Transcript
  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    1/33

    1

    LAPORAN KASUS

    MENINGIOMA

    Disusun untuk Melaksanakan Tugas

    Kepaniteraan Klinik Lab/SMF Ilmu Penyakit Bedah

    RSD dr. Soebandi Jember

    Disusun oleh

    Thoriqotil Haqqul Mauludiyah

    102011101061

    SMF/LAB ILMU PENYAKIT BEDAH

    RSD DR. SOEBANDI JEMBER

    2014

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    2/33

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Meningioma adalah tumor yang berasal dari meningens yang berfungsi

    sebagai membran pelindung yang menutupi otak. Meningioma berasal dari sel

    induk arachnoid yang terletak di lapisan arachnoid yang menutupi permukaan dari

    otak yang dapat terjadi intrakranial atau antara saluran spinal.1

    Angka kejadian meningioma 20% dari seluruh tumor primer otak. Tumor

    ini lebih sering dialami wanita daripada pria dan biasanya terjadi pada usia 50-60

    tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat muncul pada masa kanak-kanak

    atau pada usia lanjut dan memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada

    beberapa anggota di satu keluarga. Korelasinya dengan trauma kapitis masih

    dalam pencarian karena belum cukup bukti untuk memastikannya. Pada umumnya

    meningioma dianggap sebagai neoplasma yang berasal dari glioblas di sekitar vili

    arachnoid. Sel di medulla spinalis yang sebanding dengan sel tersebut ialah selyang terletak pada tempat pertemuan antara arachnoid dengan dura yang menutupi

    radiks.2,3

    Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen. Sekitar

    25 % mengenai falx dan parasagital yang dapat dibedakan menjadi sepertiga

    anterior, tengah, dan posterior. Tumor ini tertutup oleh korteks di atasnya dan

    cenderung tumbuh mayoritas pada satu hemisfer tetapi bisa bilateral. Pada

    beberapa psien, tumor tumbuh ke tepi inferior sinus sagital. 3

    Meskipun kebanyakan meningioma bersifat jinak (benigna) tumor ini bisa

    mengalami kekambuhan setelah diangkat. Manifestai klinis yang ditimbulkan

    sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang terganggu yang dapat

    mengakibatkan kondisi serius dan berpotensi mengakibatkan kematian.3

    Berikut akan dilaporkan sebuah kasus meningioma pada seroang wanita

    nerumur 45 tahun yang dirawat di RSUD dr. Soebandi Jember.

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    3/33

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi

    Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan selaput

    pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Di antara sel-sel

    meningen itu belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor

    tetapi terdapat hubungan erat antara tumor ini dengan villi arachnoid.

    Tumbuhnva meningioma kebanvakan di temnat ditemukan banyak villi

    arachnoid. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak

    maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak di

    semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign).

    Meningioma malignant jarang terjadi.2

    2.2. Epidemiologi

    Meningioma merupakan neoplasma intracranial nomor 2 dalam

    urutan frekuensinya yaitu mencapai angka 20% dan 12 % dari semua

    tumor medulla spinalis. Meningioma biasanya jinak, tetapi bisa kambuh

    setelah diangkat. Tumor ini lebih sering ditemukan pada wanita dan

    biasanya muncul pada usia 50-60 tahun, tetapi tidak tertutup kemungkinan

    muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia yang lebih lanjut, dan

    memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa anggota

    di satu keluarga. Paling banyak meningioma tergolong jinak (benign) dan

    10 % malignant. Perbandingan antara wanita dan laki-laki adalah 3 : 2 ,

    namun ada pula sumber yang menyebutkan 7 : 2.2

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    4/33

    4

    Tumor Otak yang berasal dari saraf

    Tempat predileksi di ruang cranium supratentorial ialah daerah

    parasagital. Yang terletak di krista sphenoid, parasellar, dan baso-frontal

    biasanya gepeng atau kecil bundar. Bilamana meningioma terletak

    infratentorial, kebanyakan didapati di samping medial os petrosum di

    dekat sudut serebelopontin. Meningioma spinalis mempunyai

    kecenderungan untuk memilih tempat di bagian T.4 sampai T.8.

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    5/33

    5

    Meningioma yang bulat sering menimbulkan penipisan pada tulang

    tengkorak sedangkan yang gepeng justru menimbulkan hyperostosis.3

    Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen

    dan dapat menimbulkan manifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai

    dengan bagian otak yang terganggu. Sekitar 40% meningioma berlokasi di

    lobus frontalis dan 20% menimbulkan gejala sindroma lobus frontalis.

