Transcript
Page 1: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

FIRWAN TEAMPACOOL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

WELCOME TO MY BLOG

Senin, 08 April 2013

LAPORAN PENDAHULUAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

(OMSK)

LAPORAN PENDAHULUAN OTITIS MEDIA SUPURATIF

KRONIK (OMSK)

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA.

Indera pendengaran merupakan bagian dari organ sensori khusus yang mampu

mendeteksi sebagai stimulus bunyi. Indera pendengaran sangat penting dalam percakapan

dan komunikasi sehari-hari. Organ yang berperan dalam indera pendengaran adalah telinga.

STRUKTUR TELINGA:

1. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna / aurikula) dan saluran telinga luar (meatus

auditorius eksternus). Daun telinga terletak di dua sisi kepala setinggi mata. Tersusun oleh

Page 2: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

tulang rawan atau kartilago dan otot kecil yang di lapisi oleh kulit sehingga menjadi tinggi

keras dan lentur. Daun telinga di persarafi oleh saraf fasialis. Fungsi dari daun telinga adalah

mengumpulkan gelombang suara untuk di teruskan kesaluran telinga luar yang selanjutnya ke

gendang telinga.

Saluran telinga luar merupakan lintasan yang sempit, panjangnya sekitar 2,5 cm dari

dauun telinga ke membran timpani. Saluran ini tidak beraturan dan di lapisi oleh kulit yang

mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa yang menghasilkan serumen. Serumen ini

berfungsi untuk melindungi kulit dari bakteri, menangkap benda asing yang masuk ke telinga.

Serumen juga dapat mengganggu pendengaran jika terlalu banyak. Batas telinga luar dengan

telinga tengah adalah membran timpani atau gendang telinga.

Membran timpani berbentuk kerucut dengan diameter sekitar 1 cm. Tersusun atas tiga

lapisan, yaitu bagian luar adalah lapisan epitel, bagian tengah lapisan fibrosa dan lapisan

dalam adalah mukosa. Fungsi dari membran timpani adalah melindungi organ telinga tengah

dan menghantarkan fibrilasi suara dari telinga luar ke tulang pendengaran (osikel). Kekuatan

getaran suara mempengaruhi tegangan, ukuran, dan ketebalan membran timpani.

2. Telinga Tengah

Telingga tengah merupakan rongga yang berisi udara dalam bagian petrosus tulang

temporal. Rongga tersebut di lalui oleh tiga tulang kecil yaitu meleus, inkus, dan stapes yang

membentang dari membran timpani keforamen ovale. Sesuai dengan namanya tulang meleus

bentuknya seperti palu dan menempel pada membran timpani. Tulang inkus mehubungkan

meleus dengan stapes dan tulang stapes melekat pada jendela oval di pintu masuk telinga

dalam. Tulang stapes di sokong oleh otot stapedius yang berperan menstabilkan hubungan

antara stapes dengan jendela oval dan mengatur hantaran suara. Jika telinga menerima suara

yang keras, maka otot stapedius akan berkontraksi sehingga rangkaian tulang akan kaku ,

sehingga hanya sedikit suara yang di hantarkan. Fungsi dari tulang-tulang pendengaran

adalah mengarahkan getaran dari membran timpani ke fenesta vestibuli yang merupakan

pemisah antara telinga tengah dengan telinga dalam.

Rongga telinga tengah berhubungan dengan tuba eustachius yang menghubungkan

telinga tengah dengan faring. Fungsi tuba eustachius adalah untuk keseimbangan tekana

antara sisi timpani dengan cara membuka atau menutup. Pada keadaan biasa tuba menutup,

tetapi dapat membuka pada saat menguap, menelan atau mengunyah.

