Download pdf - LP Fraktur Femur Jadi

Transcript
  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    1/37

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Fraktur femur mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi dibanding

    dengan patah tulang jenis berbeda umumnya fraktur terjadi pada 1/3 tengah. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau

    tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000).

    Sedangkan Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang terbesar

    dan terkuat pada tubuh (Brooker, 2001).

    Fraktur dapat dibagi menjadi 2, yaitu: Fraktur tertutup (closed) adalah

    hilangnya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dimana tidak terdapat

    hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Atau bila jaringan kulit yang

    berada diatasnya/ sekitar patah tulang masih utuh, sedangkan fraktur terbuka

    (open / compound) adalah hilangnya atau terputusnya jaringan tulang dimana

    fragmen-fragmen tulang pernah / sedang berhubungan dengan dunia luar.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    2/37

    BAB 2

    TINJAUAN TEORI

    2.1 Konsep Teori

    2.1.1 Pengertian

    Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan

    atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000).

    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

    dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2001). Sedangkan Fraktur femur adalah

    terputusnya kontinuitas jaringan tulang terbesar dan terkuat pada tubuh (Brooker,

    2001).

    Fraktur dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

    1. Fraktur tertutup (closed) adalah hilangnya atau terputusnya kontinuitas jaringantulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

    luar. Atau bila jaringan kulit yang berada diatasnya/ sekitar patah tulang masih

    utuh.

    2. Fraktur berbuka (open / compound) adalah hilangnya atau terputusnya jaringantulang dimana fragmen-fragmen tulang pernah / sedang berhubungan dengan

    dunia luar.

    2.1.2Anatomi FisiologiTulang paha / femur terdiri dari ujung atas, corpus dan ujung bawah, ujung

    atas terdiri dari

    1. Kaput adalah masa yang membuat dan mengarah ke dalam dan ke atastulang tersebut halus dan dilapisi dengan kartilago kembali fovea, lubang

    kecil tempat melekatnya ligamen pendek yang menghubungkan kaput ke

    area yang besar pada asetabulum os coxal.

    2. Trochanten mayor sebelah lateral dan trochanter minor sebelah medial,merupakan melekatnya otot-otot.

    Carpus adalah tulang panjang agak mendatar ke arah medial, sebagian besar

    permukaannya halus dan tempat melekatnya otot-otot. Pada bagian posterior linea

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    3/37

    aspera adalah tulang yang berbentuk hubungan ganda, membentang ke bawah dari

    trochanter atas dan melebar keluar bawah untuk menutup area yang halus. Ujung

    bawah terdiri dari kondik medial dan lateral yang besar dan suatu area tulang

    diantaranya kondile mempunyai permukaan artikulur untuk fibia dibawah dan

    patela di depan.

    Fraktur collum dan kaput merupakan fraktur femur yang umum, fraktur

    tersebut lebih mudah terjadi pada orang tua sebagai akibat karena jatuh. Fraktur

    tidak dapat segera sembuh karena pada fraktur tersebut memotong banyak suplay

    darah ke kaput femoris. Untuk membantu menyembuhkan dan memudahkan

    pergerakan pasien secepat mungkin. Fraktur ini biasanya ditangani dengan

    memasang pembaja melalui trochanter mayor ke dalam kaput femuris. Dengan

    demikian pasien mampu untuk turun dari tempat tidur dan mulai untuk berjalan.

    2.1.3KlasifikasiAda 2 type dari fraktur femur, yaitu :

    1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul danmelalui kepala femur (capital fraktur)

    1)Hanya di bawah kepala femur2)Melalui leher dari femur

    2. Fraktur Ekstrakapsuler;1)Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih

    besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.

    2)Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci dibawah trokhanter kecil.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    4/37

    2.1.4EtiologiMenurut Sachdeva dalam Jitowiyono dkk (2010), penyebab fraktur dapat

    dibagi menjadi tiga yaitu :

    1. Cedera traumatikCedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

    1) Cedera langsung berarti pukulan/kekerasan langsung terhadap tulangsehingga tulang patah secara spontan ditempat itu. Pemukulan biasanya

    menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.

    2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasibenturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur

    klavikula.

    3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yangkuat.

    2. Fraktur patologikDalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma

    minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada berbagai keadaan

    berikut :

    1) Tumor tulang (jinak atau ganas), pertumbuhan jaringan baru yang tidakterkendali dan progresif.

    2) Infeksi seperti osteomielitis, dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut ataudapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit

    nyeri.

    3) Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh difisiensi vitamin Dyang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh

    defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi

    vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

    3. Secara spontanDisebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit

    polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    5/37

    2.1.5PatofisiologiFraktur terjadi bila interupsi dari kontinuitas tulang, biasanya fraktur disertai

    cidera jaringan disekitar ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan.

    Tulang yang rusak mengakibatkan periosteum pembuluh darah pada korteks dan

    sumsum tulang serta jaringan lemak sekitarnya rusak. Keadaan tersebut

    menimbulkan perdarahan dan terbentuknya hematom dan jaringan nekrotik.

    Jerjadinya jaringan nekrotik pada jaringan sekitar fraktur tulang merangsang

    respon inflamasi berupa vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit. Ketika terjadi

    kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk

    memperbaiki cidera. Tahap ini merupakan tahap awal pembentukan tulang.

    Berbeda dengan jaringan lain, tulang dapat mengalami regenerasi tanpa

    menimbulkan bekas luka.

    2.1.6Manifestasi KlinisMenurut Smeltzer & Bare (2002), manifestasi klinis fraktur adalah nyeri,

    hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitasi, pembengkakan

    lokal dan perubahan warna.

    1.Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulangdiimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai

    alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

    2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderungbergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau

    tungkai menyebabkan deformitas ekstremitas, yang bisa diketahui dengan

    membandingkan dengan ekstremitas yang normal. Ektremitas tak dapat

    berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas

    tulang tempat melekatnya otot.

    3. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang, yang sebenarnya karenakontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

    4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yangdinamakan krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    6/37

    yang lainnya. ( uji kripitasi dapat membuat kerusakan jaringan lunak lebih

    berat).

    5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibattrauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi

    setelah bebebrapa jam atau hari setelah cedera.

