TUGAS KEWARGANEGARAAN
“DAMPAK KEDATANGAN OBAMA KE INDONESIA BAGI
PEREKONOMIAN INDONESIA – AMERIKA”
DISUSUN OLEH
Adimas Wahyu Santoso Putro
NIM
21030110120063
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
BAB I
LATAR BELAKANG
BARACK Husein Obama adalah Presiden Amerika Serikat pertama yang sempat
tinggal di Indonesia pada masa kecilnya. Ketika beliau dilantik hampir dua tahun silam,
kepeduliannya kepada Indonesia diharapkan lebih besar ketimbang pendahulu-pendahulunya
di Gedung Putih.
Kedatangan Presiden Amerika Serikat (AS) ke Indonesia masih memicu pro dan
kontra di masyarakat. Sejumlah pihak masih banyak yang menyatakan ketidaksetujuannya
dengan kedatangan Obama ke Indonesia. Tapi banyak pula yang mendukung dan menyatakan
kebanggaannya dengan kedatangan Obama ke Indonesia mengingat Indonesia pernah
menjadi tempat khusus bagi Obama sewaktu kecil. Terlepas dari pro dan kontra dari sisi
politik dan keamanan mengenai kedatangan Obama ke Indonesia, kita juga perlu meninjau
dampaknya secara ekonomi. Secara politik, kedatangan Obama akan memberikan pengaruh
yang cepat. Tapi secara ekonomi tidak langsung dirasakan saat itu juga.
Hanya saja, kita patut memikirkan dampak tersebut dari sisi ekonomi. Karena dari
sisi ekonomilah yang akan memberikan dampak bagi pergerakan perekonomian nasional.
Mengapa dampak dari ekonomi perlu kita hitung? Karena kedatangan Obama ke Indonesia
akan menjadi tes case sejauh mana kesiapan negara Indonesia dalam bidang keamanan
nasional, kesiapan dalam menerima pengaruh dari luar dan kesiapan bekerja sama dengan AS
sebagai salah satu negara adidaya dalam bidang ekonomi.
Para investor dari AS dan sekutunya tentu akan memantau Indonesia dalam kerja
sama bilateral yang digalang Obama dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jadi
diharapkan pemerintah bersama pelaku usaha Indonesia, selanjutnya bisa memanfaatkan
kunjungan orang nomor satu negara Paman Sam itu sebagai alat promosi Jika hasil yang
dicapai positif maka peluang untuk mengundang investor ke dalam negeri akan cukup besar
sehingga perekonomian negeri ini akan semakin membaik pasca krisis global yang melanda
dunia.
Jadi pada kesempatan kali ini penulis tertarik untuk membahas apa tujuan Obama
mengunjungi Indonesia dan keuntungannya bagi Amerika Serikat serta dampak ekonomi bagi
Indonesia pasca kunjungan beliau ke Indonesia.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Dalam tugas individu kali ini, penulis membahas tentang kedatangan Presiden
Amerika Serikat, Barack Husein Obama ke Indonesia, didapatkan rumusan masalah yang
nantinya akan dikupas dalam pembahasan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa tujuan Obama mengunjungi Indonesia
2. Dampak bagi perekonomian Amerika Serikat
3. Dampak ekonomi bagi Indonesia pasca kedatangannya ke Indonesia
BAB III
PEMBAHASAN
Di samping disambut optimis akan memperbaiki kondisi ekonomi AS dan dunia,
terpilihnya Obama sebagai presiden AS sekitar dua tahun secara khusus disambut sangat
optimistik oleh masyarakat Indonesia. Alasannya sebenarnya sangat sederhana yaitu Obama
pernah tinggal di Indonesia dan ada keturunan Indonesia mengalir dalam darahnya. Dan kali
ini Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama akhirnya jadi juga berkunjung ke
Indonesia, setelah dua kali mengalami penundaan. Ini membuktikan bahwa Indonesia penting
di mata AS. Kita pun perlu menghargai kunjungan Obama ini. Kunjungan Presiden Obama
memiliki arti yang penting baik dari Amerika Serikat sebagai negara adidaya maupun
Indonesia sebagai negara berkembang.
Sebagian orang menganggap kedatangan Obama ke Indonesia adalah "kabar baik".
Bahkan, sebagian orang mungkin menganggap kedatangannya ke tanah air adalah "berkah".
Setidaknya hal itu bisa dilihat dari setumpuk harapan kerjasama di berbagai bidang yang
dibahas. Namun, hal yang pasti menjadi topik pembicaraan dalam kunjungan Obama adalah
"romantisme" masa lalu. Maklum, Obama menghabiskan masa kecil di Jakarta.
Harapan itu pun tidak terlalu muluk. Hal itu terbukti benar karena Obama memang kembali
mengurai untaian kenangan yang menghiasi benaknya selama di Jakarta, puluhan tahun
silam.
Sebab, di akhir untaian romantisme masa lalu, Obama menegaskan masa lalu
bukanlah tujuan utama Obama di Indonesia. Obama memilih menatap ke depan, daripada
terbuai kenangan masa lalu.
Berikut ini adalah hal-hal yang akan kita bahas:
A. Tujuan Obama ke Indonesia
Salah satu tujuan politik kunjungan sang presiden adalah mengangkat citra global
Indonesia di mata dunia. Banyak orang AS melihat pentingnya posisi Indonesia, kerap kali
digambarkan sebagai negara terpenting di dunia yang paling sedikit dikenal warga AS.
Dengan penduduk 230 juta jiwa, Indonesia adalah negara berpopulasi terbanyak keempat di
dunia setelah China, India, dan AS. Mengangkat citra Indonesia bisa menguntungkan Obama
dan AS karena dapat menjaga keseimbangan tiga negara besar Asia yaitu China, Jepang, dan
India.
Namun kedatangan Obama ke Indonesia bukan semata-mata untuk kepentingan
politik luar negerinya, tetapi adanya agenda yang lebih penting bagi Pemerintahan Obama
untuk melakukan rescheduling berbagai transaksi ekonomi/perdagangan dan untuk
memastikan agar perusahaan-perusahaannya yang beroperasi di Indonesia tetap aman.
Disamping itu, kunjungan Obama terkait dengan persaingan dagang AS dengan Cina.
Realitasnya bahwa perdagangan AS semakin menurun daya saingnya dibandingkan dengan
negara-negara lainnya, khususnya Cina. Sehingga, AS membuat strategi baru agar supaya
Indonesia tetap setia untuk menjadi mitra dagangnya. Oleh karena itu, AS berkeinginan agar
Indonesia masuk dalam blok ekonomi baru yang bernama Trans Pasific Partnership (TPP).
Blok ekonomi ini untuk mengimbangi kekuatan Cina pasca diperlakukannya pasar bebas
Cina-ASEAN (CAFTA) di bidang perdagangan di kawasan Asia Pasifik. Fakta lainnya,
kunjungan Obama ke Indonesia untuk mengokohkan imperilaisme di bidang migas yang
akhir-akhir ini mendapat saingan dari perusahan-perusahaan minyak Cina yang beropreasi di
Indonesia.