3. Telinga Dalam atau Labirin.

Telinga dalam atau labirin mengandung organ-organ yang sensitif untuk pendengaran,

keseimbangan dan saraf kranial ke delapan. Telinga dalam berisi cairan dan berada pada

petrosa tulang temporal. Telinga dalam tersusun atas dua bagian yaitu labirin tulangg dan

labiriin membranosa.

a. Labirin Tulang

Labirin tulang merupakan ruang berisikan cairan menyerupai cairan serebrospinalis

yang di sebut cairn perilimf. Labirin tulang tersusun atas vestibula, kanalis semisirkularis dan

koklea. Vestibula menghubungkan koklea dengan kanalis semisirkularis. Saluran

semisirkularis merupakan tiga saluran yang berisi cairan yang berfungsi menjaga

keseimbangan pada saat kepala di gerakkan. Cairan tersebut bergerak di salah satu saluran

sesuai arah gerakan kepala. Saluran ini mengandung sel-sel rambut yang memberikan respon

terhadap gerakan cairan untuk disampaikan pesan ke otak sehingga terjadi proses

keseimbangan. Koklea berbentuk seperti rumah siput, didalamnya terdapat duktus koklearis

yang berisi cairan endolimf dan banyak reseptor pendengaran. Koklea bagian labirin di bagi

atas tiga ruangan (skala) yaitu bagian atas disebut skala vestibuli, bagian tengah disebut skala

Page 3: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

media, dan pada bagian dasar disebut skala timpani. Antara skala vestibuli dengan skala

media dipisahkan oleh membran reisier dan antara skala media dengan skala timpani

dipisahkan oleh membran basiler.

b. Labirin Membranosa.

Labirin membranosa terendam dalam cairan perilimf dan mengandung cairan endolimf.

Kedua cairan tersebut terdapat keseimbangan yang tepat dalam telinga dalam sehingga

pengaturan keseimbangan tetap terjaga. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, sakulus,

dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organ korti. Utrikulus terhubung dengan

duktus semisirkularis, sedangkan sakulus terhubung dengan duktus koklearis dalam koklea.

Organ korti terletak pada membrane basiler, tersusun atas sel-sel rambut yang merupakan

reseptor pendengaran. Ada dua tipe sel rambut yaitu sel rambut baris tunggal interna dan tiga

baris sel rambut eksterna. Pada bagian samping dan dasar sel rambut bersinap dengan

jaringan ujung saraf koklearis.

Mekanisme Pendengaran :

Gelombang suara dari luar dikumpulkan oleh daun telinga (pinna), masuk ke saluran

eksterna pendengaran (meatus dan kanalis auditorius eksterna) yang selanjutnya masuk ke

membrane timpani. Adanya gelombang suara yang masuk ke membrane timpani

menyebabkan membrane timpani bergetar dan bergerak maju mundur. Gerakan ini juga

mengakibatkan tulang-tulang pendengaran seperti meleus, inkus, dan stapes ikut bergerak dan

selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale serta menggerakkan cairan perilimf pada

skala vestibule. Getaran selanjutnya melalui membrane reisner yang mendorong endolimf

dan membrane basiler ke arah bawah dan selanjutnya menggerak perilimf pada skala timpani.

Pergerakan cairan dalam skala timpani menimbulkan potensial aksi pada sel rambut yang

selanjuttnya diubah menjadi inpuls listrik. Inpuls listrik selanjutnya dihantarkan ke nukleus

koklearis, thalamus kemudian korteks pendengaran untuk diasosiasikan. (Tarwoto, 2009 :

234-253).

2. PENGERTIAN Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan

perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus menerus atau

hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau berupa nanah. Biasanya disertai

gangguan pendengaran. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).

Jadi, menurut saya Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut

dengan istilah sehari-hari congek. Dalam perjalanannya penyakit ini dapat berasal dari OMA

stadium perforasi yang berlanjut, sekret tetap keluar dari telinga tengah dalam bentuk encer,

bening ataupun mukopurulen. Proses hilang timbul atau terus menerus lebih dari 2 minggu

berturut-turut. Tetap terjadi perforasi pada membran timpani. Perforasi yaitu membran

timpani tidak intake / terdapat lubang pada membran timpani itu sendiri.