    2.1.7Penatalaksanaan (Smeltzer & Bare, 2002)1. Penatalaksanaan kedaruratan

    Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak

    menyadari adanya fraktur, dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah.

    Maka bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian

    tubuh segera sebelum pasien dipindahkan. Bila pasien yang mengalami cedera

    harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian,

    ektremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah

    gerakan rotasi dan angulasi. Gerakan angulasi patahan tulang dapat

    menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak, dan perdarahan lebih lanjut.

    Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara

    dengan bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang. Pada

    cedera ekstremitas atas lengan dapat dibebat dengan dada, atau lengan yang

    cedera dibebat dengan sling.

    Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk

    mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam.

    2. Prinsip penanganan frakturPrinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan

    pengambilan fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

    1)Reduksi frakturReduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada

    kesejajarannya dan rotasi anatomis

    (1) Reduksi tertutup : pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukandengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya ( ujung-ujungnya

    saling berhubungan ) dengan manipulasin atau traksi manual.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    7/37

    (2) Traksi : dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi danimobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang

    terjadi.

    (3) Redusi terbuka : pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka.Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi

    interna dapat berupa pin, kawat, skrup, plat, paku atau batangan logam

    dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam

    posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

    2)Imobilisasi frakturSetelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau

    dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi

    penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna dan interna.

    Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin

    dan teknik gips, atau fiksator eksterna.

    3)Mempertahankan dan mengembalikan fungsi : segala upaya diarahkan padapenyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus

    dipertahankan sesuai kebutuhan.

    4)Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur: diperlukan berminggu-minggu sampai berbulanbulan untuk kebanyakan fraktur untuk mengalami

    penyembuhan. Adapun faktor yang mempercepat penyembuhan fraktur

    adalah:

    (1) Imobilisasi fragmen tulang(2) Kontak fragmen tulang maksimal(3) Asupan darah yang memadai(4)Nutrisi yang baik(5) Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang(6) Hormon hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid

    anabolik

    (7) Potensial listrik pada patahan tulang

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    8/37

    Faktorfaktor yang memperhambat penyembuhan tulang

    (1) Trauma lokal ekstensif(2) Kehilangan tulang(3) Imobilisasi tak memadai(4) Rongga atau jaringan diantara fragmen tulang(5) Infeksi(6) Penyakit tulang metabolic(7)Nekrosis avaskuler(8) Usia (lansia sembuh lebih lama)

    2.1.8Komplikasi1. Malunion

    Suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang

    tidak seharusnya.

    2. Non-unionKegagalan pada proses penyambungan tulang sehingga tulang tak dapat

    menyambung.

    3. Delayed unionProses penyembuhan tulang berjalan dalam waktu lama dari waktu yang

    diperkirakan.

    4. InfeksiPaling sering menyertai fraktur terbuka tetapi sudah jarang dijumpai dapat

    melalui logam bidai.

    5. Cidera vaskuler dan sarafKedua organ ini dapat cidera akibat ujung patahan tulang yang tajam.

    6. Fat-embolic syndrome/embolik lemakTerjadi setelah 24-48 jam setelah cidera, ditandai distress pernapasan,

    tachikardi, tachipnoe, demam, edema paru, dan akhirnya kematian.

    7. Gangren gasYang berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bacterium saphrophystik

    gram positif anaerob antara lain clostridium weichii/clostridium perfingers.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    9/37

    Clostridium biasanya akan tubuh pada luka dalam yang mengalami

    penurunan suplai O2 karena trauma otot.

    8. Reflek symphathetic dystrophyKarena tidak stabilnya vasomotor yang mengakibatkan tidak normalnya

    sistem saraf simpatik yang hiperaktif sehingga menyebabkan terjadinya

    perlukaan.

    9. Thrombo embolic complicationTerjadi pada individu yang immobilisasi dalam waktu yang lama.

    10. Pressure sore (borok akibat tekanan)Akibat gips/bidai yang memberi tekanan setempat sehingga terjadi nekrosis

    pada jaringan superficial

    11. OsteomyelitisInfeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum/korteks tulang dapat

    berupa hematogenous. Pathogen masuk melalui luka fraktur terbuka, luka

    tembus atau selama operasi.

    12.Nekrosis avaskulerFraktur mengganggu aliran darah ke salah satu fragmen sehingga fragmen

    tersebut mati. Sering terjadi pada fraktur caput femoris.

    13. Kerusakan arteriDitandai adanya denyut, bengkak, pucat pada baigan distal fraktur, nyeri,

    pengisian kapiler yang buruk. Kerusakan arteri dapat disertai cidera pada

    kaki, saraf dan otot visera (thoraks dan abdomen).

    14. SyockPerdarahan selalu terjadi pada tempat fraktur dan perdarahan ini dapat hebat

    sehingga terjadilah syock.

    15. syndrome compartmentTerjadi saat satu atau lebih compartement ekstremitas meningkat, saat

    peningkatan tekanan jaringan pada ruangan tertutup diotot yang berhubungan

    dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan aliran darah yang berat dan

    berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot, ditandai dengan edema, tidak

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    10/37

    adanya denyut, nyeri terutama ketika area luka ditinggikan atau digerakkan,

    pucat atau cyanosis, kaku dan paresis.

    2.1.9Pemeriksaan Penunjang (Doenges, 2010)1. Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma2. Skan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan

    untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

    3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.4. Hitung darah lengkap: HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau

    menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada

    sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel.

    5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beeban kreatinin untuk klirens ginjal.6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi

    multipel, atau cidera hati.

    2.2 Konsep Asuhan Keperawatan2.2.1 Pengkajian

    Manifestasi klinis fraktur femur hampir sama pada klinis fraktur umum

    tulang panjang seperti nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan

    ekstremitas atas karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat

    fraktur, krepitus, pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi

    sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur, tanda ini bisa baru

    terjadi setelah beberapa jam / hari setelah cedera.

    2.2.2Anamnesa1. Identitas klien

    2. Keluhan utama

    Pada umumnya keluhan utama fraktur femur adalah rasa nyeri yang hebat.

    Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien

    digunakan:

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    11/37

    1) Provoking Incident : Faktor presipitasi nyeri adalah trauma pada bagianpaha.

