Transcript

Makalah Analisis Struktur III

“MOMEN INERSIA”

Dosen Pengampu:

Faqih Maarif, S.Pd

Disusun Oleh:

Deni Maulana

5115111020

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

Jl. Lingkar Utara, Jombor, Sleman, Yogyakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilaalamiin puji syukur kehadirat Allah s.w.t , yang

senantiasa melimpahkan rahmat serta inayah-Nya sehingga penyusun masih

diberikan kesempatan untuk dapat menyusun makalah Analisis Struktur III ini.

Dan tak luput pula penyusun ucapkan rasa terima kasih kepada beliau

bapak Faqih Maarif, S.Pd yang telah memberi bimbingan sehingga penyusun

dapat menyelesaikan Makalah sesuai dengan materi yang diberikan.

Penyusunan makalah Analisis Struktur III “MOMEN INERSIA” ini

ditujukan agar kita semua tahu pengertian momen inersia, prinsip momen inersia,

dan perhitungannya.

Oleh karena itu, penyusun berharap semoga penyusunan makalah

mengenai “MOMEN INERSIA” ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Namun

penyusun juga sadar bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini, sehingga diharapkan bagi semua pihak untuk berpartisipasi

memberikan kritik dan sarannya demi kesempurnaan makalah ini.

Sekian yang dapat penyusun sampaikan, dan atas partisipasinya penyusun

ucapkan banyak terima kasih.

Jombor, November 2012

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................1

BAB II KERANGKA TEORITIK

2.1 Definisi Momen Inersia.......................................................................2

2.1 Macam-macam Momen Inersia...........................................................2

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

3.1 Perhitungan Momen Inersia................................................................5

3.1.1 Penentuan Titik Berat...........................................................5

3.1.1 Contoh Penerapan.................................................................6

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan..........................................................................................16

4.2 Saran....................................................................................................16

ii

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Inersia adalah kecenderungan benda untuk mempertahankan keadaannya

(tetap diam atau bergerak). Benda yang sukar bergerak dikatakan memilliki

inersia yang besar. Dalam dunia teknik sipil, perhitungan inersia atau momen

inersia sangat diperlukan untuk mengetahui besarnya inersia atau kecenderungan

suatu bangunan untuk tetap pada posisinya. Untuk keperluan tertentu perhitungan

momen inersia dan titik berat dapat digunkan misalnya untuk meruntuhkan

gedung-gedung tinggi.

Dengan mengetahui titik berat dari gedung yang akan diruntuhkan maka

proses peruntuhan gedung dapat dilakukan melalui pengeboman secara aman,

karena gedung yang dibom tersebut akan runtuh searah vertical sumbu beratnya

sehingga tidak menimpa banguan dan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Perhitungan inersia dan titik berat juga dapat digunakan untuk mengetahui

keseimbangan suatu bangunan air misalnya ponton, Mega-floating building dan

bangunan lainnya. Manfaat perhitungan momen inersia dalam kehidupan sangat

nyata dapat dirasakan sehingga pengetahuan tentang momen inersia harus

diketahui untuk menciptakan suatu bangunan dan metode pengahncuran

bangunan yang aman

1

BAB IIKAJIAN TEORI

2.1 Definisi Momen Inersia

Momen inersia adalah kelembaman suatu benda yang berotasi, yang

dirotasikan terhadap sumbu tertentu. Momen Inersia (I) adalah suatu besaran yang

memperlihatkan tentang usaha suatu sistem benda untuk menentang gerak

rotasinya. Besaran ini dimiliki oleh semua sistim benda (khusus padat) apapun

bentuknya.

Oleh karena itu momen inersia didefinisikan sebagai kecenderungan suatu

sistem benda untuk berputar terus atau diam sebagai reaksi terhadap gaya torsi

dari luar. Pada dasarnya menentukan momen inersia benda berwujud tertentu

seperti silinder pejal, dan bola cenderung lebih mudah dibandingkan jika mencari

besar momen inersia untuk bentuk benda yang tidak beraturan dengan distribusi

massa yang tidak sama.

