Transcript
  • MALOKLUSI KELAS III ANGLE

    MAKALAH

    Dibawakan pada Seminar Pendidikan Sp-1 Bidang Ortodonti

    Oleh :

    ISNANIAH MALIK

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    BANDUNG

    1989

  • i

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah Sub-

    hanahu Wa Talala, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

    penyusunan makalah ini dalam rangka melengkapi tugas di

    Semester II Pendidikan Spesialis-1 bidang Ortodonti Fa-

    kultas Kedokteran Gigi Universitas Fadjadjaran Tahun aka-

    kademik 1988/1989.

    Mengingat keterbatasan waktu maka penulis tidak

    dapat mengumpulkan bahan tulisan yang lebih banyak, se-

    hingga pembahasan mengenai maloklusi Kelas III ini penulis

    kemukakan secara singkat.

    Harapan penulis semoga perubahasan singkat ini dapat

    memenuhi persyaratan tugas yang diberikan. Seiain itu, juga

    dapat bermanfaat bagi menambah wawasan pengetahuan penulis

    di bidang ortodonti khususnya serta rekan-rekan peserta

    Pendidikan Spesialis-1 bidang Ortodonti Fakultas

    Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran pada umumnya.

    Bandung, J uli 1969

    Penulis

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .....................................

    DAFTAR ISI ........................................ DAFTAR GAMBAR ...................................... BAB I : PENDAHULUAN .................................

    Halaman

    BAB II : MALOKLUSI KELAS III .......................

    A. Pengertian ...........................

    B. Klasifikasi Maloklusi ...............

    C. Etiologi Maloklusi III .............................. D. Cara Menegakkan Diagnosa Maloklusi Kelas

    III . .

    E. Differential Diagnosis antara Maloklusi

    Kelas III Sejati dan Pseudo Maloklusi

    BAB III : TERAPI MALOKLUSI KELAS III .. .............. .

    A. Terapi Kelas III pada Gigi Susu ..

    B. Terapi Maloklusi Pseudo Kelas III .. C. Terapi Maloklusi Kelas III Sejati ..

    BaB I V : K E S I M P U L A N.

    . PUSTAKA .........................................

    1

    2

    2

    6

    7

    Kelas III .....................

    16

    18

    21

    31

    32

  • iii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1 K elas I (normal) ........................ 4

    2 Maloklusi kelas III ...................... 4

    Tipe-tipe maloklusi kelas III . 5

    4 Ciri-ciri maloklusi kelas III . 8

    .

    Gambaran sefalometrik skeletal I dan ske

    letal II ...................................... 10

    Panjang basis cranii diukur dari posisi Na-

    sion yang mempengaruhi sudut ANB ...............12

    7 Pseudo kelas III ..............................

    8 Skeletal kelas III ............................

    Occlusal inclined plane bawah untuk memper

    baiki gigitan terbalik dan overclosure .. 19

    10 Retraksi anterior dengan "loop" vertikal . 28

    11 Pergerakan "enmasse" ........................... 28

  • 1

    BAB I

    Ortodonti merupakan suatu ilmu yang bertujuan untuk

    memperbaiki dentofasial anomali, sehingga memperoleh bentuk

    muka yang harmonis dan fungsi pengunyahan yang baik.

    Maloklusi kelas III merupakan salah satu kelainan

    yang jarang ditemukan. Menurut hasil penelitian yang telah

    dilakukan oleh Laboratorium Ortodonti Fakultas Kedokteran

    Gigi Universitas Padjadjaran Bandung, hanya terdapat 3,3 % dari pasien yang termasuk maloklusi kelas III.

    Meskipun maloklusi kelas III merupakan salah satu

    kelainan yang jarang dijumpai, tetapi kelainan ini sukar

    untuk dirawat.

    Penderita prognatisme mandibula mengeluh tentang

    kesukaran dalam pengunyahan dan terdapat gangguan fungsi

    bicara. Umumnya mereka menyadari akan deformitas yang di-

    akibatkan oleh protrusi rahang bawah dan seringkali merasa malu,

    sehingga dapat merusak kebahagiaan mereka dan mengganggu

    status sosial.

    Penyebab dari maloklusi kelas III ini bermacam-macam,

    antara lain karena faktor keturunan, gangguan hormonal,

    kelainan prenatal dan pengaruh lingkungan pada waktu anak

    dalam masa pertumbuhan.

    Dalam makalah ini akan penulis bahas mengenai etio-

    logi serta perawatan maloklusi kelas III.

  • 2

    BA B I I

    MALOKLUSI KLAS III

    A, Pengertian

    Oklusi gigi geligi dapat diartikan sebagai keadaan di

    mana gigi-gigi pada rahang atas dan gigi-gigi pada rahang

    bawah bertemu, pada waktu kedua rahang atas dan bawah

    menutup.

    Oklusi dari gigi geligi bukanlah suatu keadaan yang

    statis, karena mandibula dapat bergerak dalam berbagai

    posisi, sehingga oklusi dapat berupa oklusi sentrik, mesia

    1, distal, labial, supra dan infraklusi.

    Oklusi normal adalah sebagai hasil pertumbuhan dan

    perkembangan yang baik dari alat-alat pengunyahan. Maloklusi

    adalah keadaan gigi-gigi yang menyimpang dari oklusi

    normal atau dapat pula diartikan sebagai keadaan yang

    menyimpang dari hubungan normal antara gigi dengan gigi

    dalam satu lengkung atau antara gigi-gigi pada leng kung gigi atas dan gigi-gigi pada lengkung gigi bawah.

    Maloklusi dapat dibagi dalam tiga golongan, ya

    itu :

    1. Malposisi dan malrelasi dari tiap-tiap gigi.

    2. Malrelasi dari lengkung gigi dan tulang rahang.

    3. Malformasi dari bentuk tulang rahang.

    B. Klasifikasi Maloklusi

    Banyak klasifikasi yang dipergunakan untuk membe-

    dakan maloklusi.

    Klasifikasi maloklusi dari Angle paling populer dan ba

  • 3

    nyak dipakai. Beliau menggunakan gigi M1 sebagai patokan,

    sebab menurut anggapannya kedudukan dari gigi ini adalah

    yang paling stabil dan jarang berubah kedudukannya seperti

    gigi-gigi lain, karena gigi M1 ini tertanam dalam tulang

    zigomatikum yang kuat sekali.

    itu

    1. Maloklusi kelas I.

    2. ;kelas II. 3.

