Download pdf - Makalah Kasus 2_tutor 12

Transcript

Tutor 12 Digestive/Peritonitis

KASUS 2

A2010

PERITONITISMakalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas tutorial mata kuliah Digestive I

Disusun oleh : KELOMPOK TUTOR 12

Sinta Dwi Oktaviani Dina Sonyah Putri Sarah Gamarsyah Indriyani Putri Puspitasari Eka Wahyuningsih Efa Fatmawati Karina Amanda Tri Nur Jayanti Afriyani Elizabeth Sitanggang Sarah Nurul Khotimah Ria Amalia Putri Dhea Dezhita

(220110100046) (220110100125) (220110100126) (220110100127) (220110100128) (220110100129) (220110100130) (220110100131) (220110100132) (220110100134) (220110100135) (220110100136)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

Tutor 12 Digestive/Peritonitis KATA PENGANTAR

A2010

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas tutorial mata kuliah Digestive I. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai PERITONITIS. Tak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan makalah ini, khususnya dosen kami ibu Siti Yuyun, ibu Lin-lin serta dosen-dosen lainnya. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jatinangor, 12 Maret 2012

Kelompok 12

Tutor 12 Digestive/Peritonitis KASUS PEMICU

A2010

Seorang mahasiswa 18 tahun laki-laki dirawat di rumah sakitkarena demam dan sakit perut. Mengeluh nyeri difus yang menetap pada abdomen dan muntah setelah makan. Hasil X-Ray menunjukan dada dan abdomen normal. Leukosit 24.000/ml dan tes laboratorium lain meliputi tes fungsi hati, pancreas dan fungsi ginjal menunjukan hasil normal. Pasien pulang kembali ke rumah tetapi nyeri abdomen dan muntah terus-menerus dan suhu tubuh 38 C. Kemudian pasien kembali lagi ke runah sakit. Tidak ada riwayat penggunaan alcohol, pengobatantrauma atau infeksi. Hasil pengkajian menunjukan: temperature 38C, nadi 100x/menit, respirasi 24x/menit, tekanan darah 110/70 mmH. Pemeriksaan fisik tampak saki akut dengan menegluh nyeri difus pada abdomen. Paru-paru dan jantung normal. Abdomen tampak distensi. Nyeri difus pada periumbilikal dan kuadran bawah kanan saat dipalpasi kaku dengan palpasi. Bising usus kurang terdengar dan frekuensi di bawah normal. Hasil laboratorium: hematokrit 45% dan leukosit 20.000/ml, serum amylase normal, tes fungsi hati, elektrolit dan fungsi ginjal normal. Dari CT Scan memperlihatkan terkumpul cairan di kuadran kanan bawah dengan ekstensi ke dalam pelvis. Kemudian pasien dibawa ke ruang operasi. Pada pembedahan tampak apendik berlubang denagn abses periappendic meluas ke daerah panggul 300 mL berbau busuk. Pasien dipsang ileustomy. Diobati dengan gentamisin, ampisilin, dan metrodinazol selama 2 minggu, hasil kultur cairan abses e coli, bakteroide fragile, viridians streptococci dan entercocci. STEP 1 : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Fragile, Viridians Streptococci dan Enteroccoci (dina) Difus (ria): terus menerus(efa) menyebar(eka) Ileustomy (tnj): salah satu bagian dari usus (dea) Perumbikal (Karin) Periapendik (putri) Distensi (sinta): tegang (karin) Serum amylase (sarah) Pelvis (eva) : Tulang panggul (eka) Gentamisin : antibiotic (putri),ampisilin: antibiotic (eka), Metronidazol : pembasmi jamur (efa) dkk