    Sindroma lobus frontalis sendiri merupakan gejala ketidakmampuan

    mengatur perilaku seperti impulsif, apati, disorganisasi, defisit memori dan

    atensi, disfungsi eksekutif, dan ketidakmampuan mengatur mood.3

    2.3. Anatomi

    Meninx adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus

    enchepalon dam medulla spinalis. Terdiri dari duramater, arachnoid dan

    piamater, yang letaknya berurutan dari superficial ke profunda. Bersama-

    sama,araknoid dan piamater disebut leptomening4

    Dura mater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih,

    terdiri dari lamina meningialis dan lamina endostealis. Pada medulla

    spinalis lamina endostealis melekat erat pada dinding canalis vertebralis,

    menjadi endosteum(periosteum),sehingga di antara lamina meningialis dan

    lamina endostealis terdapat spatium extraduralis(spatium epiduralis) yang

    berisi jaringan ikat longgar, lemak dan pleksus venosus. Antara dura mater

    dan archnoid terdapat spatium subdurale yang berisi cairan lymphe. Pada

    enchepalon lamina endostealis melekat erat pada permukaan interior

    cranium, terutama pada sutura, basis crania dan tepi foramen occipital

    magnum. Lamina meningialis mempunyai permukaan yang licin dan

    dilapisi oleh suatu lapisan sel, dan membentuk empat buah septa, yaitu4;

    1. Falx cerebri

    2. Tentorium cerebella

    3. Falx cerebella

    4. Diaphragm sellae

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    6/33

    6

    Lapisan Meningen

    Arachnoid bersama-sama dengan pia mater disebut leptomeninges.

    Kedua lapisan ini dihubungkan satu sama lain oleh trabekula

    arachnoideae.Arachniod adalah suatu selubung tipis, membentuk spatium

    subdurale dengan dura mater. Antara archnoid dan pia mater terdapat

    spatium subarachnoideum yang berisi liquor cerebrospinalis. Arachnoid

    yang membungkus basis serebri berbentuk tebal sedangkan yang

    membungkus facies superior cerebri tipis dan transparant. Arachnoid

    membentuk tonjolan-tonjolan kecil disebut granulation arachnoidea,

    masuk kedalam sinus venosus, terutama sinus sagitallis superior4.

    Lapisan disebelah profunda, meluas ke dalam gyrus cerebri dan

    diantara folia cerebri.Membentuk tela chorioidea venticuli. Dibentuk oleh

    serabut-serabut reticularis dan elastic,ditutupi oleh pembuluh-pembuluh

    darah cerebral. Pia terdiri dari lapisan sel mesodermal tipis seperti

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    7/33

    7

    endothelium. Berlawanan dengan arachnoid, membrane ini ini menutupi

    semua permukaan otak dan medulla spinalis4.

    2.4. Etiologi

    Penyebab terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum

    diketahui. Berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan penyebab

    meningioma. Penyebab yang tersering adalah paparan radiasi antara 132-

    315 rontgen, dimana dosis ini sama dengan 1-3 Gy. Karakteristik dari

    radiasi adalah radiasi yang memiliki periode laten 36-38 tahun bagi pasien

    yang mendapatkan dosis radiasi yang rendah pada kepala, dimana pasien

    yang menderita meningioma setelah terpapar dosis radiasi tinggi akan

    menimbulkan tanda paling cepat 5 tahun sesudahnya. Meningioma yang

    terjadi akibat adanya paparan radiasi lebih sering terjadi, dimana angka

    kejadiannya mencapai 80%.5

    Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma,

    namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa

    kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Para

    peneliti sedang mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal usul

    meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiomas berisi kromosom

    22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2

    merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada

    40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2

    sindrom familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma

    multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen

    yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma.5

    Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan

    tumor. Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering

    memiliki salinan tambahan dari platelet diturunkan faktor pertumbuhan

    (PDGFR) dan epidermis reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang

    mungkin memberikan kontribusi pada pertumbuhan tumor ini. Berbagai

    macam jaringan normal dan neoplastik mengekspresikan EGFR,

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    8/33

    8

    overekspresi dari EGFR ditemukan pada sejumlah tumor termasuk

    payudara, paru-paru, kepala, leher, glioblastoma, dan

    karsinoma kolorektal. Baru-baru ini, sebuah dugaan muncul dalam menilai

    ekspresi EGFR dalam sejumlah keganasan SSP seperti meningioma dan

    glioma.

