Daftar Isi
Kata Pengantar ………………………………………………… ii
Pendahuluan ……………………………………………………. 2
Alamat Lengkap Penyusun……………………………………… 3
Sejarah Singkat Kabupaten Sleman……………………………… 3-4
Kepala Daerah 5 Periode Terakhir………………………………. 4-5
Kecamatan di Kabupaten Sleman………………………………… 5
Keunggulan Kabupaten Sleman………………………………...... 6
Potensi Daerah……………………………………………………. 7-13
SDA, SDM, dan Pembangunan Daerah ………………………….. 13-18
Hasil Pembangunan Daerah Setelah Berlakunya UU No 32 Tahun 2004……………………… 18-22
Kesimpulan……………………………………………………….. 23
Saran……………………………………………………………… 24
Daftar Pustaka……………………………………………………. 25
1
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Wilayah NKRI terdiri
dari beberapa daerah yang tersebar di penjuru Nusantara. Daerah-daerah tersebut dibagi
menjadi beberapa tingkatan atau sub bagian. Yakni wilayah provinsi, wilayah
kabupaten/kota, wilayah kecamatan, dan wilayah kelurahan/desa.
Sub bagian dari masing-masing daerah melakukan pemerintahan daerahnya sendiri. Hal
ini disebut juga sebagai otonomi daerah. Otonomi daerah dijadikan sebagai asas dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai amanat UUD 1945 (Pasal 18) dan
Pancasila. Pada dasarnya atauran-aturan tentang otonomi daerah telah ada sejak zaman
Hindia Belanda. Namun, secara resmi UU yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah
adalah UU No I/1945 tentang KNID (Komite Nasional Indonesia Daerah).
Pembentukan KNID (Pemerintah Daerah) dilakukan saat sidang PPKI II yang
berlangsung tanggal 19 Agustus 1945.
Sejak adanya KNID dan UU yang mengatur hal tersebut, perkembangan pengaturan
otonomi daerah bagi Pemerintah Daerah di Indonesia menjadi lebih baik dan terarah.
Setelah UU No. I/1945 munculah pembaruan-pembaruan tentang UU yang yang
mengatur Pemerintahan Daerah diantaranya UU No. 22/1948 tentang desentralisasi dan
pembagian wilayah menjadi 3 (Dati I, Dati II, Dati III, Desa). Semasa RIS muncul UU
No. I/1957 tentang Pembentukan Daerah Istimewa, tingkat I Yogyakarta, tingkat II
Kutai, tingkat III Berau (Kalimantan). Selanjutnya muncul UU No. 18/1965 tentang
Dekosentrasi, Desentralisasi, dan Pembagian wilayah menajdi 3. Kemudian di tahun
1974 dikeluarkan UU No.5/1974. UU tersebut sudah memiliki aturan yang cukup
lengkap tentang pemerintah daerah berikut kewaijban maupun kebijaksanaan yang harus
dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
UU No. 5/1974 berlaku cukup lama hingga ada pembaruan UU No. 22/1999 yang
mengatur tentang Pemerintah Daerah. Selanjutya UU ini melakukan amandemen
sehingga terbentuk UU No. 32/2004 tentang Pemda. Dibentuk pula UU No. 33/2004
tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah yang berasal dari amandemen UU No.
25/1999.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman yang
terdapat di Provinsi Yogyakarta. Makalah ini akan membahas mengenai kepala dearah,
banyaknya kecamatan di daerah tersebut, potensi yang dimiliki daerah, keunggulan
daerah, serta keadaan daerah setalah adanya otonomi daerah.
2
Alamat Lengkap Penyusun
Dusun : Ngentak RT O1 RW 23 No 30B
Kelurahan : Sinduharjo
Kecamatan : Ngaglik
Kabupaten : Sleman
Provinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sejarah Singkat Kabupaten Sleman
Keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no. 11 Tahun 1916 tanggal 15
Mei 1916 yang membagi wilayah Kasultanan Yogyakarta dalam 3 Kabupaten, yakni Kalasan,
Bantul, dan Sulaiman (yang kemudian disebut Sleman), dengan seorang bupati sebagai kepala
wilayahnya. Dalam Rijksblad tersebut juga disebutkan bahwa kabupaten Sulaiman terdiri dari 4
distrik yakni : Distrik Mlati (terdiri 5 onderdistrik dan 46 kalurahan), Distrik Klegoeng (terdiri
6 onderdistrik dan 52 kalurahan), Distrik Joemeneng (terdiri 6 onderdistrik dan 58 kalurahan),
Distrik Godean (terdiri 8 onderdistrik dan 55 kalurahan). Berdasarkan Perda no.12 Tahun 1998,
tanggal 15 Mei tahun 1916 akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sleman. Menurut
Almanak, hari tersebut tepat pada Hari Senin Kliwon, Tanggal 12 Rejeb Tahun Je 1846 Wuku
Wayang.
Berdasar pada perhitungan tahun Masehi, Hari Jadi Kabupaten Sleman ditandai dengan surya
sengkala "Rasa Manunggal Hanggatra Negara" yang memiliki sifat bilangan Rasa= 6,
Manunggal=1, Hanggatra=9, Negara=1, sehingga terbaca tahun 1916. Sengkalan tersebut,
walaupun melambangkan tahun, memiliki makna yang jelas bagi masyarakat Jawa, yakni
dengan rasa persatuan membentuk negara. Sedangkan dari perhitungan tahun Jawa
diperoleh candra sengkala "Anggana Catur Salira Tunggal". Anggana=6, Catur=4, Salira=8,
Tunggal=1. Dengan demikian dari candra sengkala tersebut terbaca tahun 1846.
Beberapa tahun kemudian Kabupaten Sleman sempat diturunkan statusnya menjadi distrik di
bawah wilayah Kabupaten Yogyakarta. Dan baru pada tanggal 8 April 1945, Sri Sultan
Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah Kasultanan Yogyakarta melalui
Jogjakarta Koorei angka 2 (dua). Penataan ini menempatkan Sleman pada status semula,
sebagai wilayah Kabupaten dengan Kanjeng Raden Tumenggung Pringgodiningrat sebagai
bupati. Pada masa itu, wilayah Sleman membawahi 17 Kapenewon/Kecamatan (Son) yang
terdiri dari 258 Kalurahan (Ku). Ibu kota kabupaten berada di wilayah utara, yang saat ini
dikenal sebagai desa Triharjo. Melalui Maklumat Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 5 tahun 1948 tentang perubahan daerah-daerah Kelurahan, maka 258
3
Kelurahan di Kabupaten Sleman saling menggabungkan diri hingga menjadi 86 kelurahan/desa.
