Download pdf - Makalah 1 Kel.3 KPMS

Transcript

BAB I

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI1BAB I: PENDAHULUAN2BAB II: LAPORAN KASUS3BAB III: PEMBAHASANIdentifikasi Masalah4Anamnesis6Pemeriksaan Fisik6Pemeriksaan Laboratorium9Pemeriksaan Penunjang9Diagnosis Kerja10Penatalaksanaan11Komplikasi12Prognosis13TINJAUAN PUSTAKA14KESIMPULAN33DAFTAR PUSTAKA34

BAB IPENDAHULUAN

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia , membungkus otot-otot dan organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan tidak berujung pembuluh darah, saraf, dan kelenjar, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit. Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap infeksi bakteri, virus dan jamur .Penyakit kulit sangat banyak, diantaranya dermatitis yang merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis kontak adalah reaksi fisiologik yang terjadi pada kulit karena kontak dengan substansi tertentu, dimana sebagian besar reaksi ini disebabkan oleh iritan kulit dan sisanya disebabkan oleh alergen yang merangsang reaksi alergi.Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan inflamasi pada kulit yang bermanifestasi sebagai eritema, edema ringan dan pecah-pecah. Dermatitis Kontak Iritan merupakan respon non spesifik kulit terhadap kerusakan kimia langsung yang melepaskan mediator-mediator inflamasi yang sebagian besar berasal dari sel epidermis. DKI merupakan hasil klinik dari inflamasi yang berasal dari pelepasan sitokin-sitokin proinflamasi dari sel-sel kulit (prinsipnya keratinosit), biasanya sebagai respon terhadap rangsangan kimia .DKI dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras dan jenis kelamin. Jumlah penderita DKI diperkirakan cukup banyak, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat kerja).

BAB IILAPORAN KASUS

Seorang pria berusia 25 tahun, datang ke poliklinik kulit dan kelamin rumah sakit tempat anda bekerja dengan keluhan gatal di telapak tangan, punggung tangan kanan dan kiri, telapak dan punggung kaki kanan dan kiri sejak 7 hari yang lalu. Gatal disertai kulit kemerahan, bersisik, dan mengelupas.Pasien bekerja di tempat pencucian motor dan mobil sejak 1 bulan yang lalu dengan jam bekerja dari jam 08.00 sampai jam 21.00. Pada saat mencuci motor atau mobil ia tidak menggunakan sepatu khusus.Pasien mengatakan bahwa di tempatt-tempat yang gatal tersebut mengalami penebalan dengan lipatan kulit yang kasar dan kering, kemudian oleh pasien diberi obat salep 88 yang dibeli di warung akan tetapi gatal tidak mengalami perbaikan dan bahkan kulitnya muncul seperti retak-retak. Pasien menyangkal pernah menderita penyakit yang sama, dan tidak ada riwayat alergi. Di anggota keluarga, teman-teman di tempat kerja tidak ada yang menderita penyakit yang sama.

BAB IIIPEMBAHASAN I. IDENTIFIKASI MASALAH

Identitas Pasien:Nama: -Umur: 25 tahunJenis Kelamin: PriaPekerjaan: Pencuci motor dan mobilKeluhan utama: Gatal di telapak tangan, punggung tangan kanan dan kiri, telapak dan punggung kaki kanan dan kiri sejak 7 hari yang lalu.

Berdasarkan keluhan utama, pasien mengalami gatal di telapak tangan, punggung tangan kanan dan kiri, telapak dan punggung kaki kanan dan kiri sejak 7 hari yang lalu. Gatal ini disertai kulit kemerahan, bersisik, dan mengelupas. Dimana pada tempat-tempat yang gatal tersebut mengalami penebalan dengan lipatan kulit yang kasar dan kering, yang kemudian oleh pasien diberi obat salep 88 yang dibeli di warung akan tetapi gatal tidak mengalami perbaikan dan bahkan kulitnya muncul seperti retak-retak. Pasien bekerja pada tempat pencucian motor dan mobil sejak 1 bulan yang lalu dengan jam bekerja dari jam 08.00 sampai jam 21.00. Ia juga tidak menggunakan sepatu khusus atau pelindung saat bekerja. Berdasarkan uraian masalah pasien diatas, kami memiliki hipotesis :1. Dermatitis Kontak IritanDermatitis kontak iritan adalah suatu reaksi peradangan kulit nonimunologik, dimana kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului oleh proses sensitisasi, yang disebabkan oleh faktor eksogen berupa bahan kimia yang bersifat iritan seperti bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu, yang menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.