    Wernicke dkk melaporkan tingginya ekspresi EGFR pada penderita

    meningioma. Overekspresi EGFR diduga terlibat dalam proliferasi dan

    diferensiasi meningothelial sel.3

    Meningioma memiliki reseptor yang berhubungan dengan hormone

    estrogen, progesterone, dan androgen, yang juga dihubungkan dengan

    kanker payudara. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan ukuran

    tumor pada fase lutheal siklus haid dan kehamilan. Ekspresi progesteron

    reseptor dilihat paling sering pada jinak meningiomas, baik pada pria dan

    wanita. Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, dan demikian,

    sering kali menantang bagi dokter untuk menasihati pasien perempuan

    mereka tentang penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu

    meningioma. Meskipun peran tepat hormon dalam pertumbuhan

    meningioma belum ditentukan, peneliti telah mengamati bahwa kadang-

    kadang mungkin meningioma tumbuh lebih cepat pada saat kehamilan3

    Pada umumnya meningioma dianggap sebagai neoplasma yang

    berasal dari glioblas di sekitar vili arachnoid. Sel di medulla spinalis yang

    sebanding dengan sel tersebut ialah sel yang terletak pada tempat

    pertemuan antara arachnoid dengan dura yang menutupi radiks.3

    2.5. Faktor Resiko

    Selain peningkatan usia, faktor lain yang dinilai konsisten

    berhubungan dengan risiko terjadinya meningioma yaitu sinar radiasi

    pengion; faktor lingkungan berupa gaya hidup dan genetik telah dipelajari

    namunnya perannya masih dipertanyakan. Faktor lain yang telah diteliti

    yaitu penggunaan hormon endogen dan eksogen, penggunaan elepon

    genggam, dan variasi genetik atau polimorfisme. Faktor lain yang dinilai

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    9/33

    9

    berperan adalah keadaan penyakit yang sudah ada seperti diabetes

    mellitus, hipertensi, dan epilepsi; pajanan timbale, pemakaian pewarna

    rambut; pajanan gelombang micro atau medan magnt, merokok; trauma

    kepala; dan alergi. Sebagian faktor risiko diatas dinilai tidak signifikan

    atau tidak konsisten bila dihubungkan dengan risiko yang ditemukan pada

    pasien meningioma, hal ini dapat disebabkan jumlah sampel penelitian

    yang sedikit, waktufollow up yang singkat, dan adanya perbedaan kriteria

    dan pajanan.6

    Radiasi pengion

    Faktor yang dinilai memiliki bukti kuat ilmiah dalam

    meningkatkan risiko kejadian meningioma adalah pajanan radiasi pengion.

    Penelitian mengenai radiasi pengion sebagai factor risiko dilakukan pada

    cohort tinea capitis di Israel, korban bom atom yang masih hidup, dan

    pasien dengan pajanan radiasi terapeutik atau diagnostik. Bukti terkuat

    radiasi pengion dosis tinggi mempengaruhi insidensi meningioma

    ditemukan pada indiviu yang mendapatkan pajanan radiasi dosis tinggi

    dalam pengobatan tumor leher dan kepala, sedangkan contoh radiasi

    pengion dosis rendah sebagai faktor risiko meningioma dapat diketahui

    dalam penilitian cohort tinea kapitis.6

    Periode laten munculnya meningioma setelah pajanan radiasi

    pengion bergantung pada dosis radiasi; sekitar 35,2 tahun untuk dosis

    rendah, 26,1 tahun untuk dosis menengah, dan 19,5 tahun untuk radiasi

    pengion dosis tinggi. Dengan kata lain, usia saat ditemukannya

    meningioma pada seseorang semakin rendah bila dosis pajanan radiasi

    pengion semakin besar; selain itu dosis radiasi yang semakin tinggi memili

    kecendrungan akan munculnya tumor multipel atau sifat meningioma yang

    atipikal atau malignant.6

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    10/33

    10

    Hormon

    Melihat dari dominannya insidensi meningioma pada wanita

    dibanding pria, adanya ekspresi hormone pada beberapa tumor tertentu,

    kemungkinan adanya hubungan dengan kanker payudara dan laporan

    perubahan ukuran tumor saat kehamilan, siklus menstruarsi, dan

    menopause; beberapa peneleti menyatakan adanya hubungan antara

    hormone sebagai faktor risiko meningioma.3

    Pada sebuah penelitian telah meneliti mengenai hubungan antara

    pemakaian kontrasepsi oral dan terapi pengganti hormone pada wanita pre-

    menopause dan post-menopause untuk melihat risiko kemungkinan

    meningioma; secara umum data-data tidak memperlihatkan bukti yang

    kuat bahwa kontrasepsi oral sebagai faktor risiko meningioma namun

    sebaliknya pemakaian terapi pengganti hormone mengindikasikan

    kemungkinan hubungan sebagai faktor risiko. Wigertz dan kawan-kawan

    menemukan bahwa terdapat peningkatan signifikan risiko meningioma

    pada wanita post-menopause di Swedia yang pernah menggunakan terapi

    pengganti hormone (OR [95% CI] 1.7 [1.02.8]), hasil ini mengkonfirmasi

    penemuan Jhawar dan kawan-kawan dalam penelitianNurse health study.

    Perlu diperhatikan bahwa tidak semua penelitian menunjukkan hubungan

    antara pemakaian terapi pengganti hormone dengan meningioma.6

    Pemakaian telepon genggam

    Pertanyaan mengenai penggunaan telepon genggam dapat

    menyebabkan meningioma sangat marak di masyarakat namun sampai

    sekarang bukti yang menunjukkan hal tersebut masih sedikit. Berbagai

    penelitian kasus kontrol sudah dilakukan di populasi Amerika Serikat,

    Eropa, dan Israel untuk mencari hubungan pemakaian telepon genggam

    dengan risiko tumor otak; semua penelitian di atas tidak menunjukkan

    hubungan yang signifikan. Namun demikian beberapa penelitian

    menunjukkan bahwa pemakaian telepon genggam jangka panjang (> 10

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    11/33

    11

    tahun) menunjukkan peningkatan risiko neuroma akustik, suatu tipe

    glioma high grade.

