Transcript
  • 1

    Analisa Subsurface Lapangan Sepak Bola Limpok dengan Menggunakan Metode Seismik Refraksi (Seismik Bias)

    Kelompok 8

    Anggota :

    Intan Maulida : 1204107010009

    Heru Hardian : 1204107010022

    Fatma Rizki : 1204107010029

    Khairul Akbar : 1204107010035

    Fuad Akbar : 1204107010037

    Rizka Hikmah : 1204107010048

    Asisten :

    Agung Prasetyo

    JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH

    2014

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Perkembangan teknologi saat ini telah mengalami perubahan yang sangat pesat dan sangat

    berguna bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah perkembangan dalam ilmu kebumian

    seperti eksplorasi, pemetaan bawah permukaan, penentuan struktur geologi bawah permukaan

    dan lain-lain. Ekslporasi adalah proses pencarian dan penambahan cadangan minyak dan gas

    yang baru dari tahapan awal (persiapan) sampai tahapan akhir (pengambilan migas /

    pengeboran). Upaya eksplorasi digunakan untuk menemukan batuan dasar (bed rock), termasuk

    minyak bumi (eksplorasi minyak bumi), gas alam, batubara, mineral, juga gua dan bahkan

    dipakai untuk mendeteksi sungai purba di daerah Peukan Bada beberapa waktu lalu.

    Dalam bidang ilmu geofisika, kita mengenal banyak metode yang digunakan dalam proses

    operasi survey lapangan, ada yang dipakai secara tunggal, ada yang dikombinasikan dengan

    metode yang lain agar hasil yang didapat lebih akurat dan sempurna. Metode yang paling banyak

    digunakan dan paling teliti dalam pengukuran dan pengambilan data salah satunya adalah

    Metode Seismik. Metode seismik merupakan salah satu metode yang sangat penting dan banyak

    dipakai di dalam bidang eksplorasi geofisika karena metode ini mempunyai ketepatan serta

    resolusi yang tinggi di dalam memodelkan struktur geologi di bawah permukaan bumi. Secara

    garis besar, metode seismik dibagi menjadi 2, yaitu seismik refraksi (seismik bias) dan seismik

    refleksi (seismik pantul). Seismik Refleksi lebih efektif digunakan untuk memodelkan struktur

    geologi yang dalam yaitu mencari hidrokarbon yang terperangkap sedangkan Seismik Refraksi

    dipergunakan untuk mendeteksi batuan atau lapisan yang letaknya cukup dangkal dan untuk

    mengetahui lapisan tanah penutup (overburden).

    Metode seismik refraksi bertujuan untuk mengukur gelombang datang yang dipantulkan

    sepanjang formasi geologi di bawah permukaan tanah. Peristiwa refraksi umumnya terjadi pada

    muka air tanah dan bagian paling atas formasi bantalan batuan. Waktu sampai gelombang

    pertama (gelombang primer) seismik pada masing-masing geophone memberikan informasi

  • 3

    mengenai kedalaman dan lokasi dari lapisan permukaan geologi serta kecepatan batuan yang ada

    pada lapisan tersebut.

    Mekanisme pengambilan data lapangan yang dipergunakan dalam Seismik Refraksi adalah

    mengetahui jarak dan waktu yang terekam oleh alat Seismograf untuk mengetahui kedalaman

    dan jenis lapisan tanah yang diteliti. Dari getaran atau gelombang yang diinjeksikan dari

    permukaan tanah akan merambat kebawah lapisan tanah secara radial yang di mana pada saat

    bertemu lapisan dengan sifat elastik batuan di bawah permukaan yang berbeda. Maka gelombang

    yang datang akan mengalami pema ntulan dan pembiasan. Gelombang yang melewati bidang

    batas dengan sifat lapisan yang berbeda akan terpantul dan terbiaskan kepermukaan kemudian di

    tangkap oleh alat reciver yaitu Geophone yang diletakkan di permukaan dan disusun

    membentang secara horizontal (berupa garis lurus) kemudian dicatat / direkam oleh alat

    seismogram.

