Download doc - Makalah Kelapa Sawit

Transcript
Page 1: Makalah Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan tentang Kelapa Sawit1.1.1 Klasifikasi

Tanaman kelapa sawit (Palm Oil) yang ditunjukkan oleh Gambar 1. dapat

diklasifikasikan sebagai berikut menurut Sastrosayono (2003) :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocothyledonae

Ordo : Palmaes

Famili : Palmaceae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis jack

Gambar 1. Pohon Kelapa Sawit (Anonim,2009)

1.1.2 VarietasMenurut Sastrosayono (2003), varietas tanaman kelapa sawit dapat

digolongkan berdasarkan:

a. Tebal tipisnya cangkang (endocarp), dikenal ada 3 varietas, yaitu : Dura, Pisifera,

dan Tenera.

b. Warna buah, dikenal ada 3 tipe, yaitu: Nigrescens, Virescens, dan Albecens.

Bedasarkan tebal tipisnya cangkang dikenal tipe-tipe:

Kelapa sawit Page 1

Page 2: Makalah Kelapa Sawit

1. Varietas Dura

Varietas ini memiliki ciri-ciri: daging buah (mesocarp) tipis, cangkang (endocarp)

setebal 2 – 8 mm. Intinya besar dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase

daging buah 35 – 60% dengan rendemen minyak 17 – 18%. Tipe Delidura yang

juga terdapat di Malaysia, buahnya lebih besar, daging buahnya lebih tebal dan

intinya juga lebih besar.

2. Varietas Pisifera

Varietas ini memiliki ciri-ciri: daging buahnya tebal, tidak mempunyai cangkang,

tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti. Intinya kecil sekali bila

dibandingkan dengan varietas Dura maupun Tenera. Perbandingan daging buah

terhadap buahnya tinggi, dan kandungan minyaknya tinggi. Bunga varietas

Pisifera biasanya steril, varietas ini hanya dipakai sebagai pohon bapak dalam

persilangn dengan varietas Dura.

3. Varietas Tenera

Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas Dura dan Pisifera. Sifat

varietas Tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Varietas

ini mempunyai tebal cangkang sekitar 0,5 – 4 mm, mempunyai cincin serabut

walaupun tidak sebanyak pada Pisifera, sedangkan intinya kecil. Perbandingan

daging buah terhadap buah 60 – 96%, rendemen minyaknya 22 – 24%. Jumlah

daun yang terbentuk tiap tahun pada varietas ini lebih banyak daripada varietas

Dura, tetapi ukurannya lebih kecil.

Untuk lebih jelasnya digambarkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2 tipe-tipe kelapa sawit berdasarkantebal tipisnya cangkang (Wikipedi, 2014).

Kelapa sawit Page 2

Page 3: Makalah Kelapa Sawit

Sedangkan pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1.Pembagian Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah (Ketaren, 1989)

Varietas Warna Kulit Buah (setelah

masak)

Nigrescens

Virescens

Albecens

Merah kehitaman

Merah

Hitam

Dewasa ini dikenal beberapa varietas unggul yang telah ditanam di

perkebunan kelapa sawit. Tipe atau varietas unggul ini merupakan hasil persilangan

buatan atau hibridisasi atara varietas Delidura dengan varietas Pisifera. Hasil

persilangan tersebut memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Varietas

unggul hasil persilangan antara lain: Dura Deli Marihat, Dura Deli D. Sinumbah,

Pabatu, Bah Jambi, Tinjowan, D. Ilir, Dura Dumpy Pabatu, Dura Deli G. Bayu dan

G Malayu (berasal dari Kebun Seleksi G. Bayu dan G. Melayu), Pisifera D.

Sinumbah dan Bah Jambi (berasal dari Yangambi), Pisifera Marihat (berasal dari

Kamerun), Pisifera SP 540T (berasal dari Kongo dan ditanam di Sei Pancur)

(Anonim, 2009).

Gambar 3. Beberapa Jenis Varietas Bibit Kelapa Sawit (Anonim, 2009)

1.1.3 Ciri – Ciri Fisiologi Kelapa Sawita. Akar

Menurut Sastrosayono (2003), sistem perakaran kelapa sawit dapat diuraikan

sebagai berikut:

Kelapa sawit Page 3

Page 4: Makalah Kelapa Sawit

Akar primer, yaitu akar yang tumbuh vertikal (radicle) maupun mendatar

(adventitious roots), berdiameter 5 – 10 mm.

Akar sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar primer, arah tumbuhnya

mendatar maupun ke bawah yang berdiameter 1 – 4 mm.

Akar tersier, yaitu akar yang tumbuh dari akar sekunder, arah tumbuhnya

mendatar, panjangnya mencapai 0,5 – 1,5 mm.

Akar kuarter, yaitu akar-akar cabang dari akar tersier yang berdiameter 0,2 –

0,5 mm dan panjangnya rata-rata 3 cm.

b. BatangBatang kelapa sawit tumbuh lurus ke atas dengan diameter normal adalah 40

– 60 cm. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh. Pertumbuhan meninggi dimulai

setelah tanaman berumur 4 tahun dengan kecepatan tumbuh (pertambahan tinggi)

sekitar 25 – 40 cm per tahun. Pada umumnya setiap tanaman mempunyai 8 spiral

yang letaknya agak tegak dan mengarah ke kanan atau ke kiri dan ini merupakan

sifat genetis. Secara ilmiah (pertumbuhan liar di hutan), tinggi batang dapat

mencapai 30 meter, tetapi secara komersial (dalam budidaya perkebunan) jarang

sekali tinggi tanaman melebihi 15 – 18 meter. Hal ini berhubungan dengan

kemudahan pelaksanaan panen buah dan pemangkasan daun (Sastrosayono,

2003).

c. DaunDaun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Pada pangkal daun

terdapat duri-duri dan bulu-bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat

lebih dari 9 meter. Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah

yang paling panjang, dapat melebihi 1,2 meter. Jumlah anak daun dalam satu

pelepah daun adalah 100 – 160 pasang. Duduk pelepah daun pada batang tersusun

dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk spiral. Pohon kelapa

sawit normal dan sehat yang dibudidayakan, pada satu batang terdapat 40 – 50

pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur 4 – 6

tahun mencapai 30 – 40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara 20 –

25 helai (Sastrosayono, 2003). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

dibawah ini :

Kelapa sawit Page 4

Page 5: Makalah Kelapa Sawit

Gambar 4. Bagian-bagian tanaman kelapa sawit

d. BungaBunga kelapa sawit berumah satu. Artinya, pada satu batang terdapat bunga

jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah pada tandan bunga yang berbeda.

Tandan bunga terletak di ketiak daun, mulai tumbuh setelah tanaman berumur

sekitar 1 tahun. Primordia (bakal) bunga terbentuk sekitar 33 – 34 bulan sebelum

bunga matang (siap melaksanakan penyerbukan). Letak bunga jantan yang satu

dengan yang lainnya sangat rapat dan membentuk cabang-cabang bunga yang

panjangnya antara 10 – 20 cm. Pada tanaman dewasa, satu tandan mempunyai ±

200 cabang bunga. Setiap cabang mengandung 700 – 1200 bunga jantan. Bunga

jantan ini terdiri dari 6 helai benangsari dan 6 perhiasan bunga. Satu tandan bunga

jantan dapat menghasilkan 25 – 50 gram tepungsari. Bunga betina terletak dalam

tandan bunga, tiap tandan bunga mempunyai 100 – 200 cabang dan setiap cabang

terdapat paling banyak 30 bunga betina. Dalam satu tandan terdapat 3000 – 6000

bunga betina. Bunga betina memiliki 3 putik dan 6 perhiasan bunga. Diantara bakal

buah hanya satu yang subur, jarang terdapat dua atau lebih. Bunga jantan maupun

bunga betina biasanya terbuka selama 2 hari (sekalipun dalam musim hujan bisa

sampai 4 hari). Tepung sari dapat menyerbuki selama 2 – 3 hari, tetapi makin lama

daya hidup (viabilitas)nya makin menurun (Sastrosayono, 2003).