Kelurahan/Desa tersebut membawahi 1.212 padukuhan. Namun, secara umum dasar hukum
pembentukan Kabupaten Sleman adalah berdasarkan UU No 15 Tahun 1950 tentang
pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Daerah Istimewa Yogayakrta.
Dasar Hukum tersebut ditetapkan tanggal 8 Agustus 1950.
Luas Daerah Kabupaten Sleman sampai saat ini adalah 574,82 km2. Populasi pendudukunya
mencapai 1.093.110 jiwa berdasarkan hasil survey tahun 2011. Sedangkan kepadatan
penduduknya 1.901,66 jiwa/km2 . Sekarang ini, wilayah Kabupaten Sleman terdiri dari 17
Kecamatan dan 86 Kelurahan.
Kepala Daerah 5 Periode terakhir :
No Nama Periode Foto
1. Drs. Sri
Purnomo, MSI
Tahun
2010-2015
2. Drs. Ibnu
Subiyanto,
Akt.
Tahun
2000-2005
dan
Tahun
2005-2010
3
Drs. Arifin
Ilyas
Tahun
1990-2000
4
4
Drs. Samirin
Tahun
1985-1990
Kecamatan di Kabupaten Sleman
N
o Kecamatan
Banyaknya
Lua
s
(Ha
)
Jml
Pendud
uk
Kepadat
an
Desa
Dusu
n (jiwa) (Km2)
(1
) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Moyudan 4 65
2.76
2 33.595 1.216
2 Godean 7 57
2.68
4 57.245 2.133
3 Minggir 5 68
2.72
7 34.562 1.267
4 Gamping 5 59
2.92
5 65.789 2.249
5 Seyegan 5 67
2.66
3 42.151 1.583
6 Sleman 5 83
3.13
2 55.549 1.774
7 Ngaglik 6 87
3.85
2 65.927 1.712
8 Mlati 5 74
2.85
2 67.037 2.351
9 Tempel 8 98 3.24 46.386 1.428
5
9
10 Turi 4 54
4.30
9 32.544 755
11 Prambanan 6 68
4.13
5 44.003 1.064
12 Kalasan 4 80
3.58
4 54.621 1.524
13 Berbah 4 58
2.29
9 40.226 1.750
14 Ngemplak 5 82
3.57
1 44.382 1.243
15 Pakem 5 61
4.38
4 30.713 701
16 Depok 3 58
3.55
5 109.092 3.069
17 Cangkringan 5 73
4.79
9 26.354 549
Keunggulan Daerah
Sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif adalah sektor yang mempunyai multiplier
effect yang besar terhadap kegiatan perekonomian lain dan pengembangan kawasan sekitarnya,
mempunyai permintaan pasar yang tinggi dan menarik minat swasta untuk menanamkan
modalnya. Salah satu sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dalam rangka
pengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Sleman adalah sektor pariwisata.
Kabupaten Sleman merupakan hub aktivitas pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa
Tengah. Dimana dalam peta kepariwisataan nasional, potensi DIY menduduki peringkat ketiga
setelah Bali dan Jakarta. DIY memiliki keragaman obyek wisata spesifisitas obyek dengan
karakter mantap dan unik seperti Kraton dan Candi Prambanan ditunjang dengan kesiapan
sarana penunjang wisata serta sumber daya manusia yang berkualitas.
Di DIY terdapat tidak kurang dari 70.000 industri kerajinan tangan, dan sarana lain yang amat
kondusif seperti fasilitas akomodasi dan aneka ragam sarana transportasi, aneka jasa boga, biro
perjalanan umum, serta dukungan pramuwisata yang memadai, tim pengamanan wisata yang
disebut sebagai Bhayangkara Wisata memperkuat daya saing DIY sebagai propinsi tujuan
utama (primary destination) tidak saja bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara.
6
Sementara itu Propinsi Jawa Tengah, dengan berbagai obyek wisatanya yang salah satunya
menjadi ikon pariwisata internasional yaitu Candi Borobudur menambah keragaman tujuan
wisata.
Posisi strategis Kabupaten Sleman yang terletak diantara DIY dan Jawa Tengah menjadikan
Kabupaten Sleman sebagai channel untuk aktivitas pariwisata DIY-Jawa Tengah. Ditambah
dengan keberadaan Bandara Adisutjipto di wilayah Kabupaten Sleman memberikan kemudahan
aksesibiltas bagi wisatawan ke DIY-Jawa Tengah pada umumnya dan Kabupaten Sleman
khususnya. Keuntungan ini menjadikan Sleman sebagai pusat aktivitas pariwisata. Peluang ini
ditangkap oleh seluruh civitas pariwitasa di Kabupaten Sleman dengan layanan wisata seperti
pengembangan destinasi wisata, penyediaan sarana prasarana wisata, dan lain-lain.
Potensi Daerah
1. Potensi Komoditi Pertanian, Peternakan, dan Perikanan
a) Salak Pondoh
Sentra produksi tanaman ini berada di kecamtan Tempel, Turi dan Pakem. Kondisi salak
pondoh saat ini tergambarkan sbb:
No Uraian 2009 2010 2011
1 Luas Areal (ha) 2.106,00 2.437,00 2.164,00
2 Produksi (ton) 5.443,59 5.003,01 3.760,59
3 Produktivitas (kg/rpn) 2,58 2,32 2,58
4 Jumlah rumpun 4.310.100 4.451.299 4.607.922
7
(gambar salak pondoh dan perkebunan salak pondoh di wilayah Sleman)
b) Mendong
Kondisi produk mendong dengan sentra di Kecamatan Minggir:
No Uraian 2009 2010 2011
1 Luas Areal (ha) - 150,00 95,00
2 Jumlah Tanaman (ton) - 313,09 259,51
8
(gambar mendong, mendong yang dibentangkan, dan hasil kerajinan dari mending)
c) Sapi potong
Budidaya dan produksi sapi potong tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Sleman. Hasil
budidaya tergambarkan sebagai berikut:
No Uraian 2009 2010 2011
1 Populasi (ekor) 54.921,00 54.067,00 51.706,00
2 Produksi daging (ton) 1.175,69 1.299,21 1.579,73
3 Produksi kulit (lembar) 5.111,00 6.126,00 6.812,00
d) Kambing/Domba
Lokasi Budidaya tersebar di hampir semua wilayah Kabupaten Sleman. Khusus kambing PE
sentra produksi di Kecamatan Turi, Pakem dan Berbah.