    Dengan mengetahui waktu tempuh gelombang dan jarak antar geophone dan sumber ledakan,

    struktur lapisan geologi di bawah permukaan bumi dapat diperkirakan berdasarkan besar

    kecepatannya.

    1.2. Tujuan

    Adapun tujuan kami melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut :

    - Menyelesaikan tugas praktikum mata kuliah wajib Metode Seismik Refraksi.

    - Mengerti dan memahami cara pengukuran , pengambilan, pengolahan dan interpretasi

    data seismik refraksi.

    - Mengetahui struktur geologi bawah permukaan di lokasi pengukuran.

    - Menentukan kecepatan dan kedalaman suatu perlapisan.

    - Menentukan jenis batuan berdasarkan kecepatan gelombang yang merambat dalam

    batuan tersebut.

    - Mengerti dan memahami cara menggunakan software Winsism v.12.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Gelombang Seismik

    Gelombang seismik adalah adalah gelombang elastik yang merambat dalam bumi.

    Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik ada yang

    merambat melalui medium bumi yang disebut body wave (gelombang badan) dan ada juga yang

    merambat melalui permukaan bumi yang disebut surface wave (gelombang permukaan).

    Berdasarkan arah getarnya, gelombang badan dibagi menjadi dua yaitu gelombang primer (P)

    dan gelombang sekunder (S). Gelombang P merupakan gelombang longitudinal atau gelombang

    kompresional, yaitu gerakan partikel yang sejajar dengan arah perambatannya. Gelombang

    kompresional disebut gelombang primer (P) karena kecepatannya paling tinggi antara gelombang

    lain dan tiba pertama kaligelombang atau getaran yang merambat di tubuh bumi dengan

    kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum dan menjalar akibat adanya

    penekanan dan peregangan. Sedangkan gelombang sekunder (S) merupakan gelombang

    transversal atau gelombang shear, gerakan partikel terletak pada suatu bidang yang tegak lurus

    dengan arah penjalarannya. Seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah

    berkurang,yakni 4-7 km/detik dan tiba setelah gelombang P Gelombang sekunder tidak dapat

    merambat melalui lapisan cair. Gelombang S memiliki lebar amplitude yg besar sehingga

    gelombang ini akan memilki kekuatan yg sangat besar dalam merontokkan bangunan, juga

    mengakibatkan longsoran tebing-tebing yang curam. Gelombang Sekunder (S Wave) ini

    menjalar seperti gelombang air yang mengalun-alun. Menjalar naik-turun. Jadi gelombang ini

    melempar-lemparkan keatas kebawah ketika anda merasakan adanya gempa.

    Gelombang permukaan merupakan gelombang elastic yang menjalar melalui permukaan

    bebas yang disebut sebagai Tide Waves. Gelombang permukaan terdiri dari gelombang love dan

    gelombang rayleigh. Gelombang love merupakan gelombang yang menjalar di permukaan bumi

    yang karakteristiknya memiliki pergerakan yang mirip dengan gelombang S, yaitu arah

  • 5

    pergerakan partikel medan yang dilewati arahnya tegak lurus terhadap arah perambatan

    gelombang. Yang membedakan adalah lokasi perambatan gelombang cinta terdapat di

    permukaan bumi. Dan getarannya secara lateral (mendatar). Sedangkan gelombang rayleigh

    gelombang permukaan juga yang arah pergerakan partikelnya bergerak berputar di permukaan

    (Nurdiyanto, 2011).

