Transcript
Page 1: Mumps atau Parotitis epidemika.docx

Pendahuluan

Di masa sekarang ini, Seorang dokter diwajibkan untuk melakukan anmnesa terhadap

setiap pasien yang datang berobat guna untuk mendapatkan data pribadi yang lengkap

dari pasien. Selain itu, data yang dikumpulkan dapat digunakan oleh para dokter

untuk membuat diagnosis dan prognosis yang tepat dari penyakit yang diderita pasien.

Dalam kasus diketahui terjadinya pembesaran parotitis unilateral pada seorang laki-

laki umur 5 tahun. Parotitis epidemika adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan

oleh virus dan ditandai dengan pembesaran pada salah satu atau kedua kelenjar liur.

Virus gondong terutama menyebabkan penyakit kanak-kanak ringan, tetapi pada

orang dewasa, komplikasi yang meliputi meningitis dan orkitis umum terjadi.

Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan mentah

mungkin dengan urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda

sehingga menimbulkan epidemi secara umum. Pada umumnya parotitis epidemika

dianggap kurang menular jika dibandingkan dengan varicella, measles, dan

sebagainya. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai etiologi,

epidemiologi, diagnosis banding, diagnosis kerja, patofisiologi, pengobatan,

komplikasi, pencegahan serta prognosis dari parotitis epidemika.

Page 2: Mumps atau Parotitis epidemika.docx

Pembahasan

Anamnesis dilakukan untuk mengetahui apakah pasien benar-benar menderita

penyakit tersebut. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-

anamnesis) atau terhadap keluarga atau pengantarnya (alloanamnesis) bila keadaan

pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai. Anamnesis yang baik akan berhasil

bila kita membangun hubungan yang baik dengan pasien. Anamnesis yang baik terdiri

dari identitas utama (nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,

nama orangtua atau suami atau istri atau penanggung jawab, alamat pendidikan,

pekerjaan, suku bangsa dan agama), keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien

yang membawa pasien pergi ke dokter), riwayat penyakit sekarang (riwayat

perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai

keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang

berobat), riwayat penyakit dahulu (mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya

hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang),

riwayat penyakit dalam keluarga (mencari kemungkinan herediter, familial atau

penyakit infeksi), anamnesis susunan sistem (mengumpulkan daya positif dan

negative yang berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien berdasarkan alat

tubuh yang sakit) dan anamnesis pribadi (keadaan sosial, ekonomi, budaya, kebiasaan,

obat-obatan, lingkungan. Pada anak-anak perlu juga dilakukan anamnesis gizi yang

seksama). 1-2

Dalam melakukan anamnesis harus diusahakan mendapatkan data-data

sebagai berikut: 1

1. Waktu dan lamanya keuhan berlangsung.

2. Sifat dan beratnya serangan (mendadak, perlahan-lahan, terus-menerus, hilang

timbul, cenderung bertambah berat atau berkurang, dsbnya).

3. Lokalisasi dan penyebarannya (menetap, menjalar, berpindah-pindah)

4. Hubungan dengan waktu (pagi lebih sakit daripada siang atau sore, atau

sebaliknya atau terus-menerus tidak mengenal waktu).

5. Hubungan dengan aktivitas (bertambah berat bila melakukan aktivitas atau

bertambah ringan bila beristirahat).

6. Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berulang.

7. Faktor risiko dan pencetus serangan, termasuk faktor yang memperberat atau

meringankan serangan.

Page 3: Mumps atau Parotitis epidemika.docx

8. Apakah ada saudara sedarah, atau teman dekat yang menderita keluhan yang

sama.

Jika data-data dari pasien sudah lengkap, maka usahakan untuk membuat

diagnosis sementara dan diagnosis diferensial, selanjutnya dapat dilakukan

pemeriksaan fisik dan penunjang untuk menunjang anamnesis tersebut. 1-2

Pada anak akan mengeluh sakit telinga dan diperberat jika mengunyah makanan. Pada

anak yang lebih besar mengeluh pembengkakan dan nyeri rahang pada stadium awal

penyakit, terutama saat makan makanan asam seperti jus lemon atau cuka. Selama

masa pembesaran kelenjar, rasa nyeri dan nyeri tekan sangatlah hebat. 3

Pemeriksaan Fisik; Pembengkakan yang abnormal harus dideskripsikan berdasarkan

delapan hal pokok: 2

a. Ukuran dan suhu.

b. Bentuk. Pembengkakan kelenjar cenderung memiliki permukaan yang halus

c. Nyeri tekan.

d. Konsistensi. Sebagian besar pembengkakan akibat proses peradangan akut

memiliki konsistensi tidak keras, walaupun permukaan dapat tegang.

