BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga merupakan lingkungan pertama seseorang melakukan kontak
sosial. Lingkungan keluarga dengan suasana yang mendukung dapat
membuat individunya menjadi lebih sehat dalam menjalani kehidupannya.
Untuk itu, lingkungan keluarga sangat mempengaruhi perkembangan
kepribadian seorang individu terutama remaja. (Dewi, 1999; Zdanowics et
al, 2004)
Secara umum remaja adalah tahap peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Remaja mengalami beberapa perubahan dalam
dirinya, mulai dari perubahan dalam hubungan dengan orang tua –
ketergantungannya pada orang tua, hingga keinginan untuk bebas
(independensi) – kematangan hingga otonomi. Timbul pula perubahan
status pada remaja yaitu status sebagai bagian dari keluarga ke status
bagian dari kelompok sebaya, yang kemudian remaja dituntut untuk
mampu mandiri sebagai individu dewasa (Mabey & Sorensen, 1995)
Perubahan – perubahan pada remaja berlangsung terus menerus dan
ditandai oleh adanya perubahan dalam aspek biologis, kognitif, psikologis,
sosial, serta moral dan spiritual (Geldard, 2000)
Tahap masa remaja menandai transisi dari masa kanak – kanak ke masa
dewasa. Selama periode waktu yang diperpanjang dan sangat berubah
ubah ini, banyak remaja dan keluarganya mengalami berbagai dilema.
Bagaimana remaja memeandang dirinya dan dunia, secara signifikan akan
mempengaruhi berbagai permasalahan perawatan kesehatan yang mereka
hadapi. Pikiran dan prilaku anak remaja memberi wawasan untuk etiologi
beberapa masalah kesehatan utama pada kelompok peserta didik ini
(Elkind, 1984)
Remaja diketahui termasuk populasi yang paling beresiko (American
Association of Colleges of Nursing, 1994). Agar pendidikan pasien
menjadi efektif, pemahaman terhadap ciri-ciri fase perkembangan masa
remaja itu penting
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 1
Lingkungan keluarga memiliki peran besar untuk memberikan
dukungan fisik dan emosional bagi perkembangan remaja; akan tetapi,
dalam beberapa kondisi tertentu keluarga juga memiliki potensi untuk
menimbulkan stres bagi remaja (Baumrind, 1991).
Orang tua yang supportive, mendorong komunikasi interaktif dengan
anak – anak mereka dan mengembangkan pola pikir rasional serta positif
bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga yang supportive memberikan
peluang besar untuk menjadikan masa anak – anak mereka tumbuh sebagai
individu yang penuh percaya dan memiliki ragam kompetensi dalam
kehidupannya. (Baumind, 1991)
Tahap menghadapi anak remaja merupakan tahap yang paling rawan,
karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk
kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat
diperlukan. Komunikasi dan saling pengerti antara kedua orang tua dengan
dan dikembangkan. (Nashrul Effendy, 1998)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep remaja secara umum?
2. Apa saja masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga
dengan anak remaja?
3. Apa saja tugas keluarga dengan anak remaja?
4. Apa peran perawat pada keluarga dengan anak remaja?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak remaja?
1.2 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan keluarga
sesuai dengan masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga
dengan anak remaja.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian konsep remaja secara umum
2. Menjelaskan masalah yang terjadi pada keluarga dengan anak
remaja
3. Menjelaskan tugas keluarga dengan anak remaja
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 2
4. Menjelaskan peran perawatpada keluarga dengan anak remaja
5. Menjelaskan asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat memahami materi tentang Asuhan Keperawatan
Keluarga dengan Anak Remaja. Sehingga nantinya mahasiswa mengerti
dan dapat mengaplikasikan dalam tindakan keperawatan
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Remaja Secara Umum
2.1.1 Definisi Remaja
Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada
pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia
remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI
adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.
Remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif dan sosioemosional. Masa remaja awal kirakira sama
dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan
perubahan pubertas. Masa remaja akhir memunjuk minat pada karir,
pacaran, dan eksplorasi identitas seringkali lebih nyata dalam masa ini
(Santrock, 2003)
Masa remaja merupakan periode perkembangan yang paling
penting bagi individu dan pada kenyataannya memang merupakan suatu
periode yang sarat dengan perubahan dan rentan munculnya masalah.
Hal ini dikarenakan remaja memiliki karakteristik yang unik, sebagai
masa peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah, masa
pencarian identitas diri, usia yang ditakutkan, masa yang tidak realistis
dan ambang dari masa dewasa (Rudolph, 2006)
Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-
kanak dan masa dewasa – merupakan waktu kematangan fisik, kognitif,
sosial, dan emosional yang cepat pada anak laki-laki untuk
mmpersiapkan diri menjadi laki-laki dewasa dan pada anak perempuan
untuk mempersiapkan diri menjadi wanita dewasa. Batasan yang tegas
sulit ditetapkan, tetapi periode ini biasanya digambarkan pertama kali
dengan penampakan karateristik seks sekunder pada sekitar usia 11-12
tahun dan berakhir dengan berhentinya pertumbuhan tubuh pada usia
18-20 tahun (Wong, 2009)
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 4
2.1.2 Ciri – Ciri Remaja
1) Masa yang Penting
Pada masa ini adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan
tingkah laku serta akibat-akibat jangka panjangnya menjadikan
periode remaja lebih penting daripada periode lainnya. Baik akibat
langsung maupun akibat jangka panjang serta pentingnya bagi remaja
karena adanya akibat fisik dan akibat psikologis.
2) Masa Transisi
Merupakan tahap peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap
berikutnya, maksudnya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan
membekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
3) Masa Perubahan
Selama masa remaja perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Perubahan yang terjadi pada masa remaja
memang beragam, tetapi ada perubahan yang terjadi pada semua
remaja.
4) Emosi yang tinggi
Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok
social menimbulkan masalah baru. Perubahan nilai-nilai sebagai
konsekuensi perubahan minat dan pola tingkah laku. Bersikap
ambivalen terhadap setiap perubahan.remaja menghendaki dan
menuntut kebebasan, tetapi sering takut bertanggung jawab akan
resikonya dan meragukan kemampuannya untuk mengatasinya
5) Masa Bermasalah
Setiap periode memiliki masalah sendiri, masalah masa remaja
termasuk masalah yang sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki maupun
anak perempuan karena pada masa remaja dia ingin mengatasi
masalahnya sendiri, dia sudah mandiri.
6) Masa Pencarian Identitas
Menyesuaikan diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih
penting bagi remaja dari pada individual. Bagi remaja penyesuaian
diri dengan kelompok pada tahun-tahun awal masa remaja adalah
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 5
penting. Secara bertahap, mereka mulai mengharapkan identitas diri
dan tidak lagi merasa puas dengan adanya kesamaan dalam segala hal
dengan teman-teman sebayanya.
7) Masa Munculnya Ketakutan
Persepsi negative terhadap remaja seperti tidak dapat dipercaya,
cenderung merusak dan perilaku merusak, mengindikasikan
pentingnya bimbingan dan pengawasan orang dewasa. Demikian pula
terhadap kehidupan remaja muda yang cenderung tidak simpatik dan
takut bertanggung jawab.
8) Masa Yang Tidak Realistik
Mereka memandang diri sendiri dan orang lain berdasarkan
keinginannya, dan bukan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya.
Apabila dalam hal cita-cita yang tidak realistic ini berakibat pada
tingginya emosi yang merupakan ciri awal masa remaja.
9) Masa Menuju Masa Dewasa
Saat usia kematangan kian dekat, para remaja merasa gelisah untuk
meninggalkan stereotip usia belasan tahun yang indah disatu sisi, dan
harus bersiap-siap menuju usia dewasa disisi lainnya
(Gunawan, 2011).
2.1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Masa Remaja
Beberapa istilah umumnya digunakan dalam menerangkan tahap
pertumbuhan dan perkembangan. Pubertas adalah proses kematangan,
hormonal, dan pertumbuhan, yang terjadi ketika organ-organ reproduksi
mulai berfungsi dan karateristik seks sekunder mulai muncul. Proses ini
umumnya dibagi dalam tiga tahap, yaitu: prapubertas, yaitu periode
sekitar 2 tahun sebelum pubertas ketika anak pertama kali mengalami
perubahan fisik yang menandakan kematangan seksual; pubertas,
merupakan titik pencapaian kematangan seksual, ditandai dengan
keluarnya darah menstruasi pertama kali pada remaja putri sedangkan
pada remaja putra, indikasi kematangan seksualnya kurang jelas; dan
pascapubertas, merupakan periode 1-2 tahun setelah pubertas, ketika
pertumbuhan tulang telah lengkap dan fungsi reproduksi terbentuk
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 6
dengan cukup baik. Masa Remaja, yang secara literatur berarti “tumbuh
hingga mencapai kematangan”. Secara umum berarti proses fisiologis,
sosial, dan kematangan yang dimulai dengan perubahan pubertas. Masa
remaja terdiri atas tiga subfase yang jelas, yaitu: masa remaja awal (usia
11-14 tahun), masa remaja pertengahan (usia 15-17 tahun), masa remaja
akhir (usia 18-20 tahun) (Wong, 2009)
Menurut Wong, et al (2009) perkembangan remaja terlihat pada:
a) Perkembangan biologis
Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal
di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat
jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada
penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder.
