OBAT SISTEM SARAF OTONOM
Agung wibowo 24111003
Andri sugandi p 24111005
Anggi a 24101003
Lestari reza w 24111028
Marry nr 24010132
Nuraini 21101086
Sidik permana 24101128
Sitanggang frengky y 24111045
Pengertian
• SSO adalah bagian dari sistem saraf yang mewakili persyarafan motorik dari otot polos otot jantung dan sel sel kelenjar
• Obat saraf otonom adalah obat yang dapat mempengaruhi penerusan impuls dalam system saraf otonom dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan, atau penguraian neurotransmiter atau mempengaruhi kerjanya atas reseptor khusus.
Flow chart sistem saraf otonom
Sistem Saraf
Sistem Saraf Perifer
Sistem Saraf Otonom
Sistem Saraf Simpatis Sistem Saraf Parasimpatis
Sistem Saraf Somatik
Sistem Saraf Pusat
Sistem Saraf Otonom
• Secara anatomi SSO dibagi menjadi 2 bagian besar : • 1. Parasimpatis (Kraniosakral)• Secara anatomi, serabut parasimpatis berada di kraniosakral
pada spinal cord, mempunyai serabut preganglion yang panjang dan serabut postganglion yang pendek. Ganglion dekat atau ada pada jaringan target.
• 2. Simpatis (Thorakolumbar)• Secara anatomi, serabut simpatis berada di bagian
thorakolumbar spinal cord, memiliki serabut preganglion pendek dengan sinaps dalam ganglia yang membentuk rantai – batang simpatik.
• Sebagian besar jarignan diinervasi oleh saraf parasimpatik dan simpatik, tetapi ada beberapa pengecualian.
Jenis Reseptor Otonom
Cholinergic receptors
Nicotinic
Neuronal
CNS Ganglia
Non-neuronal (Skeletal muscle)
Muscarinic
M1 M3 M5 M2 M4
Adrenergic receptors
1
1A 1B 1C
2
2A 2B 2C
2
1 2 3
Alpha Receptor
Aktivitas Saraf Otonom terhadap Beberapa Sistem Organ
Pembagian Obat Otonomik
Menurut khasiatnya, obat otonomik dibagi menjadi:
Zat yang bekerja terhadap SSO, yaitu :
1. Simpatomimetika ( adrenergika )
2. Simpatolitika ( antagonis adrenergika / adrenolitika )
3. Parasimpatomimetika ( kolinergika )
4. Parasimpatolitika ( antikolinergika )
1. Simpatomimetika (adrenergika)
Obat ini disebut obat adrenergika karena efek yang ditimbulkannya mirip efek neurotransmitter norepinefrin dan epinefrin (dikenal juga sebagai obat noradrenergik dan adrenergik atau simpatik atau simpatomimetik).
Kerja obat adrenergik
1. Perangsangan perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, kelenjar liur dan keringat.
2. Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot rangka.
3. Perangsangan jantung dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi.
4. Perangsangan SSP seperti peningkatan pernafasan, kewaspadaan, dan pengurangan nafsu makan.
5. Efek metabolik mislnya peningkatan glikogenolisisdi hati dan otot, lipolisis dan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak.
6. Efek endokrin misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin dan hormon hipofisis.
Contoh Obat Adrenergika
1. Epineprin
2. Norepineprin
3. Isoproterenol
4. Dopamin
5. Dobutamin
6. Amfetamin
7. Metamfenamin
8. Efedrin
9. Metoksamin
2. Simpatolitika ( antagonis adrenergika / adrenolitika )
Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan obat yang menghambat perangsangan adrenergik.
Efek Simpatoli
1. Menurunkan tekanan darah (vasodilatasi)
2. Menurunkan denyut nadi
3. Konstriksi bronkiolus
4. Kontraksi uterus
5. Reseptor adrenergik: alfa1, beta1 dan beta2
Berdasarkan cara kerjanya obat ini dibedakan menjadi :
• Penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker)
• Penghambat saraf adrenergik • Penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik
sentral.
Penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker)
Yaitu obat yang menduduki adrenoseptor baik alfa maupun beta sehingga menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergik. Penghambat adrenoseptor ini dibagi menjadi dua yaitu :
a. Antagonis adrenoseptor alfa (alfa bloker).
b. Antagonis adrenoseptor beta (beta bloker).
Penghambatan adrenoreseptor
• a. Antagonis adrenoseptor alfa (alfa bloker)• · Alfa bloker menduduki adrenoseptor alfa sehingga
menghalangi untuk berinteraksi dengan obat adrenergik atau rangsangan adrenergik.
