TUGAS SEJARAH
DASAR-DASAR DAN LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN SEJARAH
Oleh :
TASHA ISTIQOMAH
X.1
SMA NEGERI 1 BANJARJl. K.H. Mustofa No. 1 Tlp. (0265) 741192
2012
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis
ucakan kepada Allah STW, yang karena bimbingannyalah maka penulis bisa
menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Dasar-dasar dan Langkah-langkah
Penelitian Sejarah”
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu
sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Saya
mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih
positif bagi kita semua
Banjar, November 2012
"Penulis"
Dasar-dasar Penelitian Sejarah i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2
A. Dasar-dasar Penelitian Sejarah ..................................................... 2
1 Cara Masyarakat Masa Pra-aksara Mewariskan Masa
Lampaunya .............................................................................. 2
2 Jejak Sejarah di dalam Foklor, Mitologi, Legenda, Upacara
dan Lagu ................................................................................. 3
3 Tradisi Sejarah pada Masyarakat Masa Aksara ...................... 5
4 Perkembangan Penulisan Sejarah Indonesia ........................... 9
B. Langkah-langkah Dasar-dasar Penelitian Sejarah ........................ 12
1. Pemilihan Topik ...................................................................... 12
2. Pengumpulan Data/ Sumber ................................................... 13
3. Verifikasi ................................................................................ 14
4. Interpretasi .............................................................................. 15
5. Historiografi ............................................................................ 15
BAB III PENUTUP ................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
Dasar-dasar Penelitian Sejarah ii
BAB I
PENDAHULUAN
Seseorang yang akan melakukan penelitian sejarah harus memahami
metode sejarah. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara
kritis rekaman dari peninggalan masa lampau. Metode tersebut terdiri dari
serangkaian langkah atau prosedur yang harus ditempuh oleh si peneliti dalam
melakukan penelitiannya agar dapat berlangsung secara objektif. Dengan
demikian metode sejarah dipandang sebagai alat atau sarana bagi peneliti untuk
melaksanakan penelitian dan penulisan sejarah.
Penelitian sejarah dapat dilihat dari segi perspektif sejarah/historis, serta
waktu terjadinya fenomena-fenomena yang diselidiki. Banyak ahli yang
mempersamakan metode sejarah dengan metode dokumenter, karena dalam
metode sejarah banyak data yang didasarkan pada dokumen-dokumen. Metode
sejarah tidak sama dengan metode dokumenter, karena metode dokumenter dapat
saja mengenai masalah maslah kini dan tidak perlu mengenai masalah lalu.
Penelitian sejarah menggunakan catatan observasi atau pengamatan catatan
observasi atau pengamatan orang lain yang tidak dapat diulang-ulang kembali.
Sejarawan Inggris E.H. Carr (dalam Gall, Gall & Borg, 2007), telah
menjawab pertanyaan “What is history?”. Sejarah adalah suatu proses interaksi
yang terus-menerus antara sejarawan dan fakta yang ada, yang merupakan dialog
tidak berujung antara masa lalu dan masa sekarang. Artinya sejarah adalah
pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Secara umum dapat
dimengerti bahwa penelitian sejarah merupakan penelaahan serta sumber-sumber
lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara
sistematis. Penelitian sejarah bermaksud membuat rekontruksi masa latihan secara
sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
mengverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung bukti-bukti
untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dimana terdapat
hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat
secara kronologis dengan tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang
diobservasi.
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar-dasar Penelitian Sejarah
1. Cara Masyarakat Masa Pra-aksara Mewariskan Masa Lampaunya
a. Salah satu fungsi sejarah adalah untuk memberikan identitas seperti
budaya, norma-norma, adat istiadat, jejak-jejak dan sejarah di masa
lampau kepada masyarakatnya.
b. Kisah sejarah sebagai pengalaman kolektif di masa lampau dapat
menjelaskan keberadaan suatu masyarakat atau tempat dianggap
penting, baik pada masa masyarakat sebelum mengenal tulisan (masa
pra-aksara) maupun sesudah mengenal tulisan (masa aksara).
c. Pada masyarakat yang belum mengenal tulisan (pra-aksara atau
prasejarah) kisah sejarah disebarluaskan secara lisan sehingga menjadi
bagian dari tradisi lisan mereka. Sebuah tradisi lisan sering kali
mengisahkan pengalaman masa lampau, yakni sejak adanya manusia
pertama di dunia.
