresiasi atau amortisasi yang terjadi pada masa yang akan

datang.

Shenanigans Arus Kas

Banyaknya skandal pelaporan keuangan dan penyajian kembali laba dalam

beberapa tahun terakhir telah menimbulkan banyak pertanyaan pada investor,

apakah laba yang dilaporkan bisa bebas dari manipulasi manajemen. Investor

telah memperluas fokus mereka untuk menyertakan Laporan Arus Kas khususnya

bagian yang menyoroti arus kas dari operasi (CFFO).

Investor mulai memendam kecurigaan tentang pelaporan keuangan

perusahaan: bahwa manajemen sekarang memainkan trik untuk mencemari arus

kas dari operasi. Sayangnya, kecurigaan ini dijalankan dengan baik. Investor tidak

bisa lagi percaya bahwa manajemen akan melaporkan arus kas jujur dan tanpa

kebijaksanaan. Untuk membantu investor menavigasi penipuan arus kas, Scilit’s

Page 8: Pelaporan korporat analisis

8

telah mengidentifikasi empat Shenanigans Arus Kas (CF) berikut yang dapat

mengakibatkan kekeliruan dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus

kas dari operasinya:

1. Cash Flows Shenanigans No 1: Mengalihkan Pembiayaan Arus Kas masuk

pada Bagian Operasi.

2. Cash Flows Shenanigans No 2: Mengalihkan Arus Kas keluar operasi normal

untuk Bagian Investasi.

3. Cash Flows Shenanigans No 3: Menggembungkan Operasi Arus Kas dengan

menggunakan Akuisisi atau Pelepasan.

4. Cash Flows Shenanigans No. 4: Meningkatkan Arus Kas Operasi dengan

menggunakan aktivitas yang tidak berkelanjutan.

Key Metrik Shenanigans

Sejauh ini kita telah membahas kejahatan yang investor umumnya dapat

mengidentifikasi dengan hati-hati membaca angka-angka dalam laporan

keuangan. Secara umum manajemen menghadapi beberapa pembatasan di bawah

aturan akuntansi (disebut GAAP, atau prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku

umum) tentang bagaimana menyajikan laporan keuangan kepada investor. Untuk

memotong banyak pembatasan tersebut dan memakai spin positif, manajemen

telah menjadi lebih aktif dan menipu dalam menciptakan dan memanipulasi kunci

metrik non-GAAP untuk memberi kesan kepada investor. Kekeliruan pelaporan

keuangan tersebut cenderung tidak benar menyoroti pertumbuhan yang kuat dan

konsisten serta sehat tidaknya perusahaan.

KM Shenanigan No. 1: Showcasing Misleading Metrics That Overstate Performance

KM Shenanigan No. 2: Distorting Balance Sheet Metrics to Avoid Showing Deterioration

Profit akuntansi adalah hasil dari akuntansi akrual (dan subjek dari manipulasi).

Oleh karena itu, harus melihat laporan arus kas dan laporan laba rugi bersama-

sama.

1. Arus kas operasi, dapat ditinjau dengan:

a) Pengukuran kinerja operasi pada basis kas (laba bersih dilakukan pada

basis akrual). Hal ini dengan mengabaikan penjualan yang disebabkan

Page 9: Pelaporan korporat analisis

9

oleh tindak lanjut keberadaan uang. Selain itu juga dengan mengabaikan

beban atas kepemilikan asset.

b) Pengukuran quality of earnings, dengan membandingkan CFFO dengan

Net income. Jika Net Income positif, sedangkan CFFO negatif (tahun demi

tahun) maka bisa disimpulkan terdapat masalah. Begitu pula jika CFFO

lebih kecil dari Net income. Bagian ini merupakan perbandingan yang

penting dalam pembentukan perusahaan yang penjualan, piutang dan

persediaan umumnya tidak berfluktuasi dengan cepat.

c) Analisis arus kas dapat membantu dalam hal memprediksi kebangkrutan.

Mungkin melihat CFFO negatif selama bertahun-tahun sedangkan

pendapatan yang positif, mungkin hasil dari membludaknya piutang.

Langkah-langkah tambahan dalam pengukuran Quality of Earnings

Quality Income = CFFO / Operating Income

Interest Coverage = CFFO before interest and taxes / Interest

Return on Assets = CFFO before interest and taxes / Assets

Menggunakan Pendekatan Holistik untuk Mendeteksi Shenanigans

Pentingnya "Checks and Balances"

Jelas, tidak semua perusahaan menggunakan trik pelaporan kepada investor.