Dimana pada pasien ini diketahui ia menderita gatal yang disertai disertai kulit kemerahan, bersisik, dan mengelupas, serta terjadi penebalan dengan lipatan kulit yang kasar dan kering akibat terpajan dengan bahan kimia berupa deterjen.

2. Dermatitis Kontak AlergikaDermatitis kontak alergika adalah suatu reaksi peradangan kulit imunologik, dimana kerusakan kulit terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen, berupa bahan kimia sederhana dengan berat molekul sederhana yang merupakan suau allergen yang belum diproses (hapten), yang menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Meskipun pasien ini menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki riwayat alergi, hal ini masih belum dapat menyingkirkan hipotesis sehingga dibutuhkan informasi lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis.

3. Mikosis SuperfisialisMikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Mikosis superfisialis yang mungkin dialami oleh pasien adalah dermatofitosis, yaitu suatu penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, missal stratum korneum yang terdapat pada kulit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.

4. Dermatosis EritroskuamosaDermatosis eriteroskuamosa ialah penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema dan skuama.

II. ANAMNESISRiwayat penyakit : Keluhan Utama :Gatal di telapak tangan, punggung tangan kanan dan kiri, telapak dan punggung kaki kanan dan kiri sejak 7 hari yang lalu. Riwayat Penyakit Sekarang :Anamnesis tambahan yang diperlukan adalah :1) Apakah ada faktor pencetus gatal selain karena terpajan dengan deterjen?2) Apakah setelah lama menggaruk keluar darah atau cairan?3) Apakah pasien demam?4) Bagaimana gizi/asupan makanan pasien?5) Bagaimana dengan hygiene/kebersihan pasien?6) Apakah selama bekerja 13 jam pasien ada shift kerja? Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien menyangkal pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya. Riwayat Kebiasaan :Pasien tidak menggunakan sepatu khusus saat bekerja sebagai pencuci motor dan mobil.III. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis Keadaan gizi : Baik Tanda vital Tekanan darah : 130/80 mmHgMenandakan bahwa tekanan darah pasien adalah normal, dimana menurut JNC VII 2003 tekanan darah yang normal adalah sistole kurang dari 120 dan diastole kurang dari 80 mmHg menurut. Denyut nadi : 81 kali/menitMenandakan bahwa denyut nadi pasien dalam batas normal, reguler, dimana denyut nadi yang normal adalah 60-100 kali/menit. Pernapasan : 18 kali/menitMenandakan bahwa pasien dalam batas normal, dimana frekuensi pernapasan yang normal pada pria adalah 16-20 kali/menit. Suhu tubuh: AfebrisMenandakan suhu tubuh pasien adalah normal, dimana suhu tubuh normal antara 36,50C 37,20C, dan menandakan bahwa pasien tidak terdapat infeksi sekunder. Kepala : Normochepal Rambut : Hitam, distribusi merata