Kehadiran beberapa perusaahaan minyak asal Cina di Indonesia sangat
mengkhawirkan Pemerintahan Obama-sebut saja, misalnya: Petro Cina, CNIIC, dan Sinopee.
Dimana, perusahaan-perusahaan minyak Cina tersebut telah berhasil masuk ke lokasi sumber
minyak dan gas seperti Blok Sukowati di Jawa dan Blok Tangguh di Papua.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bagi perusahaan-perusahaan minyak multinasional
asal AS dan Inggris yang dikenal sebagai Seven Sisters, seperti: Shell, British Petroleum,
Gulf, Texaco, Exxon Mobil, dan Chevron yang lebih dulu menguasai eksploitasi minyak di
Indonesia.
Faktanya, ketika perusahaan-perusahaan minyak Cina tersebut masuk ke Indonesia,
the Seven Sisters mulai mengalami kegoncangan. Di bidang perdagangan, pasca
diberlakukannya perdagangan bebas Cina-ASEAN, 2010. AS kewalahan akibat
membanjirnya produk-produk Cina di pasar ASEAN, hal ini berdampak pada menggerus
keuntungan perdagangan AS yang bisa mencapai 25 miliar dolar setiap tahun.
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kerugian perdagangan, tetapi juga akan berdampak
pada peningkatan pengangguran di AS yang rata-rata mencapai 10 persen seiring dengan
hilangnya pasar produk AS di kawasan Asia Pasifik.
Oleh karena itu, AS berusaha lebih keras untuk menggarap pasar Asia, khususnya
Indonesia. Faktanya, Cina telah berhasil menguasai pasar Indonesia dibandingkan dengan
AS. Berdasarkan negara asal barang utama, impor nonmigas dari Cina merupakan yang
terbesar, yaitu sebesar 1.921,8 juta dolar AS atau 18,28 persen dari keseluruhan impor
nonmigas Indonesia, diikuti Jepang sebesar 1.714,6 juta dolar atau 16,31 persen. Sedangkan,
AS hanya sebesar 1.177,4 juta dolar atau 11,20 persen, Indonesia sebagai pangsa pasar yang
sangat besar di kawasan Asia Tenggara menjadi bumper bagi AS dalam mengatasi masalah
perekonomiannya yang akut. Dalam kontes inilah, Indonesia dilihat sebagai negara yang
memiliki posisi penting bagi kepentingan AS di bidang ekonomi.
Sebenarnya, perhatian AS di kawasan Asia Tenggara bukan kepada Indonesia,
melainkan untuk menghadapi semakin besarnya kekuatan Cina di berbagai bidang di fora
internasional. Pemerintah AS memprediksikan bahwa Cina akan menjadi negara yang paling
berpengaruh setelah AS dalam 20 tahun kedepan. Fakta ini menjadi penting mengingat
Indonesia kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia punya pengaruh di Asia
Tenggara sebagai ketua ASEAN tahun depan (2012).
B. Dampaknya bagi Perekonomian Amerika Serikat
Patner Ekspor Impor
Amerika Serikat merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia.
Nilai total perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat cenderung meningkat sejak tahun
2005 sampai 2008 dan menurun pada tahun 2009. Tahun 2008, nilai total perdagangan
Indonesia-Amerika Serikat mencapai 20,9 miliar dolar AS dan kemudian turun menjadi 17,9
miliar dolar AS pada 2009. Sementara selama Januari-Agustus 2010, total perdagangan
Indonesia-Amerika Serikat mencapai 15,6 miliar dolar AS, lebih tinggi dibanding periode
yang sama tahun 2009 yang nilainya 11,3 miliar dolar AS. Neraca perdagangan Indonesia-
Amerika Serikat selalu surplus sejak tahun 2005. Surplus perdagangan Indonesia-Amerika
Serikat tahun 2009 sebanyak 3,7 miliar dolar AS dan selama periode Januari-Agustus 2010
surplus 2,8 miliar dolar AS.
Pasar produk dan industri jasa
Jumlah penduduk Indonesia yang sifgifikan merupakan salah satu faktor yang
mendukung kawasan Indonesia potensial untuk penasaran produk-produk indutri AS,
termasuk Industri jasa AS. Tingkat pertumbuhan perekonomian Indonesia secara umum
masih rendah, sehingga kemampuan dalam membangun industri tergolong lemah. Hal ini
sangat menguntungkan negara industri seperti AS untuk masuk pasar Indonesia . Dimulainya
pasar bebas juga memberikan kemudahan bagi AS dalam hal ini.
Setelah China dan Jepang, perusahaan-perusahaan AS termasuk urutan ketiga terbesar
yang berinvestasi di Indonesia. Sebagian besar kekayaan AS bergantung pada perusahaan-
perusahaan multinasional yang juga memiliki kepentingan signifikan di kawasan Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Perusahaan-perusahaan AS menyebar luas di Kawasan ini,
meliputi industri manufaktur (Ford, General Motors, Honeywell, Intel, dan sebagainya) ,
departement strores (K-mart, JC Penney, Federal Dept.Strores), industri energi (Exxon
Mobil, Unocal, Freeport, Newmont Minning, Eron, dll), industri jasa (UPS, FedEx, American
International Groups, Citigroup, grup hotel, dll), dan lain sebagainya. Asia Tenggara juga
merupakan supplier utama elektronik dan semikonduktor chip untuk perusahaan-perusahaan
telekomunikasi AS seperti Motorola.
Investasi Asing
Asia Tenggara juga merupakan tempat utama investasi luar negeri AS. Hal ini dapat
diukur dari nilai investasi AS ke negara-negara ASEAN yang sangat besar dibandingkan
dengan negara-negara investor lainnya. Beragamnya sektor investasi di ASEAN yang
tersedia meningkatkan signifikansi ekonomis kawasan ini bagi AS.
Kerjasama-kerjasama ekonomi dengan AS terus mengalami peningkatan. Meskipun
dalam perkembangannya investasi asing di kawasan ini secara umum agak tertinggal
dibandingkan dengan kawasan Asia Timur. Akan tetapi dalam beberapa sektor, baik secara
ekonomi, politik dan strategis Asia Tenggara tetap penting. Asia Tenggara merupakan pasar
yang potensial bagi produk dan industri jasa, dan sebagai kawasan utama dari sumber-sumber
daya alam yang penting, termasuk minyak dan gas alam.
Salah satu sektor investasi penting di Indonesia adalah sumber daya alam. Indonesia
merupakan kawasan dengan sumber energi, dan kekayaan alam dunia yang besar, seperti
timah, tembaga, emas, dan sumber-sumber yang dapat diperbaharaui seperti karet, kopi, serta
kayu-kayuan. Hasil bumi seperti minyak dan gas juga terhitung dalam jumlah yang tidak
sedikit. investasi AS tidak kurang dari 20 Milyar dolar untuk tambang emas di Papua dan
industri minyak di Aceh yaitu Exxon dan Mobil.