Memang, kami percaya bahwa sebagian besar perusahaan melaporkan kondisi

perusahaannya dengan jujur. Namun demikian, investor harus selalu waspada dan

aktif mencari tanda-tanda peringatan dari masalah, karena shenanigans terjadi

dengan frekuensi yang cukup signifikan jika dibiarkan tidak terdeteksi.

Perusahaan dengan kelemahan struktural atau pengawasan yang tidak

memadai memberikan lahan subur bagi shenanigans. Investor harus menyelidiki

tata kelola perusahaan dan pengawasan dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan dasar:

1. Apakah checks and balances yang tepat ada di antara eksekutif senior daapat

memadamkan kejahatan korporat?

2. Apakah anggota luar dewan memainkan peran yang berarti dalam melindungi

investor dari sifat serakah, sesat, atau manajemen yang tidak kompeten?

Page 10: Pelaporan korporat analisis

10

3. Apakah auditor memiliki kemandirian, pengetahuan, dan tekad untuk

melindungi investor saat manajemen bertindak tidak tepat?

4. Apakah perusahaan benar mengambil langkah memutar untuk menghindari

pengawasan peraturan?

Menjaga Segala Seuatu dalam Keseimbangan: Persediaan, Penjualan dan

Piutang

Tanda-tanda laporan keuangan yang menyesatkan yang mungkin muncul pada

neraca, antara lain sebagai berikut:

1. Melebih-lebihkan aset atau menunjukkan saldo pada jumlah nilai realisasi

bersih.

2. Pengecilan aset saat perusahaan mencoba untuk melancarkan penghasilan

dengan mengalihkan beban masa depan dalam tahun fiskal saat ini.

3. Pengecilan kewajiban, baik dengan tidak termasuk kewajiban sepenuhnya dari

neraca atau dengan mengakui perkiraan kewajiban yang konservatif di masa

depan.

4. Pembesaran kewajiban, menggunakan cadangan untuk melancarkan

penghasilan dengan mengalihkan pendapatan tahun berjalan ke tahun yang

akan datang.

5. Penghilangan ekuitas pemilik.

Tanda-tanda peringatan atas tidak tertagihnya piutang, antara lain sebagai

berikut:

1. Besarnya jumlah piutang jatuh tempo.

2. Peningkatan dalam jumlah besar pada piutang dengan penjualan yang statis.

3. Ketergantungan berlebihan pada satu atau dua pelanggan.

4. Adanya piutang pihak terkait.

5. Perputaran piutang yang lambat.

6. Piutang sebagian besar terdiri dari barang pengembalian pelanggan.

Tanda-tanda peringatan atas ketidakmemadainya persediaan antara lain

sebagai berikut:

1. Perputaran persediaan yang lambat.

2. Peningkatan dalam jumlah besar pada saat penjualan yang statis.

3. Pemalsuan persediaan.

Page 11: Pelaporan korporat analisis

11

4. Adanya penjaminan atas persediaan.

5. Asuransi yang tidak mencukupi.

6. Perubahan metode penilaian persediaan perusahaan.

Profitability Ratio

Gross Profit Margin = Gross Profit / Sales

Operating Margin = Operating Profit / Sales

(Untuk melihat Profitabilitas dari aktivitas operasi)

Net Profit Margin = Net Income / Sales

(Untuk menentukan laba dari setiap rupiah penjualan)

ROA = Net Income / Asset

(Untuk melihat pengembalian atas investasi antara pemegang saham dan

pemberi kredit)

ROE = Net Income / Equity

(Untuk melihat pengembalian investasi pada pemegang saham)

Earning Per Shares = Net Income / Number of Shares

(Untuk melihat profitabilitas pemegang saham berdasarkan jumlah per lembar

saham)

Liquidity Ratio

Current Ratio = Current Assets / Current Liabilities

Working Capital = Current Assets – Current Liabilities

Quick Ratio = (Current Assets – Inventory) / Current Liabilities

Inventory to Net Working Capital = Inventory / (Current Assets – Current

Liabilities)

Solvency Ratio

Debt to Assets = Total Debt / Total Assets

Debt to Equity = Total debt / Total Equity

Long Term Debt to Equity = Long Term Debt / Total Equity

Interest Coverage Ratio = Operating Income / Interest Expense

Page 12: Pelaporan korporat analisis

12

Activity Ratio

Inventory Turnover = Cost of Sales / Average Inventory

Account Receivable Turnover = Sales / Average Account

Fraud (Kecurangan)

Fraud dapat dilakukan oleh siapa saja, meskipun pelaku fraud adalah orang

yang dapat dipercaya. Kemungkinan besar suatu fraud terjadi ketika lingkungan

pekerjaan integritasnya lemah, pengendaliannya tidak kuat, kehilangan

akuntabilitas, atau mendapat tekanan yang besar, maka tidak dapat dipungkiri

seseorang akan melakukan ketidakjujuran.

