Download pdf - pbl blok 8

Transcript

Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Tinjauan PustakaNo. Telp (021) 5694-2061

Analisis Terhadap Vaskularisasi dan SirkulasiDarah PeriferRionaldo Sanjaya P [email protected]

PendahuluanSistem sirkulasi darah sangatlah penting dalam kehidupan manusia, yakni berfungsi untuk mengatur dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh, sekaligus memberikan nutrisi seperti oksigen dan juga mengambil sisa metabolisme dari jaringan untuk dibuang melalui darah tsb. Sistem sirkulasi darah ini merupakan system yang tertutup dikarenakan darah yang mengalir tidak berada diluar dari pembuluh darah. Sistem sirkulasi darah ini terdiri dari jantung dan pembuluh darah ( arteri, vena, dan kapiler ). Jantung sebagai pemompa darah dan pembuluh darah sebagai saluran untuk menyalurkan darah beserta nutrisi dan sisa metabolisme.Sistem sirkulasi darah ini terbagi menjadi dua, yaitu sirkulasi darah perifer dan sentral. Sistem sirkulasi sentral ( pulmonal ) meliputi darah dari atrium kanan ke ventrikel kanan ke paru paru dan melalui vena pulmonal dextra dan sinistra kembali ke atrium kiri. Sedangkan sirkulasi darah perifer (sistemik), mengalirkan darah ke seluruh tubuh kembali ke jantung maupun sebaliknya, yang meliputi atrium kiri ke ventrikel kiri ke aorta ke arteri muscular kemudian ke arteriole dan masuk ke kapiler kemudian dari jaringan melalui venula ke vena sedang ke vena cava dan kembali ke jantung.Pada kasus ini, seorang bapak menderita luka yang tidak sembuh-sembuh pada ibu jari kakinya dan dinyatakan adanya gangguan aliran darah. Khususnya pembuluh darah yang memperdarahi ibu jari kaki bapak tersebut, sehingga proses pembekuan darah terhadap luka tersebut tidak dapat terjadi. Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai mekanisme dan struktur dari system peredaran darah perifer mikroskopik maupun makroskopik, mengenai pembekuan darah, dan mengenai aliran darah yang menggagu tersebut.Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui mekanisme dan struktur dari system peredaran darah perifer mikroskopik maupun makroskopik, mengenai pembekuan darah, dan mengenai aliran darah yang menggagu tersebut.Identifikasi IstilahTidak adaRumusan MasalahSeorang bapak yang mengalami luka yang tidak sembuh sembuh pada ibu jari kakiMind Map

Gambar 1. Mind Map KasusSeorang bapak berusia 50 tahun menderita luka yang tidak sembuh-sembuh pada ibu jari kaki sejak 1 bulan yang lalu. Setelah memeriksakan diri ke dokter, dinyatakan pasien menderita gangguan aliran darah pada tungkainya.HipotesisLuka yang dialami bapak tersebut karena aliran darah yang terganggu

Vaskularisasi TungkaiSetelah melalui ligamentum infinale a illiaca externa selanjutnya disebut a. femoralis. dan setelah melewati canalis adductorius, a. femoralis selanjutnya disebut sebagai a. poplitea.1Cabang cabang dari a. femoralis,1 Cabang Superficial a. epigastrica inferior yang berjalan kearah cranial ke dinding perut. a. circumflexa illium superficialis menuju kearah lateral sejajar dengan ligamentum inguinale.Gambar 2. Vaskularisasi Tungkai Aa. Pudendae externae menuju Sumber:imaios.comkearah medial memperdarahi genitalia externa. Cabang Profundus a. profunda femoris, cabang-cabangnya terbesar yang member darah pada sebgian besar tungkai atas. Cabang- cabang dari a. profunda femoris adalah, a. circumflexa femoris medialis: menuju ke otot- otot addukcotr (R. superficialis dan R. profundus ) dank e articulation coxae (R. articularis). R profundus mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang a. gluteae superior dan inferior a. circumflexa femoris lateralis yang berjalan kearah lateral dan bercabang mnejadi ramus ascendens dan descendens. R. ascendens mengadakan anastomosis dengan a. glutea superior dan a. circumflexa illium profunda. Ramus descendens berhubungan dengan a. genus superior lateralis dan a. circumflexa femoris medialis aa. Perforantes: pembuluh pembuluh ini membelok kea rah femoris medial dan menembus otot otot adductor untuk mencapai bagian posterior tungkai atas. a. genus superma: dipercabangkan dalam canalis adductorius, kemudian menembus membrane vasto-adductorius bagian distal, bersama n. saphenus, dan akhirnya ikut membentuk rete articulare genu ( dengan beranastomosis dengan a. genu superior medialis .