Jalur laut (Sea-lanes) Indonesia yang strategis
Posisi Indonesia terbentang di persimpangan jalur laut terbesar di dunia. Yang
pertama adalah jalur Timur-Barat, yaitu jalur yang menghubungkan Samudera Hindia dengan
Samudera Pasifik. Kedua adalah jalur Utara-Selatan, yang menghubungkan kawasan Asia
Timur dengan Australia dan New Zealand serta pulau disekitarnya.
Tiga “pintu masuk” Indonesia: Selat Melaka, Selat Sunda dan Selat Lombok
merupakan titik penting dalam sistem perdagangan dunia. Menjadi sama pentingnya karena
perselisihan politis dan ekonomis mengenai jalur laut yang melintasi kepulauan Spartly di
Laut Cina Selatan. Selat Malaka sendiri merupakan selat yang menghubungkan samudera
Hindia dengan samudera Pasifik, sekaligus seabgai jalur terpendek yang terletak diantara
India, Cina dan Indonesia, Oleh karenanya selat ini dianggap sebagai “chokepoints” Asia.
Indonesia secara geopolitik sangat krusial tidak hanya untuk kepentingan nasional
AS, tetapi juga secara global. Jalur laut yang melintasi kawasan Asia Tenggara mempunyai
fungsi yang vital bagi ekonomi Jepang dan Republik Korea, Cina dan termasuk juga AS
sendiri. Selat Malaka, yang melintasi Singapura, Indonesia dan Malaysia merupakan salah
satu jalur laut tersibuk di dunia. Lebih dari 50.000 kapal per tahunnya transit di selat Malaka,
padahal lebar selat ini hanya 1,5 mil dengan kedalaman 19,8 meter. Atase komunikasi
Indonesia, Yuri Gunadi memperkirakan setiap hari sekitar 10000 kapal masuk ke Singapura
yang melintasi selat Malaka, diantaranya 4000 kapal dagang dari Indonesia.
Kapal-kapal yang melintasi selat Malaka ini merupakan 1/3 bagian dari perdagangan
dunia. Berdasarkan catatan Energy Information Administration (EIA), minyak bumi yang
dibawa kapal-kapal tanker via selat malaka (2003E) adalah 11 juta barel per hari.
Letak Asia Tenggara yang sangat strategis berdasarkan jalur ini, tentu saja
menempatkan Asia Tenggara sebagai kawasan yang sangat penting baik ekonomi maupun
keamanan. Oleh karena itu, AS memiliki kepentingan-kepentingan untuk akses bebas dan
terbuka di jalur di Asia Tenggara, baik untuk kepentingan ekonomi (proseprity) maupun
militier (national security)
Kepentingan Politik
Jumlah penduduk yang besar, kondisi sosial budaya yang beragam, sistem
pemerintahan yang cenderung lemah, serta krisis ekonomi yang masih belum pulih, adalah
gambaran kondisi aktual yang dialami sebagian besar negara Asia Tenggara, secara tidak
langsung mempengaruhi kepentingan-kepentingan AS.
Terdapat beberapa kepentingan AS secara politis di kawasan ini. Terutama terhadap
Indonesia, sebagai negara keempat terbesar di dunia, dengan kumunitas muslim yang terbesar
di seluruh dunia, negara eksportir minyak dan gas terbesar di kawasannya, serta satu-satunya
negara Asia Tenggara yang menjadi anggota Organiziation of Petroleum Exploring Countries
(OPEC) dan merupakan titik tumpu ASEAN.
Sebagai negara eksportir minyak dan gas terbesar di Asia Tenggara, AS harus
memiliki hubungan yang baik dan stabil dengan Indonesia. Bagaimanapun juga kebutuhan
energi AS yang sangat besar dan Indonesia salah satu sumber pemenuhan kebutuhan tersebut.
Sementara sebagai satu-satunya anggota OPEC di Asia Tenggara, Indonesia tentu saja
memilki peran dalam mengontrol hargaminyak. Setidaknya ikut serta dalam pembuatan
kebijakan yang berkenaan dengan minyak. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi AS untuk
tidak memperhitungkan Indonesia dalam hal ini.
Selanjutnya dengan penduduk muslim terbesar, Indonesia menjadi pemain kunci
dalam keterikatan AS terhadap dunia Islam. Ketika AS memiliki kepentingan untuk
meyakinkan dunia bahwa ”war against terrorism” bukan sebuah perlawanan terhadap Islam,
maka dukungan negara yang mayoritas berpenduduk muslim moderat seperti Indonesia
menjadi sangat penting.
C. Dampak Ekonomi bagi Indonesia Pasca Kunjungan Obama
Keuntungan Indonesia
Berbagai kalangan masyarakat berharap, kedatangan Obama dapat dijadikan sebagai
momentum untuk meningkatkan investasi dan perdagangan kedua negara, namun Pemerintah
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus tetap menyikapinya secara realisitis. Dalam
perspektif ekonomi politik, AS sangat memerlukan Indonesia. Oleh karena itu, SBY harus
mampu memanfaatkan kunjungan tersebut untuk kepentingan nasional dengan
menghilangkan sejumlah ganjalan yang melekat dalam hubungan kedua negara dalam posisi
yang seimbang. Indonesia tidak boleh menjadi negara yang hanya bisa ditekan demi
kepentingan ekonomi politik AS. Kerja sama tersebut dimaksudkan guna memperluas dan
memperkuat dalam menangani isu-isu regional dan global dalam kerangka kemitraan
strategis yang akan mematangkan hubungan ekonomi politik dalam arti win-win bagi kedua
negara.
Keberadaan Obama di Indonsesia tentunya akan dapat mengeksplorasi kemungkinan
memperbesar volume perdagangan kedua negara, dimana kemitraan strategis akan
ditindaklanjuti lewat beberapa perjanjian yang melibatkan Overseas Private Investment
Corporation (OPIC). Bagi Indonesia, dari sisi ekspor nonmigas dan investasi keberadaan AS
menguntungkan.
Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan, pasar ekspor non-migas Indonesia
lebih besar ke AS dibanding ke negara Cina yang mencapai 10,5 miliar dolar AS,
dibandingkan ke Cina hanya mencapai 8,9 miliar dolar AS, tahun 2009. Sedangkan, realisasi
investasi AS di Indonesia meningkat mencapai 171.500.000 dolar AS, tahun 2009 dari
151.300.000 dolar AS, tahun 2008.
Melihat fakta yang ada, kedatangan Obama ke Indonesia menyimpan banyak harapan,
dari sisi diplomasi perdagangan sangat menguntungkan karena AS pasar utama ekspor
produk Indonesia sebagai upaya mengusahakan adanya kerjasama berdasarkan kesetaraan
dan manfaat.
Dengan demikian, kunjunganan Obama merupakan sebuah keuntungan timbal balik
bagi kedua negara. Sebab secara langsung Obama akan memperkenalkan Indonesia dengan
segala potensi perluasaan usaha diberbagai bidang sebagai kelanjutan dari KTT G-20 di
London, April 2009, yang telah menyepakati kucuran dana sebesar 1.1 triliun dolar AS.
