Download pdf - makalah jadi (1)

Transcript

SEORANG LAKI-LAKI GEMUK YANG MENGELUH SERING SAKIT KEPALAKELOMPOK VIII I Ketut Wahyu Ivan Jatu Sarasanti Kartika 030.08.153 Kartika Ramadhayani Kustian Pramudita Lady Rovyanda Laura Estelia 030.08.135 030.08.140 030.08.141 030.08.142 Maria Priska Erlan Nurul H. BT Moh Nor Ayu Ningtyas Nugroho 030.08.154 030.08.300 030.08.049 030.08.123 030.08.129 030.08.130 M. Diko Prakoso M. Dinda Kharismana M. Syarif Hidayatullah Maria Astika Dewi 030.08.146 030.08.147 030.08.148

030.08.139

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIJakarta, 3 September 2010

BAB 1 PENDAHULUAN

Diskusi diadakan pada tanggal 31 agustus 2010 yang dimulai pada pukul 13.00 selama 2 jam dan 1 september 2010 yang dimulai pada pukul 08.00 selama 2 jam. Hari pertama diskusi peserta berjumlah 13 orang dan pada hari kedua jumlah peserta 12 orang, dari jumlah peserta yang seharusnya hadir 15 orang. Para peserta diskusi aktif memberikan pendapat untuk setiap masalah yang dijabarkan, walaupun terjadi perbedaan pendapat para peserta diskusi berusaha untuk mencari solusi yang dapat diterima oleh setiap peserta. Diskusi hari pertama dan kedua dipimpin oleh saudara Kustian Pramudita dengan sekretaris Jatu Sarasanti. Topik diskusi yang dibahas adalah seorang laki-laki gemuk yang mengeluh sering sakit kepala. Para peserta diskusi berusaha untuk melihat setiap masalah yang dialami oleh pasien tersebut dan mencari penyebab terjadinya masalah tersebut, serta berusaha mencari hubungan dari setiap masalah. Tutor untuk diskusi hari pertama adalah dr. Evalita, sedangkan pada diskusi kedua adalah dr. Jan F.Theodoor Rusch.

BAB II LAPORAN KASUS

Status Pasien a. Nama Usia Identitas Pasien : Tuan Hadi : 42 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Tawakal

b.

Riwayat Penyakit Sekarang Keluhan utama:

Sakit kepala terutama pagi hari saat bangun tidur Keluhan tambahan:

Badannya semakin gemuk,merasa cepat lelah dan mudah merasa kesemutan dan nyeri di pangkal ibu jari kaki kirinya. Riwayat Perjalanan Penyakit

Tuan Hadi berusia 42 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sering sakit kepala terutama pagi hari saat bangun tidur. Badannya juga semakin gemuk karena katanya dia jarang berolahraga. Ia pun mengeluh cepat lelah dan mudah merasa kesemutan. Tuan Hadi tampak gemuk dengan perut membuncit.Pada ananmnesis lanjutan Tuan Hadi mengeluh sebagai tambahan, nyeri di pangkal ibu jari kaki kirinya sejak 3 hari yang lalu, tapi sekarang sudah membaik.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan umum a. Tanda Vital:

1. TD : 150/100mmHg Menurut JNC V11 pasien menderita hipertensi stage 1

2. Nadi

: 88/m, vol.sedang,reguler Normal

3. Pernafasan : 24/m Meningkat

b.

Data Antropometri TB BB : 165cm : 85 kg klas 11

Berdasarkan BMI Pasien menderita obesitas klas 2 c.

Pemeriksaan Organ Mata : Pada kelopak mata atas sebelah kiri tampak benjolan kekuningan

sebesar kacang hijau

Leher Paru

: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada kelainan

Jantung : tidak ada kelainan Abdomen: Nyeri tekan(-), bising usus normal, shifting dulness(-), lingkar perut

114 cm (tidak dalam batas normal, pada pria nomalnya 90 cm)

Hepar

: teraba 1 jari bawah arcus costa, kenyal, tepi tajam, permukaan licin,

nyeri tekan(-) a.