a. poplitea merupakan lanjutan dari a. femoralis setelah melewati canalis adductorius, dan mempercabangkan:1 a genus superior medialis a genus superior lateralis a genus superior media aa. Surales a genus inferior medialis a genus inferior lateralisa. poplitea kemudian bercabang dua menjadi, a tibilais anterior, melalui lubang di dalam interossea dan mencapai baigan anterior tungkai bawah di mana dipercabangkan a. reccurens tibialis anterior dan posterior. A tibialis posterior, mempercabangkan ramus fibularis untuk reter articularis genus dan a. peronea.A Obturatoria cabang a. illiaca interna ( atau a. glutea superior) melalui foramen obturatorium akan mencapai otot-otot addukctor dan bercabang menjadi ramus superficial dan profundus.A glutea superior mengambil jalan melalui foramen suprapiriforme. Cabang-cabangnya mengadakan anastomosis dengan a. circumflexa illium profunda ramus ascendens a. circumflexa femoris lateralis dan ramus profundus a. circumflexa femoris medialis.1

Pembuluh balik extremitas inferior, pada jaringan subkutan dapat ditemukan v. saphena magna, yang pada fossa ovalis menembus fascia cribosa dan bermuara ke dalam v. femoralis.Selain pembuluh ini terdapat pula beberapa pembuluh balik lain, yang membelok ke dalam fossa ovalis, yakni V. epigastrica superficialis, v. circumflexa illium superficialis, vv. Pudendae externa. Masing-masing pembuluh balik ini mnegikuti perjalanan pembuluh nadi yang sesuai dengan namanya. Biasanya tiap pembuluh nadi diikuti oleh 2 pembuluh balik, kecuali a. profunda femoris yang hanya mempunyai satu vena yaitu, v profunda femoris danGambar 3. Pembuluh Balik Extremitas Inferior a femoralis.1Sumber: vascularultrasound.net

Vaskularisasi Regio CrurisPada ujung ujung distal a. poplitea bercabang menjadi a. tibialis anterior dan a. tibialis posterior. A tibilais anterior menembus membrane interossea dan tiba di region cruris anterior, dimana pembuluh ini menuju kearah distal di sisi lateral M. tibialis anterior. Cabang cabang dari a tibialis anterior adalah, A. reccurents tibialis anterior A. reccurents tibialis posterior, cabang untuk rete articularis genus A. malleolaris medialis anterior A. malleolaris lateralis anterior, dan berakhir sebagai a. dorsalis pedis. A tibialis posterior mempercabangkan ramus fibularis untuk rete articularis genus dan a. peronea, lalu berjalan di bawah arcus tendineus m. solei dan dengan demikian terletak antara lapisan otot-otot flexor dangkal dan lapisan otot-otot flexor dalam. Cabang cabang dari a. tibialis posterior adalah, A. malelolaris medialis posterior untuk rete malleolare, dipercabangkan di daerah maleoli Ramus calcaneus medialis posterior bercabang dua dan berakhir sebagai a. plantaris medialis dan a. plantaris lateralis. A. peronea mengikuti fibula ke arah distal, tertutup oleh M. flexor hallucis longus. Di malleolus lateralis pembuluh ini mempercabangkan: Gambar 4. Arteri Regio Cruris A. maleolaris lateralis posteriorSumber: Elsevier.de Rr. Perforans yang menembus membrana interossea R. communicansA tibialis posterior akan berakhir sebagai r. calcaneus lateralis.1

