BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Linguistik umum bisa didefinisikan sebagai ilmu bahasa.Definisi
demikian mencangkup linguistik dalam kegiatan tertentu dengan disiplin-
disiplin dan ilmu-ilmu lain diluar linguistik itu sendiri dan dalam
pembagiannya menjadi berbagai cabang.Linguistik umum menelaah
bahasa manusia sebagai bagian yang universal yang dapat dikenali dari
perilaku manusia dan kemampuan manusia; bahasa manusia ini mungkin
merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan seperti yang kita
ketahui, dan salah satu kesanggupan manusia yang mempunyai efek yang
paling luas dalam kaitan dengan seluruh prestasi umat manusia.
Linguistik umum adalah ilmu yang mempelajari sekumpulan bahan
tertentu, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan, serta bahwa linguistik itu
dimulai dengan kegiatan-kegiatan yang dapat disampaikan dan
dideskripsikan secara umum kepada masyarakat dan dapat dibuktikan
dengan mengacu pada prinsip-prinsip yang dapat dinyatakan dan mengacu
kepada suatu teori yang dapat dirumuskan.
Linguistik dalam menganalisis materi dan membuat pernyataan-
pernyataan umum yang meringkas dan sejauh mungkin berkaitan dengan
kaidah dan keteraturan dari gejala-gejala (tuturan- tuturan secara lisan
maupun tulisan) yang termaksud dalam ruang lingkup linguistik.
Linguistik sebagai penutur-pendengar dari bahasa yang sedang
dipelajarinya atau bahasa yang dikuasainya tidak hanya bisa mendapatkan
materi yang didapat ia hasilkan untuk dirinya sendiri tanpa menunggu
sampai materi itu ditemukan, tapi juga bisa mendapatkan reaksi dan
penilaian yang betul-betul bersifat pribadi tentang hal-hal seperti kalimat
tersusun dengan baik dan benar. Linguistik berbeda dari kajian-kajian lain
karena linguistik menggunakan bahasa dan sekaligus mempelajari bahasa
sebagai objek.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud linguistik fonologi ?
2. Apa kaitan nya dengan fonetik ?
3. Apa hubungan nya fonologi dengan fonemik ?
4. Bagaimana kaitan fonologi dengan fona ?
5. Bagaimana hubungan fonologi dengan fomen ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa maksud dari fonologi
2. Mengetahui kaitannya dengan fonetik
3. Mengetahui hubungan nya dengan fonemik
4. Mengetahui kaitan fonologi dengan fona
5. Mengetahui hubungan fonologi dengan fomen
D. Manfaat
a. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini bertitik tolak dengan meragukan suatu teori tertentu
atau yang disebut dengan penelitian verifikatif.Adanya keraguan
terhadap teori itu muncul apabila yang terlibat tidak dapat lagi
menjelaskan kejadian-kejadian aktual yang tengah
dihadapi.Dilakukannya pengujian atas teori tersebut bisa melalui
penelitian secara empiris serta hasilnya dapat menolak ataupun
mengukuhkan serta merevisi teori yang berhubungan.
b. Manfaat Praktis.
Di lain sisi, penelitian juga berguna untuk memecahkan
permasalahan praktis. Semua lembaga yang bisa kita jumpai di
masyarakat, seperti lembaga pemerintahan ataupun lembaga swasta,
sadar akan manfaat tersebut dengan menempatkan suatu penelitian dan
juga pengembangan sebagai bagian dari integral organisasi merek.
Jadi kedua manfaat tersebut adalah syarat untuk dilakukannya sebuah
penelitian yang mana telah dinyatakan di dalam desain atau rancangan
penelitian.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sejarah Fonologi
Sejarah fonologi dapat dilacak melalui riwayat pemakaian istilah
fonem dari waktu ke waktu. Pada sidang Masyarakat Linguistik Paris, 24
mei 1873, Dufriche Desgenettes mengusulkan nama fonem, sebagai
padanan kata Bjm Sprachault. Ferdinand De Saussure dalam bukunya
“Memorie Sur Le Systeme Primitif Des Voyelles Dan Les Langues Indo-
Europeennes” ‘memoir tentang sistem awal vokal bahasa-bahasa Indo
eropa ‘ yang terbit pada tahun 1878, mendefinisikan fonem sebagai
prototip unik dan hipotetik yang berasal dari bermacam bunyi dalam
bahasa-bahasa anggotanya. Sejarah fonologi dalam makalah ini akan lebih
mengkhususkan membahas mengenai istilah fonem. Gambaran mengenai
perkembangan fonologi dari waktu ke waktu dapat dilihat lewat berbagai
aliran dalam fonologi.