3. ETIOLOGI. Sebagian besar Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan kelanjutan dari

Otitis Media Akut (OMA) yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor

penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, dan daya

tahan tubuh rendah. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut. Sebagian kecil disebabkan oleh

perforasi membran timpani terjadi akibat trauma telinga tengah. Kuman penyebab biasanya

kuman gram positif aerob, pada infeksi yang sudah berlangsung lama sering juga terdapat

kuman gram negatif dan kuman anaerob. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).

Page 4: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%),

Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidimis (10,3%), gram positif lain

(18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini

setelah menderita saluran napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui

saluran yang menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran

napas atas yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga.

4. PATOFISIOLOGI. OMSK dibagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau tipe mukosa, dan maligna atau tipe

tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif juga dikenal tipe aktif

dan tipe tenang. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).

Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai tulang.

Perforasi terletak di sentral. Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan tidak terdapat

kolesteatom. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).

OMSK tipe maligna disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak marginal, subtotal,

atau di atik. Sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya atau fatal. (Arif Mansjoer, 2001

: 82).

Kolesteotoma yaitu suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).

Deskuamasi terbentuk terus, lalu menumpuk. Sehingga kolesteotoma bertambah besar.

PATHWAY OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)

Page 6: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

5. TANDA DAN GEJALA Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh ditelinga atau gangguan

pendengaran. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).

Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya ringan dan seperti merasakan adanya tekanan

ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi secara terus menerus atau intermiten dan dapat

terjadi pada salah satu atau pada kedua telinga. (www.health central.com, 2004).

1. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer) tergantung

stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga

tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau

busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran

timpani dan infeksi. Keluarnya sekretbiasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret

dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah

Page 7: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adanya sekret telinga.

Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan

produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap.

Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena

rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan

adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang

mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan

tuberkulosis.

2. Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanyadijumpai tuli

konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan

sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat

menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli

konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik.

Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran

lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani

serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK

tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran,

tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang

pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan fungsi kohlea

biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui

jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila

terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat

menggambarkan sisa fungsi kohlea.

3. Otalgia ( nyeri telinga)

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda

yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri

dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya

durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga

mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda

berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus

lateralis.

4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhanvertigo

seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh

kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak

atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar

membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan

suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo

juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena

infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga

timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu

dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian

tekanan positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui

rongga telinga tengah.

TANDA KLINIS

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :

a. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

b. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.

Page 8: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)

d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

6. PENATALAKSANAAN.

Menurut Arief Mansjoer, dkk. 2001 halaman 82 - 83 :

Terapinya sering lama dan harus berulang-ulang karena :

1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen

2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal,

3. Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid

4. Gizi dan kebersihan yang kurang.

Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila

sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2

3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan

obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kartikosteroid. Banyak ahli berpendapat

bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini mengandung antibiotika yang bersifat

ototoksik. Oleh sebab itu penulis menganjurkan agar obat tetes telinga jangan diberikan

secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara

oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi

terhadap penisilin), sebelum tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena

penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan,

maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk

menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi,

mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta

memperbaiki pendengaran.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya infeksi

berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu

melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.

Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila

terdapat OMSK tipe maligna, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi

dengan atau tanpa timpanopplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah

merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses

subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum

kemudian dilakukan mastoidektomi.

Infeksi telinga tengah dan mastoid.

Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus

adantrum. Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama

biasanya disertai infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan

mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.

Jenis pembedahan pada OMSK.

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK

dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain adalah sebagai berikut :

1. mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy),

2. mastoidektomi radikal,

Page 9: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

3. mastoidektomi radikal dengan modifikasi,

4. miringoplasti,

5. timpanoplasti,

6. pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty).

Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau

koleasteatom, sarana yang tersedia serta pengalaman operator.

Sesuai dengan luasnya infeksi atau luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-

kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau modifikasinya.

1. Mastoidektomi sederhana.

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif

tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan permbersihan ruang mastoid dari

jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada

operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

2. Mastoidektomi Radikal.

Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah

meluas.

Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan

patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah tengah dengan rongga

mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi suatu ruangan.

Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah

komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya.

Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali.

Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.

Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta

membuat meatal plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat

cacat anatomi, yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar.

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)

Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum

merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang

telinga direndahkan.

Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid,

dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.

4. Miringoplasti

Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan

nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani.

Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK

tipe benigna dengan perforasi yang menetap.

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian

ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.

5. Timpanoplasti

Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat

atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.

Page 10: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.

Menurut Fung 2004, terapi difokuskan kepada penghilangan gejala dan infeksi. Antibiotik

mungkin dikesepkan untuk infeksi bakteri, terapi antibiotik biasanya untuk jangka panjang,

yaitu melalui pemberian per oral atau tetes telinga jika ada perforasi membran tympani.

Pembedahan untuk mengangkat adenoid mungkin cocok untuk membuka tuba eustachius.

Pembedahan dengan membuka membrana tymponi (miringotomi) dengan maksud untuk

mengalirkan atau mengeluarkan cairan dari daerah ditelinga dalam.

Decangestan atau antibismin dapat digunakan untuk membantu mengeluarkan cairan

dari tuba eustachius.

Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga

rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang

dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.

Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani

dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pula

operasi ini terpaksa dilalakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan.

6. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)

Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK

tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas.

Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa

melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior ling telinga).

Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan

melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid

dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna

belum disepakati oleh para ahli, oleh karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagaiberikut :

1. Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi

dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak

perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga

tengah. Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli

sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui

membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan ambang hantaran tulang

secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung basal kohlea tapi

dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian

ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan (

audiometri atau test berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata

kehilangan intensitas pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang

ekivalen dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut

ISO 1964 dan ANSI 1969.

Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran

Normal : -10 dB sampai 26 dB

Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

Page 11: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

Tuli total : lebih dari 90 dB.

Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea.

Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta penilaian

tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan

manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran. Untuk melakukan

evaluasi ini, observasi berikut bias membantu :

a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB

b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif30-50 dB

apabila disertai perforasi.

c. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih utuh

menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

d. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan hantaran

tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.

Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian pendengarandengan

menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur dengan maskingadalah dianjurkan,

terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli campur.

2. Pemeriksaan Radiologi.

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilaidiagnostiknya

terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemerikasaan radiologi

biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi

leb ih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama

pada daerah atik memberi kesan kolesteatom. Proyeksi radiografi yang sekarang biasa

digunakan adalah :

a. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dariarah lateral dan

atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan

tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli

bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.

b. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akantampak

gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan

tulang telah mengenai struktur-struktur.

c. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosusdan yang lebih jelas

memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi

ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya

pembesaran akibatkolesteatom.

d. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat

memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat

menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang

pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal.

Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada

keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior menunjukan

adanya penyakit mastoid.

8. PROGNOSIS

Biasanya OMC berespon terhadap terapi dapat terjadi dalam beberapa bulan. Biasanya

kerusakan bukan merupakan suatu ancaman bagi kehidupan penderita tetapi dapat

Page 12: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

menyebabkan ketidak nyamanan dan dapat berakhir dengan komplikasi yang serius (Fung,

2004).

9. KOMPLIKASI

Kerusakan yang permanen dari telinga dengan berkurangnya pandangan atau ketulian.

Mastuiditis

Cholesteatoma

Abses apidural (peradangan disekitar otak)

Paralisis wajah

Labirin titis.

(Fung, 2004)

Menurut Arief Mansjoer, dkk. 2001 halaman 82 :

Paralisis nervus fasialis, fistula labirin, labirinitis, labirinitis supuratif, petrositis,

tromboflebitis sinus lateral, abses ekstra dural, abses subdural, meningitis, abses otak, dan

hidrosefalus otitis.