    2) Quality of Paint : Rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klienbersifat menusuk-nusuk.

    3) Region : Rasa sakit bisa reda dengan immobilisasi atau dengan istirahat,rasa sakit tidak menjalar atau menyebar, dan rasa sakit terjadi di bagian

    paha yang mengalami patah tulang.

    4) Severity (Scale) of Pain : Rasa nyeri yang dirasakan klien secara subjektifantara skala 2-4 pada rentang skala pengukuran 0-4.

    5) Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah burukpada malam hari atau siang hari.

    2.2.3Riwayat Penyakit1. Riwayat Penyakit Sekarang

    Kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha,

    pertolongan apa yang telah didapatkan, apakah sudah berobat ke dukun? Selain

    itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka

    kecelakaan yang lain.

    2. Riwayat Penyakit DahuluPenyakit-penyakit tertentu seperti Kanker Tulang dan penyakit Pagets yang

    menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain

    itu, penyakit Diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadinya

    Osteomyelitis akut maupun kronik dan juga Diabetes menghambat proses

    penyembuhan tulang.

    3. Riwayat Penyakit KeluargaPenyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit patah tulang paha adalah

    faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi

    pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara

    genetik.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    12/37

    4. Riwayat Psikososial SpiritualMerupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran

    klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam

    kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga / masyarakat.

    5. Pola Persepsi dan Konsep DiriDampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketakutan akan kecacatan

    akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas

    secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body

    image).

    2.2.4Pemeriksaan Fisik1. Keadaan Umum:

    1)Kesadaran penderita: apatis, spoor, koma, gelisah, compos mentis,tergantung pada keadaan klien.

    2)Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan padakasus fraktur biasanya akut.

    3)Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan lokal baik fungsimaupun bentuk.

    2. B1(Breathing)Pada klien dengan fraktur femur pemeriksaan pada sistem pernapasan inspeksi

    pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi thorax didapatkan taktil premitus

    seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi nafas tambahan.

    3. B2(Blood)Inspeksi : tidak tampak iktus jantung. Palpasi : nadi meningkat, iktus tidak

    teraba. Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.

    4. B3(Brain)Tingkat kesadaran, biasanya compos mentis

    Muka : wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi

    maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, tidak ada edema.

    Mata : tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (apabila klien

    dengan patah tulang tertutup, karena tidak terjadi perdarahan). Pada klien

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    13/37

    dengan fraktur terbuka dengan banyaknya perdarahan yang keluar biasanya

    konjungtiva didapatkan anemis.

    Sistem sensorik, pada klien faktur femur daya rabanya berkurang terutama

    pada bagian distal fraktur, sedangkan pada indera yang lain tidak timbul

    gangguan, begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu

    juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur.

    5. B4(Bladder)Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine termasuk

    berat jenis urine, biasanya klien fraktur femur tidak ada kelainan pada sistem

    urine.

    6. B5(Bowel)Abdomen.

    Inspeksi : bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

    Palpasi : turgor baik, tidak ada depands muskuler, hepar tidak teraba.

    Perkusi : suara tymphani.

    Auskultasi : peristaltic usus normal 20 kali / menit.

    Inguinal-Genetalia-Anus : tidak ada hernia, tidak ada pembesaran lympe, tak

    ada kesulitan BAB

    7. B6(Bone)Adanya fraktur pada femur akan mengganggu secara lokal baik fungsi motorik,

    sensorik dan peredaran darah.

    Look : Sistem Integumen : terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma

    meningkat, bengkak, edema, nyeri tekan. Didapatkan adanya

    pembengkakan hal-hal yang tidak biasa (abnormal), deformitas,

    perhatikan adanya kompartemen sindrom pada lengan bagian

    distal fraktur femur. Apabila terjadi open fraktur di dapatkan

    adanya tanda-tanda trauma jaringan lunak sampai pada

    kerusakan integritas kulit. Pada fraktur oblik, spiral atau bergeser

    yang mengakibatkan pemendekan batang femur. Adanya tanda-

    tanda cidera dan kemungkinan keterlibatan bekas neurovaskuler

    (saraf dan pembuluh darah). Paha seperti bengkak/edema.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    14/37

    Perawat perlu mengkaji apakah dengan adanya pembengkakan

    pada tungkai atas yang mengganggu sirkulasi peredaran darah ke

    bagian bawahnya. Terjebaknya otot, lemak, saraf dan pembuluh

    darah dalam sindroma kompartemen pada fraktur femur adalah

    perfusi yang tidak baik pada bagian distal pada jari-jari kaki,

    tungkai bawah pada sisi fraktur bengkak, adanya keluhan nyeri

    pada tungkai, timbulnya bula yang banyaknya menyelimuti

    bagian bawah dari fraktur femur.

    Feel : Adanya nyeri tekan (tenderness) dan krepitasi pada daerah paha.

    Move : Terdapat keluhan nyeri pada pergerakan

    2.2.5Pola Fungsi1. Pola persepsi- pemeliharaan kesehatan

    Pada pengumpulan data tentang persepsi dan pemeliharaan kesehatan yang

    perlu di tanyakan dan pada pasien antara lain persepsi terhadap penyakit atau

    sakit, persepsi terhadap arti kesehatan, persepsi terhadap penatalaksanaan

    kesehatan seperti penggunaan atau pemakaian obat-obatan atau juga dapat

    ditanyakan adanya alergi.

    2. Pola aktivitaslatihanPada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah kemampuan dalam

    menata diri apabila tingkat kemampuannya 0 berarti mandiri, 1=

    menggunakan alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang dan

    peralatan, 4= ketergantungan/ tidak mampu, yang dimaksud aktivitas sehari-

    hari antara lain seperti makan, mandi, berpakaian, toileting, tingkat mobilitas

    ditempat tidur, berpindah, berjalan, berbelanja, memasak, kekuatan otot,

    kemampuan ROM (Range of Motion) dan lain-lain.

    3. Pola Nutrisi dan MetabolismePada pola nutrisi dan metabolisme yng ditanyakan adalah diet

    khusus/suplemen yang dikonsumsi dan instruksi diet sebelumnya, nafsu

    makan, jumlah makan atau minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya

    mual-mual, muntah, stomatitis, fluktuasi BB 6 bulan terakhir naik/turun,

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    15/37

    adanya kesukaran menelan, penggunaan gigi palsu atau tidak, riwayat

    masalah/penyembuhan kulit, ada tidaknya ruam, kekeringan, kebutuhan

    jumlah zat gizinya, dan lain-lain.