a. Aliran Kazan
Dengan tokohnya Mikolaj Kreszewski, aliran ini
mendefinisikan fonem sebagai satuan fonetis tak terbagi yang tidak
sama dengan antropofonik yang merupakan kekhasan tiap individu.
Tokoh utama aliran kazan adalah Baudoin de Courtenay (1895).
Menurut linguis ini, bunyi-bunyi yang secara fonetis berlainan
disebut alternan, yang berkerabat secara histiris dan etimologis.
Jadi, meskipun dilafalkan berbeda, bunyi-bunyi itu berasal dari
satu bentuk yang sama. Pada 1880, Courtenay melancarkan
kritiknya terhadap presisi atas beberapa fona yang dianggapnya
tidak bermanfaat. Pada 1925, paul passy mempertegas kritik
tersebut.
3
b. Ferdinand De Saussure.
Dalam bukunya “Cours de Linguistique Generale” ‘ Kuliah
Linguistik umum’, Saussure mendefinisikan fonologi sebagai studi
tentang bunyi-bunyi bahasa manusia.dari definisi tersebut
tercermin bahwa bunyi bahasa yang dimaksud olehnya hanyalah
unsur-unsur yang terdengar berbeda oleh telinga dan yang mampu
menghasilkan satuan-satuan akustik yang tidak terbatas dalam
rangkaian ujaran. Jadi dapat dikatakan bahwa Saussure
menggunaklan criteria yang semata-mata fonetis untuk
menggambarkan fonem dan memempatkannya hanya pada poros
sintagmatik.
Lalu Saussure mengoreksinya dan mengatakan bahwa pada
sebuah kata yang penting bukanlah bunyi melainkan perbedaan
fonisnya yang mampu membedakan kata itu dengan yang lain.
Dengan konsep-konsepnya, meskipun tidak pernah mencantumkan
istilah struktur maupun fungsi, Saussure dianggap telah membuka
jalan terhadap studi fonologi yang kemudian diadaptasi oleh aliran
Praha.
c. Aliran Praha
Kelahiran fonologi ditandai dengan “Proposition 22” ‘Usulan 22’
yang diajukan oleh R. Jakobson, S. Karczewski dan N. Trubetzkoy
pada konggres Internasional I para linguisdi La Haye, april 1928.
Pada 1932 jakobson mendefinisikan fonem sebagai sejumlah ciri
fonis yang mampu membedakan bunyi bahasa tertentu dari yang
lain, sebagai cara untuk membedakan makna kata. Jadi konsep
fonem merupakan sejumlah ciri pembeda (ciri distingtif).
4
d. Aliran Amerika
Tokoh aliran ini adalah Edward Sapir (1925), seorang
etnolog dan linguis yang terutama memeliti bahasa-bahasa Indian
Amerika. Menurutnya, sistem fonologi bersifat bersifat fungsional.
Kiprah Sapir diteruskan oleh penerusnya dari Yale, Leonard
Bloomfield , yang karyanya “Language” menjadikan dirinya bapak
linguistik Amerika selama 25 tahun. Pada buku itu Bloomfield
menjelaskan banyak hal tentang definisi-definisi mutakhir tentang
fonem, istilah ciri pembeda, zona penyebaran fonem, kriteria dasar
dalam menentukan oposisi fonologis dan lain-lain. Sifat
behaviouris dan antimentalis Bloomfield mengantarkannya pada
konsepsi tentang komunikasi sebagai perilaku dimana sebuah
stimulus (ujaran penutur) memunculkan reaksi mitra tutur.