No Uraian Data
Kambing Domba
2009 2010 2011 2009 2010 2011
1 Populasi (ekor) 36,152 31,837 35,732 71,623 64,853 70,698
2 Prod. Daging (ton) 79,29 72,06 102,50 306,19 253,71 309,73
3 Prod. Kulit (lmb) 3,609 5,461 4,560 9,619 9,871 9,224
e) Lele
Budidaya lele sebagian besar di kecamatan Moyudan, Gamping, Godean, Seyegan, Minggir
terutama untuk kegiatan pembesaran. Tingginya kebutuhan bibit lele, telah dikembangkan
varitas baru indukan Lele Sangkuriang hasil kerjasama Dinas Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Kabupaten Sleman dengan Balai Besar Budidaya Air Tawar Sukabumi. Produksi
lele di Kabupaten Sleman tergambarkan sebagai berikut:
No Produksi 2009 2010 2011
1 Benih (ekor) 380.733.450 394.590.890 380.733.450
2 BBI 382.650 2.738.500 382.650
3 UPR 380.350.800 391.852.390 380.350.800
4 Pembesaran Lele (ton) 5.443,59 5.655,42 5.199,45
9
2. Potensi industri
Industri kecil mikro dan usaha kecil menengah memiliki peran yang cukup besar untuk
menggerakan perekonomian masyarakat. Produk unggulan perindustrian yang menjadi
unggulan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:
No Jenis Unggulan Produk
Produksi
2009 2010 2011
1 Sarung tangan kulit golf (pcs) 16.992.789 16.770.266 17.832.789
2 Mebel Kayu (pcs) 93.066 119.160 110.440
3Kerajinan kayu (M3)
11.365 24.240 11.353
Produk industri di Kabupaten Sleman mampu menggerakan perekonomian daerah. Pada tahun
2011 walaupun masih dalam kondisi pemulihan paska erupsi Merapi namun aktivitas eksport
masih tetap dapat dilaksanakan. Negara Tujuan Eksport terbesar pada tahun 2011 adalah
Amerika, Jepang dan Korea. Produk andalan eksport adalah sebagai berikut:
No Jenis Produk
Nilai Eksport (US$)
2009 2010 2011
1 Pakaian Jadi 23.691.655,54 24.130.665,17 25.810.180,97
2 Sarung Tangan 14.056.436,38 16.566.420,88 18.861.498,39
3 Mebel Kayu 3.520.789,80 3.390.978,07 3.442.776,38
3. Potensi Wisata
Daya tarik wisata Sleman merupakan perpaduan antara karakter alam yang kuat, kebudayaan
dan kepurbakalaan. Untuk menunjang kegiatan wisata telah tersedia fasilitas hotel, rumah
makan, restoran, bandara dan sarana prasarana transportasi yang menjangkau seluruh wilayah
Kabupaten Sleman serta berbagai tempat hiburan. Potensi wisata yang diandalkan meliputi:
No Jenis Wisata 2009 2010 2011
1 Wisata Desa 38 35 35
2 Wisata Budaya 10 10 10
3 Wisata pendidikan 5 5 5
4 Wisata Sejarah 11 11 11
10
5 Wisata Candi 12 12 12
6 Wisata alam 5 4 4
7 Wisata Agro 4 4 4
8 Wisata Musium 5 9 10
9 Wisata Monumen 2 2 2
Aktivitas kegiatan pariwisata telah menggerakan berkembangnya usaha sarana wisata, baik
berupa hotel berbintang, hotel Melati, Pondo k wisata dan Restoran. Potensi usaha sarana
wisata di kabupaten Sleman tergambarkan sebagai berikut :
No Jenis Usaha
Juml Unit Usaha/Kamar
2009 2010 2011
1 Hotel Berbintang 14/1.592 15/1.667 20/2.114
2 Hotel Melati 120/2.007 125/2.337 138/2.223
3 Pondok Wisata 236/1.943 223/1.184 239/1.233
4 Restoran 49 51 56
5 Rumah Makan 179 204 208
6 Hiburan Umum 103 82 105
7 Biro Perjalanan Wisata 110 121 121
Pengembangan potensi wisata di kabupaten Sleman telah mendorong kunjungan wisatawan
baik domistik maupun nusantara ke Kabupaten Sleman. Pada tahun 2011 kondisi kunjungan
wisatawan ke Kabupaten sleman tergambarkan sebagai berikut:
No Jenis Wisatawan 2009 2010 2011
1 Mancanegara 346,39 285.424 262.341
2 Nusantara 3.249.529 2.941.552 3.015.387
11
Lama tinggal kunjungan wisatawan pada tahun 2011 memperlihatkan untuk wisatawan
mancanegara hanya 2,76 hari (meningkat 0.01 point dibanding tahun 2010) dan wisatawan
nusantara mencapai 2,55 hari (meningkat 0.02 point dibanding tahun 2010).