    2.2. Asas dan Hukum Metode Seismik

    Hal-hal yang menjadi dasar pembiasan gelombang adalah sebagai berikut :

    a. Asas Fermat

    Asas Fermat mengatakan bahwa Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui

    jalan tersingkat waktu penjalarannya dan selalu melintas pada lintasan optik terpenden (garis

    lurus).

    b. Prinsip Huygens

    Huygens mengatakan Setiap titik pada muka gelombang akan menjadi sumber baru. Front

    gelombang yang menjalar menjauhi sumber adalah superposisi front gelombang-front

    gelombang yang dihasilkan oleh sumber gelombang baru tersebut.

    c. Hukum Snellius

    Gelombang akan dipantulkan atau dibiaskan pada bidang batas antara dua medium.

    Menurut persamaan :

    Dimana :

    i = Sudut datang

    r = Sudut bias

    V1 = Kecepatan gelombang pada medium 1

    V2 = Kecepatan gelombang pada medium 2

  • 6

    Selain itu Snellius menyatakan :

    - Gelombang datang, gelombang pantul dan gelombang bias berada pada bidang yang

    sama.

    - Sudut dating = sudut pantul.

    - Sinus sudut bias = sinus sudut dating dikali perbandingan kecepatan medium yang dilalui

    gelombang terhadap medium pembias.

    - Sudut sudut kritis sinus sudut dating sama dengan perbandingan kecepatan medium yang

    dilalui gelombang terhadap kecepatan medium bias.

    (Susilawati, 2004)

    2.3. Asumsi Dasar

    Berbagai asumsi dasar terhadap medium bawah permukaan bumi antara lain :

    Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang

    seismik dengan kecepatan yang berbeda.

    Makin bertambahnya kedalaman batuan lapisan bumi makin kompak dan

    kecepatannya pun semakin bertambah.

    Perambatan gelombang seismik dipandang sebagai sinar.

    Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan kecepatan

    lapisan dibawahnnya.

    Sedangkan asumsi dasar terhadap penjalaran gelombang seismik adalah :

    Panjang gelombang seismik

  • 7

    2.4. Seismik Refraksi

    Pada prinsipnya, metode seismik refraksi memanfaatkan perambatan gelombang seismik

    yang merambat kedalam bumi. Dalam metoda ini diberikan suatu gangguan berupa gelombang

    seismik pada suatu sistem kemudian gejala fisisnya diamati dengan menangkap gelombang

    tersebut melalui geophone. Waktu tempuh gelombang antara sumber getaran dan penerima akan

    menghasilkan gambaran tentang kecepatan dan kedalaman lapisan. Waktu yang diperlukan oleh

    gelombang seismik untuk merambat pada lapisan batuan bergantung pada besar kecepatan yang

    dimiliki oleh medium yang dilaluinya tersebut. Data yang diperoleh berupa travel time dari

    gelombang pada tiap-tiap geophone. Untuk mendapatkan kualitas rekaman seismik refraksi yang

    tinggi dan mengandung bentuk first break yang tajam dilakukan teknik stacking, gain dan

    filtering.

    Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk

    menjalar pada batuan dari posisi sumber seismik menuju penerima pada berbagai jarak tertentu.

    Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah sinyal pertama (firstbreak) diabaikan, karena

    gelombang seismik refraksi merambat paling cepat dibandingkan dengan gelombang lainnya

    kecuali pada jarak (offset) yang relatif dekat sehingga yang dibutuhkan adalah waktu pertama

    kali gelombang diterima oleh setiap geophone. Kecepatan gelombang P lebih besar dibandingkan

    dengan kecepatan gelombang S sehingga waktu datang gelombang P yang digunakan dalam

    perhitungan metode ini. Parameter jarak dan waktu penjalaran gelombang dihubungkan dengan

    cepat rambat gelombang dalam medium. Besarnya kecepatan rambat gelombang tersebut

    dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada dalam material yang dikenal sebagai

    parameter elastisitas.