    4. Pola EliminasiPada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi

    perhari, ada/tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, tipe ostomi yang

    dialami, kebiasaan alvi, ada/tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuri,

    retensi, inkontinensia, apakah kateter indwelling atau kateter eksternal,

    inkontinensia singkat dan lain-lain.

    5. Pola tiduristirahatPengkajian pola tidur istirahat ini yang ditanyakan adalah jumlah jam tidur

    pada malam hari, pagi, siang, merasa tenang setelah tidur, masalah selama

    tidur, adanya terbangun dini, insomnia.

    6. Pola kognitif - perceptualPada pola ini yang ditanyakan adalah keadaan mental, berorientasi, kacau

    mental, menyerang, tidak ada respons, cara bicara normal atau tidak, bicara

    berputar-putar atau juga afasia, kemampuan berkomunikasi, kemampuan

    mengerti, gangguan pendengaran, penglihatan, adanya persepsi sensorik

    (nyeri), perciuman dan lain-lain.

    7. Pola toleransikoping stresPada pengumpulan ini ditanyakan adanya koping mekanisme yang digunakan

    pada saat terjadinya masalah atau kebiasaan menggunakan koping mekanisme

    serta tingkat toleransi stress yang pernah atau dimilikinya.

    8. Persepsi diri/ konsep diriPada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang dirinya dari

    masalah-masalah yang ada seperti perasaan kecemasan, ketakutan atau

    penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri

    dan identitas tentang dirinya.

    9. Pola seksualreproduktifPada pengumpulan data tentang pola seksual dan reproduksi ini dapat

    ditanyakan periode menstruasi terakhir (PMT), masalah menstruasi, masalah

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    16/37

    pap smear, pemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan, dan masalah

    seksuan yang berhubungan dengan penyakit.

    10. Pola hubungan dan peranPada pola yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan, status pekerjaan,

    kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga, dan gangguan

    terhadap peran yang dilakukan.

    11. Pola nilai dan keyakinanYang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama selama sakit serta

    kebutuhan adanya rohaniawan dan lain-lain.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    17/37

    2.2.6Pohon MasalahKecelakaan, trauma, osteoporosis

    Fraktur tertutup Trauma pada femur Fraktur terbuka

    Bengkak, Tekanan Pembuluh darah, syaraf Kontak dgn Gangguan neuro

    Meningkat jaringan lunak rusak lingkungan. luar vaskuler

    Denyut nadi menurun Darah mengalir ke Resiko Infeksi Kerusakan

    Paralysis nyeri hebat daerah fraktur integritas kulit

    Menekan jaringan sekitar Pertumbuhan Bakteri Nyeri

    Pembuluh darah

    Resiko Infeksi

    Iskemia

    Lemak keluar ke pembuluh Immobilisasi (traksi)

    Kontraktur darah

    Jaringan tulang nekrosis Emboli Kerusakan Kerusakan

    Nadi menurun Integritas kulit mobilitas fisik

    Nekrosis merangsang terjadinya Stenosis

    peradangan Sesak Resiko tinggi

    trauma

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    18/37

    2.2.7Diagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi, saraf,

    cedera neuromuskuler, trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.

    2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, kerusakan sirkulasi,penurunan sensasi di buktikan oleh terdapatnya luka/ulserasi, turgor kulit

    buruk, terdapat jaringan nekrotis.

    3. Resiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respon inflamasitekanan, prosedur invasive dan jalur penusukan, luka/kerusakan kulit, insisi

    pembedahan.

    4. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik5. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan

    penurunan aliran darah, cedera vaskuler langsung, edema berlebihan,

    pembentukan thrombus.

    6. Resiko tinggi terhadap kerusakan gas berhubungan dengan perubahan alirandarah/emboli lemak.

    2.2.8 IntervensiDiagnosa 1. Nyeri berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi,

    saraf, cedera neuromuskuler, trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.

    Tujuan : Nyeri berkurang, hilang atau beradaptasi

    Kriteria Hasil : Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat

    diadaptasi. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang

    meningkat kan atau menurunkan nyeri. Klien tidak gelisah.

    Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.

    Intervensi :

    1) Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4Rasional : Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa dikaji dengan

    menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat

    cedera.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    19/37

    2) Atur posisi immobilisasi pada pahaRasional : Immobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen

    tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha.

    3) Ajarkan relaksasi:Teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat

    menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkat relaksasi masase.

    Rasional : Akan melancarkan peredaran, darah sehingga kebutuhan O2 oleh

    jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.

    4) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akutRasional : Mengalihkan perhatian nyerinya dengan hal-hal menyenang kan.

    5) Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelahpemberian analgetik untuk menguji keefektifannya. Serta setiap 1-2 jam

    setelah tindakan perawat selama 1-2 hari.

    Rasional : Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang

    objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi

    yang tepat

    6) Kolaborasi dengan dokter(1)Pemberian analgetik

    Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan

    berkurang.

    (2)Pemasangan traksi kulit atau traksi tulangRasional : Traksi yang efektif akan memberikan dampak pada penurunan

    pergeseran fragmen tulang dan memberikan posisi yang baik untuk

    penyatuan tulang

    (3)Operasi untuk pemasangan fiksasi internaRasional : Fiksasi interna dapat membantu immobilisasi fraktur femur

    sehingga pergerakan fragmen berkurang

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    20/37

    Diagnosa 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, kerusakan

    sirkulasi, penurunan sensasi di buktikan oleh terdapatnya luka/ulserasi, turgor

    kulit buruk, terdapat jaringan nekrotis.

    Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

    Kriteria hasil : Pasien menyatakan ketidaknyaman hilang, menunjukkan prilaku

    untuk mencegah kerusakan kulit dan memudahkan penyembuhansesuai indikasi.

    Intervensi :

    1) Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan danperubahan warna.

    Rasional : memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang

    mungkin disebabkan oleh alat.

    2) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.Rasional : mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam

    melakukan tindakan yang tepat.