4. Potensi Investasi
Secara garis besar potensi investasi kabupaten Sleman yang terdapat di Wilayah Kabupaten
Sleman mencakup:
No Sektor Komoditi Lokasi
1 Pertanian
Agro industri (pertanian,
perikanan)
Kalasan (Selomartani)
Sleman (Caturharjo, Triharjo)
Gamping (Trihanggo, nogotirto,
Ngamplak (Wedomartani)
Tempel (Margorejo,Sumberejo)
2 Industri
Garment, Sarung tangan kulit,
Industri Mebel kayu dan rotan,
Penerbitan dan percetakan,
Industri makan-an dan minuman,
plastik dan kemasan dan industri
lainnya
Ngemplak (Wedomartani), De-pok
(Maguwoharjo), Gamping
(Nogotirto, Trihanggo), Mlati
(Sendangadi, Tirtoadi)
3
Perdagangan &
jasa
Transportasi Darat, Swalayan,
Dept store, eksport
import,konsultan, Property
Rasunawa
Tempel (Lumbungrejo, Margorejo,
Sumberejo), Ngemplak
(Wedomartani), Mlati (Sindu-
harjo), gamping (Nogotirto),
Depok (Maguwoharjo, Nogotir-
to), Sleman (caturharjo, Triharjo),
kalasan (Selomar-tani),
Prambanan (Bokoharjo)
4 Pariwisata Hotel, Apartement, Tour, Travel,
Cafe, Resort, Rumah makan
Godean (Sidoarum), Kalasan
(Selomartani, Purwomartani),
Prambanan (Bokoharjo), Berbah
(Jogotirto), Sleman (Triharjo,
Caturharjo), Ngemplak
(Wedomartani),Mlati (Sendangadi,
12
Tirtoadi), Ngaglik (Sinduharjo),
Gamping (Nogotirto, Trihanggo),
Depok ( Maguwoharjo), Tempel
(Margorejo, Sumberejo), Pakem
(Hargobinangun)
Didalam pengembangan investasi, pemkab Sleman berupaya mengembangkan investasi
terpadu, untuk lebih memudahkan investor dalam menciptakan peluang usaha. Proyek investasi
yang ditawarkan adalah :
1. Pengembangan Kawasan Stadion Maguwoharjo sebagai stadion terbesar di prop Daerah
istimewa Yogyakarta dengan luas wilayah 23,5 ha, secara terencana dan terpadu akan
dikembangkan sebagai kawasan sport, commercial dan entertainment.
2. Kawasan Museum Gunung Merapi (MGM) di desa Hargobinangun kecamatan Pakem,
Sleman, dikembangkan dengan konsep edu-tourism dari aktivitas Gunung Merapi.
Kawasan ini diproyeksikan untuk mensinergikan edukasi, informatif, atraktif dan
inovatif dalam konsep teknopark, seperti museum biologi, museum lilin, taman bunga,
taman burung dan play ground.
3. Pengembangan Obyek Wisata, lokasi di selatan Museum Gunung Merapi, paronama
alam yang dapat dinikmat dari berbagai arah. Utara terlihat gunung Merapi, Bukit
Turgo, Bukit Plawangan. Dari arah timur terlihat hutan bambu dan sungai. Selatan
terlihat kota Yogyakarta dan barat terlihat sunset dan daya tarik wisata kawasan
sekitarnya.
4. Pengembangan resort Tourism diintegrasikan dengan keunikan desa (living culture)
yang terpadu seperti budaya, kerajinan dan makanan khas. Pengembangan juga
sekaligus untuk alternatif destinasi wisata. Lokasi yang ditawarkan Trumpon,
Merdikorejo, Tempel dan Sleman
5. Industri perakitan komputer sebagai wilayah yang menjadi lokasi 40 perguruan tinggi,
sangat potensial untuk dikembangkan Computer Assembling Industry.
SDA, SDM, dan Pembangunan Daerah
13
Luas Hutan Rakyat di Kabupaten Sleman pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar
2,18% menjadi 4167,41 ha. Pengurangan lahan sangat kritis 2,59% dan pengurangan lahan
kritis sebesar 6,17% ha. Penanaman perindang jalan 5.000 batang. Hasil produksi kehutanan
adalah kayu bundar 9.422,22 m3, kayu olahan adalah 4.044,27 m3, bambu 691.244 batang, dan
madu 4.030 kg.
Pembangunan taman kota meningkat tajam dari 37.838 m2 pada tahun 2008 menjadi 56.562
m2 pada tahun 2009. Luas hutan kota di Kabupaten Sleman dapat dipertahankan 1,5 hektar dan
secara kumulatif telah dilakukan perlindungan terhadap 138 mata air.
Dibidang energi alternatif, sampai dengan tahun 2009 telah dibangun 181 unit Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS), 3 unit Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), dan
105 unit instalasi biogas limbah ternak.
Sarana pengelolaan air limbah di Kabupaten Sleman ada 93 unit terdiri dari IPAL idustri 22
unit, hotel 20 unit, rumah sakit 15 unit, IPAL komunal rumah tangga 11 unit, limbah tahu 8
unit, rumah makan 12 unit, plaza 4 unit, dan kantor/perguruan tinggi 1 unit. Untuk pengelolaan
sampah padat terdapat 1 TPA bersama (milik Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan
Kabupaten Bantul), 2 unit LDUS, 8 unit transfer depo. Sarana penunjang berupa 20 unit
dumptruck, 5 unit armroll, 2 unit pick up, 1 unit wheel loader dan 1 unit bulldozer.
14
Perincian Sumber Daya Alam lain kabupaten Sleman yaitu:
Potensi sumberdaya alam di Kabupaten Sleman meliputi sumberdaya alam non-hayati yaitu
air, lahan, udara, dan bahan galian, sedangkan sumberdaya alam hayati yaitu hutan, flora,
dan fauna.
Sumberdaya air di Kabupaten Sleman terdiri dari air tanah (akifer) termasuk mata air dan air
permukaan. Ditinjau dari geohidrologi dan meteorologi, daerah endapan vulkanik Merapi mulai
dari puncak gunung Merapi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul
merupakan satu sistem cekungan air bawah tanah yang disebut cekungan Yogyakarta.
Karakteristik curah hujan relatif tinggi yaitu lebih besar dari 2.000 mm/tahun. Semakin tinggi
tempat semakin tinggi pula curah hujannya, sehingga di daerah atas merupakan daerah
tangkapan hujan (catchment area) akan meresap menjadi air bawah tanah yang sangat potensial
bagi daerah di bawahnya. Akuifer di Kabupaten Sleman merupakan akuifer bebas di mana
sangat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan. Ada beberapa lokasi merupakan akifer tertekan
yang sifatnya setempat. Berdasarkan atas besaran curah hujan tahunan, hujan lebih dan
evapotranspirasi tahunan, maka ketersediaan air meteorologisnya sesuai dengan gradasi sebaran
curah hujan yaitu semakin ke selatan semakin sedikit ketersediaan air meteorologisnya.
Di Kabupaten Sleman, curah hujan yang tinggi terletak di bagian utara-barat (Kaliurang, Turi,
Tempel, Sleman, dan utara Kota Yogyakarta) dengan curah hujan lebih besar dari 2.500
mm/tahun, sedangkan di bagian timur mempunyai curah hujan relatif lebih rendah yaitu di
daerah Ngemplak, Prambanan, dan Kalasan (500-750 mm/tahun).