- Perubahan hormonal saat pubertas
Hormon estrogen
Estrogen, merupakan hormon kewanitaan, ditemukan
dalam jumlah sedikit ketika kanak-kanak; sekresi estrogen
meningkat secara perlahan-lahan sampai sekitar usia 11
tahun. Pada pria, peningkatan secara bertahap ini berlanjut
ingga mencapai kematangan seksual. Pada wanita, awitan
produksi estrogen di dalam ovariu menyebabakan
peningkatan yang jelas dan berlanjut sampai sekitar 3
tahun setelah awitan menstruasi, yaitu saat estrogen
mencapai tingkat maksimal yang berlanjut sepanjang
kehidupan reproduksi wanita.
Hormon androgen
Androgen, hormon pria, juga disekresi dalam jumlah
sedikit dan jumlahnya meningkat secara bertahap sampai
usia sekitar 7-9 tahun, saat usia tersebut peningkatan
sekresi androgen terjadi lebih cepat pada kedua jenis
kelamin, terutama pada remaja putra, sampai sekitar usia
15 tahun. Hormon ini bertanggung jawab atas perubahan
pertumbuhan yang paling cepat di masa remaja awal.
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 7
Dengan awitan fungsi testikular, tingkat androgen
(terutama testoteron) pada pria lebih meningkat daripada
wanita, dan peningkatan berlanjut hingga maksimal saat
kematangan.
- Kematangan seksual
Gambar 1: perkembangan payudara pada remaja – rentang usia 11-13
tahun.
(sumber: wong, 2009)
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 8
Gambar 1: pertumbungan rambut pubis pada remaja – tahap 2-5
adalah usia 11-14 tahun.
(sumber: wong, 2009)
b) Perkembangan psikologis
Teori psikososial tradisional menganggap bahwa krisis perkembangan
pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pada masa
remaja mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain.
c) Perkembangan kognitif
Berfikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan berfikir
abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang
merupakan ciri periode berfikir konkret, remaja juga memerhatikan
terhadap kemungkinan yang akan terjadi.
d) Perkembangan moral
Anak yang lebih muda hanya dapat menerima keputusan atau sudut
pandang orang dewasa, sedangkan remaja, untuk memperoleh
autonomi dari orang dewasa mereka harus menggantikan seperangkat
moral dan nilai mereka sendiri.
e) Perkembangan spiritual
Remaja mampu memahami konsep abstrak dan mengintepretasikan
analogi serta simbol - simbol. Mereka mampu berempati, berfilosofi
dan berfikir secara logis.
f) Perkembangan sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan
diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas
yang mandiri dari kewenangan keluarga. Masa remaja adalah masa
dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap temen dekat dan
teman sebaya
Perkembangan masa remaja (Wong, 2009)
Masa remaja awal
(11-14 tahun)
Masa remaja
pertengahan
(15-17 tahun)
Masa remaja akhir
(18-20 tahun)
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 9
Pertumbuhan
Laju pertumbuhan
terjadi dengan cepat
Puncak kecepatan
pertumbuhan
Karateristik seks
sekunder muncul
Pertumbuhan
melambat pada
remaja putri
Tinggi badan
mencapai 95% TB
dewasa
Karateristik seks
sekunder
berkembang dengan
baik
Matang secara fisik
Pertumbuhan
struktur dan
reproduksi hampir
lengkap
Kognitif
Mengeksplorasi
kemampuan yang
baru ditemukan
tentang pikiran
abstrak yang
terbatas
Mencari-cari
dengan canggung
nilai-nilai dan
energi yang baru
Membandingkan
“normalitas”
dengan teman
sebaya yang sejenis
Perkembangan
kemampuan untuk
berfikir abstrak
Menikmati kekuatan
intelektual, sering
kali sesuai dengan
identitas
Perhatian terhadap
masalah filosofi,
politik, dan social
Memperlihatkan
pemikiran abstrak
Dapat menerima dan
bertindak pada
rentang pilihan yang
luas
Mampu memandang
masalah secara
komprehensif
Penetapan identitas
intelektual dan
fungsional
Identitas
Merasa senang
dengan perubahan
tubuh yang cepat
Memodifikasi citra
tubuh
Sangat berfokus
Definisi citra tubuh
dan peran gender
hampir diperoleh
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 10
Mengujicobakan
berbagai peran
Pengukuran daya
tarik berdasarkan
penerimaan/penolak
an teman sebaya
Penyesuaian dengan
norma-norma
kelompok
pada diri
sendiri;narsisme
meningkat
Cenderung melhat
pada pengalaman
dari dalam dan hasil
temuan sendiri
Kaya dengan fantasi
kehidupan
Idealistis
Mampu menerima
implikasi dimasa
depan terhadap
perilaku dan
keputusan saat ini;
penerapannya
beragam
Identitas seksual
telah matang
Fase konsolidasi
identitas
Stabilitas harga diri
Nyaman dengan
pertumbuhan fisi
Peran sosial
didefenisikan dan
dilaksanakan
dengan baik
Hubungan dengan
ortu
Mendefinisikan
batasan
kemandirian-
kebergantungan
Keinginan kuat
untuk tetap
bergantung pada
ortu sementara
mencoba untuk
terpisah dari ortu
Tidak ada konflik
besar yang terjadi
Konflik utama
menjadi
kemandirian dan
pengendalian
Hub. Dengan ortu
dan anak berada
pada titik rendah
Dorongan terbesar
untuk bebas;
pemutusan
hubungan
Pelepasan
emosional akhir dan
Perpisahan
emosional dan fisik
dari ortu telah
tercapai
Mandiri dari
keluarga dengan
sedikit konflik
Kebebasan hampir
dicapai
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 11
dibawah kontrol
ortu
bersifar ireversibel
dari oru
Hubungan dengan
teman sebaya
Mencari kelompok
sebaya untuk
menghadapi
ketidakstabilan
yang disebabkan
oleh perubahan
yang cepat
Meningkatnya
kedekatan,
persahabatan yang
ideal dengan
anggota lain yang
sejenis
Berebut kekuasaan
terjadi di dalam
kelompok sebaya
Kebutuhan identitas
yang kuat untuk
memperkuat citra
diri
Standar perilaku
yang ditetapkan
oleh kelompok
Penerimaan teman
sebaya sangat
penting-takut
ditolak
Mengeksplorasikan
kemampuan untuk
menarik perhatian
teman lawan jenis
Kelompok teman
sebaya tidak lagi
penting dalam
hubungan individu
Menguji coba
hubungan antara
pria-wanita
terhadap
kemungkinan
hubungan yang
permanen
Hubungan didirikan
dengan memberi
dan berbagi
Seksualitas
Mengeksplorasi
dan mengevaluasi
dirinya
Kencan terbatas,
biasanya kelompok
Keintiman terbatas
Berhubungan
dengan orang
banyak
Keyakinan untuk
kecenderungan
heteroseksual
(homoseksual
diketahui pada saat
ini)
Eksplorasi terhadap
Membentuk
hubungan yang
stabil dan
perlekatan kepada
orang lain
Pertumbuhan
kapasitas untuk
bersama dan
menjalani
hubungan timbal
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 12
“daya tarik seks”
Perasaan jatuh cinta
Membangun
hubungan
sementara
balik
Berkencang sebagai
pasangan pria-
wanita
Keintiman lebih
melibatkan
komitmen dari pada
eksplorasi dan
romantisisme
Kesehatan psikologis
Ketidakstabilan
mood masih besar
Mimpi di siang hari
masih sering dan
kuat
Marah
diekspresikan
dengan
kemurungan,
luapan rasa marah,
dan ejekan secara
verbal serta
pemberian julukan
Kecenderungan
terhadap
pengalaman dari
dalam dirinya; lebih
instropektif
Kcenderungan
untuk menarik diri
jika merasa sedih
atau terluka
Kebimbangan
emosi dalam waktu
dan rentang tertentu
Perasaan tidak
adekuat umum
ditemukan,
kesulitan meminta
bantuan
Emosi lebih
konstan
Kemarahan lebih
cenderung
disembunyikan
2.1.4 Tugas Perkembangan Remaja
a. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih
dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 13
b. Memperoleh peranan sosial
c. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakannya secara efektif
d. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya
e. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
f. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
g. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga
h. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup
(Soetjiningsih, 2004).
2.2 Permasalahan yang Terjadi pada Remaja
2.2.1 Perilaku Seksual pada Remaja
Aspek seksual pada remaja mempunyai kekhususan antara lain
pengalaman berfantasi dan mimpi basah. Remaja laki-laki sekitar 93%
dan 89% remaja perempuan melakukan fantasi pada saat masturbasi.
Fantasi ini tidak hanya dialami oleh para remaja, tetapi ternyata masih
sering dialami sampai pada saat dewasa. Remaja menginginkan
kebebasan yang lebih banyak dan kadang ingin lebih leluasa melakukan
aktivitas seksual, walaupun tidak jarang menimbulkan konflik dalam
dirinya sehingga sebagian merasa berdosa dan cemas.
Perkembangan perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai factor
antara lain perkembangan psikis, fisik, proses belajar dan sosiokultural.