Kelapa sawit Page 5

Page 6: Makalah Kelapa Sawit

Gambar 5. Bunga Betinda dan Jantan Kelapa Sawit (Wikipedi, 2014)

e. BuahMenurut Sastrosayono (2003), buah kelapa sawit menjadi masak jika lima

bulan setelah terjadinya penyerbukan. Tiap buah panjangnya 2 – 5 cm dan beratnya

dapat melebihi 30 gram. Penampang buah kelapa sawit ditunjukkan oleh Gambar

2.4. Bagian – bagian dari buah kelapa sawit yaitu:

1. Perikarp, terdiri dari:

a. Eksokarp, yaitu kulit luar yang keras dan licin.

b. Mesokarp, yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak

(Crude Palm Oil) dengan rendemen paling tinggi jika buah sudah masak.

2. Biji, mempunyai bagian:

a. Endokarp, yaitu tempurung buah kelapa sawit. Ketika buah masih muda,

endokarp memiliki tekstur lunak dan berwarna putih. Ketika buah sudah tua,

endokarp berubah menjadi keras dan berwarna hitam. Ketebalan endokarp

tergantung pada varietasnya.

b. Kernel, yaitu inti buah kelapa sawit yang mengandung minyak (PKO) sebesar

3 % dari berat tandan, berwarna jernih dan bermutu sangat tinggi.

c. Lembaga atau embrio.

Gambar 6. Buah Kelapa Sawit (Anonim, 2009)

Kelapa sawit Page 6

Page 7: Makalah Kelapa Sawit

Keterangan:

a. Eksokarp

b. Mesokarp

c. Endokarp

d. Inti

Gambar 7. Penampang Buah Kelapa Sawit

Gambar 8. Penampang Buah Kelapa Sawit

1.1.4 Komposisi Buah Kelapa SawitKomposisi rata-rata buah kelapa sawit yang matang dan segar dapat dilihat

pada tabel 2.2.

Tabel 2. Nilai Konversi Kelapa Sawit (Ketaren, 1989)

Bagian Buah Jumlah (%)

Dihitung dari 100 %

Daging buah (perikarp) 58 – 62 Buah sawitBiji 37 – 43 Buah sawitDaging buah: air minyak ampas

36 – 40 46 – 5013 – 15

Daging buahDaging buah Daging buah

Minyak sawit 77 – 82 Daging buah (berat kering)Minyak sawit 28.5 –

29.5Berat buah matang segar

Biji: tempurung inti (kernel)

78 – 82 17 – 23

Berat bijiBerat biji

Inti (dikeringkan dengan udara) 6 – 6.5 Berat buah matang segar Minyak sawit 29 Berat buah matang segar Air 27 Berat buah matang segar

Kelapa sawit Page 7

Page 8: Makalah Kelapa Sawit

Ampas (serat) 8 Berat buah matang segar Tempurung 30 Berat buah matang segar Inti 6 Berat buah matang segar

Gambar 9. Buah kelapa sawit mentah dan matang.

1.1.5 Kegunaan Buah Kelapa SawitKelapa sawit sangat bermanfaat, mulai dari industri makanan sampai

industri kimia. Data selengkapnya mengenai produk dan penggunaan minyak sawit

dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 3. Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia (Anonim, 2009)

Pemanfaatan Keterangan

Industri makanan Mentega, shortening, coklat, additive, es

cream, pakan ternak, minyak goreng.

Produk obat – obatan dan

kosmetik

Krim, shampoo, lotion, pomade, vitamin dan

beta carotene.

Industri berat dan ringan Industri kulit (untuk membuat kulit halus

dan lentur dan tahan terhadap tekanan

tinggi atau temperatur tinggi), cold rolling

and fluxing agent pada industri perak, dan

juga sebagai bahan pemisah dari material

cobalt dan tembaga di industri logam.

Industri kimia Bahan kimia yang digunakan untuk

detergen, sabun, dan minyak. Sisa - sisa

dari industri minyak sawit dapat

digunakan sebagai bahan bakar boiler,

Kelapa sawit Page 8

Page 9: Makalah Kelapa Sawit

bahan semir furniture, bahan anggur.

Selain minyaknya, ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber pupuk

kalium dan berpotensi untuk diproses menjadi pupuk organik melalui fermentasi

(pengomposan) aerob dengan penambahan mikroba alami yang akan memperkaya

pupuk yang dihasilkan. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) mencapai 23 % dari

jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit. tersebut digunakan sebagai alternatif

pupuk organik sehingga memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi. Bagi

perkebunan kelapa sawit, dapat menghemat penggunaan pupuk sintetis sampai

dengan 50 %.

1.1.6 Sistem Panena. Umur Panen

Kelapa sawit berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak 5,5

bulan setelah penyerbukan. Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah

berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon

terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah

sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10

kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau

lebih. Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah sudah

membrondol (jatuh di piringan) secara alamiah dan bobot rata-rata tandan sudah

mencapai 3 kg. Panen dilakukan 5 hari dalam seminggu, 2 hari untuk

pemeliharaan alat (Anonim, 2009).

b. Cara PanenBuah dari pohon yang masih rendah diambil dengan dodos sedangkan untuk

pohon yang tinggi diambil dengan agrek (arit bergagang bambu panjang)

(Anonim, 2009). Cara panen adalah:

1. Tandan matang harus dipanen semuanya dengan kriteria 25-75% buah luar

memberondol atau kurang matang dengan 12,5-25% buah luar memberondol

2. Potong pelepah daun yang menyangga buah

3. Tandan buah dipotong dengan dodos/agrek di dekat pangkalnya

4. Beri tanda di tempat bekas potongan yang berisi nama pemanen dan tanggal

panen

Kelapa sawit Page 9

Page 10: Makalah Kelapa Sawit

5. Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur di gawangan (ruang

kosong di antara barisan tanaman) dengan cara ditelungkupkan.

1.2 Tinjauan Minyak Kelapa Sawit ( CPO atau Crude Palm Oil)Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa

sawit. Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa

minyak sawit mentah (CPO atau Crude Palm Oil) yang berwarna kuning dan minyak

inti sawit (PKO atau Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO

banyak digunakan sebagai bahan industri sabun (bahan penghasil busa), industri

baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif

(minyak disel) (Syamsulbahri, 1996).

1.2.1 Komposisi KimiaKelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang

dilapisi kulit yang tipis. Kadar minyak dalam perikarp sekitar 34 – 40%. Minyak

kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Rata-

rata komposisi minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.4 (Ketaren, 1989).

Tabel 4. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

(Ketaren, 1989)

Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit

(%)

Minyak Inti Sawit

(%)

Asam kaprilat

Asam kaproat

Asam laurat

Asam miristat

Asam palmitat

Asam stearat

Asam oleat

Asam linoleat

-

-

-

1,1 – 2,5

40 – 46

3,6 – 4,7

39 – 45

7 – 11

3 – 4

3 – 7

46 – 52

14 – 17

6,5 – 9

1 – 2,5

13 – 19

0,5 – 2

1.2.3 Sifat Fisiko-KimiaSifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor,

kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan,

slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan, titik asap,

Kelapa sawit Page 10

Page 11: Makalah Kelapa Sawit

titik nyala dan titik api (Ketaren, 1989). Beberapa sifat fisiko-kimia dari kelapa sawit

nilainya dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 5. Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit (Ketaren, 1989)

Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit

Bobot jenis pada suhu kamar

Indeks bias D 40 C

Bilangan Iod

Bilangan penyabunan

0,900

1,4565 – 1,4585

48 – 56

196 – 205

0,900 – 0,913

1,495 – 1,415

14 – 20

244 – 254

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah

proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna

orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak

(Ketaren, 1989).