    Maloklusi kelas III.

    Dalam makalah ini, hanya akan dibahas persoalan-

    persoa lan mengena i ma lok lus i ke la s III sa ja .

    Yang dimaksudkan dengan maloklusi kelas III menurut

    Dr. Angle ia lah Lengkung gigi dan korpus dari mandibula

    mempunyai relasi yang bilateral mesial terhadap

    lengkung gigi maksila. Dengan perkataan lain mandibulanya

    terlalu benar (macromandible).

    Kriteria Dr. Angle tentang relasi lengkung - lengkung

    gigi atas dan bawah ialah :Posisi molar-molar tetap pertama.

    Pada oklusi normal, bonjol (cusp) mesio-bukal molar

    pertama atas terletak Pada lekuk (groove) bukal dari molar

    pertama bawah.

    Pada maloklusi kelas III letak bonjol mesio bukal

    dari molar permanen pertama rahang maksila berhadapan dengan

    ruang interdental di antara molar pertama dan molar kedua

    mandibula. Sebab itulah maka Lischer menamakan juga

    Mesioclusion.

    Bila karena salah satu sebab, terjadi pedanan lokal

    dari molar-molar ini,..atau gigi-gigi telah hilang, maka

    oklusi dari kaninus digunakan sebagai penuntun. Pada oklusi normal, kaninus atas molar sebagian dari

    Dr. Angle membagi maloklusi dalam tiga kelas, ya

  • sisi distal kaninus bawah dan seba gian dari sisi

    premolar pertama bawah.

    me s ia 1

    membagi maloklusi kelas III dalam

    Gambar r 1 1.

    Kelas I (normal).

    Gambar 2. kelas III.

    Dewey memperlengkap klasifikasi dari Dr. Angle ia

    1. Tipe I.

    Bentuk lengkung gigi atas dan bawah baik dan bila

    ditinjau satu persatu, sering kita mengira hubungan oklusi

    tentu akan baik pula. Letak gigi pada umumnya rata,

    baik di lengkung maksila maupun di lengkung mandibula.

    Gigitan menunjukkan edge to edge. Pengobatan pada tipe

    ini kerapkali kurang memuaskan, karena se-

    tiga tipe :

  • 5

    ring timbul retensi akibat kurangnya incisor overlap. 2.

    Tipe II.

    Incisivi mandibula berjubel-jubel dan dalam posi

    si linguo-versi terhadap incisivi maxilla.

    3. Tipe III.

    Lengkung gigi maksila kurang baik pertumbuhannya

    sedangkan lengkung gigi mandibula tumbuh berlebih-le-

    bihan, Incisivi maxilla kerapkali berjubel-jubel dan

    linguo-versi terhadap incisivi inferiores yang pa da umumnya

    rata susunannya. Pada tipe ini deformitas fasial dalam

    bentuk prognathisma terlihat paling jelas.

    Maloklusi kelas III dibedakan pula dalam : Subdivisi,

    kalau hanya sesisi saja yang menderita (unilateral). Pada

    mesioclusion unilateral inilah sering kita temui garis

    tengah yang abnormal.

    Menurut Dickson pembagian dalam bilateral dan uni

    lateral ini pada waktu sekarang tidak banyak digunakan lagi,

    karena banyak sarjana menganggap, lengkung gigi harus dipandang

    sebagai satu kesatuan, variasi-variasi antara kedua alat

    harus dianggap sebagai perpindahan lokal dari

    . Tipe I

    Tipe II

    Gambar 3.

    Tipe-tipe

    maloklusi kelas

    Tipe III

  • 6

    bih dari separuh ma loklusi yang timbul, disebabkan karena

    segmen-segmen bukal pada satu sisi. Perpindahan ini hanya

    bersangkut-paut dengan mahkota melulu, tiada relasi dengan

    rahang sebagai satu kesatuan.

    Istilah-istilah lain yang sering dipakai untuk me-

    nyatakan maloklusi kelas III ialah : Progenis, Progna-

    thisme; Prognathisme Mandibuler, Protrusi Mandibuler.

    Akhirnya, bila dinyatakan dengan indeks, maka baru

    dinamakan Progenia kalau gnathis indeksnya diatas 103. Yang

    dimaksudkan dengan gnathis indeks ialah derajat prominensia

    mandibula, dinyatakan da lam prosentasi oleh jarak dari

    basion ke bagian terdepan dari mandibula terhadap jarak

    basion ke titik tengah dari sutura nasalis.

    C. Etiologi Maloklusi Kelas III

    Pertumbuhan yang berlebihan dari mandibula mempunyai

    penyebab yang bermacam - macam, dapat karena keturunan,

    dapat disebabkan gangguan hormonal, dapat pula karena

    penyakit-penyakit depresiensi den infeksi, kelainan prenatal

    dan pengaruh lingkungan pada waktu anak dalam masa

    pertumbuhan.

    Faktor predisposisi yang terdiri dari :

    1. Faktor hereditas.

    2. Faktor hormonal.

    3. Kelainan-kelainan prenatal.

    4. Penyakit-penyakit infeksi dan defisiensi.

    Sedangkan pengaruh lingkungan kita golongkan sebagai pe

    nyebab yang mempunyai pengaruh langsung (hausa determi-

    nasi).

    Hasil pemeriksaan statistik menunjukkan bahwa le

  • 7

    faktor lingkungan ini.

    Penyebab yang dapat secara langsung meniinbulkan

    maloklusi kelas III adalah :

    1. Makroglosi.

    2. Trauma.

    3. Kebiasaan-kebiasaan jelek, seperti : menonjolkan lidah,

    - mengisap jari dan sebagainya.

    4. Gigi susu posterior atas yang tanggal sebelum

    nya waktu

    5. Gigi susu molar bawah yang tanggal sebelum waktunya.

    6. Retensi yang terla lu lama dari insisif susu atas.

    Cara menegakkan Diangnosa Maloklusi Kelas III

    Hal yang penting di dalam menentukan klasifikasi -

    yang dapat dari maloklusi adalah hubungan mandibula dengan

    gigi-gigi yang terdapat padanya dengan kranium.