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan dengan ketidakseimbangan labirin : vertigo

Tujuan : Pasien tidak mengalami injuri / trauma dengan :

- Mengurangi / menghilangkan vertigo / pusing

- Mengembalikan keseimbangan tubuh

- Mengurangi terjadinya trauma

Intervensi :

a. Kaji ketidakseimbangan tubuh pasien

b. Observasi tanda vital

c. Beri lingkungan yang aman dan nyaman

d. Anjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi pusing

e. Penuhi kebutuhan pasien

f. Libatkan keluarga untuk menemani saat pasien bepergian

g. Kolaborasi pemberian analgetik

h. Evaluasi :

- Pusing berkurang

- Pasien tidak mengalami injuri

b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan

OMA yang tepat.

Tujuan : Pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan OMA meningkat

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien

b. Berikan informasi berkenaan dengan kebutuhan pasien

c. Susun bersama hasil yang diharapkan dalam bentuk kecil dan realistik untuk memberikan

gambaran pada pasien tentang keberhasilan

d. Beri upaya penguatan pada pasien

e. Gunakan bahasa yang mudah dipahami

f. Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya

Page 13: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

g. Dapatkan umpan balik selama diskusi dengan pasien

h. Pertahankan kontak mata selama diskusi dengan pasien

i. Berikan informasi langkah demi langkah dan lakukan demonstrasi ulang bila mengajarkan

prosedur

j. Beri pujian atau reinforcement positif pada klien

k. Evaluasi :

- Pasien menyatakan pemahaman tentang pemberian informasi

- Pasien mampu mendemonstrasikan prosedur dengan tepat.

c. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan

Tujuan : Kecemasan pasien berkurang / hilang

Intervensi :

a. Kaji tingkat kecemasan pasien dan keluarga tentang prosedur tindakan pembedahan

b. Jelaskan pada pasien tentang apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah tindakan

pembedahan

c. Berikan reinforcement positif atas kemampuan pasien

d. Libatkan keluarga untuk memberikan semangat pada pasien

e. Evaluasi :

- Pasien tidak cemas

- Keluarga mau menemani pasien

Post Operasi : 1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan mastoidektomi

Tujuan : Nyeri pasien berkurang

Intervensi :

a. Kaji tingkat nyeri pasien

b. Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

c. Ajarkan teknik relaksasi untuk menghilangkan nyeri

d. Anjarkan pada pasien untuk banyak istirahat baring

e. Beri posisi yang nyaman

f. Kolaborasi pemberian analgetik

g. Evaluasi : Nyeri hilang

2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan post operasi mastoidektomi

Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi

Intervensi :

a. Kaji kemungkinan terjadi infeksi / tanda-tanda infeksi

b. Observasi pasien

c. Lakukan perawatan ganti balutan dengan teknik steril setelah 24 jam dari operasi

d. Kaji keadaan daerah poerasi

e. Ganti tampon setiap hari

f. Pasang pembalut tekan bila dilakukan insisi mastoid

g. Bersihkan daerah operasi setelah 2 – 3 minggu

h. Anjurkan pasien untuk kontrol

i. Kolaborasi pemberian antibiotic

j. Evaluasi :

- Infeksi tidak terjadi

- Luka operasi dalam kondisi baik

Page 14: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998, Otitis Media Chronic, http://www.healthcentral.com

Fung, K., 2004, Otitis Media Chronic, http://www.medline.com

Mansjoer, Arif. dkk. (2001). Kapita Selwkta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.

Tarwoto, Aryani. Ratna, Wartonah. (2009). ANATOMI DAN FISIOLOGI untuk MAHASISWA

KEPERAWATAN. Jakarta : Trans Info Media.

Page 15: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Published : 18.01 Author : Akademik Ibnu Sina FK UNILA

Otitis media supuratif

Otitis media akut (OMA)

Otitis media supuratif kronik

Otitis media non-supuratif

Otitis media serosa akut (barotraumas = aerotitis)

Otitis media serosa kronik

Otitis media spesifik

Otitis media tuberkulosa

Otitis media sifilitika

Otitis media adhesive

ETIOLOGI Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi

membrane timpani dan sekret yang keluar dari tengah terus-menerus atau hilang timbul dan

sekretnya mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah.