Tutor 12 Digestive/Peritonitis STEP 2

A2010

1. Indikasi diapasang ileustomy? (tnj) 2. Hasil Lab normal tidak menandakan pa? (efa) 3. Mengapa nyeri terus menerus dan disertai muntah? (Karin) 4. Abdomen distensi ? (eka) 5. Mengapa bising usus kurang terdengar dan frekeunsi bawah normal? eka 6. Prosedur dan keperawatan ileustomy? Dina 7. Mengapa suhu tinggi? Ria 8. Penyebab apendik berlubang dan meluas ke panggul? Sinta 9. Bakteri yang masuk dari mana? Putri 10. Bau busuk factor dari apa? Eka 11. Kenapa diberi obat jamur? Eka 12. Pencegahan penyakit? Efa 13. DM? Karin 14. Intervensi awal? Karin 15. Deteksi dini yang dapat dilakukan? Dina 16. Mengapa pemerksaan pertama tidak ditindak lanjuti? Afri 17. Bakteri dapat menyebabkan apa? 18. Mengapa RR tinggi? 19. Epidemologi penyakit ini? Dina 20. Riwayat alcohol, penyakit, infeksi, bgamina pengruh trhadap penyakit? Sinta 21. Tingkat/ derajat penyakit? Efa 22. Pantangan makanan ? Karin 23. Cairan di kuadran kanan bawah berasal dari mana? efa

STEP 3 21. pantangan pedas dan cabe (dina) makanan asam ( putrid) bersantan (efa) 9. dari dalam ususnya sendiri/ makanan, senitasi, kebersihan (efa) feses-appendik (bakteri berkembang di kolon (afri) 12. appendiksitis 7. respon inflamasi lubor, dolor, kalor. Tumor. (eka) 2. Ht : 40-50% Leukosit : 6000 -10000 tanda infeksi jika terjadi penaikan (dea) 4. karena feses telah lama- menumpuk menaiki- ke atas kurang serat-teregang

Tutor 12 Digestive/Peritonitis

A2010

10. karena banyak bakteri berpengaruh pada pembusukan yang dapat menghasilkan gas yg berbau busuk (dina) 5. karena dalam usus kasu terdapat banyak feses yang tidak keluar sehingga peristaltic melambat dan gerakannya juga tertahan karena adanya massa dalam usus (sinta) 18. karena trjd peradangan-mediator kimia histamin-rangsangan simpatis- RR meningkat (afri) Pengeluaran epineprin dan nor epineprin ( sinta) ?? 11.Karena dalam pemeriksaan ditemukan bakteri fragile, dkk (efa) 17. Infeksi-terlalu lama-terjadi pembusukan (efa) 12. Makan yan baik, kaya serat, tidak berlebihan, hindari pedas, jaga sanitasi, hygiene (Karin, efa) 13. Rehidrasi cairan, pemberian airan melalui intravena (rame2) 3. karena sudah kronis (sinta) peradangan terus menerus respon inflamasi (afri) Karena distansi abdomen simpatis aktif- HCl meningkat- muntah 8. karena infeksi-abses-menggerogoti-bolong (dea) 15. Rovsing test di mc burney, nyeri kuadran kanan bawah abdomen (afri,efa) 16. adanya kesalah pelayan kesehatan, indikasi belum memenuhi (rame2) 21. Kronis (sinta) 23. Hidrostatik meningkat-osmotik menurun-cairan keluar masuk ke abdomen Penyerapan terganggu d ileum, usus bolong (rame2)

LO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Fragile, Viridians Streptococci dan Enteroccoci Perumbikal Periapendik Serum amylase Indikasi diapasang ileustomy? Prosedur dan keperawatan ileustomy? Epidemologi penyakit ini?

Tutor 12 Digestive/Peritonitis STEP VII REPORTING ANATOMI DAN FISIOLOGI PERITONIUM KONSEP PENYAKIT PERITONITIS A. Definisi

A2010

Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum. Peritonium adalah kantung dua lapis semipermeabel yang berisi kira-kira 1500ml cairan yang menutup organ di dalam rongga abdomen. Karena bagian ini dipersarafi dengan baik oleh saraf somatic, simulasi peritoneum parietal yang membatasi rongga abdomen dan pelvis menyebabkan nyeri tajam dan terlokalisasi. Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum) lapisan membran serosa rongga abdomen dan dinding perut sebelah dalam. Gambar 1. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu lapisan endoteal tipis yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limfe. Abses abdominal merupakan salah satu akibat dan peritonitis. Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membran serosa rongga abdomen dan meliputi visera dan merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk

Tutor 12 Digestive/Peritonitis

A2010

akut maupun kronis/kumpulan tanda dan gejala diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular dan tanda-tanda umum inflamasi.

