Download docx - Meningioma 7

Transcript
Page 1: Meningioma 7

MENINGIOMA

Posted on July 18, 2009. Filed under: Health and Medicine |

LATAR BELAKANG.

Karena kemajuan tehnik diagnosa pada dewasa ini, kasus-kasus tumor intrakranial menjadi lebih

sering dilaporkan. Pada umumnya, tumor intrakranial timbul dengan cepat dan progressif,

sehingga mendorong penderitanya untuk segera mendapatkan pengobatan ke dokter. Namun

tidak demikian halnya dengan kasus-kasus meningioma dimana penderita datang pada keadaan

yang sudah lanjut dan tentunya ukuran tumor sudah menjadi  sangat besar. Bahkan oleh karena

perjalanannya yang sangat lambat sebagian besar kasus tanpa disertai adanya gejala-gejala

klinik. Meningioma yang kecil atau dengan gejala yang minimal seringkali diketemukan secara

kebetulan. Dari semua otopsi tumor, dilaporkan terdapat 1,44% meningioma intrakranial yang

sebagian besar tanpa adanya gejala-gejala klinik.1

Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum diketahui dari

meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara histopatologis berasal dari sel

pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang mengalami granulasi dan perubahan bentuk.2

Meningioma intrakranial merupakan tumor kedua yang tersering disamping Glioma, dan

merupakan 13-20% dari tumor susunan saraf pusat.1 Etiologi tumor ini diduga berhubungan

dengan genetik, terapi radiasi, hormon sex, infeksi virus dan riwayat cedera kepala. Patofisiologi

terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas.2

DEFINISI

Meningioma adala tumor otak jinak yang berasal dari sel-sel yang terdapat pada lapisan

meningen serta derivat-derivatnya. Di antara sel-sel meningen itu belum dapat dipastikan sel

mana yang membentuk tumor tetapi terdapat hubungan erat antara tumor ini dengan villi

arachnoid. Tumbuhnva meningioma kebanvakan di temnat ditemukan banyak villi arachnoid.

Dari observasi yang dilakukan Mallary (1920) dan didukung Penfield (1923) didapatkan suatu

konsep bahwa sel yang membentuk tumor ini ialah fibroblast sehingga mereka menyebutnya

arachnoid fibroblast atau meningeal Fibroblastoma.3 Meningioma berasal dari leptomening yang

Page 2: Meningioma 7

biasanya berkembang jinak. Cushing, 1922 menamakannya meningioma karena tumor ini yang

berdekatan dengan meningen.4

Ahli patologi pada umumnya lcbih menyukai label histologi dari pada label anatomi untuk suatu

tumor. Namun istilah meningioma yang diajukan Cushing (1922) ternyata dapat diterima dan

didukung oleh Bailey dan Bucy (1931).3

Orville Bailey (1940) mengemukakan bahwa sel-sel arachnoid berasal dari neural crest, sel-sel

arachnoid disebut Cap cells; pendapat ini didukung Harstadius (1950), bermula dari unsur

ectoderm. Zuich tetap menggolongkan meningioma ke dalam tumor mesodermal.3

INSIDENSI

Meningioma dapat dijumpai pada semua umur, namun paling banyak dijumpai pada usia

pertengahan. Meningioma intrakranial merupakan 15-20% dari semua tumor primer di regio ini.

Meningioma juga bisa timbul di sepanjang kanalis spinalis, dan frekuensinya relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan tumor lain yang tumbuh di regio ini.3

Di intracranial, meningioma banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2 : 1), sedangkan

pada kanalis spinalis lebih tinggi lagi (4 : 1). Meningioma pada bayi lebih banyak pada pria.3

Meningioma intrakranial merupakan tumor kedua yang tersering disamping Glioma, merupakan

13–20% dari tumor susunan saraf pusat. Meningioma dapat terjadi pada semua usia namun

jarang didapatkan pada bayi dan anak-anak. Angka tertinggi penderita meningioma adalah pada

usia 50-60 tahun. Meskipun demikian dilaporkan juga dua kasus meningioma kongenital pada

bayi. KOOS dan MULLER menyatakan mulai usia 12 tahun insidens meningioma meningkat

secara progressif. Meningioma ini lebih banyak didapatkan pada wanita dari pada laki-laki.

Perbandingan antara wanita dan laki-laki adalah 3 : 2, sedangkan JACOBSON dkk mendapatkan

perbandingan wanita dan laki-laki adalah 7 : 4.1

ETIOLOGI

Faktor-faktor terpenting sebagai penyebab meningioma adalah trauma, kehamilan, dan virus.