Pembuluh balik pada region cruris, pada jaringan subkutan berjalan 2 vena dangkal, yakni v. saphena magna dan v. saphena parva. V. saphena magna sampai di region cruris dengan berjalan anterior dari malleolus medialis. Lalu menuju ke proksimal di sisi medial tungkai bawah. V saphena parva berasal dari bagian lateral dorsum pedis, berjalan posterior dari malleolus lateralis dan menuju ke fossa poplitea di pertengahan permukaan posterior tungkai bawah. Pada umumnya setiap 1 pembuluh nadi diikuti oleh 2 pembuluh balik senama. Gambar 5. Vena Regio CrurisVaskularisasi KakiPeredaran darah arterialis di kaki biasanya diurus oleh a. tibialis anterior dan a. tibialis posterior. A. tibialis anterior di dorsum pedis disebut a. dorsalis pedis. Di sisi medial kaki dipercabangkan oleh aa. Tarsae mediales dan untuk sisi lateral kaki dipercabangkan a. tarsea lateralis. Di bagian distal dipercabangkan a. arcuata, yang berjalan di bawah otot- otot kaki ke arah Gambar 6. Arteri Dorsum dan Plantar Pedis lateral dan berhubungan dengan a. tarsea Sumber: westvanphysio.comlateralis untuk membentuk rete dorsalis pedis.Dari rete dorsalis pedis berasal cabang-cabang yang terkenal sebagai Aa. Metatarsae dorsales. Tiap A. metatarsea dorsalis member satu ramus perforans yang berhubungan dengan pembuluh pembuluh di plantar pedis, lalu tiap A. metatarsea dorsalis bercabang dua menjadi Aa. Digitales dorsales.A Dorsalis pedis sendiri menembus spatium interosseum I sebagai ramus plantari profundus.A tibilais posterior bercabang menjadi a. plantaris medialis dan a. plantaris lateralis. A. plantaris medialis lebih kecil dan berjalan kea rah distal di sisi medial kaki.A Plantaris medialis mengikuti otot otot jari I kea rah distal, lalu bercabang menjadi ramus superficialis dan ramus profundus. Ramus profundus a. plantaris medialis mengadakan anastomosis dengan ramus plantaris profundus, a. dorsalis pedis dan ramus profundus a. plantaris lateralis. Dengan demikian membentuk arcus plantaris. Dari arcus plantaris dipercabangkan Aa. Metatarsea plantaris. Tiap A. metatarsea plantaris mempercabangkan ramus perforans posterior yang berhubungan dengan a. metatarsea dorsalis, ramus perforans anterior yang berhubungan dengan pembuluh nadi di permukaan dorsalis jari, lalu bercabang dua membentuk Aa. Digitalis plantares.

Pembuluh balik berasal dari v. digitalis dorsalis pedis dan di setiap jari vena ini akan bersatu menjadi satu dengan v. metatarsea dorsalis, yang menyalurkan darahnya ke dalam arcus venosus dorsalis pedis. Arcus venosus drosalis pedis berhubungan dengan rete venosum dorasle pedis, yang terletak subkutan dan menyalurkan darahnya melalui v. saphena magna dan v. saphena parva.Di plantar pedis tiap tiap Vv. Digitales plantares pedis bersatu menjadi satu v. metatarsea plantaris yang bermuara ke dalam arcus venosus plantaris. Lengkung ini terletak berdekatan pada arcus plantaris arteriosum.Systema venosum di dorsum pedis dan di plantar pedis dihubgnkan satu dengan yang lain oleh Vv. Intercapitulariae. Dalam jaringan subkutan pedis terletak satu rete venosum plantare.1

Arteri Darah diangkut dari jantung ke jalinan kapiler dalam jaringaln oleh arteri. Arteri adalah system pembuluh yang luas yang dimulai dari aorta dan arteri pulmonalis, yang berturut-turut keluar dari ventrikel kiri dan kanan jantung. Sambil menjauhi jantung arteri bercabang-cabang, dengan demikian menghasilkan banyak sekali arteri dengan caliber yang progresif mengecil.Susunan dasar dinding semua arteri serupa berupa tiga lapis konsentris yaitu; (1) tunika intima berupa tabung endotel terdiri atas sel-sel gepeng dengan sumbu panjang terorientasi memanjang; (2) tunika media, teridiri atas sel otot otot polos yang terorientasi melingkar; dan (3) tunika adventisia, terdiri atas fibroblast dan serat kolagen terkait, yang sebagian besar terorientasi memanjang. Lapis luar ini berangsur menyatu dengan jaringan ikat longgar sekitar pembuluh. Batas antara tunika intima dan media terdapat lamina elastika interna (lei) yang terlihat jelas pada caliber sedang. Di antara tunika media dan adventisia juga dapat dilihat lamina elastika eksterna (lee) pada banyak arteri.Terdapat perbedaan dalam diameter dinding pembuluh, dari arteri paling besar sampai ke kapiler, digolongkan sebagai (1) arteri elastic (2) arteri arteri muscular, dan (3) arteriol.2