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat

adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan

bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone (Ketaren,

1989).

Titik cair minyak sawit berada dalam kisaran suhu, karena minyak kelapa

sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang

berbeda-beda (Ketaren, 1989).

1.2.3.Proses PengolahanPada dasarnya, ada dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik

yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti

sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Menurut Sastrosayono (2003), tahap-

tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak diuraikan sebagai

berikut:

1. Pengangkutan TBS ke Pabrik

Buah kelapa sawit dari kebun harus secepatnya diangkut dengan alat angkutan

yang tepat yang dapat mengangkut buah sebanyak-banyaknya, seperti lori,

traktor gandeng atau truk. Sesampainya di pabrik, buah harus segera ditimbang

kemudian dimasukkan ke dalam lori perebusan yang biasanya berkapasitas 2,5

ton setiap lori. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan

kadar asam lemak bebas (free fatty acid) tinggi. Untuk menghindari terbentuknya

Kelapa sawit Page 11

Page 12: Makalah Kelapa Sawit

asam lemak bebas, pengolahan harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam

setelah pemanenan.

2. Sterilisasi

Buah serta lorinya direbus dalam tempat rebusan dengan mengalirkan /

menekankan uap panas selama 60 menit ke dalam tempat rebusan. Suhu uap

yang digunakan adalah 125 C dan tekanan dalam ruang sterilisasi ± 2,5 atm.

Maksud dari perebusan adalah:

Agar buah mudah dilepas dari tandannya.

Untuk membunuh enzim penstimulir pembentukan asam lemak bebas.

Agar daging buah menjadi lunak.

Untuk memudahkan terlepasnya inti dari cangkangnya.

Untuk menambah kelembaban dalam daging buah sehingga minyak lebih

mudah dikeluarkan (dipisahkan).

Untuk mengkoagulasikan protein sehingga proses pemurnian minyak lebih

mudah.

3. Perontokan dan Pelumatan Buah

Tandan buah yang telah direbus dimasukkan ke dalam mesin perontok buah

(thresher), kemudian buah yang rontok dibawa ke dalam mesin pelumat

(digester). Sambil dilumat, buah dipanasi (diuapi) lagi supaya daging buah

hancur dan lepas dari bijinya. Keadaan demikian memudahkan proses

pengeluaran (ekstraksi) minyak. Tandan kosong (telah lepas buah-buahnya)

kemudian diangkut ke tempat pembakaran dan digunakan sebagai bahan bakar

untuk menghasilkan uap yang digunakan dalam proses sterilisasi. Sisa

pembakaran berupa abu yang mengandung ± 30% K2O, yang digunakan untuk

pemupukan Kalium di kebun. Sebagian tandan kosong digunakan sebagai bahan

mulsa(fiber).

4. Pemerasan atau Ekstraksi Minyak Sawit

Ada bermacam cara untuk mengeluarkan minyak (extraction of oil), tetapi yang

umum dipakai adalah pengepresan dengan menggunakan alat atau mesin

pengepres tipe hydraulic, centrifugal atau tipe continuous screw press. Daging

buah yang sudah dilumatkan di mesin pelumat dimasukkan ke dalam alat

pengepres, kemudian dipres sehingga minyak dapat dikeluarkan dan dipisahkan

dari ampasnya. Minyak yang keluar ditampung untuk selanjutnya dimurnikan,

Kelapa sawit Page 12

Page 13: Makalah Kelapa Sawit

sedangkan ampasnya keluar secara terpisah dan dapat digunakan sebagai

bahan bakar.

5. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit

Minyak yang keluar dari mesin pengepres mengandung 45% sampai 55% air,

lumpur dan bahan-bahan lainnya. Minyak yang masih kasar ini dibawa ke tangki

pemurnian atau tangki klarifikasi. Setelah mengalami pemurnian akan diperoleh

90% minyak, dan sisanya adalah lumpur. Setelah dilakukan penyaringan

kemudian minyak ditampung dalam tangki dan dijernihkan lebih lanjut untuk

memisahkan air yang masih terkandung di dalamnya. Selanjutnya minyak

dilewatkan pada continuous vaccum drier sehingga diperoleh minyak berkadar

air kurang dari 0,1%. Minyak ini ditampung dalam tangki-tangki penampungan.

6. Pemisahan Biji dari Sisa-Sisa Daging Buah

Sisa pengepresan yang berupa ampas dibawa ke alat pembuang sisa daging

buah (depericarper). Pada proses pemisahan biji dari sabutnya digunakan proses

pengeringan dan penghembusan. Dengan proses ini serat dan bahan-bahan lain

yang kering dan ringan terhembus keluar melalui cyclone, kemudian ditampung

untuk digunakan sebagai bahan bakar.

7. Pengeringan dan Pemecahan Biji

Biji dari alat pembuang daging buah (depericarper) diangkut ke silo dan

dikeringkan. Biji-biji yang telah kering ini, intinya mengkerut dan mudah

dilepaskan dari cangkang atau tempurungnya. Biji-biji yang telah dipisahkan

berdasarkan diameternya, kemudian dipecah lagi agar inti dan cangkangnya

dapat dipisahkan.

8. Pemisahan Inti Sawit dari Cangkang

Prinsip pemisahan biji dari cangkangnya adalah karena adanya perbedaan berat

jenis antara inti dan cangkang. Caranya adalah dengan mengapungkan biji-biji

yang telah dipecahkan dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16.

Dalam keadaan ini inti kelapa sawit akan mengapung dalam larutan dan

cangkang akan mengendap di dasar. Inti dan cangkang diambil secara terpisah

kemudian dicuci sampai bersih. Alat yang digunakan untuk memisahkan inti dari

cangkangnya disebut hydrocyclone separator. Inti buah dibawa ke silo dan

dikeringkan pada suhu 80 C. Selama pengeringan harus selalu dibolak-balik

agar keringnya merata.

Kelapa sawit Page 13

Page 14: Makalah Kelapa Sawit

1.2.4.Proses Produksi Pengolahan Kelapa Sawit Secara Umum Diterapkan di Perusahaan Kelapa Sawit 1. LOADING RAMP

Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage. Ramp

cage mempunyai 24 pintu yang dibuka tutup dengan sistem hidrolik, terdiri dari 2

line sebelah kiri dan kanan.

Setelah terisi, conveyor di jalankan dan TBS di jatuhkan ke hopper. Kemudian di

isikan ke dalam sebanyak 8 lori dalam 4 mesin sterilizer.

2. STERILIZERSterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut dengan

sterilizer. Adapun fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:

1. Mematikan enzyme.

2. Memudahkan lepasnya brondolan dari tandan.

3. Mengurangi kadar air dalam buah.

4. Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan

pengepressan.

5. Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.

Proses perebusan dilakukan selama 62 menit. Untuk media pemanas dipakai

steam dari BVP (Back Pressure Vessel) yang bertekanan 2,8-3 bar.

Perebusan dilakukan dengan sistem 3 peak ( tiga puncak tekanan). Puncak

pertama tekanan sampai 1,5 Kg/cm2, puncak kedua tekanan sampai 2,0 Kg/cm2

dan   puncak ketiga tekanan sampai 2,8 – 3,0 Kg/cm2.

Berikut proses perebusan sistem tiga peak :

1. Deaeration dilakukan 2 menit, dimana posisi condensate terbuka.

2. Memasukkan uap untuk peak pertama yang dicapai dalam waktu 10 menit.

Biasanya tekanan mencapai 1,2 bar.