Beberapa aktivitas seksual yang sering dijumpai pada remaja yaitu
sentuhan seksual, membangkitkan gairah seksual, seks oral, sek anal,
masturbasi, dan hubungan heteroseksual.
a. Masturbasi
Masturbasi merupakan salah satu aktivitas yang sering
dilakukan oleh para remaja. Dari laporan penelitian yang dilaporkan
oleh SIECUS (Sex Information and Education Council of United
States) menunjukkan bahwa pada umur 16 tahun remaja laki-laki
yang melakukan masturbasi sekitar 88% dan remaja perempuan
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 14
sekitar 62%. Frekuensinya semakin meningkat sampai pada masa
sesudah pubertas. Mereka mempunyai daya tarik seksual terhadap
lawan jenis yang sebaya. Masturbasi ini dilakukan sendiri-sendiri
dan dapat juga dilakukan bersama dengan teman sebaya sejenis
kelamin, tetapi sebagian dari mereka juga melakukan masturbasi
secara bersama dengan pacarnya.
b. Percumbuhan, seks oral, dan seks anal
Pola perilaku seksual ini tidak saja dilakukan oleh pasangan
suami istri, tetapi juga telah dilakukan oleh sebagian remaja.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 1995 terhadap remaja yang
berumur antara 15-19 tahun di Amerika Serikat menunjukkan hasil
sebagai berikut :
Diagram 1. Aktivitas seksual remaja (15-19 tahun)
Dikutip dari : Soetjiningsih (2004)
Berdasarkan hasil penelitian Yayasan Usamah di Yogyakarta tahun
2005 menunjukkan bahwa 48 dari 557 remaja (8,8%) yang pernah dan
masih pacaran mengaku pernah melakukan hubungan seksual saat
pacaran, sebanyak 61 remaja (11,2%) saling meraba tubuh pacar dan 92
remaja lainnya (16,9%) melakukan aktivitas peluk cium saat pacaran.
Penelitian lain melaporkan bahwa remaja melakukan aktivitas seksual
tersebut 75% di rumah orang tuanya.
c. Hubungan seksual
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 15
Menurut IG.N. Gde Ranuh dalam Soetjiningsih (2004), sepanjang
abad 20 lingkungan telah banyak merubah perilaku para remaja dan
banyak menjurus ke perilaku resiko tinggi (risk-taking behavior)
dengan segala konsekuensi akibat dari perilaku tersebut. Salah satu
bentuk perilaku resiko tinggi yang terjadi dan menjadi masalah anak
pada masa remaja ini adalah perilaku yang berkaitan dengan perilaku
seks pra nikah.
Menurut Alex Pangkahila dalam Soetjiningsih (2004), hubungan
seksual yang pertama dialami remaja dipengaruhi faktor berikut ini :
Pada saat pubertas, remaja tidak pernah memahami apa yang akan
dialaminya.
Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar.
Frekuensi pertemuan dengan pacarnya, pertemuan yang makin
sering tanpa kontrol yang baik sehingga hubungan akan semakin
mendalam.
Hubungan dengan pacar yang semakin romantis.
Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-
anak untuk memasuki masa remaja dengan baik.
Status ekonomi, pada remaja dengan fasilitas berkecukupan dapat
mempergunakan kesempatan mencari tempat rawan untuk
melakukan hubungan seksual, sedangkan pada remaja dengan
ekonomi rendah dapat memanfaatkan dorongan seksnya demi
mendapatkan sesuatu.
Korban pelecehan seksual yang berhubungan dengan fasilitas atau
kesempatan yang rawan.
Tekanan dari teman remaja yang saling menunjukkan penampilan
diri dengan cara yang salah untuk menunjukkan kematangannya.
Penggunaan obat-obatan terlarang atau alcohol
Kehilangan control akibat tidak tahu akan batas-batas mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh.
Merasa sudah saatnya melakukan aktivitas seksual sebab sudah
merasa matang secara fisik.
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 16
Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya.
Penerimaan aktivitas seksual pacarnya
Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya.
Terjadinya peningkatan kadar hormone reproduksi/seksual
Menurut hasil penelitian Puslit Ekologi Kesehatan, Badan Litbang
Kesehatan, Depkes RI pada tahun 1990 terhadap siswa siswi di Jakarta
dan Yogyakarta menyebutkan bahwa factor utama yang mempengaruhi
remaja untuk melakukan senggama adalah: membaca buku porno dan
menonton blue film (54,39% di Jakarta dan 49,2% di Yogyakarta).
Motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka (76% di
Jakarta dan 75,6% di Yogyakarta), kebutuhan biologik 14–18% dan
merasa kurang taat pada nilai agama antara 20–26%.
Berdasarkan penelitian Sahabat Remaja dalam Soetjiningsih (2004)
tentang perilaku seksual di empat kota menunjukkan 3,6% remaja di
kota Medan, 8,5% remaja di kota Yogya karta, 3,4% remaja di
Surabaya, serta 31,1% remaja di kota Kupang telah terlibat hubungan
seks secara aktif.
Dari laporan Planned Parenthood Federation of American Inc
(PPFA) pada tahun 2004 tentang penilaian pada 1038 remaja yang
berusia antara 13-17 tahun terhadap hubungan seksual dapat
ditunjukkan pada diagram dibawah ini.
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 17
Diagram 2. Penilaian remaja terhadap hubungan seksual
Dikutip dari : Soetjiningsih (2004)
d. Kehamilan Remaja
Di Amerika Serikat hubungan seksual yang dilakukan oleh para
remaja ternyata mengalami peningkatan sekitar 1% tiap pertahunnya.
Sekitar 40% dari remaja perempuan hamil sebelum tamat sekolah
menengah. Sekitar 50% diantaranya melakukan abortus dan sisanya
melahirkan bayinya. Dampak lain yang perlu diwaspadai ialah
bahaya penularan penyakit kelamin terutama HIV/AIDS dan
penyakit menular seksual lainnya.
Di tahun 2010, hasil penelitian ANU & UI di Jakarta,
Tangerang, dan Bekasi, remaja usia <17–24 tahun 20,9% mengalami
kehamilan dan kelahiran sebelum menikah dan 38,7% mengalami
kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah. Pusat
Studi Kriminologi Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta
menemukan 26,35% dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan
hubungan seksual sebelum menikah di mana 50% di antaranya
menyebabkan kehamilan. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 18
Kabupaten Kulon Progo yang merujuk pada laporan dari Puskesmas,
sepanjang tahun 2011 diketahui sekitar 11,78% calon pengantin baru
yang melakukan pp test sudah dalam keadaan hamil.
Menurut Soetjiningsih (2004), amgka aborsi di Indonesia
diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun, sekitar 750.000 diantaranya
dilakukan oleh remaja. Sebagaimana yang dirilis oleh BKKBN
online pada tahun 2013, setiap harinya terdapat 100 remaja yang
melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika dihitung per
tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Kondisi ini
menunjukkan bahwa pergaulan seks bebas di kalangan remaja
Indonesia saat ini sangatlah memprihatinkan.
Salah satu resiko dari seks pra nikah atau seks bebas adalah
terjadinya kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Terdapat dua hal
yang bisa dan biasa dilakukan remaja jika mengalami KTD yaitu
mempertahankan kehamilan atau mengakhiri kehamilan (aborsi).
1) Bila kehamilan dipertahankan
Resiko fisik
Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan
dalam persalinan seperti perdarahan bahkan hingga
kematian.
Resiko psikis atau psikologis
Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu
tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau
mempertanggung jawabkan perbuatannya. Jika mereka
menikah, hal ini juha bisa mengakibatkan perkawinan
bermasalah dan penuh konflik karena belum dewasa dan
belum siap memikul tanggungjawab sebagai orang tua.
Resiko social
Salah satu resiko social adalah berhenti putus sekolah
atas kemauan sendiri dikarenakan rasa malu, cuti
melahirkan, atau karena dikeluarkan dari sekolah. Hingga
saat ibi masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 19
yang hamil. Resiko social lain menjadi obyek pembicaraan,
kehilangan masa remaja yang seharusnya dinikmati, dan
terkena cap buruk karena melahirkan anak diluar nikah.
Resiko ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan
bayi/anak membutuhkan biaya besar
2) Bila kehamilan diakhiri (aborsi)
Resiko fisik
Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu
resiko aborsi. Aborsi yang berulang selain bisa
mengakibatkan komplikasi juga bisa menyebabkan
kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman
dapat berakibat fatal yaitu kematian.
Resiko psikis atau psikologis
Perilaku aborsi seringkali mengalami perasaan takut,
panic, tertekan atau stress, trauma mengingat proses aborsi
dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah, atau dosa
akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu, pelaku
aborsi juga seringkali kehilangan kepercayaan diri.
Resiko social
Ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih
besar karena perempuan merasa sudah tidak perawan,
pernah mengalami KTD dan aborsi. Selanjutnya remaja
perempuan lebih sukar menolak ajakan seksual
pasangannya. Resiko lain adalah pendidikan terputus atau
masa depan terganggu.
Resiko ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi dan akan menjadi semakin
tinggi jika terjadi komplikasi.
e. Gay, Lesbian dan Biseksual
Pada tahun 1973, American Psychiatric Association (APA)
memutuskan untuk menghapus homoseksualitas sebagai diagnosis
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 20
gangguan jiwa. Pada DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders) yang terbit 1994, homoseksual ego distonik tidak
lagi tercantum, dan hanya disebut sebagai seseorang yang
mengalami distress nyata dan menetap akibat orientasi seksualnya,
dan digolongkan pada gangguan seksual. Dalam PPDENGANJ III
tahun 1993, homoseksualitas hanya dicantumkan sebagai orientasi
ego distonik dan digolongkan pada kategori gangguan psikologis dan
perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan orientasi
seksual.
Kata homoseksualitas berasal dari bahasa Yunani yang berarti
sama atau sejenis. Secara umum homoseksualitas diartikan sebagai
suatu gejala dari dua orang berjenis kelamin sama secara seksual
merasa tertarik satu dengan lainnya dan keduanya terlibat didalam
aktivitas seksual.
The American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan
pernyataan mengenai perwatan homoseksual remaja dan beberapa
terminologi yang dipakai. Berikut ini adalah beberapa terminologi
yang dipergunakan :
Orientasi seksual : gambaran menetap dari gairah emosi dan
seksual seseorang terhadap sesame jenis, lawan jenis atau kedua
jenis kelamin.