Pemerintah SBY dapat meningkatkan posisi tawar melihat revalitas AS-Cina dengan
mengupayakan hubungan yang saling menguntungkan, berimbang dan menyeluruh dengan
AS sebagai bagian kerjasama kemitraan strategis yang dicanangkan kedua negara.
Pemerintahan SBY seharusnya bisa menarik keuntungan dengan memperluas kerjasama di
bidang ekonomi, militer, sosial, pendidikan, dan budaya, serta kerja sama alih teknologi yang
bisa diberikan oleh AS.
Berdasarkan kalkulasi ekonomi politik SBY, Indonesia bisa terus bergerak maju
terutama dalam kerjasama kedua negara, mengingat Indonsesia dan AS sedang menghadapi
tantangan perdagangan Cina. Dengan demikian, Pemerintahan SBY harus mampu melakukan
lobi-lobi politik yang saling menguntungkan secara bermartabat, bukan dalam bentuk
tekanan-tekanan atas kepentingan dan agenda ekonomi politik global AS semata dengan
memanfaat revalitas AS-Cina guna meningkatkan daya tawar menguntungkan Indonesia.
Kerugian Indonesia
Demikian pun sebaliknya. Kunjungan Obama tidak berbuah baik. Bila kedatangannya
disambut dengan terlampau berlebihan. Apalagi menyedot anggaran keamanan dan juga
melumpuhkan roda ekonomi masyarakat. Sebagaimana yang terjadi ketika Presiden Bush
berkunjung ke Indonesia.
Di tengah situasi negeri yang sedang pelik, didera bencana, dan dirantai sekian
banyak persoalan kemiskinan seharusnya pemerintah tidak bertindak berlebihan terkait
kedatangan Obama. Apalagi terkesan mubazir. Semakin berlebihan dan ekstra ketat
mengerahkan sistim keamanan dengan jumlah biaya yang besar justru mencitrakan Indonesia
tak seaman yang dibayangkan.
Kita berharap kedatangan Obama ke Indoneisa disambut selayaknya seorang tamu
penting negara. Tapi, sewajarnya saja. Sebagaimana sambutan pemerintah AS ketika
menerima kunjungan SBY ke Amerika.
Demikian pula kedatangan Obama jangan sampai menyumbat siklus ekonomi
masyarakat. Seperti yang terjadi saat kedatangan George Bush 2006. 'Toh' kedatangan
Obama tidak lain dan tidak bukan semata untuk membuka akses investasi dan
mengonsolidasikan kerja sama multi sektor dengan pemerintah Indonesia --yang juga
implikasinya diperuntukkan bagi kemakmuran rakyat. Tapi, bila sebaliknya, kehadiran
Obama dengan semua akibat kemacetan siklus perekonomian warga, maka kehadiran Obama
tak ada untungnya. Malah merugikan masyarakat.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bagi Indonesia, kunjungan Obama yang segera akan terealisasi dalam waktu dekat
tentu berdampak signifikan bagi pentingnya hubungan antara kedua negara. Di samping
secara emosional adanya kedekatan yang terjalin karena masa kecil Obama yang kental
dengan negeri ini, Indonesia tentu membutuhkan dukungan Amerika dalam segala bidang
untuk dapat senantiasa membangun negeri ini. Dari aspek ekonomi, Indonesia tentu
membutuhkan dukungan finansial Amerika untuk membantu perekonomian dari
keterpurukan sedangkan dari sisi militer Indonesia membutuhkan bantuan militer untuk
meningkatkan kemampuan pertahanan negeri ini.
Dengan demikian, hubungan yang kelak makin terjalin erat dengan kunjungan Obama
adalah hubungan simbiosis mutualisme atau hubungan yang saling memetik hasilnya. Dengan
menjalin hubungan yang kian erat dengan Indonesia, Amerika akan mendapatkan citra yang
positif dari dunia, khususnya dengan dunia Islam. Sebagai negara dengan komunitas Muslim
terbesar di dunia sekaligus menerapkan sistem demokrasi, peran Indonesia tentu sangat
diperlukan dan diharapkan untuk mendongkrak popularitas Amerika di mata dunia pada
umunya dan dunia Islam pada khususnya. Sementara bagi Indonesia, dengan kedekatan
emosional yang ada ditambah dengan jalinan di segala bidang lainnya, maka keterbatasan
Indonesia dalam beragam aspek akan mampu dibantu oleh Amerika.
Meskipun demikian, satu hal yang perlu diperhatikan dan diwaspadai adalah manfaat
yang diperoleh oleh masing-masing pihak dalam hubungan semacam ini. Sebuah hubungan
yang baik dan ideal dalam jalinan simbiosis mutualisme adalah hasil yang diperoleh oleh
kedua belah pihak adalah seimbang atau sama rata dan masing-masing pihak harus berdiri
seimbang, tidak ada yang merasa lebih besar dibanding yang lainnya. Dalam konteks ini,
hubungan yang terjalin antara Amerika Serikat dan Indonesia adalah hubungan yang setara
dan seimbang sehingga hasil yang didapatkan oleh keduanya adalah sama dan seimbang pula.
Di samping itu, hubungan yang terjalin tersebut harus dirasakan manfaat positifnya bagi
masing-masing pihak dan tidak berdampak negatif bagi keduanya.
2. Kritik dan Saran
Harus diakui bahwa siapapun Obama, atas kepentingan apapun dia datang, tidak
sepantasnya kita sikapi secara berlebihan. Sebenarnya kalau mau kita akui, bangsa ini
memiliki bargaining position yang sangat kuat dimata amerika, disamping fakta dan posisi
starategis Indonesia tersebut masih ada kekuatan lain diluar Amerika. Oleh sebab itu, Bangsa
ini harus mengambil posisi strategis dibalik strategi Amerika tersebut, dengan kata lain
bahwa kita harus cerdas mengambil posisi atas kedatangan Obama jangan sampai kita
terjebak seperti masa-masa sebelumnya.
Pemerintah dapat meningkatkan posisi tawar melihat revalitas AS-Cina dengan
mengupayakan hubungan yang saling menguntungkan, berimbang dan menyeluruh dengan
AS sebagai bagian kerjasama kemitraan strategis yang dicanangkan kedua negara.
Pemerintahmseharusnya bisa menarik keuntungan dengan memperluas kerjasama di bidang
ekonomi, militer, sosial, pendidikan, dan budaya, serta kerja sama alih teknologi yang bisa
diberikan oleh AS.
Indonesia bisa terus bergerak maju terutama dalam kerjasama kedua negara,
mengingat Indonsesia dan AS sedang menghadapi tantangan perdagangan Cina. Dengan
demikian, Pemerintah harus mampu melakukan lobi-lobi politik yang saling menguntungkan
secara bermartabat, bukan dalam bentuk tekanan-tekanan atas kepentingan dan agenda
ekonomi politik global AS semata dengan memanfaat revalitas AS-Cina guna meningkatkan
daya tawar menguntungkan Indonesia.
