Download doc - Lapsus Thalasemia

Transcript
Page 1: Lapsus Thalasemia

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

1. Identitas penderita :

Nama penderita : An. Orae

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat & tanggal lahir : Palangkaraya, 11 Desember 1992

Umur : 11 tahun 11 bulan

2. Identitas Orang tua/wali

AYAH : Nama : Jagau ademus

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Petani

Alamat : Jl. Suprapto No. 4 Palangkaraya

IBU : Nama : Pristila (Alm)

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Suprapto No. 4 Palangkaraya

II. ANAMNESIS

Kiriman dari : RS. Doris Silvanus Palangkaraya

Dengan diagnosa : Talasemia

Aloanamnesis dengan : Ayah

Tanggal/jam : 9 November 2004/ 17. 30 Wita

1. Keluhan Utama : Pucat, cepat lelah dan ingin transfusi darah

Page 2: Lapsus Thalasemia

2. Riwayat penyakit sekarang :

Kurang lebih 3 minggu anak terlihat pucat dan lemah, semakin hari semakin

pucat, badan terasa lemah dan cepat lelah. Anak masih bisa beraktivitas tetapi

cepat lelah. Tidak ada keluhan pusing, nyeri kepala maupun panas, tidak

pernah ada keluhan jantung berdebar-debar dan sesak napas. Tidak ada mual

maupun muntah, anak masih memiliki nafsu makan yang baik. Kurang lebih 1

hari sebelum masuk Rumah Sakit Ulin Banjarmasin, anak masuk Rumah

Sakit Doris Silvanus di Palangkaraya untuk tambah darah. Setelah diperiksa

ternyata darah yang diperlukan tidak tersedia, kemudian anak dirujuk ke

Rumah Sakit Ulin Banjarmasin.

3. Riwayat Penyakit dahulu

Anak didiagnosa menderita talasemia sejak berusia 2 tahun dan sejak usia itu

anak mulai mendapatkan transfusi darah untuk pertama kali. Setiap 2 bulan

sekali atau 1,5 bulan sekali, anak rutin mendapatkan transfusi darah.

4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Riwayat antenatal :

Ibu kandung pasien sudah meninggal 2 bulan yang lalu dan ayah tidak ingat

riwayat antenatal pasien

Riwayat Natal :

Spontan/tidak spontan : Spontan

Berat badan lahir : ayah tidak ingat

Panjang badan lahir : ayah tidak ingat

Lingkar kepala : ayah tidak ingat

Page 3: Lapsus Thalasemia

Penolong : Bidan

Tempat : Rumah

Riwayat Neonatal

Ayah tidak ingat

5. Riwayat Perkembangan

Tiarap : 4 bulan

Merangkak : 5 bulan

Duduk : 6 bulan

Berdiri : 8 bulan

Berjalan : 9 bulan

Saat ini : Anak tidak melanjutkan sekolah setelah lulus kelas

VI SD

6. Riwayat Imunisasi

NamaDasar

(Umur dalam hari/bulan)

Ulangan

(umur dalam bulan)

BCG 2 -

POLIO 2 3 4 5 -

HEPATITIS B 3 4 5 -

DPT 2 3 4 -

CAMPAK 9

Page 4: Lapsus Thalasemia

7. Makanan

Setiap hari anak biasa makan nasi, lauk dan sayur yang bervariasi. Anak

makan 3 kali sehari sebanyak 1 piring dan habis dan kadang-kadang lebih dari

1 piring.

8. Riwayat Keluarga

Ikhtisar keturunan :

Susunan keluarga

No Nama Umur L/P Keterangan

1 Jagau Ademus 45 L Sehat

2 Pristila 40 P Meninggal (40 tahun, hipertensi)

3 Melisa 18 P Sehat

4 Orae 12 P Sakit (Talasemia)

5 Martinae 10 P Sehat

Page 5: Lapsus Thalasemia

9. Riwayat Sosial Lingkungan

Anak tinggal bersama ayah dan adiknya di rumah yang terbuat dari kayu

dengan ventilasi dan penerangan yang cukup. Keluarga mempunyai

kebiasaan menggunakan air PDAM untuk minum dan MCK.