3. Uap dan kondensat dibuang sampai tekanan menjadi 0 bar dalam waktu 5

menit.

4. Uap dimasukkan selama 15 menit untuk mencapai tekanan 2 bar.

5. Uap kondensat dibuang lagi selama 3 menit.

6. Kemudian steam dimasukkan lagi untuk mencapai peak ke-3 dalam waktu

15 – 20 menit.

7. Setelah peak ketiga tercapai maka dilakukan penahanan selama 40 – 50

menit.

Kelapa sawit Page 14

Page 15: Makalah Kelapa Sawit

8. Uap kondensat dibuang selama 5 – 7 menit sampai tekanan 0

3. THRESSERSetelah perebusan TBS yang telah masak diangkut menggunakan conveyor ke

thresser. TBS yang telah masak di tampung di dalam hopper thresser (auto feeder).

Pada stasiun ini tandan buah segar yang telah direbus siap untuk dipisahkan

antara berondolan dan tandannya. Sebelum masuk kedalam thresser TBS yang

telah direbus diatur pemasukannya dengan menggunakan auto feeder. Dengan 

menggunakan putaran TBS dibanting sehingga berondolan lepas dari tandannya

dan jatuh ke conveyor dan elevator untuk didistribusikan ke rethresser untuk

pembantingan kedua kalinya. Thresser mempunyai kecepatan putaran 22 – 25 rpm.

Pada bagian dalam thresser, dipasang batang-batang besi perantara sehingga

membentuk kisi-kisi yang memungkinkan berondolan keluar dari thresser. Untuk

tandan kosong sendiri didistribusikan dengan empty bunch conveyor untuk di press

dalam bunch press. Tandan kosong yang sudah di ambil minyaknya di distribusikan

ke lahan.

4. STASIUN PRESSBerondolan yang keluar dari thresser jatuh ke conveyor, kemudian diangkut

dengan fruit elevator ke top cross conveyor yang mendistribusikan berondolan ke

distributing conveyor untuk dimasukkan dalam tiap-tiap digester. Digester adalah

tangki silinder tegak yang dilengkapi pisau-pisau pengaduk dengan kecepatan

putaran 25-26 rpm, sehingga brondolan dapat dicacah di dalam tangki ini. Bila tiap-

tiap digester telah terisi penuh maka brondolan menuju ke conveyor recycling,

diteruskan ke elevator untuk dikembalikan ke digester. Tujuan pelumatan adalah

agar daging buah terlepas dari biji sehingga mudah di-press. Untuk memudahkan

pelumatan buah, pada digester di-inject steam bersuhu sekitar  90 – 95 °C.

Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press untuk diperas

sehingga dihasilkan minyak (crude oil). Kapasitas mesin press adalah 12 ton per jam

dengan kecepatan 12-15 rpm.

Tekanan mesin press harus diatur, karena bila tekanan terlalu tinggi dapat

menyebabkan inti pecah dan screw press mudah aus. Sebaliknya, jika tekanan

mesin press terlalu rendah maka oil losses di ampas tinggi.

Minyak hasil mesin press kemudian menuju ke sand trap tank untuk

pengendapan. Hasil lain adalah ampas (terdiri dari biji dan fiber), yang akan

dipisahkan dengan menggunakan cake breaker conveyor (CBC).

Kelapa sawit Page 15

Page 16: Makalah Kelapa Sawit

5. STASIUN PEMURNIANMinyak yang berasal dari stasiun press masih banyak mengandung kotoran-

kotoran yang berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain. Untuk

mendapatkan minyak yang memenuhi standar, maka perlu dilakukan pemurnian

terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit alat pengolah

untuk memurnikan minyak produksi, yang meliputi : Sand Trap Tank, Vibrating

Screen, Crude Oil Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil Tank, Purifier, Vacum

Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat Pit, dan 

Storage Tank.

a. Sand Trap TankMinyak hasil mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak

mengandung kotoran-kotoran. Minyak tersebut masuk ke sand trap tank untuk

mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai densitas tinggi. Sand trap tank

adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder tegak.

b. Vibrating ScreenMinyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat dan sedikit

kotoran dialirkan ke ayakan getar (vibrating screen). Proses penyaringan memakai

vibrating screen bertujuan untuk memisahkan padatan, seperti : serabut, pasir, tanah

dan kotoran-kotoran lain yang masih terbawa dari sand trap tank. Vibrating yang

digunakan adalah double deck vibrating screen, dimana screen pertama berukuran

30 mesh dan screen kedua 40 mesh. Padatan yang tertahan pada ayakan akan

dikembalikan ke digester melalui conveyor, sedangkan minyak dipompakan ke crude

oil tank.

c. Crude Oil Tank (COT)Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk

ditampung sementara. Pada crude oil tank ini minyak dipanaskan dengan steam

melalui sistem pipa pemanas, dan suhu dipertahankan 90-95°C. Dari sini minyak

dipompakan ke CST (Continuous Settling Tank).

d.Distributing tankMinyak dari COT di pompa ke distributing tank untuk proses pembagian CPO

yang masuk ke CCT.

e. Continous Clarifier Tank (CCT)Minyak dari COT dipompakan ke CST dimana sebelumnya dilewatkan ke buffer

tank agar aliran minyak masuk ke CST tidak terlalu kencang. CST bertujuan untuk

Kelapa sawit Page 16

Page 17: Makalah Kelapa Sawit

mengendapkan lumpur (sudge) berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Di CST suhu

dipertahankan 86-90 oC. Minyak pada bagian atas CST dikutip dengan bantuan

skimmer menuju oil tank, sedangkan sludge (yang masih mengandung minyak) pada

bagian bawah dialirkan secara underflow ke sludge vibrating screen sebelum ke

sludge oil tank. Sludge dan pasir yang mengendap didasar CST di-blowdown untuk

dibawa ke sludge drain tank .

f. Wet Oil TankMinyak dari CCT menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu, sebelum

dialirkan ke oil purifier. Dalam oil tank juga terjadi pemanasan (75-80°C) dengan

tujuan untuk mengurangi kadar air.

g. PurifierDi dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar

air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan

menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan perputarannya 7500 rpm.

Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada bagian yang

luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil

bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke vacuum

drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran

pembuangan untuk dibawa ke Fat Pit.

h. Vacuum DrierMinyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi

kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak disemprot

dengan menggunakan nozzle 4 biji berdiameter 8mm sehingga campuran minyak

dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan air dalam

minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun

ke bawah dan kemudian dipompakan ke storage tank.

i. Sludge TankUntuk overflow dari tangki ini di alirkan ke drain tank sedangkan under flownya

dialirkan sludge tank trus di pompakan ke buffer tank melewati sand cyclone. Di

dalam sand yclone terjadi poses pemisahan sludge artinya lumpur dan minyak di

pisahkan. Di dalam buffer tank di umpankan k sludge santrifuse melalui brush

strainer. Terjadi proses pemisahan sludge yang mungkin terikut seperi fiber2 halus.

Dari sand cyclone atau brush strainer sludge dialirkan ke balance tank sebagai

umpan untuk decanter atau sludge centrifuge.

Kelapa sawit Page 17

Page 18: Makalah Kelapa Sawit

j. Sludge centrifugeSludge centrifuge untuk mengolah sludge. Sludge Centrifuge adalah alat yang

digunakan untuk memisahkan  minyak yang masih terkandung di dalam sludge,

dengan cara pemisahan berdasarkan gaya sentrifugal. Didalam sludge centrifuge ini

terdapat bowl yang berputar 1450 rpm, bowl ini berbentuk bintang yang diujungnya

terdapat nozzle dengan diameter lubang tertentu dan nozzle ini dapat diganti sesuai

keinginan.