Pada penyelidikan dilaporkan 1/3 dari meningioma mengalami trauma. Pada beberapa kasus ada

Page 3: Meningioma 7

hubungan langsung antara tempat terjadinya trauma dengan tempat timbulnya tumor. Sehingga

disimpulkan bahwa penyebab timbulnya meningioma adalah trauma. Beberapa penyelidikan

berpendapat hanya sedikit bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara meningioma dengan

trauma.1

Dilaporkan juga bahwa meningioma ini sering timbul pada akhir kehamilan, mungkin hal ini

dapat dijelaskan atas dasar adanya hidrasi otak yang meningkat pada saat itu.1

Teori lain menyatakan bahwa virus dapat juga sebagai penyebabnya. Pada penyelidikan dengan

light microscope ditemukan virus like inclusion bodies dalam nuclei dari meningioma. Tetapi 

penyelidikan ini kemudian dibantah bahwa pemeriksaan electron misroscope inclusion bodies ini

adalah proyeksi cytoplasma yang berada dalam membran inti.1

PATOGENESA

Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade eikosanoid

diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan perkembangan edema peritumoral.2

Dari lokalisasinya Sebagian besar meningioma terletak di daerah supratentorial. Insidens ini

meningkat terutama ada daerah yang mengandung granulatio Pacchioni. Lokalisasi terbanyak

pada daerah parasagital dan yang paling sedikit pada fossa posterior.1

Etiologi tumor ini diduga berhubungan dengan genetik, terapi radiasi, hormon sex, infeksi virus

dan riwayat cedera kepala. Sekitar 40-80% tumor ini mengalami kehilangan material genetik dari

lengan panjang kromosom 22, pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen

supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien

dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat berkembang menjadi

meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain

juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma.2

Terapi radiasi juga dianggap turut berperan dalam genesis meningioma. Bagaimana peranan

radiasi dalam menimbulkan meningioma masih belum jelas. Pasien yang mendapatkan terapi

radiasi dosis rendah untuk tinea kapitis dapat berkembang menjadi meningioma multipel di

Page 4: Meningioma 7

tempat yang terkena radiasi pada dekade berikutnya. Radiasi kranial dosis tinggi dapat

menginduksi terjadinya meningioma setelah periode laten yang pendek.2

Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya faktor etiologi lainnya

mekanisme hormon sex hingga memicu meningioma hingga saat ini masih menjadi perdebatan.

Pada sekitar 2/3 kasus meningioma ditemukan reseptor progesterone. Tidak hanya progesteron,

reseptor hormon lain juga ditemukan pada tumor ini termasuk  estrogen, androgen, dopamine,

dan reseptor untuk platelet derived growth factor. Beberapa reseptor hormon sex diekspressikan

oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang spesifik dan teknik biologi molekuler

diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron

dapat ditemukan dalam sitosol dari meningioma. Reseptor somatostatin juga ditemukan

konsisten pada meningioma.2

Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan pada meningioma

soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma sama dengan yang ditemukan

pada karsinoma mammae. Jacobs dkk (10) melaporkan meningioma secara bermakna tidak

berhubungan dengan karsinoma mammae, tapi beberapa penelitian lainnya melaporkan 

hubungan karsinoma mammae dengan meningioma.2

Meningioma merupakan tumor otak yang pertumbuhannya lambat dan tidak menginvasi otak

maupun medulla spinalis. Stimulus hormon merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan

meningioma. Pertumbuhan meningioma dapat menjadi cepat selama periode peningkatan

hormon, fase luteal pada siklus menstruasi dan kehamilan.2

Trauma dan virus sebagai kemungkinan penyebab meningioma telah diteliti, tapi belum

didapatkan bukti nyata hubungan trauma dan virus sebagai penyebab meningioma. Philips et al

melaporkan adanya sedikit peningkatan kasus meningioma setelah trauma kepala pada populasi

western Washington state.2

KLASIFIKASI

Gambaran mikroskopik meningioma amat bervariasi, macam-macam klasifikasi diusulkan,

namun Orville Bailey (1940) menganggap klasifikasi meningioma tidak diperlukan. Pandangan

Page 5: Meningioma 7

ini didasarkan secara biologis karma variasi-variasi histologis tersebut tidak banyak kaitannya

dengan perangai biologi kelompok tumor ini.3

Klasifikasi menurut Kernohan dan Sayre, yaitu Meningioma meningotheliomatosa (syncytial,

endothclimatous), Meningioma fibroblastic dan Meningioma angioblastik. Yang terakhir ada

yang menggolongkan sebagai haemangioperisitoma. Tipe transisional atau tipe campuran

digolongkan ke dalam kelompok meningioma meningotheliomatosa.3

WHO juga membuat suatu klasifikasi untuk meningioma, lihat table 2.1.