Di Kabupaten Sleman terdapat mata air sejumlah 54 buah yang tersebar di Kecamatan
Cangkringan (6 mata air), Depok (2 mata air), Kaliurang (5 mata air), Mlati (4 mata air), Pakem
(7 mata air), Seyegan (2 mata air), Sleman (6 mata air), dan Kecamatan Turi (2 mata air).
Sumberdaya lahan di Kabupaten Sleman meliputi lahan basah dan lahan kering. Lahan basah
berupa sawah baik beririgasi teknis, setengah teknis, sederhana, dan tadah hujan. Sedangkan
lahan kering berupa pekarangan, tegal, hutan, kolam, dan lain-lain.
Kondisi udara di Kabupaten Sleman secara umum masih cukup baik, tetapi pada daerah yang
berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan pada daerah yang padat lalu lintasnya sudah
menunjukkan indikasi adanya penurunan kualitas (parameter HC dan debu). Sumberdaya hutan,
kondisi hutan di Kabupaten Sleman diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Hutan negara seluas 1.744,73 ha dengan pembagian fungsi:
a) fungsi hutan lindung seluas 1.461,48 ha, dengan kondisi 700 ha berupa semak belukar
15
b) fungsi hutan wisata seluas 118,54 ha
c) fungsi hutan cagar alam seluas 164,71 ha.
2) Hutan rakyat seluas 3.360 ha, terdiri dari 1.770 ha berada di lereng Merapi dan 1.590 ha
berada di luar lereng Merapi, tersebar di 8 kecamatan yaitu Minggir, Seyegan, Godean,
Gamping, Prambanan, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Jenis tanaman terdiri dari jati,
sonokeling, sengon, mahoni, mindi, dan akasia.
3) Hutan kota seluas 620 ha berada di Kecamatan Sleman Flora fauna khususnya di daerah
cagar alam/taman wisata Kaliurang meliputi 88 species berupa mamalia, reptil, ikan, serangga,
dan burung (sebanyak 30 famili, 96 species)
Perincian Sumber Daya Manusia di Kabupaten Sleman:
Sedangkan untuk Sumber daya manusia, kabupaten Sleman memiliki beberapa komunitas dan
orang-orang berprestasi yang sering unjuk gigi dalam pertandingan tngkat daerah, nasional,
mapupun internasional. Diantaranya adalah:
1. PSS ( Persatuan Sepak Bola Sleman)
Persatuan Sepak bola Sleman (biasa disingkat: PSS Sleman) merupakan sebuah tim sepak
bola yang berbasis di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Tim yang didirikan
pada 20 Mei 1976 ini memiliki julukan sebagai tim Super Elang Jawa atau Super Elja.
Tim ini juga sering disebut dengan julukan Laskar Sembada.
Mereka bermain di divisi teratas dalam sebuah sepakbola Indonesia, namun pada tahun 2009
PSS Sleman berlaga di Liga Utama Indonesia. PSS Sleman memiliki suporter yang menamakan
dirinya Slemania. Mereka biasa berlatih di satdion utama mereka, yakni stadion Maguwoharjo.
Prestasi PSS yang akhir-akhir ini adalah menjuaari berbagai pertandingan antar daerah, antar
provinsi maupun sub regional lainnya. selain itu PSS juga mengadakan pertandingan futsal
untuk siswa SMP se-Provinsi DIY.
2. Ivana Ardelia Irmanti
Peraih medali emas dari cabang olahraga wushu pada PON XVIII di Riau.
16
3. Rekyan Woro Mulaksito
Peraih medali perak dari cabang tenis lapangan pada PON XVIII di Riau.
4. Lafitri Panca Wardhani
Peraih medali perunggu dari cabang bilyard pada PON XVIII di Riau.
5. Dadang Haris Purnomo
Oficial balap sepeda yang mewakili 6 orang ofisial peraih medali emas, pada PON XVIII di
Riau.
6. Abdul Alim
Ofisial tenis lapangan yang mewakili 7 orang ofisial peraih medali perak pada PON XVIII di
Riau.
7. Kelompok Tani Mina Agung
Berkat ketekunan dan kerja keras kelompok tani “Mina Agung”, Kaliduren III Sumberagung,
Moyudan, dan didukung dengan segenap komponen masyarakat yang peduli dengan kegiatan
petani, maka memperoleh hasil yang cukup menjanjikan bagi petani ikan.
Kelompok tani Mina Agung yang berdiri sejak 1993 ini mendapat dukungan dan kerjasama
Pusat Pengembangan Ekonomi & Bisnis Universitas Atmajaya dan Yayasan CP Prima Jakarta.
Bentuk kerjasama yang dijalin petani menyediakan kolam dan benih ikan lele sementara pihak
ketiga menyediakan pakan lele dengan pembagian keuntungan 60 % bagi petani dan 40 %
kembali digulirkan untuk anggota yang lain. Kolam yang ada sejumlah 20 kolam dengan 20
anggota kelompok masing-masing kolam diisi 5000 ekor. Setelah dilakukan panen berkat
adanya pendampingan maka selama 45 hari dengan pakan 12 sak isi 30 kilo menghasilkan 5,5
kuintal lele yang siap jual dengan harga Rp 12 ribu/kg.
8. Kelompok Tani Murih Mulyo Wukirharjo
Kelompok Tani Murih Mulyo Wukirharjo berhsil menggelar panen sukses tanaman obat yakni
jahe. Jahe yang ditanam ada 3 macam, yakni jahe emprit, jahe merah, dan jahe gajah. Jahe
emprit memiliki nilai jual tertinggi karena rasa pedasnya. Dipasaran, harga normal untuk jahe
ini berkisar Rp. 15.000- Rp. 25.000, namun pada saat harga naik bisa mencapai Rp. 40.000,00
Jahe konsumsi dapat dipanen saat rimpang berumur 8-10 bulan sedangkan jahe yang digunakan
untuk bibit setidaknya harus berumur 11 bulan. Selain tanaman jahe kelompok tani Murih
17
Mulyo juga menanam kencur, temulawak dan kunir. Pola tanam jahe menggunakan sistem
tumpang sari dengan cabai dan selada sehingga pengairan dapat digunakan dengan maksimal.
Bupati Sleman sangat kagum terhadap para petani karena dapat memanfaatkan lahan yang ada,
dari hasil panen tanaman obat tersebut oleh masyarakat diolah menjadi produk instan sehingga
meningkatkan nilai jual. Selain tanaman obat Sri Purnomo juga mengharapkan agar masyarakat
Wukirharjo tetap mempertahankan memelihara sapi dan kambing sehingga pupuk organik yang
dihasilkan dapat mensuplai wilayah Sleman. Terlebih nilai jual pupuk organik saat ini mulai
meningkat.