Pelaku kecurangan dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu

manajemen dan karyawan/pegawai. Pihak manajemen melakukan kecurangan

biasanya untuk kepentingan perusahaan, contoh kecurangan yang dilakukan oleh

manajemen yaitu salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan

(misstatements arising from fraudulent financial reporting). Sedangkan

karyawan/pegawai melakukan kecurangan bertujuan untuk keuntungan individu,

misalnya salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising

from misappropriation of assets).

Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan

ekspektasi terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena

kecurangan terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah

irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali

dinamakan kecurangan manajemen (management fraud), misalnya berupa:

manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau

dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan.

Kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional

omissions) suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari laporan

keuangan.

Kecurangan penyalahgunaan aktiva biasanya disebut kecurangan karyawan

(employee fraud). Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan aktiva meliputi

penggelapan aktiva perusahaan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak

disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Page 13: Pelaporan korporat analisis

13

Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan yang menghadapi

masalah keuangan dan dilakukan karena melihat adanya peluang kelemahan pada

pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut.

Contoh dari kecurangan karyawan (employee fraud) mengacuh pada Sawyers

dalam “The Practice of Modern Internal Audit” yang telah dialih bahasakan oleh

Amin Widjaja, ada 40 bentuk kecurangan karyawan, antara lain :

a) Pemalsuan cap stempel

b) Mencuri barang dagangan, peralatan, persediaan, dan barang-barang

perlengkapan lainnya

c) Mengambil sejumlah kecil uang kas dari mesin kasir

d) Tidak mencatat penjualan barang dan mengantongi uangnya

e) Menciptakan kelebihan dana kas dan register dengan melakukan kurang

pencatatan

f) Pembebanan berlebihan pada akun-akun pengeluaran atau menggunakan uang

muka untuk kepentingan pribadi

g) Memutar penagihan atas rekening pelanggan

h) Membiayakan rekening pelanggan dan mencuri uangnya

i) Mengeluarkan kredit untuk klaim dan pengembalian oleh pelanggan palsu

j) Tidak memberikan setoran harian ke bank, atau menyetorkan sebagian dari

uang saja

Mengacu pada Albrecht, dan Zimbelman (2009:10), berdasarkan pihak yang

menjadi korban, fraud dikelompokkan menjadi:

1. Fraud yang mengakibatkan perusahaan atau organisasi menjadi korban.

Dalam kategori ini, fraud dibagi kembali menjadi kelompok – kelompok yang

lebih spesifik;

a. Penggelapan oleh karyawan – pelaku fraud merupakan anggota atau

karyawan dari perusahaan atau organisasi. Dalam fraud jenis ini, pelaku

mengambil aset perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengambilan aset secara langsung dilakukan dengan cara mengambil uang

tunai, perlengkapan, peralatan serta aset – aset lain perusahaan, sedangkan

kecurangan secara tidak langsung dilakukan dengan menerima sogokan

atau komisi dari pihak ketiga.

Page 14: Pelaporan korporat analisis

14

b. Fraud yang melibatkan pemasok – pelaku fraud adalah pemasok dari

suatu perusahaan atau organisasi. Fraud ini dapat dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu yang dilakukan sendiri dan fraud yang melibatkan pihak lain.

Pada fraud yang melibatkan pihak lain, biasanya pelaku bekerja sama

dengan bagian pembelian suatu perusahaan.

c. Fraud yang melibatkan pelanggan – pelaku fraud adalah pelanggan dari

suatu perusahaan atau organisasi. Pelanggan yang melakukan kecurangan

biasanya tidak membayar untuk barang yang dibeli, atau menipu

perusahaan atau organisasi untuk memberikan mereka (pelaku) barang

yang tidak seharusnya mereka miliki.

2. Fraud yang dilakukan oleh manajemen – korban dari fraud jenis ini adalah

pemegang saham dan pemberi pinjaman dari suatu organisasi atau perusahaan.

Fraud yang dilakukan oleh manajemen juga sering disebut sebagai

kecurangan pelaporan keuangan. Manajemen melakukan fraud ini dengan

memanipulasi laporan keuangan perusahaan.

3. Penipuan investasi dan penipuan pelanggan lainnya – korban dalam fraud

jenis ini adalah pihak – pihak yang kurang berhati – hati atau kurang

pengetahuan. Para pelaku fraud jenis ini umumnya menjual investasi palsu ke

korban.