REFERENSI
http://www.antaranews.com/
http://www.kompas.com/
http://www.roedijambi.wordpress.com/
http://www.zaimmukaffi.com/
Kadin: Kunjungan Obama Tingkatkan Hubungan Ekonomi
Selasa, 9 November 2010 16:40 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Dewan Pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Suryo Bambang Sulisto mengatakan kunjungan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia merupakan peluang untuk meningkatkan hubungan ekonomi kedua negara. "Kunjungan ini bisa memberi semangat ke dalam. Kita bisa memanfaatkannya untuk meyakinkan pelaku usaha di sana bahwa Indonesia adalah negara tujuan investasi yang menarik," katanya ketika dihubungi di Jakarta, Selasa.
Pemerintah bersama pelaku usaha Indonesia, menurut dia, selanjutnya bisa memanfaatkan kunjungan orang nomor satu negara Paman Sam itu sebagai alat promosi untuk menarik lebih banyak investasi Amerika Serikat dan menawarkan produk ekspor ke sana. "Supaya pebisnis sektor swasta di sana lebih memperhatikan Indonesia sebagai daerah tujuan investasi yang menarik," katanya.
Ia menambahkan, pelaku usaha dalam negeri selanjutnya juga harus proaktif melakukan upaya-upaya untuk memperbesar pangsa pasar produk ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.Sebelumnya Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat juga berharap kedatangan Barack Obama dapat mendorong peningkatan investasi Amerika Serikat ke Indonesia pada sektor industri pengolahan.
"Selama ini dia kan ambil minyak dan gas, pertambangan, sumber daya alam. Saya minta selanjutnya dia masuk industri lain seperti industri alat berat," katanya.
Sementara Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar memandang kunjungan Obama sebagai saat untuk menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang makin cepat. Menurut dia, Amerika Serikat merupakan sumber investasi yang penting sehingga hubungan yang ada perlu terus diperbaiki untuk menarik lebih banyak investasi dan keuntungan dari kegiatan perdagangan. Oleh karena itu, kata dia, pelaku usaha dari kedua negara perlu mempelajari potensi kerja sama pada masa mendatang. Amerika Serikat merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia.
Nilai total perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat cenderung meningkat sejak tahun 2005 sampai 2008 dan menurun pada tahun 2009. Tahun 2008, nilai total perdagangan Indonesia-Amerika Serikat mencapai 20,9 miliar dolar AS dan kemudian turun menjadi 17,9 miliar dolar AS pada 2009. Sementara selama Januari-Agustus 2010, total perdagangan Indonesia-Amerika Serikat mencapai 15,6 miliar dolar AS, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2009 yang nilainya 11,3 miliar dolar AS. Neraca perdagangan Indonesia-Amerika Serikat selalu surplus sejak tahun 2005. Surplus perdagangan Indonesia-Amerika Serikat tahun 2009 sebanyak 3,7 miliar dolar AS dan selama periode Januari-Agustus 2010 surplus 2,8 miliar dolar AS. (ANT/R009)
http://www.antaranews.com/
Mengalkulasi Kunjungan ObamaOleh Aspiannor Masrie Dosen Jurusan Ilmu Hubungan Intenasional FISIP Unhas
Senin, 8 November 2010 | 13:40 WITA
SBY harus mampu memanfaatkan kunjungan tersebut untuk kepentingan nasional dengan menghilangkan sejumlah ganjalan yang melekat dalam hubungan kedua negara dalam posisi yang seimbang. Indonesia tidak boleh menjadi negara yang hanya bisa ditekan demi kepentingan ekonomi politik AS
Setelah mengalami penundaan dua kali dengan alasan kondisi dalam negeri, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Husein Obama akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia, tanggal 9-10 November 2010. Kunjungannya ke Indonesia merupakan bagian dari rangkaian Obama ke Asia setelah mengunjungi India, Korea Selatan, dan Jepang yang dimaksudkan untuk memperluas dan memperkuat hubungan bilateral kedua negara.Kedatangan Obama ke Indonesia bukan semata-mata untuk kepentingan politik luar negerinya, tetapi adanya agenda yang lebih penting bagi Pemerintahan Obama untuk melakukan rescheduling berbagai transaksi ekonomi/perdagangan dan untuk memastikan agar perusahaan-perusahaannya yang beroperasi di Indonesia tetap aman.Disamping itu, kunjungan Obama terkait dengan persaingan dagang AS dengan Cina. Realitasnya bahwa perdagangan AS semakin menurun daya saingnya dibandingkan dengan negara-negara lainnya, khususnya Cina. Sehingga, AS membuat strategi baru agar supaya Indonesia tetap setia untuk menjadi mitra dagangnya. Oleh karena itu, AS berkeinginan agar Indonesia masuk dalam blok ekonomi baru yang bernama Trans Pasific Partnership (TPP).Blok ekonomi ini untuk mengimbangi kekuatan Cina pasca diperlakukannya pasar bebas Cina-ASEAN (CAFTA) di bidang perdagangan di kawasan Asia Pasifik. Fakta lainnya, kunjungan Obama ke Indonesia untuk mengokohkan imperilaisme di bidang migas yang akhir-akhir ini mendapat saingan dari perusahan-perusahaan minyak Cina yang beropreasi di Indonesia.
Rivalitas AS-CinaKehadiran beberapa perusaahaan minyak asal Cina di Indonesia sangat mengkhawirkan Pemerintahan Obama-sebut saja, misalnya: Petro Cina, CNIIC, dan Sinopee. Dimana, perusahaan-perusahaan minyak Cina tersebut telah berhasil masuk ke lokasi sumber minyak dan gas seperti Blok Sukowati di Jawa dan Blok Tangguh di Papua.Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bagi perusahaan-perusahaan minyak multinasional asal AS dan Inggris yang dikenal sebagai Seven Sisters, seperti: Shell, British Petroleum, Gulf, Texaco, Exxon Mobil, dan Chevron yang lebih dulu menguasai eksploitasi minyak di Indonesia.
Faktanya, ketika perusahaan-perusahaan minyak Cina tersebut masuk ke Indonesia, the Seven Sisters mulai mengalami kegoncangan. Di bidang perdagangan, pasca diberlakukannya perdagangan bebas Cina-ASEAN, 2010. AS kewalahan akibat membanjirnya produk-produk Cina di pasar ASEAN, hal ini berdampak pada menggerus keuntungan perdagangan AS yang bisa mencapai 25 miliar dolar setiap tahun.
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kerugian perdagangan, tetapi juga akan berdampak pada peningkatan pengangguran di AS yang rata-rata mencapai 10 persen seiring dengan hilangnya pasar produk AS di kawasan Asia Pasifik. Oleh karena itu, AS berusaha lebih keras untuk menggarap pasar Asia, khususnya Indonesia.