Low risk of Recurrence and Aggressive Growth  

Grade I

Meningothelial meningioma

Fibrous (fibroblastic) meningioma

Transitional (mied) meningioma

Psammomatous Meningioma

Angiomatous meningioma

Mycrocystic meningioma

Lymphoplasmacyte-rich meningioma

Metaplastic meningioma

Secretory meningioma

Greater Likelihood of Recurrence, Aggressive behavior, or any Type with a

High Proliferative Index 

Page 6: Meningioma 7

Grade II

Atypical meningioma

Clear cell meningioma (Intracranial)

Choroid meningioma

Grade III 

Rhabdoid meningioma

Papillary meningioma

Anaplastic (malignant) meningioma

Tabel 2.1 Klasifikasi Meningioma menurut WHO2

Meningioma meningotheliomatosa

Terdiri atas sel-sel uniform, berinti bulat atau oval, mengandung satu atau dua nukleoli yang

nyata, sedangkan membran sel tidak jelas, sebagian dari kelompok-kelompok sel tersebut

tersusun dalam lobulus-lobulus membentuk massa yang solid. Jaringan ikat pada batas-batas

lobulus. Whorls dan psammoma bodies juga merupakan gambaran khas tumor ini. Meningioma

ftbroblastik Terdiri alas sel-sel pipih yang membentuk berkas-berkas yang sating beranyaman,

kadang-kadang dengan bagian-bagian menyerupai struktur palisade. Sel-sel tersebut mirip

dengan fibroblast, namun inti sel identik dengan inti sel meningioma meningiomatosa. Adanya

serabut retikulin yang berlebihan dan serabut kolagen yang menjadi pemisah antara sel pada

meningioma tipe ini, merupakan tanda yang khas.3

Meningioma angioblastik

Terdiri alas sel-sel tersusun padat, batas-batas sitoplasma tidak jelas, inti sel tersusun rapat. Sel-

sel tersebut umumnya menempel pada dinding kapiler, namun kapiler-kapiler tersebut sebagian

mengalami dilatasi, sebagian lagi kompresi, sehingga sukar untuk diidentifikasi. Bailey dkk.

Page 7: Meningioma 7

(1928) beranggapan bahwa sel-sel tumor ini berasal dari elemen dinding pembuluh darah.

Beberapa penulis melaporkan bahwa meningioma angioblastik lebih sering kambuh.3

GAMBARAN HISTOPATOLOGI

Meningioma intrakranial banyak ditemukan di regio parasagital, selanjutnya di daerah

permukaan konveks lateral dan falx cerebri. Di kanalis spinalis meningioma lcbih sering

menempati regio torakal. Pertumbuhan tumor ini mengakibatkan tekanan hebat pada jaringan

sekitamya, namun jarang menyebuk ke jaringan otak. Kadang-kadang ditemukan fokus-fokus

kalsifikasi kecil-kecil yang berasal dari psammoma bodies, bahkan dapat ditemukan

pembentukan jaringan tulang baru.3

Secara histologis, meningioma biasanya berbentuk globuler dan meliputi dura secara luas. Pada

permukaan potongan, tampak pucat translusen atau merah kecoklatan homogen serta dapat

seperti berpasir. Dikatakan atipikal jika ditemukan proses mitosis pada 4 sel per lapangan

pandang elektron atau terdapat peningkatan selularitas, rasio small cell dan nukleus sitoplasma

yang tinggi, uninterupted patternless dan sheet-like growth. Sedangkan pada anaplastik akan

ditemukan peningkatan jumlah mitosis sel, nuklear pleomorphism, abnormalitas pola

pertumbuhan meningioma dan infiltrasi serebral.  Imunohistokimia dapat membantu diagnosis

meningioma. Pada pasien dengan meningioma, 80% menunjukkan adanya epithelial membrane

antigen (EMA) yang positif. Stain negatif untuk anti-Leu 7 antibodi (positif pada Schwannomas)

dan glial fibrillary acidid protein (GFAP).2

MANIFESTASI KLINIK

Meningioma tumbuhnya perlahan-lahan dan tanpa memberikan gejala-gejala dalam waktu yang

lama, bahkan sampai bertahun-tahun. Ini khas untuk meningioma tetapi tidak pathognomonis.