8. Tri Raharjo, S.Pd
Guru SD Berprestasi tingkat Nasional pada tahun 2004.
9. Samijo, S.Pd
Duta Guru Berprestasi tingkat Nasional tahun 2005.
10. Sri Ningsih, S.Pd
Juara Nasional Guru Berprestasi dari TK ABA Sleman pada tahun 2006.
11. Ponimin S, Ag
Guru SD Berprestasi tingkat Nasional tahun 2007
12. Sundari S.Pd
Guru TK Berprestasi tingkat Naional tahun 2008
13. Amrin Suparno
Pengawas tingkat Nasional
14. Drs. Aragani Mizan Zakaria
Guru Berprestasi tingkat Nasional
15. Wahyu Jayantoni Mahardika/Titik Maryati
anggota Club sepakbola AMS juara I se-DIY, sekarang di pelatnas Pelita Jaya, dari SMP
kelas III Muhammadiyah Seyegan)
16. Muh Insan/Sri Sayuti
juara I Panahan pemula putra, juara II Porda DIY 2011
17. Riana Novida Juariah
18
juara II lari 200 M tuna grahita putri
18.Qoid Tsaqib Hasan/Warsumi
memperoleh piala walikota Surabaya, juara tingkat nasional senam antar club
Hasil Pembangunan Daerah Setelah Berlakunya UU No 32 Tahun
2004
Tujuan yang diharapkan dari kebijakan peningkatan kapasitas organisasi pemerintahan daerah
mengacu kepada UU No.32 dan UU No.33 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, kebutuhan
akan penyesuaian kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan, reformasi kelembagaan,
modifikasi prosedur prosedur kerja dan mekanisme-mekanisme koordinasi,
peningkatkan keterampilan dan kualifikasi sumber daya manusia, perubahan sistem nilai
dan sikap atau perilaku sedemikian rupa, sehingga dapat terpenuhinya tuntutan dan
kebutuhan Otonomi Daerah, sebagai suatu cara pendekatan baru ke arah pemerintahan,
pengadministrasian dan pengembangan mekanisme-mekanisme partisipatif yang tepat guna
memenuhi tuntutan yang lebih demokratis.
Penerapan inisiasi kebijakan peningkatan kapasitas institusi pemerintah daerah (organizational
capacity) di Kabupaten Sleman diaksanakan sejak digulirkannya otonomi daerah tahun 2002-
2004. Pelaksanaan inisiasi tersebut dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman,
sebagai pengendali kegiatan dan Yayasan Inovasi Pemerintah Daerah/Center for Local
Government Innovation (YIPD/CLGI) sebagai penyedia layanan peningkatan kapasitas
dengan memberikan pelatihan (training for trainers). Training for trainers untuk peningkatan
kapasitas organisasi pemerintah daerah tersebut dilakukan kepada Top Manajer meliputi
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Dinas Kimpraswilhub dengan melakukan
pendampingan (technical assistance) kepada Top Manajer di kedua dinas tersebut.
Proses perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Sleman dikoordinir oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagai sector leading dengan mengacu pada
berbagai kebijakan yakni UUD 1945, UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, UU
no 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional, Inpres No.1 tahun 2010
tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, Inpres No.3
tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan (pro rakyat, keadilan untuk
semua- justice for all, pencapaian tujuan MDG’s).Sebagai hasil penerapan kebijakan tersebut,
disusun sejumlah program pemerintah daerah dengan strategi, visi misi serta tujuan yang
disesuaikan dengan iklim kedaerahan (kondisi demografi, geografis, sejarah, bencana.kultur
sosial dan budaya masyarakat).
19
Dalam pelaksanaan perencanaan tersebut, penjaringan aspirasi dilakukan melalui forum
musrenbang yang menghadirkan tokoh masyarakat, LSM, tokoh agama, wartawan, pengusaha
dan sejumlah stakeholders lainnya. Forum tersebut difasilitasi oleh pemerintah yang secara
bersama-sama dengan masyarakat akan merumuskan prioritas pembangunan daerah.
Kurangnya partisipasi masyarakat kadang kala pula disebabkan oleh adanya pandangan
masyarakat yang menganggap pembangunan adalah tugas pemerintah. Pandangan tersebut
menimbulkan kecenderungan masyarakat yang resisten terhadap pembangunan yang
dilaksanakan oleh pemerintah, yang akibatnya masyarakat menjadi tidak memahami
kebutuhannya. Alasan ini cukup masuk akal mengingat pada masa orde baru pembangunan
yang sentralistik membuat masyarakat lebih bersikap “nrimo” tanpa pernah menyadari apa yang
sebenarnya mereka butuhkan. Disinilah peran pemerintah mestinya berjalan, terutama dalam
meningkatkan peran serta masyarakat dan menganalisis berbagai sektor kebutuhan masyarakat.
Keseluruhan kebijakan tersebut secara garis besar telah merangkum berbagai kebutuhan dalam
perencanaan pembangunan daerah, namun kelemahannya sering kali terletak pada prosedur
teknis pada saat dilakukan pengsinergisan antara program pusat dan daerah. kesenjangan
tersebut berupa program “drop-dropan” dari pusat yang mendominasi perencanaan
pembangunan daerah. Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah adanya sejumlah program
beserta prosedurnya yang telah ditentukan oleh pusat yang mesti dilaksanakan oleh daerah. Ini
berarti forum musrenbang tidak menjamin program pembangunan akan bersifat aspiratif.
Keadaan tersebut semakin diperparah dengan peran fasilitator yang sering kali kurang peduli
terhadap pelaksanaan program pembangunan daerah. Program/kegiatan terkadang berlangsung
tanpa pengawasan yang lazim dilakukan baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat.
Akibatnya kondisi pembangunan terutama yang berupa proyek fisik cenderung tidak sesuai
dengan standar dan target yang diharapkan. Secara prosedural ini menunjukkan pelaksanaan
sistem perencanaan pembangunan masih tidak dijalankan secara penuh sesuai aturan yang ada.