B. Etiologi Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ viseral) atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat). Secara umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infektif (umum) dan abses abdomen. Infeksi peritonitis relative sulit ditegakkan dan tergantung dari penyakit yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis adalah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. SBP terjadi bukan karena infeksi intrabdomen, namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronik. Akibat asites akan terjadi kontaminasi hingga ke rongga peritoneal sehingga terjadi translokasi bakter menuju dinding perut atau pembuluh limfe mensenterium, kadang kadang terjadi juga penyebaran hematogen bila telah terjadi bakterimia. Pathogen yang paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri gram negative (40%), escheria choli (7%), klebsiella pnemunae, sepsis psedomonas, proteus dan gram negatif lainnya (20%). Sementara gram positif, yakni streptococcus (3%), mikroorganisme anaerob (kurang dari 5%) dan infeksi campuran beberapa mikroorganisme (10%). Penyebab lain yang menyebabkan peritonitis sekunder ialah perforasi appendiksitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat devertikulisis, volvusus atau kanker dan strangulasi colon asenden. Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal. Adapun penyebab spesifik dari peritonitis adalah : 1. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi 2. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual. 3. Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang disebabkan oleh gonore dan infeksi clamedia.

Tutor 12 Digestive/Peritonitis

A2010

4. Kelainan hati atau gagal jantung, dimana bisa terjadi asites dan mengalami infeksi. 5. Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. 6. Dialisa peritonial (pengobatan gagal ginjal) 7. Iritasi tanpa infeksi.

Peritonitis tersier dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukan berasal dari kelainan organ. Pasien dengan peritonitis tersier biasanya timbul abses atau flegmen, dengan atau tanpa fistula. Peritonitis tersier timbul lebih sering pada pasien dengan kondisi komorbid sebelumnya dan pasien dengan imunokompromis. Selain tiga bentuk diatas, terdapat pula bentuk peritonitis steril atau kimiawi. Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahan- bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium dan substansi kimia lain atau proses inflamasi transmural dari organ dalam (mis. Penyakit crohn) tanpa adanya inokulasi bakteri di rongga abdomen. Gambar 2. Contoh kasus pemicu peritonitis

C. Klasifikasi Berdasarkan patogenesis peritonitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:1.

Peritonitis Bakterial Primer Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada cavum

Tutor 12 Digestive/Peritonitis

A2010

peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen. Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau Pneumococus. Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu: a) Spesifik : misalnya Tuberculosis b) Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis an Tonsilitis. Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi, keganasan intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi. Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites.2.

Peritonitis Bakterial Akut Sekunder (Supurativa) Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umumnya organisme tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis yang fatal. Sinergisme dari multipel organisme dapat memperberat terjadinya infeksi ini. Bakterii anaerob, khususnya spesies Bacteroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi. Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat memperberat suatu peritonitis. Kuman dapat berasal dari:-

Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke dalam cavum peritoneal.

-

Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis yang disebabkan oleh bahan kimia, perforasi usus sehingga feces keluar dari usus.

-

Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra abdominal, misalnya appendisitis.

3.

Peritonitis Tersier, misalnya: - Peritonitis yang disebabkan oleh jamur - Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat ditemukan. Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung, sepertii misalnya empedu, getah lambung, getah pankreas, dan urine. Gambar 3. Kondisi peritonitis

4.

Peritonitis Bentuk Lain dari Peritonitis: - Aseptik/steril peritonitis - Granulomatous peritonitis

Tutor 12 Digestive/Peritonitis - Hiperlipidemik peritonitis - Talkum peritonitis

A2010

D. Manifestasi Klinis Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tanda-tanda rangsangan peritonium. Rangsangan peritonium menimbulkan nyeri tekan dan defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma. Peristaltik usus menurun sampai hilang akibat kelumpuhan sementara usus. Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok. Rangsangan ini menimbulkan nyeri pada setiap gerakan yang menyebabkan pergeseran peritonium dengan peritonium. Nyeri subjektif berupa nyeri waktu penderita bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas, atau tes lainnya. Diagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial,ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric. Sumber: Artikel Asuhan Keperawatan Peritonitis oleh Nuzulul Zulkarnain Haq, Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, 2009. Sementara ada beberapa hal yang merumuskan sendiri tanda dan gejala dari penyakit ini. Diantaranya adalah: 1. Menurut Price, 1995 : 402 Sakitperut (biasanyaterusmenerus) Mualdanmuntah Abdomen yang tegang, kaku, nyeri

