Download doc - Otitis Media Akut

Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangOtitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachius lebih pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Pada anak-anak makin sering menderita infeksi saluran napas atas, maka makin besar pula kemungkinan terjadinya OMA.1

Otitis media sering didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas yang menyebar ke telinga tengah. Hal ini bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri.2 Lebih kurang 80% anak pernah mengalami otitis media sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 tahun pertama kehidupannya. Meskipun otitis media merupakan penyakit primer pada bayi dan anak-anak, penyakit ini juga bisa menyerang orang dewasa.3 1.2. Batasan Masalah

Referat ini akan membahas tentang Otitis Media Akut

1.3. Tujuan PenulisanUntuk mengetahui tentang Otitis Media Akut

1.4. Metode PenulisanMetode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk pada berbagai literatur1.5. Manfaat Penulisan

Melalui penulisan makalah ini diharapkan akan bermanfaat dalam memberikan informasi dan pengetahuan tentang Otitis Media Akut

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

2.1. Anatomi Telinga

Gambar 2.1 Anatomi Telinga

2.1.1. Telinga LuarTelinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula, pinna) dan meatus akustikus eksternus sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Di daun telinga terdapat bagian (1) heliks yang tepinya sedikit melengkung, (2) antiheliks yang membagi daun telinga menjadi fosa skafoid pada bagian luar dan konka pada bagian dalam, (3) tragus (4) antitragus dan (5) lobulus yang terdiri jaringan areolar dan lemak tapi tidak ada tulang rawan. Meatus akustikus eksternus berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian rangkanya terdiri dari tulang yang seluruh panjangnya kira-kira 2,5 3 sentimeter (Soepardi, 2010). Pada bagian depan meatus akustius eksternus berbatasan dengan sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis sementara bagian belakang berbatasan dengan prosesus mastoideus (Adams et al, 1997). Pada sepertiga bagian luar kulit meatus akustikus eksternus yang merupakan bagian dari tulang rawan ,lebih lebar dari bagian tulang dan mempunyai banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat = kelenjar serumen) yang menghasilkan kotoran telinga (Chung WK dan Chung MK, 2012) . Kelenjar serumen juga dapat memperlambat pertumbuhan mikroorganisme di meatus akustik eksternal dan mengurangi kemungkinan infeksi (Martini et al, 2012). 2.1.2. Telinga TengahTelinga tengah berbentuk kubus dengan : 1 Batas luar:Membran timpani Batas dalam:Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium. Batas depan:Tuba eustachius

Batas belakang:Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

Batas atas:Tegmen timpani (meningen/otak) Batas bawah:Vena Jugularis (bulbus jugularis)Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.1Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinis reflek cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.1Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.1Bila melakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi di bagian bawah belakang membran timpani, sesuai dengan arah serabut membran timpani. Di daerah ini tidak terdapat tulang pendengaran. Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes.1Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. 1Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus adantrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.1Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah. 1 Bagian sepertiga lateral tuba eustachius merupakan bagian yang bertulang sementara duapertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring diatas otot konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat dibuka melalui kontraksi otot levator palatinum dan tensor palatinum yang masing-masing disarafi oleh pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustachius berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani (Adams, 1997). 2.1.3. Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.4Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ Corti. 4Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.42.2. Fisiologi Telinga

Fisiologi pendengaran adalah sebagai berikut: Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.1Energi getar yang telah diamplifikasikan ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga peri limfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membrane basalis dan membran tektoria.1Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereo silia sel sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.12.3 Otitis Media Akut

2.3.1 Definisi

Otitis media akut ialah peradangan sebahagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel sel mastoid dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.52.3.2 Epidemiologi

Otitis media akut paling sering diderita oleh anak usia 3 bulan- 3 tahun. Tetapi tidak jarang juga mengenai orang dewasa. Anak-anak lebih sering terkena OMA dikarenakan beberapa hal, diantaranya :

1.Sistem kekebalan tubuh anak yang belum sempurna

2.Tuba eusthacius anak lebih pendek, lebar dan terletak horizontal

3.Adenoid anak relative lebih besar dan terletak berdekatan dengan muara saluran tuba eusthachii sehingga mengganggu pembukaan tuba eusthachii. Adenoid yang mudah terinfeksi menjadi jalur penyebaran bakteri dan virus ke telinga tengah.22.3.3 Etiologi

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab yang paling sering.

Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus Pneumoniae (38%), Pneumococcus.

Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.52.3.4 Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. 1Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.1

2.3.5 Stadium Otitis Media Akut

Perubahan mukosa telinga tengah se-bagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium: (1) stadium oklusi tuba Eustachius, (2) stadium hiperemis, (3) stadium supurasi, (4) stadium perforasi dan (5) stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran timpani yang diamati melaiui liang telinga luar.a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat di-deteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengsn otitis media serosa yang disebabkan oleh v;rus atau alergi.