Identitas jenis kelamin : seseorang yang lahirnya sudah diketahui
laki-laki atau perempuan, biasanya tampak jelas pada usia 3 tahun.
Homoseksual : seseorang yang mengalami bangkitan emosi dan
seksual terhadap sesama jenis kelamin. Gay adalah istilah
homoseksual pada laki-laki, dan Lesbian adalah istilah
homoseksual untuk perempuan.
Heteroseksual : seseorang yang mengalami bangkitan emosi dan
seksual terhadap lawan jenis.
Biseksual : seseorang yang melakukan aktivitas homoseksual dan
heteroseksual secara menetap selama suatu periode kehidupannya.
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 21
Transeksual : seseorang yang menolak jenis kelamin badaniahnya,
tidak peduli ia dibesarkan sebagai wanita atau pria atau dapat juga
dikatakan bahwa jenis kelamin fisiknya bertentangan dengan jenis
kelamin psikologiknya.
Transvestitisme : keadaan seseorang yang mencari rangsangan dan
pemuasan seksual dengan memakai pakaian dan berperan sebagai
seorang dari jenis kelamin yang berlainan.
“In the closet” : penolakan dari perasaan homoseksual atau
biseksual ke dunia luar.
Coming out : suatu proses penerimaan diri dan masyarakat
terhadap seseorang dengan orientasi homoseksual.
Angka kejaian homoseksual pada remaja belum ada angka yang
pasti. Penelitian klasik dari Kinsey, Pomeroy dan Martin melaporkan
8% laki-laki dan 4% wanita adalah homoseksual sejati sedikitnya
selama 3 tahun pada usia 16-55 tahun. Sorenson melaporkan 17%
dari laki-laki dan 6% dari wanita mendapat satu atau lebih
pengalaman sebagai homoseksual pada usia 19 tahun. Di Amerika
Serikat estimasi angka kejadian GLB adalah 10% dari seluruh
penduduk. Di Indonesia belum ada laporan pasti mengenai angka
kejadian GLB pada remaja. (Soetjiningsih, 2004)
Etiologi
Secara garis besar etiologi dari homoseksual dijelaskan dengan
teori-teori biologik dan psikososial berikut ini :
1) Teori biologik
Factor genetic
Penelitian pada saudara kembar menunjukkan angka
kejadian homoseksual pada kembar identik lebih tinggi (48-
66%) dibandingkan dengan kembar heterozigot. Pillard dan
Werlick melaporkan laki-laki homoseksual sering
mempunyai saudara laki-laki homoseksual juga.
Sebaliknya, seorang lesbian lebih banyak mempunyai
saudara homoseksualitas wanita tanpa peningkatan kejadian
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 22
homoseksualitas pada saudara laki-laki. Menurut Hamer,
pada studi molekuler menunjukkan lima petanda DNA pada
ujung lengan panjang kromosom X, yaitu pada segmen
Xq28 mempunyai korelasi positif atas terjadinya
homoseksualitas. (Soetjiningsih, 2004)
Factor hormonal
Factor biologic yang juga dianggap dapat
mempengaruhi orientasi seksual, khususnya homoseksual
adalah keseimbangan hormon androgen sebelum dan saat
dewasa. Hormon androgen prenatal diperlukan untuk
perkembangan genetalia eksternal laki-laki pada fetus
dengan genetic laki-laki. Pada kasus yang dikenal sebagai
Congenital Adrenal Hyperplasia (CAH) yaitu kondisi
dimana secara congenital terdapat defek dari suatu enzim
sehingga terjadi produksi hormone androgen secara
berlebihan. Jika CAH terjadi pada fetus perempuan maka
akan menyebabkan terjadinya maskuliniasi pada bayi
peremouan.
2) Teori psikososial
Pola asuh
Freud mempercayai bahwa individu terlahir sebagai
biseksual dan hal ini dapat membawa tendensi homoseksual
laten. Dengan pengalaman perkembangan psikoseksual
normal melalui fase homoerotik, individu dapat
berkembang menjadi heteroseksual. Freud juga berpendapat
individu dapat juga terfiksasi pada fase homoseksual jika
mengalami hal tertentu dalam kehidupannya seperti
mempunyai hubungan buruk dengan ayahnya dan memiliki
ibu yang sangat dekat dengan dirinya. Hipotesis ini
diperkuat oleh Beiber dan Socrarides, melaporkan bahwa
banyak kaum homoseksual mempunyai ibu yang dominan,
overprotektif, serta ayah yang lemah, bermusuhan, jauh
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 23
bahkan tidak ada. Mereka berpendapat hubungan dengan
orang tua seperti ini dapat menyebabkan rasa bersalah dan
kecemasan, yang mendoron mereka manjadi homoseksual.
(Soetjiningsih, 2004)
Trauma kehidupan
Pengalaman hubungan heteroseksual yang tidak
bahagia atau ketidakmampuan individu untuk menarik
perhatian pasangan lawan jenis, kadang-kadang dipercaya
dapat menyebabkan homoseksual. Pandangan lain juga
menganggap bahwa lesbianism terjadi karena adanya
dendam, tidak suka, takut atau tidak percaya terhadap laki-
laki. Pandangan ini menganggap menjadi homoseksual
adalah pilihan kedua setelah heteroseksual. Beberapa
penelitian menunjukkan sekitar 70% lesbian telah pernah
berhubungan seksual dengan pria dan banyak dari mereka
menikmatinya, walaupun demikian mereka lebih memilih
berhubungan seksual dengan wanita.
Tanda-tanda psikologik
Perilaku masa anak-anak, terutama dalam hal bermain
dan berpakaian juga dianggap dapat menentukan
homoseksualitas dikemudian hari. Anatk laki-laki yang
bermain boneka, memakai baju ibu, tidak menyukai
permainan laki-laki dan disebut sebagai sissy diduga
cenderung akan menjadi homoseksual.
Tahap perkembangan GLB pada remaja
Pada tahun 1988, Troiden menulis mengenai kerangka dari
proses perkembangan remaja dengan GLB yaitu:
Tahap 1. Sensitisasi
Pada tahap ini anak memiliki perasaan yang berbeda dari
kelompoknya dengan jenis kelamin yang sama tanpa
mengetahui alasan dari perbedaan perasaan ini perasaan ini
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 24
tidak spesifik dan nonseksual. Fase ini basanya terjadi sebelum
masa remaja.
Tahap 2. Kebingungan identitas (identity confusion)
Pada tahap ini mulai terjadi daya tarik terhadap teman sesama
jenis, sering kehilangan daya tarik terhadap jenis kelamin yang
berbeda. Fase ini biasanya terjadi pada masa remaja awal.
Beberapa GLB mulai mencoba melakukan aktivitas seksual.
Pada fase ini beberapa remaja mencoba untuk menolak (denial)
atau merubah perasaan homoseksualnya, beberapa remaja
menunjukkan rasa permusuhan dengan orang GLB. Remaja
GLB yang menghindar dari perasaan homoseksual atau
biseksualnya ke dunia luar (outside world) (“in the closet”),
energinya sebagian besar dihabiskan untuk menghindar dan
bersembunyi dari kecenderungan perasaan seksualnya, ada juga
beberapa remaja menghabiskan energinya pada bidang
akademis, olahraga dan kerja keras lainnya.
Tahap 3. Asumsi identitas (identity assumption)
Pada tahap ini remaja mulai menerima dirinya sebagai seorang
GLB, hal ini terjadi pada masa remaja lanjut (usia 18-21 tahun).
Remaja ini mulai memperlihatkan orientasi seksualnya pada
teman-temannya, atau mereka mempunyai teman-teman dengan
ciri-ciri tersendiri. Remaja yang mendapatkan ejekan atau
kekerasan fisik di sekolah akan drop out dari sekolahnya. Ada
beberapa remaja GLB yang keluar dari rumahnya, mencari
tempat penuh resiko seperti prostitusi dan penyalagunaan obat-
obatan.
Tahap 4. Komitmen (commitment)
Remaja GLB sampai dewasa muda, menyadari dan menerima
identitas dirinya, dan masyarakat lebih mengenal sebagai
seorang homoseksual. Remaja GLB mendapat kepuasan dan
tidak mau merubah identitas seksualnya. Pengungkapan pada
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 25
anggota keluarga terjadi pada tahap ini. Pada tahap ini hubungan
intim sangat mungkin terjadi.
Tipe Homoseksual
1) Homoseksual ego sintonik (sinkron dengan egonya)
Seorang homoseksual ego sintonik adalah seorang
homoseksual yang tidak merasa terganggu oleh orientasi
seksualnya, tidak ada konflik bawah sadar yang ditimbulkan,
serta tidak ada desakan, dorongan atau keinginan untuk
mengubah orientasi seksualnya. Kelompok ini mampu
menjalankan fungsi social dan seksualnya secara efektif karena
meraka tidak mengalami kecemasan, dan kesulitan psikologis
dengan orientasi seksualnya.
2) Homoseksual ego distonik (tidak sinkron dengan egonya)
Sebaliknya seseorang homoseksual ego distonik adalalah
homoseksual yang mengeluh terganggu akibat konflik psikis. Ia
senantiasa tidak atau terangsang oleh lawan jenis dan hal ini
menghambatnya untuk memulai dan mempertahankan hubungan
heteroseksual yang sebetulnya didambakannya. Konflik psikis
tersebut menyebabkan perasaan bersalah, kesepian, malu, semas
dan depresi. Karenanya homoseksual ego distonik dianggap
sebagai gangguan psikososial.