Dengan tema pembangunan pada peningkatan kesejahteraan melalui pemberdayaan
masyarakat, pelayanan yang berkualitas dan penciptaan lingkungan yang kondusif, ada
beberapa program yang diprioritaskan oleh Kabupaten Sleman pada Tahun 2011 yang telah
disinergiskan dengan program provinsi, yaitu, penanggulangan kemiskinan dan
pengangguran, revitalisasi pertanian dan ketahanan pangan, menjaga kualitas kesehatan,
peningkatan kualitas pendidikan, peningkatan ekonomi masyarakat yang berbasis
potensi lokal, menjaga kualitas sarana prasarana publik, sumber daya alam dan
lingkungan hidup, peningkatan kualitas pelayanan publik, dan peningkatan keamanan,
ketertiban dan pengelolaan bencana alam. Kedelapan program tersebut mencerminkan
bahwa sinergitas tidak hanya dibutuhkan pada tataran tingkatan pemerintahan pusat-daerah dan
provinsi-daerah, atau antara pemerintah-masyarakat, tetapi juga antar sektor pada lembaga-
20
lembaga pemerintah daerah. Perlunya sinergitas antar sektoral agar pembangunan dapat saling
mendukung dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.
Diantara prioritas tersebut upaya peningkatan ekonomi menjadi poin yang mendapat perhatian
utama oleh Kabupaten Sleman sehingga dalam strategi pembangunan diarahkan pada
pengembangan berbagai infra struktur yang memudahkan masyarakat mengakses faktor-faktor
yang dapat meningkatkan produktifitasnya. Dalam beberapa tahun terakhir perekonomian
Kabupaten Sleman didominasi oleh empat sektor yaitu sektor pertanian, industri pengolahan,
perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa, yang dinamikanya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Berlaku Kabupaten Sleman
Percentage Distribution of Gross Regional Domestic Product by Industrial Origin at Current Price in
Sleman Regency, 2004 – 2006
Lapangan Usaha Tahun/Year
Industrial Origin 2004 2005 2006*)
(1) (2) (3) (4)
1. Pertanian/Agriculture 15,07 14,71 14,48
a. Tanaman Bahan Makanan/Food Crops 11,44 11,11 11,09
b. Tanaman Perkebunan/Estates 0,44 0,44 0,43
c. Peternakan dan hasil-
hasilnya/Livestocksand Products2,45 2,41 2,22
d. Kehutanan/Forestry 0,08 0,08 0,08
e. Perikanan/Fishery 0,66 0,66 0,66
2. Pertambangan dan
Penggalaian/Mining and Quarrying 0,43 0,40 0,37
a. Minyak dan Gas Bumi/ Oil and Natural Gas 0,00 0,00 0,00
b. Pertambangan Tanpa Migas/Non Oil and
GasMining0,00 0,00 0,00
c. Penggalian/Quarrying 0,43 0,40 0,37
3. Industri Pengolahan/Manufacturing
Industry16,28 15,89 15,86
a. Industri Migas/Oil and Gas Manufacturing 0,00 0,00 0,00
b. Industri Tanpa Migas/Non Oil and
GasManufacturing16,28 15 ,89 15 ,86
4. Listrik Gas dan Air Bersih/Electricity,
Gas, and Water Supply
a. Listrik/Electricity
1,151,11 1,251,20 1,231,19
b. Gas/Gas 0,00 0,00 0,00
c. Air Bersih/Water Supply 0,04 0,05 0,04
5. Bangunan/Construction 9,54 10,14 10,53
6.Perdagangan, Hotel, dan
Restoran/Trade, Hotels, and Restaurants
221,077,18 21,757,35 21,787,68
21
a. Perdagangan Besar dan Eceran/Wholesale
andRetail Trade
b. Hotel/Hotel 3,38 3,41 2,88
c. Restoran/Restaurants 10,51 10,99 11,22
Dapat dilihat dalam lima tahun terakhir kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan
PDRB mengalami penurunan yaitu pada tahun 2002 sebesar 17,25%, tahun 2003 sebesar
15,97%, tahun 2004 sebesar 15,07%, tahun 2005 sebesar 14,71%, tahun 2006 sebesar 14,17%
dan tahun 2007 sebesar 14,27%. Kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB dari tahun
ke tahun akan mencerminkan struktur ekonominya. Jika diamati kontribusi masing-masing
sektor maka sektor perdagangan kontribusinya meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan dari
sektor pertanian kontribusinya semakin menurun. Hal ini mencerminkan terjadinya pergeseran
struktur perekonomian Kabupaten Sleman yang cenderung berbasis industri dan perdagangan.
Sehingga pada tahun berikutnya diupayakan lagi peningkatan sektor tersebut dengan
memprioritaskannya dalam perencanaan pembangunan.
Sebagai respon atas pergeseran tersebut, penataan Kawasan Olahraga dan Rekreasi
Tambakboyo serta Sarana Penunjang Museum Gunung Api Merapi misalnya, menjadi isu
strategis yang dikembangkan untuk tahun 2011 dimana pemerintah berusaha memberi peluang
kepada masyarakat untuk berpartisipasi secara kreatif dalam pembangunan yang tidak hanya
akan dilihat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat, tetapi seterusnya akan meningkatkan
kesejahteraannya. Persoalannya kemudian apakah ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
sepenuhnya? Mungkinkah kesejahteraan dari adanya program tersebut dapat dicapai? Tidak ada
yang dapat menjamin hal tersebut, karena dalam proses perencanaan, pelaksanaan hingga
keberlanjutannya, belum disertai dengan adanya pemberdayaan masyarakat terkait
partisipasinya dalam pembangunan daerah. Disamping itu sebagian masih dikuasai oleh elit
tertentu baik dari politisi, pengusaha ataupun minoritas yang memiliki kekuasaan tertentu
dalam masyarakat
Aspek sumber daya aparatur, pembiayaan, dan masyarakat turut menentukan perencanaan
pembangunan daerah.Sumber daya materil (keuangan, asset daerah dan potensi alam) yang
terbatas atau langka membutuhkan pemanfaatan secara efektif dan efisien melalui kemampuan
aparatur dalam mengelola perencanaan tersebut. Sementara itu, unsur sumber daya manusia
perlu diatur, digerakkan dan dikembangkan dalam mencapai pembangunan yang menyeluruh,
dalam hal ini human development dalam kapasitasnya di bidang sosial, ekonomi, politik dan
budaya. Secara singkat dapat dikatakanpelaksanaan perencanaan pembangunan daerah bukan
hanya secara teknis, namun sumber daya material dan personal juga menjadi penentu dalam
proses pembangunan.