Pembengkakan dengan konsistensi yang keras seperti batu harus dicurigai

sebagai suatu keganasan sampai dapat dibuktikan lain.

e. Mobilitas atau perlekatan

f. Indentasi. Dilakukan jika dipastikan tidak terdapat kemungkinan lesi yang

dapat pecah dibawah pembengkakan.

g. Translusensi. Suatu pembengkakan yang bersifat transiluminasi memberi

kesan adanya akumulasi cairan yang jernih.

Pada inspeksi, diperhatikan bagian tubuh dari pasien yang memperlihatkan perbedaan

dengan orang sehat. Dari inspeksi pembesaran kelenjar parotis unilateral, kita dapat

mengetahui ukuran pembesaran, warna, bentuk serta mobilitas atau perlekatannya.

Dimana kelenjar parotis terletak di antara ramus mandibula descendens dan batas

anterior otot sternomastoideus. Selain itu, kita perhatikan juga kondisi anak tersebut,

apakah masih tetap aktif, atau dalam keadaan sakit berat. 2

Palpasi yang dilakukan pada kelenjar parotis mudah di raba jika membesar.

Pembengkakan parotis akan mengisi lipatan di belakang mandibula. Dari palpasi kita

Page 4: Mumps atau Parotitis epidemika.docx

dapat lebih spesifik mengetahui ukuran, bentuk, selain itu dapat mengetahui nyeri

tekan, suhu, konsistensi, indentasi serta translusensi.

Perkusi, pada pembengkakan kelenjar parotis tidak dilakukan.

Auskultasi, tidak dilakukan pada pembengkakan kelenjar parotis.

Pemeriksaan Penunjang; Pada kasus klasik pemeriksaan laboratorium tidak

diperlukan. Pada keadaan tanpa parotitis menyebabkan kesulitan mendiagnosis,

sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratium yang dapat

dikerjakan: 3-5

Pemeriksaan laboratorium rutin

Hasil tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia

ringan dengan limfositosis relatif.

Amilase serum

Kadar amilase serum naik, kenaikan cenderung dengan pembengkakan parotis dan

kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu.

Pemeriksaan serologis

Peningkatan antibodi dapat dideteksi dengan menggunakan serum berpasangan;

peningkatan titer antibodi empat kali lipat atau lebih, adalah bukti adanya infeksi

gondong.

ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay), sangat berguna karena pemeriksaan

ini dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi IgM spesifik gondong maupun

antibodI IgG spesifik gondong. IgM gondong muncul secara serentak pada awal

penyakit dan jarang menetap lebih dari 60 hari. Karena itu, adanya IgM spesifik

gondong di dalam serum yang diambil pada awal penyakit sangat menunjukkan

infeksi yang baru terjadi. IgG muncul pada akhir minggu pertama, mencapai

puncaknya 3 minggu kemudian dan bertahan seumur hidup.

Hemaglutination inhibition (HI) test, Uji ini memerlukan dua spesimen serum, satu

serum dengan onset cepat dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika

perbedaan titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.

Neutralization (NT) test, dengan cara mencampur serum penderita dengan medium

untuk biakan fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi

hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi dinyatakan

oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah metode

yang paling dapat dipercaya untuk menentukan imunitas terhadap parotitis epidemika.

Page 5: Mumps atau Parotitis epidemika.docx

Complement – Fixation (CF) test, Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk

menentukan jumlah respon antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi

diagnosa infeksi parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai titer

puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian

menurun secara lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada.

Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu

minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.

Pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah ELISA dan HI. Namun

pemeriksaan HI memiliki reaksi silang dengan virus parainfluenza lainnya. 6

Pemeriksaan Virologi

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan dengan

biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, cairan serebrospinal atau darah. Biakan

dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-

NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.5

Diagnosis, dari hasil pengumpulan data anamnesa dan pemeriksaan fisik, dapat

diketahui diagnosis diferensial serta diagnosis sementara. Setelah dilakukan

pemeriksaan penunjang yaitu melalui hasil laboratorium, kita dapat menyingkirkan

diagnosis diferensial dan menetapkan diagnosis kerja (working diagnosis).