    Andaikata hanya berdasarkan hubungan mandibula de-

    ngan gigi.-giginya, maka ini -sering membingungkan dan _tidak

    jelas dalam menentukan klasifikasi maloklusi. Terdapat tanda-

    tanda lain yang penting yang dapat dipakai sebagai pegangan

    dalam menentukan lokasi mandibula, antara lain :

    1. Hubungan bidang inklinasi .

    Hubungan bidang inklinasi merupakan petunjuk yang baik

    untuk mengetahui hubungan dan posisi terhadap basis

    kranii, asal saja posisi dari tiap-tiap gigi di dalam

    deretan lengkung mempunyai relasi yang normal terhadap

    tulang basal. Yang menjadi patokan yang penting dalam

    hubungan ini adalah gigi molar tetap atas pertama dan

    kaninus atas.

    Bila pada waktu beroklusi, bonjol mesial molar bawah

  • dilihat dari mesial - distal berkontak dengan bagian distal

    premolar kedua atas dan bagian mesial molar pertama atas,

    juga letak kaninus atas interlock antara kaninus bawah dan

    premolar bawah. Maka berarti mandibula dengan gigi-gigi yang

    terdapat padanya mempunyai hubungan yang normal dengan

    basis kranii , dan digolongkan sebagai maloklusi kelas I (

    Neuroklus i )

    Bila terlihat keadaan di mana gigi-gigi dan lengkung

    gigi bawah terletak lebih mesial daripada normal dalam

    hubungannya dengan gigi-gigi dan lengkung gigi atas. Bonjol

    mesio bukal molar pertama atas terletak lebih distal daripada

    "bucca 1 groove" molar pertama bawah. Maka jelaslah ini menun jukkan keadaan maloklusi kelas III.

    Gambar 4. Maloklusi kelas III.

    1. Buccal groove, molar pertama bawah.

    2. Mesiobucca1 cusp molar pertama atas.

    3. Posisi gigi kaninus atas.

    4. Posisi gigi kaninus bawah.

    1, 1

  • 9

    2. Dengan mempelajari foto muka baik pandangan depan

    pun dari samping.

    maupun

    Dari foto muka kita dapat mempelajari gambaran muka

    untuk menentukan derajat dan distribusi pertumbuhan

    mandibula.

    Penilaian dari foto muka dapat memberikan hasil yang

    meragukan, terutama bila terdapat suatu keadaan otot-

    otot yang abnormal, sering terlihat di regio simfisis

    mandibula. Hipertropi dan hipertonus otot-otot mentalis

    , quadrati labii inferior, triangularis, dan orbikularis

    oris sering menutupi ge ja la pergerakan ke arah distal

    dari mandibula.

    Di samping itu kita juga dapat mempelajari dari foto oklusi gigi geligi, baik dari samping maupun foto gigi dari

    depan, sehingga dapat dilihat keadaan oklusi gigi secara

    nyata.

    3. Gambaran sefa lometrik.

    Gambaran sefalometrik sangat berguna untuk mem

    perlihatkan gambaran pertumbuhan yang abnormal dan kelainan

    - kelainan letak gigi.

    Pada kasus-kasus maloklusi di mana terdapat penebalan

    otot-otot sekitar mulut sehingga dengan gambaran foto

    muka tidak dapat ditarik kesimpulan.

    Maka dengan membuat gambaran sefalometrik dapat memberikan

    keterangan yang memuaskan.

    Radiogram profil ini akan memperlihatkan hubungan antara

    gigi insisif dengan tulang di bawahnya.

    Pada neuroklusi, posisi aksial insisif bawah adalah

    tegak lurus dengan mandibula.

    Terdapat beberapa ana lisa da lam sefa lometrik, antara

    lain analisa menurut Downs. Dalam analisanya ,

  • 10

    Downs membagi studi dalam dua pokok ya tu pola skeletal

    (sksletal pattern) dan relasi gigi terhadap pola skeletal

    (dental pattern).

    Downs memakai bidang Frankfurt horizontal sebagai

    dasar orientasi.

    Downs menentukan hubungan antero posterior dengan

    memakai titik-titik A dan B. Dia menghubungkan titik A

    dan titik B ini masing-masing dengan Sella Tursica dan Nasion.

    Garis-garis ini membentuk sudut-sudut dengan Dataran Sella-

    Nasion.

    Besar SNA rata-rata adalah 80.

    Besar SNB rata-rata 77.

    Angka-angka ini adalah nilai rata-rata apabila basis geligi

    mempunyai relasi yang normal terhadap basis cranii. Selisih

    SNA dan yaitu ,SNB menunjukkan derajat prognathisma

    mandibular. Kalau ANB lebih besar dari 3, make relasi

    mandibula terhadap maksila ada lah post normal . ,

    sedangkan bile ANB negatif, mandibula adalah pre normal

    terhadap maksila.

    Keuntungan metoda Down ini ialah relasi kedua titik A

    dan B ditentukan terhadap Basis Cranii. Juga kedua titik ini

    terletak pada basis apikalis sehingga mempunyai relasi

    terhadap posisi apikal dari insisif.

    Gambar 5. Gambaran sefalometrik skeletal I dan skeletal III.

    Skeletal I Skeletal III

  • 11

    Differential Diagnosis antara Kelas III sejati dan Pseudo

    Kelas III

    1. Kelas III sejati.

    Dinamakan juga skeletal kelas III dan ter adi bila

    korpus mandibula mempunyai panjang yang abnormal

    (macromandible). Menurut Schwarz prognathisma sejati

    hanya mungkin terjadi bile orang mempunyai predisposisi

    herediter ke arah pertumbuhan korpus mandibula yang berlebih-

    lebihan

    2. Pseudo kelas III.

    Sering dinamakan juga Postural kelas III atau

    prognathisma tipe dento-alveolaris. Pseudo kelas III ini

    dalam klasifikasi Dr. Angle sebenarnya termasuk -

    maloklusi kelas I tipe 3, karena perkembangan mandibula

    normal dan maksilalah yang pertumbuhannya tidak baik.

    Juga retensi terlalu lama dari insisif susu dapat

    menyebabkan pseudo kelas III. Terlihat insisif atas

    dalam keadaan retrusi, sehingga insisif rahang bawah

    labial letaknya: Sebab itulah bahkan ada sarjana yang

    mengusulkan untuk menamakan pseudo kelas III sebagai

    Maloklusi kelas III divisi 2, analog dengan maloklusi

    kelas II divisi 2 dari Dr. Angle. Kelas III, sejati

    dapat dinamakan maloklusi kelas III divisi 1, analog

    dengan maloklusi kelas II divisi 1 dari Angle.