Diperkirakan meningioma intrakranial yang merupakan 1,44% dari seluruh otopsi sebagian besar

tidak menunjukkan gejala-gejala dan didapatkan secara kebetulan. Dari permulaan sampai

timbulnya gejala-gejala rata-rata ± 26 bulan, dilaporkan juga gejala-gejala yang lama timbulnya

yaitu antara 20 — 30 tahun. Walaupun demikian gejala-gejala yang cepat tidak menyingkir kan

adanya meningoma.1

Page 8: Meningioma 7

Gejala-gejala umum, seperti juga pada tumor intracranial yang lain misalnya sakit kepala,

muntah-muntah, perubahan mental atau gejala-gejala fokal seperti kejang-kejang, kelumpuhan,

atau hemiplegia. Gejala umum ini sering sudah ada sejak lama bahkan ada yang bertahun-tahun

sebelum penderita mendapat perawatan dan sebelum diagnosa ditegakkan.1

Gejala-gejala yang paling sering didapatkan adalah sakit kepala. Gejala klinis lain yang paling

sering adalah berturut-turut sebagai berikut :

kejang-kejang (±48%)

gangguan visus (± 29%)

gangguan mental (± 13%)

gangguan fokal (± 10%)

Tetapi timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala ini tergantung pada letak tumor dan tingginya

tekanan intrakranial. Tanda-tanda fokal sangat tergantung dari letak tumor, gejala-gejala 

bermacam-macam sesuai dengan fungsi jaringan otak yang ditekan atau dirusak, dapat perlahan-

lahan atau cepat. Menurut LEAVEN gangguan fungsi otak ini penting untuk diagnosa dini.

Gejala-gejala ini timbul akibat hemodynamic steal dalam satu hemisfer otak, antara hemisfer

atau dari otak kedalam tumor.1

Sakit Kepala

Merupakan gejala yang paling sering, sakit kepala ini tidak khas, dapat umum atau terlokalisir 

ada daerah yang berlainan. Hal ini sudah lazim walaupun tidak dikaitkan dengan meningkatnya

tekanan intracranial. Meningioma Intra Ventrikuler seringkali mengalami sakit kepala dan

peningkatan tekanan intrakranial, karena meningioma di tempat tersebut dapat bergerak dan

dapat mengadakan penyumbatan pada aliran cairan serebrospinalis. Sakit kepala tersebut bersifat

unilateral dan gejala-gejala ini mungkin hilang timbul. Selain sakit kepala juga disertai mual dan

muntah-muntah.1

Kejang

Page 9: Meningioma 7

Didapati 48% dari kasus meningioma mengalami kejang-kejang terutama pada meningioma

parasagittal dan lobus temporalis, Adanya kejang-kejang ini akan memperkuat diagnosa.1

Gangguan Mata

Gangguan mata yang terjadi pada meningioma dapat berupa :

penurunan visus

papil oedema

nystagmus

gangguan yojana penglihatan

gangguan gerakan bola mata

exophthalmus.1

Hemiparese

Lebih sering didapatkan pada meningioma dibandingkan dengan tumor-tumor intrakranial yang

lain. 10% dari kasus meningiomadidapati kelumpuhan fokal, Crose dkk mendapatkan tiga dari

13 kasusnya dengan hemi parese disertai gangguan sensoris dari N V.1

Gangguan mental

Sering juga didapatkan gangguan mental, tentunya berhubungan pula dengan lokalisasi dari

tumor.Dilaporkan 13% dari kasus-kasus RAAF (29) dengan gangguan mental. Gejala mental

seperti: dullness, confusion stupor merupakan gejala-gejala yang paling sering.1

Disamping gejala-gejala tersebut di atas juga sering didapatkan gangguan saraf otak (nervus

cranialis) terutama yang paling sering dari kasus-kasus Crouse yaitu N II, V, VI, IXdan X.

Gejala yang menarik adalah adanya Intermittent cerebral symptoms. Pada 219 penderita dengan

meningioma supra tentorial didapatkan ganggnan fungsi serebral yang mendadak intermitten dan

Page 10: Meningioma 7

sementara dapat beberapa menit atau lebih dari sehari. Gejala-gejala dapat berupa afasia,

kelumpuhan dari muka dan lidah, hemi plegia, vertigo, buta, ataxia, hallusinasi (olfaktoris) dan

kejang-kejang. Setengah dari kasus-kasus ini gangguan fungsi serebral berulang-ulang, karena

terjadi pada usia lanjut maka seringkali diagnosa membingungkan dengan suatu infark otak atau

insuffuiensia serebrovaskuler, migrain, dan multiple sclerosis. Pada umumnya C.V.A. dapat

dibedakan dengan tumor intrakranial dengan adanya gejala-gejala yang mendadak dan perlahan-

lahan diikuti dengan kemajuan dari gejala-gejala neurologis. Bermacam-macam gejala eurologis

yang paling sering menimbulkan kesalahan diagnose.1

Tanda-tanda yang menyesatkan (False Localizing Signs = FLS)

