Transcript

Infeksi Saluran Kemih pada Dewasa

Krissi Stiffensa/102010125

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara no. 6 – Jakarta Barat 11470

Email: [email protected]

______________________________________________________________________________

Pendahuluan

Infeksi saluran kemih merupakan penyakit infeksi yang cukup sering terjadi di

masyarakat yang dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua kelompok umur

anak, remaja, dewasa, maupun usia lanjut. Infeksi saluran kemih sering terjdi pada wanita. Salah

satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih

mudah melewati jalur ke kandung kemih. Infeksi saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada

pria dengan usia yang sudah lanjut, penyebab yang paling sering adalah prostatitis atau

hyperplasia prostat. Prostat adalah sebuah kelenjar seukuran kenari yang terletak tepat di bawah

saluran keluar kandug kemih. Hiperplasia prostat dapat menyebabkan obstruksi aliran yang

merupakan predisposisi untuk timbulnya infeksi dalam keadaan normal, sekresi prostat memiliki

efek protektif antibakteri.1

Secara anatomi, ISK dibagi menjadi infeksi saluran kemih bagian atas dan infeksi saluran

kemih bagian bawah. ISK bagian atas mencakup semua infeksi yang menyerang ginjal,

sedangkan ISK bagian bawah mencakup semua infeksi yang menyerang uretra, kandung kemih

dan prostat. Dalam keadaan normal saluran kemih tidak mengandung bakteri, virus, atau

mikroorganisme lainnya. Dengan kata lain bahwa diagnosis ISK ditegakkan dengan

membuktikan adanya mikroorganisme di dalam saluran kemih. Pada pasien dengan simptom

ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari 105/ml urin. Infeksi ini juga lebih

sering dijumpai pada wanita daripada laki-laki, pada wanita dapat terjadi pada semua umur,

sedangkan pada laki-laki di bawah umur 50 tahun jarang terjadi.

1

Anamnesis

Pada anamnesis kita dapat menanyakan keluhan – keluhan apa saja yang dirasakan pasien

tersebut untuk menegakkan diagnosis terhadap pasien.

Pada kasus ini, hal – hal yang perlu ditanyakan utnuk menegakkan diagnosis adalah :

Apakah berkemih lebih sering (frekuensi)?

Apakah merasa seperti terbakar atau nyeri saat berkemih (disuria)?

Apakah terbangun saat malam untuk berkemih (nokturia)?

Apakah timbul rasa sangat ingin ke toilet, dan harus segera melakukannya (urgensi)?

Adakah bau urine yang menyengat?

Bagaimana volume urine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?

Adakah nyeri suprapubik? Nyeri suprapubik menunjukkan adanya infeksi pada saluran

kemih bagian bawah.

Adakah nyeri panggul atau pinggang? Nyeri panggul atau pinggang biasanya pada infeksi

saluran kemih bagian atas.

Adakah peningkatan suhu tubuh?

Adakah riwayat batu saluran kemih, penyakit ginjal, atau diabetes mellitus?

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : Melihat genitalia apakah terdapat benjolan, luka, dan juga melihat meatus

uretra apakah terdapat cairan atau lendir dan laporkan seperti apa

Palpasi : Melakukan palpasi ginjal secara bimanual dan balotemen, yang dianjurkan

memakai cara bimanual. Palpasi pula bagian suprapubik apakah terdapat nyeri

Perkusi : Melakukan perkusi pada CVA. Apabila terdapat nyeri laporkan, untuk

mengetahui distensi kandung kemih dapat melakukan perkusi pada daerah suprapubik.

Bila kandung kemih terisi penuh oleh udara, maka suara perkusi di daerah kandung

kemih pekak diikuti oleh suara timpani pada usus.2

Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada kasus adalah:

Tekanan Darah :120/80 mmHg

Nadi : 105 x/menit

Respiration Rate : 20x/menit

2

Suhu : 380C

Abdomen: nyeri tekan suprapubik (+)

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan urine

Pemeriksaan urine merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat penting pada infeksi

saluran kemih. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan urinalisis dan pemeriksaan kultur

urine. Sel-sel darah putih dapat diperiksa dengan dipstick maupun secara

mikroskopik.Urine gandung leukosit atau piuria juka mikroskopik didapatkan >10

leukosit per mm3 atau >5 leukosit per lapangan pandang besar. Pemeriksaan kultur urine

dimaksudkan untuk menentukan keberadaan kuman, jenis kuman, dan sekaligus

menentukan jenis antibiotic yang cocok untuk membunuh kuman itu.

Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah lengkap diperlukan untuk mengungkapkan adanya proses inflamasi

atau infeksi. Didapatkannya leukositosis, peningkatan laju endap darah, atau

didapatkannnya sel-sel muda pada sediaan hapus darah menandakan adanya proses

inflamasi akut. Pada keadaan infeksi berat, perlu diperiksa faal ginjal, faal hepar, faal

hemostasis, elektrolit darah, analisis gas darah, serta kultur kuman untuk penanganan ISK

secara intensif.3

Pemeriksaan radiologi

Pada ISK uncomplicated tidak diperlukan pemeriksaan pencitraan, tetapi pada ISK

complicated perlu dilakukan pemeriksaan pencitraan untuk mencari penyebab/sumber

terjadinya infeksi.3

o Foto polos abdomen

Pembuatan foto polos berguna untuk mengetahui adanya batu radioopak pada

saluran kemih atau adanya distribusi gas yang abnormal pada pielonefritis akut.

Adanya kekaburan atau hilangnya bayangan garis psoas dan kelainan dari

bayangan bentuk ginjal merupakan petunjuk adanya abses perirenal atau abses

3

ginjal. Batu kecil atau batu semiopak kadangkala tidak tampak pada foto ini,

sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto tomografi

o PIV

PIV adalah pemeriksaan rutin untuk mengevaluasi pasien yang menderita ISK

complicated. Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan adanya pielonefritis akut dan

adanya obstruksi saluran kemih; tetapi pemeriksaan ini sulit untuk mendeteksi

adanya hidronefrosis, pielonefrosis, ataupun abses ginjal pada ginjal yang

fungsinya sangat jelek

o Ultrasonografi

Ultrasonografi adalah pemeriksaan yang sangat berguna untuk mengungkapkan

adanya hidronefrosis, pionefrosis, ataupun abses pada perirenal/ginjal terutama

pada pasien gagal ginjal. Pada pasien gemuk, adanya luka operasi, terpasangnya

pipa drainase, atau pembalut luka pasca operasi dapat menyulitkan pemeriksaan

ini

o CT Scan

Pemeriksaan ini lebih sensitive dalam mendeteksi penyebab ISK daripada PIV

atau ultrasonografi tetapi biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan ini relative

mahal.

Diagnosis Kerja

Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala hingga

menunjukkan gejala yang sangat berat akibat kerusakan pada organ-organ lain. Pada umumnya

infeksi akut yang mengenai organ padat memberikan keluhan yang sangat hebat sedangkan

infeksi pada organ-organ berongga memberikan keluhan yang lebih ringan.3

Infeksi saluran kemih dibagi menjadi dua bagian, yakni infeksi saluran kemih bagian atas dan

bagian bawah:3

Infeksi Saluran Kemih Bawah (Sistitis)

Sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa buli-buli yang sering disebabkan oleh infeksi

oleh bakteri. Mikroorganisme penyebab infeksi ini terutama adlaah E.coli, Enterococci,

4

Proteus, dan Stafilococcus aureus yang masuk ke dalam buli-buli terutama melalui uretra.

Sistitis akut mudah terjadi jika pertahanan local tubuh menurun.

Wanita lebih sering megalami serangan sistitis daripada pria karena uretra wanita lebih

pendek daripada pria. Disamping itu getah cairan prostat pada pria mempunyai sifat

bakterisidal sehingga relative tahan terhadap infeksi saluran kemih. Diperkirakan bahwa

paling sedikit 10-20% wanita pernah mengalami serangan sistitis selama hidupnya dan

kurang lebih 5% dalam satu tahun pernah mengalami serangan ini.