Terdapat beberapa etiologi dari otitis media diantaranya adalah:

Gangguan fungsi tuba

Pada otitis media kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal

ini merupakan fenomena primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang

inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan

umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi

normal.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani yang menetap pada

OMSK adalah:

Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret

telinga purulen berlanjut.

Obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.

Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi

epitel.

Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas

sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari

perforasi.

Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada

otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan bahwa metode kultur yang

digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah bakteri Gram (-), flora

tipe usus, dan beberapa organisme lainnya.

Page 16: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

Riwayat infeksi telinga tengah

Sumbatan (secret,tumor,tampon)

Perubahan tekanan udara yang tiba-tiba

Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang

bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap

antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti

kemungkinannya.

Autoimune

Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi kelompok

sosioekonomi rendah memiliki insiden OMSK yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir

dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang

padat.

Hal-hal tersebut menyebabkan gangguan pada tuba eustachius. Terjadi perubahan tekanan

udara di telinga dari tekanan positif menjadi negative sehingga terbentuklah efusi. Efusi di

liang telinga tengah dapat sembuh dengan sendiri. Dapat juga terjadi otitis media efusi

(OME) bila efusi tetap ada karena tuba eustachius tetap terganggu tetapi tidak terdapat

infeksi. Bila tuba eusthacius tetap terganggu dan terdapat infeksi maka terjadi otitis media

akut (OMA). Otitis media akut dapat sembuh sendiri tetapi dapat juga terus berlanjut menjadi

otitis media supuratif kronis (OMSK). Faktor predisposisi yang menyebabkan OMA dapat

berlanjut menjadi OMSK adalah sbb:

1. Terapi yang terlambat

2. Terapi yang tidak adekuat

3. Virulensi kuman tinggi

4. Daya tahan tubuh rendah

5. Hygiene yang kurang terjaga.

Pada anak, semakin sering terkena infeksi saluran napas, makin tinggi resiko terkena OMA

yang bila penanganannya dan terapinya terlambat dan tidak adekuat dapat berlanjut menjadi

OMSK. Pada bayi terjadinya otitis media dipermudah karena tuba eustachiusnya yang

pendek, lebar dan horizontal.

PATOGENESIS

Page 17: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan dari OMA dengan perforasi membrane

timpani yang sudah terjadi lebih dari 2 bulan. Berdasarkan perubahan mukosa tengah maka

terdapat 5 stadium terjadinya Otitis Media Akut (OMA) yang bila berlangsung terus-menerus

selama 2 bulan dapat menjadi Otitis Media Supuratif Akut (OMSK).

1. Stadium oklusi tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba yaitu gambaran retraksi membrane timpani akibat terjadinya

tekanan negative di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membrane

timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah

terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini susah dibedakan dengan otitis media serosa

yang disebabkan oleh virus atau alergi.

2. Stadium hiperemis (pre-supuratif)

Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh

membrane timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin

masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar dilihat.

3. Stadium supuratif

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial serta

terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membrane timpani

menonjol (bulging) kea rah liang telinga luar. Pada stadium ini pasien tampak sangat sakit,,

nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan pus di

kavum tidak berkurang maka terjadi ischemia akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta

timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan sub-mukosa. Nekrosis

ini pada membrane timpani tampak sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna

Page 18: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

kekuningan dan di tempat ini akan terjadi rupture. Bila tidak dilakukan insisi membran

timpani (miringitomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membrane timpani akan

rupture dan pus keluar ke liang telinga luar.

4. Stadium perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya diberikan antibiotika atau virulensi kuman yang

tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan pus mengalir keluar dari telinga

tengah ke liang telinga luar. Anaknya yang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu badan turun,

dan dapat tertidur nyenyak.

5. Stadium resolusi

Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan

normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi maka secret akan berkurang dan akhirnya kering.

OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan secret yang keluar terus-

menerus atau hilang timbul.

Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK.

Perforasi membrane timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik.