    Untuk mengetahui apakah mandibula yang bertumbuh

    berlebih-lebihan, atau maksila yang tumbuhnya kurang dari

    normal, atau kedua-duanya, make studi dengan cephalometri

    berguna sekali.

    Bila sudut SNA kurang dari angka rata-rata yaitu

    800, dan bile SNB sudutnya sama besar dengan angka rata-

  • i

    rata, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa maksila yang

    tidak baik pertumbuhannya dan maloklusi adalah pseudo kelas

    III.

    Bila sudut SNA sesuai dengan angka rata-rata,

    tapi SNB jauh lebih besar dari 770, maka maloklusi

    2dalah kelas III se jati.

    Gambar 6.

    Panjang basis cranii diukur dari posisi Nasion yang mem-pengaruhi sudut ANB.

    Ini berarti bahwa panjang basis cranii (dataran S-

    N) mempunyai hubungan erat dengan maloklusi. Oleh karena

    itu sudut rata-rata SNA harus disesuaikan untuk bermacam-

    macam bangsa.

    te-

    ini

  • 13

    Gambar 7. Pseudo kelas III ( t i t ik-t i t ik menun jukkan posisi yang normal).

    Gambar 8. Skeletal kelas III (titik-titik menunjukkan posisi yang normal).

  • BAB III

    14

    TERAPI MALOKLUSI KELAS III

    Waktu yang paling ideal untuk pengobatan maloklusi

    macam ini ialah pada umur yang muda sekali, selekas kita dapat

    mengharapkan kooperasi yang memuaskan dari pasien,

    pengobatan dapat segera dimulai. Sebab pada masa muda se-

    kali, gaya pertumbuhan yang menyimpang dari normal belum

    menghasilkan modifikasi banyak pada bentuk mandibula, dan

    keadaan yang menguntungkan ini harus dipergunakan sebaiknya.

    Telah diketahui, anomali kelas III ini sifatnya

    progresif bila anak bertumbuh makin tua. Jika pengobatan

    baru dimulai ketika premolar-premolar dan molar kedua sudah

    erupsi, maka perubahan abnormal dari mandibula pada umumnya

    sudah sedemikian lanjutnya sehingga kita mengalami kesukaran

    besar. Perimbangan fasial sudah lenyap dan bentuk muka

    sudah tidak harmonis lagi. Pengobatan dengan cara mengkoreksi

    yang abnormal dengan alat - alat maupun latihan - latihan

    hanya dapat menghilangkan sebagian

    dari deformasi saja.

    Sifat maloklusi kelas III yang sejati kalau tidak

    mendapat perawatan hampir selalu berlanjut menjadi progresif.

    Biasanya kelainan ini mulai bermanifestasi antara umur 14

    sampai 30 tahun. Strang beranggapan, bila kita men jumpai

    pasien dengan tendensi maloklusi kelas III , orang tua

    pasien harus dianjurkan agar anaknya secepat mungkin mendapat

    pengobatan. Tetapi Strang menambahkan , meskipun pengobatan

    pada saat muda amat dianjurkan, observasi harus terus

    dilanjutkan sampai anak mencapai usia pubertas. Ini perlu

    karena berbarengan dengan pertumbuhan yang pesat selama

    masa remaja, mandibula juga mempunyai tendensi hebat untuk

    bertumbuh maju ke depan,sehingga

  • BAB III

    14

  • 15

    kalau tidak dicegah dengan alat mekanik, maloklusi sering

    timbul kembali.

    Tulley dan Campbell sebaliknya beranggapan bahwa

    perawatan pada waktu anak masih bergeligi susu kurang mem-

    punyai nilai yang nyata kalau pasien menderita maloklusi

    kelas III sejati, karena bila kelak insisif permanen bererupsi,

    perawatan lanjutan kerap kali tetap diperlukan. Memang kita

    sering mendapatkan perubahan yang dramatik pada pengobatan

    geligi susu (deciduous dentition),tetapi hasil ini semata-

    mata disebabkan tekanan labium inferior kepada insisif

    bawah atau ditiadakannya perpindahan mandibula (mandibular

    displacement) yang dapat terjadi pada masa geligi susu.

    Tekanan melalui dagu dengan suatu head gear atau servikal

    strap hingga kini belum dapat dibuktikan dapat mengubah arah

    atau menahan pertumbuhan mandibula .

    Terapi maloklusi kelas III dalam garisbesarnya dapat

    dibagi dalam tiga golongan besar :

    1. Tanpa alat-alat Ortodonti :

    a. Dengan ekstraksi.

    b. Dengan jalan menstimulir otot-otot sekitar ruang

    mulut tertentu :

    1 ) Latihan Platisma.

    2) Belajar memainkan alat-alat musik tiup tertentu.

    c. Memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah :

    1) Kebiasaan menelan yang salah.

    2) Pernafasan melalui mulut.

    3) Menghilangkan kebiasaan menghisap jari yang di-

    barengi dengan menarik-narik dagu.

  • 16

    . Dengan alat-alat Ortodonti.

    a. Ekstra oral anchorage.

    Menekan dagu dengan menggunakan chincap yang dile-

    katkan pada headgear, headcap atau cervical strap.

    b. Intra oral anchorage.

    1) Alat-alat yang dapat dilepas (removable) :

    a) Landasan aktip (active plate). -

    Dengan pir berbentuk S. - Dengan

    sekerup ekspansi.

    b) Aktivator.

    - Pelat dari Andreson-HPupl.

    - Alat Andresen modifikasi Grossman (dibelah

    horizontal).

    2) Alat-alat Yang tidak dapat dilepas (fixed).

    a) Occ lusa 1 inclined plane.

    b) Cross-bite elastics untuk kelas III.

    c) Intermaxillary elastica untuk kelas III.

    d) Edge-wise arch appliance methode Dr. Tweed un

    tuk kelas III.

    3. Dengan jalan pembedahan.

    a. Ostectomi pada bagian Corpus Mandibulae.

    b. Ostectomi pada bagian Ramus Ascendens.

    c. Ostectomi atau Ostectomi daerah sekitar Process us

    Condyloideus.

    A. Terapi Maloklusi Kelas III pada Gigi-gigi Susu

    Bila kita menjumpai anak yang menderita maloklusi

    macam ini, Strang menasihatkan agar kita tidak ragu-ragu lagi

    untuk segera mengusulkan perawatan kepada orang tua

    nya .