Momen Inersia ( Ix dan Iy) merupakan momen kedua dari luasan tampang A

yang dihitung menurut kuadrat jarak antara pusat berat luasan (A) dengan sumbu

yang ditinjau (X dan Y),sedangkan momen inersia (J) yang dihitung terhadap

sumbu yang tegak lurus luasan tampang (Z) disebut sebagai momen inersia

polar.nilai ketiga jenis momen inersia ini disebut (Ix, Iy, dan J ) selalu berharga

positif. Momen sentrifugal (Ixy) yang dihitung berdasarkan jarak luasan tampang

terhadap sumbu x dan y dapat mengambil semua nilai real ( positif, negatif

maupun nol).

2.2 Macam-macam Momen Inersia

Nilai momenn inersia tergantung dari partikel penyusunnya, bentuk, dan

dimensi bangun atau bidang. Momen inersia dibagi menjadi 3 macam:

2

1. Momen Inersia Partikel

Konsep partikel itu berbeda dengan konsep benda tegar. Dalam gerak

lurus dan gerak parabola, misalnya, kita menganggap benda sebagai partikel,

karena ketika bergerak, setiap bagian benda itu memiliki kecepatan

(maksudnya kecepatan linear) yang sama. Ketika sebuah mobil bergerak,

misalnya, bagian depan dan bagian belakang mobil mempunyai kecepatan

yang sama. Jadi kita bisa mengganggap mobil seperti partikel alias titik.

Ketika sebuah benda melakukan gerak rotasi, kecepatan linear setiap

bagian benda berbeda-beda. Bagian benda yang ada di dekat sumbu rotasi

bergerak lebih pelan (kecepatan linearnya kecil), sedangkan bagian benda

yang ada di tepi bergerak lebih cepat (kecepatan linear lebih besar).

Gambar 1. Inersia Penampan Lingkaran

2. Momen Inersia Benda Tegar

Secara umum, Momen Inersia setiap benda tegar bisa dinyatakan sebagai

berikut : I = Σmr2

Benda tegar bisa kita anggap tersusun dari banyak partikel yang tersebar

di seluruh bagian benda itu. Setiap partikel-partikel itu punya massa dan tentu

saja memiliki jarak r dari sumbu rotasi. jadi momen inersia dari setiap benda

merupakan jumlah total momen inersia setiap partikel yang menyusun benda

itu.

3

3. Momen Inersia Benda-Benda yang Bentuknya Beraturan

Selain bergantung pada sumbu rotasi, Momen Inersia (I) setiap partikel

juga bergantung pada massa (m) partikel itu dan kuadrat jarak (r2) partikel dari

sumbu rotasi. Total massa semua partikel yang menyusun benda = massa

benda itu. Persoalannya, jarak setiap partikel yang menyusun benda tegar

berbeda-beda jika diukur dari sumbu rotasi.

4

BAB IIIPENYAJIAN DATA

3.1 Perhitungan Momen Inersia

Pendekatan untuk menentukan momen inersia dari suatu luasan dapat

diperoleh dengan membagi luas total menjadi luas tertentu. Momen inersia

masing-masing momen kemudian dapat dihitung dengan ΣAy2 dan Σ Ax2 .

Momen inersia dari luasan total adalah sama dengan jumlah momen inersia dari

komponen luasan. Ini akan mengasilkan nilai pendekatan momen inersia dengan

tingkat akurasi sebagai fungsi dari ukuran yang dipilih pada luasan komponen.

Semakin kecil ukuran luasan komponen yang digunakan maka akan semakin

tinggi tingkat akurasinya.

Karena momen inersia adalah luasan kuadrat dikalikan jarak, maka satuan SI

adalah mm4 atau m4. Momen inersia selalu berharga positif. Besaran momen

inersia adalah diukur dari kemampuan suatu penampang luasan terhadap terhadap

tahanan tekuk (buckling) atau lentur (bending). Jadi jika dua buah balok terbuat

dari bahan yang sama, tetapi mempunyai luas penampang yang berbeda maka

balok dengan luas penampang lebih besar akan mempunyai nilai momen inersia

lebih besar. Akan tetapi balok dengan momen inersia lebih besar tidak selalu

mempunyai luas penampang lebih besar. Distribusi luasan relative terhadap

sumbu referensi akan juga menentukan besar momen inersia.