FLS dari tumor-tumor intrakranial adalah tanda-tanda yang tidak semuanya berhubungan dengan

gangguan fungsi pada tempat tumor tersebut. Biasanya terlihat sebagai gejala fokal dari tempat-

tempat yang jauh dari tumor di mana hal ini dapat membingungkan untuk menentukan lokalisasi

tumor tersehut. Seperti biasanya diagnosa klinik ditegakkan dari kumpulan/tanda-tanda, tetapi

kurangnya pengetahuan akan FLS menyebabkan kesalahan-kesalahan pada diagnosa, apabila

pada kasus-kasus yang tanda-tandanya tidak jelas. Dari 250 kasus meningioma intrakranial

didapatkan 101 kasus dengan FLS. Diagnosa yang salah karena gejala-gejala yang tidak jelas

disertai adanya FLS. Gejala-gejala yang tidak jelas dapat disebabkan oleh karena adanya Silent

area di mana tumor-tumor itu pada permulaannya tidak menunjukkan gejala-gejala. Yang

termasuk silent area: parasagital anterior, konveksitas frontal dan intraventrikuler.1

PROSEDUR DIAGNOSTIK

Diagnosa meningioma dapat ditentukan atas beberapa pemeriksaan sebagai berikut :

Elektroensefalografi (E.E.G.).

X ray foto tengkorak.

Angiografi

Pneumoensefalografi atau Ventrikulografi.

Page 11: Meningioma 7

Brain Scan.

Computerized Tomography Scan (CT scan).

Histopatologik.

Tissue Culture1

Elektroensefalografi (EEG)

Tumor otak memberi EEG abnormal pada 75–85% dari kasus dan 15 — 25% dari penderita

dengan tumor otak mempunyai EEG yang normal. Tumor otak sendiri tidak memberi aktivitas

listrik abnormal. Hanya neuron-neuron yang membuat ini pada daerah dekat tumor menjadi

abnormal sedemikian rupa sehingga hypersynchronisasi dari pelepasan-pelepasan listrik dari

beribu-ribu atau berjuta-juta sel saraf membentuk gelombang lambat atau gelombang runcing

pada EEG. Mungkin tumor ini memberi kelainan metabolik dari neuron-neuron didekatnya,

mungkin dengan tekanan langsung, oedema atau mengacau (merusak) innervasi daerahnya.

Meningoma menunjukkan sedikit abnormalitas pada E.E.G. Pada kasus-kasus didapatkan 53%

dengan focus abnormal. Pada meningioma intraventriculer enam dari delapan kasus

menunjukkan EEG yang abnormal.1

Foto Tengkorak

Beberapa sarjana menyatakan bahwa perubahan-perubahan dari X foto tengkorak pada

meningioma 22,5% adalah normal, 75,5% abnormal. Kelainan radiologis tersebut adalah:

Hyperostosis : 25% – 44,1%

Pembesaran dari canalis yang dilalui oleh arteri meningiamedia (foramen Spinosum) :

25%

Perkapuran dari tumor : 3% — 20%

Kerusakan dari tulang : 1,5% – 16,1%

Page 12: Meningioma 7

Pembuatan specule : 4,3%  adalah pembuatan tulang-tulang baru sebagai tiang yang

ramping tegak lurus pada permukaan tulang yang normal.

Penebalan tulang yang difus

Hyperostosis dan kalsifikasi tumor terutama Psammomatous merupakan tanda yang paling

penting untuk diagnosa meningioma disamping peningkatan Vascularisasi dan kerusakan tulang.1

Angiografi

Kelainan pembuluh darah yang paling khas pada meningioma adalah adanya pembuluh darah

yang memberi darah pada neoplasma oleh cabang-cabang arteri sistim karotis eksterna. Bila

mendapatkan arteri karotis ekstema yang memberi darah ke tumor yang letaknya intrakranial

maka ini mungkin sekali neningioma.1

Meningioma menunjukkan ciri-ciri paling khas sebagai berikut:: (i) Mendapat darah dari sistim

karotis eksterna. (ii) Homogenous akan tetapi sharphy sircumscribed cloud, ya itu adanya tumor

cloud yang homogen dari cairan kontras pada seluruh tumor. Batas vaskuler intrinsik dari

meningioma sering jelas sekali dan konfigurasinya berbentuk bulat-bulatan (lobulated). Dan (iii).