d. Karya-karya yang disebarkan melalui tradisi lisan sering kali memuat
sesuatu yang bersifat supranatural, di luar jangkauan pemikiran
manusia. Dalam karya-karya tersebut antara fakta dan imajinasi serta
fantasi bercampur baur.
e. Tradisi lisan ini diwariskan dan disebarluaskan sebagai milik bersama
dan kemudian menjadi simbol identitas bersama. Tradisi lisan ini
antara lain berupa mitos, legenda dan dongeng.
f. Cara masyarakat mewariskan masa lampaunya dengan cara:
Penuturan yakni dengan cara menuturkan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat kepada generasi
penerusnya secara lisan.
Pelatihan dan peniruan yaitu pewarisan pengetahuan dan
kemampuan lewat perkataan atau perbuatan kepada generasi
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 2
berikutnya. Misalnya kepandaian membuat alat-alat dari batu
maupun dari besi, kepandaian berburu, memasak makanan,
beternak, bersawah, dan sebagainya.
Hasil karya yaitu pewarisan masa lampau kepada generasi
berikutnya melalui hasil karya atau budaya yang dimilikinya
sehingga pola hidup dan kehidupan masyarakat tersebut dapat
diketahui.
2. Jejak Sejarah di dalam Foklor, Mitologi, Legenda, Upacara dan Lagu
1. Foklor ialah sebagian kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan
secara turun-temurun, baik dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat.
Ciri-ciri Foklor:
Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan.
Anonim (penciptanya tidak diketahui).
Menjadi milik bersama dari masyarakat (kolektif) tertentu.
Bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap
atau standar.
Hadir dalam versi-versi bahkan variasi yang berbeda.
Bentuk-bentuk Foklor
a. Foklor lisan adalah foklor yang berbentuk murni lisan, antara lain:
ungkapan tradisional, seperti peribahasa/pepatah.
puisi rakyat seperti pantun.
bahasa rakyat seperti logat, julukan, gelar kebangsawanan, dan
sebagainya.
pertanyaan tradisional, seperti teka-teki.
cerita prosa rakyat, seperi mite, legenda dan dongeng.
b. Foklor sebagian lisan adalah foklor yang bentuknya merupakan
campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan, seperti: kepercayaan
rakyat (takhayul), permainan rakyat, tarian rakyat, adat istiadat,
pesta rakyat, dan sebagainya.
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 3
c. Foklor bukan lisan (nonverbal foklor) adalah foklor yang
berbentuk bukan lisan walaupun cara pembuatannya diajarkan
secara lisan. Contohnya arsitektur rakyat, kerajinan tangan, pakaian
dan perhiasan masing-masing daerah yang berbeda-beda sesuai
dengan situasi dan kondisi setempat.
2. Legenda adalah cerita prosa rakyat yang mirip dengan mite, yang
dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci. Legenda
ditokohi oleh manusia yang adakalanya mempunyai sifat-sifat luar
biasa dan sering kali juga dihubungkan dengan makhluk ajaib.
Legenda dibagi menjadi empat kelompok:
Legenda keagamaan, contohnya legenda Wali Songo.
Legenda tentang alam gaib, contohnya legenda tentang makhluk
halus seperti peri, sundel bolong, gendruwo, hantu, dan
sebagainya.
Legenda perorangan, contohnya cerita Panji, Jayaprana, Calon
Arang, dan sebagainya.
Legenda setempat, erat hubungan dengan suatu tempat, seperti
Legenda Sangkuriang, Legenda asal mula Rawa Pening, Lara
Jonggrang, dan sebagainya.
3. Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta
dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite selalu ditokohi oleh
Dewa atau makhluk setengah dewa. Contoh: Dewi Sri (Dewi padi),
Nyai Roro Kidul (Dewi Laut Selatan), Joko Tarub, Dewi
Nawangwulan dan sebagainya.
4. Upacara adat adalah rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat
pada aturan-aturan tertentu berdasarkan adat-istiadat, dan agama
(kepercayaan). Jenis-jenis upacara dalam masyarakat antara lain
upacara penguburan mayat, upacara pernikahan, upacara pengukuhan
kepala suku, dan sebagainya.