Faktanya, Cina telah berhasil menguasai pasar Indonesia dibandingkan dengan AS. Berdasarkan negara asal barang utama, impor nonmigas dari Cina merupakan yang terbesar, yaitu sebesar 1.921,8 juta dolar AS atau 18,28 persen dari keseluruhan impor nonmigas Indonesia, diikuti Jepang sebesar 1.714,6 juta dolar atau 16,31 persen. Sedangkan, AS hanya sebesar 1.177,4 juta dolar atau 11,20 persen, Indonesia sebagai pangsa pasar yang sangat besar di kawasan Asia Tenggara menjadi bumper bagi AS dalam mengatasi masalah perekonomiannya yang akut. Dalam kontes inilah, Indonesia dilihat sebagai negara yang memiliki posisi penting bagi kepentingan AS di bidang ekonomi.Sebenarnya, perhatian AS di kawasan Asia Tenggara bukan kepada Indonesia, melainkan untuk menghadapi semakin besarnya kekuatan Cina di berbagai bidang di fora internasional. Pemerintah AS memprediksikan bahwa Cina akan menjadi negara yang paling berpengaruh setelah AS dalam 20 tahun kedepan. Fakta ini menjadi penting mengingat Indonesia kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia punya pengaruh di Asia Tenggara sebagai ketua ASEAN tahun depan (2012).
Keuntungan IndonesiaBerbagai kalangan masyarakat berharap, kedatangan Obama dapat dijadikan sebagai momentum untuk meningkatkan investasi dan perdagangan kedua negara, namun Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus tetap menyikapinya secara realisitis. Dalam perspektif ekonomi politik, AS sangat memerlukan Indonesia.Oleh karena itu, SBY harus mampu memanfaatkan kunjungan tersebut untuk kepentingan nasional dengan menghilangkan sejumlah ganjalan yang melekat dalam hubungan kedua negara dalam posisi yang seimbang. Indonesia tidak boleh menjadi negara yang hanya bisa ditekan demi kepentingan ekonomi politik AS. Kerja sama tersebut dimaksudkan guna memperluas dan memperkuat dalam menangani isu-isu regional dan global dalam kerangka kemitraan strategis yang akan mematangkan hubungan ekonomi politik dalam arti win-win bagi kedua negara.
Keberadaan Obama di Indonesia tentunya akan dapat mengekslorasi kemungkinan memperbesar volume perdagangan kedua negara, dimana kemitraan strategis akan ditindaklanjuti lewat beberapa perjanjian yang melibatkan Overseas Private Investment Corporation (OPIC). Bagi Indonesia, dari sisi ekspor nonmigas da investasi keberadaan AS menguntungkan.
Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan, pasar ekspor non-migas Indonesia lebih besar ke AS dibanding ke negara Cina yang mencapai 10,5 miliar dolar AS, dibandingkan ke Cina hanya mencapai 8,9 miliar dolar AS, tahun 2009. Sedangkan, realisasi investasi AS di Indonesia meningkat mencapai 171.500.000 dolar AS, tahun 2009 dari 151.300.000 dolar AS, tahun 2008.
Melihat fakta yang ada, kedatangan Obama ke Indonesia menyimpan banyak harapan, dari sisi diplomasi perdagangan sangat menguntungkan karena AS pasar utama ekspor produk Indonesia sebagai upaya mengusahakan adanya kerjasama berdasarkan kesetaraan dan manfaat.
Dengan demikian, kunjunganan Obama merupakan sebuah keuntungan timbal balik bagi kedua negara. Sebab secara langsung Obama akan memperkenalkan Indonesia dengan segala potensi perluasaan usaha diberbagai bidang sebagai kelanjutan dari KTT G-20 di London, April 2009, yang telah menyepakati kucuran dana sebesar 1.1 triliun dolar AS. Namun,
Indonesia harus tetap berpegang pada hal-hal yang mendasar memperkecil cost dan efisiensi dalam perdagangan kedua negara.
Pemerintah SBY dapat meningkatkan posisi tawar melihat revalitas AS-Cina dengan mengupayakan hubungan yang saling menguntungkan, berimbang dan menyeluruh dengan AS sebagai bagian kerjasama kemitraan strategis yang dicanangkan kedua negara. Pemerintahan SBY seharusnya bisa menarik keuntungan dengan memperluas kerjasama di bidang ekonomi, militer, sosial, pendidikan, dan budaya, serta kerja sama alih teknologi yang bisa diberikan oleh AS.
Berdasarkan kalkulasi ekonomi politik SBY, Indonesia bisa terus bergerak maju terutama dalam kerjasama kedua negara, mengingat Indonsesia dan AS sedang menghadapi tantangan perdagangan Cina. Dengan demikian, Pemerintahan SBY harus mampu melakukan lobi-lobi politik yang saling menguntungkan secara bermartabat, bukan dalam bentuk tekanan-tekanan atas kepentingan dan agenda ekonomi politik global AS semata dengan memanfaat revalitas AS-Cina guna meningkatkan daya tawar menguntungkan Indonesia.***
http://www.kompas.com/
Makna Kunjungan Obama
Selasa, 9 November 2010 | 09:35 WIB
BARACK Husein Obama adalah Presiden Amerika Serikat pertama yang sempat tinggal di Indonesia pada masa kecilnya. Ketika beliau dilantik hampir dua tahun silam, kepeduliannya kepada Indonesia diharapkan lebih besar ketimbang pendahulu-pendahulunya di Gedung Putih.
Namun, kepedulian seseorang secara pribadi dan perhatiannya sebagai presiden adalah dua hal yang bisa berbeda jauh. Dalam hubungan Indonesia-Amerika, ada alasan kuat untuk bersikap skeptis terhadap dampak jangka panjang kunjungan Obama, yang telah tertunda berkali-kali dan kini dijadwalkan hanya berkunjung satu atau dua hari saja.
Singkat saja: posisi Indonesia terletak jauh di bawah posisi Amerika dalam percaturan politik global masa kini. Di panggung dunia, Indonesia belum menjadi pemain sedang, apalagi besar. Lebih terperinci, sumber daya politik yang dimiliki Indonesia dan bisa dimanfaatkan untuk membantu atau melawan Amerika, tentu demi mengajukan kepentingan Indonesia sendiri, masih sangat sedikit dibandingkan dengan negara-negara lain. Kenyataan itu berarti bahwa Indonesia gampang dilupakan atau dikesampingkan pemain lain.
Reputasi melonjakContoh penting adalah bidang ekonomi. Salah satu keperluan utama Amerika kini adalah pemulihan laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri setelah keguncangan krisis perbankan tiga tahun lalu. Terus terang saja, di Asia hanya China yang bisa membantu kami. Ekonominya bertumbuh pesat setelah pergeseran kebijakan ekonomi dari komunis ke kapitalis tiga dasawarsa lalu. Jadi, tidak sulit dipahami kalau Obama memprioritaskan China dalam perjalanan pertamanya ke Asia tahun lalu. Seandainya bank-bank Indonesia berlimpah dollar, Obama pasti sudah lama mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma.
Contoh penting kedua adalah konflik Amerika dengan gerakan-gerakan Islam radikal yang
mengancam keamanan nasional kami. Negara saya sedang berperang di Irak dan Afganistan yang bisa dirunut pada serangan Al Qaeda di New York dan Washington pada 11 September 2001. Sejak itu, masyarakat Amerika merasa amat terancam oleh kelompok Islam radikal. Perlawatan Obama ke India kini harus dilihat sebagian dalam rangka itu sebab kerja sama Pakistan, musuh bebuyutan India selama puluhan tahun, sangat diperlukan dalam perang Amerika di Afganistan. Harapan Obama, obsesi Pakistan dengan ancaman India bisa diredakan sedikit demi sedikit kalau Amerika menjadi perantara di belakang layar.