  • 17

    Jikalau pasien datang sebelum pertumbuhan gigi susunya

    komplit, kita mengajarkan gerakan-gerakan yang dapat mencegah

    pertumbuhan mandibula. Seperti telah diketahui, musculi

    sekitar ruang mulut merupakan alat ortodonti alamiah yang baik

    sekali. Dengan melakukan latihan-latihan yang tepat, letak

    gigi dan bentuk lengkung yang abnormal dapat diperbaiki

    atau sedikitnya diperingan.

    latihan ini biasanya dinamakan latihan Platysma,tetapi Strang menganggap nama ini kurang tepat, karena otot

    Mandibula" (The Mandible Restraining Exercise).

    Karena anak masih terlampau kecil, maka gerakan

    latihan ini kita ajarkan kepada ibunya dan menyuruh ia untuk

    mengajarkan kepada anak nanti di rumah. Instruksi latihan itu

    sebagai berikut :

    1. dengan punggung menghadap ke tembok.

    2. Mula-mula gunakan kaca untuk mengawasi agar gigi-gigi

    dalam keadaan kontak. Bila kelak latihan sudah dapat

    dilakukan dengan sempurna, kaca tidak perlu dipakai lagi.

    3. Kepala ditengadahkan ke belekang sejauh mungkin dan

    pundak ditarik ke belakang sebanyak-banyaknya.

    4. Bukalah bibir sedikit supaya gigi dapat dilihat dan ra

    patkan lambat-lambat gigi-gigi satu sama lain.

    5. Tariklah mandibula ke belakang sebanyak mungkin tanpa

    gigi-gigi lepas dari kontak.

    6. Tahanlah dalam posisi ini dan hitung hingga lima.

    7. Kendorkan otot-otot. Ulangilah latihan ini tiga kali

    pada tiap kesempatan berlatih pada dua hari yang per-

    tama. Kemudian lambat laun jumlahnya ditambah hingga

    mencapai sepuluh kali tiap-tiap kali berlatih.

    8. Lakukan latihan ini paling sedikit tiga kali sehari ,

    ditambah pula setiap ada waktu yang luang.

  • 18

    sering maloklusi macam ini dibarengi dengan kebiasaan

    mene an yang abnormal.

    Chin cap dapat dipakai untuk mendorong insisif bawah ke

    arah lingual.

    Baik latihan-latihan maupun pemakaian chin-cap me-

    merlukan kooperasi dari ibu dan anak sendiri. Pasien paling

    sedikit harus memakai chin-cap selama 12 jam tiap harinya.

    Setelah rahang bawah dikembalikan ke dalam posisi

    yang wajar, maka chin-cap lambat-laun dapat ditanggalkan.

    Tetapi observasi tidak boleh berhenti, lebih-lebih pada

    waktu molar susu kedua sedang tumbuh. Kita harus mengamat-

    amati apakah letak den inklinasinya dalam keadaan normal

    atau tidak. Bila molar tetap pertama timbul, kita harus

    berhati-hati pula. Gigi ini harus dituntun ke tempat yang

    normal baik dalam jurusan mesio-distal maupun bucco-lingual.

    Apabila pasien datang pada umur di mana gigi-gigi

    susu sudah tumbuh semuanya sehingga kite dapat memasang

    band-band, menurut Strang pada waktu seperti ini

    alat yang terbaik untuk terapi jalan edge-wise arch

    mechanism, karena alat ini stabil den dapat mengkontrol

    posisi mahkota dan akar.

    B. Terapi Maloklusi Pseudo Kelas III

    Pada maloklusi ini kita lihat adanya inklinasi ke

    lingual pada insisif atau den inklinasi ke labial pada in-

    sisif bawaan. Akibatnya sering terjadi overbite

    terbalik yang dalam sekali. Tidak jarang pada waktu

    beroklusi , gigi-gigi depan atau tertutup sama sekali

    oleh gigi lawannya di bawah. Oleh karena itu tujuan

    utama kita ialah.

  • 19

    mendorong gigi-gigi atas ke depan, dan menekan gigi-gigi

    bawah ke belakang. Untuk keperluan ini kita dapat menggunakan

    Occlusal inclined plane ini biasanya dicor dari alloy

    perak. Bentuknya harus curam.

    Gambar 9.

    Occlusal inclined plane bawah untuk memperbaiki gigitan ter-balik dan overclosure.

    Perlu diperhatikan bahwa inclined plane hanya boleh

    dipakai pada keadaan di mana overbitenya lebih dalam dari 2

    mm, bila kurang, gaya komponen ke atas dapat menyebabkan

    gigi insisif atas intrusi.

    Occlusal inclined plane akan memperbaiki gigitan

    yang terbalik dalam waktu tiga sampai empat minggu. Bila

    gigi-gigi posterior sudah bersentuhan, maka alat ini

    tidak efektif pula dan harus dilepas.

    Occlusal inclined plane dari akrilik juga dapat

    ditambahkan pads pelat lepasan untuk rahang bawah de-

    ngan busur labial. Kegunaannya sama dengan Occlusal

    inclined plane yang tetap.

  • 20

    2. Pelat aktif.

    Untuk rahang atas dapat dipakai pelat dengan pir

    atau pelat dengan sekerup ekspansi untuk mendorong segmen

    labial ke depan.

    Sedikit dorongan ke distal yang dapat diberikan

    oleh pelat dengan sekerup ekspansi pada segmen bukal ,

    kadang-kadang amat berguna bila gigi susu yang tanggal

    sebelum waktunya menyebabkan gigi tetap berjubel-jubel di

    regio Caninus atau Premolar. Mungkin perpindahan ke

    distal ini cukup untuk menghindarkan dicabutnya premolar-

    premolar atas akibat kecilnya maksila.

    Untuk rahang bawah kita pakai pelat lepas dengan

    busur labial yang tebal agar dapat mendorong insisif

    bawah ke lingual.

    Semua gigi yang tidak didorong kita beri Bite-

    raising. Peninggian gigitan ini dikurangi sedikit demi

    sedikit bila perpindahan gigi telah selesai.

    3. Ekstraksi.

    Pencabutan sedapat mungkin harus dihindarkan, tetapi

    kadang-kadang kita tidak dapat mengelakkan hal ini.