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis

GCS : 4 – 5- 6

2. Pengukuran

Tanda vital : Tensi : 100/60 mmHg

Nadi : 102 X/menit, kualitas kuat, regular, cepat

Suhu : 37,2 °C

Respirasi : 30 X/menit

Berat badan : 28 Kg

Panjang/tinggi badan : 144 cm

Lingkar Lengan Atas (LLA) : 18 cm (Untuk 5 tahun keatas)

Lingkar Kepala : 17 cm

3. Kulit : Warna : sawo matang

Sianosis : tidak ada

Hemangiom : tidak ada

Turgor : cepat kembali

Kelembaban : cukup

Page 6: Lapsus Thalasemia

Pucat : ada

4. Kepala : Bentuk : simetris

UUB : datar

UUK : sudah menutup

- Rambut : Warna : hitam

Tebal/tipis : tebal

Distribusi : tidak

Alopesia : tidak ada

- Mata : Palpebra : tidak ada edem, tidak cekung

Alis dan bulu mata : tidak mudah dicabut

Konjungtiva : anemis

Sklera : ikterik

Produksi air mata : cukup

Pupil : Diameter : 3 mm/ 3mm

Simetris : isokor

Reflek cahaya : +/+

Kornea : jernih

- Telinga : Bentuk : simetris

Sekret : tidak ada

Serumen : minimal

Nyeri : tidak ada Lokasi : -

- Hidung : Bentuk : simetris

Pernafasan Cuping Hidung : tidak ada

Page 7: Lapsus Thalasemia

Epistaksis : tidak ada

Sekret : minimal

- Mulut : Bentuk : simetris

Bibir : mukosa bibir kering, warna hitam pucat

Gusi : tidak mudah berdarah

Gigi-geligi : gigi tumbuh lengkap

- Lidah : Bentuk : simetris

Pucat/tidak

Tremor/tidak

Kotor/tidak

Warna : merah muda

- Faring : Hiperemi : tidak ada

Edem : tidak ada

Membran/pseudomembran : +/-

- Tonsil : Warna : merah muda

Pembesaran : tidak ada

Abses/tidak : tidak

Membran/pseudomembran : + / -

4. Leher :

- Vena Jugularis : Pulsasi : terlihat

Tekanan : meningkat

- Pembesaran kelenjar leher : tidak teraba

- Kaku kuduk : tidak ada

Page 8: Lapsus Thalasemia

- Massa : tidak ada

- Tortikolis : tidak ada

5. Toraks :

a. Dinding dada/paru

Inspeksi : - Bentuk : simetris

- Retraksi : tidak ada

- Dispnea : tidak ada Lokasi : -

- Pernafasan : ekspirasi dan Inspirasi tidak memanjang

Palpasi : Fremitus fokal : menurun

Perkusi : Sonor ke pekak

Auskultasi : Suara Napas Dasar : vesikuler

Suara Tambahan : ronkhi basah halus nyaring

b. Jantung ;