1. Perforasi sentral = Perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan diseluruh tepi

perforasi masih ada sisa membrane timpani.

Page 19: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

2. Perforasi marginal = Pada perforasi marginal ini maka sebagian tepi perforasi langsung

berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum.

3. Perforasi atik = Perforasi ini adalah perforasi yang terletak di pars flaksida.

JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)

1. OMSK tipe aman (tipe mukosa/benigna) = Proses peradangan pada OMSK tipe aman

terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang dan perforasinya

terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang

berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma.

2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang/maligna), Yang dimaksud dengan OMSK tipe

maligna yaitu OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi pada OMSK tipe

ini terletak di marginal atau di atik, kadang-kadang juga terdapat kolesteatoma pada

OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi timbul pada OMSK tipe

ini.

3.

Berdasarkan secret yang keluar maka dikenal juga 2 jenis OMSK yaitu:

1. OMSK tipe aktif

Page 20: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

OMSK tipe aktif merupakan OMSK dengan secret yang keluar dari kavum timpani secara

aktif.

1. OMSK tipe tenang

OMSK tipe tenang merupakan keadaan dimana kavum timpani terlihat basah atau kering.

GEJALA KLINIS 1. Telinga Berair (Otorrhoe)

Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe jinak,

cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi

mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret

biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga.

Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena

rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan

adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang

mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan

tuberkulosis.

2. Gangguan Pendengaran

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian

tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas

sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli

konduktif berat.

3. Otalgia (Nyeri Telinga)

Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti

adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau

dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda

berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus

lateralis.

4. Vertigo

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding

labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang

mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena

perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang

oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan

vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.

KOMPLIKASI Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang

menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya

pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien

OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman

yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra

kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan

dengan kolesteatom.

A. Komplikasi ditelinga tengah :

1. Perforasi persisten

2. Erosi tulang pendengaran

3. Paralisis nervus fasial

B. Komplikasi telinga dalam

1. Fistel labirin

2. Labirinitis supuratif

Page 21: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

3. Tuli saraf ( sensorineural)

C. Komplikasi ekstradural

1. Abses ekstradural

2. Trombosis sinus lateralis

3. Petrositis

D. Komplikasi ke susunan saraf pusat

1. Meningitis

2. Abses otak

3. Hindrosefalus otitis

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam

lintasan:

1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak

2. Menembus selaput otak.

3. Masuk kejaringan otak.

PENATALAKSANAAN Prinsip pengobatan OMSK adalah:

1. 1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.

2. 2. Pemberian antibiotika:

1. a. Topikal antibiotik ( antimikroba)

Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa dibersihkan

dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang

mengandung antibiotik dan kortikosteroid.Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan

agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya

neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik

dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistesni. Bubuk telinga yang digunakan

seperti:

Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

Terramycin

Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg

Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif yang

dikombinasi dengan pembersihan telinga. Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis

media kronik adalah :

Polimiksin B atau polimiksin E

Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli Klebeilla,

Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis Toksik terhadap ginjal

dan susunan saraf.

Neomisin

Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus aureus, Proteus

sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan telinga.

Kloramfenikol

Page 22: Otitis Media Supuratif Kronik OMSK Docx

Obat ini bersifat bakterisid

1. sistemik antibiotik

Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus.

Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada

pada penderita tersebut. Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama

daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman

terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan kedua adalah

antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis

tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.

Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah:

Pseudomonas : Aminoglikosida ± karbenisilin

P. mirabilis : Ampisilin atau sefalosforin

P. morganii, P. vulgaris : Aminoglikosida ± Karbenisilin

Klebsiella : Sefalosforin atau aminoglikosida

E. coli : Ampisilin atau sefalosforin

S. Aureus : penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

Streptokokus : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

B. fragilis : Klindamisin

Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat asam

nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi

tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi

III ( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus

diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK

belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek

bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk metronidazol dapat diberikan

dengan dan tanpa antibiotik ( sefaleksin dan kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis 400 mg

per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.


Recommended