Tetap adanya cairan kontras dalam tumor.1

Terdapat tetap adanya tumor cloud untuk waktu yang agak lama pada serialogram. Tumor Stain

masih terlihat pada film terakhir ialah delapan sampai sembilan detik setelah permulaan dari

injeksi cairan kontras. (iii) lebih dapat dipercaya daripada (ii).1

Pneumoensefalografi atau Ventrikulografi

Pneumografi dapat menunjukkan paling jelas tumor intraventrikuler dan tumor yang letaknya

dalam, dekat pada ventrikel atau mengadakan invasi pada struktur di garis tengah (invading

midline structures).1

Brain Scan

Page 13: Meningioma 7

Brainscan biasanya kurang cermat untuk diagnosa dari tumor yang tumbuh lambat dan berasal

dari glia. Mungkin tak lebih dari separo menunjukkan Brainscan yang positip. Keterbatasan atau

kejelekan dari radionucleide brainscan ini ialah tak dapat memberi petunjuk yang dapat

dipercaya mengenai jenis atau macam nature dari lesi. Ia hanya menunjukkan suatu daerah

dengan uptake yang abnormal dalam kepala, yang dapat sebagai neoplasma, vaskuler, radang

atau trauma. Ia tak memberi informasi mengenai status dari otak dan derajad dari deformitas atau

adanya edema otak, dilatasi ventrikel atau tekanan intrakranial yang tinggi. Dalam hal ini, C.T.

scan dari otak lebih superior dibandingkan dengan isotop brainscan.1

Computerized Tomography scan (CT scan)

Meningioma biasanya lebih padat dibandingkan dengan otak oleh karena adanya Calcium dalam

tumor. Nilai absorpsi mungkin antara 20 – 300 Um, dan lesi-lesi itu dengan densitas sedang,

bertambah jelas dengan penyuntikan, kontras walau dengan jumlah yang sedikit (20 – 40 cc).

Bila meningioma dengan densitas sangat mendekati otak,maka kita dapat salah menerka edema

sebagai tumor dan dapat mendiagnosis salah sebagai glioma. Sesuai dengan laporan BECKER

dkk (1) bila meningioma mengandung banyak calcium, ia sangat padat dan diagnosisnya jelas.1

CT. Scan dapat menunjukkan ventrikel dan ruangan subarachnoid, juga massa tumor, sering

dapat memberi informasi tentang lokalisasi secara terperinci. Histopatologik. Histopatologi dari

meningioma menunjukkan gambaran yang beraneka ragam. Beberapa sarjana membagi menjadi

gambaran yang sederhana didasarkan jenis yang paling sering didapatkan.1

Pembiakan jaringan (Tissue Culture)

Sejak tahun 1928 pembiakan jaringan meningioma telah dilakukan, tetapi tidak didapatkan

bentuk-bentuk pertumbuhan, sampai COSTERO dkk pada th 1955 mendapatkan pertumbuhan

meningioma whorls yang khusus. Bentuk whorls tidak selalu didapatkan pada semua pembiakan

jaringan meningioma, tetapi whorls ini merupakan tanda khas adanya meningioma dan tidak

pernah didapatkan pada tumor-tumor yang lain baik intra maupun ekstraserebral.1

Menurut U.I.C.C. (Unio Internationalis Contra Cancrum) gambaran histopatologi sebagai

berikut:

Page 14: Meningioma 7

Epitheloid

Meningotheliomatous

Endotheliomatous

Fibroblastic / Fibromatous

Psammomatous1

2.9 PENATALAKSANAAN

Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama. Beberapa

faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran dan

konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat

operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah

berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya mengangkat

seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan kejadian

rekurensi.4 Klasifikasi Simpson untuk reseksi meningioma intracranial dapat dilihat pada table

2.2

Rencana preoperatif

Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan dapat segera diberikan,

deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2 antagonis beberapa hari sebelum operasi

dilaksanakan.4

Pemberian antibiotik perioperatif digunakan sebagai profilaksis pada semua pasien untuk

organisme stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas

terhadap organisem pseudomonas, serta pemberian metronidazol (untuk organisme anaerob)

ditambahkan apabila operasi direncanakan dengan pendekatan melalui mulut, sinus paranasal,

telinga, atau mastoid.4

Grade I Gross total resection of tumor, dural attachments and abnormal bone

Page 15: Meningioma 7

Grade II Gross total resection of tumor, coagulation of dural attachments

Grade III Gross total resection of tumor, without resection or coagulation of dural

attachments, or alternatively of its extradural extensions ( e.g invaded sinus or

hyperostotic bone)

Grade IV Partial resection of tumor

Grade  V Simple decompression (biopsy)

Tabel 2.2 Klasifikasi Simpson untuk reseksi meningioma intracranial4

Operasi

Meningioma yang terletak di vault biasanya dapat dioperasi seluruhnya. Pada basis otak terdapat

kesukaran tekhnis untuk diambil seluruhnya.1

Drainage ventrikel

Cara ini digunakan umpamanya pada neoplasma dari fossa posterior dengan obstruksi akut dari

sistem ventrikel, tekanan intrakranial meningkat secara massif dan oedema otak yang ikut

menyertainya.1

Penutupan vaskuler

Cara ini digunakan paling sering pada meningioma dengan banyak sekali pembuluh darah