Inspeksi : Iktus : terlihat

Palpasi : Apeks : teraba Lokasi : ICS III - IV

Thrill + / - : -

Perkusi : Batas kanan : ICS VI LPS Kanan

Batas kiri : ICS III-IV LMK Kiri

Batas atas : ICS II LPS Kanan

ICS II LPS Kiri

Auskultasi : Frekuensi : 140 X/menit, Irama : Reguler, takikardi

Suara Dasar : S1 dan S2 Tunggal

Bising : tidak ada Derajat : -

Page 9: Lapsus Thalasemia

Lokasi : -

Punctum max : -

Penyebaran : -

6. Abdomen :

Inspeksi : Bentuk : datar

Palpasi : Hati : teraba : pembesaran 6 cm di bawah arcus

costae dan 10 cm di bawah processus

xiphoideus

Lien : teraba : pembesaran sampai titik Schuffner 5

Ginjal : tidak teraba

Massa : tidak teraba

- Ukuran : -

- Lokasi : -

- Permukaan : -

- Konsistensi : -

- Nyeri : -

Perkusi : Timpani/pekak : pekak

Asites : tidak ada

Auskultasi : bising usus positif normal

7. Ekstremitas :

- Umum : ekstremitas atas : akral hangat, pucat, tidak

edem dan parese tidak ada

ekstremitas bawah : akral hangat, pucat, tidak

Page 10: Lapsus Thalasemia

edem dan parase tidak ada

- Neurologis

Lengan Tungkai

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Normal Normal Normal Normal

Tonus Normal Normal Normal Normal

Trofi - - - -

Klonus - - - -

Reflek

fisiologis+ + + +

Reflek

patologis- - - -

Sensibilitas + + + +

Tanda

meningeal_ _ _ _

8. Susunan Saraf : tidak ada kelainan

9. Genitalia : tidak ada kelainan

10. Anus : tidak ada kelainan

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA

Darah :

WBC : 2,80* (10^3/ul)

Page 11: Lapsus Thalasemia

RBC : 1,67* (10^6/ul)

HGB : 4,3 – (g/dl)

HCT : 12,2* (%)

MCV : 73,1* (FI)

MCH : 25,7* (pq)

MCHC : 35,2* (g/dl)

PLT : 113* (10^3/ul)

RDW-SD : 58,2* (fl)

RDW-CV : 23,7* (%)

PDW - (fl)

MPV - (fl)

P-LCR - (%)

PCT (%)

Neut : 1,14 (10^3/ul) 40,8* (%)

Lymph : 1,39* (10^3/ul) 49,6* (%)

Mono : 0,20* (10^3/ul) 7,1* (%)

Eo : 0,02* (10^3/ul) 0,7* (%)

Baso : 0,05* (10^3/ul) 1,8* (%)

Urin : -

Feses : -

Page 12: Lapsus Thalasemia

V. RESUME

Nama : An. Orae

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 11 tahun 11 bulan

Berat badan : 28 Kg

Keluhan Utama : pucat, cepat lelah dan mau transfusi darah

Uraian : ± 3 minggu anak terlihat pucat dan lemah

kalau melakukan aktivitas anak cepat lelah.

Tidak ada keluhan pusing, nyeri kepala maupun

panas. ± 1 hari sebelum masuk RS Ulin, anak

masuk RS Doris Silvanus di Palangkaraya untuk

transfusi darah, ternyata darah tidak tersedia,

kemudian anak dirujuk ke RSUD Ulin

Banjarmasin untuk transfusi darah

Pemeriksaaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : komposmentis GCS : 4 - 5 - 6

Tensi : 100/60 mmHg

Denyut Nadi : 102 kali/menit

Pernafasan : 30 kali/menit

Suhu : 37,2 °C

Kulit : sawo matang, turgor cepat kembali

Kepala : simetris,UUB datar dan UUK sudah menutup

Page 13: Lapsus Thalasemia

Mata : anemis (+), ikterik (+)

Telinga : simetris, sekret (-)

Mulut : simetris, mukosa bibir kering, pucat dan

berwarna kehitaman

Toraks/Paru : simetris, fremitus fokal menurun, perkusi

sonor ke pekak

Jantung : iktus terlihat, apek teraba lokasi ICS III-IV,

thrill (-), bising (-).

Abdomen : datar, hepar dan lien teraba, perkusi pekak,

bising usus (+) normal

Ekstremitas : edem (-), parese (-), akral hangat

Susunan saraf : tidak ada kelainan

Genitalia : tidak ada kelainan

Anus : tidak ada kelainan

VI. DIAGNOSA

1. Diagnosa banding : Anemia defisiensi besi

Anemia aplastik

2. Diagnosa Kerja : Talasemia susp. Decompensasio cordis

3. Status Gizi : KEP ringan (71 % Standar Depkes)

Page 14: Lapsus Thalasemia

VII. PENATALAKSANAAN

- IVFD D5 ¼ N5 1400 cc/ 58 / 15 tetes / menit

- Pro transfusi PRC

VIII. USULAN PEMERIKSAAN

- X foto thorak

- USG abdomen

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad malam

Quo ad sanationam : Dubia ad malam

X. PENCEGAHAN

- Perbanyak minum teh untuk mengurangi absorbsi Fe melalui usus.