  • 8

    Gambar 2.1 Metode Seismik Refraksi

    Gelombang yang dapat terekam oleh penerima pada permukaan bumi hanyalah gelombang

    seismik refraksi yang merambat pada batas antar lapisan batuan. Hal ini hanya dapat terjadi jika

    sudut datang merupakan sudut kritis atau ketika sudut bias tegak lurus dengan garis normal (r =

    90 sehingga sin r = 1). Hal ini sesuai dengan asumsi awal bahwa kecepatan lapisan

    dibawah interface lebih besar dibandingkan dengan kecepatan diatas interface.

    Tahapan akhir dalam metode seismik refraksi adalah membuat atau melakukan interpretasi

    hasil dari survei menjadi data bawah permukaan yang akurat. Data-data waktu dan jarak dari

    kurva travel time diterjemahkan menjadi suatu penampang seismik, dan akhirnya dijadikan

    menjadi penampang geologi. Survey geofisika dengan metode seismik refraksi adalah bertujuan

    untuk mendeteksi struktur geologi di bawah permukaan dangkal, misalnya patahan. Untuk

    menentukan kedalaman di bawah sumber pada medium dua lapis atau lebih yang horizontal

    maupun miring serta menentukan jenis batuan berdasarkan kecepatan gelombang yang merambat

    dalam batuan tersebut.

  • 9

    Gambar 2.2 Ilustrasi penyusunan alat

    (Telford, M.W, 1976)

    2.5. Pembiasan pada Bidang Lapisan Atas

    Prinsip utama metode refraksi adalah penerapan waktu tiba pertama gelombang baik

    langsung maupun gelombang refraksi. Mengingat kecepatan gelombang P lebih besar daripada

    gelombang S maka kita hanya memperhatikan gelombang P. Dengan demikian antara sudut

    datang dan sudut bias menjadi :

    Pada pembiasan kritis sudut r = 90o sehingga persamaan menjadi :

    Hubungan ini dipakai untuk menjelaskan metode pembiasan dengan sudut datang kritis.

    Gambar 2.3 memperlihatkan gelombang dari sumber S menjalar pada medium V1, dibiaskan

  • 10

    kritis pada titik A sehingga menjalar pada bidang batas lapisan. Dengan memakai perinsip

    Huygens pada bidang batas lapisan, gelombang ini dibiaskan ke atas setiap titik pada bidang

    batas itu sehingga sampai ke detektor P yang ada di permukaan.

    Gambar 2.3 Pembiasan dengan sudut kritis

    Jadi gelombang yang dibiaskan di bidang batas yang datang pertama kali di titik P pada bidang

    batas diatasnya adalah gelombang yang dibiaskan dengan sudut datang kritis. (Susilawati, 2004)

  • 11

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1. Lokasi

    Tempat : Lapangan Sepak Bola Limpok

    Posisi geophone :

    Offset 1 : 503339.40 N 9502211.87 E

    Offset 2 : 503334.83 N 9502215.15 E

    Waktu : 8 Mei 2014. Pukul 14.00 16.00 WIB

    Gambar 3.1 Lokasi pengukuran (Lapangan Sepak Bola Limpok)

  • 12

    3.2. Peralatan

    Adapun peralatan yang kami gunakan dalam praktikum ini bias dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 3.1 Peralatan yang digunakan dalam praktikum Metode Seismik Refaraksi

    No. Alat Jumlah

    1. Seismograf PASI 16S-24P 1 buah

    2. Geophone 24 buah

    3. Trigger 1 buah

    4. Kabel Geophone 2 gulungan

    5. Kabel Trigger 1 gulungan

    6. Palu 1 buah

    7. Plat Besi 1 buah

    8. Meteran 1 buah

    9. Power supply / baterai 12 V 1 buah

    10. Perlengkapan tambahan (Alat tulis, Flashdisk, GPS,

    Payung)

    Secukupnya

    3.3. Tahapan Pelaksanaan

    Adapun tahapan pelaksaan metode seismik refraksi terdri atas 3 tahapan, yaitu akuisisi data,

    pengolahan data, dan interpretasi data.