Status Dermatologi1. Manusa. Lokasi: dorsum dan palmar manus dekstra dan sinistrab. Efloresensi: 1) Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan karena pelebaran pembuluh darah kapiler yang reversible. Pelebaran pembuluh darah kapiler terjadi karena adanya induksi vasodilatasi oleh prostaglandin dan leukotrien yang dihasilkan dari perubahan asam arakhidonat, dimana pelepasan asam arakhidonat ini terjadi akibat kerusakan membrane lemak (lipid membrane) karena terpajan dengan bahan iritan yang berlebih.2) Erosi: kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui stratum basale. Erosi terjadi akibat garukan kulit secara terus menerus. 3) Likenifikasi : penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas. Likenifikasi timbul sebagai respons dari kulit akibat gosokan dan garukan yang berulang-ulang dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga garis kulit tampak lebih menonjol.4) Fissure: belahan kulit yang terjadi oleh tarikan jaringan disekitarnya. Fissure terjadi karena bahan iritan menyebabkan perubahan daya ikat air kulit sehingga elastisitas kulit menjadi berkurang.5) Skuama kasar berwarna putih : lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama kasar berwarna putih terjadi akibat adanya inflamasi yang menyebabkan sel melakukan proliferasi berlebih, dan akan menyebabkan terjadinya hiperkeratosis karena semakin tebalnya stratum korneum.c. Ukuran: Plakat (lebih besar dari numular), batas tidak tegasd. Lesi: multiple (lebih dari satu), bentuk tidak teratur, difuse (tidak berbatas tegas), menimbul dari permukaan dan kering.2. Pedisa. Lokasi: dorsum dan palmar manus dekstra dan sinistrab. Efloresensi1: 1) Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan karena pelebaran pembuluh darah kapiler yang reversible. Pelebaran pembuluh darah kapiler terjadi karena adanya induksi vasodilatasi oleh prostaglandin dan leukotrien yang dihasilkan dari perubahan asam arakhidonat, dimana pelepasan asam arakhidonat ini terjadi akibat kerusakan membrane lemak (lipid membrane) karena terpajan dengan bahan iritan yang berlebih.2) Erosi: kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui stratum basale. Erosi terjadi akibat garukan kulit secara terus menerus hingga mengenai stratum spinosum. 3) Likenifikasi : penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas. Likenifikasi timbul sebagai respons dari kulit akibat gosokan dan garukan yang berulang-ulang dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga garis kulit tampak lebih menonjol.4) Fissure: belahan kulit yang terjadi oleh tarikan jaringan disekitarnya. Fissure terjadi karena bahan iritan menyebabkan perubahan daya ikat air kulit sehingga elastisitas kulit menjadi berkurang.5) Skuama kasar berwarna putih : lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama kasar berwarna putih terjadi akibat adanya inflamasi yang menyebabkan sel melakukan proliferasi berlebih, dan akan menyebabkan terjadinya hiperkeratosis karena semakin tebalnya stratum korneum.c. Ukuran: Plakat (lebih besar dari numular), batas tidak tegasd. Lesi: multiple (lebih dari satu), bentuk tidak teratur, difuse (tidak berbatas tegas), menimbul dari permukaan dan kering.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah LengkapHasil PemeriksaanNilai NormalKeterangan

Hb13 g/dl14-16 g/dlnormal

Hematokrit36%40%-52%menurun

Trombosit150.000/l150.000-400.000/lnormal

Leukosit11.000/l5.000-10.000/lmeningkat

Diff. count/Hitung jenis0/2/4/59/28/70-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-8normal

Berdasarkan hasil laboratorium di atas, didapatkan adanya penurunan hematokrit dan sedikit peningkatan dari leukosit. Peningkatan leukosit disebabkan karena adanya proses inflamasi.

2. PATCH TESTPatch test (uji tempel): (-)Menandakan tidak adanya respons alergik. Patch test digunakan untuk mendeteksi respons alergi hipersensitivitas tipe IV.

3. PEMERIKSAAN KOH 20%Hifa dan/atau artrospora (-)Menandakan bahwa tidak adanya infeksi jamur dan spora.

4. HISTOPATOLOGI1) Hyperkeratosis dengan area parakeratosisMenandakan adanya penebalan stratum korneum dengan area parakeratosis, yaitu masih terlihat inti-inti sel pada penebalan stratum korneum.2) Akantosis Menandakan adanya penebalan stratum spinosum. Seperti yang diketahui, pada stratum spinosum terdapat intercellular bridge yang berfungsi sebagai proteksi terhadap friksi. Pada kasus disebutkan bahwa pasien mengalami penebalan kulit telapak tangan dan kaki yang diperkuat dengan adanya pernyataan bahwa pasien tidak menggunakan pelindung saat terpajan dengan bahan iritan sehingga fungsi stratum spinosum menjadi lebih berat terhadap friksi dan terjadi penebalan.3) Perpanjangan rete ridges.Perpanjangan rete ridges disebabkan adanya hiperkeratosis.

V. DIAGNOSIS KERJABerdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilaksanakan, maka diagnosis yang kami tegakkan pada pasien ini ialah : dermatitis kontak iritan. Dengan diagnosis banding adalah dermatitis kontak alergika.