2.2.2 Merokok pada Remaja
Angka kejadian merokok pada remaja di Amerika Serikat pada
tahun 2000 melebihi 25% dari angka kejadian merokok pada orang
dewasa, dan dikatakan terdapat peningkatan sekitar 50% dari tahun
1988. Lebih dari 80% perokok mulai sebelum umur 18 tahun serta
diperkirakan sekitar 3000 remaja mulai merokok setiap hari. Angka
kejadian merokok pada remaja lebih tinggi di pedesaan daripada di
perkotaan.
Berdasarkan data WHO pada tahun 2011, angka kematian akibat
kebiasaan merokok di Indonesia telah mencapai 400 ribu orang per
tahun. Kenaikan tertinggi sebesar 4 kali lipat terjadi pada kelompok
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 26
usia 5-9 tahun, sedangkan peningkatan pada kelompok 15-19 tahun
adalah 144 persen selama periode 1994-2004. Dari penelitian
Universitas Hamka dan Komnas Anak di tahun 2007, menunjukkan
hampir semua anak (99,7 persen) melihat iklan rokok di televisi dan
68,2 persen memiliki kesan positif terhadap iklan rokok, serta 50 persen
remaja perokok lebih percaya diri seperti dicitrakan iklan rokok.
Banyak hal yang dapat menjadi resiko timbulnya perilaku merokok
pada remaja, Subanada dalam (Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan
bahwa faktor resiko munculnya perilaku merokok pada remaja
dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:
a. Faktor psikologis
1) Factor perkembangan social
Meliputi menetapkan kebebasan dan otonomi, membentuk identitas
diri, penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan maturasi
fisik. Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi remaja agar mereka
tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan
teman-teman sebayanya yang merokok. Factor psikososial lain dapat
meliputi stress, rasa ingin tau, rasa bosan, ingin terlihat gagah, rendah
diri dan perilaku yang menunjukan pemberontakan menjadi hal yang
mengkontribusi remaja untuk mulai merokok.
2) Factor psikiatrik
Pada remaja didapatkan asosiasi antara merokok dengan depresi dan
cemas. Gejala depresi lebih sering pada remaja perokok daripada
bukan perokok. Merokok berhubungan dengan meningkatnya kejadian
depresi mayor dan penyalagunaan zat-zat tertentu. Remaja yang
memperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai resiko lebih
tinggi untuk memulai merokok daripada remaja yang asimtomatik.
Remaja dengan gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk
menghilangkan kecemasan yang mereka dialami.
b. Faktor biologis
1) Faktor kognisi
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 27
Telah dibuktikan bahwa deprivasi nikotin mengganggu perhatian dan
kemampuan kognitif, tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberi
nikotin atau rokok. Pada remaja efek nikotin dalam meningkatkan
penampilan tidak diketahui, namun studi pada orang dewasa
memperlihatkan bahwa nikotin dapat meningkatkan finger-tapping rate,
respon motorik dalam tes focus perhatian, perhatian terus menerus, dan
pengenalan memori.
2) Factor etnik
Di Amerika Serikat, angka kejadian merokok tertinggi pada orng kulit
putih dan penduduk asli Amerika, serta terendah pada orang amerika
keturunan Afrika dan Asia.
3) Factor genetic
Variasi genetic mempengaruhi fungsi reseptor dopamine dan enzim hati
yang memetabolisme nikotin. Variasi efek nikotin dapat diperantarai
oleh polimorfisme gen reseptor dopamine yang mengakibatkan lebih
besar atau lebih kecilnya ganjaran (reward) dan mudah kecanduan obat.
Pada studi genetic molekuler akhir-akhir ini, individu dengan alela
TaqIA (A1 dan A2) dan TaqIB (B1 dan B2) dari gen reseptor dopamine
D2 lebih mungkin merokok 100 atau lebih dalam hidupnya dan mereka
lebih awal memulai merokok serta lebih desikit usaha untuk
meninggalkannya.
4) Factor jenis kelamin
Patut diperhatikan bahwa belakangan ini kejadian merokok meningkat
pada remaja wanita. Wanita perokok dilaporkan menjadi percaya diri,
suka menentang, dan secara social cakap, keadaan ini berbeda dengan
laki-laki perokok yang secara social tidak aman.
c. Faktor lingkungan yakni orang tua, saudara kandung, teman
sebaya dan reklame atau iklan menampilkan sang idola remaja.
d. Faktor regulatori yakni adanya pajak atau bea cukai yang tinggi
terhadap rokok dengan maksud untuk menurunkan daya beli
masyarakat terhadap rokok, dan pembatasan fasilitas atau lokasi
untuk merokok.
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 28
Menurut Laventhal dan Clearly (Komalasari dan Helmi, 2000)
mengungkapkan empat tahap dalam perilaku merokok, yaitu :
a. Tahap Preparatory
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan
mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil
bacaan, sehingga menimbulkan niat untuk merokok.
b. Tahap Initiation
Tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap Becoming A Smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat
batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
d. Tahap Maintaining Of Smoking
Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara
pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk
memperoleh efek yang menyenangkan.
Menurut Dariyo (2004), tipe perokok ada dua jenis yaitu perokok
aktif (active smooker ) dan perokok pasif (pasive smooker)
a. Active Smooker
Perokok aktif ialah individu yang benar-benar memiliki
kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya
sehingga rasnya tidak enak kalau sehari tidak merokok. Oleh karena
itu, ia akan berupaya untuk mendapatkannya.
Aktif merokok merupakan faktor risiko utama untuk
pengembangan Pulmonary Tuberculosis (PTB) dan memiliki
penyakit serius. Paparan environmental tobacco smoke (ETS) di
kalangan non-perokok juga berhubungan dengan tingkat keparahan
penyakit, meskipun hubungan kausal untuk mengembangkan PTB
itu tidak signifikan (Ritesh Agarwal, MD*, Ashutosh N. Aggarwal,
MD and Surinder Jindal, MD, 2006).
b. Pasive Smooker
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 29
Perokok pasif yaitu individu yang tidak memiliki kebiasaan
merokok, namun terpaksa harus menghisap rokok yang dihembuskan
orang lain yang kebetulan di dekatnya. Dalam keseharian, mereka
tidak berminat dan tidak mempunyai kebiasaan merokok.
Perokok pasif dapat terkena penyakit kanker paru–paru dan
jantung koroner. Menghisap asap tembakau orang lain dapat
memperburuk kondisi pengidap penyakit,yaitu angina, asma, alergi,
dan gangguan pada wanita hamil.
2.3 Tugas Keluarga dengan Remaja
Keluarga dengan anak remaja. Tahap ini dimulai ketika anak pertama
berusia 13 tahun hingga berusia 19 atau 20 tahun. Tugas perkembangannya
keluarganya adalah mengembangkan kebebasan bertanggung jawab ketika
anak remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri; memfokuskan kembali
hubungan pernikahan; berkomunikasi secara terbuka antara arang tua dan
anak – anak. (H. Zainudin Ali, 2010)
Keluarga yang memiliki anak remaja dimulai ketika anak tertua menjadi
remaja; emansipasi bertahap muncul sejalan dengan anak mengalami
kemandirian dan otonomi yang terus meningkat. Keluarga dengan anak usia
remaja harus beradaptasi untuk menyeimbangkan kebebasan guna
pertumbuhan dengan memenuhi tanggung jawab keluarga . Tugas penting
selama periode ini adalah mempertahankan komunikasi terbuka antara orang
tua dan remaja, melanjutkan keakraban dalam hubungan perkawinan, dan
membangun minat di luar dan karir seiring dengan remaja meninggalkan
rumah. (Christensen, Paula J. & Kenney, Janet W. 2009)
Dalam setiap tahapan perkembangan keluarga yang berurutan, Duvall
mengidentifikasi delapan tugas dasar yang mengarah pada keberhasilan
kehidupan keluarga dalam masyarakat. Tugas – tugas ini meningkatkan
penyesuaian keluarga dan adaptasi anggota-anggotanya. Jika keluarga gagal
menyelesaikan tugas ini, keluarga secara keseluruhan atau anggotanya secara
individual dapat mengalami ketidakbahagiaan, tidak diakui oleh masyarakat,
dan kesulitan dalam mencapai keselarasan dan aktualisasi diri. Tugas – tugas
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 30
keluarga mencakup tanggung jawab untuk memuaskan kebutuhan –
kebutuhan biologis, kultural, dan personal dan aspirasi dari anggota –
anggotanya pada setiap tahap perkembangan keluarga. (Christensen, Paula J.