Tutor 12 Digestive/Peritonitis Demamdanleukositosis Dehidrasi

A2010

2. Menurut C. Long 1996 : 228 Kemerahan Edema Dehidrasi

3. MenurutMubin1994 : 276 Pasientidakmaubergerak Perutkembung Nyeritekan abdomen Bunyi usus berkurang/menghilang

E. Komplikasi Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bacterial akut sekunder, dimana komplikasi tersebut dapat menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu: a. Komplikasi dini: Septicemia dan syok septic Syok hipovolemik Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan multisystem Abses residual intraperitoneal Portalpomia b. Komplikasi lanjut: Adhesi Obstruksi intestinal rekuren

F. Pemeriksaan 1. Tes laboratorium GDA : alkaliosis respiratori dan asidosis mungkin ada. SDP meningkat kadang kadang lebih besar dari 20.000 SDM mungkin meningkat, menunjukkan hemokonsentrasi. Hemoglobin dan hematokrit mungkin rendah bila terjadi kehilangan darah.

Tutor 12 Digestive/Peritonitis

A2010

2. Protein / albumin serum : mungkin menurun karena penumpukkan cairan (di intra abdomen) 3. Amilase serum : biasanya meningkat 4. Elektrolit serum : hipokalemia mungkin ada 5. X ray a. Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral) didapatkan : Distensi usus dan ileum , usus halus dan usus besar dilatasi , udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi. b. c. Foto dada : dapat menyatakan peninggian diafragma Parasentesis : contoh cairan peritoneal dapat mengandung darah, pus / eksudat, emilase, empedu dan kretinum. d. CT abdomen dapat menunjukkan pembentukan abses. 6. Pembedahan

G. Penatalaksanaan 1. Penggantian cairan, koloid & elektrolit adalah focus utama dari penatalaksanaan medis. Beberapa liter larutan isotonic diberikan. Hipovilemik terjadi karena sejumlah cairan dan elektrolit bergerak dari lumen usus ke dalam rongga peritoneal dan menurunkan cairan ke dalam ruang vaskuler. 2. Terapi antibiotic harus diberikan sesegera diagnosis peritonitis bakteri dibuat. Antibiotic berspektrumluas diberikan secara empiric dan kemudian dirubah jenisnya setelah hasil kultur keluar.pilihan antibiotic didasarkan pada organism mana yang dicurigai menjadi penyebab. Antibiotic berspektrum luas juga merupakan tambahan drainase bedah. 3. 4. 5. Analgesic dapat membantu menghilangkan nyeri. Antiemetic dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Pembuangan focus septic/ penyebab radang lain dilakukan dengan operasi laparatomi. Insisi yang dipilih adalah insisi yang vertical digaris tengah yang menghasilkan jalan masuk ke seluruh abdomen dan mudah dibuka serta ditutup. Jika peritonitis terlokalisasi, insisi ditujukan diatas tempat inflamasi.

Tutor 12 Digestive/Peritonitis 6.

A2010

Lavase peritoneum dilakukan pada peritonitis difus, yaitu dengan menggunakan larutan kristaloid (saline). Apabila peritonitisnya terlokalisasi, sebaiknya tidak dilakukan lavase peritoneum karena akan menyebabkan bakteri menyebar.

7.

Drainase (pengaliran) pada peritonitis umumnya tidak dianjurkan, karena pipa drain itu adalah tempat masuk bagi kontaminan eksogen. Drainase berguna pada keadaan dimana terjadi kontaminasi yang terus-menerus (misalnya fistula) dan diindikasikan untuk peritonitis terlokalisasi yang tidak dapat direseksi.

LEARNING OBJECTIVE 1. Fragile, Viridians Streptococci dan Enteroccoci Merupakan bakteri gram positif atau gram negatif yang menginfeksi daerah peritoneum dan colon sehingga menjadi factor pemicu. 2. Perumbikal Area sekitar umbilical 3. Periapendik Area sekitar appendic 4. Serum amylase Serum yang di produksi oleh ginjal menandakan normalitsa fungsi ginjal. 5. Indikasi diapasang ileustomy? Ketika colon sudah tidak berproduksi dengan baik untuk melakukan defekasi.