PATOGENESIS DERMATITIS KONTAK IRITAN[1]

Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk dan mengubah daya ikat air di kulit.

Kebanyakan bahan iritan (toksin) merusak membrane lemak (lipid membrane) keratinosit tetapi sebagian dapat menembus membrane sel dan merusak lisosom, mitikondria, atau komponen inti. Kerusakan membrane mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG), platelet activating factor (PAF) dan inositida (IP3). AA dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vascular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin. PG dan TL juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mas melepaskan histamine, LT dan PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat perubahan vascular.

DAG dan second meesengers lain menstimulasi ekspresi h=gen dan sintesis protein, misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte macrophage colony stimulatunf factors (GMCSF). IL-1 mengaktifkan sel T-penolong mengeluarkan IL-2 dan mengekspresikan reseptor IL-2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.

Keratinosit juga membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel-1 (ICAM-1). Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNF-, suatu sitokin proinflamasi yang dapaty mengaktifasi sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi ekspresi molekul adesi sel dan pelepasan sitokin.

Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik di tempat terjadinya kontak di kulit berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritan kuat. Bahan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya , sehingga mempermudah kerusakan sel dibawahnya oleh iritan.

VI. PENATALAKSANAAN[1]Penatalaksanaan pasien ini terbagi atas nonmedika mentosa serta medika mentosa. Adapun tata laksana nonmedika mentosa yang dimaksud adalah berupa edukasi terhadap pasien untuk menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis atau kimiawi serta menyingkirkan faktor yang memperberat, dimana hal ini merupakan upaya terpenting yang berperan dalam tingkat kesembuhan pasien. Penghindaran terhadap pajanan bahan iritan dapat dilakukan dengan memakai perlindungan adekuat seperti sarung tangan dan menggunakan sepatu boots plastik saat bekerja mencuci mobil atau motor.

Pasien ini juga harus menghindari goresan yang dapat ditimbulkan garukan karena rasa gatal pada kulit. Dan karena kulit pasien ini mengalami kekeringan dan elisitasnya berkurang, pasien perlu diberi edukasi untuk menggunakan pakaian yang tidak memicu keluarnya keringat berlebihan serta kulitnya perlu diberikan emollients (pelembab) terutama setelah mandi. Namun perlu berhati-hati dalam pemberian emollients karena beberapa pasien dengan dermatitis kontak biasanya sensitif terhadap emollients tertentu sehingga perlu diberikan dalam dosis kecil terlebih dahulu. Apabila pada kulit pasien tidak ditemukan rash ataupun dermatitis kontaknya tidak semakin parah, boleh ditingkatkan dosisnya dengan diberikan setiap 2-3 jam sekali. Pasien juga harus dipastikan bahwa mandinya dengan menggunakan air bersih dan sabun yang mengandung banyak moisturizer. Pemberian kortikosteroid topikal seperti hidrokortison juga diperlukan, karena hidrokortison merupakan kortikosteroid potensi rendah yang mampu mengurangi rasa gatal dan mengurangi inflamasi akibat dermatitis. Namun seperti pada penggunaan kortikosteroid lainnya, perlu diperhatikan agar jangan digunakan dalam jangka lama.

VII. KOMPLIKASI

1. Lesi kulit bisa mengalami infeksi sekunder2. Terjadinya hipo/hiperpigmentasi post inflamasi pada area yang mengalami dermatitis kontak iritan3. Dapat menyebabkan resiko sensitisasi pengobatan kortikosteroid topical apabila penggunaan nya digunakan dalam jangka waktu panjang dan terus-menerus.

VIII. PROGNOSIS

Ad Vitam: Ad BonamDKI dengan diagnosis yang cepat dan tepat tidak termasuk penyakit yang membahayakan jiwa pasien.

Ad Fungtionam: Ad BonamDengan penatalaksanan yang tepat yaitu penggunaan krim pelembab, kortikosteroid topikal, dan menghindari kontak dengan iritan, kondisi kulit pasien dapat kembali pulih dan tidak akan mengganggu aktifitas secara fungsional.

Ad Sanationam: Ad BonamSetelah penanganan yang adekuat, menghindari pajanan dengan menggunakan alat pelindung saat bekerja, serta pasien melaksanakan anjuran yang disarankan, maka kemungkinan untuk kambuhnya dermatitis kontak iritan ini menjadi sangat kecil.