4. Kecurangan lain–korban dari fraud jenis ini tidak memiliki batasan golongan.

Secara umum fraud dapat terjadi apabila ada kesempatan (opportunity),

tekanan (pressure) atau insentif (incentive), dan rasionalisasi (rationalization).

Tiga hal ini lebih dikenal dengan segitiga fraud atau fraud triangle. Pressure

(menunjukkan motivasi dan sebagai “unshareable need”), rationalization

(personal ethics) dan opportunity.

Page 15: Pelaporan korporat analisis

15

Tekanan (Pressure)

Tekanan merujuk pada sesuatu hal yang terjadi pada kehidupan pribadi pelaku

yang memotivasinya untuk mencuri. Biasanya motivasi tersebut timbul karena

masalah keuangan, tetapi ini dapat menjadi gejala dari faktor-faktor tekanan

lainnya, sehingga tekanan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: tekanan dari

faktor keuangan (financial), dan tekanan dari faktor sosial (non financial)

1. Financial Pressures

Masalah keuangan yang dialami pelaku dapat dipecahkan dengan mencuri

uang atau aset lainnya. Berikut faktor-faktor dari tekanan keuangan :

a. Greed. Keserakahan seseorang akan kekayaan dapat memicu orang

tersebut bertindak curang karena merasa tidak puas dengan apa yang

dimiliki.

b. Gaya hidup mewah

c. High personal debts. Hutang yang menumpuk dapat membuat seseorang

tertekan. Ketertekanan akan semakin tinggi ketika hutang tersebut tidak

dapat dilunasi, sehingga akan menghalalkan segala cara untuk dapat

melunasinya.

d. High medical bills. Ketika calon pelaku kecurangan mengalami masalah

kesehatan dan membutuhkan biaya pengobatan yang tinggi, sedangkan si

calon pelaku tidak mempunyai cukup dana, maka dari tekanan biaya

tersebut akan mendorong tindakan kriminal/ curang sebagai cara

memenuhi biaya tersebut.

e. Kerugian keuangan yang tak terduga.

2. Social Pressure

Tekanan yang berasal dari faktor non-keuangan diantaranya :

a. Vice Pressure

b. Kebiasaan berjudi (gambling), drugs dan alcoholic (peminum berat)dapat

menciptakan keinginan keuangan yang besar agar supaya mendukung

kebiasaan-kebiasaan tersebut. Hal ini menciptakan hubungan tekanan

dengan aspek ini sebagai fraud triangle.

c. Work related

1) Seseorang akan merasa tertekan ketika performa pekerjaan kurang

Page 16: Pelaporan korporat analisis

16

diakui dan dinilai secara adil oleh manajemen

2) Kepuasan atas pekerjaannya

3) Takut akan kehilangan pekerjaannya

4) Tertekan karena ingin mendapatkan promosi

5) Merasa digaji rendah oleh perusahaan

3. Other Pressure

a. Perubahan perilaku secara signifikan, seperti: easy going, tidak seperti

biasanya.

b. Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau tempat kerja

c. Tertantang untuk merusak atau membobol sistem

d. Krisis keuangan yang tak terduga

Rationalization (Justifikasi melakukan kecurangan)

Rationalisasi adalah komponen kecurangan yang paling krusial. Rasionalisasi

menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari

pembenaran atas tindakannya, misalnya:

1. Tidak akan ada orang lain yang terluka.

2. Saya berhak mendapatkan sesuatu yang lebih.

3. Tindakan kecurangan yang ia lakukan bertujuan baik.

4. Sesuatu yang menjadi kepuasaannya jika ia bertindak curang.

5. Semua orang melakukan itu, jadi saya melakukannya juga .

6. Orang-orang tidak mampu dan tidak peduli tentang konsekuensi atas

tindakan atau atas pelakunya yang tidak jujur.

7. Pelaku percaya bahwa jika mereka bertindak curang, mereka tidak akan

kehilangan keluarga, uang dan kekayaannya.

8. Ketidakpuasan pekerjaan akan sesuatu hal yang berhubungan dengan

gaji,lingkungan pekerjaan, perhatian yang diberikan oleh manajer, membuat

pelaku berpikiran bahwa perusahaan berhutang kepada dia.

9. Saya hanya meminjam uang perusahaan saja, nanti akan saya kembalikan.

10. Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak

mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.

Page 17: Pelaporan korporat analisis

17

Untuk menjelaskan kenapa rasionalisasi memberikan kontribusi terhadap

terjadinya kecurangan, karena rasionalisasi akan memberikan suatu

pembenaran tentang apa saja yang kita lakukan dengan tujuan untuk memuaskan

diri sendiri, meskipun tidak memiliki alasan yang kuat dan pembenaran tersebut

juga tidak dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi moral maupun etika.