Prinsip kerjanya adalah nozzle separator berputar dengan gaya centifugal dimana

pemisahannya, fraksi berat ( lumpur, kotoran )  terlempar ke dinding bowl dan fraksi

ringan (air dan minyak) akan ketengah. Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil

akan menuju poros dan terdorong keluar melalui sudu-sudu (paring disk), dan

ditampung di reclaimed tank sebelum dipompakan oleh reclaimed oil pump untuk

alirkan kembali ke CCT. Sedangkan sludge (mengandung air) yang mempuyai

densitas lebih besar akan terdorong ke bagian dinding bowl dan keluar melalui

nozzle, kemudian sludge keluar melalui saluran pembuangan menuju fat pit.

k. Fat PitSebelum sludge di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu ditampung

di fat pit sebelum di pompakan ke dalam cooling pond.

l. Storage TankMinyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank (tangki timbun),

pada suhu simpan 45-55°C. Setiap hari dilakukan pengujian mutu. Minyak yang

dihasilkan dari daging buah  berupa minyak yang disebut Crude Palm Oil (CPO).

6.  STASIUN KERNELPada stasiun ini dilakukan aktifitas pemisahan serabut dari nut, pemisahan inti

dari cangkangnya dan juga pengeringan inti. Peralatan yang digunakan di stasiun ini

, diantaranya : Cake Breaker Conveyor (CBC), Depericarper, Nut Silo, Ripple Mill,

fibrating trough, Hydrocyclone , dan Kernel Silo.

a.Cake Breaker Conveyor (CBC)Ampas dari screw press yang terdiri dari fiber dan nut yang masih menggumpal

masuk ke CBC. CBC merupakan suatu screw conveyor namun screwnya dipasang

palt persegi sebagai pelempar fiber dan nut. CBC berfungsi untuk mengurai

gumpalan fiber dengan nut dan membawanya ke depericarper.

b.Depericarper

Kelapa sawit Page 18

Page 19: Makalah Kelapa Sawit

Depericarper adalah alat untuk memisahkan fiber dengan nut. Fiber dan nut dari

CBC masuk ke separating column. Disini fraksi ringan yang berupa fiber dihisap

dengan  fibre cyclone dan di tampung dalam hopper sebagai bahan bakar pada

boiler. Sedangkan fraksi berat berupa nut turun ke bawah masuk ke polishing drum.

c.Nut Polishing DrumNut polishing drum berupa drum berlubang-lubang yang berrputar. Akibat dari

perputaran ini terjadi gesekan yang mengakibatkan serabut yang masih menempel

pada nut terkikis dan terpisah dari nut. Nut jatuh, selanjutnya nut diangkut oleh nut

conveyor dan destoner (second depericarper) untuk memisahkan batu dan benda –

benda yang lebih berat dari nut seperti besi. Nut yang terbawa ke atas jatuh kembali

di dalam air lock dan di tampung oleh nut elevator untuk dibawa ke dalam nut silo.

d.Nut SiloFungsi dari alat ini sebagai tempat penampungan nut, hal ini dilakukan untuk

mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari

cangkangnya.

e.Ripple MillBiji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti terpisah dari

cangkang. Biji yang masuk melalui rotor akan mengalami gaya sentrifugal sehingga

biji keluar dari rotor dan terbanting dengan kuat yang menyebabkan cangkang

pecah. Setelah dipecahkan inti yang masih bercampur dengan kotoran-kotoran di

bawa ke kernel grading drum.

f.Fibrating troughPada fibrating trough nut di grading dengan cara di saring dengan menggunakan

ukuran space bar ke bar 14mm jadi terpisahkan antara nut, shell dan kotoran

dengan nut yang belum terpecahkan. Untuk nut shell dan kotoran lolos dari saringan

dibawa ke LTDS. Sementara untuk nut atau yang tertahan dikembalikan ke nut

conveyor.

g.Light Tenera Dry Separator (LTDS)LTDS 1. untuk pemisahan kernel utuh dengan cangkang dan kernel pecah dan

LTDS 2. untuk pemisahan kenel pecah dengan cangkang.

Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih ringan

akan dihisap oleh LTDS cyclone. Fraksi-fraksi yang ringan di hisap yang terdiri dari

cangkang dan serabut akan di bawa ke shell hopper melalui fibre and shell

Kelapa sawit Page 19

Page 20: Makalah Kelapa Sawit

conveyor. Inti dan sebagian cangkang yang belum terpisahkan, dipisahkan lagi pada

hydrocyclone .

H.HydrocycloneHydrocyclone adalah alat pemisahan Inti dengan cangkang. Proses pemisahan ini

secara basah yang menggunakan air. Air berfungsi sebagai larutan pemisah antara

kernel dan cangkang berdasarkan berat jenis. Berat jenis Kernel basah = 1,07 dan

berat jenis cangkang = 1,15 – 1,20, maka untuk memisah kernel dan cangkang

tersebut dibuat larutan dengan berat jenis = 1,12. Bagian yang ringan akan

mengapung dan bagian yang berat akan tenggelam. Inti yang merupakan fraksi

ringan akan dibawa ke kernel silo untuk disimpan dengan suhu tertentu.

i.Kernel SiloInti yang masih mengandung air, perlu dikeringkan sampai kadar air 7%. Inti yang

berasal dari pemisahan di clay bath melalui top wet kernel conveyor didistribusikan

ke dalam unit kernel silo untuk dilakukan proses pengeringan. Pada kernel silo ini inti

akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas dari steam heater yang

dihembuskan oleh Fan kernel silo ke dalam kernel silo. Pengeringan dilakukan pada

temperatur 60-80°C selama 6 jam. Kernel yang telah dikeringkan ini dibawa ke

kernel bulk silo melalui dry kernel transport fan.

Kelapa sawit Page 20

Page 21: Makalah Kelapa Sawit

Diagram Alir Proses Produksi

Diagram Alir Proses Pengolahan CPO

Kelapa sawit Page 21

TBS dari kebun

Loading Ramp

FFB Hopper

Lorry

SFB Hopper

Auto Feeder

Tresher

Blowdown / Off Chamber/Silencer

Sterilizer Pit

Condensat Pit

Condensat Pit Pump

Dilution TankBelow ConveyorHorizontal empty bunch conveyor

Ditimbang

Pembongkaran & sortasi TBS

Sterilisasii

Page 22: Makalah Kelapa Sawit

Kelapa sawit Page 22

Dilution BoxEmpty Bunch Press

Fruit ElevatorEmpty Bunch

DespacthTop Cross Conveyor

Distributing Conveyor

Digester

Screw Press

Recycling Conveyor

Oli Gutter

Sand Trap Tank

Vibrating ScreenCrude Oil Tank

Refuse Conveyor

Crude Oil Pump

Distributing Tank

Bottom Cros Conveyor

Clarifire Tank

Sludge Tank

Sludge desanding Pump

Sand Cyclone

Sand Satling Tank Sludge Buffer Tank

Brush Stainer

Recycle Oil TankRecycle Oil Pump

Wet Oil Tank

Oil Purifire Pump

Oil Purifire Tank

Float Tank

Vacum Dryer

Dried Oil Palm

Heavy Phase PitSludge PitSludge Pit Pump

Page 23: Makalah Kelapa Sawit

Gambar 10. Diagram alir proses produksi Crude Palm Oil

1. Pengolahan Kernel

Kelapa sawit Page 23

Sludge Sparator

Oil Storage Tank

Oil Dispatch

IPAL

Screw Press

Cake Braker Conveyor

Depericarper Horizontal fiber

shell conveyor

Inclined Fiber Shell Conveyor

Fuel Distributing Conveyor

Boiler

Shell Hoper/ Banker

Fuel Recycle conveyor

Nut Air Lock

Nut Silo

Nut Transport

Magnetik Trap

Rotary Feeder

Ripple Mil

CM Conveyor

Nut Polishing

Drum

Inclined Nut Conveyor

CPO (Crude Palm Oil)