Inflamasi pada buli-buli juga dapat disebabkan oleh bahan kimia, seperti pada detergent

yang dicampurkan ke dalam air untuk rendam duduk, deodorant yang disemprotkan pada

vulva atau obat-obatan yang dimasukan intravesika untuk terapi kanker buli-buli

(siklofosfamid).

Gambaran klinis

Reaksi inflamasi menyebabkan mukosa buli-buli menjadi kemerahan (eritema), edema, dan

hipersensitif sehingga juka buli-buli terisi urine, akan mudah terangsang untuk segera

mengeluarkan isinya ; hal ini menimbulkan gejala frekuensi. Kontraksi buli-buli akan

menyebabkan rasa sakit/nyeri di daerah suprapubik dan eritema mukosa buli-buli mudah

berdarah dan menimbulkan hematuria. Tidak seperti gejala pada infeksi saluran kemih

sebelah atas, sistitis jarang disertai demam, mual, muntah, badan lemah, dan kondisi umum

yang menurun.

Pemeriksaan urine berwarna keruh, berbau, dan pada urinalisis terdapat piuria, hematuria,

dan bakteriuria. Kultur urine sangan penting utuk mengetahui jenis kuman penyebab infeksi.

Jika sistitis sering mengalami kekambuhan, perlu dipikirkan adanya kelainan lain pada buli-

buli sehingga diperlukan pemeriksaan radiologi atau sitoskopi.2 Gejala dan tanda klasik

terdiri atas miksi sering yang tidak dapat ditunda, dysuria, nikturia, dan kadang hematuria.4

Infeksi Saluran Kemih Atas (Pielonefritis)

Pielonefritis akut adalah reaksi inflamasi akibat infeksi yang terjadi pada pielum dan

parenkim ginjal. Pada umumnya kuman yang menyebabkan infeksi ini berasal dari saluran

kemih bagian bawah yang naik ke ginjal melalui ureter. Kuman-kuman itu adalah E.coli,

5

Proteus, Klebsiella, dan kokus gram positif : Streptococcus faecalis dan enterokokus. Kuman

Stafilokokus aureus dapat menyebabkan pielonefritis melalui penularan secara hematogen,

meskipun sekarang jarang dijumpai.

Gambaran Klinis

Gambaran klasik dari pielonefritis akut adalah demam tinggi dan disertai menggigil, nyeri

daerah perut dan pinggang, disertai mual dan muntah. Kadang-kadang terdapat gejala iritasi

pada buli-buli yaitu berupa dysuria, frekuensi, atau urgensi.

Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri pada pinggang dan perut, suara usus melemah seperti

ileus paralitik. Pada pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis disertai

peningkatan laju endap darah, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria, dan hematuria. Pada

pielonefritis akut yang mengenai kedua sisi ginjal terjadi penururan faal ginjal dan pada

kultur urine terdapat bakteriuria.

Pemeriksaan foto polos perut menunjukkan adanya kekaburan dari bayangan otot psoas dan

mungkin terdapat bayangan radio-opak dari batu saluran kemih. Pada PIV terdapat bayangan

ginjal membesar dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram.3

Diagnosis Banding

Batu saluran kemih

Batu saluran kemih merupakan kondisi dimana terbentuknya batu di saluran keluarnya urin. ia

dapat berada di ginjal, ureter, kandung kemih maupun uretra. Sering pula masyarakat mengenali

dengan batu ginjal, secara khusus maksudnya batu itu hanya terdapat diginjal. Adapun

penyebabnya antara lain: gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran

kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadan lain.Biasanya beberapa faktor yang mempengaruhi adalah

jenis kelamin, ras/etnis, usia, geografis, iklim, pekerjaan, berat dan tinggi badan, serta air.

Penyakit batu diketahui lebih sering terjadi pada pria dewasa dibanding wanita, hal ini terkait

dengan kondisi anatomi saluran urinaria pria yang lebih panjang dan sempit.

Mekanisme pembentukan batu adalah di mulai terjadinya hambatan aliran urin yang biasanya

terjadi di tempat-tempat yang lebih sempit dan berkelok, seperti di penyempitan pelvikalises

6

ataupun penyempitan di ureter yang masuk ke kandung kemih. Adanya kelainan bawaan

seperti stenosis, divertikel, hiperplasia prostat benigna, striktur ataupun buli-buli

neurogenik dapat memudahkan terjadinya pembentukan batu.