5. Nyanyian rakyat/lagu adalah salah satu bentuk foklor yang terdiri atas
kata-kata dan lagu yang beredar secara lisan di antara masyarakat
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 4
tertentu dan banyak memiliki variasi. Nyanyian rakyat/lagu memiliki
fungsi antara lain:
sebagai pelipur lara, mengiringi tarian/permainan anak-anak, dan
untuk meninabobokan;
pembangkit semangat, perjuangan;
untuk memelihara sejarah setempat.
3. Tradisi Sejarah pada Masyarakat Masa Aksara
1. Sejak zaman dulu Bangsa Indonesia sudah mengenal kehidupan
religius dan dijadikan pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam
menjalani hidupnya. Hampir setiap kegiatan selalu dilandasi dengan
upacara religius gaib dalam kegiatan mata pencaharian, adat istiadat
perkawinan, tata cara penguburan, selamatan-selamatan dan kebiasaan-
kebiasaan lainnya.
2. Setelah pengaruh agama masuk, banyak adat istiadat yang disesuaikan
dengan ajaran agama tersebut sehingga tidak terdapat lagi kebiasaan-
kebiasaan upacara ritual yang mencelakakan fisik.
3. Pada zaman sekarang banyak tradisi-tradisi yang dikomersilkan
menjadi sarana hiburan bagi masyarakatnya ataupun masayarakat
pendatang. Banyak tradisi-tradisi yang dijadikan atraksi wisata oleh
pemerintah daerah sebagai salah satu upaya memperkenalkan
kekayaan budaya bangsa Indonesia.
4. Ada beberapa Tradisi sejarah masyarakat di Indonesia, antara lain
wayang, upacara Labuhan, tradisi Sadranan, upacara Grebeg dan
Sekaten, Tradisi-tradisi hari raya, adat dan tata cara penguburan, adat
perkawinan, dan masih banyak lagi.
5. Pertunjukan wayang pada mulanya merupakan upacara pemujaan
arwah nenek moyang. Sebelum pertunjukan wayang dilakukan,
terlebih dahulu seorang dalang mengadakan upacara keagamaan
dengan membakar dupa dan memberikan saji. Fungsi dan peran
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 5
wayang sepanjang perjalanan hidupnya tidaklah tetap dan tergantung
pada kebutuhan manusia.
Perlengkapan yang perlu dipersiapkan untuk menggelar pertunjukan
wayang:
a. dalang, yaitu orang yang memainkan lakon wayang;\
b. blencong, yaitu lampu yang dipergunakan untuk memainkan
wayang dan digantungkan di muka kelir;
c. kotak penyimpan wayang;
d. keprak atau kecrek biasanya dibuat dari kayu atau logam yang akan
digerakkan oleh dalang pada waktu ada keributan dalam
peperangan;
e. kelir yang dibuat dari mori (kain katun putih) tempat dalang
menancapkan dan memainkan wayang.
f. gamelan, terbagi ke dalam tiga bagian:
rebab, celempung, yaitu alat musik pakai senar
suling, alat tiup dari bambu atau logam
gamelan, alat pukul dari kayu atau logam
6. Ada beberapa jenis wayang, antara lain:
a. Wayang Purwa, yaitu wayang kulit yang mengambil cerita
Mahabarata dan Ramayana.
b. Wayang Orang, yatu wayang dengan pelaku manusia. Ceritanya
juga mengambil dari cerita Mahabarata dan Ramayana.
c. Wayang Klithik, yaitu wayang kecil ceritanya berkisar pada zaman
Majapahit yang mengkisahkan peperangan antara Damar Wulan
dan Raja Menak Jingga dari Blambangan untuk merebutkan Ratu
Kenaca Wungu dari Majapahit.
d. Wayang Menak, yaitu wayang yang dibuat kayu seperti boneka.
Ceritanya berkisar pada kepahlawanan Amir Hamzah, Umarmoyo
dan Umarmadi. Wayang Menak banyak mendapat pengaruh dari
agama Islam.
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 6
e. Wayang Gedhog, yaitu wayang yang ceritanya diambil dari
Kerajaan Daha dan Kediri, yang berisi kisah seorang putra raja atau
panji, misalnya Panji Semirang.
f. Wayang Beber, yaitu wayang yang ceritanya diambilkan dari Buku
Injil.