    3.3.1. Akuisisi Data

    Akuisisi data adalah sekarangkaian langkah yang dilakukan dari awal hingga

    akhir dalam pengambilan atau pengumpulan data dilapangan. Tujuan utama

    akuisisi data seismik adalah untuk memperoleh pengukuran travel time dari

    sumber energi ke penerima. Keberhasilan akusisi data bisa bergantung pada jenis

    sumber energi yang dipilih. Sumber energi seismik dapat dibagi menjadi dua yaitu

    sumber impulsif dan vibrator.

    Adapun tahapan akuisisi data adalah sebagagi berikut :

  • 13

    3.3.1.1. Pemasangan Alat

    Hal pertama ynag harus dilakukan adalah pemasangan alat. Berikut

    adalah langkah-langkah pengerjaanya :

    a. Line seismic (garis seismik)

    Penentuan line seismic hendaknya di desain sedemikian rupa

    sesuai kebutuhan dan memperhatikan panjang bentangan agar kita

    tidak salah dalam melakukan pemilihan lokasi praktikum. Hline

    seismic umumnya dibuat berupa garis lurus secara horizontal dan

    diusahakan berada pada posisi permukaan tanah yang datar. Hal ini

    berkaitan dengan tujuan praktikum yaitu mengetahui profil bawah

    permukaan bumi.

    Berikut adalah desain lapangan yang kami gunakan saat

    praktikum:

    Jumlah line : 1 line

    Spasi antar geophone : 3 meter

    Jarak offset 1 ke geophone 1 : 36 meter

    Jarak endshoot 1 ke geophone 1 : 1,5 meter

    Total panjang bentangan : 144 meter

    Gambar 3.2 kenampakan line seismik

  • 14

    b. Setelah itu lakukan pengukuran lapangan menggunakan meteran

    dari offset 1 sampai offset 2 (dibentangkan sepanjang 144 meter)

    dan meteran dibirakan berada di tanah.

    c. 24 buah geophone ditancapkan dengan spasi 3 meter antar

    geophone dengan geophone 1 berada pada jarak 37,5 meter dan

    geophone 24 berada pada jarak 109,5 meter. Tandai juga center

    (antar geophone12 dan geophone 13) yaitu pada jarak 75 meter

    guna untuk shoot saat pengukuran data di center (centershoot).

    d. Koordinat geophone 1 dan 24 dicatat. Hal ini berguna saat kita

    memplotkan peta untuk memperlihatkan lokasi praktikum kita.

    e. Kabel geophone dibentangkan dan masing-masing konektor

    geophone dihubungkan ke konektor kabel.

    f. Seismograf PASI diletakkkan diantara geophone 12-13 dan

    diusahakan berada dalam tempat yang teduh (gunakan payung

    untuk melindungi alat).

    g. Hubungkan Seismograf PASI ke power supply (baterai 12 V) dan

    panaskan alat selama 15 menit agar alat tidak macet dan error

    sewaktu digunakan.

    h. 2 kabel penghubung geophone dihubungkan dengan Seismograf

    PASI. Perhatikan dimana letak kabel penghubung geophone

    seharusnya dihubungkan.

    i. Hubungkan kabel trigger dengan Seismograf PASI 16S-24P.

    3.3.1.2. Pengukuran

    Pengukuran dilakukan dengan menginjeksikan arus ke dalam bumi

    yang tangkap oleh geophone dan di rekam oleh Seismograf PASI 16S-

    24P. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

    a. Klik menu acquisition pada seismograf PASI untuk memulai

    akuisisi data.