3.1.1 Penentuan Titik Berat Tampang

Titik berat suatu penampang dapat dipandang sebagai sebuah titik, yang

jika seluruh permukaannya dipusatkan di sana akan memberikan momen

statis yang nilainya sama terhadap kedua sumbu manapun juga,dengan kata

lain momen statis suatu penampag terhadap semua garis yang melalui pusat

berat penampang selalu bernilai nol.

Koordinat pusat berat tampang dapat dihitung menggunakan

persamaann di bawah ini;

5

X0 = Sy/A

Y0 = Xy/ A

3.1.2 Contoh Penerapan

Pecahkan permasalahan di bawah ini:

Suatu gedung akan dirancang dengan bentuk dan dimensi sebagai berikut:

Gambar 2. Tampang Benda

Tentukan titik berat, Y baru dan X baru, dan momen inersianya. ?

Step 1; Tentukan titik berat benda.

6

Gambar 3. Titik Berat Benda

Step 2: Cari nilai titik tengah masing-masing benda

Y1= 15 m X1: 3 m

Y2= 15 m X2: 13 m

Y3= 26,25 m X3: 8 m

Luas Benda:

A1= b1h1

= 6.30

= 180 m2

A2= b2h2

= 6.30

7

= 180 m2

A3= b3h3

=4. 7,5

=30 m2

Luas total= A1+A2+A3

= 180+180+30

= 390 m2

Step 3: Mencari nilai momen statis

Kemudian mencari nilai Sx:

Sx1= A1.Y1

= 180. 15

= 2700 m3

Sx2= A2. Y2

= 180. 15

= 2700 m3

Sx3= A3. Y3

= 30. 26,25

= 787,5 m3

Sx total = Sx1+ Sx2+ Sx3

8

= 2700+2700+787,5

= 6187,5 m3

Mencari nilai Sy:

Sy1= A1. X1

= 180. 3

= 540 m3

Sy2= A2. X2

= 180. 13

= 2340 m3

Sy3= A3Y3

= 30. 8

= 240 m3

Sy total = Sy1+ Sy2+ Sy3

= 540+2340+240

= 3120 m3

Step 4: mencari posisi Ybaru dan Xbaru sebagai ordinat pusat berat baru

benda monolit.

Mencari Ybaru dan Xbaru:

Y’=

9

=

= 15,86538 m

Didapat pergeseran Y menjadi Y baru(Y’) adalah 15,86538m.

Gambar 4. Ybaru Benda

Dari nilai Y’ dan gambar di atas dapat dicari nilai dy:

dy1=dy2 =(0,5 . 30)-Y’

=(15)-15,86538

10

= -0,865m

dy3 = (h1-Y’)-(0,5 . h3)

= (30-15,86538)-(0,5. 7,5)

= 14,13462 – 3,75

= 10,385m

Mencari X baru atau X’:

X’=

=

= 8 m

11

Gambar 5. Xbaru Benda

Dari nilai X’ dan gambar di atas dapat kita cari nilai dx:

dx1=(0,5.b1)- (0,5.b3+b1)

= (0,5.6)- (0,5. 4+6)

= -5m

dx2= (0,5.b3+b1)- (0,5.b1)

= (0,5. 4+6)- (0,5.6)

= 5m

dx3= 0 ; karena titik berat sejajar dengan Xbaru.