Ad Kosmetica: Dubia Ad BonamDengan menggunakan alat pelindung saat bekerja, kontak dengan iritan menjadi berkurang dan diprediksi reaksi inflamasi akan berkurang dan menghilang. Penggunaan krim pelembab serta kortikosteroid topical yang telah dianjurkan, diprediksi akan mengembalikan kelembaban dan elastisisas kulit serta mengatasi rasa gatal dan akan mengurangi kerusakan kulit dan keinginan menggaruk. Namun demikian, perbaikan kulit untuk jadi seperti yang semula membutuhkan waktu dan terkadang warna kulit tidak persis sama dengan bagian yang tidak mengalami dermatitis kontak iritan.

BAB IVTINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI KULIT[1]Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupkan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.

Gambar 1. Anatomi Kulit Gambar 2. Struktur Lapisan Epidermis

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama, yaitu:1. Lapisan epidermisLapisan epidermis terdiri atas:1) Stratum korneum (lapisan tanduk)Adalah lapisan kulit yang paling luar yang terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).2) Stratum lusidumMerupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.3) Stratum granulosum (lapisan keratohialin)Merupakan 3 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat ini di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.4) Stratum spinosum (stratum Malphigi atau prickle cell layer)Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk polygonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan intinya terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antarsel (intercellular bridge) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Diantara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans. 5) Stratum basaleTerdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel, yaitu:a. Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antarsel.b. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes).2. Lapisan dermisLapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni:a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung saraf dan pembuluh darah.b. Pars retikulare, yaitu bagian dibawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblas, serabut kolagen dibentuk oleh fibroblast, membentuk ikatan (bundle) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil.3. Lapisan SubkutisLapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening.

2. VASKULARISASI KULIT[1]

Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening. 3. EFLORESENSI KULIT[1]

a. EFLORESENSI PRIMER1. MakulaKelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata-mataContoh : melanoderma,leukoderma, purpura, petekie, ekimosis

2. EritemaKemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah kapiler yang reversible3. UrtikaEdema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan

4. VesikelGelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari cm garis tengah dan mempunyai dasar; vesikel berisi darah disebut vesikel hemoragik.

5. PustuleVesikel berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah vesikel disebut vesikel hipopion.

6. BulaVesikel yang berukuran lebih besar. Dikenal juga istilah bula hemoragik, bula purulen, dan bula hipopion.7. KistaRuangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista terbentuk bukan akibat peradangan, walaupun kemudian dapat meradang. Dinding kista merupakan selaput yang terdiri atas jaringan ikat dan biasanya dilapisi sel epitel atau endotel. Kista terbentuk dari kelenjar yang melebar dan tertutup, saluran kelenjar, pembuluh darah, saluran getah bening, atau lapisan epidermis. Isi kista terdiri atas hasil dindingnya, yaitu serum, getah bening, keringat, sebum, sel-sel epitel, lapisan tanduk, dan rambut.8. AbsesMerupakan kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit berarti di dalam kutis atau subkutis. Batas antara ruangan yang berisikan nanah dan jaringan disekitarnya tidak jelas. Abses biasanya terbentuk dari infiltrate radang. Sel dan jaringan hancur membentuk nanah. Dinding abses terdiri atas jaringan sakit, yang belum menjadi nanah.9. PapulPenonjolan diatas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran diameter lebih kecil dari cm, dan berisikan zat padat. Bentuk papul dapat bermacam-macam, misalnya setengah bola, contohnya pada eksem atau dermatitis, kerucut pada keratosis folikularis, datar pada veruka plana juvenilis, datar dan berdasar polygonal pada liken planus, berduri pada veruka vulgaris, bertangkai pada fibroma pandulans dan pada veruka filiformis. Warna papul dapat merah akibat peradangan, pucat, hiperkrom, putih atau seperti kulit disekitarnya. Beberapa infiltrate mempunyai warna sendiri yang biasanya baru terlihat setelah eritema yang timbul bersamaan ditekan dan hilang(lupus, sifilis). Letak papul dapat epidermal atau kutan.

10. NodusMassa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat menonjol, jika diameternya