Tutor 12 Digestive/Peritonitis PATOFISIOLOGI PRE OP Konsumsi diet rendah serat Feses keras (fekalit) Penyumbatan sekret mukus >>>mukus Obstruksi lumen

A2010

tekanan direktum dan flora kuman di kolon Peradangan Apendisitis Bakteri menyebar kedarah Bakteriemi Mengenai peritoneum Peritonitis Respon inflamasi

Mengenai ujung ujung saraf Histamin

merangsang IL-1 sitokinin hipotalamus

akumulasi cairan dalam peritoneum

Tutor 12 Digestive/Peritonitis Persepsi nyeri di korteks serebral Nyeri Gangguan rasanyaman nyeri set poin demam S=380C Gang. termoregulasi/ Hipertermi

A2010 cairan dicavum peritoneal tekanan intraabdomen diafragma tertekan pernapasan terganggu perfusi (hiperventilasi) Pola napas tidak efektif cairan dr sirkulasi darah ke intertisial edema jaringan menekan lambung HCl & kortisol hipotalamus mual & muntah intake makanan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan shift cairan asites peristaltik bising usus

Tutor 12 Digestive/Peritonitis POST OP Bakteriemi Infeksi menyebar ke panggul Bakteri terus berkembang Terbentuk abses

A2010

Pembedahan & pemasangan ileustomy Kontinuitas jaringan Resiko perdarahan

merangsang ujung-ujung saraf histamin

luka terbuka mikroorganisme masuk & perawatan luka yg tidak steril

shift cairan syok

tekanan intraabdomen dan teknik penjahitan yg kurang teliti eviserasi

persepsi nyeri di korteks serebri resti infeksi Nyeri cairan elektrolit dalam tubuh

resiko kekurangan vol cairan

Tutor 12 Digestive/Peritonitis

A2010

ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Biodata Nama Umur Jenis kelamin Pendidikan :: 18 tahun : Laki-laki : Perguruan tinggi

Pekerjaan : Mahasiswa

Riwayat kesehatan Keluhan utama setelah makan Kesehatan masalalu Kesehatan keluarga Obat-obatan ::: gentamisin, ampisilin, metronidazol : nyeri difus yang menetap pada abdomen, muntah

Pemeriksaan fisik Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi : tampak sakit akut, distensi abdomen : bising usus kurang terdengar & frekuensi dibawah normal : nyeri difus di periumbilical & kuadran bawah kanan kaku :-

Pemeriksaan laboratorium Hematokrit : 45% Leukosit : 20.000/l Kultur abses : e. Coli, bakteroide fragile, viridians streptococci, enterococci : 38o C : 100 x / menit

TTV Temperatur Nadi

Respirasi : 24 x / menit Tekanan darah : 110 / 70 mmHg

Pemeriksaan imaging CT scan : terkumpul cairan di kuadran bawah kana dengan ekstensi kedalam pelvis

Tutor 12 Digestive/Peritonitis Implementasi Pembedahan

A2010

: apendik berlubang dengan abses periappendic meluas ke

daerah panggul 300 ml berbau busuk Pemasangan ileustomy

B. Analisa Data No. 1. DO : respirasi : 20x / menit Respon inflamasi DS : akumulasi cairan dalam peritoneum cairan dicavum peritoneal tekanan intraabdomen Data Etiologi Peritonitis Masalah Pola napas tidak efektif

diafragma tertekan

pernapasan terganggu perfusi (hiperventilasi)

Pola napas tidak efektif

2.

DO : temperatur : 38 Co

Peritonitis

Gang. termoregulasi/

Respon inflamasi DS : merangsang IL-1 sitokinin

Hipertermi

hipotalamus

Tutor 12 Digestive/Peritonitis

A2010

set poin

demam S=380C

Gang. termoregulasi/ Hipertermi

3.

DO : Pasien tampak nyeri akut

Peritonitis

Gangguan rasa nyaman : nyeri

Respon inflamasi

DS : Pasien mengeluh nyeri difus

Mengenai ujung ujung saraf

Histamin

Persepsi nyeri di korteks serebral

Nyeri

Gangguan rasa nyaman : nyeri

4.