7. Upacara labuhan yaitu upacara mengirimkan barang-barang dan sesaji
ke tempat-tempat yang dianggap keramat sebagai penolak bala untuk
keselamatan masyarakatnya. Upacara ini dilaksanakan setiap tahun
oleh keluarga besar Keraton Yogyakarta sehari setelah penobatan dan
pada waktu ulang tahun penobatan (tingalan dalem). Upacara labuhan
diselenggarakan di empat tempat: Parang Kusumo, Gunung Lawu,
Gunung Merapi dan Dlepih.
8. Tradisi Sadranan adalah tradisi pemberian sesaji untuk anggota
keluarga yang telah meninggal dunia. Sadranan berasal dari kata srada
yang berarti upacara peringatan terhadap seseorang yang telah
meninggal dunia.
9. Upacara Grebeg dilakukan tiga kali setiap tahun oleh Keraton
Yogyakarta maupun Keraton Surakarta, yaitu pada hari kelahiran Nabi
Muhamad SAW {Grebeg Maulud) pada tanggal 12 Mulud, hari Raya
Idul Fitri (Grebeg Pasa) pada tanggal 1 Syawal setelah umat Islam
menjalankan puasa selama satu bulan, dan hari Idul Adha/Kurban
(Gerebeg Besar) pada tanggal 10 besar.
Upacara Grebeg biasanya didahului dengan Perayaan Sekaten yang
berbentuk pasar malam yang biasanya dimulai 1 atau 2 minggu
sebelum upacara tradisional Sekaten yang dilangsungkan di alun-alun
utara dengan beraneka ragam jajanan, berbagai pertunjukan,
permainan, dan pemeran yang digelar untuk menghibur masyarakat.
10. Berbagai agama mempunyai hari penting (hari raya) yang selalu
dilaksanakan dengan tradisi pola budaya masyarakat setempat. Tradisi-
tradisi tersebut adalah:
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 7
a. Tradisi Perayaan Lebaran (Idul Fitri) bagi umat yang beragama
Islam dilakukan setelah umat Islam selama satu bulan penuh
menjalankan ibadah puasa. Perayaan lebaran jatuh pada tanggal 1
Syawal. Setelah melaksanakan sholat Idul Fitri tradisi ini
dilanjutkan dengan kunjungan silaturahim kepada orang tua,
keluarga tetangga dan sanak saudara untuk saling memaafkan.
b. Tradisi Perayaan Natal dilaksanakan pada tanggal 25 Desember,
setelah umat Kristen (Protestan dan Katholik) melakukan Ibadat
Natal/Misa Natal di Gereja. Tanggal 25 Desember bagi umat
Kristiani diyakini sebagai hari kelahiran Sang Juru Selamat
(penyelamat dunia) yakni Yesus Kristus (Nabi Isa) yang turun ke
dunia untuk menebus dosa-dosa manusia.
c. Tradisi Perayaan Nyepi bagi umat Hindu dilasanakan dengan
serangkaian upacara yang mempunyai tujuan menjadikan alam
semesta bersih, serasi, selaras dan seimbang yang disebut
memarisudha bumi. Dengan perayaan ini diharapkan dunia bebas
dari malapetaka. kekacauan dan perang sehingga manusia hidup
sejahtera, terbebas dari kebodohan dan kemiskinan.
d. Tradisi Perayaan Waisak merupakan hari raya umat Buddha yang
biasanya jatuh pada hari purnamasidi (bulan purnama) di bulan
Mei. Pada hari tersebut ada tiga peristiwa penting, yakni kelahiran
Sang Buddha Gautama, tercapainya penerangan oleh Sang Buddha
Gautama dan wafat Sang Buddha Gautama. Itulah sebabnya
Waisak disebut juga Trisuci Waisak.
e. Tradisi Perayaan Imlek dilakukan oleh umat Konghuchu (sebagian
besar dianut oleh warga keturunan Tionghoa). Imlek adalah
pergantian tahun menurut kalender Cina, pergantian dari musim
dingin ke musim semi. Imlek tidak sekedar pergantian tahun
namun juga perubahan sikap, pergantian rezeki menuju ke arah
kehidupan yang lebih baik. Berbagai hal yang berkaitan dengan
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 8
tradisi perayaan Imlek ialah barongsai, angpao, kue keranjang,
lampion dan tradisi pay kui (sungkeman).