Kesempatan (Opportunity)

Pelaku kecurangan selalu memiliki pengetahuan dan kesempatan untuk

melakukan tindakan tersebut agar tindakan itu tidak dapat terdeteksi. Cressey

berpendapat ada dua komponen dari peluang, yaitu ;

1) General information, yang merupakan pengetahuan bahwa kedudukan yang

mengandung trust (kepercayaan), dapat dilanggar tanpa konsekuensi.

Pengetahuan ini diperoleh pelaku dari apa yang ia dengar atau lihat, misalnya

dari pengalaman orang lain yang melakukan fraud dan tidak ketahuan atau

tidak dihukum atau terkena sanksi.

2) Technical skill atau keahlian/keterampilan

3) Keahlian/keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejahatan

tersebut. Ini biasanya keahlian atau keterampilan yang dipunyai orang itu dan

yang menyebabkan ia mendapat kedudukan tersebut.

Selain itu, faktor yang menciptakan kesempatan adalah lemahnya

pengendalian internal (internal controls) yang telah ada pada perusahaan.

Committee of Sponsoring Organizations (COSO) dan mengidentifikasikan lima

komponen pengendalian intern yang saling berhubungan, yaitu :

1. Lingkungan Pengendalian (control environment)

Faktor pembentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas dapat berupa

integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan

komite audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi,

penetapan wewenang dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik sumber

daya manusia.

2. Penilaian Resiko (risk assessment)

Penilaian resiko oleh manajemen harus mencakup pertimbangan khusus atau

resiko yang dapat muncul dari perubahan kondisi lingkungan operasi, personel

Page 18: Pelaporan korporat analisis

18

baru, sistem informasi yang baru atau dimodifikasi, pertumbuhan yang cepat,

teknologi baru, restrukturisasi perusahaan, operasi di luar negri, pernyataan

akuntansi, dan lini, produk, atau aktivitas baru.

3. Informasi dan Komunikasi (information and communication system)

Sistem akuntansi yang efektif harus mencatat transaksi yang valid dan benar-

benar terjadi, otorisasi yang tepat, penyajian secara tepat dalam laporan

keuangan.

4. Aktivitas pengendalian (control activities)

Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat

dikategorikan dalam berbagai cara, yaitu pemisahan tugas, pengendalian

pemrosesan informasi, pengendalian fisik, review kerja.

5. Pemantauan (monitoring)

Pemantauan dapat dilaksanakan melalui aktivitas yang berkelanjutan (on

going activities) dan melalui pengevaluasian periodik secara terpisah.

Kecurangan Laporan Keuangan (Financial statement fraud)

Kecurangan dalam laporan keuangan antara lain berupa mempublikasikan secara

sengaja terhadap informasi yang palsu dari bagian suatu laporan keuangan.

Kecurangan ini biasanya terjadi ketika sebuah perusahaan melaporkan lebih tinggi

dari yang sebenarnya (overstates) terhadap asset atau pendapatan, atau ketika

perusahaan melaporkan lebih rendah dari yang sebenarnya (understates)

terhadap kewajiban dan beban. Sering kali para pemegang saham, karyawan dan

investor tidak mengetahui sepenuhnya dari ketidakjelasan terhadap nilai asset

perusahaan dan adanya kewajiban jika terjadi suatu kecurangan.

Sebagian besar dari skandal kecurangan yang terjadi pada tahun 2002 di USA

yang menyebabkan lahirnya Sarbanes-Oxley Act termasuk kecurangan yang

terjadi di perusahaan raksasa, Enron dan WorIdCom adalah berupa kecurangan

terhadap laporan keuangan. Skema kecurangan yang mereka lakukan tergolong

rumit, namun pada akhirnya motifnya relatif serupa, yaitu: menyebabkan

kerugian besar terhadap pemegang saham dan timbulnya utang kepada

kreditur, belum lagi menyebabkan trauma kepada karyawan dimana mereka

kehilangan pekerjaan dan dana pensiun.

Page 19: Pelaporan korporat analisis

19

Pada 2008 Laporan yang disampaikan kepada lembaga Pencegahan

terhadap Kecurangan dan Penyalahgunaan Wewenang yang diterbitkan oleh

Associat ion of Certified Fraud Examiners, perusahaan-perusahaan USA

menderita kerugian rata-rata sebesar $2 juta yang disebabkan terjadinya skema

kecurangan tersebut. Dalam Laporan tersebut menyatakan bahwa bentuk

kecurangan sangat berbeda dari jenis kecurangan yang lazim karena tipe tujuan

dari kecurangan yang terjadi tidak secara langsung memperkaya si pelaku, tetapi

untuk menyesatkan kepada pihak ketiga (investor, pemilik, regulator, dan lain-

lain) seperti kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau

menyangkut kelangsungan hidup dari suatu organisasi.