    Crowding terjadi~ akibat gigi-gigi posterior atas dan

    bawah tanggal sebelum waktunya. Dalam hal ini pengobatan

    harus dilakukan dengan pencabutan empat premolar. Perlu

    diperhatikan bahwa dalam maloklusi kelas III sejati,

    ekstraksi ditujukan kepada gigi-gigi bawah dan retraksi

    gigi-gigi bawah, supaya lengkung gigi bawah menjadi

    pendek dan membentuk relasi yang harmonis dengan lengkung

    gigi atas.

  • 21

    Terapi pada Maloklusi Kelas III Sejati

    Untuk pasien yang masih muda, dokter mengobati mal-

    oklusi kelas III ini dengan alat dari Andresen. Ia men-

    dasarkan keputusan ini pada pendapat Bjork yang mengatakan

    bahwa : Hubungan Basis Apicalis dapat diubah sedikit pada

    masa pertumbuhan.

    Dengan penggunaan alat dari Andresen ini, dia ber-

    harap arah pertumbuhan tulang alveolar dapat ke jurusan

    yang diingini.

    1. Dengan alat musik tiup.

    Dr. Strayer berpendapat bahwa alat musik tiup (wind

    instruments) dapat menstimulir pertumbuhan dan

    perkembangan jaringan-jaringan otot sekeliling mulut. Jadi

    dapat digunakan untuk memperbaiki maloklusi, antara lain

    maloklusi kelas III. Sebab itulah, jika kita menjumpai

    pasien yang gemar musik, tidak ada jeleknya bila dia

    dianjurkan untuk mempelajari alat musik tiup tertentu

    yang dapat dipakai untuk membantu memperbaiki

    maloklusinya. Dr. Strayer membagi slat musik tiup yang

    berguna untuk penyembuhan maloklusi kelas III dalam dua

    golongan

    a. Semua alat musik tiup yang menggunakan rit (reed)

    tunggal pada bagian tiupannya, misalnya

    1) Klarinet (dalam Es, Bes dan As).

    2) glarinet Alto.

    3) Klarinet Bas maupun Bobel Bas.

    4) Saksofon (da lam C, Bes dan Es).

    5) Saksofon Bas.

    Urutan di atas disusun berdasarkan besarnya rit,bagian

    tiupan dan ukuran instrumennya. Pasien dapat memilih

    alat yang sesuai dengan bentuk mulut dan tubuhnya.

  • 22

    b. Semua alat yang lubang tiup dekat ujung

    instrumen, antara lain

    1) Picollo (seruling dengan kelep ukuran kecil).

    2) Seruling Barat (Flauto).

    Seruling biasa tanpa

    katub yang primitif, yang dapat

    kita beli di tepi jalanpun dapat digunakan dengan

    sama efektifnya.

    2. Dengan ekstraksi.

    Kita boleh melakukan Serial Extraction pada rahang

    bawah bila pasien menderita maloklusi skeletal III yang

    ringan. Tetapi bersamaan dengan ekstraksi diperlukan alat

    untuk mengkontrol gerakan gigi. Biasanya ekstraksi

    dilakukan pada premolar kanan kiri. Kadang-kadang bahkan

    insisivus boleh dicabut. Pada prinsipnya ekstraksi

    dari gigi-gigi atas harus dihindarkan, tetapi apabila

    kadang-kadang terpaksa harus dilakukan karena gigi

    berjubel-jubel dengan hebat, tujuannya semata-mata hanya

    untuk meratakan gigi saja .

    3. Dengan intermaxillary elastic

    Menurut Tulley dan Campbell busur labio lingual

    yang sederhana dapat digunakan untuk maksud ini. Pada

    gigi-gigi atas kita buat busur palatina 1 (Mershon's lingual

    arch) yang difiksir pada band di gigi molar. Pada rahang

    bawah dibuat labial arch wire yang dapat

    bergeser leluasa dalam pips (tube) yang lekat pada band di

    gigi molar. Elastik-elastik, masing-masing pada satu sisi

    menghubungkan dua buah cangkolan, satu pada regio caninus

    bawah, yang lain pada sisi bukal dari band pada molar

    atas. Dengan demikian lengkung gigi

    atas akan ditarik ke depan sedangkan segmen insisal

    lengkung bawah akan digeser ke lingual.

  • 23

    Sayang untuk maloklusi kelas III yang agak berat

    perawatan dengan intermaxillary elastics amat sedikit

    hasilnya.

    4. Edge-wise appliance menurut metoda Dr. Tweed.

    Cara perawatan Tweed pada maloklusi kelas III ada

    lah untuk memperbaiki inklinasi aksial bukolingual dan

    labiolingual dari semua gigi baik pada lengkung rahang atas

    maupun pada lengkung rahang bawah. Perawatan dilakukan

    dengan menarik lengkung rahang bawah yang terlalu ke muka

    dan mendorong lengkung rahang atas yang terlalu ke dalam,

    sehingga gigi-geligi rahang atas bergerak ke muka pada

    tempat yang tepat dan gigi - geligi rahang bawah bergerak

    ke belakang untuk mencapai kedudukannya yang normal

    terhadap lengkung rahang atas.

    Bila dari hasil analisa kasus diperlukan suatu

    tindakan pencabutan gigi, maka dapat dilakukan penca -

    butan gigi premolar pertama atau premolar kedua. lsila

    lengkung gigi rahang bawah tidak lebih kecil daripada

    lengkung basalnya (basal arch), kemudian gigi-gigi depan

    diretraksi.

    Tujuan dilakukannya pencabutan gigi di sini adalah

    untuk :

    a. Menyediakan ruangan yang cukup besar bagi gigi yang

    protrusi, miring, tidak rata dan berjejal-jejal.

    b. Memperbaiki bentuk muka.

    c. Mencegah terjadinya relaps.

    Pencabutan gigi akan merubah profil muka yang prognati

    menjadi ortognati, sehingga bentuk muka menjadi baik

    serta mencegah terjadinya relaps dan dapat diperoleh

    ruangan yang cukup. Ada dua tahap perawatan penting yang harus dila-

    kukan dalam "esgewise mechanisme" dari Tweed ini, se-

    belum perawatan aktif yaitu penggeseran gigi - geligi

  • 21

    yang sesungguhnya dimulai, yaitu masa perataan (leve-

    ling) dan masa penjangkaran (anchorage preparation).

    a. Perawatan pasif.

    1) Masa perataan (leveling).