Sludge (Limbah Cair)

Sabut Kering yang masih ada kernelnya

Page 24: Makalah Kelapa Sawit

Kelapa sawit Page 24

CM Airlock

Separating Colomn LTDS-

1

Airlock LTDS-1

Separating Colomn LTDS-2

Airlock LTDS-2

CM Conveyor

Distributing kernel conveyor

Kernel Elevator

Shell ConveyorHydrocyclone

Wet Kernel Conveyor Shell Elevator

Kernel Drier

Disch. Kernel Conveyor

Kernel Transfer Fan

Kernel Silo

Kernel Despatch

CM Elevator

Kernel Vibre Trough

Page 25: Makalah Kelapa Sawit

1.2.5 Tinjauan Tentang Hasil Samping Pengolahan TBS

Dalam proses pengolahan buah kelapa sawit diperoleh produk utama dan

beberapa produk sampingan. Sebagai produk utama adalah minyak kelapa sawit

(CPO atau Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel). Sedangkan produk

sampingannya adalah tempurung, ampas dan tandan kosong. Cangkang atau

tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan bakar, yaitu arang aktif yang biasa

digunakan dalam industri kesehatan. Tandan kosong untuk bahan bakar ketel uap,

mulsa dan abu sebagai pupuk Kalium. Ampas lumatan daging buah juga dapat

digunakan untuk bahan bakar ketel uap (Sastrosayono, 2003).

1.2.5.1.Produksi Limbah Pengolahan Kelapa Sawit di Perusahaan Kelapa Sawit

Limbah merupakan sisa hasil pengolahan yang sudah tidak dapat digunakan

lagi. Limbah pengolahan kelapa sawit pada perusahaan ini adalah produk- produk

yang dihasilkan selain minyak sawit mentah (CPO) dan kernel. Limbah ini

diklasifikasi berdasarkan wujudnya yaitu padat, cair dan gas. Limbah padat ini

mencakup fiber, cangkang , padatan terlarut ,abu dan tandan kosong sawit (TKS).

Limbah cair mencakup sludge dan air hasil kondensat sedangkan limbah gas berupa

steam dan gas hasil pembakaran boiler.

Limbah padat yang berupa cangkang dan fiber digunakan kembali oleh pabrik

sebagai bahan bakar boiler hal ini dikarenakan kemudahannya untuk dibakar. TKS

tidak digunakan sebagai bahan bakar boiler dikarenakan efisiensi pembakarannya

yang rendah dan menghasilkan emisi gas yang berbahaya bagi lingkungan. TKS

dan abu yang dihasilkan oleh pabrik dimanfaatkan seluruhnya sebagai pupuk

organik di perkebunan dan penimbunan jalan disekitar pabrik. Sedangkan padatan

terlarut diumpankan kembali pada sludge tank untuk diolah.

Limbah cair pada proses pengolahan kelapa sawit berasal dari kondensat

sterilizer, clarifier, hidrosiklon dan sludge separator. Limbah ini dapat digunakan

kembali sebagai pupuk untuk perkebunan setelah melalui proses pengolahan

limbah.

Satu-satunya limbah yang tidak dapat digunakan kembali adalah limbah gas.

Limbah gas ini dihasilkan dari boiler dan jenset yang digunakan setiap hari. Limbah

gas ini dibuang ke lingkungan setelah melalui proses pengolahan agar tidak

mengandung polutan yang membahayakan lingkungan.

Kelapa sawit Page 25

Page 26: Makalah Kelapa Sawit

1.2.5.3. Proses Pengelolaan Limbaha.Limbah Padat

Limbah padat hasil pengolahan kelapa sawit dapat berupa fiber, cangkang,

padatan terlarut, abu, dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS).

Komponen terbesar limbah padat adalah selulosa, disamping hemiselulosa dan

lignin dalam jumlah yang kecil.

Seperti yang telah kita ketahui diatas, bahwa limbah padat berupa fiber serta

cangkang berasal dari proses pelumatan serta ekstraksi untuk memperoleh CPO.

Limbah ini langsung dimanfaatkan untuk bahan bakar boiler dan dijadikan pelapis

tanah dikebun.

Limbah padat lain yang merupakan salah satu jenis limbah kelapa sawit

terbesar adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Komposisi kimiawi TKKS

disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 6. Komposisi Kimiawi Tandan Kosong Kelapa Sawit

Komponen %

Kadar abu 6,04

Selulosa 35,81

Lignin 15,70

Hemiselulosa 27,01

Sumber: Pratiwi et al, 1988

Dalam pengelolaan limbah tandan kosong ini, perusahaan kelapa sawit

langsung mengaplikasikan limbah tersebut sebagai pupuk organik (secara mulching)

pada tanaman-tanaman sawit khususnya tanaman replanting. Proses mulching

tersebut dilakukan dengan mendekomposisikan TKKS secara alami dengan

membiarkannya disekitar tanaman sawit. TKKS diaplikasikan langsung ke tanaman

dikarenakan kandungan nutrisi dari TKKS yang bagus untuk tanah (peningkatan

unsur hara tanah)

Tabel 7. Kandungan Nutrisi TKKS (% Berat Kering)

Uraian Kompos minimum

N (%) > 1.5

P (%) > 0.3

Kelapa sawit Page 26

Page 27: Makalah Kelapa Sawit

K (%) > 2.0

Ca(%) > 0.72

Mg (%) > 0.4

Bahan Organik > 50%

C/N < 20

Air 45

Permasalahan muncul ketika dilakukan proses mulching TKKS tersebut, yakni

tumbuhnya larva kumbang tanduk yang awalnya adalah sebagai dekomposer alami

dari TKKS akan tetapi apabila sudah menjadi kumbang tanduk sangat merugikan

bagi perkebunan TPP tetapi jumlah kumbang tanduk masih didalam batas toleransi.

Untuk limbah padat berupa abu hasil sisa pembakaran boiler dimanfaatkan untuk

penutup lubang di jalan (penyemenan).

b. Limbah CairProses pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan limbah cair yang berasal

dari kondensat, stasiun klarifikasi, dan dari hidrosiklon. Sebagaimana limbah industri

pertanian lainnya, limbah cair kelapa sawit pun mempunyai kadar bahan organik

yang tinggi. Tingginya bahan organik tersebut mengakibatkan beban pencemaran

yang semakin besar, karena degradasi bahan organik yang lebih besar.

Limbah cair tersebut ditampung di kolam-kolam IPAL dan akan dilakukan

proses pengelolaan limbah cair sehingga aman untuk digunakan. Limbah cair yang

tertampung dalam kolam-kolam IPAL itulah yang disebut sebagai sludge (lumpur).

Adapun kolam-kolam penampungan terdirin atas Kolam Fat Pit, Kolam Cooling,

Kolam Mixing, Kolam Anaerob, dan Kolam Contact Line Aplikasi.

1. Kolam Fat Pit (Fat Pit Pond)

Kolam ini berfungsi untuk memampung sementara raw sludge serta pembersihan

raw sludge bebas dari minyak (oil losses). Di dalam perusahaan standarnya

terdapat 2 Fat Pit Ponds dan suhu rata-rata sludge yang masuk adalah 60-80˚C

2. Kolam Pendingin (Cooling Pond)

Berfungsi untuk menurunkan suhu pada raw sludge sehingga dapat diolah

kembali secara maksimal oleh mikroba (penguraian). Disini, suhu sludge yang

semula sebesar 60-80˚C berubah menjadi 40-45˚C.