11. Adat dan tata cara penguburan di Indonesia berbeda-beda, bergantung
pada adat istiadat suku bangsa tersebut dan juga dipengaruhi oleh
kepercayaan atau agama yang dianut suatu masyarakat. Ada berbagai
cara penguburan, antara lain:
dibakar (kremasi) seperti yang dilakukan masyarakat Bali yang
disebut Ngaben, masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah yang
dikenal dengan Tiwah dan penganut ajaran Konghuchu.
dibiarkan hancur di alam terbuka
disimpan di gua atau disimpan di bangunan khusus seperti yang
dilakukan oleh masyarakat Tana Toraja.
dikuburkan segera pada hari kematian seperti di kalangan pemeluk
agama Islam.
dikuburkan menanti berhari-hari atau berminggu-minggu sebelum
jenazah dikuburkan dalam hal ini upacara penguburan. Biasanya
upacara itu disertai dengan pengorbanan sejumlah hewan ternak
sesuai dengan tingkat sosial ekonomi pada masyarakatnya. Adat
penguburan seperti ini dikenal pada suku Nias, Batak, Sumba dan
Toraja.
12. Banyak sekali ragam adat perkawinan di Indonesia, setiap suku
mempunyai adat perkawinan sesuai dengan agama dan tradisi upacara
yang ada di daerah masing-masing, di antaranya adat perkawinan
Aceh, Batak, Dayak, Jawa, Minang, Irian, dan daerah lainnya.
4. Perkembangan Penulisan Sejarah Indonesia
1. Penulisan sejarah dikenal juga dengan istilah historiografi. Dari
berbagai penulisan sejarah, historiografi Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yakni historiografi tradisional,
historiografi kolonial, dan historiografi nasional.
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 9
2. Historiografi tradisional adalah penulisan sejarah yang berasal dari
masa tradisional, yakni masa kerajaan-kerajaan kuno. Penulisnya
adalah para pujangga atau yang lain, yang memang merupakan pejabat
dalam struktur birokrasi tradisional yang bertugas menyusun sejarah
(contohnya Babad, Hikayat).
Ciri-ciri historiografi tradisonal sebagai berikut.
Religio sentris, yakni segala sesuatu dipusatkanpada pada raja atau
keluarga raja (keluarga istana), maka sering juga disebut istana
sentris;
Religio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-
hal yang gaib;
Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan
kharisma (bertuah, sakti);
Bersifat regio-sentris (kedaerahan);
3. Historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang membahas
masalah penjajahan. Misalnya, penjajahan Belanda di Indonesia.
Penulisan tersebut dilakukan oleh orang-orang Belanda yang tidak
banyak pernah melihat Indonesia. Sumber-sumber yang dipergunakan
ialah dari arsip negara di negeri Belanda dan di Jakarta (Batavia); pada
umumnya tidak menggunakan atau mengabaikan sumber-sumber
Indonesia.
Sifat pokok historiografi kolonial antara lain:
Eropa-sentris atau Belanda-sentris.
Permasalahan yang dibahas adalah aktivitas bangsa Belanda,
pemerintahan kolonial, aktivitas para pegawai kompeni (orang-
orang kulit putih), seluk beluk kegiatan para Gubernur Jenderal
dalam menjalankan tugasnya di tanah jajahan (Indonesia).
Aktivitas rakyat tanah jajahan (rakyat Indonesia) hampir diabaikan
sama sekali.
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 10
Contoh Historigrafi Kolonial, antara lain Indonesian Trade and Society
karangan J.C. Van Leur, Indonesian Sociological Studies karangan
Schrieke.
4. Historiografi nasional adalah penulisan sejarah yang mengungkapkan
kehidupan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala aktivitasnya, baik
politik, ekonomi, sosial maupun budaya dari sudut pandang bangsa
Indonesia.
Sifat-sifat atau ciri-ciri historiografi nasional:
Indonesia-sentris
sesuai dengan cara pandang bangsa Indonesia
mengandung character and nation-bulding (pembangunan karakter
bangsa)
disusun oleh orang-orang atau penulis-penulis Indonesia sendiri.
Contoh historiografi nasional, di antaranya Sejarah Nasional
Indonesia, Jilid I sampai dengan VI, editor Sartono Kartodirdjo;
Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid I sampai dengan XI,
karya A.H. Nasution, dan masih banyak lagi.