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik dalam

urin. Kristal-kristal tersebut mengendap dan berkumpul menjadi inti batu. Batu saluran kemih

terdiri atas batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu sistein, batu maupun

magnesium-amonium-fosfat dan xanthyn.

Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu :

Rasa Nyeri

Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik) tergantung dari lokasi

batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal,

tidak jarang disertai mual dan muntah, maka pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu

yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar

ke paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang

keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik

ureter.

Demam

Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga menyebabkan suhu

badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan darah

rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.

Infeksi

BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi dan statis di

proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp,

Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.

Hematuria dan kristaluria

Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air kemih yang berpasir

(kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit BSK.

7

Mual dan muntah

Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan mual dan

muntah.3

Uretritis

Urethritis merupakan peradangan pada saluran kencing atau urethra, yang terjadi pada lapisan

kulit uretra, di sebabkan oleh bakteri-bakteri yang menyerang saluran kemish seperti

Chlamydia trachomatis, neisseria gonorrhoae, tricomonalvaginalis dan lain-lain. peradangan ini

biasanya terjadi pada ujung uretra atau urethra bagian posterior,

urethritis juga merupakan salah satu dari infeksi dari saluran kemih yaitu urethra, prostate, vas

deferens, testis atau ovarium, buli-buli, ureter sampai ginjal.Dan dapat dikatakan sebagai bagian

dari infeksi saluran kemih superficial atau mukosa yang tidak menandakan invasi pada jaringan.

Gejala Klinis

Mukosa memerah dan edema

Terdapat cairan exudat yang purulent

Ada ulserasi pada uretra

Adanya rasa gatal yang menggelitik

Adanya pus pada awal miksi

Nyeri pada saat miksi

Kesulitan untuk memulai miksi

Nyeri pada abdomen bagian bawa3,4

Etiologi

Hampir semua infeksi saluran kemih disebabkan oleh satu spesies bakteri. Paling tidak

80% dari cystitis uncomplicated dan pielonefritis disebabkan oleh E.coli, dengan strain patologi

terbanyak pada serogrup O. bakteri pathogen saluran kemih lainnya yang lebih jarang termasuk

Klebsiella, Proteus, dan Enterobacter dan Enterococci. Pada infeksi nosocomial ISK, varietas

yang lebih luas penyebab penyakit lebih banyak termasuk Pseudomonas dan Staphylococcus.ISK

yang disebabkan oleh S.aureus biasanya ditemukan sebagai hasil dari diseminasi

hematogen.Streptococcus grup B beta-hemolitikus dapat menyebabkan ISK pada wanita

8

hamil.S.saprophyticus dapat menyebabkan ISK pada wanita muda.Pada anak-anak, spektrum

bakteri penyebab agak berbeda dengan dewasam dengan Klebsiella dan Enterobacter sebagai

bakteri tersering penyebab ISK.4

Tabel 1.Famili, Genus dan Spesies Mikroorganisme (MO) yang Paling Sering Sebagai

Penyebeb ISK.4

Epidemiologi

ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor

predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Selama

periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita ISK

dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor

predisposisi (pencetus).Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada

perempuan.Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1 % meningkat menjadi 5% selama

periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki-

laki maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi seperti berikut litiasis, obstruksi saluran

kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal,

9

nefropati analgesik, penyakit sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan table

progesterone, serta kateterisasi.5

Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus

urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : endogen yaitu kontak langsung dari tempat

infeksi terdekat (ascending), hematogen, limfogen, dan eksogen ( akibat pemakaian kateter). Ada

dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan hematogen.

Secara asending yaitu:

1) Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: faktor anatomi dimana

pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden

terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,

pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian

kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.

2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.

Secara hematogen yaitu:

Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran

infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal

sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang

mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan

lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang

tidak lengkap atau kurang efektif.