Lien

: tidak teraba

Ekstremitas Terdapat pembengkakan pada sendi pangkal ibu jari kaki kiri Tidak ada pembengkakan pada sendi lain Edema -/KGB : tidak ada kelainan

b. c.

Pemeriksaan Lab Darah :

Hb: 11,5g%menurun Lekosit : 6.200/mm3Normal Trombosit: 212.000Normal

LED: 45mm/jam Meningkat

Faal hati: SGOT:78 u/LMeningkat sedikit SGPT: 86u/L Meningkat sedikit

Pemeriksaan kadar gula

Gula darah sewaktu :170 mg/dlNormal Gula darah puasa: 145 mg/dlHiperglikemi HBA1C:7% Batas atas (normal 90 cm, dimana pada pasien ini 114 cm b. Hipertrigliseridemia Trigliserida >150 mg/dL , dimana pada pasien ini 270 mg/dL c. Kolesterol HDL < 40 mg/dL , pada pasien 35 mg/dL d. Tekanan darah sistol >130 mmHg, diastol >85 mmHg Pasien mengalami Hipertensi Stage I ( JNC VII ) yaitu 150 / 100 mmHg e. Gula darah puasa > 100 mg/dL , pada pasien 145 mg/dL

Resistensi insulin pada obesitas sentral diduga penyebab sindrom Metabolik. Insulin mempunyai peran penting karena berpengaruh baik pada penyimpanan lemak maupun

sintesis lemak dalam jaringan adiposa. Resistensi insulin dapat menyebabkan terganggunya proses penyimpanan lemak maupun sintesis lemak.

Hipertensi Stage I menurut JNC VII menjadi salah satu permasalahan pada pasien ini. Diduga terdapat hubungan antara hipertensi dan resistensi insulin. Dalam keadaan normal insulin adalah vasodilator dengan efek sekunder terhadap reabsorbsi natrium di ginjal. Namun, pada keadaan resistensi insulin, efek vasodilatasi dari insulin hilang, tetapi efeknya terhadap reabsorbsi natrium di ginjal masih ada. (3) Insulin juga meningkatkan aktivitas saraf simpatis, dimana efek ini masih berlangsung pada keadaan resistensi insulin

Sakit kepala yang dialami oleh pasien merupakan manifestasi masalah hipertensi pasien.

Dislipidemi yang terjadi pada pasien ini merupakan dislipidemi campuran antara hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia, dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium. Didapatkan pula pada pasien ini penurunan aktivitas HDL. Selain itu terdapatnya xanthelasma pada palpebra sinistra pasien juga menjadi tanda terdapatnya masalah ini pada pasien. Dislipidemi merupakan akibat dari pengaruh insulin terhadap Cholesterol Ester Transfer Protein(CETP) yang memperlancar transfer kolesterol ester dari HDL ke VLDL (trigliserida) dan mengakibatkan terjadinya katabolisme dari apoA, komponen protein HDL. (4)

Pada pasien terdapat pula kondisi-kondisi yang dicurigai dimana terkait dengan sindroma metabolik yaitu sebagai berikut. a. Nonalcoholic fatty liver disease Keadaan ini mengikuti dislipidemi dimana akibat dari hipertrigliserida, hiperkolesterolemia, dan penurunan HDL dapat menyebabkan penumpukkan lemak di hepar. Hal ini menyebakan hepatomegali1 jari bawah arcus costae.

b. Gout Dari pernyataan pasien bahwa ia mengalami nyeri di pangkal ibu jari kaki kiri dan hasil pemeriksaan ekstremitas didapatkan pembengkakan pada sendi pangkal ibu jari kaki kiri serta hasil pemeriksaan laboratorium yaitu hiperuricemia, dapat dikatakan bahwa pasien mengalami penyakit gout. Penyakit ini berkaitan dengan Sindroma Metabolik dimana terjadi defek dari insulin terhadap reabsorbsi asam urat di tubulus ginjal sehingga reabsorbsi asam urat meningkat.(1) Selain itu mungkin dengan gaya hidup dan pola makan yang buruk, seperti diit tinggi purin, dapat menyebabkan keadaan ini karena asam urat adalah hasil akhir metabolisme purin. Asam urat ini kemudian dapat menumpuk dan membentuk kristal urat dengan predileksi di sendi metatarsal.