Gambar 2.2 Stadium Oklusi Tuba Eustachiusb. Stadium Hiperemis atau Presupurasi

Pada stadium hiperemis, tampak pem-buluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.1

Gambar 2.3 Stadium Hiperemisc. Stadium Supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisiai, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul trombo-flebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih iembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur.Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar.Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali.1d. Stadium Perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Pasien yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.1

Gambar 2.4 Stadium perforasie. Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utun, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat ierjadi walaupun tanpa pengobatan.1

2.3.6 Manifestasi KlinisGejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, disamping keluhan suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5oC (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang dan terkadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh turun dan anak mulai tertidur dengan tenang. 1

Manifestasi klinis dari OMA berdasarkan stadium : 1a. Stadium Hiperemi Nyeri dan rasa penuh dalam telinga karena tertupnya tuba eustachius yang mengalami hiperemi dan edema.

Demam.

Pendengaran biasanya masih normal

b. Stadium Oklusi Nyeri dan demam bertambah hebat.

Pada anak : panas tinggi disertai muntah, kejang, dan meningismus

Pendengaran mulai berkurang

c. Stadium Supurasi

Keluar sekret dari telinga.

Nyeri berkurang karena terbentuk drainase akibat membran timpani ruptur.

Demam berkurang.

Gangguan pendengaran bertambah karena terjadi gangguan mekanisme konduksi udara dalam telinga tengah

d. Stadium Koalesen

Nyeri tekan pada daerah mastoid, dan akan terasa berat pada malam hari

e. Stadium Resolusi

Pendengaran membaik atau kembali normal.

2.3.7 Pemeriksaan

Beberapa teknik pemeriksaan dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis OMA, seperti otoskop, otoskop pneumatik, timpanometri, dan timpanosintesis. Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga. 1, 2

Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskop pneumatik. Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. 1, 2

Untuk mengkonfirmasi penemuan otoskopi pneumatik dilakukan timpanometri. Timpanometri dapat memeriksa secara objektif mobilitas membran timpani dan rantai tulang pendengaran. Timpanometri juga dapat mengukur tekanan telinga tengah dan dengan mudah menilai patensi tabung miringotomi dengan mengukur peningkatan volume liang telinga luar. Timpanometri punya sensitivitas dan spesifisitas 70 90% untuk deteksi cairan telinga tengah, tetapi tergantung kerja sama pasien. 1, 2Timpanosintesis, diikuti aspirasi dan kultur cairan dari telinga tengah, bermanfaat pada anak yang gagal diterapi dengan berbagai antibiotika, atau pada imunodefisiensi. Timpanosintesis merupakan standar emas untuk menunjukkan adanya cairan di telinga tengah dan untuk mengidentifikasi patogen yang spesifik.22.3.8 Diagnosa Banding

OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. OME dapat menyertai infeksi virus saluran pernapasan atas, menjadi awal OMA, atau menjadi sekuel dari OMA. OME terbatas pada keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum timpani dengan membran timpani utuh tanpa tanda radang. Bila efusi tersebut berbentuk pus, membran timpani utuh dan disertai tanda radang maka disebut OMA. 1Tabel 1. Perbedaan OMA dan OME 1Gejala dan tandaOMAOtitis media dengan efusi

Nyeri telinga, demam, rewel +-

Efusi telinga tengah ++

Membran timpani suram ++/-

Membran timpani menonjol +/--

Berkurangnya pendengaran ++

2.3.9 Penatalaksanaan

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya, yaitu :

a. Stadium Oklusi

Pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga tekanan negatif dalam telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCL efedrin 0.5% dalam larutan fisiologik ( anak kurang 12 tahun) atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa., selain itu sumber infeksi harus diobati. 1b. Stadium Presupurasi

Adalah antibiotika, obat tetes hidung, dan analgetika. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin dan ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotik dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. 1c. Stadium Supurasi

Selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringitomi gejala- gejala klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari. 1Miringitomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membarana timpani, agar terjadi drainase secret dari telinga tengah keliang telinga luar. Istilah miringotomi sering dikacaukan dengan timpanosintesis yang merupakan pungsi pada membrane timpani untuk mendpatkan secret guna pemeriksaan mikrobiologik ( dengan semprit dan jarum khusus), sedangan miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan syarat tindakan ini harus dilakukan secara a- vue ( dilihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai supaya membrane timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringitomi adalah kuadran posterior- inferior. Untuk tindakan ini haruslah memakai lampu kepala yang mempunyai sinar cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga, dan pisau khusus ( miringitom) yang digunakan berukuran kecil dan steril.1d. Stadium Perforasi

Sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat secret keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3- 5 hari serta antibiotika adekuat. Biasanya secret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam 7- 10 hari.5e. Stadium Resolusi

Membrane timpani berangsur normal kembali secret tidak ada lagi dan perforasi membrane timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak secret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi membaran timpani. Keadaan ini disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemingkinan telah terjadi masoiditis .6

Bila OMA berlanjut dengan keluarnya secret dari teinga tengah lebih dari 3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut, bila perforasi menetap dan secret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau 2 bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).4