5. Perkembangan penulisan sejarah di Indonesia juga mengalami
perkembangan sesuai perkembangan zaman yang mengalami adanya
upaya saling mendekati (reapprochement) antara ilmu sejarah dengan
ilmu-ilmu sosial.
6. Dewasa ini tidak jarang sejarah banyak menggunakan konsep-konsep
umum yang digunakan dalam ilmu sosial untuk kepentingan analisis
sehingga menambah kejelasan dalam eksplanasi atau interpretasi
sejarah.
7. Perkembangan historiografi pada abad ke-20 ditandai dengan
perluasan secara horizontal (keluasan) maupun vertikal (kedalaman)
subyek sejarah yang harus dikaji dan diteliti sehingga menuntut pula
peningkatan dan penyempurnaan metodologi sejarah agar
menghasilkan historiografi yang bervariasi dalam segi tema-tema.
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 11
B. Langkah-langkah Penelitian Sejarah
1. Pemilihan Topik
Sebelum melakukan peneliian sejarah, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menetapkan topik yang akan diteliti. Topik yang diteliti
haruslah merupakan topik yang layak untuk dijadikan bahan penelitian dan
bukan merupakan pengulangan atau duplikasi dari penelitian sebelumnya.
Kelayakan topik penelitian dapat dilihat dari ketersediaan sumber yang
dapat dijadikan bahan untuk penelitian. Jangan sampai kita menetapkan
topik yang menarik tetapi sumbernya ternyata tidak ada. Berbeda dengan
penelitian ilmu pengetahuan lainnya, penelitian sejarah sangat tergantung
kepada ketersedian sumber. Jadi topik yang diteliti harus merupakan hal
yang baru dan diharapkan dapat memberikan informasi yang baru atau
ditemukan teori baru.
Pemilihan topik harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Menarik untuk diteliti
2. Asli, bukan merupakan pengulangan
3. Ketersediaan sumber
4. Kedekatan emosional, misalnya yang berhubungan dengan lingkungan
sekitar kita
Pemilihan topik ini sangat penting agar peneliti lebih terarah dan
terfokus pada masalahnya. Untuk mengarahkan, dalam topik tersebut
sebaiknya kita ajukan terlebih dahulu pertanyaan yang akan menjadi
masalah yang akan diteliti. Pertanyaan itu meliputi: what (apa), why
(mengapa), who (siapa), where (dimana), when (kapan), dan how
(bagaimana).
Pertanyaan itu diajukan agar penelitian lebih bersifat ilmiah.
Misalnya kita akan meneliti tentang sejarah peristiwa Lengkong. Maka
pertanyaan yang dapat kita ajukan adalah : Apa yang dimaksud dengan
peristiwa Lengkong ? Mengapa peristiwa itu bisa terjadi ? Siapa tokoh
pelaku dalam peristiwa itu ? Dimana terjadinya peristiwa itu ? Kapan
terjadinya peristiwa itu ? Bagaimana jalannya peristiwa itu ?
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 12
2. Pengumpulan Data/Sumber
Setelah menetapkan topik, langkah selanjutnya adalah
pengumpulan data sebagai sumber penelitian. Tahap ini disebut juga
dengan heuristik (bhs. Yunani : Heureskein = menemukan).
Tahap heuristik adalah tindakan sejarawan untuk mengumpulkan
sumber dan jejak-jejak sejarah yang diperlukan yang terkait dengan
masalah yang diteliti. Pencarian dapat dilakukan diberbagai dokumen,
mengunjungi situs sejarah, atau dengan mewawancarai tokoh yang
menjadi saksi atau mengetahui tentang suatu peristiwa sejarah. Untuk
memudahkan penelitian, sumber-sumber sejarah yang begitu banyak dan
kompleks perlu diklasifikasikan.
Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang secara langsung
maupun tidak menyampaikan kepada kita tentang sesuatu peristiwa dimasa
lalu. Sumber sejarah merupakan bukti dan fakta adanya kenyataan sejarah.
Tanpa adanya sumber, sejarawan tidak akan bisa berbicara apa-apa tentang
masa lalu.
Adapun sumber sejarah berasal dari bukti-bukti sejarah (evidensi),
yaitu segala sesuatu yang dapat dipandang sebagai peninggalan sejarah
yang dapat memberikan informasi tentang terjadinya peristiwa pada masa
lampau. Sumber tersebut dapat berupa sumber lisan, tulisan, dan benda-
benda peninggalan sejarah berupa artefak, fosil, prasasti, dan lain-lain.