    Genetik

    Sebagian besar meningioma merupakan tumor sporadik; pasien

    dengan lesi sporadic tidak memilii riwayat tumor otak pada keluarganya.

    Sindrom genetik yang diketahui menjadi faktor risiko pertumbuhan

    meningioma hanya sedikit dan jarang. Meningioma dapat ditemukan pada

    pasien dengan NF2, sebuah kelainan autosom dominan yang disebabkan

    oleh mutasi pada gen NF2 di 22q12; kelainan ini memiliki insidensi 1 per

    30.000 40.000 di Amerika Serikat.3

    Namun demikian, terdapat

    kemungkinan banyak gen disamping NF2 yang terlibat dalam meningioma

    familial. Dilaporkan meningioma pada keluarga-keluarga di Swedia tanpa

    ditemukan adanya gen NF2, terdapat hubungan signifikan antara diagnosis

    meningioma dengan riwayat meningioma pada orang tua ([95% CI] 3.06

    [1.844.79]).3

    Penelitian cohort tinea capitis, pasien meningioma yang

    sebelumnya mendapat radiasi pengion lebih banyak insidensinya pada

    pasien yang memliki orang tua dengan riwayat pajanan radiasi pengion;

    hal ini menggambarkan kerentanan genetik. Selain itu, sekitar 50% pasien

    meningioma sporadic juga memiliki mutasi pada gen NF2 atau mutasi gen

    lain yang melibatkan lengan kromosom 22q12.6

    2.6. Patofisiologi

    Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang

    belum diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini

    secara histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid

    cap cells) yang mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi

    terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade

    eikosanoid diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan

    perkembangan edema peritumoral.3

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    12/33

    12

    Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti

    halnya faktor etiologi lainnya mekanisme hormon sex hingga memicu

    meningioma hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Pada sekitar 2/3

    kasus meningioma ditemukan reseptor progesterone. Tidak hanya

    progesteron, reseptor hormon lain juga ditemukan pada tumor ini

    termasuk estrogen, androgen, dopamine, dan reseptor untukplatelet

    derived growth factor. Beberapa reseptor hormon sex diekspressikan oleh

    meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang spesifik dan teknik

    biologi molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam

    konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam

    sitosol dari meningioma. Reseptor somatostatin juga ditemukan konsisten

    pada meningioma.2

    Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi

    dibandingkan pada meningioma soliter. Reseptor progesteron yang

    ditemukan pada meningioma sama dengan yang ditemukan pada

    karsinoma mammae. Jacobs dkk (10) melaporkan meningioma secara

    bermakna tidak berhubungan dengan karsinoma mammae, tapi beberapa

    penelitian lainnya melaporkan hubungan karsinoma mammae dengan

    meningioma.2

    Meningioma merupakan tumor otak yang pertumbuhannya lambat

    dan tidak menginvasi otak maupun medulla spinalis. Stimulus hormon

    merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan meningioma.

    Pertumbuhan meningioma dapat menjadi cepat selama periode

    peningkatan hormon, fase luteal pada siklus menstruasi dan kehamilan.2

    Trauma dan virus sebagai kemungkinan penyebab meningioma

    telah diteliti, tapi belum didapatkan bukti nyata hubungan trauma dan virus

    sebagai penyebab meningioma. Philips et al melaporkan adanya sedikit

    peningkatan kasus meningioma setelah trauma kepala.

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    13/33

    13

    2.7. Klasifikasi

    WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor

    yang telah diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan

    melalui tipe sel dan derajat pada hasil biopsi yang dilihat di bawah

    mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda-beda di tiap derajatnya7.

    a. Grade I

    Meningioma tumbuh dengan lambat. Jika tumor tidak menimbulkan

    gejala, mungkin pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan

    MRI secara periodic. Jika tumor semakin berkembang, maka pada

    akhirnya dapat menimbulkan gejala, kemudian penatalaksanaan bedah

    dapat direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I diterapi

    dengan tindakan bedah dan observasi yang continue7.

    b. Grade II

    Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini

    tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai

    angka kekambuhan yang lebih tinggi juga. Pembedahan adalah

    penatalaksanaan awal pada tipe ini. Meningioma grade II biasanya

    membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan7.

    c. Grade III

    Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut

    meningioma malignant atau meningioma anaplastik. Meningioma

    malignant terhitung kurang dari 1 % dari seluruh kejadian

    meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang pertama untuk

    grade III diikuri dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor,

    dapat dilakukan kemoterapi7.

    Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtype berdasarkan

    lokasi dari tumor3

    a. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx

    adalah selaput yang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    14/33

    14

    hemisfer kiri dan kanan. Falx cerebri mengandung pembuluh darah

    besar. Parasagital meningioma terdapat di sekitar falx

    b. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada

    permukaan atas otak.

    c. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi pada

    daerah belakang mata. Banyak terjadi pada wanita.

    d. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus

    yang menghubungkan otak dengan hidung.

    e. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan

    bawah bagian belakang otak.

    f. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica,

    sebuah kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitary.

    g. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita

    yang berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla

    spinbalis setingkat thorax dan dapat menekan spinal cord. Meningioma

    spinalis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling

    dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai.

    h. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang pdaa

    atau di sekitar mata cavum orbita.

    i. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi

    cairan di seluruh bagian otak.