2.3.10 Komplikasi

Komplikasi dari OMA dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu melalui erosi tulang, invasi langsung dan tromboflebitis. Komplikasi ini dibagi menjadi komplikasi intratemporal dan intrakranial. Komplikasi intratemporal terdiri dari: mastoiditis akut, petrositis, labirintitis, perforasi pars tensa, atelektasis telinga tengah, paresis fasialis, dan gangguan pendengaran. Komplikasi intrakranial yang dapat terjadi antara lain yaitu meningitis, encefalitis, hidrosefalus otikus, abses otak, abses epidural, empiema subdural, dan trombosis sinus lateralis. 3

Komplikasi tersebut umumnya sering ditemukan sewaktu belum adanya antibiotik, tetapi pada era antibiotik semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari otitis media supuratif kronik (OMSK). Penatalaksanaan OMA dengan komplikasi ini yaitu dengan menggunakan antibiotik spektrum luas, dan pembedahan seperti mastoidektomi. 32.3.11 Prognosis

Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan, beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang rendah ( gizi kurang) atau hygiene buruk.6

BAB III

KESIMPULAN

Otitis media akut ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel sel mastoid dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu. Otitis media akut paling sering diderita oleh anak usia 3 bulan- 3 tahun. Tetapi tidak jarang juga mengenai orang dewasa.

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas atas yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media.

Otitis media akut terdiri dari beberapa stadium yang masing-masing memiliki gejala dan tanda klinis yang berbeda. Pemahaman praktisi klinis pada tiap stadium ini sangat membantu dalam penegakan diagnosis otitis media akut. Penonjolan (bulging) dari membran timpani sering terlihat dan memilikinilai prediktif tertinggi untuk kehadiran OMA.

Tatalaksana OMA tergantung dari stadium yang ditemukan. Namun, pada prinsipnya, tatalaksana yang diberikan adalah bertujuan untuk membuka oklusi tuba eustachius, mengatasi infeksi dengan antibiotik yang adekuat, serta pemberian analgetik jika diperlukan.

Daftar Pustaka Vivo

Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. 2007 Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga, Hidung, Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta FK UI.Maran A G D. Disease of the Nose, Throat and Ear. Tenth dition. Singapore:PG Publishing. 2001Colman,B.H. isease of the nose, Throat andear, and Head and Neck. Fourteenth edition. ELBS with Churchill Livingstone

Martini FH, Timmons MJ, Tallitsch RB, 2012. Human Anatomy, Seventh Edition. Pearson Education, Inc ; hal

Chung KW, Chung HM. 2012. Gross Anatomy. Seventh Edition. Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business: hal 416-417.DAFTAR PUSTAKA nani1. Soepardi Efiaty Arsyad, Iskandar Nurbaiti, Bashiruddin Jenny, Restuti Ratna Dewi, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ketujuh. Jakarta: FKUI; 2012.2. Gates GA, Cost-effectiveness considerations in otitis media treatment, Otolaryngol Head Neck Surg, 114 (4), April 1996, 525530.

3. L, Heather, Alexander, R. UMHS Otitis Media Guideline. University of Michigan; 2013.DAFTAR PUSTAKA bg panca1. Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga, Hidung, Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta FKUI, 2007: 10-14, 65-69.2. Diagnosis and management of acute otitis media. Pediatrics. 2004. Available at : http://pediatrics.aappublications.org/content/113/5/1451.full.html3. Maran A G D. Disease of the Nose, Throat and Ear. Tenth dition. Singapore:PG Publishing. 20014. Colman,B.H. isease of the nose, Throat andear, and Head and Neck. Fourteenth edition. ELBS with Churchill Livingstone5. Moses, Scott. 2008. Otitis Media. Accessed: www.fpnotebook.com.

6. Niemela M, Uhari M, Jounio-Ervasti K, Luotonen J, Alho OP, Vierimaa E. Lack of specific symptomatology in children with acute otitis media.Pediatr Infect Dis J.1994;13:765 7687. Pelton SI. Otoscopy for the diagnosis of otitis media.Pediatr Infect Dis J.1998;17:540 5438. Klein JO, McCracken GH Jr. Introduction: current assessments of diagnosis and management of otitis media.Pediatr Infect Dis J.1998;17:59. Kontiokari T, Koivunen P, Niemela M, Pokka T, Uhari M. Symptoms of acute otitis media.Pediatr Infect Dis J.1998;17:676 679Daftar pustaka kak ami1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam: Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI;2007.p.65-9.

2. Linsk R, Blackwood A, Cooke J, Harrison V, Lesperance M, Hildebrandt M. Otitis media. Guidelines for clinical care. UMHS otitis media guidelin May, 2002: 1-123. Ghanie A. Penatalaksanaan otitis media akut pada anak. Tinjauan pustaka. Palembang: Departemen THT-KL FK Unsri/RSUP M.Hoesin;2010.

4. Pelton SI. Otoscopy for the diagnosis of otitis media.Pediatr Infect Dis J.1998;17:540 5435. Klein JO, McCracken GH Jr. Introduction: current assessments of diagnosis and management of otitis media.Pediatr Infect Dis J.1998;17:56. Kontiokari T, Koivunen P, Niemela M, Pokka T, Uhari M. Symptoms of acute otitis media.Pediatr Infect Dis J.1998;17:676 6791