Diagnosis banding

Parotitis supuratifa, yaitu infeksi bakteri pada kelenjar parotis dan paling sering

disebabkan oleh Staphylococcus aureus, namun beberapa peniliti pernah melaporkan

infeksi ini disebabkan oleh bakteri anaerob seperti Fusobacterium, Bacteroides dan

Peptostreptococcus. Nanah dapat dilihat keluar dari duktus Stensoni jika dilakukan

penekanan pada kelenjar dan ditemukan peningkatan polimormofonuklear leukosit

pada pemeriksaan darah rutin. 3

Parotitis berulang, berupa peradangan pada kelenjar parotis yang sering tidak

diketahui penyebabnya tapi mungkin bersifat alergi yang sering berulang. Ditandai

oleh pembengkakan frekuen dari kelenjar parotis. Pembengkakan kelenjar sublingual

dan submaksila tidak terjadi pada keadaan ini. 3

Obstruksi duktus Stensoni sering disebabkan oleh kalkulus, penyumbatan kelenjar

ini menyebabkan pembengkakan parotis yang intermitten dapat dideteksi dengan

palpasi atau injeksi media radioopak ke dalam duktus Stensoni. 3-4

Page 6: Mumps atau Parotitis epidemika.docx

Infeksi oleh virus lain, terutama virus parainfluenza, influenza dan coxsackie pernah

dilaporkan sebagai penyebab pembengkakan kelenjar limfe sering sulit dibedakan

dengan parotitis epidemika pada periode akut. 3-4

Reaksi obat, dapat menimbulkan pembengkakan parotis yang sensitif dan kelenjar

liur lainnya. Parotitis iodium, biasanya terjadi setelah prosedur seperti urografi

intravena. Obat antihipertensi seperti guanetidin dapat menyebabkan pembengkakan

parotis dan sensitivitas yang abnormal. 4

Sindroma Sjorgen, merupakan inflamasi kronik parotis dan kelenjar liur lainnya yang

seringkali disertai dengan atrofi kelenjar lakrimalis dan paling sering terjadi pada

wanita pascamenopause. 4

Working Diagnosis

Pemeriksaan serologik kemudian digunakan untuk memastikan diagnosis sementara

menjadi diagnosis kerja yaitu pada anak laki-laki berumur 5 tahun terkena penyakit

“Mumps” atau gondongan.

Etiologi

Virus yang menyebabkan parotitis epidemika adalah virus RNA untai tunggal

negative sense, berukuran 100 sampai 600 nm, dengan panjang 15.000 nukleotida

termasuk dalam genus Rubulavirus, subfamili Paramyxovirinae dan famili

Paramyxoviridae. Parotitis epidinamika virus bersifat sitopatik, mempunyai hubungan

antigenic dengan grup myxovirus termasuk virus Parainfluenza dan virus Newcastle. 3

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan

selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh

formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. 6

Virus parotitis epidemika dapat ditemukan pada saliva, cairan serebrospinal, urin,

darah, jaringan yang terinfeksi dari penderita parotitis epidemika serta dapat diukur

pada jaringan manusia atau kera. 3

Epidemiologi

Parotitis merupakan penyakit endemik bagi masyarakat kota dan terdistribusi

diseluruh dunia. Parotitis terutama merupakan infeksi pada anak. Penyakit ini

mencapai insiden tertinggi pada anak berusia 5-9 tahun, 80% ditemukan pada anak

yang berumur dibawah 15 tahun. Epidemi pada penyakit ini relatif jarang dan

Page 7: Mumps atau Parotitis epidemika.docx

biasanya terbatas pada kelompok yang tinggal berdekatan seperti yang tinggal di panti

asuhan, kamp tentara atau sekolah. Pada anak berusia kurang dari 5 tahun, gondong

umumnya dapat menyebabkan infeksi saluran napas atas tanpa parotitis. 4, 6

Sebelum era vaksinasi, parotitis epidemika merupakan penyakit endemis hampir

diseluruh daerah di dunia dengan puncak insiden terjadi pada usia 5-9 tahun. Di

Amerika Serikat sekitar 50% anak pernah terinfeksi dan sekitar 1500 kasus dilaporkan

tiap tahunnya, namun setelah era vaksinasi terjadi penurunan yang bermakna. 3

Di daerah dengan empat musim, parotitis epidemika terutama terjadi pada musim

dingin dan musim semi. Namun penyakit ini tetap dapat ditemukan sepanjang tahun.