22
Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan pustaka mengenai Kabupaten Sleman, dapat disimpulkan bahwa
kabupaten Sleman memiliki lokasi yang sangat strategis terutama untuk jalur Pariwisata. Selain
itu daerah Sleman, kaya akan potensi alam, seperti pertanian (salak pondoh dan mendong),
perikanan (lele) , dan peternakan(sapi dan kambing. Potensi lainnya seperti potensi industry,
potensi pariwisata, potensi investasi juga tidak kalah dengan daerah-daerah lainnya yang ada di
Provinsi DIY. Dilihat dari keunggulannya, daerah Sulan yleman lebih cenderung unggul dalam
bidang pariwisata, karena letaknya strategis bisa mengakomodasi siapa saja yang ingin
berwisata ke Yogyakarta atau Jawa Tengah (Magelang dan sekitarnya).
Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Sleman sudah cukup memadai
dan mendorong melakukan pembangunan. Di Kabupaten Sleman, cukup banyak kelompok
minat-bakat yang berprestasi tinggi dan memiliki ide-ide kreatif. Selain itu, Kabupaten Sleman
juga memiliki orang-orang unggulan atau yang sering berprestasi dan mengharumkan nama
Sleman dalam berbagi bidang dan berbagai tingkat perlombaaan. Tidak heran pula, banyak
Perguruan Tinggi terkemuka (Negeri dan Swasta) berada di wilayah Sleman. Itulah satu
23
keunggulan lagi dari Kabupaten Sleman. Warga Sleman juga turut aktif dalam percaturan
Nasional dan banyak menyumbangkan aspirasi atau gagasan untuk lembaga-lembaga nasional
lain. Hal itu, menjadi nilai tersendiri untuk warga Kabupaten Sleman yang memiliki sifat cukup
kritis.
Namun, meskipun memiliki potensi yang cukup dan keunggulan yang beragam, Kondisi
Kabupaten Sleman pasca berlakunya UU No 32 Tahun 2004 tidak terlalu atau belum terlihat
kemajuannya. Bisa dicermati pada tabel di bagian Hasil Pembangunan Setelah Berlakunya UU
No 32 Tahun 2004, sebagian besar sektor mengalami penurunan kontribusi. Hanya Sektor
Perdagangan dan Bangunan yang mengalamu kenaikan. Hal tersebut berarti setelah berlakunya
UU No 32 Tahun 2004 Sleman melakukan pergeseran perekonomian ke arah industri dan
perdagangan. Selain adanya UU No 32 Tahun 2004 digunakan sebagai acuan dalam menyusun
program-program pembangunan seperti yang sudah disinergikan dengan pemerintah provinsi
DIY. Dengan otonomi daerah, Sleman juga bebas mengatur daerahnya dan melaksanakan
pembangunan daerah dengan lebih memanfaatkan potensi-potensi daerah. Otonomi daerah juga
memberikan modifikasi terhadap sistem kelembagaan Kabupaten Sleman sekaligus
meningkatkan ketrampilan dan sumber daya masyarakatnya agar menjadi lebih mandiri untuk
mengatur daerahnya sendiri.
Saran
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kesimpulan, penyusun memberi saran kepada
Kabupaten Sleman supaya:
Lebih mengoptimalkan pemanfaatakan SDA yang dimiliki
Menjaga lingkungan daerah dari kerusakan-kerusakan hasil perbuatan
manusia
Menjaga lingkungan alam agar tetap lestari dan dimanfaatkan dengan baik
Memanfaatkan keunggulan yang dimiliki untuk mendorong perekonomian
maupun pembangunan di bidang lain
Memberikan apresiasi yang lebih bagi sumber daya-sumber daya manusia
yang telah berprestasi dan mengharumkan nama daerah Sleman
Memberikan pelatihan-pelatihan bagi sumber daya manusia lebih menguasai
bidangnya sehingga pelaksanaan pembangunan dapat berlangsung efektif.
Meningkatkan kualitas SDM dan generasinya dengan perbaikan mutu
pendidikan
24
Melakukan perubahan struktur perekonomian untuk peningkatan dengan tidak
menghilangkan atau menurunkan potensi utama ekonominya (melakukan
penyeimbangan)
Melakukan survey dan pengamatan pada beberapa sektor yang dianggap perlu
dilakukan pembangunan untuk kemajuan
Melakukan program atau rencana pembangunan secara matang supaya dapat
terlaksana dengan baik
Meningkatkan kerjasama antar warga masyarakat dan pemerintah daerah
Kabupaten Sleman untuk membangun Sleman menjadi lebih baik
Menumbuhkan sikap toleransi dan saling menghargai kepada warga
masyarakatnya supaya dalam pembangunan dapat berjalan dengan lancar.
Intinya setelah adanya UU No 32 Tahun 2004 dan telah adanya pengaturan otonomi
daerah yang lebih jelas, diharapkan Kabupaten Sleman dapat meningkatkan
pembangunannya di segala bidang dengan mengedepankan kepentingan rakyat dan
pola perilaku/sikap toleransi, saling menghargai, kerjasama, dan mengutamakan
kepentingan bersama.
Daftar Pustaka
Sumber dari Buku:
Samidi. W, Vidyaningtyas. 2012. Belajar Memahami Kewarganegaraan untuk kelas
IX SMP/MTs. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Sumber dari Internet:
www.slemankab.go.id diakses tanggal 3 dan 7 Novemebr 2012
www.depdagri.go.id diakses tanggal 3 November 2012
sdaem.slemankab.go.id diakses tanggal 7 November 2012
www.google.co.id diakses tanggal 3, 7, 8, 9, dan 10 November 2012
www.disdiksleman.org diakses tanggal 7 November 2012
jogjatribunnews.com diakses tanggal 7 November 2012
www.scrib.com diakses tanggal 8 November 2012
suranto.staff.umy. ac.id diakses tanggal 8 November 2012
25
eprints.undip.ac.id diakses tanggal 8 dan 9 November 2012
repository.unhas.ac.id diakses tanggal 8 November 2012
www.jogjakota.go.id diakses tanggal 9 November 2012
pssssleman.wordpress.com diakses tanggal 9 November 2012
id.wikipedia.org diakses tanggal 9 dan 10 November 2012
suaramerdeka.com diakses tanggal 10 November 2012
cfsyifa.wordpress.com diakses tanggal 10 November 2012
matoa.org diakses tanggal 10 November 2012
26