    b. Pilih setting. Tentukan record time dan sampling time untuk waktu

    yang dibutuhkan geophone merekam gelombang yang

  • 15

    diinjeksikan. Untuk record time kami memilih 1024 ms karena

    spasi antar geophone yang digunakan cukup jauh agar semua

    geophone dapat menangkap sinyal yang diberikan. Dan sampling

    time 250 s. Untuk sampling time diusahakan sama dari shoot

    pertama sampai shoot terkahir karena jika diubah-ubah bias

    membuat data yang diperoleh error dan tidak bias diolah. Tentukan

    juga jumlah stacking yang ingin dilakukan. Kami menggunakan 5

    kali satcking di setiap shoot.

    c. Klik add note pada seismograf PASI untuk membuat nama data

    pengukuranyang baru. Kami menamaknnya LPK-1.

    d. Untuk melakukan stacking pada offset 1, plat besi diletakkan pada

    jarak 1 meter (tempat offset yang sudah di tentukan tadi). Dan

    sdikit menenggelamkannya kedalam tanah agar plat tidak bergeser

    sewaktu dipukul.

    e. Tancapkan trigger tepat di sebelah plat besi dan hubungkan

    konektor trigger dengan konektor kabel trigger. Trigger berfungsi

    untuk memicu penguatan gelombang seismik yang akan diterima

    oleh geophone.

    f. Klik start pada seismograf untuk memulai pengukuran.

    g. Plat besi dipukul menggunakan palu seismik sebagai sumber

    injeksi gelombang seismik dan biarkan lampu pada Seismograf

    PASI berkedip (menandakan seismograf sedang merekam

    gelombang yang diterima oleh geophone) sampai mati lalu lakukan

    lagi stacking kedua. Begitu seterusnya sampai stacking kelima.

    h. Setelah itu klik load pada seismograf untuk memuat/melihat hasil

    perekaman gelombang oleh geophone.

    i. Jika data memiliki noise yang lebih besar (tiba gelombang P susah

    dilihat) maka lakukan lagi langkah g untuk mengulang proses

    pemberian arus sampai data yang didapat bias diolah sewaktu

    pengolahan data nanti.

  • 16

    j. jika data yang diperoleh sudah lebih bagus selanjutnya kita

    melakukan langkah g untuk bagian endshoot 1, centershoot,

    ensdshoot 2 dan offset 2.

    k. Untuk masing-masing shoot data yang bagus ada baiknya dicatat

    agar sewaktu pengolahan data nanti kita tidak keliru dalam

    memilih data yang sudah kiita ukur.

    l. Setelah semua selesai, cabut kabel penghubung kabel geophone

    dan kabel penghubung trigger tekan off untuk mematikan

    Seismograf PASI dan cabut kabel penghubung power supply.

    m. Gulung semua kabel dan meteran.

    n. Cabut semua geophone yang ditancapkan tadi.

    o. Lakukan pengecekkan alat sebelum pulang.

    3.3.2. Pengolahan Data

    Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan dari software Winsism

    12. Hal yang perlu dilakukan dalam pengolahan data yaitu mnge-pick data,

    menghitung kecepatan lapisan dan menghitung kedalaman lapisan.

    a. Picking data

    Picking data dilakukan untuk menghitung waktu tiba gelombang P (First

    Break Time). Picking data pada software ini dilakukan secara manual,

    sehingga kita harus berhati-hati dan harus teliti dalam mngepick karena hasil

    dari picking data ini akan mempengaruhi hasil akhir dari data yang kita olah

    dan akan berpengaruh terhadap interpretasi data nanti.hasil picking bias dilihat

    pada kurva travel time (secara otomatis tampak dari hasil picking).

    b. Menghitung velocity

    Menghitung velocity atau kecepatan dilakukan untuk menentukan kecepatan

    gelombang perlapisan yang diperoleh dari grafik travel time dan

    memanfaatkan kemiringannya untuk menentukan intercept timenya terlebih

    dulu.

  • 17

    c. Menghitung Depth

    Menghitung depth atau kedalaman dilakukan untuk menentukan kedalaman

    perlapisan batuan. Hal ini berguna untuk proses pempoltan subsurface pada

    penampang profil 2D.