Virus menyebar dari reservoir manusia melalui kontak langsung dari droplet. Virus

dapat ditularkan dalam sekresi saliva yang terinfeksi dimana yang bersifat infeksius

lebih kurang 6 hari sebelum mulainya parotitis, hingga 9 hari sesudah munculnya

pembengkakan kelenjar parotis. Bayi dari umur 6-8 bulan tidak dapat terjangkit

penyakit parotitis epidemika karena dilindungi pleh antibodi yang berasal dari

transplasental ibunya. Satu serangan parotitis klinis atau subklinis akan memberikan

imunitas selamanya, dan serangan infeksi kedua sangat jarang. Parotitis unilateral

memberikan perlindungan dengan efektivitas yang sama dengan bilateral. Mortalitas

karena parotitis epidemika sangat jarang dan lebih sering terjadi pada anak diatas 19

tahun. Mortalitas sebagian besar dikarenakan komplikasi ensefalitis. 3-4, 6

Patofisiologi

Virus masuk melalui saluran pernapasan baik hidung maupun mulut. Masa inkubasi

12 sampai 25 hari kemudian virus bereplikasi di dalam traktus respiratorius atas dan

nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui aliran darah ke jaringan

sasaran seperti kelenjar ludah, kelenjar parotis dan meningen selama 3-5 hari. Setelah

replikasi awal, terjadi viremia sekunder menyebabkan terkenanya berbagai organ

yaitu gonad, pankreas, mammae, tiroid, jantung, hati, ginjal, dan otak.4,7 Bila testis

terkena maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli seminiferus.

Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.5 Adenitis

kelenjar liur merupakan manifestasi dari viremia awal. Viruria biasanya terjadi, dan

disertai oleh gangguan fungsi ginjal.3,8

Manifestasi Klinik

Page 8: Mumps atau Parotitis epidemika.docx

Setelah melewati masa inkubasi selama 14 - 24 hari, 30-40% penderita tidak

menunjukkan gejala klinik dan sisanya 60-70% menunjukkan gejala klinik dengan

berbagai tingkatan. 3

Mulainya parotitis biasanya tiba-tiba, meskipun mungkin didahului oleh periode

prodromal seperti demam dalam suhu 37,8-39,4oC, rasa menggigil, nyeri

tenggorokan, nyeri pada sudut rahang, nyeri kepala, anorexia, malaise, nafsu makan

menurun diikuti pembesaran cepat satu/dua kelenjar parotis serta kelenjar ludah yang

lain seperti submaksilaris dan sublingual dan dapat meluas sampai bagian anterior

dada, menimbukan edema prasternal. Pembesaran kelenjar unilateral terjadi pada

25% kasus sedangkan pembengkakan kelenjar bilateral terjadi pada 70-80% kasus. 3-4,

7 Dalam beberapa hari kelenjar parotis dapat terlihat membesar dengan cepat serta

mencapai ukuran maksimum dalam 1-3 hari dan pembengkakan menghilang dalam

satu minggu setelah pembengkakan maksimal. Kelenjar yang membengkak meluas

dari telinga sampai bagian bawah ramus mandibula dan sampai bagian inferior arkus

zygomatikus, seringkali menggeser telinga ke atas dan keluar. 4

Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan maupun pada perabaan, terlebih-

lebih jika penderita makan atau minum sesuatu yang asam, ini merupakan gejala khas

untuk penyakit parotitis epidemika. 4,5

Treatment (Terapi)

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang

berlangsung kurang lebih dalam satu minggu.7 Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi

virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan

suportif.3

1. Penderita rawat jalan.

Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi, keadaan umum

cukup baik. 3

a. Istirahat yang cukup

b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup

c. Medikamentosa (simtomatik):

Metampiron: anak > 6 bulan 250 mg/hari, 500 mg/hari maksimum 2

g/hari, Parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

2. Penderita rawat inap. 3, 5

Page 9: Mumps atau Parotitis epidemika.docx

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat,

gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi

a. Diit lunak, cair dan TKTP

b. Analgetik-antipiretik

c. Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya.