Sumber lisan yaitu setiap tuturan lisan yang disampaikan oleh
orang atau kelompok orang tentang suatu peristiwa nyata yang terjadi pada
masa lampau. Sedangkan sumber tulisan, yaitu segala bentuk informasi
mengenai peristiwa sejarah yang diperoleh dari berbagai tulisan. Dan
sumber yang berupa benda budaya peninggalan sejarah atau artefak adalah
segala macam bentuk benda budaya yang diduga pernah digunakan oleh
masyarakat manusia pada masa lampau yang dapat memberi informasi
tentang peristiwa masa lampau.
Sumber sejarah dapat dibagi kedalam dua jenis, yaitu sumber
primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber asli, berupa
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 13
kesaksian pelaku atau saksi mata yang hadir dan melihat suatu peristiwa.
Sumber ini diperoleh dan dihasilkan dari sisa atau jejak dan orang yang
sejaman dengan peristiwa itu. Sumber sekunder adalah sumber yang
diperoleh dari tangan kedua, yaitu orang yang tahu suatu peristiwa, tetapi
tidak hadir dan melihat peristiwa itu berlangsung. Dapat pula ditambahkan
bahwa sumber sejarah dapat berupa sumber formal dan non formal.
Menemukan sumber sejarah tidaklah mudah, mengingat ada
peristiwa yang sedikit sekali meninggalkan jejak, bahkan karena sesuatu
hal tidak meninggalkan jejak sama sekali. Namun ada pula peristiwa yang
meninggalkan jejak yang melimpah. Selain itu sumber sejarah ada yang
dengan cepat ditemukan dan diketahui, tetapi ada pula yang setelah
beberapa waktu yang lama kemudian baru diketahui. Hal ini bisa terjadi
karena jarak waktu. Semakin dekat jarak waktu antara sipeneliti dengan
peristiwa sejarah, semakin banyak sumber sejarah yang dapat diperoleh.
Sebaliknya, semakin jauh jarak waktunya, semakin langka dan sedikit
sumber sejarah yang didapatkan.
3. Verifikasi
Sebelum data dan sumber sejarah yang terkumpul digunakan
sebagai pendukung penelitian, terlebih dahulu dilakukan Verifikasi
(pengujian), baik dari segi kebenaran materi atau isi maupun keaslian dari
data sumber tersebut. Dalam ilmu sejarah tahap ini disebut kritik. Kritik
sejarah tersebut meliputi kritik intern yaitu kritik terhadap isi dan materi,
dan kritik ekstern yaitu kritik terhadap keaslian sumber-sumber tersebut.
Kritik intern adalah penilaian keakuratan atau keautentikan
terhadap materi sumber sejarah. Didalam proses analisa terhadap suatu
dokumen, sejarawan harus selalu memikirkan unsur-unsur yang relevan
didalam dokumen itu sendiri secara keseluruhan. Unsur didalam dokumen
dianggap relevan dan dapat dipercaya (kredibel) apabila unsur itu paling
dekat dengan apa yang telah terjadi. Identifikasi terhadap sipembuat
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 14
dokumen atau sumber sejarah pun perlu dilakukan untuk menguji
keautentikannya.
Kritik ekstern umumnya menyangkut keaslian bahan yang
digunakan dalam pembuatan sumber sejarah, seperti prasasti, dokumen,
dan naskah. Untuk membedakan itu suatu tipuan dari dokumen asli,
sejarawan dapat menggunakan pengujian yang biasa digunakan didalam
penyelidikan polisi dan kehakiman. Bentuk penelitian yang dapat
dilakukan sejarawan misalnya tentang waktu pembuatan dokumen, atau
penelitian tentang bahan materi pembuatan.
4. Interpretasi
Setelah memberikan kritik terhadap sumber, langkah berikutnya
adalah memberikan penafsiran atau interpretasi.
Pada tahap ini dapat berlaku sifat subjektifitas, karena sejarawan
akan melihat sumber sejarah dari sudut pandang yang berbeda. Perbedaan
penafsiran terhadap suatu peristiwa yang sama mungkin juga terjadi.