Step 5: Mencari Ix0 dan Iy0 =

a. Mencari Ix0

12

Ix01 = 1/12 .b.h3

=1/12 . 6.303

= 13500 m4

Ix02 = 1/12 .b.h3

=1/12 . 6.303

= 13500 m4

Ix02 = 1/12 .b.h3

=1/12 . 4.7,53

= 140,625 m4

Maka Ix0total= Ix0

1+ Ix02+ Ix0

2

= 27140,63 m4

b. Mencari Iy0

Iy01 = 1/12 .h.b3

=1/12 . 30. 63

= 540 m4

Iy02 = 1/12 .h.b3

=1/12 . 30. 63

= 540 m4

Iy03 = 1/12 .h.b3

=1/12 . 7,5. 43

13

= 40 m4

Maka Iy0total= Iy0

1+ Iy02+ Iy0

3

= 1120 m4

Step 6: Mencari Momen X dan Y:

a. Momen (Ady2)

A.dy21 = 180.(-0,865)2

= 134,6805 m4

A.dy22 = 180.(-0,865)2

= 134,6805 m4

A.dy23= 30.(10,385)2

= 3235,447 m4

Ady2total= A.dy2

1+ A.dy22+ A.dy2

3

= 3504,808 m4

b. Momen (A.dx²)

Adx21 = 180.(-5)2

= 4500 m4

Adx22 = 180.(5)2

= 4500 m4

Adx23 = 180.(0)2

= 0 m4

A.dx²total = Adx21+ Adx2

2+ Adx23

= 9000 m4

14

Inersia x (Ix)= Ix0total + Ady2

total

= 27140,63 + 3504,808

= 30645,43 m4

Inersia y (Iy)= Iy0total + A.dx²total

= 1120 + 9000

= 10120 m4

Dari data yang didapat dari hasil penyelesaian di atas dapat disajikan dalam

bentuk table sebagai berikut:

1. Perhitungan sifat tampang dengan acuan sumbu X

Tabel 1. Perhitungan Tampang Dengan Acuan Sumbu X

BagianLuas A

(m²)y (m) Sx (m³) dy (m) Ix˚ (m⁴)

A.dy²

(m⁴)

1 180 15 2700 -0.865 13500 134.6805

2 180 15 2700 -0.865 13500 134.6805

3 30 26.25 787.5 10.385 140.625 3235.447

390   6187.5   27140.63 3504.808

2. Penentuan sifat tam[ang dengan acuan sumbu Y

Tabel 2.Perhitungan Sifat Tampang Dengan Acuan Sumbu Y

BagianLuas A

(m²)x

(m)Sy (m³) dx (m) Iy˚ (m⁴) A.dx² (m⁴)

1 180 3 540 -5 540 4500

2 180 13 2340 5 540 4500

15

3 30 8 240 0 40 0

390   3120   1120 9000

16

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari materi yang telah dijelaskan di atas dapat diambil kesimpulan:

1. Momen inersia adalah kemampuan suatu benda untuk mempertahankan

keadaanya.

2. Momen inersia ditentukan oleh luas penampang, partikel, masa partikel,

dan jarak.

3. Perhitungan momen inersia terhadap suatu bangun akan lebih akurat jika

yang ditinaju partikelnya lebih kecil.

4. Semakin besar luasan penampang, semakin besar momen inersianya.

5. Dua buah benda yang ditinjau secara berbeda mempunyai titik berat yang

berbeda, namun setelah menjadi suatu benda monolit, maka bendatersebut

akan mempunya titik berat baru yang sama (Xbaru dan Ybaru)

6. Suatu permukaan akan mempunyai momen statis jika dipusatkan pada titik

beratnya.

7. Besarnya momen inersia selalu bernilai positif.

4.2 Saran

1. Untuk mendapatkan data yang akurat mengenai perhitungan momen inersia

suatu bangunan, maka tinjaulah menggunakan partikel yang lebih kecil.

17

DAFTAR PUSTAKA

Laintarawan, I Putu, dkk, S.T., M.T., 2009, Buku Ajar Mekanika Bahan, Denpasar:

Universitas Hindu Indonesia

Oerlee, dalam “Menghitung Momen Inersia”, dalam

http://oerleebook.wordpress.com/tag/momen-inersia/, diakses 05 November 2012,

pada 14.33 WIB

Widodo, Slamet, S.T., M.T., 2006,Mekanika Teknik III, Yoyakarta: Universitas

Negeri Yogyakarta.