Arteri ElastisArteri elastic besar seperti arteri pulmonalis dan aorta, brachiocephalica, subclavia, carotis communis, dan illiaca communis memliki dinding dengan banyak lapisan elastin bertingkat pada tunika media. Dindingnya tampak kuning dalam keadaan segar akibat banyaknya elastin. Pembuluh konduksi utama ini diregangkan selama Gambar 7. Arteri Elastis ( besar)jantung berkontraksi, dan penguncupan akibat kelenturan dindingnya selama diastole berfungsi sebagai pompa tambahan untuk mempertahankan aliran agar tetap meskipun jantung berhenti berdenyut sesaat.Tunika intima arter ini terdiri atas endotel, epitel selapis gepeng, dipisahkan dari elastika interna oleh jaringan ikat longgar dengan sedikit fibroblast, kadang-kadang sel-sel otot polos, dan serat kolagen halus. Endotel merupakan lapis pembatas halus bagi pembuluh dan sawar difusi selektif parsial antara darah dan tunika luar dinding pembuluh. Sel-sel endotel berdampingan saling melekat melalui taut kedap dan kadang-kadang taut rekah. Endotel sangat lambat beregenerasi.Tunika media arteri elastic terdiri atas banyak lamel elastin konsentris dengan fenestra yang berselang-seling dengan lapis tipis terdiri atas sel-sel otot polos terorientasi melingkar, dan serat-serat kolagen dan elastin dalam proteoglikan matriks ekstrasel. Lamel elastic dan unsure ekstrasel lain disekresi oleh sel otot polos. Elastika interna tidak begitu nyata seperti pada arteri muskuler. Karena banyaknya elastin dalam arteri besar, maka otot polos relative sedikit pada media. Tunika adventisia dari arteri besar relative tipis dan terdiri atas fibroblast, berkas memanjang serat kolagen, dan anyaman longgar serat elastin halus. Arteri besar memiliki pembuluh darah kecil yang disebut vasa vasorum yang tersebar di permukaan pembuluh membentuk anyaman dalam adventisia dari mana kapiler menerobos sampai ke media.2

Arteri MuscularSambil arteri besar berangsur berkurang diameter dan ketebalanya, arteri besar mencabangkan pembuluh yang kurang elastin dan lebih banyak otot polosnya. Arteri muscular ini mencakup arteri brankial, femoral, radial, dsb. Tunika intimanya lebih tipis dari arteri besar namun selain itu sama susunannya. Elastika interna pada arteri muscular terilah jelas dan tampak berombak ketika kontraksi mediaGambar 8. Arteri Muscular pembuluh. Endotel menyesuaikan diri dengan elastika interna yang berombak dan menjulurkan tonjolan melalui tingkapnya untuk bertaut pada sel-sel otot polos paling dalam dari media. Fenestrasi dari elastika interna penting untuk nutrisi tunika media yang avaskuler dan difusi molekul kecil dari lumen. Pada tunika media juga mengandung serat elastin dan otot polos yang bervariasi tingkat lapisannya (tiga sampai empat lapis). Serat elastin yang terlihat melingkar seperti garis-garis gelombang gelap di antara sel otot-otot polos. Pada sediaan histologist, elastika eksterna sering tampak sebagai laminta utuh pada batas media dan adventisia. Melekat pada permukaan luarnya kadang terdapat akumulasi mitokondria dan banyak vesikel sinaps. Saraf tidak memasuki tunika media namun berakhir di elastika interna. Stimulasi saraf pada sel otot polos bergantung dari neurotransmitter melalui fenestra elastika interna ini. Depolarisasi sel otot polos perifer yang diakibatkan disebar ke seluruh tunika media melalui taut rekah di antar sel.Tunika adventisia dari arteri muscular dapat lebih tebal dari media. Ia terdiri atas fibroblast, serat elastin, dan kolagen, sebagian besar terkonsentrasi memanjang. Ia menyatu dengan jaringan ikat sekitarnya tanpa batas jelas.1