3. Kolam Pencampur (Mixing Pond)

Kelapa sawit Page 27

Page 28: Makalah Kelapa Sawit

Sebagai tempat percampuran raw sludge dari Cooling Pond dengan limbah dari

anaerobic, disini sudah mulai terjadi hidrolisis senyawa organik dari limbah oleh

mikroorganisme menjadi senyawa monomer yang lebih sederhana. Selain itu

juga terjadi proses asidifikasi oleh mikroba dan menghasilkan VFA, H2, dan Co2.

4. Kolam Anaerobik (Anaerobic Pond)

Dalam kolam anaerobic ini, terjadi proses dekomposisi bahan organik tanpa

adanya oksigen bebas melalui proses reduksi dengan hasil utamanya berupa

CH4, CO2. Reaksi yang terjadi dalam anaerobic pond ini adalah reaksi

asenogenik (VFA menjadi asam asetat), dan metanasi (asama asetat menjadi

CH4 dan CO2).

5. Kolam Line Aplikasi (Contact Pond)

Berfungsi untuk tempat penampungan sementara sebelum diaplikasikan di

kebun.

Setelah limbah dari IPAL, limbah tersebut diaplikasikan langsung ke tanaman-

tanaman sawit replanting dalam kebun-kebun yang dimiliki oleh perusahaan.

c.Limbah GasLimbah gas yang dihasilkan dari perusahan ini terdiri dari dua bentuk limbah,

yakni limbah gas hasil pembakaran boiler, serta limbah gas methan yang dihasilkan

dari IPAL perusahan.

Limbah gas hasil pembakaran boiler ini tidak benar-benar termanfaatkan, akan tetapi

kualitas gas tersebut tetap dijaga agar tidak melebihi batas keamanan yang telah

ditetapkan oleh Menteri Negara dan Lingkungan Hidup.

Untuk limbah gas methan dihasilkan ketika sludge berada dalam Anaerobic

Pond karena terjadinya proses methanasi yakni perubahan asam asetat menjadi gas

methan dan CO2. Menurut Sixt (1994) menjelaskan bahwa pada proses anaerobic,

sampai dengan 90% limbah cair diubah menjadi gas. Dan 60 - 75% adalah gas

methane, 25 – 40% gas CO2, sisanya adalah amonia, H2S, mercaptan (dlm satuan

ppm).

1.3. Standar MutuIstilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar-

benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit

tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan

mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua,

Kelapa sawit Page 28

Page 29: Makalah Kelapa Sawit

pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur

berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar asam

lemak bebas (free fatty acid), air, kotoran, logam besi, logam tembaga, dan

peroksida (Anonim, 2009).

Standar mutu inti kelapa sawit di Indonesia tercantum di dalam Standar

Produksi SP 10-1975 (Anonim, 2009). Adapun syarat mutu inti kelapa sawit adalah

sebagai berikut:

a) Kadar minyak minimum (%): 48; cara pengujian SP- SMP-13-1975

b) Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara pengujian SP-SMP-7-1975

c) Kontaminasi maksimum (%):4,0; cara pengujian SP-SMP-31-1975

d) Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SP-SMP-31-1975

Menurut Ketaren (1989), standar mutu Special Prime Bleach (SPB) dibandingkan

dengan mutu ordinary dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 8. Standar Mutu SPB dan Ordinary (Ketaren, 1989)

Kandungan SPB Ordinary

Asam lemak

bebas (%)

Kadar air (%)

Kotoran (%)

Besi p.p.m.

Tembaga p.p.m.

Bilangan Iod

Karotene p.p.m.

Tokoferol p.p.m.

1 – 2

0,1

0,002

10

0,5

53 ± 1,5

500

800

3 – 5

0,1

0,01

10

0,5

45 – 56

500 – 700

400 – 600

(Ketaren, 1989)

1.4. Pengaruh Kondisi Buah dan Penundaan Hari Proses Terhadap kenaikan FFA

Kematangan buah sangat diperhatikan sebelum memroses tandan buah

sawit. Pada tandan buah sawit yang umurnya kurang dari sehari dapat

mengakibatkan minyak sawit mentah berasam lemak bebas yang tinggi. Buah yang

dipanen harus masak dan mempunyai 10 berondolan buah yang jatuh ke tanah.

Tandan buah segar mengandung minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit,

yang harus segera diproses atau diekstrak untuk memisahkan minyak dengan

Kelapa sawit Page 29

Page 30: Makalah Kelapa Sawit

bagian yang lainnya. Penundaan jarak waktu panen dan pengolahan yang terlalu

lama (lebih dari 24 jam) dapat mengakibatkan penurunan kualitas minyak yang

dihasilkan karena peningkatan kandungan asam lemak. Proses pengangkutan TBS

dari kebun ke pabrik dilakukan secepat mungkin, pengangkutan paling lama di

perusahaan yaitu maksimal 2 jam.

Setelah sampai di pabrik TBS ditimbang kemudian dilakukan sortasi. Setelah

buah disortir pihak sortasi dengan kondisi-kondisi tertentu seperti buah yang akan

diolah sudah masak, tangkainya sudah dipotong menyerupai bentuk “V”.

Selain itu apabila jumlah jumlah TBS terlalu banyak maka buah dari kebun

yang terakhir sampai dipabrik dijadikan buah restan. Buah ini hanya diberi perlakuan

sampai sterilisasi saja kemudian disimpan dalam hopper. Kemudian diolah keesokan

harinya. Proses ini biasanya dilakukan pada saat panen raya.

a.Asam Lemak BebasAsam Lemak Bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA), adalah asam yang di

bebaskan pada hidrolisa dari lemak. Terdapat berbagai macam lemak, tetapi untuk

perhitungan kadar ALB minyak sawit dianggap sebagai Asam Palmitat (berat

molekul 256).

Daging  kelapa sawit  mengandung enzim lipase yang dapat menyebabkan

kerusakan pada mutu minyak ketika struktur seluler terganggu. Enzim yang berada

didalam jaringan daging buah tidak aktif karena terselubung oleh lapisan vakuola,

sehingga tidak dapat berinteraksi dengan minyak yang banyak terkandung pada

daging buah. Masih aktif di bawah 15 o C dan non aktif pada suhu diatas 50oC.

Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan gliserol dan asam

lemak bebas. Berikut ini adalah reaksi hidrolisis lemak.

CH2RCOO                                            CH2OH

l                                                               l

CHRCOO         +    3H2O     <--->       CHOH   +          ३ RCOOH

l                                                               l

CH2RCOO                                            CH2OH      

TAG    +   H2O   <--->   DAG   +   ALB

DAG   +   H2O    <--->   MAG  +   ALB

MAG   +  H2O    <---->  Gliserol + ALB

Kelapa sawit Page 30

Page 31: Makalah Kelapa Sawit

Reaksi hidrolisis lemak  bersifat reversible merupakan reaksi kesetimbangan

kondisi tercapai bila kecepatan reaksi pemecahan lemak sama dengan reaksi

pembentukan lemak. Reaksi hidrolisis lemak berlangsung secara bertahap yaitu

pembentukan isomer diasilgliserol, proses pembentukan alpha & betha

monoasilgliserol dan proses pembentukan gliserol.

b.Variabel Yang Sangat Berpengaruh Terhadap Asam Lemak BebasBeberapa variabel proses yang sangat berpengaruh terhadap perolehan

asam lemak menurut (fauziah,2011) adalah pengaruh suhu, kematangan buah,

kadar pelukaan buah, pengadukan, penambahan air, penambahan CPO dan lama

penyimpanan.