    Yang dimaksud dengan masa perataan (leveling) ,

    yaitu mengatur gigi-gigi mencapai dataran yang sama

    sehingga gigi-gigi akan lebih mudah digerakan.

    semua keadaan gigi yang rotasi, diastema atau

    "cross-bite" yang hanya pada satu atau gitii saja

    diperbaiki dalam masa perataan ini. Alat yang

    dipakai adalah busur kawat yang bernampang bulat

    dimulai dengan diameter 0,14; O,la 0,18; U,20 kadang-

    kadang sampai 0,22 dengan maksud untuk mempermudah

    masuknya kawat dengan penampang segiempat ke braket

    pada tahap berikutnya, yaitu masa penjangkaran

    (anchorabe preparation). Karena itu pada busur masa

    perataan yang terakhir ini, telah dibuatkan belokan

    dengan derajat yang sama dengan belokan yang akan

    terdapat dalam kawat berpenampang segiempat. Sebelum

    busur dimas ukkan ke dalam mulut harus dilihat dan

    diperiksa lebih dahulu apakah sudah betul-betul

    simetris dan datar.

    Tujuan daripada masa perataan yaitu :

    a) Mempertahankan panjang lengkung gigi, karena

    itu "stop" harus mengenai "tube".

    b) Memperbaiki rotasi. c) Membawa gigi-gigi ke daiam dataran yang sama

    untuk memudahkan pergerakan gigi-gigi yang akan

    digeser.

    d) Menyiapkan gigi-gigi agar braket dengan mudah

    dapat menerima kawat berpenampang segi-empat

    yang aktif.

    Lamanya masa perataan berkisar antara 6 minggu

    sampai 3 bulan. Hal ini tergantung kepada :

  • 25

    a) Banyaknya gigi-gigi yang rotasi dan berjejal.

    b) Dalamnya "curve Spee".

    Masa perataan ini dianggap selesai bila :

    a) "Curve Spee" sudah normal.

    b) Semua gigi yang rotasi, "cross-bite" yang ringan

    dan diastema sudah hilang.

    c) Braket pada gigi-gigi sudah sama tinggi.

    2) Masa penjangkaran (anchorage preparation). Menurut

    filosofi perawatan dari Tweed,langkah yang paling

    utama dalam ''edgewise mechanism" dan "clinical

    orthodontics" adalah masa penjangkaran (anchorage

    preparation).

    Tujuan melakukan penjangkaran adalah untuk membuat

    arah sumbu gigi sandaran yang terakhir condong ke

    distal. Pada kasus yang parah, di mana

    penjangkaran harus lebih lama maka perlu mendorong

    gigi molar sandaran yang terakhir sedemikian rupa

    sehingga pinggiran distal dari mahkota gigi

    tersebut terletak di bawah permukaan gingiva

    Dengan melakukan penjangkaran, maka gigi molar

    akhir yang digunakan sebagai sandaran akan mem-

    punyai posisi yang lebih stabil dan lebih mampu

    menahan gerakan ke mesial. Bila penjangkaran ini

    tidak dilakukan dan posisi molar sandaran dibiarkan

    ke mesial, maka bila diikatkan elastik inter-

    maksilar di mana daya dari elastik ini mempunyai

    arah ke atas dan ke depan akan mengakibatkan terjadinya

    ekstrusi dan pergerakan ke mesial dari gigi

    sandaran tersebut. Bila keadaan ini dibiarkan,

    maka akan timbul depresi yang berat terhadap gigi-

    gigi anterior sehingga menyebabkan perubahan yang

    besar terhadap bidang oklusal. Teknik "anchorage

    preparation" untuk perawatan maloklusi kelas III,

    yaitu dengan memasang"Work-

  • 26

    ing arch" pada :mandibula dan "stabilizing arch"

    pada maksila.

    "Working arch" berukuran 0,019 x 0,025 inci de-

    ngan "second order bends", ditambah dengan pem-

    buatan "V-bend" mesial dan kaninus, kemudian di-

    solder sebuah kaitan (hook). Dibuat "pregressive

    lingual crown torque" pada bagian distal dari "V-

    bend".

    "Stabilizing arch" berukuran 0,0125 x 0,0275 inci

    dengan "second order bends" ditambah dengan

    pembuatan "V-bend" mesial dari kaninus, kemudian

    disolder sebuah kaitan (hook). Pada

    "stabilizins arch" ini dibuat "stop" yang

    mengenai "tube". Selanjutnya dipasang alat-alat

    pembantu (auxilliaries) yaitu elastik intermaksilar

    kelas III pada gigi kaninus rahang bawah dan gigi

    molar rahang atas.

    Pemasangan ekstra-oral anchorage yaitu "headgear"

    di rahang atas, untuk menahan kedudukan rahang atas

    tersebut.

    Selanjutnya dilakukan perawatan aktif dengan re-

    traksi kaninus,

    b. Perawatan aktif.

    1) Retraksi kaninus (cuspid retraction).

    Pada umumnya retraksi kaninus dilakukan sesudah

    masa penjangkaran. Retraksi kaninus dapat dilakukan

    dengan berbagai alat, seperti memakai kompres koil,

    karet elastik atau "head gear". Retraksi kaninus

    dapat juga dilakukan dengan karet elastik yang ditarik

    ke belakang dengan molar pertama atas sebagai

    sandaran. Molar pertama yang dipakai sebagai gigi

    sandaran ditahan oleh busur stop agar tidak

    bergeser ke mesial. Cara lain yang di gunakan

    adalah gaya yang langsung bekerja pada gigi kaninus

    dengan memakai su-

  • 2'

    atau kompres koil yang dimasukkan pada busur la-

    bial dengan ukuran yang lebih panjang dari kaninus

    ke kaninus.

    Bila dari analisa kasus dan rencana perawatan tidak

    diperlukan adanya pencabutan gigi, maka tahap

    retraksi kaninus ini tidak perlu dilakukan. Keempat

    gigi insisif diikat menjadi satu dengan bentuk

    angka delapan agar tidak bergeser selama retraksi

    kaninus. Demikian pula gigi-gigi posterior harus

    diikat menjadi satu agar merupakan satu unit

    penjangkaran.

    Berapa banyak atau sampai di mana retraksi kaminus

    harus dilakukan tergantung dari kebutuhan . Umumnya

    retraksi kaninus dianggap selesai apabila kaninus

    telah berkontak dengan premolar kedua.

    2) Retraksi gigi-gigi anterior (anterior retraction,.

    Tujuan retraksi di sini untuk membuat lengkung gigi

    menjadi lebih pendek. Pada keadaan ini tampak

    posisi gigi-gigi anterior rahang bawah lebih ke depan,

    maka dilakukan retraksi gigi anterior rahang bawah.