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    15/33

    15

    Lokasi Umum Meningioma

    2.8. Diagnosis

    Gejala Klinis

    Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan

    tumor pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus

    (disebabkan oleh terganggunya fungsi normal dari bagian khusus dari

    otak). Secara umum, meningioma tidak bisa didiagnosa pada gejala awal3.

    Gejala umumnya seperti3;

    a.Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas

    atau pada pagi hari.

    b. Perubahan mental

    c.Kejang

    d. Mual muntah

    e.Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    16/33

    16

    Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi3:

    a. Lobus frontal

    Menimbulkan gejala perubahan kepribadian

    Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra

    lateral, kejang fokal

    Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia

    Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster

    kennedy

    Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia

    b. Lobus parietal

    Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi

    homonym

    Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada

    girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmanns

    c. Lobus temporal

    Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor,

    yang didahului dengan aura atau halusinasi

    Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan

    hemiparese

    Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan

    gejala choreoathetosis, parkinsonism.

    d. Lobus oksipital

    Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan

    penglihatan

    Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia

    berkembang menjadi hemianopsia, objeck agnosia.

    e. Tumor di ventrikel ke III

    Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala

    menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi

    peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri

    kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    17/33

    17

    f. Tumor di cerebello pontin angie

    Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma

    Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya

    berupa gangguan fungsi pendengaran

    Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari

    daerah pontin angel

    g. Tumor Hipotalamus

    Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe

    Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan

    perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism,

    gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan

    h. Tumor di cerebellum

    Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat

    erjadi disertai dengan papil udem

    Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan

    spasme dari otot-otot servikal

    i. Tumor fosa posterior

    Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai

    dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari

    medulloblastoma.

    Pemeriksaan Radiologi3

    1. Foto polos.

    Hiperostosis adalah salahsatu gambaran mayor dari meningioma pada

    foto polos. Dinidikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi

    tulang dan dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada

    tulang tengkorak. Pembesaran pembuluh darah meninx

    menggambarkan dilatasi arteri meninx yang mensuplai darah ke tumor.

    Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun

    difus.

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    18/33

    18

    2. CT-Scan.

    CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling

    banyak meningioma. Tanpa kontras gambaran meninioma 75%

    hiperdens dan14,4% isodens. Gambaran spesifik dari meninioma

    berupa enchancement dari tumor dengan pemberian kontras.

    Meninioma tampak sebagai masa yang homogen dengan densitas

    tinggi, tepi bulat dan tegas. Dapat terlihat juga adanya hiperostosis

    kranialis, destruksi tulang, udem otak yang terjadi sekitar tumor, dan

    adanya dilatasi ventrikel.

    3. MRI

    MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk

    mengevaluasi meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa,

    dengan gejala tergantung pada lokasi tumor berada.

    4. Angiografi

    Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat

    menimbulkan gambaran spoke wheel appearance. Selanjutnya arteri

    dan kapiler memperlihatkan gambaran vascular yang homogen dan

    prominen yang disebut dengan mother and law phenomenon .

    2.9. Tata Laksana

    Penatalaksanaan meningioma terganting darilokasi dan ukuran

    tumor itu sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif

    sebagai pilihan pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi

    removal massa tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi,

    vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi,

    riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana

    operasi dan tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan

    rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya mengangkat seluruh tumor

    tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan

    kejadian rekurensi. 2,3

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    19/33

    19

    Rencana preoperative.

    Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian

    antikonvulsan dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan

    dilindungi pemberian H2 antagonis beberapa hari sebelum operasi

    dilaksanakan. Pemberian antibiotik perioperatif digunakan sebagai

    profilaksis pada semua pasien untuk organisme stafilokokkus, dan

    pemberian cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas terhadap

    organisem pseudomonas, serta pemberian metronidazol (untuk organisme

    anaerob) ditambahkan apabila operasi direncanakan dengan pendekatan

    melalui mulut, sinus paranasal, telinga, atau mastoid.3.

    Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma intracranial3.

    - Grade I Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal

    - Grade II Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura

    - Grade III Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari

    perlekatan dura, atau mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus

    yang terserang atau tulang yang hiperostotik)

    - Grade IV Reseksi parsial tumor

    - Grade V Dekompresi sederhana (biopsy)

    Radioterapi

    Penggunaan external beam irradiation pada meningioma semakin

    banyak dipakai untuk terapi. External beam irradiation dengan 4500-6000

    cGy dilaporkan efektif untuk melanjutkan terapi operasi meningioma

    reseksi subtotal, kasus-kasus rekurensi baik yang didahului dengan operasi

    sebelumnya ataupun tidak. Pada kasus meningioma yang tidak dapat

    dioperasi karena lokasi yang sulit, keadaan pasien yang buruk, atau pada

    pasien yang menolak dilakukan operasi, external beam irradiation masih

    belum menunjukkan keefektifitasannya. Teori terakhir menyatakan terapi

    external beam irradiation tampaknya akan efektif pada kasus meningioma

    yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang mendukung teori

    ini belum banyak dikemukakan 3

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    20/33

    20

    Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan

    pertimbangan komplikasi yang ditimbulkan terutama pada meningioma.