3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi

a. Encephalitis, simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna

untuk mengurangi sakit kepala. 7

b. Orkhitis, istrahat yang cukup, pemberian analgetik, sistemik kortikosteroid

(hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4 hari dan globulin

gama.4-5

c. Pankreatitis dan oovoritis, dengan simtomatik saja.

Prognosis

Secara umum prognosis parotitis epidemika baik, dapat sembuh spontan dan komplit

serta jarang berlanjut menjadi kronis. Kecuali pada keadaan tertentu yang

menyebabkan terjadinya ketulian, sterilitas karena atrofi testis dan sekuele karena

meningoensefalitis.3,5,7

Komplikasi parotitis epidemika, antara lain:3, 5

Meningoensepalitis, dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan

kelenjar parotis. Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang

kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah, suhu tubuh yang tinggi

(hiperpireksia), gangguan kesadaran dan kejang. Komplikasi ini merupakan

komplikasi yang sering pada anak-anak. Insiden yang sebenarnya sukar diperkirakan

karena infeksi subklinis sistem syaraf sentral.

Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10%. Laki-laki kemungkinan 3-5 kali lebih

banyak terserang daripada perempuan. Patogenesis meningoensefalitis karena

parotitis epidemika disebabkan oleh:

a. Infeksi primer pada neuron : parotitis sering muncul bersamaan atau menyertai

encephalitis

b. Ensefalitis pasca infeksi parotitis epidemika : Ensefalitis timbul 10 hari setelah

parotitis.

Page 10: Mumps atau Parotitis epidemika.docx

Meningoencepalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan meningitis

sebab lain, ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan lain biasanya normal.

Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukan tekanan yang meninggi, pemeriksaan Nonne

dan Pandy positif, jumlah sel terutama limfosit meningkat, kadar protein meninggi,

glukosa dan Cairan cerebrospinal biasanya berisi sel kurang dari 500 sel/mm³

walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat melebihi 2.000. Selnya hampir selalu

limfosit, berbeda dengan meningitis aseptik enterovirus dimana leukosit

polimorfonuklear sering mendominasi pada awal penyakit.

Ketulian, terjadinya neuritis pada saraf pendengaran. Dapat terjadi unilateral, jarang

bilateral walaupun insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama

tuli saraf unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.

Orkitis, komplikasi dari parotitis dapat berupa orkitis yang dapat terjadi pada masa

setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut

bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi

dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan

kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini

dapat berlangsung dalam 3 – 14 hari.7 Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak

dan kulit sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4 hari.

Insidens terjadinya orkitis pada laki-laki yang belum pubertas 14%, dan pada laki-laki

yang sudah pubertas lebih tinggi 30%-38%. Insidens tertinggi terjadinya orkitis pada

parotitis epidemika adalah pada usia 15-29 tahun.8

Oovoritis, timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 5% perempuan

yang telah menstruasi dan 7% pada perempuan pasca pubertas. Oovoritis umumnya

tidak menyebabkan sterilitas.

Pankreatitis, nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.

Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi,

menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat mumps. Hiperglikemia

transiens dan cepat membaik. Peningkatan kejadian diabetes pernah dilaporkan

setelah terjadi wabah parotitis epidemika. Gejala akan membaik dalam 3-7 hari dan

sembuh sempurna.

Nefritis, kadang-kadang abnormalitas fungsi ginjal yang ringan terjadi dan viruria

terdeteksi 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum diketahui.

Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. (Nelson) Nefritis ringan

Page 11: Mumps atau Parotitis epidemika.docx

dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan

pada ginjal.

Tiroiditis, timbul setelah satu minggu onset parotitis. Sangat jarang terjadi pada anak-

anak, yang ditandai pembengkakan kelenjar tiroid dan peningkatan antibodi antitiroid.

Miokarditis, Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi

ringan miokardium mungkin lebih sering dari pada yang diketahui. (Nelson)

Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5 – 10 hari pada parotitis. Gejala yang

timbul adalah bradikardia, kelelahan, yang sering didapatkan pada orang dewasa.

Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis ditemukan pada 3-5% kasus.

Miokarditis dapat sembuh tanpa sekuele.

Artritis, jarang ditemukan pada anak-anak. Lutut, pergelangan kaki dan tangan serta

bahu adalah sendi yang paling sering dikeluhkan nyeri kadang disertai pembengkakan

kemerahan sendi walau jarang. Gejala akan menghilang dan sembuh sempurna dalam

beberapa hari sampai 3 bulan. (Nelson)

Preventif

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan

imunisasi aktif. Cara ini merupakan pendekatan terbaik untuk menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas akibat gondong.