1) Pengaruh  TemperaturDari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa kadar asam

lemak yang paling tinggi didapat pada suhu kamar (25oC – 27oC). Enzim

lipase pada buah kelapa sawit sudah tidak aktif pada suhu pendinginan 8oC

dan pada pemanasan pada suhu 50oC.

Secara umum temperatur sangat berpengaruh pada reaksi kimia,

dimana kenaikan temperatur akan menaikkan kecepatan reaksi.  Sifat enzim

yang inaktif pada suhu tinggi, maka pada proses enzimatis ada batasan suhu

supaya enzim dapat bekerja secara optimal. Penurunan aktifitas enzim pada

suhu tinggi diduga diakibatkan oleh denaturasi protein. Juga pada suhu

rendah, aktifitas enzim juga menurun yang diakibatkan oleh denaturasi enzim.

2) Pengaruh Penambahan AirAir mempunyai pengaruh pada reaksi yang terjadi, dan pengaruh ini

pada dasarnya adalah membantu terjadinya kontak antara substrat dengan

enzim. Enzim lipase aktif pada permukaan (interface) antara lapisan minyak

dan air, sehingga dengan melakukan pengadukan, maka kandungan air pada

buah akan mampu untuk membantu terjadinya kontak ini.

Pada proses hidrolisa ini, secara stokiometri air pada buah sudah

berlebih untuk menghasilkan asam lemak (kadar air pada buah adalah sekitar

28%), tetapi karena air ini berada pada padatan maka perlu dilakukan

pelumatan buah dan selanjutnya dilakukan pengadukan. Disamping itu, untuk

mengatasi/mencegah kekurangan air.

Kelapa sawit Page 31

Page 32: Makalah Kelapa Sawit

Pengaruh kadar air pada produk yang dicapai sangat besar, dimana

kandungan air yang sangat besar ini mengakibatkan reaksi antara asam

lemak dan gliserol tidak dapat terjadi dengan baik.

3) Pengaruh  Pelukaan dan Pengadukan BuahEnzim lipase tidak berada dalam minyak, tetapi berada dalam serat.

Tingkat pelukaan buah dan pengadukan sangat berpengaruh terhadap proses

hidrolisa karena akan membantu terjadinya kontak antara enzim dan minyak

(substrat). Hal ini karena posisi enzim lipase pada buah sawit belum diketahui

secara pasti, sehingga untuk mengatasi hal ini maka buah harus dilumat

sampai halus, kemudian minyak dan seratnya dicampur kembali. Dengan

proses seperti ini terbukti bahwa kadar asam lemak yang diperoleh lebih

tinggi dibandingkan jika buah tidak dilumat sampai halus (hanya

dimemarkan/dilukai).

Pengaturan kecepatan pengadukan pada reaksi ini perlu dilakukan,

karena pada proses ini pengadukan berpengaruh kepada waktu kontak

antara air, substrat dan enzim. Disamping itu, karena yang diaduk adalah

campuran serat dan minyak, maka pemilihan rancangan pengaduk sangat

perlu untuk diperhatikan.

4) Pengaruh Kematangan BuahBuah yang terdapat pada satu tandan buah kelapa sawit tidak akan

matang secara serempak. Buah yang berada pada lapisan luar biasanya lebih

matang jika dibandingkan dengan buah yang berada pada bagian yang lebih

dalam. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan persentase minyak yang

terdapat pada setiap buah yang berada dalam satu tandan.

Pada buah kelapa sawit, semakin matang buah maka kadar minyaknya

akan semakin tinggi. Dengan semakin tingginya kadar minyak pada buah

maka proses hidrolisa secara enzimatis akan semakin cepat terjadi, sehingga

perolehan asam lemak akan lebih tinggi.

5) Pengaruh Lama PenyimpananSecara alami asam lemak bebas akan terbentuk seiring dengan

berjalannya waktu, baik karena aktifitas mikroba maupun karena hidrolisa

dengan bantuan katalis enzim lipase. Namun demikian asam lemak bebas

yang terbentuk dianggap sebagai hasil hidrolisa dengan menggunakan enzim

lipase yang terdapat pada buah sawit.

Kelapa sawit Page 32

Page 33: Makalah Kelapa Sawit

6) Pengaruh Penambahan CPOPada proses ini, kecepatan reaksi lebih rendah jika penambahan kadar

CPO terhadap campuran antara serat dan minyak semakin meningkat. Hal ini

dapat terjadi karena enzim lipase yang berada pada buah sudah jenuh atau

jumlahnya terbatas, sementara jumlah substrat sudah sangat berlebih. 

Kecepatan reaksi bergantung kepada konsentrasi enzim lipase, bukan pada

konsentrasi substrat.

7) Pengaruh Aktifitas Enzim Terhadap Asam Lemak Bebas Sebelum proses ektraksi minyak dilakukan, proses pendahuluan yaitu buah

direbus di dalam stelizer. Salah satu tujuannya yaitu mengnonaktifkan aktifitas

enzim. Didalam buah kelapa sawit ada enzim lipase dan oksidase yang tetap

bekerja sebelum enzim itu dihentikan dengan cara fisika dan kimia. Cara

fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi

protein.

7.1. Enzim LipaseEnzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan

trigliserida dan kemudian memecahnya kembali menjadi asam lemak bebas

(ALB).

Sifat-sifat enzim lipase adalah sebagai berikut :

Temperatur optimum: 35oC, pada suhu 50oC enzim sebagian besar

sudah rusak.

pH optimum : 4,7 – 5,0

Berat molekul : 45000-50000

Dapat bekerja secara aerob maupun anaerob

ko-faktor : Ca++, Sr++, Mg++. Dari ketiga ko-faktor ini yang paling

efektif adalah Ca++

Inhibitor : Zn2+, Cu2+, Hg2+, iodine, versene

7.2.Enzim oksidaseEnzim Oksidase berperan dalam proses pembentukan peroksida yang

kemudian dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugusan aldehide dan kation.

Senyawa yang terakhir bila dioksidasi lagi akan menjadi asam. Jadi ALB yang

terdapat  dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan

oksidase.

Kelapa sawit Page 33

Page 34: Makalah Kelapa Sawit

Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah mengalami luka. Untuk

mengurangi aktifitas enzim sampai di pabrik kelapa sawit diusahakan agar

buah tidak rusak dan buah tidak busuk. Enzim tersebut tidak aktif lagi pad

temperatur 50oC. Karena itu perebusan di dalam sterilizer pada temperatur

120oC akan menghentikan enzim.

Kelapa sawit Page 34

Page 35: Makalah Kelapa Sawit

DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa. 2009. Palm Oil. http://www.citra-agri.com/2009/03/images/Close-up-

palm-oil-fruit.jpg. Tanggal Akses: 6 November 2010.

Anonymouse. 2009. Oil Palm Profil Singkat. http://www.regional-investment.com/sipidid/user/files/komoditi2oilpalm_profilsi

ngkat.pdf. Tanggal Akses: 6 November 2010.

Anonymousf. 2010. Kelapa-Sawit. http://sagoeleuser5.files.wordpress/2010/07/.jpg.

Tanggal Akses: 6 November 2010.

Anonymousg. 2006. Evaluasi Kebijakan Perkebunan Kelapa Sawit. Komisi

Pengawas Pesaing Usaha Republik Indonesia

Fauzi, Yan et.al. 2007. Kelapa Sawit cetakan 21. Jakarta : Penebar Swadaya

Ketaren, S. 1989. Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press.

Jakarta.

Penulis PS. 1992. Kelapa Sawit-Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta

Sastrosayono, Selardi. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agro Media Pustaka.

Jakarta.

Syamsulbahri. 1996. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktifitas. Kanisius.

Yogyakarta.

Kelapa sawit Page 35