& Kenney, Janet W. 2009)
Pada tahapan keluarga dengan anak remaja memberi banyak tantangan
kepada unit keluarga. Panjangnya bervariasi tergantung pada usia anak tertua
ketika mereka meninggalkan rumah keluarga. Keseimbangan yang sulit
antara membantu remaja menegakkan tanggung jawab dalam batasan
kebebasan harus dikembangkan dan dipertahankan. Ketika anak
meningkatkan kemandiriannya, orang tua harus mengubah gaya pengasuhan
mereka. (Stolte, Karen M. 2004)
Berubahnya tahap perkembangan keluarga diikuti dengan perubahan
tugas perkembangan keluarga dengan berpedoman pada fungsi yang dimiliki
oleh keluarga. Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja meliputi :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat
remaja adalah seorang dewasa muda dan memiliki otonomi
b. Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
Hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan
d. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
(Suprajitno, 2004)
Selain itu, perpindahan dalam hubungan orang tua-anak terjadi ketika
anak dewasa dan mempersiapkan diri untuk meninggalkan rumah. Tidak
perduli seberapa banyak orang tua telah berusaha untuk mengembangkan
komunikasi yang dekat dengan anak-anak mereka, sejumlah konflik akan
terjadi ketika anak berjuang untuk autonomi. Karena remaja seringkali
mempertanyakan nilai orang tua, orang tua akan merasa nilai ini diuji dan
harus tetap tegas. (Stolte, Karen M. 2004)
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 31
2.4 Peran Perawat Komunitas dalam Keluarga dengan Remaja
Dalam meningkatkan kemampuannya menyelesaikan masalah kesehatan,
perawat dapat berperan dalam keperawatan keluarga, meliputi :
1. Pemantau kesehatan (health monitor). Perawat membantu keluarga
mengenali penyimpangan kesehatan dengan menganalisis data secara
objektif serta membuat keluarga sadar tentang akibat masalah tersebut
terhadap perkembangan anggota keluarga
2. Pemberi asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit. Selain
berperan dalam mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, perawat
keluarga tetap berperan dalam memberi perawatan pada anggota
keluarga yang sakit. Seringkali kontak pertama dengan keluarga
dimulai dengan adanya anggota keluarga yang sakit baik melalui
penemuan langsung, rujukan, atau tindakan lanjut perawatan di
rumahsakit. Setelah kontak pertama ini baru diberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh pada keluarga.
3. Koordinator perawatan kesehatan keluarga. Dengan adanya orientasi
ulang pelayanan kesehatan rumah sakit ke masyarakat, tenaga
kesehatan yang lain juga bertujuan memberikan perawatan kesehatan
kepada keluarga, misalnya dokter, dokter gigi, ahli gizi, dan lain-lain.
Untuk mencegah tumpang tindih pelayanan, diperlukan seorang
koordinator. Dari semua tenaga kesehatan yang telah disebutkan
sebelumnya, perawatlah yang lebih tepat menjadi koordinator dengan
pertimbangan karena perawat :
a. Mempunnyai pandangan yang menyeluruh tentang kesehatan
keluarga
b. Mempunyai hubungan yang terus-menerus dan lama dengan
keluarga serta lebih mengetahui kebutuhan keluarga tersebut
c. Dapat mengambil tindakan yang tepat dalam menanggulangi
masalah kesehatan baik perawatan mandiri atau rujukan ke
puskesmas atau tempat lain.
4. Fasilitator. Perawat dapat menyingkirkan rintangan yang menghambat
perawatan kesehatan keluarga. Rintangan yang sering terjadi adalah :
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 32
a. Ketidaktahuan keluarga tentang ke mana dan bagaimana
mendapatkan perawatan kesehatan yang lebih baik
b. Budaya, kebiasaan, dan adat istiadat yang mengganggu
perawatan kesehatan. Perawat dalam memberi motivasi dan
penyuluhan tentang keadaan yang seharusnya atau cara
menggunakan fasilitas kesehatan dengan baik
c. Kendala ekonomi. Perawat dapat memberi informasi kepada
keluarga tentang bantuan ekonomi, misalnya informasi kepada
keluarga tentang bantuan ekonomi, misalnya informasi tentang
dana sehat.
5. Pendidik. Ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan keluarga
merawat keluarganya sendiri selalu menjadi masalah dalam bidang
perawatan kesehatan. Oleh karena itu, perawat harus mampu memberi
pendidikan/latihan kepada klien atau siapa saja sehingga klien mampu
mengatasi masalahnya sendiri.
6. Penasehat. Dengan komunikasi yang baik disertai keterbukaan antara
perawat dan klien, keluarga berani meminta nasehat pada perawat dan
perawat berkewajiban memberi nasehat dengan baik dan benar.
Peran perawat pada tahap ini menurut Zainudin Ali, 2010 adalah :
a. Mendeteksi perubahan yang terjadi pada orang tua dan anak-anak
b. Memberi pendidikan dan konseling yang intensif
c. Melaksanakan upaya penanggulangan (pencegahan peningkatan
kesehatan dan penyembuhan) dengan mandiri atau rujukan. (H.
Zaidin Ali, 2010)
Walaupun banyak pendidikan pasien yang harus dilakukan secara
langsung dengan remaja untuk menghormati hak mereka akan
individualitas, privasi, dan hak kerahasiaan, keefektifan pengajaran dapat
ditingkatkan dengan melibatkan keluarga mereka sampai ke tingkat
tertentu. Perawat sebagai pendidik dapat memberikan pedoman dan
dukungan pada keluarga sehingga mereka dapat memahami perilaku
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 33
remaja dengan lebih baik. Orang tua harus dianjurkan cara untuk
menetapkan batasan-batasan yang realistis sementara memupuk rasa
kemandirian remaja. Melalui pengkajian sebelumnya atas sumber yang
berpotensi membuat stres, pengajaran orang tua dan remaja juga saudara
kandung dapat ditingkatkan. Karena ambivalensi yang dirasakan remaja
saat berada dalam tahap transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
ini, maka kebutuhan pembelajaran remaja sekaligus orang tua harus
diperhitungkan agar pendidikan tentang perawatan kesehatan dapat efektif.
(Susan B. Bastable, 2002)
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 34
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Contoh Kasus
Keluarga Tn. Z (40 th) hidup bersama istri dan seorang anaknya F (17
th). pekerjaan Tn. Z adalah sopir taksi yang beroperasi pada malam hari hingga
pagi hari. Ny. Y (35 th) bekerja sebagai karyawati pada sebuah perusahaan tekstil
dengan jam kerja 08.00 – 14.00, terkadang lembur hingga malam.
An. F pelajar kelas 3 SMA swasta di surabaya. Karena kesibukan orang
tuanya, An. F sering bermain diluar rumah dengan teman-temannya dan pulang
sampai larut malam. Akibat pergaulan yang salah, An. F terpengaruh untuk
mengkonsumsi alkohol dan rokok.
Tn. Z sudah menegur berulang kali tapi anak Y tetap melakukannya.
Sejak itu percekcokan sering terjadi antara Tn. Z dan An. F. Diantara mereka
tidak pernah ada komunikasi yang terbuka, sementara itu Ny. Y lebih banyak
diam dan terkadang membela anaknya.
3.2 Pengkajian
a. Data fokus
1) Nama Kepala Keluarga : Tn. Z
2) Alamat : Surabaya
3) Pekerjaan KK : Supir Taksi
4) Pendidikan KK : SMA
5) Komposisi keluarga :
No NamaJenis
kelamin
Hub dalam
keluargaUmur
Tempat dan
tanggal
lahir
Pekerjaan /
PendidikanKet
1 Tn. Z Laki-laki Ayah 40 th
Surabaya,
23 Maret
1974
SMA/ Supir
Taksi
Sehat
2 Ny. Y Perempuan Ibu 35 th Surabaya,
30 April
SMA/
Karyawan
Sehat
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 35
1979
3 An. F Laki-laki Anak
kandung
17 th Surabaya,
08 Juli
1997
SMA Kecanduan
alkohol dan
rokok
6) Tipe keluarga : Keluarga inti (Nuclear family)
7) Suku atau bangsa : Indonesia / Jawa
8) Agama : Islam
9) Genogram :
: perempuan : laki-laki : anggota keluarga
yang sakit
10) Status sosial ekonomi keluarga : Dalam keluarga ini yang bekerja adalah
Tn. Z dan Ny. Y. Tn. Z adalah sopir taksi yang beroperasi pada malam
hari hingga pagi hari. Ny. Y bekerja sebagai karyawati pada sebuah
perusahaan tekstil. Penghasilan keluarga setiap bulan sekitar Rp
4.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000, dengan penghasilan tersebut
kebutuhan rumah tangga belum tercukupi apalagi untuk kebutuhan
sekolah anaknya.
11) Aktivitas rekreasi keluarga: keluarga sangat jarang berekreasi bersama
walau hanya menonton TV bersama di rumah karena kesibukan masing –
masing anggota keluarga.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. Z dan Ny. Y menikah selama 18 tahun dan telah
mempunyai satu orang anak An. F (17 th), saat ini keluarga Tn. Z dan
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 36
Ny. Y berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja
yaitu dengan menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
anak remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri. Tn.Z dan Ny.M
mendidik dan memberikan kebebasan dan tanggung jawab kepada
anaknya.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan yang belum terpenuhi dalam keluarga Tn. Z dan
Ny. Y yaitu komunikasi secara terbuka antara orang tua dan anaknya
serta memfokuskan kembali hubungan perkawinan sebab anggota
keluarga sibuk dengan masing – masing kegiatannya.
3) Riwayat keluarga inti
Saat ini Tn. Z dan Ny. Y memiliki 1 anak remaja, mereka sedang
mengalami kebingungan dalam mengatur waktu untuk anak,
memperhatikan perkembangannya karena sama-sama sibuk dengan
pekerjaannya dan keduanya merasa kurang memberikan perhatian pada
anak mereka. Anak lebih sering ditinggal sendiri di rumah dan sering
bermain keluar rumah dengan teman sebaya, tak jarang An. F pulang
hingga larut malam.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Tn. Z merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dan menikah dengan
Ny. Y yang merupakan anak tunggal. Keluarga mengatakan hubungan
komunikasi tidak terlalu baik karena jarang ada pertemuan keluarga,
seringkali ada konflik dalam keluarga karena komunikasi yang kurang
baik dan juga kurang memberi perhatian kepada anak.