    Retraksi gigi-gigi anterior bisa dilakukan dengan

    memakai busur labial dengan "loop" yang vertikal dan

    retraksi dapat dilakukan bersama -sama pada rahang

    atas dan rahang bawah. Busur labial mempunyai "stop"

    yang jauh letaknya dari "tube" supaya dapat diikat

    dengan kawat (ligature) sehingga "loop" vertikal

    akan membuka, karena sifat kawat busur yang elastis,

    maka timbul reaksi daya untuk menutup kembali. Daya

    yang timbul inilah yang akan menarik gigi-gigi

    anterior.

    Busur dengan "loop" vertikal tersebut juga di-

    pergunakan untuk menutup diastema pada gigi-ge-

    ligi.

  • 28

    Gambar 10

    Retraksi anterior dengan "loop" vertikal. 1. "Loop" vertikal. 2. "Second order bend".

    3. "Stop" yang berbentuk omega. 4. "Head-gear".

    3) Pergerakan "enmasse" (Enmasse movement). Pergerakan "enmasse" adalah gerakan dari seluruh

    gigi-gigi baik ke mesial maupun ke distal, per gerakan ini kadang-kadang diperlukan setelah

    traksi gigi-gigi depan. ,

    .

    Gambar llPergerakan "enmasse". 1. "Head-gear". 2. Elastik intermaksilar. 3. "Criss-cross elastic".

    re-

  • 2 9

    Pergerakan "enmasse" diperoleh dari gaya elastik intermasilar dan "head-gear" agar didapat hubungan antero-posterior yang baik rahang atas dan rahang bawah.

    4) Membuat sejajar sumbu gigi (root paralelling). Umumnya pada kasus-kasus di mana diperlukan pencabutan sering timbul inklinasi mesial dari gigi belakangnya dan inklinasi distal dari gigi didepannya. Bila premolar pertama dicabut akan mengakibatkan timbulnya inklinasi mesial dari gigi premolar kedua dan inklinasi distal dari gigi kaninus. Untuk memperbaiki inklinasi mesio-distal agar di-peroleh sumbu gigi yang sejajar satu sama lain, dapat digunakan busur lengkung dengan " bend".

    5) Pelepasan band dari gigi-gigi(stripping of band). Setelah perawatan aktif selesai, dimulailah persiapan untuk melepaskan band-band dari gigi. Pelepasan band dapat dilakukan secara bertahap . Mula-mula dilepaskan band pada premolar dan diastema yang timbul akibat band ini dihilangkan dengan pemasangan elastik pada gigi kaninus dan molar terakhir. Demikian pula pada gigi anterior, band dilepas dipakai elastik untuk menutup diastema. Bila diastema sudah hilang, bandband yang masih tertinggal dilepaskan dan secepatnya penderita dibuatkan pesawat retensi seperti " retainer" untuk segera dipakai.

    c. Periode retensi. Retensi dapat dilakukan dengan membuat pesawat retensi 24 jam setelah band-band dilepas semua dari gigi-gigi. Periode retensi ini berguna untuk mencegah terjadinya relaps dari gigi-gigi yang digeser.

    Relaps dapat dikurangi dengan cara : 1) "Overcorrection", terutama pada gigi rotasi.

  • 2 9

  • >0

    2) "Intercuspal digitation" yang baik.

    3) Membuat sejajar sumbu gigi (root paralelling). Karena pesawat retensi ini adalah pesawat yang pasif

    sifatnya, maka di dalam pembuatannya harus mempunyai

    adaptasi yang baik dengan gigi agar dapat menahan

    gigi-gigi tetap pada tempatnya. Plat retensi dalam

    mulut tidak diutamakan, sehingga dapat dibuat

    cangkolan Gillet, yaitu cangkolan yang berbentuk huruf

    "C" atau cangkolan bola. Lamanya periode retensi

    tergantung kepada berat-ringannya maloklusi yang telah

    diperbaiki.

  • 31

    r

    BAB IV

    K E S I M P U LA N

    Dari uraian singkat mengenai maloklusi keias III Angle ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

    Waktu yang terbaik untuk perawatan maloklusi kelas

    III adalah pada usia muda, karena pada usia ini kelainan-

    kelainan pada mandibula, belum menetap.

    Faktor keturunan merupakan etiologi yang utama dari

    prognatisme mandibular, sedangkan faktor lingkungan dapat

    mengurangi atau memperburuk keadaan mandibulanya.

    Berhasilnya perawatan maloklusi kelas III seperti

    pada maloklusi yang lain tergantung juga kepada tipe alat

    ortodonti yang tepat dipakai untuk masing-masing kasus.

    Pada maloklusi kelas III, perawatan menggunakan alat or-

    todonti yang dapat dilepas memberikan hasil yang kurang

    memuaskan. Dengan diketemukannya alat ortodonti yang tidak

    dapat dilepas, maka penderita dengan maloklusi yang berat

    sekalipun tetap dapat dirawat tanpa diperlukan prosedur

    pembedahan.

    Dengan melakukan prosedur perawatan memakai sistem

    Edgewise, dibutuhkan ketrampilan, perawatan khusus serta

    penggunaannya harus betul-betul terkontrol. Dalam hal ini

    juga diperlukan pendidikan lanjut untuk memperoleh keahlian yang

    khusus.

  • DAFTAR F PUSTAKA

    l. Lickson, C.G. : Orthodontics in General Practice. Lon-

    don, Pitmans Medical Publishing Co., 1960.

    2. Eraber, T. M. : The Edgewise Appliance in Routine Practice

    . Am.J.Ortho., 46 : 11-15, , January 1960.

    , E.R. : Handbook of Orthodontics. rd ed., Lon-

    don, Yearbook Medical Publishers Inc. , 1973.

    4. Ichwarz, R. : Removable Orthodontic Appliances. Phila

    delphia & London, W. B. Saunders Co. , 1968.

    5. Tan S.S. : Kumpulan Kuliah Orthodonti. Jilid I& II, Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Trisakti, Jakarta, 1969.

    6. Thurow, L.C. : Edgewise Orthodontics. 4th ed., St.Louis, The C. V. Mosby Co. , 1982.

    7. Tulley, W.J, and Campbell, A.C. : A Manual of Practice Irthodontics, lsted., Bristol, John Wright & Sons Ltd.,

    1960.