Mobilitas menurun

Nutrisi yang sering kurang baik

Sistem imunitas yang menurun

Adanya hambatan pada saluran urin

Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang

berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi

10

terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya

akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen

menyebar ke seluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK,

antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menGakibtakan penimbunan cairan

bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefrosis. Penyebab umum

obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering

ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.1,6,7

Gejala Klinis

Uretritis biasanya memperlihatkan gejala:

Mukosa merah dan edema

Terdapat cairan eksudat pada uretra

Ada ulserasi pada uretra

Adanya rasa gatal

Adanya nanah awal miksi

Nyeri pada saat miksi

Kesulitan untuk memulai miksi

Nyeri pada suprapubik

Sistitis biasanya memperlihatkan gejala:

Disuria atau rasa panas pada kemaluan

Polakisuria

Urgensi

Leukosuria

Nyeri suprapubic

Kadang-kadang disertai hematuria

Pielonefritis akut biasanya memperlihat gejala:

Demam

Menggigil

Nyeri pinggang (kebanyakan pada CVA kanan)

Disuria

11

Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan

pielonefritis akut tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi.

Penatalaksannaan

Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah

Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika yang adekuat, dan

kalau perlu terapi simptomatik untuk alkalinisasi urin :

Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotik tunggal;

seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200 mg

Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (lekosuria) diperlukan terapi konvensional

selama 5-10 hari

Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejal hilang dan

tanpa lekosuria

Reinfeksi berulang (frequent re-infection)

Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi faktor resiko.

Tanpa faktor predisposisi

o Asupan cairan banyak

o Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal (misal

trimetoprim 200 mg)

Terapi antimikroba jangka lama smapai 6 bulan.

Sindrom uretra akut (SUA). Pasien dengan sindrom uretra akut dengan hitung kuman 103 – 105

memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan

tetrasiklin. Infeksi disebabkan MO anaerobik diperlukan antimikroba yang serasi, misal

golongan kuinolon.1

Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas

Pielonefritis akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk

memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam. Indikasi rawat

inap pielonefritis akut seperti terungkap pada Tabel 2.1

Tabel 2. Indikasi Rawat Inap Pasien dengan Pielonefritis Akut

Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotika

12

oral

Pasien sakit berat atau debilitasi

Terapi antibiotika oral selama rawat jalan mengalami kegagalan

Diperlukan investigasi lanjutan

Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi

Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus, usia lanjut

The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotik

IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui MO sebagai penyebabnya :

Fluorokuinolon

Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin

Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.1

Komplikasi

Komplikasi ISK tergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated) dan tiper

berkomplikasi (complicated)

1) ISK sederhana (uncomplicated). ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non-obstruksi dan

bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan (selflimited disease) dan tidak

menyebabkan akibat lanjut jangka lama

2) ISK tipe berkomplikasi (complicated)

a. ISK selama kehamilan. ISK selama kehamilan dari umur kehamilan; tabel 3.

b. ISK pada diabetes melitus. Penelitian epidemiologi klinik melaporkan bakteriuria dan

ISK lebih sering ditemukan pada DM dibandingkan perempuan tanpa DM.1

Kesimpulan

Infeksi saluran kemih bagian bawah yang tersering adalah cystitis atau peradangan pada

dinding kandung kemih dengan cirri khas nyeri pada suprapubic. Kelainan dari cystitis ini

disebabkan oleh invasi dari kuman yang dikarenakan invasi langsung dari kuman tersebut atau

komplikasi dari batu yang terbentuk. Batu ginjal dapat terbentuk karena kurangnya asupan cairan

13

dan mineral yang tinggi yang melewati ginjal. Keadaan infeksi saluran kemih yang disertai

penyulit ini akan menjadi komplikatif bila tidak segera ditindaklanjuti.

Daftar Pustaka

1) Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing ; 2009. h.1009-13.

2) Burnside John W,McGlynn Thomas J. Diagnosis fisik, edisi 17. Jakarta: penerbit buku

kedokteran EGC; 2006.hlm 292-295.

3) Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto ; 2007. h.35-49, 62-6.

4) Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta : penerbit buku

kedokteran EGC ; 2005. h.750-1.

5) Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: EGC; 2003. h.98-9.

6) Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga; 2006. h.166-7.

7) Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit volume 2. Edisi

ke-6. Jakarta: EGC; 2006. h.918-24.

14