    Saraf optikus sangat rentan mengalami kerusakan akibat radioterapi.

    Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan berupa insufisiensi pituitari

    ataupun nekrosis akibat radioterapi.3

    Radiasi Stereotaktik

    Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali

    diperkenalkan pada tahun 1960an menggunakan alat Harvard proton beam.

    Setelah itu penggunaan stereotaktik radioterapi ini semakin banyak

    dilakukan untuk meningioma. Sumber energi yang digunakan didapat

    melalui teknik yang bervariasi, yang paling sering digunakan adalah sinar

    foton yang berasal dari Co gamma (gamma knife) atau linear accelerators

    (LINAC) dan partikel berat (proton, ion helium) dari cyclotrons. Semua

    teknik radioterapi dengan stereotaktik ini dapat mengurangi komplikasi,

    terutama pada lesi dengan diameter kurang dari 2,5 cm. 3

    Kemoterapi

    Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum

    banyak diketahui efikasinya untuk terapi meningioma jinak maupun

    maligna. Kemoterapi sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma

    atipikal atau jinak baru sedikit sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi

    terapi menggunakan regimen kemoterapi (baik intravena atau intraarterial

    cis-platinum, decarbazine (DTIC) dan adriamycin) menunjukkan hasil

    yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung), walaupun regimen

    tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak. Laporan dari

    Chamberlin pemberian terapi kombinasi menggunakan cyclophosphamide,

    adriamycin, dan vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup

    dengan rata-rata sekitar 5,3 tahun. Pemberian obat kemoterapi lain seperti

    hydroxyurea sedang dalam penelitian. Pertumbuhan sel pada meningioma

    dihambat pada fase S dari siklus sel dan menginduksi apoptosis dari

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    21/33

    21

    beberapa sel dengan pemberian hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu

    kasus pemberian hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-pasien

    dengan rekurensi dan meningioma yang tidak dapat direseksi. Pemberian

    Alfainterferon dilaporkan dapat memperpanjang waktu terjadinya

    rekurensi pada kasus meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini

    kurang menimbulkon toksisitas dibanding pemberian dengan kemoterapi.3

    2.10. Prognosis

    Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena

    pengangkatan tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang

    permanen. Pada orang dewasa snrvivalnya relatif lebih tinggi

    dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah

    75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih

    besar dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada penyelidikan

    pengarang-pengarang barat lebih dari 10% meningioma akan mengalami

    keganasan dan kekambuhannya tinggi. 2,3

    Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang

    dilaporkan, dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli

    bedah maka angka kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka

    kematian post operasi selama lima tahun (19421946) adalah 7,9% dan

    (19571966) adalah 8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan

    yang terdahulu yaitu perdarahan dan edema otak. 2

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    22/33

    22

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    3.1 Identitas Pasien

    Nama : Ny. SR

    Rekam Medis : 02.31.62

    Umur : 45 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Dsn. Krajan VI/III, Mayang, Jember

    Agama : Islam

    Suku bangsa : Madura

    Tanggal MRS : Senin, 19 Mei 2014

    Tanggal KRS : Senin, 26 Mei 2014

    3.2 Subjektif

    1. Keluhan Utama

    Benjolan di kepala yang semakin membesar

    2. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien mengaku timbul benjolan sejak kurang lebih tujuh tahun yang

    lalu, pada awalnya diameter benjolan sebesar dua sentimeter, semakin

    lama semakin membesar hingga sekarang. Benjolan terasa keras dan

    kadang-kadang sakit bila ditekan. Pasien mengaku tidak pernah

    mengalami trauma pada kepala tepat di tempat benjolan tersebut.

    Pasien tidak mengeluhkan terjadi penurunan ketajaman penglihatan

    Selain itu, pasien juga mengeluhkan sering sakit kepala, pada awalnya

    terasa di bawah benjolan yang semakin lama semakin menyebar dan

    lebih dominant pada kepala sebelah kiri. Pasien juga mengeluh sering

    mengalami nyeri kepala hebat, terutama pada saat pagi hari, disertai

    rasa mual. Pasien kadang-kadang mendengar suara gemuruh pada

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    23/33

    23

    telinga kanannya. Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan pada

    pengecapan dan penciumannya.

    Sejak beberapa bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien beberapa

    kali mengalami kejang. Setiap kejang berlangsung selama kurang lebih

    lima menit berupa kekakuan seluruh tubuh dengan kedua tangan

    bergerak secara ritmik. Tiga bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien

    mengeluhkan rasa kebal pada wajah kanan yang berlangsung sampai

    sekarang. Pasien juga mengaku mengalami penurunan daya ingat

    dalam beberapa bulan terakhir ini. Pasien mengaku telah menggunakan

    KB suntik selama 6 tahun

    3. Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat Hipertensi disangkal, riwayat diabetes mellitus disangkal.