5) Riwayat kesehatan keluarga sekarang
Menurut Tn. Z dalam keluarga tidak memiliki penyakit keturunan. Tn. Z
jarang sakit meskipun lingkungan kerjanya ditempat yang beresiko
menimbulkan sakit. Menurut Ny. Y jika anggota keluarga sakit biasanya
berobat ke puskesmas. An. F jarang sakit tetapi akhir – akhir ini tampak
lemah, malas makan, sakit kepala, sulit tidur, sering gelisah, dan sering
pulang hingga larut malam.
6) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 37
Menurut pengakuan keluarga, tidak pernah mengalami sakit berat yang
memerlukan perawatan di Rumah Sakit. Dari riwayat kesehatan keluarga
Tn. Z dan Ny. Y tidak ada yang memiliki riwayat penyakit kronis.
c. Data lingkungan
1) Karakteristik rumah
a. Status rumah merupakan rumah dengan status kepemilikan pribadi
b. Denah rumah
Jenis bangunan permanen, berukuran 20m x 10m yang terdiri dari
1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang dapur dan
makan, 1 kamar mandi, musholla.
c. Keadaan rumah
Rumah sangat bersih, nyaman, dan sejuk karena dikelilingi oleh
pohon. Dinding rumah berupa tembok, atap rumah menggunakan
genteng, lantai terbuat dari keramik, keadaan lantai tampak bersih
dan mengkilap, pencahayaan terang, jalan angin cukup, terdapat
jendela di setiap ruangan.
d. Kebiasaan keluarga dalam perawatan rumah
Dalam perawatan rumah keluarga mengatakan, Ny. Y yang setiap
hari secara rutin membersihkan dan membereskan rumah.
e. Sistem pembuangan sampah
Keluarga mengatakan keluarga mempunyai tempat pembuangan
sampah di depan rumah dan tiap hari sampah diambil oleh petugas
kebersihan di lingkungan rumah.
f. Sistem drainage air dan pekarangan
Keluarga memiliki saluran untuk membuang air limbah dan saluran
tersebut tertutup, bersih, dan lancar.
g. Penggunaan jamban dan kamar mandi
Keluarga memiliki jamban yang terletak didalam rumah, jenis
klosetnya jongkok dengan jarak antara tempat penampungan
kotoran dan sumber air lebih dari 10 m. Kamar mandi sangat
bersih.
h. Kondisi air
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 38
Keluarga memakai air PDAM untuk pemenuhan kebutuhan
toileting dan mencuci, kondisi air bersih, tidak berbau, berasa
ataupun berwarna.
i. Pengetahuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang berkaitan
dengan lingkungan
Keluarga mengatakan jika lingkungan bersih, kemungkinan
terkena penyakit sangat kecil namun apabila lingkungan kotor akan
mudah terkena penyakit seperti demam berdarah
2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Keluarga Tn. Z hidup di daerah perkotaan, sebagian besar dari tetangga
di lingkungan tempat tinggal keluarga Tn. Z adalah penduduk asli yang
merupakan karyawan pabrik. Jarak antara satu rumah dengan rumah
lainnya cukup dekat, interaksi antar warga banyak dilakukan pada
waktu sore dan malam hari, dikarenakan pada siang hari umumnya
warga bekerja. Di wilayah tersebut sering diadakan kerja bakti,
pengajian, dharma wanita.
3) Mobilitas geografi keluarga
Keluarga Tn. Z sudah menempati rumah yang ditempatinya sejak
berumah tangga sampai sekarang dan untuk alat transportasi Tn. Z dan
keluarga menggunakan motor sebagai kendaraan pribadi
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny. Y mengatakan bahwa jarang berkumpul dengan keluarga dan
keluarga suaminya biasanya berkumpul hanya di waktu-waktu tertentu
seperti hari raya idul fitri. Ny. Y dan Tn. Z jarang bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar karena kesibukan masing – masing, sementara An. F
lebih sering bermain dengan teman dari luar lingkungannya.
5) System pendukung keluarga
Keluarga Tn. Z ada 3 orang, terdiri dari suami, istri, dan satu orang
anak. Komunikasi antara satu keluarga dengan yang lainnya kurang
baik sehingga terkesan tidak peduli.
d. Struktur keluarga
1) Struktur peran
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 39
Dalam keluarga Tn. Z sebagai kepala keluarga berkewajiban mencari
nafkah untuk keluarga dan dibantu oleh Ny. Y yang juga bekerja. An.
F sebagai anak dalam keluarga tersebut berada dalam masa remaja dan
juga seorang pelajar. An. F berperanan ikut menjaga nama baik orang
tua dan keluarga, tapi jarang sekali membantu meringankan pekerjaan
orang tua di rumah seperti membersihkan rumah. An. F jarang dirumah
sehingga jarang menciptakan situasi dan kondisi yang nyaman di
rumah.
2) Struktur kekuatan keluarga
Keluarga mengatakan dalam pengambilan keputusan dilakukan oleh
masing – masing anggota keluarga, sangat jarang dilakukan
musyawarah saat mereka mendapatkan masalah.
3) Nilai atau norma keluarga
Sebagai orang yang beragama islam, keluarga Tn. Z dan Ny. Y
memiliki nilai – nilai dan norma yang dianut seperti saling
menghormati, sopan santun terhadap orang tua, istri terhadap suami.
Sebagai kepala keluarga seorang suami harus memberi nafkah kepada
istri dan anaknya, seorang istri boleh membantu suami dalam mencari
nafkah tetapi harus seijin suami dan tidak mengabaikan perannya
sebagai seorang istri dan seorang ibu.
4) Pola komunikasi keluarga
Keluarga mengatakan sehari-hari semua anggota keluarga
berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa, begitupun terhadap
keluarga dan tetangga. Saat berkomunikasi dengan keluarga sangat
jarang dilakukan secara langsung lebih sering menggunakan
handphone. Komunikasi antara anak dan orang tua dilakukan seadanya
dikarenakan Tn. Z dan Ny. Y sibuk bekerja dan jarang dirumah. Tn. Z
dirumah saat An. F sekolah, sehingga sedikit sekali yang bisa
dikomunikasikan. Sedangkan ketika An. F dirumah hanya ada Ny. Y
yang kelelahan pulang kerja dan langsung beristirahat. Dan An. F
memilih bermain di luar rumah bersama teman-temannya.
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 40
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi Afektif
Menurut Ny. Y antar anggota keluarga kurang dalam berkomunikasi
sehingga sering ada masalah yang tidak langsung diselesaikan dan
dibiarkan berlarut-larut. Tn. Z dan Ny. Y juga kurang memperhatikan
perkembangan anaknya yang berada pada masa remaja.
2) Fungsi social
Hubungan antara ayah, ibu, dan anak kurang baik karena komunikasi
yang kurang. Keluarga juga menyatakan bahwa mereka juga jarang
berkomunikasi dengan tetangga sekitar.
3) Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
Keluarga mengatakan bahwa kesehatan itu sangat penting, dengan
kesehatan yang baik maka kita bisa beraktivitas dengan sebaik
mungkin, jika ada anggota keluarga yang sakit maka akan segera
dibawa ke puskesmas. Keluarga mengalami kesulitan terutama pada
anak karena keluarga tidak dapat memantau pola makan anak karena
orang tua jarang berada di rumah dan lebih sering berada di luar rumah
karena urusan pekerjaan.
4) Fungsi ekonomi
Ny. Y mengatakan penghasilan suami dan dirinya cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, namun kadang untuk membayar
sekolah anaknya kurang.
5) Fungsi reproduksi
Ny. Y menggunakan alat kontrasepsi suntikan tiap 3 bulan yang
diperoleh dari puskesmas.
f. Stress dan koping keluarga
1) Stress yang dimiliki
Stressor jangka pendek :
Menurut Ny. Y dan Tn. Z mereka sedang cemas dengan perkembangan
anak mereka, akhir – akhir ini An. F terlihat lemah, malas makan, sakit
kepala, sulit tidur, sering gelisah, dan sering pulang hingga larut malam.
Mereka tidak terlalu memperhatikan pergaulan An. F karena jarang
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 41
berada di rumah. Ny. Y mengatakan bahwa Tn. Z sempat menemukan
beberapa botol minuman keras di dalam kamar An. F.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga mengatakan tidak terlalu tahu bagaimana pergaulan anaknya,
dengan siapa anaknya bergaul dan selama ini memberi kebebasan dan
tanggung jawab kepada An. F untuk bergaul dengan siapapun, tidak ada
batasan dari keluaraga.
3) Strategi koping yang digunakan
Untuk menghadapi stressor Ny. Y dan Tn. Z saat ini sering
berkomunikasi untuk mengatasi permasalahan tersebut dan meluangkan
waktu untuk kumpul bersama dengan anak mereka.
4) Harapan keluarga terhadap masalah yang terjadi pada keluarga
Keluarga berharap masalah yang terjadi pada An. F dapat terselesaikan.
5) Harapan keluarga terhadap perawat
Dengan adanya petugas kesehatan keluarga berharap agar perawat
mampu menyelesaikan masalah yang terjadi pada keluarganya dan
memberikan pengetahuan terhadap keluarga tentang yang terjadi pada
anaknya.
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 42
3.3 Pemeriksaan fisik
NO Pemeriksaan Fisik Nama Anggota Keluarga
Tn. Z Ny. Y An. F
1. KeadaanUmum
BB
TB
Tanda – tanda vital
TD
Nadi
RR
Suhu
77 kg
175 cm
120/70 mmHg
88 x/menit
18 x/menit
36oC
59 kg
161 cm
110/80 mmHg
80 x/menit
19 x/menit
36oC
67 kg
170 cm
130/80 mmHg
98 x / menit
22x / menit
36,4oC
2. Kepala :
Rambut Rambut pendek, lurus, hitam,
bersih, tidak ada kelainan
Rambut panjang, lurus, hitam,
halus dan bersih, tidak ada
kelainan
Konjungtiva an anemis, sclera an
Rambut pendek, lurus, hitam,
mudah rontok, terdapat
ketombe.