Sejauh mana Indonesia bisa membantu Amerika, sekali lagi dalam rangka mengajukan kepentingannya sendiri? Selama ini, khususnya sejak awal masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2004, usaha-usaha dua pemerintahan kita terjalin rapat, khususnya terhadap kelompok Islam radikal. Banyak gembong Jemaah Islamiyah yang terlibat tindakan teroris dibunuh atau ditangkap dan diadili. Reputasi Indonesia melonjak sebagai negara bermayoritas Muslim yang paling berhasil melenyapkan jaringan teroris.
Namun, kerja sama dalam bidang ini terbatas. Indonesia adalah masyarakat Muslim terbesar di dunia serta negara demokratis terbesar ketiga, setelah India dan Amerika. Namun, hal itu tidak berimplikasi bahwa Indonesia berpengaruh di Timur Tengah, Asia Tengah dan Selatan, tempat tinggal sebagian besar umat Islam di dunia. Klaim banyak pengamat dan pejabat bahwa Indonesia adalah semacam role model, suri teladan, bagi kekuatan prodemokrasi di dunia Muslim sama sekali tidak bergema di negara-negara bersangkutan. Pidato pertama Obama yang dialamatkan kepada umat Islam diucapkan di Kairo, bukan di Jakarta. Mesir diakui umum sebagai salah satu pusat peradaban Islam meskipun kini dikuasai diktator kejam yang tidak disukai di Washington.
Pemerintah Amerika, di bawah seorang presiden yang bersimpati secara pribadi, bisa membantu banyak, misalnya melalui proyek-proyek bersama yang sedang ditingkatkan atau dirumuskan baru di bidang-bidang pendidikan, perlindungan lingkungan alam, perubahan iklim, perdagangan, dan penanaman modal.
Namun, hasil maksimal akan bergantung kepada kesadaran orang Indonesia bahwa Amerika, termasuk presidennya, gampang terdistraksi. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat Indonesia sebaiknya bersikap eling dan waspada, bersiap-siap terus untuk mengelola dan mengarahkan kebijakan Amerika demi pencapaian tujuan-tujuan Indonesia.
* R William Liddle, Profesor Ilmu Politik, The Ohio State University, Columbus, Ohio, AS.Editor : Egidius Patnistik
http://www.kompas.com/
HUBUNGAN INDONESIA-AMERIKA SERIKAT
Oleh : Pahrudin HM, M.A.
Tidak berapa lama lagi, orang yang paling berkuasa di plenet bumi ini akan mengunjungi negara yang pernah menjadi tempatnya menghabiskan beberapa tahun di masa kecilnya. Ya, Presiden Amerika Serikat ke-40 Barack Husein Obama, demikian nama lengkapnya yang dibacakan saat pelantikannya di Gedung Putih sekitar setahun yang lalu, akan menyambangi Indonesia. Dalam sejarah hubungan yang terjalin antara Indonesia dengan Amerika Serikat, hampir sebagian besar kepala negara adikuasa itu telah pernah menyambangi negeri ini. Setiap kunjungan yang dilakukan tersebut tentu memiliki cerita dan misi tersendiri tentunya. Namun demikian, apa sesungguhnya informasi yang dapat diungkapkan mengenai kunjungan kepala negara yang dikenal sebagai Polisi Dunia itu kali ini?
Dalam pidato pelantikannya di hadapan ribuan masyarakat Amerika dan disaksikan jutaan pasang mata di seluruh dunia, Obama memang akan mengambil kebijakan yang berbeda terhadap dunia, khususnya dunia Islam. Jika di masa-masa pendahulunya, terutama sekali yang dilakukan oleh George W. Bush dalam dua periode pemerintahannya, kebijakan yang diterapkan oleh Amerika lebih bersifat kekerasan (hard policy) seperti yang tampak dengan invasi Amerika terhadap Irak dan Afghanistan, namun di masa Obama akan dilakukan soft policy. Beberapa bulan setelah pelantikannya, Obama menyampaikan pidatonya di sebuah negeri Islam yang terletak di Benua Afrika, Mesir. Pada awalnya, banyak yang berharap dan memprediksi bahwa pidato mengenai kebijakannya terhadap dunia Islam itu disampaikan di Indonesia, tetapi ternyata Obama lebih memilih Mesir karena mungkin berdasarkan pertimbangan kedekatan negeri Fir’aun tersebut dengan salah satu mitranya sekaligus dianggap sebagai sumber pertikaian di Timur Tengah, Israel. Dalam pidatonya, Obama mengakui sumbangsih dan andil besar dunia Islam bagi dunia, bahkan dengan tidak sungkan-sungkan Obama menyitir beberapa ayat al-Qur’an dan Hadis yang menjadi sesuatu yang asing bagi seorang kepala negara Barat seperti Amerika Serikat.
Penerapan kebijakan baru yang akan diterapkan oleh Obama terhadap dunia tidak hanya sampai di situ. Beberapa waktu lalu, tepatnya sebelum pemilu 2009, salah satu sosok penting yang menjadi ujung tombak kebijakan Amerika terhadap dunia, Mentri Luar Negeri Hillary Clinton, mengunjungi Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya seperti Korea dan Jepang. Implementasi kebijakan yang dicanangkan oleh Obama terus dilakukan, baik melaluinya secara langsung maupun melalui para wakilnya seperti para duta besar negara adikuasa tersebut di berbagai belahan dunia.
Pertengahan Maret 2010 ini Obama akan mengunjungi Indonesia. Banyak orang tentu sangat mengharapkan kedatangannya ke negara tempat ia beberapa tahun menghabiskan masa kecilnya sekaligus juga mengunjungi para keluarga dari ayah tirinya yang ada di Indonesia. Salah satu bentuk antusiasme menyambut kedatangan Obama mungkin dapat disaksikan dengan hadirnya patung Obama di masa kecilnya di Taman Menteng yang sekarang telah dipindahkan ke Sekolah Dasar Menteng tempat ia pernbah bersekolah dahulu setelah mendapat banyak kritikan dari masyarakat.
Di samping hendak bernostalgia untuk mengunjungi keluarganya yang ada di negeri ini sekalugus juga melihat tempat-tempat yang pernah ada dalam sejarah hidupnya, kedatangan Obama ke Indonesia tentu memiliki misi yang jauh lebih penting. Sebagai negara adikuasa
yang kini mulai banyak dikritik dan mendapat tentangan dari banyak pihak dan kalangan, kedatangan Obama tentu ingin memperlihatkan kebijakan Amerika di bawahnya yang berbeda dengan pendahulu-pendahulunya. Hal ini penting dilakukan karena posisi Amerika dalam kancah percaturan dunia tidaklah sekuat dahulu, meskipun secara militer negara ini masih jauh mengungguli negara manapun di dunia ini, akan tetapi riak-riak penentangan mulai tampak dan berani tampil ke permukaan. Contohnya adalah kekuatan China yang memperlihatkan kemajuan dalam segala bidang yang sangat signifikan dan ‘kebandelan’ Iran dengan program nuklirnya yang terus bertahan meskipun ditekan dengan segala macam cara serta kekuatan ‘pembangkangan’ yang terus diperlihatkan beberapa negara di Amerika Latin seperi Bolivia, Venezuela dan tentunya Kuba. Dengan kondisi semacam ini, mau tidak mau Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Obama harus terus mencari dukungan dengan cara membangun citra yang positif dari seluruh dunia.