    3) Pantau peningkatan suhu tubuhRasional : suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya

    proses peradangan

    4) Berikan perawatan luka dengan teknik aseptic, balut luka dengan kasa yangkering dan gunakan plester kertas.

    Rasional : teknik aseptic membantu dalam penyembuhan luka dan mencegah

    terjadinya infeksi.

    5) Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindak lanjut misalnya debridementRasional : agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar pada

    area kulit yang normal lainnya.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    21/37

    Diagnosa 3. Resiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respon

    inflamasi tekanan, prosedur invasive dan jalur penusukan, luka/kerusakan kulit,

    insisi pembedahan.

    Tujuan :Resiko infeksi tidak menjadi actual

    Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus, kemerahan, bengkak,

    demam dan nyeri, luka bersih, tidak lembab dan tidak kotor, anda-tanda vital

    dalam batas normal atau dapat ditoleran.

    Intervensi :

    1) Pantau tanda-tanda vitalRasional : mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu

    meningkat.

    2)Lakukan perawatan luka dengan teknik asepticRasional : mencegah kontaminasi silang

    3) Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infuse, kateter dandrainase luka.

    Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi nasokomial.

    4) Infeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekanRasional : untuk mengetahui adanya infeksi

    5) Kaji tonus otot, reflex tendon dalam dan kemampuan untuk berbicara.Rasional : kekauan otot, spasme tonik otot rahang dan difagia menunjukkan

    terjadinya tetanus.

    6) Observasi luka untuk pembentukan krepitasi dan perubahan warna kulit.Rasional : tanda perkiraan infeksi

    Diagnosa 4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik

    Tujuan : Resiko trauma tidak terjadi

    Kriteria Hasil : Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan trauma

    Intervensi :

    1) Pertahankan immobilisasi pada lengan atasRasional : Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan akibat fragmen

    tulang dengan jaringan lunak di sekitarnya

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    22/37

    2) Bila terpasang bebat, sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimutuntuk mempertahankan posisi yang netral.

    Rasional : Mencegah perubahan posisi dengan tetap mempertahankan

    kenyamanan dan keamanan

    3) Monitor traksi :(1) Keadaan kontratraksi

    Rasional : Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif.

    Umumnya berat badan klien dan pengaturan posisi tempat tidur mampu

    memberikan kontratraksi

    (2) Kesinambungan traksiRasional : Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan immobilisasi

    fraktur efektif.

    (3) Tali traksi tulangRasional : Traksi skelet tidak boleh terputus karena akan memudah kan

    trauma pada tulang akibat adanya pergeseran tiba-tiba fragmen tulang.

    (4) Pemberat traksiRasional : Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksud kan

    intermitten. Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah

    garis resultanta tarikan harus dihilangkan. Pemberat harus tergantung

    bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai.

    (5) Posisi anatomis paha klienRasional : Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat

    tidur ketika traksi dipasang

    (6) Tali tidak boleh macetRasional : Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol

    atau kaki tempat tidur.

    4) Kolaborasi pemberian antibiotikaRasional : Antibiotic bersifat baketrisida/baktiostatik untuk membunuh/

    menghambat perkembangan kuman

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    23/37

    5) Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan denganlokal/sistemik, seperti peningkatan nyeri edema).

    Rasional : Menilai perkembangan masalah klien

    Diagnosa 5. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan

    dengan penurunan aliran darah, cedera vaskuler langsung, edema berlebihan,

    pembentukan thrombus.

    Tujuan : Resiko tinggi terhadap neurovaskuler tidak menjadi actual

    Kriteria hasil : Mempertahankan perfusi jaringan di buktikan oleh terabanya

    nadi, kulit hangat/kering, sensasi biasa, sensasi normal, tanda-tanda vital stabildan

    haluaran urin adekuat untuk situasi individu.

    Intervensi :

    1) Lepaskan perhiasaan dari ekstremitass yang sakitRasional : dapat membendung sirkulasi bila terjadi edema.

    2) Evaluasi adanya/kualitas nadi periver distal terhadap cedera melalui palpasi.Bandingkan dengan ekstremitas yang sakit.

    Rasional : penurunan/tak adanya nadi dapat menggambarkan cedera

    vaskulerdan perlunya evaluasi medic segera terhadap status sirkulasi.

    3) Kaji aliran kapiler, warna kulit dan pada frakturRasional : kembalinya warna harus cepat (3-5 detik), warna kulit putih

    menunjukkan gangguan arterial sianosis diduga ada gangguan vena.

    4) Lakukan pengkajian neuromuskuler, perhatikan adanya perubahan fungsimotor/sensori. Minta pasien untuk melokalisasi nyeri/ketidaknyaman.

    Rasional : gangguan perasaan kebas, kesemutan, peningkatan/penyebaran

    nyeri terjadi bila sirkulasi pada syaraf tidak adekuat/syaraf rusak.

    5) Tes sensasi syaraf perifer dengan menusuk pada kedua selaput antara ibu jaripertama dan kedua, dan kaji kemampuan untuk dorsofleksi ibu jari bila

    diindikasikan.

    Rasional : panjang dan posisi syaraf perineal meningkatkan resiko cedera

    pada fraktur kaki, edema atau sindrom kompartemen atau malposisi alat traksi

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    24/37

    6) Kaji jaringan sekitar akhir gips untuk titik yang kasar atau tertekan. Sedikitkeluhan rasa terbakar dibawah gips.

    Rasional : factor ini di sebabkan atau mengindikasikan tekanan jaringan atau

    iskemia, menimbulkan kerusakan atau nekrotik

    7) Pertahankan peningkatkan ekstremitas yang cedera kecuali dikontraidikasikan dengan menyakinkan adanya sindrom kompartemen

    Rasional : meningkatkan drainese vena/menurunkan edema

    8) Selidiki tanda iskemia ekstremitas tiba-tibaRasional : dislokasi fraktur sendi (terutama lutut) dapat merusak arteri yang

    berdekatan, dengan akibat hilangnya aliran darah kedistal.

    9) Awasi tanda-tanda vital, perhatikan tanda-tanda pucat/sianosis umum, kulitdingin, perubahan mental.