- Nasihat perkawinan dan diagnosis pra kelahiran sangat penting untuk

mencegah lahirnya talasemia mayor.

- Sedapat mungkin hindari perkawinan antara dua insan heterozigot, agar

tidak terjadi bayi homozigot.

Page 15: Lapsus Thalasemia

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, diagnosa talasemia didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan laboratorium. Talasemia merupakan penyakit anemia

hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orang tua kepada anak-anaknya

secara resesif, menurut Hukum Mendel(7).

Secara klinis talasemia dibagi dalam 2 golongan yaitu talasemia mayor

(bentuk homozigot) yang memberikan gejala klinis yang jelas dan talasemia minor

yang biasanya tidak memberikan gejala klinis(7). Secara molekuler talasemia juga

dibagi 2 golongan yaitu talasemia alfa dan talasemia beta(6).

Ada empat tipe talasemia alfa dan tiga tipe talasemia beta. Tipe pertama

talasemia alfa minor (trait) adalah karier tanpa anemia dan gejala. Tipe kedua

mempunyai sedikit sel darah merah yang abnormal tanpa anemia. Tipe ketiga

talasemia alfa mengakibatkan anemia ringan yang secara umum tidak

membahayakan, sel darah merah sedikit abnormal dan mirip anemia defisiensi besi.

Tipe keempat adalah talasemia alfa mayor yang mempunyai gejala membahayakan

dan mempengaruhi anak Asia Selatan, China dan Pilipina. Biasanya mati sebelum

atau segera setelah lahir. Tipe ini biasanya hanya terlihat di Asia Selatan(6).

Tiga kategori talasemia beta adalah mayor, intermedia dan minor. Talasemia

beta minor (Talasemia trait) tidak menimbulkan gejala tetapi dapat dikenali dari

perubahan bentuk darah. Anak dengan talasemia beta minor cenderung menjadi karier

dan seluruh fungsi tubuh tetap normal, hidup sehat. Talasemia beta intermedia adalah

bentuk ringan dari anemia Cooley’s. Anak dengan talasemia intermedia tumbuh

Page 16: Lapsus Thalasemia

dengan beberapa kelainan, tetapi biasanya tidak mengganggu sampai mencapai usia

dewasa. Anak ini tidak dianjurkan untuk transfusi darah, tetapi jika kelainan yang

ditimbulkannya mengganggu pertumbuhan, anak disarankan untuk transfusi darah.

Cooley’s anemia atau talasemia mayor adalah tipe yang paling berbahaya. Bayi

dengan talasemia mayor dapat sehat waktu lahir tetapi gejala penyakit tersebut akan

timbul sekitar usia 8-10 bulan(6) dan pada kasus yang berat terjadi dalam beberapa

minggu setelah lahir. Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik, tumbuh kembang

masa kehidupan anak akan terhambat. Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan

lemak tubuh, dan dapat disertai demam berulang akibat infeksi. Anemia berat dan

lama biasanya menyebabkan pembesaran jantung(8).

Terdapat hepatosplenomegali, ikterus ringan mungkin ada. Terjadi perubahan

pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka mongoloid akibat system

eritropoesis yang hiperaktif. Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan, dan

kaki dapat menimbulkan fraktur patologis. Penyimpangan pertumbuhan akibat

anemia dan kekurangan gizi menyebabkan perawakan pendek. Kadang-kadang

ditemukan epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada tungkai, dan batu empedu. Pasien

menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat sebelum usia 5

tahun dan mudah mnengalami septisemia yang dapat mengakibatkan kematian. Dapat

timbul pansitopenia akibat hipersplenisme(8).

Pada kasus ini, secara klinis anak menderita talasemia mayor dan secara

molekuler yaitu talasemia beta mayor. Berdasarkan anamnesa diketahui bahwa anak

telah mendapatkan transfusi darah sejak umur 2 tahun dan telah berlangsung selama

10 tahun sampai saat ini dan anak merasakan cepat lelah bila melakukan aktivitas.