(highly vascular meningioma). Biasanya dilakukan ± 24 jam sebelum operasi yaitu penutupan

dari arteria karotis eksterna yang memberi darah pada tumor dengan macam-macam tehnik

embolisasi.1

Pembesaran lapangan operasi (Operative magnification)

Penggunaan microscope bedah atau loupe dengan cahaya fiberoptic memberi dimensi baru untuk

pendekatan operasi, dari banyak tnmor.1

Terapi Ajuvan

Page 16: Meningioma 7

Radioterapi

Penggunaan external beam irradiation pada meningioma semakin banyak dipakai untuk terapi.

External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy dilaporkan efektif untuk melanjutkan terapi

operasi meningioma reseksi subtotal, kasus-kasus rekurensi baik yang didahului dengan operasi

sebelumnya ataupun tidak. Pada kasus meningioma yang tidak dapat dioperasi karena lokasi

yang sulit, keadaan pasien yang buruk, atau pada pasien yang menolak dilakukan operasi,

external beam irradiation masih belum menunjukkan keefektifitasannya. Teori terakhir

menyatakan  terapi external beam irradiation tampaknya akan efektif pada kasus meningioma

yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang mendukung teori ini belum banyak

dikemukakan.4

Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan pertimbangan komplikasi yang

ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf optikus sangat rentan mengalami kerusakan

akibat radioterapi. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan berupa insufisiensi  pituitari ataupun

nekrosis akibat radioterapi.4

Radiasi Stereotaktik

Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960an

menggunakan alat Harvard proton beam. Setelah itu penggunaan stereotaktik  radioterapi ini

semakin banyak dilakukan untuk meningioma. Sumber energi yang digunakan didapat melalui

teknik yang bervariasi, yang paling sering digunakan adalah sinar foton yang berasal dari Co

gamma (gamma knife) atau linear accelerators (LINAC) dan partikel berat (proton, ion helium)

dari cyclotrons. Semua teknik radioterapi dengan stereotaktik ini dapat mengurangi komplikasi,

terutama pada lesi dengan diameter kurang dari 2,5 cm.4

Steiner dan koleganya menganalisa pasien meningioma yang diterapi dengan gamma knife dan

diobservasi selama 5 tahun. Mereka menemukan sekitar 88% pertumbuhan tumor ternyata dapat

dikontrol. Kondziolka dan kawan-kawan memperhitungkan pengontrolan pertumbuhan tumor

dalam 2 tahun pada 96 % kasus. Baru-baru ini peneliti yang sama melakukan studi dengan

sampel 99 pasien yang diikuti selama 5 hingga 10 tahun dan didapatkan pengontrolan

Page 17: Meningioma 7

pertumbuhan tumor  sekitar 93 % kasus dengan 61 % massa tumor mengecil. Kejadian defisit

neurologis baru pada pasien yang diterapi dengan stereotaktik tersebut kejadiannya sekitar 5 %.4

Kemoterapi

Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum banyak diketahui efikasinya

untuk terapi meningioma jinak maupun maligna. Kemoterapi sebagai terapi ajuvan untuk rekuren

meningioma atipikal atau jinak baru sedikit sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi

menggunakan regimen kemoterapi (baik intravena atau intraarterial cis-platinum, decarbazine

(DTIC) dan adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung),

walaupun regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak. Laporan dari

Chamberlin pemberian terapi kombinasi menggunakan cyclophosphamide, adriamycin, dan

vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup dengan rata-rata sekitar 5,3 tahun.

Pemberian obat kemoterapi lain seperti hydroxyurea sedang dalam penelitian. Pertumbuhan sel

pada meningioma dihambat pada fase S dari siklus sel dan menginduksi apoptosis dari beberapa

sel dengan pemberian hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu kasus pemberian hydroxyurea ini

memberikan efek pada pasien-pasien dengan rekurensi dan meningioma yang tidak dapat

direseksi. Pemberian Alfainterferon dilaporkan dapat memperpanjang waktu terjadinya rekurensi

pada kasus meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang menimbulkon toksisitas

dibanding pemberian dengan kemoterapi.4

Pemberian hormon antogonis mitogen telah juga dilakukan pada kasus dengan meningioma.

Preparat yang dipakai biasanya tamoxifen (anti estrogen) dan mifepristone (anti progesteron).