    Rasional : ketidakadekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi system

    perfusi jaringan

    10)Kolaborasi berikan kompres es di sekitar fraktur sesuai indikasiRasional : menurunkan edema/pembentukan hematoma, yang dapat

    mengganggu sirkulasi

    Diagnosa 6. Resiko tinggi terhadap kerusakan gas berhubungan dengan

    perubahan aliran darah/emboli lemak.

    Tujuan :Tidak terjadi/menjadi actual terhadap kerusakan pertukaran gas.

    Kriteria hasil : Mempertahankan pernafasan adekuat, dibuktikan oleh tidak

    adanya dispnea/sianosis, frekuensi pernafasan dan GDA dalam batas normal

    Intervensi :

    1) Awasi frekuensi pernafasan dan upanya. Perhatikan stridor dan penggunaanotot bantu serta terjadinya sianosis sentral.

    Rasional : takipnea, dispnea dan perubahan dan mungkin hanya indicator

    terjadinya emboli paru pada tahap awal. Masih adanya tanda/gejala

    menunjukkan distress pernafasan luas/cenderung kegagalan.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    25/37

    2) Auskultrasi bunyi nafas perhatikan terjadinya ketidaksamaan.Rasional : perubahan dalam bunyi advestisius menunjukkan terjadinya

    komplikasi pernafasan.

    3) Atasi jaringan cedera/tulang dengan lembut, khususnya dalam beberapa haripertama.

    Rasional : ini dapat mencegah terjadinya emboli lemak yang erat

    berhubungan dengan fraktur

    4) Instruksikan dan bantu dalam latihan nafas dalam dan batuk, reposisi dengansering.

    Rasional : meningkatkan drainase secret dan menurunkan kongesti pada paru.

    5) Perhatikan peningkatan kegelisahan, letargi, stupor dan kacau.Rasional : gangguan pertukaran gas/ adanya emboli pada paru dapat

    menyebabkan penyimpangan pada tingkat kesadaran pasien seperti terjadinya

    hipoksemia/asidosis.

    6) Observasi sputum untuk tanda adanya darahRasional : hemodialisa dapat terjadi dengan emboli paru

    7) Inspeksi kulit untuk adanya petekie diatas garis putting pada aksila, meluaspada abdomen/tubuh dan mukosa mulut.

    Rasional : ini adalah karakteristik paling sering dari tanda emboli lemak yang

    tampak dalm 2-3 hari setelah cedera.

    8) Kolaborasi bantu dalam spirometri insertifRasional : memaksimalkan ventilasi/oksigen dan meminimalkan atelektasis.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    26/37

    DAFTAR PUSTAKA

    Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A

    Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

    Anderson, Sylvia Price. 1985. Pathofisiologi Konsep Klinisk Proses-Proses

    Penyakit. Jakarta: EGC.

    Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:

    EGC.

    Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media

    Aesculapius. FKUI.

    Muttaqin, Arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien

    Gangguan Sistem Muskuloskletal. Edisi 1.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    27/37

    BAB 3

    ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PADA Tn. s

    DENGAN OPEN FRACTURE FEMUR DEXTRA DI RUANG IGD

    RS. PHC SURABAYA

    3.1Pengkajian3.1.1BiodataNama : Tn.S

    Umur : 57 tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Agama : Islam

    Alamat : Kemangsen Selatan, Surabaya

    Pendidikan : S1

    Pekerjaan : PNS

    Tgl MRS : 31 Mei 2014, jam : 11.00

    Tgl Pengkajian : 31 Mei 2014, jam : 11.30

    Diagnosa : OF Genu Sinistra + OF Femur Dextra

    3.1.2 Riwayat Keperawatan

    1. Keluhan utama : Nyeri

    2. Riwayat penyakit sekarang

    Pasien mengatakan mengalami kecelakaan lalu lintas tertabrak truk pada pukul

    10.30 WIB. Setelah terjadinya kecelakaan pasien tidak mengalami mual dan

    muntah. Pasien datang dengan keadaan sadar, GCS 4 5 6. Pasien mengatakan

    nyeri tekan pada bagian pergelangan tangan kiri. Pada bagian paha sebelah

    kanan pasien tidak dapat digerakkan dan terdapat patah tulang terbuka. Nyeri

    dengan skala 9-10. Terdapat jejas pada bagian dada dan kaki. Terdapat abrasi

    pada bagian leher.

    3. Riwayat penyakit dahulu

    Pasien mengatakan baru pertama kali di rawat di rumah sakit ini.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    28/37

    4. Riwayat kesehatan keluarga

    Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki penyakit

    menurun dan menular serta tidak memiliki riwayat penyakit seperti yang

    diderita pasien.

    3.1.3 Observasi dan pemeriksaan fisik

    1. Keadaan umum

    Kesadaran : Compos Mentis , GCS 456, pasien sadar.

    2. Tanda-tanda vital

    Pukul 11.30 WIB:

    S : 37 0 C

    N : 87 x/m

    TD : 144/83 mmHg

    RR : 20 x/m

    Pukul 11.50 WIB:

    S : 37 0 C

    N : 86 x/m

    TD : 120/80 mmHg

    RR : 20 x/m

    Pukul 12.10 WIB:

    S : 37 0 C

    N : 86 x/m

    TD : 90/80 mmHg

    RR : 20 x/m

    3. Body system

    1) B1 (BREATHING)Tidak ada pernafasan cuping hidung frekuensi pernafasan 20 x/m, pasien

    tidak sesak. Ekspansi paru sama pada kedua sisi paru. Perkusi sonor, saat

    auskultasi suara nafas vesikuler. Pasien terpasang 02 nassal 3 lpm. SPO2

    99%.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    29/37

    2) B2 (BLEEDING)Tidak ada nyeri dada, TD ketika datang 144/88 mmHg, nadi 87 kali/menit,

    terdapat abrasi pada bagian thorax 2 x 2 cm.

    3) B3 (BRAIN)Kesadaran compos mentis, GCS 4 5 6, pupil 2/2 x/x, pada leher tidak ada

    pembesaran kelenjar tiroid, terdapar abrasi pada bagian leher, konjunctiva

    anemis.

    4) B4 (BLADDER)Saat pengkajian pasien BAK melalui kateter sebanyak 100 ml, berwarna

    kuning. Terpasang kateter nomor 16.