DO : -

Peritonitis

Perubahan nutrisi kurang

DS : Pasien mengeluh muntah setelah makan

Respon inflamasi

dari kebutuhan

akumulasi cairan dalam peritoneum

cairan dr sirkulasi darah ke intertisial

Tutor 12 Digestive/Peritonitis

A2010

edema jaringan

menekan lambung HCl & kortisol

hipotalamus

mual & muntah intake makanan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

5.

DO : -

Pembedahan & pemasangan ileustomy

Nyeri

DS : Kontinuitas jaringan

merangsang ujung-ujung saraf

histamin

persepsi nyeri di korteks serebri

Nyeri

6.

DO : -

Pembedahan & pemasangan ileustomy

resti infeksi

DS : Kontinuitas jaringan

Tutor 12 Digestive/Peritonitis

A2010

luka terbuka

mikroorganisme masuk & perawatan luka yg tidak steril

resti infeksi

7.

DO : -

Pembedahan & pemasangan ileustomy

resiko kekurangan vol cairan

DS : Kontinuitas jaringan

shift cairan

syok cairan elektrolit dalam tubuh

resiko kekurangan vol cairan

8.

DO : -

Pembedahan & pemasangan ileustomy

Resiko perdarahan

DS : Kontinuitas jaringan

Resiko perdarahan

C. Rencana Asuhan Keperawatan 1. Diagnosa 1: Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d Tujuan: Nyeri klien berkurang Kriteria hasil :

Tutor 12 Digestive/Peritonitis Laporan nyeri hilang/terkontrol Menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi. Metode lain untuk meningkatklan kenyamanan NO 1 INTERVESI RASIONAL

A2010

Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, Perubahan pada lokasi/intensitas tidak lama, intensitas (skala 0-10) dan umum tetapi dapat menunjukkan Nyeri

karakteristiknya (dangkal, tajam, terjadinya konstan)

komplikasi.

cenderung menjadi konstan, lebih hebat, dan menyebar ke atas, nyeri dapat lokal bila terjadi abses

2

Pertahankan posisi semi Fowler Memudahkan sesuai indikasi karena

drainase dan

cairan/luka membantu

gravutasi

meminimalkan nyeri karena gerakan 3 Berikan tindakan kenyamanan, Meningkatkan relaksasi dan mungkin kemampuan koping

contoh pijatan punggung, napas meningkatkan dalam, latihan relaksasi

atau pasien denagn memfokuskan kembali perhatian.

visualisasi. 4

Berikan perawatan mulut dengan Menurunkan mual/muntah yang dapat sering. Hilangkan yang rangsangan meningkatkan tekanan atau nyeri tidak intrabdomen

lingkunagan menyenangkan

Kolaborasi 5 Berikan obat sesuai indikasi: 1. Analgesik, narkotik 2. Antiemetik, hidroksin (Vistaril) 3. Antipiretik, contoh Nyeri biasanya berat dan memerlukan pengontrol nyeri narkotik, analgesik dihindari dari proses diagnosis karena dapat menutupi gejala. 2. Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d contoh Menurunkan laju metabolik dan iritasi usus karena toksin sirkulasi/lokal, yang membantu menghilangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan

asetaminofen (Tylenol)

Tutor 12 Digestive/Peritonitis

A2010

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan dapat timbul kembali dan status nutrisi terpenuhi. Kriteria Hasil: Status nutrisi terpenuhi Nafsu makan klien timbul kembali Berat badan normal Jumlah Hb dan albumin normal NO 1 INTERVENSI RASIONAL

Awasi haluan selang NG, dan Jumlah besar dari aspirasi gaster dan catat adanya muntah atau diare. muntah atau diare diduga terjadi obstruksi usus, memerlukan evaluasi lanjut

2

Timbang berat badan tiap hari

Kehilangan

atau

peningkatan

dini

menunjukkan perubahan hidrasi tetapi kehilangan lanjut diduga ada defisit nutrisi. 3 Auskultasi bising usus, catat bunyi Meskipun bising usus sering tak ada, tak ada atau hiperaktif inflamasi dapat hiperaktivitas usus, atau iritasi usus

menyertai penurunan

absorpsi air dan diare. 4 Catat kebutuhan kalori yang Adanya kalori (sumber energi) akan mempercepat proses penyembuhan Indikasi adekuatnya protein untuk sistem imun. 6 Kaji abdomen dengan sering untuk Menunjukan kembalinya fungsi usus kembali ke bunyi yang lembut, ke normal penampilan bising usus normal, dam kelancaran flatus Kolaborasi

dibutuhkan 5 Monitor Hb dan albumin

Tutor 12 Digestive/Peritonitis 7 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam Agar nutrisi klien tetap terpenuhi. diet 3. Diagnosa 3: Ketidakefektifan pola nafas b.d