Pasif, Antibodi yang didapatkan dari ibu melalui plasenta dapat melindungi bayi dari

parotitis epidemika. Maka dari itu, jarang ditemukan gondong pada bayi kurang dari 6

bulan.3, 6 Selain itu, Gamma globulin parotitis hiperimun tidak efektif dalam

mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi.

Aktif, Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis hidup yang

dilemahkan (Mumpsvax-merck, sharp and dohme). Vaksin ini tidak menyebabkan

panas atau reaksi lain dan tidak mengekskresi virus dan tidak menular terhadap

kelompok yang rentan. Jarang ditemukan parotis yang dapat berkembang selama 7-10

hari sesudah vaksinasi. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan

bersama vaksin campak dan rubella. 5

Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan

peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada sekitar 96% individu yang

seronegatif dan memiliki kemanjuran proteksi 75 sampai 95%. Faktor-faktor yang

mempengaruhi serokonversi/seronegatif dari vaksinasi adalah umur saat vaksinasi.

Jika diberikan vaksinasi pada usia 6 bulan terjadi serokonversi 70%, pada usia 9-12

Page 12: Mumps atau Parotitis epidemika.docx

bulan terjadi serokonversi 90%. Serokonversi pada dewasa biasanya lebih rendah

dibandingkan anak-anak. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 17 tahun dan

tidak mengganggu vaksin terhadap rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola

yang diberikan serentak. 3,4

Kontraindikasi pada bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal;

Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut;

selama kehamilan; leukemia; limfoma; atau keganasan yang menyeluruh; pada

individu yang mendapat glukokortikoid, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat

radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah

pemajanan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin “Mumps” dalam

situasi ini. 4

Pada tahun 1967, tahun ketika vaksin gondong diizinkan, terdapat sekitar 200.000

kasus gondong (dan 900 pasien dengan ensefalitis) di Amerika Srikat. Pada tahun

1999 hanya terdapat 387 kasus gondong.6

Di Indonesia vaksinasi parotitis epidemika diberikan pada anak berumur 12-18 bulan

dalam bentuk vaksin kombinasi (MMR). Vaksin diberikan secara subkutan dalam

atau intramuskuler dan harus digunakan dalam waktu 1 jam setelah tercampur dengan

pelarutnya. Vaksin yang digunakan di Indonesia adalah galur Jeryl Lynn dan Urabe

Am-9. 3

Penutup

Kesimpulan

Pembesaran kelenjar parotis unilateral pada laki-laki umur 5 tahun didapatkan

beberapa diagnosis banding yaitu parotitis supuratifa, parotitis berulang, obstruksi

duktus stensoni, sindroma sjorgen, pembengkakan yang disebabkan oleh infeksi virus

lain dan reaksi obat. Dan setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang dapat

ditetapkan working diagnosis yaitu anak tersebut menderita “Mumps” atau

gondongan atau parotitis epidemika. Jadi pembesaran kelenjar parotis unilateral pada

laki-laki berumur 5 tahun disertai demam didiagnosis menderita Mumps merupakan

pernyataan hipotesis yang benar.

Page 13: Mumps atau Parotitis epidemika.docx

Daftar Pustaka

1. Supartondo, Setiyohadi B. Anamnesis. dalam: Buku ajar: Ilmu penyakit

dalam. Jakarta. Interna Publishing; 2009. h. 25-7.

2. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2009. h. 2-

6, 8-9, 23.

3. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi &

pediatrik tropis. Edisi 2. Jakarta: IDAI; 2008. h. 195-202.

4. Ray G. Gondongan. dalam: Harrison: Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam.

Edisi 13. Jakarta: EGC; 2000. h. 935-8.

5. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku kuliah: Ilmu kesehatan anak

2. Jakarta: FK UI; April 2007. h. 629-32.

6. Brooks G F, Butel J S, Morse S A. Jawetz, Melnick & Adelberg: Mikrobiologi

kedokteran. Edisi-23. Jakarta: EGC; 2007; 571-2.

7. Hay W. Current diagnosis and treatment pediatrics. 20thed. Newyork:

McGraw-Hill Medical; 2011. h. 817-18.

8. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapius UI; 2009. H. 418-19.


Recommended