    5) B5 (BOWEL)Mukosa mulut kering, auskultasi bising usus 12 x/m, bentuk abdomen

    simetris, turgor baik, tidak ada pembesaran lymphe, tidak ada kesulitan

    BAB, tidak ada pembesaran organ hepar.

    6) B6 (BONE)Ekstermitas atas dan bawah masih bisa digerakkan namun pada bagian

    pergelangan tangan kiri terdapat nyeri tekan, kulit pucat, akral dingin,

    terdapat jejas pada lutut bagian kiri, terdapat patah tulang terbuka pada

    paha bagian kanan. Adanya kerusakan integritas kulit pada kaki bagian

    kanan. Tampak kemerahan di sekitar luka.

    3.1.4 Pola fungsi kesehatan

    1. Persepsi terhadap kesehatan dan penyakitKeluarga pasien mengatakan bahwa diberikan kabar bahwa pasien

    mengalami kecelakaan tertabrak truk di Berowo. Keluarga kemudian segera

    menuju ke rumah sakit dan baru mengetahui keadaan pasien setelah sampai di

    rumah sakit. Keluarga mengatakan bahwa musibah yang dialami pasien

    adalah kehendak Allah. Keluarga pasrah terhadap kondisi pasien saat ini.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    30/37

    2. Nutrisi dan metabolismeKeluarga pasien mengatakan pasien makan 3 kali sehari. Jenis makanan

    nasi putih, sayur dan lauk seadanya. Nafsu makan pasien baik. Keluarga

    pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki alergi apapun. Keluarga

    pasien mengatakan minum sehari-hari air putih (1000-1500 ml/hari), keluarga

    pasien mengatakan pasien tidak mengkonsumsi jamu-jamu di toko. Namun,

    saat berada di IGD pasien dipuasakan karena pasien akn menjalani operasi.

    3. Pola tidur dan istirahatKeluarga pasien mengatakan pasien biasa tidur pukul 21.00-04.30 wib, pasien

    biasa tidur siang. Pasien tidak mengalami gangguan pada pola tidurnya.

    4. Kognitif-perseptualPada saat pengkajian pasien masih sadar, GCS 4 5 6. Pasien masih bisa

    menjawab dengan baik ketika ditanya oleh dokter maupun perawat. Pasien

    masih mengingat bagaimana terjadinya kecelakaan yang dialami klien.

    5. Persepsi dan konsep diriPasien adalah laki-laki berusia 57 tahun.

    6. Peran dan hubungan komunikasiPeran pasien dalam keluarga adalah kepala keluarga. Keluarga mengatakan

    hubungan dengan keluarga dan masyarakat di tempat tinggal pasien baik.

    7. Aktivitas dan kebersihan diriKegiatan pasien sehari-hari bekerja di kantor. Ketika waktu luang kegiatan

    pasien menonton TV dan berkumpul bersama keluarga. Dalam memenuhi

    kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum, mandi dan mobilisasi pasien

    dapat dilakukan secara mandiri. Saat di IGD pasien sadar, namun hanya dapat

    berbaring karena mengeluhkan nyeri pada bagian kaki yang mengalami patah

    tulang terbuka.

    8. Koping-toleransi stressPasien dan keluarga pasrah terhadap kondisi pasien saat ini. Namun keluarga

    tetap percaya dan menyerahkan pada Tuhan dan terus berdoa demi

    kesembuhan pasien.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    31/37

    9. Nilai dan pola keyakinanKeyakinan yang dianut pasien adalah ISLAM

    3.1.5 Pemeriksaan penunjang

    1. Foto Thorax Pada tanggal 31 Mei 2014

    Hasil foto thorax normal, tidak ada kelainan pada bagian thorax.

    3. Foto Rontgen Femur Dextra Pada tanggal 31 Mei 2014

    Hasil foto rontgen pada bagian femur terdapat open fraktur.

    5. Pemeriksaan EKG Pada tanggal 31 Mei 2014

    Normal ECG, Sinus Rhytm, Nadi 88 x/menit.

    3.1.6 Terapi

    1. Inf. NaCl 20 tpm2. Inj. Tetagram 1 amp3. Inj. Ketorolac 1 amp4. Inj. Ceftriaxon 1 mg5. O2 3 liter per menit

    3.2 Analisa Data

    Data Etiologi Masalah

    Ds :

    Pasien mengatakan kaki terasa nyeri.

    Terdapat luka serta patah tulang terbuka

    pada bagian paha sebelah kanan.

    Do :

    1. Terdapat open fraktur femur dextra

    2. Kemerahan di sekitar luka

    3. Tanda-tanda vital :

    S : 37 0 C

    N : 87 x/m

    Luka /

    kerusakan pada

    jaringan kulit

    Resiko

    Infeksi

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    32/37

    TD : 144/83 mmHg

    RR : 20 x/m

    Ds :

    Pasien mengatakan luka pada kaki sebelah

    kanannya terasa nyeri.

    Do :

    1. Skala nyeri 10

    2. Terdapat open fraktur femur dextra

    3. Tanda-tanda vital :

    S : 37 0 C

    N : 87 x/m

    TD : 144/83 mmHg

    RR : 20 x/m

    Trauma pada

    jaringan.

    Nyeri

    3.3 Diagnosa Keperawatan

    1. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka / kerusakan pada jaringan

    kulit.

    2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma pada jaringan.

    3.4 Intervensi

    Diagnosa 1. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka / kerusakan pada

    jaringan kulit.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit, resiko

    infeksi tidak menjadi actual

    Kriteria hasil :

    1. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus, kemerahan, bengkak, demamdan nyeri

    2. Luka bersih, tidak lembab dan tidak kotor3. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleran.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    33/37

    Intervensi :

    1) Pantau tanda-tanda vital

    Rasional : mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu

    meningkat.

    2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic

    Rasional : mencegah kontaminasi silang

    3) Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infuse, kateter dan

    drainase luka.

    Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi nasokomial.

    4) Infeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan

    Rasional : untuk mengetahui adanya infeksi

    5) Kaji tonus otot, reflex tendon dalam dan kemampuan untuk berbicara.

    Rasional : kekauan otot, spasme tonik otot rahang dan difagia menunjukkan

    terjadinya tetanus.

    6) Observasi luka untuk pembentukan krepitasi dan perubahan warna kulit.