A2010

Tujuan: Pola nafas efektif, ditandai bunyi nafas normal, tekanan O2 dan saturasi O2 normal. Kriteria Hasil: Pernapasan tetap dalam batas normal Pernapasan tidak sulit Istirahat dan tidur dengan tenang Tidak menggunakan otot bantu napas NO 1 INTERVENSI Pantau hasil analisa gas darah dan Indikator indikator hipoksemia: hipotensi, takikardi, RASIONAL hipoksemia; hiperventilasi, hipotensi, gelisah,

takikardi, hiperventilasi, gelisah, depresi SSP, dan sianosis penting depresi SSP, dan sianosis. untuk mengetahui adanya syok akibat inflamasi (peradangan). 2 Auskultasi paru untuk mengkaji Gangguan pada paru (suara nafas ventilasi dan mendeteksi tambahan) lebih mudah dideteksi

komplikasi pulmoner 3

dengan auskultasi membantu memaksimalkan

Pertahankan pasien pada posisi Posisi semifowler

ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan, membuka ventilasi area maksimal dan

atelektasis

meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan 4 Berikan O2 sesuai program Oksigen membantu untuk bernafas secara optimal

Tutor 12 Digestive/Peritonitis

A2010

4. Diagnosa 4: Ansietas b.d proses operasi dan kondisi pasien Tujuan: Mengurangi ansietas klien Kriteria hasil: Mengakui dan mendiskusikan masalah Penampilan wajah tampak rileks Mampu menerima kondisinya NO 1 Evaluasi klien/orang diagnosa. INTERVENSI tingkat pemahaman Bila RASIONAL penyangkalan ekstem atau

terdekat

tentang ansietas

mempengaruhi

kemajuan

penyembuhan, menghadapi itu klien perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya.

2

Akui rasa takut/masalah klien dan Takut/ansietas menurun klien mulai dorong mengekspresikan perasaan. menerima secara positif kenyataan dan memiliki kemauan untuk hidup lagi

3

Berikan

kesempatan

untuk Dapat

membantu

memperbaiki perasaan

bertanya dan jawab dengan jujur. beberapa Yakinkan bahwa klien

dan kontrol/kemandirian pada klien yang

perawat mempunyai pemahaman merasa tak berdaya dalam menerima yang sama. 4 Terima penyangkalan klien tetapi jangan dikuatkan. 5 Catat komentar perilaku yang diagnosa dan pengobatan

menunjukkan menerima dan/atau mengurangi strategi efektif

menerima situasi 6 Libatkan dalam klien/orang perencanaan terdekat perawatan.

Berikan waktu untuk menyiapkan

Tutor 12 Digestive/Peritonitis pengobatan. 7 Berikan kenyamanan fisik klien

A2010

Klien sulit berfikir dengan baik bila berada dalam kondisi yang tidak nyaman

8

Pasien

dan

orang dan

terdekat

mendengar informasi

mengasimilasi yang meliputi

baru

perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. 9 Dukungan mulai memampukan klien

membuka/menerima

kenyataan infeksi peritonium dan pengobatannya. perlu Klien mungkin untuk

waktu

mengidentifikasi perasaan maupun mengekspresikannya 10 Membuat menurunkan persepsi/interpretasi informasi. 5. Diagnosa 5: Kekurangan volume cairan b.d Tujuan: Mengidentifikasi intervensi untuk memperbaiki keseimbangan cairan dan meminimalisir proses peradangan untuk meningkatkan kenyamanan. Kriteria hasil: Haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal, Tanda vital stabil Membran mukosa lembab Turgor kulit baik Pengisian kapiler meningkat Berat badan dalam rentang normal. kepercayaan dan