Tamoxifen (40 mg/m2 2 kali/hari selama 4 hari dan dilanjutkan 10 mg 2 kali/hari) telah

digunakan oleh kelompok onkolologi Southwest pada 19 pasien dengan meningioma yang sulit

dilakukan reseksi dan refrakter. Terdapat pertumbuhan tumor pada 10 pasien, stabilisasi

sementara pertumbuhan tumor pada 6 pasien, dan respon minimal atau parsial pada tiga pasien.

Pada dua studi terpisah dilakukan pemberian mifepristone (RU486) 200 mg perhari selama 2

hingga 31 bulan. Pada studi yang pertama didapatkan 5 dari 14 pasien menunjukkan perbaikan

secara objektif yaitu sedikit pengurangan massa tumor pada empat pasien dan satu pasien

gangguan lapang pandangnya membaik walaupun tidak terdapat pengurangan massa tumor;

Page 18: Meningioma 7

terdapat pertumbuhan ulang pada salah satu pasien tersebut. Pada studi yang kedua dari

kelompok Netherlands dengan jumlah pasien 10 orang menunjukkan pertumbuhan tumor

berlanjut pada empat pasien, stabil pada tiga pasien, dan pengurangan ukuran yang minimal pada

tiga pasien. Tiga jenis obat tersebut sedang dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang

lebih besar pada meningioma tetapi sampai sekarang belum ada terapi yang menjadi prosedur

tetap untuk terapi pada tumor ini.4

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosa banding tergantung dari bentuk gejala sebenarnya dan usia penderita. Telah dibuat

sejumlah diagnosa banding pada beberapa penyelidikan.Kira-kira separo dari kasus-kasus

dengan insuffisiensia serebral sepintas lalu dan berulang-ulang pada penderita yang tua

menyerupai infark otak atau insuffiensia serebro vaskuler. Seringkali juga menyerupai chronic

subdural hematoma, perdarahan subarachnoid dan meningitis serosa.1

PROGNOSIS

Pada umnmnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang sempurna

akan memberikan peyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa snrvivalnya relatif lebih

tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-

anak lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat

besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10% meningioma akan

mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi.1

Sejak 18 tahun meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan bila letaknya mndah dapat

diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan tampak bila ada:

invasi dan kerusakan tulang

tumor tidak berkapsul pada saat operasi

invasi pada jaringan otak.1

Page 19: Meningioma 7

Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan, dengan kemajuan

tehnik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka kematian post operasi makin kecil.

Diperkirakan angka kematian post operasi selama lima tahun (1942–1946) adalah 7,9% dan

(1957–1966) adalah8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitn

perdarahan dan oedema otak.1

KESIMPULAN

Meningioma intrakranial merupakan tumor intrakranial kedua yang tersering disamping glioma,

perjalananya sangat lambat dan lebih sering didapatkan pada wanita pada usia 50 – 60 th. Diduga

sebagai penyebabnya adalah trauma, kehamilan dan virus. Lokalisasi tersering didaerah supra

tentorial di para sagital. Permulaan sampai timbul gejala-gejala rata-rata 26 bulan. Gejala-gejala

umum seperti tumor intrakranial disertai gejala-gejala fokal tergantung lokalisasi dari tumor.

Diagnosa dibuat berdasarkan pemeriksaan tumor intracranial pada umumnya, yaitu dibuat

berdasarkan pemeriksaan klinik , E.E.G., x-foto tengkorak, angiografi, PEG atau ventrikulografi.

Diagnosa banding seringkali menyerupai insuffisiensi serebral sementara dan berulang-

ulang,infark otak, chronic  subdural hematoma, perdarahan sub archnoid dan meningitis.serosa.

Pengobatan dengan operasi, drainage ventrikel, penutupan vaskuler, pembesaran lapangan

operasi. Prognosa pada umumnya baik, survival rate lima tahun adalah 75%. Angka kematian :

diperkirakan post operasi selama lima tahun (1942 – 1946) adalah 7,9% dan (1957 – 1966)

adalah 8,5%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Widjaja D, Fauziah B. Meningioma Intrakranial. 1979. Diunduh dari

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09MeningiomaIntrakranial016.pdf/

09MeningiomaIntrakranial016.html

2. 2. Manajemen Meningioma. Diunduh dari

http://www.neuro-onkologi.com/articles/Manajemen Meningioma.doc

3. 3. Patogenesis Histopatologi dan lasifikasi Meningioma. Diunduh dari www.neuro-

onkologi.com/…/Patogenesis, histopatologi dan klasifikasi meningioma.doc

Page 20: Meningioma 7

4. Yusup FXEG. Histopatologi Tumor Otak. 1992. Diumduh dari

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09HistopatologiTumorOtak077.pdf/

09HistopatologiTumorOtak077.html