Page 17: Lapsus Thalasemia

Pada pemeriksaan fisik ditemukan beberapa gejala dari talasemia beta mayor

yaitu anak tampak lemah, konjungtiva anemis, sklera ikterik, mukosa bibir kering dan

pucat, hepatosplenomegali dan kardiomegali.

Hepatosplenomegali yang terjadi karena penghancuran sel darah merah yang

berlebihan, hemopoesis ekstramedullar dan kelebihan besi. Limfa yang besar

meningkatkan kebutuhan darah dengan meningkatkan penghancuran sel darah merah

dan pemusatan (pooling) dan dengan menyebabkan pertambahan volume plasma.

Kardiomegali terjadi akibat mekanisme kompensasi tubuh untuk

menyesuaikan diri karena jumlah efektif sel darah merah berkurang sehingga lebih

sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan. Mekanisme kompensasi tubuh yang terjadi

yaitu melalui peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah

pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah. Peningkatan beban kerja

jantung dan curah jantung yang terus menerus akan mengakibatkan kardiomegali(10).

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hemoglobin (Hb) 4,3 g/dl,

hematokrit dan RBC yang menurun, MCV, MCH dan MCHC yang juga menurun,

dan terjadi trombositopenia(8,9).

Fungsi Hb adalah mengangkut oksigen (O2) dari paru kemudian membawanya

ke seluruh tubuh untuk menghasilkan energi untuk reaksi kimia dan kehidupan sel.

Hb mengandung banyak zat besi. Ketika sel darah merah pecah, banyak zat besi dari

Hb digunakan untuk membuat Hb baru(6).

Dalam kasus talasemia ini, kadar Hb lebih rendah daripada keadaan normal

yang disebabkan adanya mutasi gen yang mengatur produksi rantai beta yang terletak

disisi pendek kromosom 11. Mutasi gen disertai berkurangnya produksi mRNA dan

Page 18: Lapsus Thalasemia

berkurangnya sintesis globin dengan struktur normal. Defisit sintesis globin beta

hampir paralel dengan defisit globin beta mRNA yang berfungsi sebagai template

untuk sintesis protein(1). Karena produksi rantai beta terganggu akan mengakibatkan

kadar Hb menurun sedangkan produksi HbA2 dan Hb F tidak terganggu karena tidak

memerlukan rantai beta dan justru memproduksi lebih banyak daripada keadaan

normal, mungkin sebagai usaha kompensasi. Kelebihan globin yang tidak terpakai

karena tidak ada pasangannya akan mengendap pada dinding eritrosit. Keadaan ini

menyebabkan eritropoesis berlangsung tidak efektif dan eritrosit memberikan

gambaran anemia hipokrom dan mikrositik(1). Mikrositik berarti kecil, hipokromik

berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal (MCV

kurang; MCHC kurang)(10).

Pada kasus talasemia ini, penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan adalah

mengatasi anemia dengan transfusi PRC (packed red cell). Transfusi diperlukan

untuk memberikan pasien waktu sel darah merah sehat yang mengandung

hemoglobin normal membawa oksigen untuk keperluan tubuh pasien. Transfusi

hanya diberikan bila saat diagnosis ditegakkan Hb < 8 g/dl. Selanjutnya sekali

diputuskan untuk diberi transfusi darah, Hb harus selalu dipertahankan di atas 12 g/dl

dan tidak melebihi 15,5 g/dl. Bila tidak terdapat tanda gagal jantung dan Hb sebelum

transfusi di atas 5 g/dl, diberikan 10-15 mg/kgBB per satu kali pemberian selama 2

jam atau 20 ml/kgBB dalam waktu 3-4 jam. Bila terdapat tanda gagal jantung, pernah

ada kelainan jantung, atau Hb < 5 g/dl, dosis satu kali pemberian tidak boleh lebih

dari 5 ml/kgBB dengan kecepatan tidak lebih dari 2 ml/kgBB/jam. Penderita dengan

tanda gagal jantung harus dirawat, diberikan oksigen dengan kecepatan 2-4 l/menit,

Page 19: Lapsus Thalasemia

transfusi darah dan diuretika. Kemudian bila masih diperlukan, diberi digitalis setelah

HB > 8 g/dl bersama-sama dengan transfusi darah secara perlahan sampai kadar Hb >

12 g/dl. Setiap selesai pemberian satu seri transfusi, kadar Hb pasca transfusi

diperiksa 30 menit setelah pemberian transfusi terakhir(8).