kesalahan terhadap

Tutor 12 Digestive/Peritonitis NO 1 INTERVENSI RASIONAL

A2010

Pantau tanda vital, catat adanya Membantu dalam evaluasi derajat hipotensi postural), (termasuk takikardia, perubahan defisit cairan/keefektifan penggantian takipnea, terapi cairan dan respons terhadap pengobatan status hidrasi

demam. Ukur CVP bila ada. 2

Pertahankan intake dan output Menunjukkan yang adekuat lalu hubungkan keseluruhan

dengan berat badan harian. 3 Rehidrasi/ resusitasi cairan Untuk mencukupi kebutuhan cairan dalam tubuh (homeostatis). 4 Ukur berat jenis urine Menunjukkan status hidrasi dan

perubahan pada fungsi ginjal. 5 Observasi kulit/membran mukosa Hipovolemia, perpindahan cairan, dan untuk kekeringan, turgor, catat kekurangan edema perifer/sacral turgor jarinagan 6 Hilangkan tanda bahaya/bau dari Menurunkan rangsangan pada gaster lingkungan. Batasi pemasukan es dan respons muntah. batu 7 Ubah posisi dengan sering berikan Jaringan edema dan adanya gangguan perawatan kulit dengan sering, dan sirkulasi cenderung merusak kulit pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan. Kolaborasi 8 Awasi pemerikasaan laboratorium, Memberikan informasi tentang kulit, nutrisi mempeburuk edema

menambah

contoh Hb/Ht, elektrolit, protein, hidrasi dan fungsi organ. albumin, BUN, kreatinin. 9 Pertahankan puasa dengan aspirasi Menurunkan hiperaktivitas usus dan nasogastrik/intestinal kehilangan dari diare.

Post Operasi 1. Diagnosa 1: Resiko infeksi b.d. tindakan perawatan luka yang tidak steril.

Tutor 12 Digestive/Peritonitis Tupen

A2010

:Setelah 2x24 jam tidak terjadi infeksi. Dengan kriteria : Keadaan temperature

normal, leukosit normal. Tupan : Setelah 5x24 jam tanda-tanda dan pajanan infeksi tidak ada. Intervensi Rasional

- Pantau suhu dengan tanda-tanda - Mendeteksi kemungkinan infeksi infeksi lainnya - Cuci tangan sebelum dan sesudah - Meminimalkan perawatan luka - Gunakan teknik aseptik organism infektif yang - Untuk mencegah kontaminasi silang/ ionfeksi terpaparnya menurunkan resiko pajanan pada

cermat untuk semua procedure invasive

- Tempatkan klien pada ruangan - Meminimalkan yang nyaman dan bersih - Pertahankan teknik steril

pasien dari sumber infeksi saat - Mencegah penyebaran,

pasien akan dipasang kateter dan perawatan luka ileustomy

membatasi pertumbuhan bakteri pada traktus urinarius dan daerah ileustomy.

Kolaborasi : - Ambil contoh/awasi hasil

- Membantu keefektifan

dalam

mengkaji program

pemeriksaan darah dan urine

antimikrobakterial

2.

Diagnosa 2: Resiko gangguan nyeri akut b.d pembedahan Tupen Tupan : Setelah 1x24 jam, tidak muncul tanda-tanda nyeri akut. : setelah 7x24 jam, luka sembuh tanpa rasa nyeri. Intervensi Rasional

Tutor 12 Digestive/Peritonitis - Kaji dan catat kondisi keluhan nyeri - Mengindikasi klien (P, Q, R, S, T) intervensi komplikasi - Kaji nyeri, catat lokasi, - Membantu evaluasi dan

A2010 kebutuhan tanda-tanda

derajat

karakterikstik dan intensitas nyeri - Ajarkan teknik relaksasi

ketidaknyamanan klien - Mengalihkan terhadap nyeri focus perhatian

Kolaborasi - Pemberian analgesic sesuai dengan - Manajemen nyeri keluhan

Tutor 12 Digestive/Peritonitis DAFTAR PUSTAKA Dr. Sutisna Himawan (editor). Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI

A2010

Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company. Philadelphia. 1984.Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II J.Corwin, Elizabeth.,2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Scanlon, Valerie., 2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Sherwood, Lauralee., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Sloane, Ethel., 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. Tambayong,jan., 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Penerbit buku kedokteran. Jakarta.