ArteriolArteriol dan arteri kecil merupakan segemen sirkulasi yang secara fisiologis penting karena mereka merupakan unsure utama bagi tahanan perifer terhadap aliran yang mengatur tekanan darah . Tunika intimanya teridiri atas endotel utuh dan lapis subendotel sangat itpis terdiri atas serat retikuler dan elastin. Pada arteriol yang lebih besar terdapat elastika interna sangat tipis dan bertingkat namun tidak terdapat pada arteriol yang kecil. Pada arteriol yang lebih besar tunika media terdiri atas dua lapis otot polos, namun pada arteriol yang paling kecil hanya terdapat satu lapis dan sel itu masing-masing melingkari seluruh endotel. Serat kolagen dan sedikit fibroblast menyusun tunika adventisia yang sangat ti[is. Pada pembuluh daerah peralihan antara arteriol dan kapiler, kadang disebut metarteriol. Kontraksi sel otot polos dikatakan member daerah ini fungsi mirip sfingter, mengatur masuknya darah ke dalam dasar kapiler.2VenaDari kapiler, darah dikembalikan ke jantung dalam vena. Vena biasanya menyertai arteri yang tekait dan selama menuju ke jantung, diameter vena bertambah besar diameternya serta dindingnya semakin tebal. Karena vena lebih banyak dari arteri dan Gambar 9. Arteri dan Vena Kecillumennya lebih besar, maka system vena berkapasitas jauh lebih besar dari system arteri. Dinding vena lebih tipis, lebih lemas, dan tidak seelastis arteri.Vena memiliki beberapa katub yang berfungsi agar darah mengalir satu arah dan tidak dapat mengalir kembali.2Dikelompokkan menjadi (1) venula, (vena ukuran sedang), dan (3) vena ukuran kecil.Venula adalah kecil.Ditandai dengan tunika intima yang terdiri atas endotel.Tunika media tebal yang dapat terdiri atas beberapa atau tidak punya lapisan otot polos. Dan lapisan adventisia yang merupakan lapisan paling tebal dan terdiri atas jaringan penyambung yang kaya akan serabut-serabut kolagen.Dengan kekecualian batang utamanya, sebagian besar vena adalah vena ukuran sedang atau kecil.Tunika intima biasanya mempunyai lapisan subendotel yang tipis, tetapi hal ini pada suatu saat mungkin tidak ada.Tunika media terdiri atas berkas-berkas kecil otot polos yang bercampur dengan serabut-serabut kolagen dan jala-jala halus serabut-serabut elastin. Lapisan kolagen adventisia berkembang dengan baik.Vena besar mempunyai tunika intima yang berkembang dengan baik.Tunika media jauh lebih kecil dengan sedikit sel-sel otot polos dan banyak jaringan penyambung. Tunika adventisia adalah lapisan yang paling tebal dan pada pembuluh yang paling besar dapat mengandung berkas-berkas longitudinal otot polos.3