    3.3.3. Interpretasi Data

    Interpretasi data yaitu kegiatan yang bertujuan untuk menganalisis suatu hasil

    pengolahan data dalam bentuk profil 2D yang akan menjadi informasi yang

    berguna.

    3.4. Diagram Alir

    Berikut ini adalah diagram alir tahapan pelaksanaan metode seismik refraksi :

    Gambar 3.3 Diagram alir tahap pelaksanaan metode seismic

    Akuisisi

    Data

    Pengolahan

    Data

    Interpretasi

    Data

    Pemasangan Alat

    Pengukura Data

    Picking Data

    Menghitung Velocity

    Menghitung Depth

    Intercept Time

    Delay Time (ABC)

    GRM

  • 18

    BAB IV

    ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

    4.1. Analisa Data

    Setelah melakukan akuisisi data, kami mendapatkan data waktu tiba gelombang P dari hasil

    picking arrival time (first break) dengan pengolahan data menggunakan software Winsism.

    Kemudian data diplotkan kedalam grafik travel time, dan menghitung kecepatan (velocity)

    gelombang pada tiap-tiap lapisan. Perhitungan kecepatan gelombang menggunakan persamaan

    matematis yang sederhana, yaitu:

    - Untuk lapisan pertama

    - Untuk lapisan kedua

    - Untuk lapisan ketiga

    =

    Keterangan :

    v : kecepatan gelombang

    x : jarak geophone

    t : waktu tempuh gelombang

  • 19

    Gambar 4.1 kurva travel time

    Dari kurva diatas bisa dilihat berdasarkan kemiringan layer pada kurva travel time, kita

    memperoleh 3 buah layer. Yang artinya kita mendapat 3 lapisan bawah permukaan yang akan

    kita tentukan kecepatan dan kedalamannya.

    Setelah mendapatkan kecepatan di masing-masing lapisan, kita akan mulai menghitung

    kedalaman lapisan. Menghitung kedalaman lapisan dilakukan menggunakan intercept time.

    Perhatikan gambar berikut ini.

    Gambar 4.2 Perhitungan manual intercept time dari kurva travel time

  • 20

    Dari gambar diatas kita mendapatkan persamaan intercept time untuk masing-masing lapisan,

    yaitu :

    - Lapisan pertama

    h1 =

    2 2+2

    - Lapisan kedua

    - Lapisan ketiga tidak memiliki persamaan matematis karena ketebalan lapisan ketiga tidak

    diketahui dimana batas lapisannya. Untuk menghitung kedalaman lapisan ketiga kita

    memerlukan lapisan keempat sebagai acuan intercept timenya. Sedangkan data hasil

    pengukuran tidak menunjukkan adanya lapisan keempat, jadi kita hanya menghitung

    kedalaman lapisan pertama dan kedua saja.

    Keterangan :

    Z1 dan Z2 : ketebalan lapisan pertama dan kedua (m)

    Ti1 dan Ti2 : intercept time untuk tiap lapisan (m/s)

    V1 dan V2 : kecepatan lapisan pertama dan kedua (m/s)

    Dari persamaan diatas, kita dapat melihat ketebalan masing-masing lapisan bawah

    permukaan yang merupakan hasil Compute mini and maximum elevation dari Grid usuing shoot

    point dalam bentuk profil 2D seperti gambar dibawah ini.

  • 21

    Gambar 4.3 Profil 2D Intercept Time

    Setelah melakukan metode intercept time, maka selanjutnya kita akan melakukan metode

    Delay Time (ABC) guna untuk mendapatkan Total Time yang akan dibutuhkan sewaktu

    melakukan Generalized Reciprocal Method nantinya. Persamaan delay time dapat diperoleh dari

    gambar dibawah ini.