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 43
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Konjungtiva an anemis, sclera an
ikterik, penglihatan baik
Sinusitis (-), polip (-), penciuman
baik
Mulut bersih, mukosa lembab,
lidah bersih, gigi cukup.
Pendengaran baik, serumen (-)
ikterik, penglihatan baik
Sinusitis (-), polip (-), penciuman
baik
Mulut bersih, mukosa lembab,
lidah bersih, gigi cukup.
Pendengaran baik, serumen (-)
Konjungtiva anemis, sclera an
ikterik, penglihatan baik
Sinusitis (-), polip (-),
penciuman baik
Mulut bersih, mukosa lembab,
lidah bersih, gigi cukup.
Pendengaran baik, serumen (-)
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 44
3. Dada
Mamae
Paru
Jantung
Simetris, bengkak (-)
Otot bantuan pernafasan.(-)
bengkak dan lesi (-)
Tiimbunan cairan (-)
Bunyi nafas vesikuler
S1 dan S2 tunggal
Simetris, bengkak (-)
Otot bantuan pernafasan.(-)
bengkak dan lesi (-)
Tiimbunan cairan (-)
Bunyi nafas vesikuler
S1 dan S2 tunggal
Simetris, bengkak (-)
Otot bantuan pernafasan.(-)
bengkak dan lesi (-)
Tiimbunan cairan(-) Bunyi
nafas vesikuler
S1 dan S2 tunggal
4. Abdomen Simetris, warna normal, asites (-)
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan
Bising usus (+) 12x/menit
Organ pada abdomen normal
Simetris, warna normal, asites (-)
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan
Bising usus (+) 13x/menit
Organ pada abdomen normal
Simetris, warna normal, asites
(-)
Tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan
Bising usus (+) 16x/ menit
Organ pada abdomen normal
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 45
5. Eksremitas atas dan bawah Baik , cedera (-), pergerakan
bebas
Baik, cedera (-), pergerakan
bebas
Baik, cedera (-), pergerakan
bebas
6. Kulit Warna kulit sawomatang, bersih,
tidak terdapat luka, tidak ada
tanda infeksi, turgor kulit baik.
Warna kulit kuning langsat,
bersih, tidak terdapat luka, tidak
ada tanda infeksi, turgor kulit
baik.
Warna kulit sawo matang,
bersih, terdapat bekas suntikan,
tidak ada tanda infeksi, turgor
kulit baik.
7. Kuku Pendek dan bersih Panjang dan bersih Pendek dan bersih
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 46
3.4 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Tn. Z dan Ny. Y mengatakan
bahwa akhir – akhir ini An. F terlihat
lemah, malas makan, sakit kepala,
sulit tidur, sering gelisah, dan sering
pulang hingga larut malam
DO : An. F cenderung menyendiri dan
menyimpan masalahnya sendiri, An. F
kurang berkonsentrasi dalam
menjawab pertanyaan, An. F kurang
pengetahuan tentang alkoholisme,
serta tidak mampu mengekspresikan
perasaan dengan rentang luas
Kurang perhatian
dari orang tua
sehingga An. F
memilih
menghilangkan stres
dengan cara
bersenang – senang
yang salah bersama
temsn-temannya
Disfungsi proses
keluarga
DS : Tn. Z dan Ny. Y mengatakan
bahwa jarang berkomunikasi antar
anggota keluarga dan jarang
berkumpul bersama keluarga, sibuk
dengan kepentingan masing – masing
pribadi.
DO : pembicaraan antar keluarga
terlihat kaku, tidak begitu akrab, serta
keluarga tidak memenuhi tujuan
perkembangan tepat untuk tahap
siklus hidup keluaraga
Kesibukan masing –
masing anggota
keluarga membuat
jarang bertemu dan
terhambatnya
komunikasi antar
keluarga
Ketidakefektifan
hubungan
3.5 Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga Prioritas
1. Disfungsi proses keluarga b.d penyalahgunaan alkohol
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat masalah : tidak
sehat
3 1 3/3 x 1 =
3
Keluarga kurang tahu apa
yang sedang terjadi pada
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 47
anaknya. Penyalahgunaan
alcohol dapat menimbulkan
ketergantungan yang
menimbulkan masalah
kesehatan serius.
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah : hanya
sebagian
1 1 1/2 x 2 =
1
Kondisi keluarga dengan
pendidikan yang cukup
tinggi sedikit mempermudah
dan mengerti dengan
informasi yang diberikan
3. Potensial masalah untuk
dicegah : tinggi
3 1 3/3 x 1 =
3
Keluarga mau diajak kerja
sama (kooperatif)
4. Menonjolnya masalah :
masalah berat, harus
segera ditangani
2 1 2/2 x 1 =
1
Bila tidak segera ditangani
memungkinkan adanya
ancaman kesehatan yang
berat
Total 8
2. Ketidakefektifan hubungan b.d keterampilan komunikasi yang buruk
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat masalah : ancaman
kesehatan
2 1 2/3 x 1 =
2/3
Masalah komunikasi dapat
menimbulkan ancaman
masalah kesehatan pada
keluarga karena kurangnya
sumber informasi dalam
keluarga.
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah : dengan
mudah
2 2 2/2 x 2 =
2
Dukungan dari keluarga
yang lain serta setelah
mendapatkan tindakan
keperawatan dan didukung
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 48
dengan latar belakang
pendidikan yang baik pada
keluarga memudahkan untuk
menyelesaikan masalah
3. Potensial masalah untuk
dicegah : cukup
2 1 2/3 x 1 =
2/3
Jika dilihat dari masalah
yang ada masalah dapat
dicegah dengan komunikasi
yang baik dan harus saling
pengertian dan tanggung
jawab terhadap perannya
4. Menonjolnya masalah :
masalah berat, harus
segera ditangani
2 1 2/2 x 1 =
1
Jika masalah ini tidak segera
ditangani akan menimbulkan
masalah keluarga yang lain
Total 4 1/3
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 49
3.6 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standart
Disfungsi proses
keluarga b.d
penyalahgunaan
alkohol
Setelah dilakukan
kunjungan
keluarga, tidak
ada kecanduan
alkohol pada An.
F
Setelah dilakukan
tindakan selama 3 x
60 menit diharapkan
keluarga mampu
mengetahui bahaya
penggunaan alkohol,
bagaimana
mengatasi
ketergantungan
alkohol,
Verbal : keluarga
mampu
menyebutkan
bahaya penggunaan
alkohol
Keluarga mampu
menyebutkan 2
dari 4 bahaya
penggunaan
alkohol :
1. Gangguan otot
jantung atau
tekanan darah
tinggi
2. gangguan
gerak dan
keseimbangan
tubuh
3. Gangguan
mental
4. Kerusakan
organ tubuh
1. Tingkatkan hubungan
saling percaya, keterbukaan
dengan keluarga
2. Berikan informasi pada
keluarga tentang
alkoholisme sepertti apa itu
perilaku alkoholisme,
bahaya penggunaan
alkohol dan mengatasi
ketergantungan alkohol
atau bantu keluarga
menemukan sumber
informasi lain
3. Diskusikan bersama
keluarga tentang metode
yang akan mereka gunakan
untuk mengontrol perilaku
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 50
alkoholik
4. Kolaborasi dengan
kelompok pendukung
dalam komunitas untuk
penanganan
penyalahgunaan zat
Keidakefektifan
hubungan b.d
keterampilan
komunikasi
yang buruk
Setelah dilakukan
kunjungan
keluarga,
komunikasi antar
anggota keluarga
jauh lebih baik
Setelah dilakukan
tindakan selama 2 x
60 menit diharapkan
keluarga mampu
mengetahui
pentingnya
komunikasi antar
keluarga
Verbal : keluarga
mampu
menyebutkan cara
agar hubungan atau
komunikasi antar
keluarga baik
Keluarga mampu
menyebutkan 2
dari 4 cara menjaga
hubungan atau
komunikasi antar
keluarga agar tetap
baik:
1. Sering
mengadakan
pertemuan
keluaraga
2. Harus bisa
membagi waktu
dengan
1. Anjurkan untuk
memelihara komunikasi
antar sesama anggota
keluarga seperti sering
berkumpul bersama,
mengadakan liburan atau
hanya sekedar makan
bersama sehingga
membangun komunikasi
yang baik. Setidaknya
menanyakan kabar setiap
hari
2. Diskusikan bersama
keluarga tentang manfaat
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 51
keluarga
3. Luangkan
waktu untuk
rekreasi
bersama
keluarga
4. Komunikasi
terbuka sangat
penting
diterapkan
komunikasi antar anggota
keluarga
3. Anjurkan untuk
mengadakan atau
menghadiri pertemuan
keluarga
4. Anjurkan untuk
meluangkan waktu di akhir
pekan atau hari libur kerja
untuk mengadakan rekreasi
bersama
3.7 Evaluasi
S : Keluarga mengatakan bahwa komunikasi yang baik berdampak baik pada kehidupan keluarga, perhatian dan dukungan yang
diberikan kepada anak dapat mengurangi ketergantungan pada alkohol. Keluarga mengatakan akan terus memperbaiki pola
komunikasi dan akan lebih memperhatikan anaknya
O: Keluarga terlihat semakin harmonis, klien memberikan respon lebih terhadap kondisi anak
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 52
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Remaja Page 53
Recommended