KapilerKapiler berfungsi sebagai tempat pertukaran zat. Dinding kapiler terdiri atas sel endotel yang sangat itpis, dengan lamina basalnya ditunjang anyaman serat retikuler longgar. Tersebar diluar kapiler terdapat sel-sel yang disebut perisit. Perisit berbentuk bujur memanjang sepanjang dinding kapiler melingkari pembuluh. Kapiler sangatlah kecil, sehingga hanya dapat dilalui 1 eritrosit saja.2Gambar 10. KapilerHomeostasis Homeostasis adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang rusak. Kapiler kecil, arteriol kecil dan venula sering pecah oleh trauma ringan dalam kehidupan sehari-hari. Trauma ini semacam sering terjadinya perdarahan meskipun kita bahkan itdak menyadari adanya trauma tersebut. Proses hemeotasis ini melibatkan beberapa langkah utama yaitu;1. Spasme vascular mengurangi aliran darah melalui pembuluh yang cedera.Ini merupakan suatu bentuk respon intrinsic yang dipicu oleh suatu zat parakrin yang dilepaskan secara local dari lapisan dalam (endotel) pembuluh yang cerdera. Spasme vascular ini memperlambat darah mengalir melalui bagian yag trauma dan memperkecil kehilangan darah. pada saat terjadinya spasme vascular ini, sel-sel endotel saling berhadapan dan saling menekan satu sama lain sehingga permukaan menempel dan semakin menambal pembuluh yang rusak.42. Trombosit menggumpal untuk membentuk sumbat di bagian pembuluh yang terpotong atau robek.Jika permukaan pembuluh ini rusak akibat cedera pembuluh maka trombosit menjadi aktif oleh kolagen yang terpajan, yaitu proses fibrosa di jaringan ikat di bawah endotel. Setelah teraktifkan, trombosit cepat melekat ke kolagen dan membentuk sumbat trombosit hemeostatik di tempat cedera. Ketika mulai menggumpal, trombosit-trombosit tersebut mengeluarkan zat-zat kimia antara lain; adenosine difosfat (ADP, yang menyebabkan permukaan trombosit darah yang terdapat pada sekitarnya menjadi lekat sehingga trombosit tersebut melekat ke lapisan pertama gumpalan trombosit. Trombosit-trombosit yang baru melekat ini melepaskan lebih banyak ADP, yang menyebabkan semakin banyaj trombosit menumpuk di tempat cedera; karena itu, di tempat cedera cepat terbentuk sumbat trombosit melalui mekanisme umpan balik positif.5,6 Penyebab utamanya adalah bahwa ADP dan bahan kimia lainnya akan katif merangsang pelepasan protastasklin dan nitrat oksida dari endotel normal sekitar dan juga menghambat agregrasi trombosit. Karena itu strombosit bersifat terbatas di daerah cadera dan itdak merambat ke jaringan vascular sekitar yang tidak rusak.4,53. Bekuan darah terjadi akibat terpicunya suatu reaksi berantai yang melibatkan faktor-faktor pembekuan darah.Koaulasi atau pembekuan darah ada;ah transformasi darh dari cairan menjadi gel padat. Pembentukan bekuan diatas sumbat trombosit memperkuan dan menopang sumbat, mengikatkan tambalan yang menutupi kerusakan pembuluh.4 Pembentukan BekuanSetelah homeostasis mulai, aktivitas berurutan yang akan terjadi adalah secara intrinsic dan ekstrinsik dari pembekuan darah yang menyebabkan adanya pembentukan bekuan padat, yang menjamin pencegahan kehilangan darah dalam kasus cedera vascular. Dapat terjadi permbekuan dalam sistem vascular atau pada endothelium jantung yang rusak sering menyebabkan masalah sirkulasi mayor. ada tiga reaksi dasar yang secara berurutan akan terjadi setalah proses homeostasis berlangsung yaitu; (1) activator protrombin dibentuk oleh cara intrinsic atau ekstrinsik dalam berespon pada kerusakan jaringan atau endotel, (2) activator protrombin mengkatalilis peribahan protrombin menjadi thrombin, dan (3) thrombin mengkatalisis perubahan fibrinogen yang dapat larut menjadi benang-benang pilimer fibrin padat. Benang-benang fibrin ini membentuk jaringan-jaringan dimana plasma, sel-sel darah, dan trombosit menempel untuk membuat bekuan.7 Jenjang pembekuan darah dimuai dengan terjadinya jenjang proenzin yang secara berurutan mengaktifkan satu sama lain melaui pemutusan protoelitik. Pengaktifan pembentukan bekuan berlangsung melalui dua jalur tepisah, yang disebut jalur intrinsic dan jalur ekstrinsik. Jalur intrinsic menjadi aktif apabila protein plasma bereaksi dengan subendotel yang terpajan akibat kerusakan pembuluh darah. trombosit dan protein yang disebut faktor von willebrand berikatan dengan subendotel yang terpajan tersebut, dan trombosit kemudian mengikat fibrinogen. Jalur ekstrinsik dialtifkan oleh faktor jaringan (TF atau Fakor III) yang merupakan suatu protein terikat-membran yang tepajan pada permukaan sel setelah trauma. Trauma juga mengaktifkan perubahan faktor VII menjadi VIIa. Dan faktor jaringan serta Faktor VIIa membentuk suatu kompleks yang memutuskan faktor X menjadi faktor Xa. Jalur intrinsic dan ekstrinsik bertemu pada pengaktifan proteolitik faktor X menjadi Xa. Faktor XII, XI, IX, VII, X, dan thrombin adalah protease serin. Akhirnya thrombin memutuskan fibrinogen menjadi fibrin, dan terbentuk bekuan kunak awal. Faktor XIIIa adalah suatu transglutaminidase. Faktor VIII dan V adalah kofaktor yang masing-masing membentuk kompleks dengan permukaan endotel dan faktor IXa dan Xa. Reaksi yang diberi tanda PL, Ca berlangsung melalui kofaktor yang terikat ke fosfolipid (PL) di permukaan sel dalam suatu kompleks koordinasi-Ca2+.6 mengikat fibrinogen. Jalur ekstrinsik dialtifkan oleh faktor jaringan (TF atau Fakor III) yang merupakan suatu protein terikat-membran yang tepajan pada permukaan sel setelah trauma. Trauma juga mengaktifkan perubahan faktor VII menjadi VIIa. Dan faktor jaringan serta Faktor VIIa membentuk suatu kompleks yang memutuskan faktor X menjadi faktor Xa. Jalur intrinsic dan ekstrinsik bertemu pada pengaktifan proteolitik faktor X menjadi Xa. Faktor XII, XI, IX, VII, X, dan thrombin adalah protease serin. Akhirnya thrombin memutuskan fibrinogen menjadi fibrin, dan terbentuk bekuan kunak awal. Faktor XIIIa adalah suatu transglutaminidase. Faktor VIII dan V adalah kofaktor yang masing-masing membentuk kompleks dengan permukaan endotel dan faktor IXa dan Xa. Reaksi yang diberi tanda PL, Ca berlangsung melalui kofaktor yang terikat ke fosfolipid (PL) di permukaan sel dalam suatu kompleks koordinasi-Ca2+.6Sirkulasi darah periferSirkulasi darah perifer mengalirkan darah ke seluruh tubuh kembali ke jantung maupun sebaliknya, yang meliputi atrium kiri ke ventrikel kiri ke aorta ke arteri muscular kemudian ke arteriole dan masuk ke kapiler kemudian dari jaringan melalui venula ke vena sedang ke vena cava dan kembali ke jantung. Tekanan darah akan menurun sedikit pada arteri berukuran besar atau sedang karena kecilnya resistensi untuk mengalir. Sementara itu, pada arteri kecil dan arteriol, tekanan darah akan menurun drastic karena di sana tempat utama resistensi perifer yang melawan pompa jantung. Resistensi terhadap aliran darah bergantung pada tiga factor: (1) kekentalan (viskositas) (2) panjang pembuluh (3) jari-jari pembuluh. Semakin tinggi viskositas maka resistensi akan meningkat dan laju aliran darah akan menurun, semakin panjang pembuluh juga meningkatkan resistensi alira darah, dan semakin besar jari-jari pembuluh maka semakin kecil resistensi aliran darahnya.7