Dengan kata lain, biasanya pelakunya adalah oleh manajer perusahaan

yang memanipulasi kemampuan yang bersifat ekonomi suatu perusahaan dengan

menutupi hutang yang jumlahnya yang sangat besar atau hilangnya aktiva yang

lain. Para pihak manajemen memperoleh keuntungan seacara langsung dari

terjadinya kecurangan dengan menjual saham, menerima bonus atas kinerja

yang dipalsukan, atau dengan menggunakan laporan palsu untuk

menyembunyikan tindakan curang lainnya. Manfaat secara tidak langsung yang

diperoleh pihak manajemen dari adanya kecurangan terhadap laporan keuangan

tersebut dimana cara ini digunakan untuk memperoleh sumber dana atas nama

perusahaan, atau untuk melakukan penggelembungan harga jual perusahaan.

Setiap usaha untuk mencegah kecurangan atas laporan keuangan harus fokus

pada tiga faktor sebagai berikut :

1. Mengurangi tekanan situational yang mendorong terjadinya kecurangan

a. Hindari penetapan tujuan keuangan yang tidak mungkin dicapai.

b. Hilangkan tekanan yang berasal eksternal yang mungkin dapat

menggoda staf akuntansi untuk menyiapkan kejahatan terhadap laporan

keuangan.

c. Pengendalian modal kerja, kelebihan volume produksi, atau pengendaiian

terhadap inventaris.

d. Menetapkan dengan jelas dan prosedur akuntansi yang seragam tanpa

adanya klausul pengecualian.

2. Mengurangi peluang untuk melakukan kecurangan

Page 20: Pelaporan korporat analisis

20

a. Menjaga keakuratan dan kelengkapan catatan akuntansi internal.

b. Hati-hati dalam memonitor transaksi bisnis dan hubungan yang bersifat

pribadi dari pemasok, pembeli, agen pembelian, perwakilan penjualan, dan

pihak lain-lain yang berhubungan dalam bertransaksi diantara unit-unit

keuangan.

c. Menetapkan sebuah sistem keamanan yang bersifat fisik untuk

memastikan aset perusahaan, termasuk barang jadi, uang tunai, peralatan

modal, peralatan, dan barang-barang lainnya yang berharga.

d. Pembagian fungsi penting diantara karyawan, memisahkan adanya

pengendalian penuh yang berada pada satu orang.

e. Menjaga keakuratan catatan pegawai termasuk memeriksa latar

belakang pada karyawan baru.

f. Mendorong pengawasan yang kuat dan hubungan kepemimpinan yang

kuat dalam kelompok untuk menjamin penegakan prosedur akuntansi.

3. Mengurangi rasionalisasi dari adanya kecurangan untuk memperkuat

integritas karyawan

a. Para manajer harus mempromosikan kejujuran dengan memberikan

contoh. Tindakan tidak Jujur oleh manajemen, bahkan ~jika mereka akan

diarahkan pada sasaran di luar organisasi, menciptakan lingkungan yang tidak

jujur dapat digunakan untuk merasionalisasikan kegiatan bisnis yang tidak sah

lainnya oleh karyawan atau pihak eksternal.

b. Perilaku jujur dan tidak jujur harus didefinisikan dalam kebijakan

perusahaan. Kebijakan akuntansi oleh Organisasi harus berkaitan dengan

prosedur akuntansi yang dapat dipertanyakan atau bersifat controversial.

c. Konsekuensi terhadap pelanggaran aturan dan ketentuan untuk hukuman dari

pelaku kecurangan harus tertulis dengan jelas dan dikomunikasikan

Page 21: Pelaporan korporat analisis

21

CONTOH KASUS: ENRON CORPORATION

Enron didirikan pada 1930 sebagai Northern Natural Gas Company, sebuah

konsorsium dari Northern American Power and Light Company, Lone Star Gas

Company, dan United Lights and Railways Corporation. Kepemilikan konsorsium

ini secara bertahap dan pasti dibubarkan antara 1941 dan 1947 melalui penawaran

saham kepada publik. Pada 1979, Northern Natural Gas mengorganisir dirinya

sebagai sebuah holding company, InterNorth, yang menggantikan Northern

Natural Gas di Pasar Saham Nwe York (New York Stock Exchange).

Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis

di Houston, Texas, Amerika Serikat. Sebelum bangkrutnya pada akhir 2001,

Enron mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu

perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan

kertas, dan komunikasi. Enron mengakui penghasilannya pada tahun 2000

berjumlah $101 miliar. Fortune menamakan Enron "Perusahaan Amerika yang

Paling Inovatif" selama enam tahun berturut-turut. Enron menjadi sorotan

masyarakat luas pada akhir 2001, ketika terungkapkan bahwa kondisi keuangan

yang dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan akuntansi yang sistematis,

terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Operasinya di Eropa melaporkan

kebangkrutannya pada 30 November 2001, dan dua hari kemudian, pada 2

Desember, di AS Enron mengajukan permohonan perlindungan Chapter 11. Saat

itu, kasus itu merupakan kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS dan

menyebabkan 4.000 pegawai kehilangan pekerjaan mereka. Tuntutan hukum

terhadap para direktur Enron, setelah skandal tersebut, sangat menonjol karena

para direkturnya menyelesaikan tuntutan tersebut dengan membayar sejumlah

uang yang sangat besar secara pribadi. Selain itu, skandal tersebut menyebabkan

dibubarkannya perusahaan akuntansi Arthur Andersen, yang akibatnya dirasakan

di kalangan dunia bisnis yang lebih luas, seperti yang digambarkan secara lebih

terinci di bawah.

Enron masih ada sekarang dan mengoperasikan segelintir aset penting dan

membuat persiapan-persiapan untuk penjualan atau spin-off sisa-sisa bisnisnya.

Enron muncul dari kebangkrutan pada November 2004 setelah salah satu kasus

kebangkrutan terbesar dan paling rumit dalam sejarah AS. Sejak itu, Enron

Page 22: Pelaporan korporat analisis

22

menjadi lambang populer dari penipuan dan korupsi korporasi yang dilakukan

secara sengaja.

Jeffrey Skilling menjelaskan kebangkrutan Enron disebabkan terganggunya

proses bisnis akibat credit rating perusahaan menurun pada November 2001. Hal

ini dikarenakan sebagai perusahaan trading, membutuhkan rating nilai investasi

untuk melakukan perdagangan dengan perusahaan lain. Tidak ada nilai yang baik,

maka tidak akan ada perdagangan. Terjadinya penurunan nilai rating investasi

perusahaan disebabkan hutangnya yang terlalu besar, yang sebelumnya tidak

tercatat dalam neraca (off balance sheet) kemudian diklasifikasikan ulang

sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet). Hutangnya tidak hanya sebesar

$13 juta tetapi bertambah hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang dilakukan

karena terdapat banyak Special Purpose Entities (SPEs) dan kerjasama yang tidak

tercatat dalam neraca yang memiliki banyak hutang. Sehingga terjadi

ketidakcocokan saat dilakukan konsolidasi ulang yang kemudian menyebabkan

nilai ekuitas perusahaan jatuh.

Dalam rangka memperbesar keuntungan yang selama ini telah diperoleh,

dibukalah partnership-partneship yang diberi nama “Special Purpose

Partnership”. Partner dagang yang dimiliki oleh Enron hanya satu untuk setiap

partnership dan partner tersebut hanya menyumbang modal yang sangat sedikit

(hanya sekitar 3% dari jumlah modal keseluruhan). Orang awam pasti bertanya

mengapa Enron berminat untuk berpartisipasi dalam partnership dimana Enron

menyumbang 97% dari modal.

Muncul pertanyaan dari mana Enron membiayai partnership-partnership

tersebut? Pembiayaan tersebut ternyata diperoleh Enron dengan “meminjamkan”

saham Enron (induk perusahaan) kepada Enron (anak perusahaan) sebagai modal

dasar partnership-partnership tersebut. Secara singkat, Enron sesungguhnya

mengadakan transaksi dengan dirinya sendiri. Enron tidak pernah

mengungkapkan operasi dari partnership-partnership tersebut dalam laporan

keuangan yang ditujukan kepada pemegang saham dan Security Exchange

Commission (SEC).

Lebih jauh lagi, Enron bahkan memindahkan utang-utang sebesar $US 690

juta yang ditimbulkan induk perusahaan ke partnership partnership tersebut. Total

Page 23: Pelaporan korporat analisis

23

hutang yang berhasil disembunyikan adalah $US 1,2 miliar. Akibatnya, laporan

keuangan dari induk perusahaan terlihat sangat atraktif, menyebabkan harga

saham Enron melonjak menjadi $US90 pada bulan Februari 2001. Perhitungan

menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tersebut, Enron telah melebih-lebihkan

laba mereka sebanyak $US650miliar.