Dari hasil pemeriksaan hasil laboratorium juga dapat diidentifikasi pasien mengalami gangguan pada proses filtrasi ginjal. Dilihat dari kadar protein dan eritrosit urin yang

melebihi normal. Gangguan filtrasi disebabkan oleh kerusakan glomerulus akibat hiperglikemi. Glukosa bersifat merusak dinding glomerulus sehingga menyebabkan kebocoran saringan ginjal.

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan ditegakan diagnosis kerja pada pasien ini adalah Sindroma Metabolik dengan gout dan suspek non-alcoholic fatty liver desease. Diagnosis ini didasari oleh IDF criteria for Metabolic Syndrome dimana memenuhi seluruh kriteria diagnosis untuk sindroma metabolik, yaitu: a. Obesitas sentral Lingkar perut untuk laki-laki Asia > 90 cm, dimana pada pasien ini 114 cm b. Hipertrigliseridemia Trigliserida >150 mg/dL , dimana pada pasien ini 270 mg/dL c. Kolesterol HDL < 40 mg/dL , pada pasien 35 mg/dL d. Tekanan darah sistol >130 mmHg, diastol >85 mmHg Pasien mengalami Hipertensi Stage I ( JNC VII ) yaitu 150 / 100 mmHg e. Gula darah puasa > 100 mg/dL , pada pasien 145 mg/dL Tabel I. Kriteria IDF untuk Sindroma Metabolik Men 94 cm 90 cm 85 cm Women 80 cm 80 cm 90 cm Ethnicity Europid, Sub-Saharan African, Eastern & Middle Eastern South Asian, Chinese, and ethnic South & Central American Japanese

Two or more of the following: Fasting triglycerides >150 mg/dL or specific medication HDL cholesterol 85 mm diastolic or previous diagnosis or specific

medication Fasting plasma glucose 100 mg/dL or previously diagnosed type 2 diabetes

Diagnosis gout didasari pada keluhan pasien, pemeriksaan fisik, dan permeriksaan laboratorium. Sedangkan diagnosis suspek non-alcoholic fatty liver desease didasari pada keadaan hepatomegali dan peningkatan SGPT / SGOT. Untuk diagnosis pasti diperlukan pemeriksaan USG hepar.

Adapun diidentifikasi diagnosis banding sebagai berikut. Diabetes Melitus

Diagnosis didasari pada hasil pemeriksaan gula darah puasa dan HBA1C. Namun untuk menegakan diagnosis DM diperlukan pemeriksaan >2 kali Sindroma Cushing

Diagnosis banding ini didasari pada keadaan sentral obesity, hiperglikemi, dan hipertensi. Pada Sindroma Cushing ditemukan penumpukan lemak yang abnormal dan hiperglikemi akibat peningkatan glukoneogenesis.

Adapun patofisiologi dari diagnosis penyakit pasien adalah sebagai berikut.

Sedentary lifestyle

Neuropati kesemutan

Obesitas Sentral Grade I Hiperglikemi berkepanjangan Penumpukan lemak di Resistensi insulin hepar dislipidemia Sakit kepala sel Beta Hiperinsulinisme Xanthelasma (fatty liver) Kompensasi Gout Hipertensi hiperuricemia Hepatomegali