    4. Riwayat Penyakit Keluarga

    Tidak ada keluarga yang mengalami kelainan serupa.

    3.3 Objective

    Keadaan umum : Cukup

    Kesadaran : Composmetis

    Vital sign

    Tensi : 130/80 mmHg

    Nadi : 88 x/menit

    RR : 20 x/menit

    Suhu : 36,7 C

    Status generalis

    Kepala

    Mata : Tidak anemis, tidak ikterik.

    Telinga : Tidak ada secret, tidak ada darah.

    Hidung : Tidak ada secret, tidak ada darah.

    Bibir : Tidak sianotik.

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    24/33

    24

    Leher : Tidak ada pembesaran KGB

    Thorax

    Cor : Inspeksi ictus cordis tidak tampak

    Palpasi ictus cordis teraba

    Perkusi redup di ICS IV PSL sinistra dan ICS V

    MCL dextra.

    Auskultasi S1S2 tunggal

    Pulmo : Inspeksi simetris, ketertinggalan gerak (-)

    Palpasi fremitus raba (+/+)

    Perkusi sonor

    Auskultasi vesicular +/+, Ronchi -/-, Whezing -/-

    Abdomen

    Inspeksi : Flat

    Auskultasi : Bising Usus (+) Normal

    Palpasi : Soepel, Nyeri tekan (-)

    Perkusi : Timpani

    Extremitas

    Akral hangat (+) di keempat extrimitas.

    Oedem (-) dikeempat extrimitas.

    Status Lokalis

    Regio fronto-temporal:

    Didapatkan massa ukuran diameter 7 cm,

    konsistensi keras, immobile, tepi rata,

    hiperemis (-), nyeri tekan (-)

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    25/33

    25

    Status Neurologis

    1. GCS : 456

    2. Nervus Cranialis

    N. Cranialis III

    Isokor, Refleks Cahaya OD (+) OS (+), OD 3mm OS 3 mm

    N. Cranialis VII

    Waktu diam

    Kerutan dahi: N/N

    Tinggi alis: N/N

    Sudut mata: N/N

    Lipatan nasolabial: N/N

    Waktu gerak

    Mengerutkan dahi: Simetris

    Menutup mata: Simetris

    Bersiul: Simetris

    Memperlihatkan gigi: Simetris

    Pengecapan 2/3 anterior lidah: Tidak dilakukan

    Hiperakusis: -/-

    Sekresi air mata: Tidak dilakukan

    N. Cranialis XII

    Kedudukan lidah waktu istirahat: ditengah

    Kedudukan lidah waktu bergerak: ditengah

    Atrofi: -/-

    Fasikulasi: -/-

    Kekuatan lidah menekan pipi: N/N

    3. Sensorik

    Ekstremitas atas: kanan = (+) N, kiri = (+) N

    Ekstremitas bawah: kanan = (+) N, kiri = (+) N

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    26/33

    26

    4. Motorik

    5. Refleks

    Reflex fisiologis

    Refleks biseps : +/+

    Refleks triceps : +/+

    Refleks patella : +/+

    Refleks Achiles : +/+

    Refleks patologis

    Tungkai

    Refleks babinsky : (-/-)

    Refleks Chaddock : (-/-)

    Lengan

    Refleks Hoffman tromer : (-/-)

    6. Otonom

    Miksi : N

    Defekasi : N

    Sekresi keringat : N

    Salivasi : N

    5 5 5

    5 5 5

    5 5 5

    5 5 5

    5 5 5

    5 5 5

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    27/33

    27

    3.4 Pemeriksaan Penunjang

    CTScan tanggal 28 April 2014

    Laboratorium tanggal 15 Mei 2014

    Laboratorium Darah Rutin

    Hb : 15,4 g/dl

    Leukosit : 11.100 mg/ul

    Eritrosit : 5,43 juta/ul

    Hematokrit : 42 %

    Trombosit : 342.000/ul

    Laboratorium Kimia Darah

    Ureum : 21 mg/dL

    Kreatinin : 0,9 mg/dL

    Albumin : 5,1 g/dl

    SGOT : 30

    SGPT : 59

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    28/33

    28

    PT : 12,7

    APTT : 26,8

    3.5 Assesment

    Meningioma

    3.6 Planning

    Pro operasi Craniotomy

    3.7 Follow Up

    Tanggal 19 Mei 2014

    Dilakukan craniotomy. Pada operasi ini dilakukan reseksi total tumor,

    perlekatan duramater dan tulang abnormal. Kemudian hasil operasi dikirim

    ke Laboratorium Patologi Anatomi untuk diperiksa PA.

    Gambar tumor dan perlekatan duramater

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    29/33

    29

    Gambar tulang yang direseksi

    Setelah operasi, pasien dipindahkan ke ruang High Care Unit(HCU) dan

    dipindahkan ke ruang Gardena pada tanggal 22 Mei 2014.