    Rasional : tanda perkiraan infeksi

    Diagnosa 2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma pada jaringan.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit, nyeri

    berkurang, hilang atau beradaptasi

    Kriteria Hasil :

    1. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.2. Klien tidak gelisah.3. Skala nyeri 2-4 atau teradaptasi.

    Intervensi :

    1) Kaji terhadap nyeri dengan skala 6-9Rasional : Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa dikaji dengan

    menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat

    cedera.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    34/37

    2)Atur posisi immobilisasi pada pahaRasional : Immobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen

    tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha.

    3) Ajarkan relaksasi:Teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat

    menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkat relaksasi masase.

    Rasional : Akan melancarkan peredaran, darah sehingga kebutuhan O2 oleh

    jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.

    7) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akutRasional : Mengalihkan perhatian nyerinya dengan hal-hal menyenang kan.

    8) Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelahpemberian analgetik untuk menguji keefektifannya. Serta setiap 1-2 jam

    setelah tindakan perawat selama 1-2 hari.

    Rasional : Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang

    objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi

    yang tepat

    9) Kolaborasi dengan dokter(4)Pemberian analgetik

    Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan

    berkurang.

    (5)Pemasangan traksi kulit atau traksi tulangRasional : Traksi yang efektif akan memberikan dampak pada penurunan

    pergeseran fragmen tulang dan memberikan posisi yang baik untuk

    penyatuan tulang

    (6)Operasi untuk pemasangan fiksasi internaRasional : Fiksasi interna dapat membantu immobilisasi fraktur femur

    sehingga pergerakan fragmen berkurang

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    35/37

    3.5 Implementasi

    Data Implementasi Respon

    Diagnosa 1. Resiko

    infeksi berhubungan

    dengan adanya luka /

    kerusakan pada

    jaringan kulit.

    Ds :

    Pasien mengatakan kaki

    terasa nyeri. Terdapat

    luka serta patah tulang

    terbuka pada bagian

    paha sebelah kanan.

    Do :

    1. Terdapat open fraktur

    femur dextra

    2. Kemerahan di sekitar

    luka

    3. Tanda-tanda vital :

    S : 37 0 C

    N : 87 x/m

    TD : 144/83 mmHg

    RR : 20 x/m

    Tujuan : Setelah

    dilakukan tindakan

    keperawatan selama 1 x

    30 menit, resiko infeksi

    tidak menjadi aktual

    1) Memantau tanda-tanda

    vital

    2) Melakukan perawatan

    luka dengan teknik

    aseptic

    3) Menganalisa kulit

    untuk adanya iritasi

    atau robekan

    5) Kaji tonus otot, reflex

    tendon dalam dan

    kemampuan untuk

    berbicara.

    Pukul 11.30 WIB:

    S : 37 0 C

    N : 87 x/m

    TD : 144/83 mmHg

    RR : 20 x/m

    Pukul 11.50 WIB:

    S : 37 0 C

    N : 86 x/m

    TD : 120/80 mmHg

    RR : 20 x/m

    Pukul 12.10 WIB:

    S : 37 0 C

    N : 86 x/m

    TD : 90/80 mmHg

    RR : 20 x/m

    Pasien merintih

    kesakitan ketika

    dilakukan perawatan

    luka.

    Pasien mengatakan

    terdapat patah tulang

    terbuka pada bagian

    paha.

    Pasien masih dapat

    berbicara dengan lancar.

    Pasien tidak dapat

    menggerakkan kakinya.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    36/37

    Kriteria hasil :

    a. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti

    pus, kemerahan,

    bengkak, demam

    dan nyeri

    b. Luka bersih, tidaklembab dan tidak

    kotor.

    c. Tanda-tanda vitaldalam batas normal

    atau dapat

    ditoleran.

    6) Observasi luka untuk

    pembentukan krepitasi

    dan perubahan warna

    kulit.

    Terdapat kemerahan

    pada kulit sekitar luka.

    Diagnosa 2. Nyeri

    berhubungan dengan

    adanya trauma pada

    jaringan.

    Ds :

    Pasien mengatakan luka

    pada kaki sebelah

    kanannya terasa nyeri.

    Do :

    1. Skala nyeri 10

    2. Terdapat open

    fraktur femur dextra

    3. Tanda-tanda vital :

    S : 37 0C

    N : 87 x/m

    TD : 144/83 mmHg

    1) Kaji terhadap nyeri

    dengan skala 6-9

    2) Atur posisi

    immobilisasi pada

    paha.

    3) Ajarkan relaksasi:

    Teknik-teknik untuk

    menurunkan

    ketegangan otot

    rangka, yang dapat

    menurunkan intensitas

    nyeri dan juga tingkat

    relaksasi masase.

    .

    Skala nyeri 10

    Pasien bersedia

    dilakukan immobilisasi

    pada paha. Dilakukan

    pemasangan traksi pada

    paha.

    Pasien melakukan

    teknik relaksasi dengan

    cara menarik napas

    panjang ketika

    merasakan nyeri.

  • 7/22/2019 LP Fraktur Femur Jadi

    37/37

    RR : 20 x/m

    Tujuan : Setelah

    dilakukan tindakan

    keperawatan selama 1 x

    30 menit, nyeri

    berkurang, hilang atau

    beradaptasi

    Kriteria Hasil :

    1. Secara subjektif

    melaporkan nyeri

    berkurang atau dapat

    diadaptasi.

    2. Klien tidak gelisah.

    3. Skala nyeri 2-4 atau

    teradaptasi.

    4) Observasi tingkat

    nyeri, dan respon

    motorik klien, 30

    menit setelah

    pemberian analgetik

    untuk menguji

    keefektifannya. Serta

    setiap 1-2 jam setelah

    tindakan perawat

    selama 1-2 hari.

    5) Kolaborasi dengan

    dokter :

    a. Pemberian analgetik

    b. Pemasangan traksi

    kulit atau traksi tulang

    Pasien mengatakan

    masih terasa nyeri,

    namun sudah sedikit

    tenang .

    Nyeri yang dirasakan

    pasien sudah sedikit

    berkurang.

    Traksi dipasangkan

    sejak pasien datang

    sampai dengan sebelum

    pasien menjalani

    operasi.