PembahasanPembuluh darah arteri yang memperdarahi bagian ibu jari kaki ialah Aa. Digitales dorsalis pedis ( pada bagian dorsum pedis), Aa. Digitalis plantares propriae ( pada bagian plantar pedis), dan A. plantaris medialis ramus superficialis ( pada bagian medial). Pembuluh darah vena yang memperdarahi ibu jari kaki ialah V. Digitalis dosalis pedis (dorsum pedis) dan Vv. Digitales plantaris pedis (plantar pedis). Trombosit dan proses pembekuan darah dapat terjadi di pembuluh darah baik arteri maupun vena. Pada kasus ini, luka pada bagian ibu jari kaki bapak tersebut tidak sembuh-sembuh, kemungkinan yang terjadi adalah adanya gangguan aliran darah pada arteri maupun vena yang memperdarahi bagian ibu jari kaki, sehingga trombosit yang terkandung dalam darah tidak dapat melakukan pembekuan darah tersebut.

KesimpulanHipotesis benar bahwa luka yang tidak sembuh-sembuh diakibatkan oleh aliran darah yang terganggu, sehingga trombosit yang terdapat dalam darah tidak dapat melakukan pembekuan darah.

Daftar Pustaka1. Wati WW, Kindangen K, Listiawati E. Sistem Kardiovaskular 1. Jakarta: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Ukrida; 2013.h.50-8.2. Bloom, Fawcet. Buku Ajar Histologi. Jakarta:EGC;2002.h.330-56.3. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar. Ed 7. Jakarta: EGC; 2004. h. 239-51.4. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta:EGC. 2003.p.342-65. Pearce E. anatomi dan fisiologi unutk paramedic. Jakarta: PT. Gramedia; 2002.h.138-96. Marks D. Marks A. Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC;2003.h.123,613-47. Sherwood L. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC; 2009.h. 370-1.