• · Efek vasodilatasi → TD turun, dan terjadi reflek stimulasi jantung
• · Efek samping: hipotensi postural• · Obat yang termasuk alfa bloker adalah derivat
haloalkilamin (dibenamid dan fenoksibenzamin), derivat imidazolin (tolazolin, fentolamin), prazosin dan alfa bloker lain misalnya derivat alkaloid ergot dan yohimbin. Indikasi alfabloker adalah hipertensi, feokromositoma, fenomen Raynaud dan syok
Penghambatan adrenoreseptor
• b. Antagonis adrenoseptor beta (beta bloker)• · Menghambat secara kompetitif obat adrenergik NE dan Epi
(eksogen dan endogen) pada adrenosptor beta• · Asebutolol, metoprolol, atenolol dan bisoprolol → beta bloker
kardioselektif (afinitas lebih tinggi pada reseptor beta1 daripada beta2)• · Efek: denjut dan kontraksi jantung ↓, TD ↓, • · Sediaan: propanolol, alprenolol, oksprenolol, metoprolol,
bisoprolol, asebutolol, pindolol, nadolol, atenolol• · Efek samping: gagal jantung, bradiaritmia, bronkospasme,
gangguan sirkulasi perifer, gejala putus obat (infark, aritmia), hipoglikemia, gangguan tidur, mimpi buruk, insomnia
• · Obat yang termasuk beta bloker adalah isoproterenol, propanolol, asetabutolol, timolol, atenolol, oksiprenolol dan sebagainya.
Penghambat saraf adrenergik
• yaitu obat yang mengurangi respons sel efektor terhadap perangsangan saraf adrenergik. Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis, penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter. Obat yang termasuk penghambat saraf adrenergik adalah guanetidinbetanidin, guanadrel, bretilium, dan reserpin.
Penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral
• yaitu obat yang menghambat perangsangan adrenergik di SSP.Obat penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral yaitu klonidin dan metildopa yang dipakai sebagai obat antihipertensi.
3. Parasimpatomimetika ( kolinergika )
Adalah obat yang merangsang organ-organ yang dilayani saraf parasimpatik dan meniru efek perangsangan dengan asetilkolin.
Penggolongan obat kolinergik :• Cholinester (asetil kolin, metakolin, karbakol,
betanekol).• Cholinesterase inhibitor (eserin, prostigmin,
dilsopropil fluorofosfat).• Alkaloid yang berkasiat seperti asetikolin (muskarin,
pilokarpin, arekolin).
Parasimpatomimetika
Farmakodinamik Kolinergik • 1. Meningkatkan TD• 2. Meningkatkan denyut nadi• 3. Meningkatkan kontraksi saluran kemih• 4. Meningkatkan peristaltik• 5. Konstriksi bronkiolus (kontra indikasi asma bronkiolus)• 6. Konstriksi pupil mata (miosis)• Indikasi• 1. Ester kolin: tidak digunakan pengobatan (efek luas dan singkat),
meteorismus, (kembung), retensio urine, glaukoma, paralitic ileus, intoksikasi atropin/ alkaloid beladona, faeokromositoma
• 2. Antikolinesterase: atonia otot polos (pasca bedah, toksik), miotika (setelah pemberian atropin pd funduskopi), diagnosis dan pengobatan miastemia gravis (defisiensi kolinergik sinap), penyakit Alzheimer (defisiensi kolinergik sentral)
4. Parasimpatolitika ( antikolinergika )
• Obat antikolinergik (dikenal juga sebagai obat antimuskatrinik, parasimpatolitik, penghambat parasimpatis). Obat antikolinergik sintetik dibuat dengan tujuan agar bekerja lebih selektif dan mengurangi efek sistemik yang tidak menyenangkan.
• Beberapa jenis obat antikolinergik misalnya homatropin metilbromida dipakai sebagai antispasmodik, propantelin bromida dipakai untuk menghambat ulkus peptikum, karamifen digunakan untuk penyakit parkinson.
parasimpatolitik
• Indikasi • penggunaan obat ini untuk merangsang susunan
saraf pusat (merangsang nafas, pusat vasomotor dan sebagainya, antiparkinson), mata (midriasis dan sikloplegia), saluran nafas (mengurangi sekret hidung, mulut, faring dan bronkus, sistem kardiovaskular (meningkatkan frekuensi detak jantung, tak berpengaruh terhadap tekanan darah), saluran cerna (menghambat peristaltik usus/antispasmodik, menghambat sekresi liur dan menghambat sekresi asam lambung).
Obat obat antikolinergika
• Atropin.• Skopolamin.• ekstrak beladona.• oksifenonium bromide.