    Gambar 4.4 Delay Time (ABC)

    Maka diperoleh persamaan :

    Delay = (T ABCD + T DEFG) TABFG

  • 22

    Dengan mengetahui ketebalan dan kecepatan pada tiap shot, maka kita dapat menghitung

    kedalaman lapisan dasar dibawah semua geophone dengan menggunakan rumus berikut ini.

    Dengan menggunakan persamaan hasil turunan rumus diatas maka kita akan mendapatkan

    kedalaman lapisan dasar dibawah ke 24 geophone. Berikut ini adalah kenampakan profil 2D

    metode ABC :

    Gambar 4.5 Profil 2D metode ABC

  • 23

    Dari hasil metode Delay Time (ABC) maka kita bisa melakukan metode yang terakhir, yaitu

    Generalized Reciprocal Method yang lebih sering dikenal dengan sebutan Metode GRM. Dari

    gambar dibawah ini kita akan mendapatkan keadaan detail suatu lapisan.

    Gambar 4.6 Metode GRM

    Dengan menggunakan metode GRM diperoleh kenampakan lapisan dalam bentuk profil 2D,

    yaitu:

    Gambar 4.7 Profil 2D metode GRM

  • 24

    4.2. Interpretasi Data

    Untuk mendapatkan tingkat kekerasan batuan kita akan menggunakan Hukum Gardner.

    Hukum Gardner memperlihatkan hubungan antara massa jenis dengan kecepatan perambatan

    gelombang. Dimana :

    : massa jenis (gr/cm3)

    : konstanta (0,31)

    V : kecepatan perambatan gelombang (m/s)

    Berdasarkan interpretasi data yang kami peroleh, kami menemukan 3 lapisan litologi bawah

    permukaan dengan kecepatan yang berbeda-beda. Untuk lapisan pertama kami mendapatkan

    nilai kecepatan (V1) = 300 700 m/s dengan ketebalan lapisan mencapai 2 m. Untuk lapisan

    kedua kami mendapatkan nilai kecepatan (V2) = 700 1200 m/s dengan ketebalan 4 m. Dan

    untuk lapisan ketiga kami memdapatkan nilai kecepatan (V3) = >1200 dengan ketebalan tak

    terhingga (karena tidak mendapatkan litologi lapisa keempat)

    Tabel 4.1 Interpretasi Data

    Kedalaman

    (m)

    Kecepatan

    (m/s)

    Jenis Batuan

    0 2 300 700 Top Soil

    2 4 700 1200 Clay

    >4 >1200 Weathered Bedrock

    Berdasarkan tabel diatas, didapatkan pada lapisan pertama terdapat jenis batuan Top Soil

    (tanah timbunan) dengan ketebalan 0 - 2 m. Pada lapisan kedua dengan kedalaman 2 4 m

    terdapat jenis batuan Clay. Dan untuk lapisan ketiga dengan kedalaman tak terhingga ditemukan

    batuan dengan jenis batuan Weathered Bedrock.

  • 25

    BAB V

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum seismik refraksi ini adalah :

    - Hasil praktikum seismik refraksi di Lapangan Sepak Bola Limpok terdapat tiga lapisan

    dengan kecepatan antara 300 m/s sampai > 1200 m/s.

    - Pengklasifikasian lapisan berdasarkan kecepatan rambat gelombang P yaitu pada lapisan

    pertama 300 - 700 m/s, untuk lapisan kedua 700 - 1200 m/s, dan untuk lapisan ketiga

    >1200 m/s.

    - Litologi bawah permukaan berdasarkan hasil interprets terdiri dari top soil, clay, dan

    weathered bedrock.

    5.2. Saran

    Jangan lupa panaskan alat kurang lebih 15 menit agar alat tidak error dan macet sewaktu

    digunakan nanti yang dapat mengganggu aktifitas pengukuran. Dan diharapkan untuk praktikkan

    kedepannya agar lebih menjaga alat dan membersihkan alat saat selesai digunakan agar alat tidak

    jorok dan awet.


Recommended