Untuk mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan kelasi besi, yaitu

Desferal secara im atau iv yang dilakukan dengan cara berikut jarum dihubungkan

dengan baterai kecil- pengoperasi pompa infus dan dimasukkan ke dalam kulit perut

atau kaki 5 atau 7 kali seminggu selama 12 jam. Desferal mengikat besi dan

prosesnya disebut kelasi. Kelasi besi kemudian dihilangkan, mengurangi jumlah

simpanan besi tubuh (5,8).

Splenektomi diindikasikan bila terjadi hipersplenisme atau limpa terlalu besar

sehingga membatasi gerak pasien, menimbulkan tekanan intraabdominal yang

mengganggu napas dan berisiko mengalami ruptur. Hipersplenisme dini ditandai

dengan jumlah transfusi melebihi 250 ml/kgBB dalam 1 tahun terakhir dan adanya

penurunan Hb yang drastis. Hipersplenisme lanjut ditandai oleh adanya pansitopenia.

Splenektomi sebaiknya dilakukan pada umur 5 tahun ke atas saat fungsi limpa dalam

system imun tubuh telah dapat diambil alih olerh organ limfoid lain (8).

Imunisasi terhadap virus hepatitis B dan C perlu dilakukan untuk mencegah

infeksi virus tersebut melalui transfusi darah (8).

Transplantasi sumsum tulang (BMT) perlu dipertimbangkan pada setiap kasus

talasemia mayor. Pengobatan berisiko tinggi ini memungkinkan pada beberapa pasien

saja yang mempunyai donor sumsum tulang cocok dengan dirinya. Cara transplantasi

sangat berisiko dan dapat menyebabkan kematian. Angka kesuksesan BMT adalah

Page 20: Lapsus Thalasemia

95%, jika tidak ada kerusakan organ serius seperti penumpukan zat besi. Sekitar 1/3

dari semua pasien BMT mempunyai kecocokan sumsum tulang jika sumsum tulang

tersebut diambil dari saudaranya (6).

Diagnosis banding dari talasemia adalah anemia defisiensi besi dan anemia

aplastik. Pada anemia defisiensi besi didapatkan gejala pucat, tidak ada manifestasi

perdarahan dan tidak ada organomegali. Cara yang mudah untuk membedakannya

adalah dengan menghitung kadar ferritin, jika seorang kelihatan kekurangan zat besi,

tetapi kadar ferritinnya normal, mungkin dia menderita talasemia beta mayor dan

pada anemia defisiensi besi tidak terdapat organomegali. Diagnosa anemia aplastik

juga disingkirkan karena pada anemia aplastik didapatkan gejala perdarahan, tidak

ada organomegali dan dari pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya

trombositopeni dan leukopeni(6).

Komplikasi akut talasemia terjadi akibat reaksi transfusi dimana terjadi

inkompatibilitas darah penderita dengan donor. Jumlah darah yang diberikan juga

harus diperhatikan karena bisa menyebabkan gagal jantung akibat overload cairan.

Komplikasi kronis terjadi akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal

jantung. Transfusi darah yang berulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi

dalam darah sangat tinggi sehingga ditimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti

hepar, limfa, kulit, jantung dan lain-lain. Hal ini dapat mengganggu fungsi alat tubuh

(hemokromatosis). Limfa yang besar akan mudah ruptur akibat trauma yang ringan.

Kematian terutama disebabkan infeksi dan gagal jantung(7).

Page 21: Lapsus Thalasemia

Prognosa pasien talasemia tanpa transfusi dapat hidup hanya beberapa tahun.

Pada penderita yang mendapat transfusi dapat bertahan 6 tahun sampai dekade kedua,

hanya sedikit yang mencapai dekade ketiga, walaupun digunakan antibiotik untuk

mencegah infeksi dan pemberian chelating agents untuk mengurangi

hemosiderosis(7).

Page 22: Lapsus Thalasemia