Gangguan filtrasi ginjal Eritrosit dan protein di urin

Adapun tatalaksana sindrom metabolik adalah sebagai berikut. 1. Perubahan gaya hidup Obesitas merupakan faktor utama dari sindroma metabolik. oleh karena itu, pengurangan berat badan merupakan target dan tujuan utama dari pengobatan sindroma ini. Secara umum, rekomendasi untuk pengurangan berat badan diantaranya termasuk pembatasan kalori makanan, peningkatan aktivitas fisik, modifikasi perilaku (gaya hidup). Untuk pengurangan berat badan pembatasan intake kalori merupakan komponen yang paling utama, sedangkan peningkatan aktivitas fisik penting untuk mempertahankan berat badan yang telah diturunkan lewat pembatasan intake kalori. Kecenderungan untuk stabilisasi berat badan setelah program penurunan berat badan yang berhasil memerlukan kerjasama yang baik dengan pasien untuk mengubah dan menyesuaikan dengan pola

hidupnya yang baru (pembatasan intake kalori, olahraga rutin, meghindari makanan tinggi karbohidrat dan tinggi lemak, stop merokok apabila pasien merokok, dan lain-lain). 2. Diet Pembatasan diet tinggi karbohidrat biasanya menunjukkan hasil yang bagus dengan penurunan berat badan awal yang signifikan. Tetapi bagaimanapun juga, setelah satu tahun, jumlah penurunan berat badan yang ada biasanya tidak menunjukkan perubahan. Oleh karena itu, pemilihan jenis makanan yang tepat akan sangat membantu dalam program penurunan berat badan pasien, misalnya diet yang mengandung lemak tak jenuh untuk pasien yang berisiko tinggi CVD. Diet dengan kualitas dan jenis makanan yang baik seperti buah-buahan, sayur-sayuran, gandum utuh, ikan, dan telur akan memenuhi kebutuhan makanan dan gaya hidup yang sehat 3. Aktivitas fisik Sebelum melakukan aktivitas fisik bagi pasien dengan sindroma metabolik, penting untuk memastikan bahwa peningkatan aktivitas tidak akan menimbulkan resiko bagi pasien. Sementara bagi pasien dengan resiko tinggi dapat menjalani pemeriksaan kardiovaskuler sebelum memulai program latihan.Bagi pasien yang tidak aktif, peningkatan aktivitas fisik secara bertahap dianjurkan untuk meningkatkan kedisiplinan dalam latihan dan untuk menghindari cedera.Meskipun peningkatan aktivitas fisik berperan dalam penurunan berat badan, namun untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan waktu 60-90 menit tiap hari. Pasien dewasa dengan obesitas yang tidak mampu untuk mencapai level tujuan diatas, mereka dapat melakukan selama 30 menit tiap hari. Sebagai catatan

berbagai jenis kegiatan yang bervariasi seperti berkebun, berjalan dan membersihkan rumahdapat berguna untuk mengurangi kalori walaupun dalam jumlah yang tidak besar.Jadi aktivitas fisik bukan hanya berarti kegiatan latihan seperti berlari, berenang ataupun tenis. . 4. Kontrol hipertrigliserid NCEP: ATPIII lebih fokus kepada non HDL kolesterol daripada trigliserid. Umumnya, respon dari peningkatan trigliserid berhubungan dengan pengurangan berat badan yang telah dicapai. Golongan fibrat( gemfibrozil atau fenofibrate) adalah obat pilihan untuk mengurangi kadar trigiserid yang meningkat(35-50%). Obat lain yang dapat mengurangi kadar trigliserid adalah statin dan asam nikotinik. Pada pasien dengan metabolik sindrom dan diabetes, asam nikotinik dapat meningkatkan kadar glukosa. 5. Tekanan Darah Hubungan langsung antara tekanan darah dan semua penyebab kematian telah ditetapkan, diantaranya termasuk pasien dengan hipertensi(> 140/90mmHg),prehipertensi(>120/80mmHg tetapi102 cm untuk pria dan >88 untuk wanita) Peningkatan tekanan darah(130mmHg/85mmHg) Hiperglikemi (gula darah puasa 110 mg/dL) Peningkatan kadar trigliserida ( 150 mg/dl) Kadar HDL rendah ( untuk pria