Perbedaan tersebut terjadi karena diantara para sejarawan memiliki
pandangan, wawasan, ketertarikan, ideology, kepentingan, latar belakang
sosial dan tujuan yang berbeda.
Interpretasi pada dasarnya merupakan langkah yang dilakukan
dalam menjawab permasalahan dari topik yang diteliti. Fakta yang
dihasilkan melalui kritik harus dihubungkan antara yang satu dengan yang
lainnya, terutama dalam konteks hubungan sebab akibat atau adanya
hubungan yang sangat berarti/signifikan.
5. Historiografi
Historiografi atau penulisan sejarah merupakan langkah bagaimana
sejarawan mengkomunikasikan hasil penelitiannya untuk diketahui umum.
Sejarawan melakukan penyusunan kisah sejarah sesuai dengan norma-
norma dalam disiplin ilmu sejarah. Diantaranya yang penting adalah harus
kronologis. Disamping itu harus diupayakan seobjektif mungkin.
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 15
Dalam menulis sejarah berarti seorang sejarawan merekonstruksi
sumber-sumber sejarah yang telah ditemukannya menjadi suatu cerita
sejarah. Kemampuan menulis merupakan syarat yang penting bagi seorang
sejarawan. Ia harus mampu berimajinasi dalam menyusun cerita sejarah.
Kemampuan berimajinasi dalam menulis menunjukan bahwa menulis
sejarah mengandung unsur seni. Bahkan apabila tulisan sejarah itu mampu
mengajak pembacanya ikut menerawang kemasa silam dapat mengandung
kesan berekreasi kemasa lampau.
Bentuk-bentuk historiografi antara lain dapat berupa: Narasi yang
isinya lebih banyak bercerita sesuai dengan apa yang diinformasikan oleh
sumber sejarah. Deskriptif yang isinya lebih detail dan kompleks
dibandingkan dengan narasi. Dan Analistis, yang isinya lebih banyak
berorientasi pada penelaahan masalah. Sehingga tidak sekedar bercerita
tetapi banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mendalam dengan
tinjauan berbagai aspek.
Penulisan yang baik adalah gabungan antar unsur naratif, deskriptif
dan analitis. Bentuk gabungan ini akan menampilkan unsur cerita, detail
sumber dan analisa terhadap peristiwa sejarah.
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 16
BAB III
PENUTUP
Penelitian sejarah dapat dilihat dari segi perspektif sejarah/historis, serta
waktu terjadinya fenomena-fenomena yang diselidiki. Banyak ahli yang
mempersamakan metode sejarah dengan metode dokumenter, karena dalam
metode sejarah banyak data yang didasarkan pada dokumen-dokumen. Metode
sejarah tidak sama dengan metode dokumenter, karena metode dokumenter dapat
saja mengenai masalah maslah kini dan tidak perlu mengenai masalah lalu.
Penelitian sejarah menggunakan catatan observasi atau pengamatan catatan
observasi atau pengamatan orang lain yang tidak dapat diulang-ulang kembali.
Menurut Kuntowijoyo (2000) sebelum keempat langkah itu sebenarnya
ada satu kegiatan penting, yakni pemilihan topik/judul dan rencana penelitian.
Topik atau judul penelitian memuat masalah atau objek yang harus dipecahkan
melalui penelitian. Dalam sebuah judul penelitian sejarah biasanya terdiri dari:
1 Masalah, objek atau topik penelitian
2 Subyek
3 Lokasi atau daerah
4 Tahun atau waktu terjadinya peristiwa
5 Metode penelitian
Dalam usaha penulisan sejarah, haruslah disusun berdasarkan bukti yang
berupa peninggalan-peninggalan dari perbuatan manusia di masa lampau. Dari
bukti ini disusun fakta yang merupakan pengungkapan tentang suatu keadaan atau
peristiwa sejarah. Peninggalan-peninggalan manusia dari masa lampau disebut
sebagai sumber sejarah.
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 17
DAFTAR PUSTAKA
Listiani, Dwi Ari. (2009). Buku Sejarah untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Dinas Pendidikan Jawa Barat.
Agung, Leo. (2009). Mandiri Sejarah untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Badrika, I Wayan. (2006). Sejarah untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
http://id.wikipedia.org
http://crayonpedia.com
Dasar-dasar dan Langkah-langkah Penelitian Sejarah 18
Recommended