    Tanggal 22 Mei 2014

    S) Keluhan : nyeri kepala berdenyut

    O) Keadaan umum : Lemah

    Kesadaran : Composmentis

    Vital sign

    Tensi : 150/90 mmHg

    Nadi : 80 x/menit

    RR : 20 x/menit

    Suhu : 36,4 C

    Status generalis

    Kepala/Leher : a/i/c/d -/-/-/-

    Thorax : cor S1S2 Tunggal

    Pulmo Vesiculer +/+, Rh-/-, Wh -/-

    Abdomen : flat, BU (+), timpani, soepel

    Extremitas : Akral hangat (+) pada keempat extrimitas

    Odem (-) pada keempat extrimitas

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    30/33

    30

    Status Lokalis

    Regio cranii : Elastic bandage (+), darah pada elastic bandage (-)

    Status neurologis

    GCS: 4-5-6

    NC III: isokor, Refleks cahaya OD (+) OS (+), ukuran pupil

    OD 3mm OS 3 mm

    Sensorik: Ekstremitas atas= N/N, Ekstremitas bawah=N/N

    Motorik: Ekstremitas atas= 5 5 5, Ekstremitas bawah= 5 5 5

    Otonom: BAB (+), BAK (+)

    A) Meningioma

    P) Infuse D5 NS 500 cc

    Injeksi Ketorolac 2x100 cc

    Tanggal 23 Mei 2014

    S) Keluhan : nyeri kepala berdenyut

    O) Keadaan umum : Cukup

    Kesadaran : Composmentis

    Vital sign

    Tensi : 140/90 mmHg

    Nadi : 96 x/menit

    RR : 20 x/menit

    Suhu : 36,7 C

    Status generalis

    Kepala/Leher : a/i/c/d -/-/-/-

    Thorax : cor S1S2 Tunggal

    Pulmo Vesiculer +/+, Rh-/-, Wh -/-

    Abdomen : flat, BU (+), timpani, soepel

    Extremitas : Akral hangat (+) pada keempat extrimitas

    Odem (-) pada keempat extrimitas

    Status Lokalis

    Regio cranii : Elastic bandage (+), darah pada elastic bandage (-)

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    31/33

    31

    Status neurologis

    GCS: 4-5-6

    NC III: isokor, Refleks cahaya OD (+) OS (+), ukuran pupil

    OD 3mm OS 3 mm

    Sensorik: Ekstremitas atas= N/N, Ekstremitas bawah=N/N

    Motorik: Ekstremitas atas= 5 5 5, Ekstremitas bawah= 5 5 5

    Otonom: BAB (+), BAK (+)

    A) Meningioma

    P) Infuse D5 NS 500 cc

    Injeksi Ketorolac 2x100 cc

    Tanggal 26 Mei 2014

    S) Keluhan : Tidak ada keluhan

    O) Keadaan umum : Cukup

    Kesadaran : Composmentis

    Vital sign

    Tensi : 140/80mmHg

    Nadi : 88 x/menit

    RR : 20 x/menit

    Suhu : 36,8 C

    Status generalis

    Kepala/Leher : a/i/c/d -/-/-/-

    Thorax : cor S1S2 Tunggal

    Pulmo Vesiculer +/+, Rh-/-, Wh -/-

    Abdomen : flat, BU (+), timpani, soepel

    Extremitas : Akral hangat (+) pada keempat extrimitas

    Odem (-) pada keempat extrimitas

    Status Lokalis

    Regio cranii : Elastic bandage (+), darah pada elastic bandage (-)

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    32/33

    32

    Status neurologis

    GCS: 4-5-6

    NC III: isokor, Refleks cahaya OD (+) OS (+), ukuran pupil

    OD 3mm OS 3 mm

    Sensorik: Ekstremitas atas= N/N, Ekstremitas bawah=N/N

    Motorik: Ekstremitas atas= 5 5 5, Ekstremitas bawah= 5 5 5

    Otonom: BAB (+), BAK (+)

    B) Meningioma

    P) Per oral Asam Mefenamat 3x 250 mg

    Per oral Vit B6 1X1 tab

    KRS

  • 5/22/2018 Lapsus Meningioma - Thoriqotil Haqqul m

    33/33

    33

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Brunicardi , Dana K. Andersen, Timothy R. Billiar, David L. Dunn, John G.

    Hunter, Jeffrey B. Matthews, Raphael E. Pollock. Schwartz's Principles of

    Surgery, 8th

    edition. McGraw Hill. USA. 2004.

    2. Fauiziah B, Widjaja D. Meningioma intrakranial. Cermin Dunia Kedokteran

    Vol.16. 1989. P: 36-43

    3. Pamir M, Black P. Meningiomas : A comprehensive text. Saunders Elsevier,

    Philadelphia, 2010.

    4. Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar:Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.

    5. Black P et al.Meningiomas : science and surgery. Clinical Neurosurgery Vol.54.

    2007 p:91-99.

    6. Jill S. Barnholtz-Sloan, J S, Kruchko C. Meningiomas: causes and risk factors.

    Neurosurg Focus volume 23. October, 2007. p: 1-8 .

    7. Newell F, Beaman T. Ocular Sign of Meningioma. Departement of Surgery

    University of Chicago. 1990.