Pada kasus Enron ini, lembaga-lembaga eksternal juga ikut bertanggung jawab

terjadinya kasus tersebut. Diantaranya;

1. Auditor. Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar)

adalah kantor akuntan Enron. Tugas dari Andersen adalah melakukan

pemeriksaan dan memberikan kesaksian apakah laporan keuangan Enron

memenuhi GAAP (Generally Accepted Accounting Principals). Andersen,

disewa dan dibayar oleh Enron. Andersen juga menyediakan konsultasi untuk

Enron, dimana hal ini melebihi wewenang dari akuntan publik umumnya.

Selain itu Andersen mengalami konflik kepentingan akibat pembayaran yang

begitu besar dari Enron, $5 juta untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya

konsultasi.

2. Konsultan hukum. Konsultan hukum Enron, khususnya Vinson & Elkins

juga disewa oleh Enron. Konsultan hukum ini bertanggungjawab untuk

menyediakan opini hukum atas strategi, struktur, dan legalitas umum atas

semua yang dilakukan oleh Enron. Sama dengan Andersen, saat ditanyakan

mengapa tidak ikut menghalangi ide dan aktivitas ilegal Enron, konsultan

hukum ini menjelaskan bahwa Enron tidak memberikan informasi yang

lengkap, khususnya tentang kepemilikan di SPEs.

3. Regulator. Enron sebagai perusahaan yang melakukan perdagangan di pasar

energi diawasi oleh Federal Energy Regulatory Commission (FERC), akan

tetapi FERC tidak melakukan pengawasan secara mendalam. Hal ini

dikarenakan Enron melakukan aktivitasnya dalam perdagangan listrik tidak di

satu negara, yaitu antar negara.

4. Pasar ekuitas. Sebagai perusahaan publik, Enron diharuskan mengikuti

peraturan dari SEC. Akan tetapi dalam pengawasannya SEC, tidak melakukan

investigasi secara mendalam atau melakukan konfirmasi ulang terhadap

Enron. SEC hanya mengandalkan pada testimoni yang dibuat oleh lembaga

Page 24: Pelaporan korporat analisis

24

lain seperti auditor perusahaan (Arthur Andersen). Sedangkan NYSE

mengharuskan Enron memenuhi peraturan perdagangan di NYSE. Berbeda

dengan SEC, NYSE tidak hanya melakukan verifikasi firsthand.

5. Pasar hutang. Enron, seperti perusahaan lainnya menginginkan dan

membutuhkan sebuah nilai rating. Sehingga Enron membayar Standard &

Poors serta Moody’s untuk memberikan nilai rating. Rating ini dibutuhkan

untuk sekuritas hutang perusahaan yang diterbitkan dan diperdagangkan di

pasar. Yang menjadi masalah, perusahaan rating tersebut hanya melakukan

analisis sebatas pada data yang diberikan kepada mereka oleh Enron,

operasional dan aktivitas keuangan Enron. Terjadi perdebatan apakah

perusahaan rating harus memeriksa total hutang perusahaan atau tidak.

Khususnya yang berkaitan dengan SPEs.

Kelompok kami berpendapat bahwa Enron melakukan kecurangan dengan

metode penyembunyian dalam buku (on-book frauds) dan kecurangan diluar buku

(off-book frauds). Kecurangan dalam buku dilakukan dengan menyembunyikan

hutang dan membatasi pengungkapan kepada lembaga-lembaga terkait di atas.

Sedangkan kecurangan diluar buku yang menyebabkan kebangkrutan dan

keterpurukan pada perusahaan Enron adalah Auditor, Arthur Andersen (satu dari

lima perusahaan akuntansi terbesar) yang merupakan kantor akuntan Enron.

Keduanya telah bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga

merugikan berbagai pihak baik pihak eksternal seperti para pemegang saham dan

pihak internal yang berasal dari dalam perusahaan Enron. Arthur Andersen telah

melakukan “kerjasama” dalam memanipulasi laporan keuangan Enron. Hal ini

jelas Arthur Andersen tidak bersikap independent sebagaimana yang seharusnya

sebagai seorang akuntan.

Page 25: Pelaporan korporat analisis

25

Daftar Pustaka

Albrecht, W. Steve and Chad 0. Albrecht, 2003, Fraud Examination, New York:

Thomson South-Western.

Bologna dan Lindquist, Fraud Auditing and Forensic Accounting, 1995, New

York: John Wiley & Sons, 1995)

M. Romney, W.S. Albrecht, and D.J. Cherrington, 1980, "Auditors and the

Detection of Fraud", New York: Pearson-Prentice Hall.

Schilit, Howard. M., Perler, Jeremy (2010). Financial Shenanigans: How to

Detect Accounting Gimmicks and Frauds in Financial Reporting, 3rd ed.

McGraw-Hill.


Recommended