Bagi Indonesia, kunjungan Obama yang segera akan terealisasi dalam waktu dekat tentu berdampak signifikan bagi pentingnya hubungan antara kedua negara. Di samping secara emosional adanya kedekatan yang terjalin karena masa kecil Obama yang kental dengan negeri ini, Indonesia tentu membutuhkan dukungan Amerika dalam segala bidang untuk dapat senantiasa membangun negeri ini. Dari aspek ekonomi, Indonesia tentu membutuhkan dukungan finansial Amerika untuk membantu perekonomian dari keterpurukan.
Dengan demikian, hubungan yang kelak makin terjalin erat dengan kunjungan Obama adalah hubungan simbiosis mutualisme atau hubungan yang saling memetik hasilnya. Dengan menjalin hubungan yang kian erat dengan Indonesia, Amerika akan mendapatkan citra yang positif dari dunia, khususnya dengan dunia Islam. Sebagai negara dengan komunitas Muslim terbesar di dunia sekaligus menerapkan sistem demokrasi, peran Indonesia tentu sangat diperlukan dan diharapkan untuk mendongkrak popularitas Amerika di mata dunia pada umunya dan dunia Islam pada khususnya. Sementara bagi Indonesia, dengan kedekatan emosional yang ada ditambah dengan jalinan di segala bidang lainnya, maka keterbatasan Indonesia dalam beragam aspek akan mampu dibantu oleh Amerika.
Meskipun demikian, satu hal yang perlu diperhatikan dan diwaspadai adalah manfaat yang diperoleh oleh masing-masing pihak dalam hubungan semacam ini. Sebuah hubungan yang baik dan ideal dalam jalinan simbiosis mutualisme adalah hasil yang diperoleh oleh kedua belah pihak adalah seimbang atau sama rata dan masing-masing pihak harus berdiri seimbang, tidak ada yang merasa lebih besar dibanding yang lainnya. Dalam konteks ini, hubungan yang terjalin antara Amerika Serikat dan Indonesia adalah hubungan yang setara dan seimbang sehingga hasil yang didapatkan oleh keduanya adalah sama dan seimbang pula. Di samping itu, hubungan yang terjalin tersebut harus dirasakan manfaat positifnya bagi masing-masing pihak dan tidak berdampak negatif bagi keduanya.
Sebagai negara yang kerapkali berada pada posisi tawar yang lemah sebagai konsekuensi dari negara dunia ketiga, apakah hubungan semacam ini dapat diterapkan dengan hasil yang diharapkan sebagaimana tersebut di atas? Kita tunggu saja realisasi janji manis Obama yang hendak menempatkan seluruh negara, utamanya negara-negara Islam, dalam posisi yang setara dalam berinteraksi dengan Amerika Serikat.
http://www.roedijambi.wordpress.com/
Dibalik Misi Presiden Obama ke Indonesia Saturday, 06 November 2010 05:22 Zaim Mukaffi, SE., M.Si
“Pemimpin hebat adalah orang yang mampu mempengaruhi secara politis atas kedaulatan sebuah negara”. Boleh kita berbeda pendapat tentang statemen tersebut, tetapi setidaknya itulah fakta kebesaran sosok Presiden fenomenal Amerika Barack Obama. Siapapun tahu sosok fenomenal tersebut dengan segala kontroversinya. Apapun itu semua, Amerika secara politis sudah menguasai dunia dan hebatnya dihampir semua lini kehidupan peradaban manusia.
Tujuan kunjungan Obama ke Indonesia tidak hanya akan melakukan kunjungan kenegaraan, tetapi akan lebih dari itu, rumah masa kecilnya di kawasan Menteng dan menikmati nasi goreng nampaknya juga akan menjadi agenda Obama dalam kunjungannya ke Indonesia. Selain itu, rencananya Obama dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan secara resmi meluncurkan US-Indonesia Comprehensive Partnership, sebuah inisiatif di mana Amerika Serikat akan memperluas dan memperkuat hubungan dengan Indonesia untuk menangani isu-isu regional dan global.
Namun apakah sesederhana itu Obama datang ke Indonesia? Mari kita lihat dari sisi ekonomi.
Posisi Strategis Indonesia
Ada tiga persoalan pokok kenapa indonesia menjadi tujuan utama para pemimpin adikuasa:
Pertama, Secara geografis, Indonesia merupakan wilayah potensial ekonomi dan perdagangan dunia. Hal ini di sebabkan posisi lalu lintas perdagangan dunia melalui selat malaka (segi tiga bermuda), Indonesia – Malaysia – Singapura.
Kedua, potensi sumberdaya alam Indonesia yang besar baik migas maupun nonmigas. Secara geo-ekonomi Indonesia merupakan negeri dengan sumberdaya Alam yang luar biasa. Setidaknya, ada Ada 60 cekungan besar minyak bumi dan gas, serta 11 yang sudah berproduksi yaitu: Cekungan Sumatera Utara, Cekungan Sunda, Cekungan Jawa Timur Laut, Cekungan Bone, Cekungan Kutai, Cekungan Seram, Cekungan Salawati dan Cekungan Bintuni, Cekungan Sibolga, Cekungan Bengkulu, Cekungan Jawa Selatan, Cekungan Bangai. Dari 11 yang sudah berproduksi dihasilkan minyak bumi sebesar 1,93 miliar barel dan gas bumi sebesar 107,5 TCF. Cadangan emas dan perak terdapat di Delta Kapuas, Kepulauan Riau, Pantai Sukabumi. Dan masih banyak lagi kekayaan alam Indonesia. Maka, adalah penting kiranya bagi AS untuk tetap menjalin kerjasama yang lebih erat dengan Indonesia. Dengan kata lain untuk tetap mengukuhkan hegemoninya di negeri zamrud katulistiwa ini. Jadi sangat mustahil kalau kunjugan presiden Obama ini cuma sekedar ingin bernostalgia.
Ketiga, sumber daya manusia yang besar – BPS; 247 juta orang- sehingga secara ekonomi akan sangat menguntungkan pasar internasional. Dari data badan pusat statistik tahun 2009, bahwa tujuan impor Indonesia adalah China (13%), Jepang (10), Singapura (9%) dan Amerika Serikat (7%), dari data tersebut terlihat bahwa hegemoni ekonomi amerika sudah mulai tergeser oleh China, hal ini juga menjadi agenda serius bagi presiden Obama ke indonesia yang secara implisit sudah mengisyaratkan hal ini.
http://www.zaimmukaffi.com/