Menurutnya, yang penting dalam bahasa adalah fungsinya untuk
menghubungkan stimulus penutur dengan reaksi mitra tutur. Agar
fungsi itu terpenuhi, pada tataran bunyi cukuplah kiranya jika
setiap fonem berbeda dengan yang lainnya.Sehingga zona
penyebaran fonem dan sifat akustiknya bukanlah sesuatu yang
penting. Pada tataran fonologi umum, pionir fonologi Amerika
lainnya, W.F Twaddell pada 1935 menerbitkan monografi. Di
dalamnya Twaddell menegaskan bahwa satuan-satuan fonologis
bersifat relasional. Daniel Jones dan Aliran Fonetik Inggris Sejak
1907 Daniel Jones mengajar fonetik di University of London.
Setelah itu ia kemudian lebih banyak menggelti praktek fonologi di
Inggris. Kegiatannya di jurusan fonetik di University of college
lebih difokuskan pada transkripsi fonetis dan pengajaran pelafalan
bahasa-bahasa dunia. Perhatiannya pada dua hal itu membuat
dirinya memiliki konsep tersendiri tentang fonem. Pada 1919,
dalam “ Colloquial Sinhalese Reader” yang diterbitkannya bersama
H.S Parera, Jones memberikan definisi fonem yang berciri
distribusional.
5
Terinspirasi oleh Baudoin de Courtenay, yang memakai
fonem sebagai realitas psikofonetis, Jones menggambarkan fonem
sebagai realitas mental.Maksudnya, dalam studi tentang sifat
alamiah fonem, kita juga dapat menggunakan baik intuisi, rasa
bahasa maupun cara-cara lain yang bersifat psikologis.Hal ini
menunjukkan bahwa Jones lebih suka pada sifat fonem, alih-alih
fungsinya. Dengan sudut pandang seperti itu sebenarnya Jones
sudah memasuki daerah kerja fonologi, dalam analisisnya ia
memasukkan data fonologi tertentu, namun dengan menyingkirkan
sudutpandangfonologis.
B. Pengertian Fonologi
Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang
menganalisis bunyi bahasa secara umum.Istilah fonologi ini berasal dari
gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang
berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi., bunyi yang
dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi
bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang
digunakan oleh manusia. Fonologi terbagi dari dua bagian, yaitu Fonetik
dan Fonemik.Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997)
dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang
menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian
fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau
dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi
adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa
menurut fungsinya. Sekarang coba Anda perhatikan bunyi gebrakan
tangan di atas meja.Apakah bunyi tersebut termasuk ke dalam kategori
fonem?jika Anda menjawab Iya, Anda harus membaca kembali kalimat
sebelumnya. Tapi, jika jawaban Anda Bukan..Selamat! Anda telah berhasil
6
memahami tentang fonem. Bunyi gebrakan tangan di atas meja mungkin
bisa memiliki makna atau pun membedakan makna, tapi apakah bunyi
tersebut termasuk ke dalam bunyi bahasa..silahkan Anda perhatikan
dengan baik.
Fonem dalam bahasa Indonesia terdiri atas empat macam. Ada
fonem yang benar-benar asli dari bahasa Indonesia, namun ada pula fonem
yang berasal dari berbagai bahasa lain namun penggunaannya sudah
dibakukan. Dalam pembahasan berikut, saya tidak akan membedakan
antara fonem yang asli dengan fonem yang serapan.
Menurut Hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya,
fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik.Secara umum fonetik
biasanya dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi
bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai
fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.Sedangkan fonemik adalah
cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan
memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
Di Amerika istilah fonologi disebut fonemik (phonemics)
sedangkan di eropa disamping fonemik terdapat pula fonetik. Jadi, bagi
sarjana di eropa, misalnya Belanda dan Inggris terdapat fonetik dan
fonologi, sedangkan di Amerika Serikat, baik fonetik maupun fonemik
dibicarakan dalam satu tataran yang disebut fonologi. Di Amerika istilah
fonologi disebut fonemik (phonemics) sedangkan di eropa disamping
fonemik terdapat pula fonetik. Jadi, bagi sarjana di eropa, misalnya
Belanda dan Inggris terdapat fonetik dan fonologi, sedangkan di Amerika
Serikat, baik fonetik maupun fonemik dibicarakan dalam satu tataran yang
disebut fonologi. Fonologi mempunyai dua cabang yaitu:
1. Fonetik
Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-
bunyi ujar. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1997), Fonetik diartikan sebagai bidang linguistik tentang
pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem
7
bunyi suatu bahasa.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa
yangdihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu
dihasilkan. yaitu cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-
bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik
adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan
bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh
alat ucap manusia. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ
tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan
bahasa.Fonetik diartikan sebagai bidang linguistik tentang
pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem
bunyi suatu bahasa.Chaer (2007) membagi urutan proses
terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik, yaitu:
a. Fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik
fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat
bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa
serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
b. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai
peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu
diselidiki frekuensi getaranya.Fonetik yang mempelajari
bunyi bahasa yang berupa getaran udara dan mengkaji
tentang frekuensi getaran bunyi, amplitudo, intensitas dan
timbrenya.
c. Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme
penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
8
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan
dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik
inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi
bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia.Sedangkan fonetik
akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik
auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.
2. Fonemik yaitu kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang
berfungsi membedakan makna. Fonemik adalah ilmu bahasa yang
membahas bunyi-bunyi bahasa yangberfungsi sebagai pembeda
makna. Chaer mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa
yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Fonemik
adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut
fungsinya sebagai pembeda arti.
C. Hal-hal Terkait Fonologi
Istilah lain yang berkaitan dengan Fonologi antara lain fona dan
fomen:
a. Fona.
Fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih
belum terbukti membedakan arti, sedang fonem ialah satuan bunyi
ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena
pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon.Gambar atau
lambang fonem dinamakan huruf.Jadi fonem berbeda dengan
huruf. Unluk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur
yang penting yaitu :
1) udara,
2) artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
3) titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik
sentuh artikulator.
9
b. Fomen
Santoso (2004) menyatakan bahwa fonem adalah setiap
bunyi ujaran dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan
arti. Bunyi ujaran yang membedakan arti ini disebut fonem. Fonem
tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.Tidak
berbeda dengan pendapat tadi, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1997) tertulis bahwa yang dimaksud fonem adalah
satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras
makna.Jadi, dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi
bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki
fungsi untuk membedakan makna.Fonem tidak dapat berdiri
sendiri karena belum mengandung arti.Fonem adalah kesatuan
bunyi yang terkecil dan sistem bunyi-bunyi bahasa yang dapat
berfungsi sebagai pembeda makna. Dan fonem juga adalah
merupakan objek kajian dalam ilmu fonemik.
Identifikasi fomen untuk mengetahui apakah sebuah bunyi
fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan bahasa
biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi, lalu
membandingkannya dengan satuan kata yang lain yang mirip
dengan satuan bahasa yang pertama. kalau ternyata kedua satuan
bahasa itu mempunyai makna yang berbeda maka dapat kita
simpulkan bahwasanya bunyi tersebut adalah fonem, karena dia
bisa atau berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa
tersebut.
Fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, Sebagai
bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-
bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering
dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguitik yang lain, misalnya
morfologi, sintaksis, dan semantik.
10
Fonem dapat diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu: fonem
segmental dan fonem suprasegmental. Adapun yang dimaksud
dengan fonem segmental adalah vokal dan konsonan dalam
fonologi ataupun fonem-fonem yang berupa bunyi yang didapat
sebagai hasil segmentasi terhadap arus ujaran. Dan yang dimaksud
dengan suprasegmental adalah jalinan atau susunan bunyi yang
dapat membedakan arti suatu kata dengan kata yang lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan segmen adalah satuan bahasa
yang diabstraksikan dari suatu teks, misalnya fon atau fonem
sebagai suatu bunyi, morf atau morfem sebagai satuan gramatikal.
Fomen dibagi menjadi dua yaitu:
a) Fomen konsonan
Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan
menggerakkan udara keluar dengan rintangan, dalam hal ini
yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah
terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau
perubahan posisi articulator.Konsonan dapat digolongkan
berdasarkan tiga kriteria yaiti, posisi pitasuara, tempat
artikulasi, dan cara artikulasi. Berdasarkan posisi pita suara,
bunyi bahasa dibedakan ke dalam dua macam, yakni bunyi
bersuara dan bunyi tak bersuara.(Samsuri, 1994, Supriyadi,
dkk. 1992, Santoso, 2004 dan Depdikbud,1988).
Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya
terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara
itu.Bunyi tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka
agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara.
Berdasarkan tempat artikulasinya, kita mengenal empat
macam konsonan, yakni:
1) Konsonan bilabial adalah konsonan yang terjadi
dengan cara merapatkan kedua belah bibir.
11
2) Konsonan labiodental adalah bunyi yang terjadi
dengan cara merapatkan gigi bawah dan bibir atas.
3) Konsonan laminoalveolar adalah bunyi yang terjadi
dengan cara menempelkan ujung lidah ke gusi.
4) Konsonan dorsovelar adalah bunyi yang terjadi
dengan cara menempelkan pangkal lidah ke langit-
langit lunak.
Menurut cara pengucapanya atau cara artikulasinya,
konsonan dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Konsonan letupan (eksplosif) yakni bunyi yang
dihasilkan dengan menghambat udara sama sekali
ditempat artikulasi lalu dilepakan.
2) Konsonan nasal (sengau) adalah bunyi yang
dihasilkan dengan menutup alur udara keluar
melalui rongga mulut tetapi dikeluarkan melalui
rongga hidung.
3) Konsonan lateral yakni bunyi yang dihasilkan
dengan menghambat udara sehingga keluar melalui
kedua sisi lidah.
4) Konsonan frikatif yakni bunyi yang dihasilkan
dengan menghambat udara pada titik artikulasi lalu
dilepaskan secara frikatif.
5) Konsonan afrikatif yaitu bunyi yang dihasilkan
dengan melepas udara yang keluar dari paru-paru
secara frikatif.
6) Konsonan getar yakni bunyi yang dihasilkan dengan
mengartikulasikan lidah pada lengkung kaki gigi
kemudian dilepaskan secepatnya dan diartikulasikan
lagi.
12
b) Fomen Vocal
Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan
menggerakkan udara keluar tanpa rintangan. vokal yang
dihasilkan tergantung dari beberapa hal berikut. Posisi bibir
(bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi).Tinggi
rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika
mengucapkan bunyi). Maju-mundurnya lidah (jarak yang
terjadi antara lidah dan lengkung kaki gigi). Menurut posisi
lidah yang membentuk rongga resonansi, vokal-vokal
digolongkan:
1) Vokal tinggi depan dengan menggerakkan bagian
depan lidah ke langit- langit sehingga terbentuklah
rongga resonansi.
2) Vokal tinggi belakang diucapkan dengan kedua
bibir agak maju dan sedikit membundar.
3) Vokal sedang dihasilkan dengan menggerakkan
bagian depan dan belakang lidah ke arah langit-
langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara
tengah lidah dan langit-langit.
4) Vokal belakang dihasilkan dengan menggerakkan
bagian belakang lidah ke arah langit-langit sehingga
terbentuk ruang resonansi antara bagian belakang
lidah dan langit-langit.
5) Vokal sedang tengah adalah vokal yang diucapkan
dengan agak menaikkan bagian tengah lidah ke arah
langit-langit.
6) Vokal rendah adalah vokal yang diucapkan dengan
posisi lidah mendatar.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji
bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya. Fonologi
mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional.
Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil
yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk
membedakan makna. Varian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal
fonem pertama pada kata makan dan makna secara fonetis berbeda.
Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon.
Kajian fonetik terbagi atas klasifikasi bunyi yang kebanyakan
bunyi bahasa Indonesia merupakan bunyi egresif. Dan yang kedua
pembentukan vokal, konsonan, diftong, dan kluster.
Dalam hal kajian fonetik, perlu adanya fonemisasi yang ditujukan
untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan
makna tersebut. Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk
(1) menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan
(2) membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa.
Gejala fonologi Bahasa Indonesia termasuk di dalamnya yaitu
penambahan fonem, penghilangan fonem, perubahan fonem, kontraksi,
analogi, fonem suprasegmental. Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan
nada dalam bahasa Indonesia tidak membedakan makna. Namun, pelafalan
kata yang menyimpang dalam hal tekanan, dan nada kan terasa janggal.
14
A. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu kita sebagai calon
pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara
menggali potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari
makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke
depannya. Amiin.
15