LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN SEKSIO SESAREA
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Seksio sesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus. ( Prawirohardjo, 1999)
Seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen
dan dinding uterus. (Cunningham dkk, 1990)
Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding rahim. (Lastiko Bramantyo, 2003)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seksio sesaria adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus.
2. Jenis Seksio Sesarea Berdasarkan Teknik Penyayatan
a. Seksio sesarea klasik, yaitu insisi memanjang pada segmen uterus.
b. Seksio sesarea transperitonial profunda, yaitu insisi pada segmen bawah rahim,
teknik ini sering dilakukan memanjang atau melintang.
c. Seksio sesarea ekstraperitonial, yaitu rongga peritoneum tidak dibuka dulu,
dilakukan pada pasien dengan infeksi intera uterin yang berat.
3. Klasifikasi
a. Seksio Sesarea Primer
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio
sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit.
b. Seksio Sesarea Sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa, bila tidak
ada kemajuan persalinan, baru dilakukan seksio sesarea.
c. Seksio Sesarea Ulang
Ibu pada kehamilan lalu mengalami seksio sesarea dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.
d. Seksio Sesarea Postmortem
Seksio sesarea yang dilakukan segera pada ibu hamil cukup bulan yang
meninggal tiba-tiba sedangkan janin masih hidup.
4. Indikasi
a. Disproporsi chepalopelvik atau kelainan panggul.
b. Plasenta previa
c. Gawat janin
d. Pernah seksio sesarea sebelumnya
e. Kelainan letak janin
f. Hipertensi
g. Rupture uteri mengancam
h. Partus lama (prolonged labor)
i. Partus tak maju (obstructed labor)
j. Distosia serviks
k. Ketidakmampuan ibu mengejan
l. Malpresentasi janin
Letak lintang
- Bila ada kesempitan panggul maka secsio sesarea adalah cara yang
terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
- Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan secsio
sesarea walau tidak ada perkiraan panggul sempit.
- Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-
cara lain.
Letak bokong
Secsio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada :
- Panggul sempit
- Primigravida
- Janin besar dan berharga
Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain
tidak berhasil.
Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.
Gemelli, dianjurkan secsio sesarea bila
- Janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
- Bila terjadi interlock
- Distosia oleh karena tumor
- Gawat janin
5. Komplikasi
a. Infeksi puerpuralis (nifas)
Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau
perut sedikit kembung
Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
b. Perdarahan, disebabkan karena :
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
Atonia uteri
Perdarahan pada placenta bed
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
6. Nasihat Pasca Operasi
a. Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun, dengan memakai
kontrasepsi.
b. Kehamila selanjutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Pre Operatif
Sirkulasi
Hipertensi, perdarahan vagina mungkin ada.
Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi dengan tanda kegagalan dan
atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
Makanan/ cairan
Nyeri epigastrik, gangguan penglihatan, edema (tanda-tanda hipertensi karena
kehamilan) (HKK).
Nyeri/ ketidaknyamanan
Distosia, persalinan lama/ fungsional, kegagalan induksi, nyeri tekan uterus
mungkin ada.
Keamanan
- Penyakit hubungan seksual aktif (misal: herpes)
- Inkompabilitas Rh yang berat
- Adanya komplikasi ibu seperti HKK, diabetes, penyakit ginjal, jantung,
atau infeksi asenden = trauma abdomen pranatal.
- Prolaps tali pusat, distres janin.
- Ancaman kelahiran janin premature.
- Presentasi bokong dengan versi sefalik eksternal yang tidak berhasil.
- Ketuban telah pecah selama 24 jam atau lebih lama.
Seksualitas
- Disporposi sefalopelvis (CPD)
- Kehamilan multipel atau gestasi (uterus sangat distensi)
- Melahirkan sesarea sebelumnya, bedah uterus atau serviks sebelumnya.
- Tumor/ neoplasma yang menghambat pelvis/ jalan lahir.
Penyuluhan/ pembelajaran
Kalahiran sesarea dapat atau mungkin tidak direncanakan, mempengaruhi
kesepian dan pemahaman klien terhadap prosedur.
Pemeriksaan diagnostic
- Hitung darah lengkap, yaitu olongan darah (ABO) dan pengocokan silang,
tes coombs.
- Urinalisisuntuk enentukan kadar albumin atau glukosa.
- Kultur untuk mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.
- Pelvimetri untuk menentukan CPD
- Amniosentesis untuk mengkaji maturnitas paru janin
- Ultrasonografi untuk melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan,
kedudukan dan presentasi janin.
b. Pengkajian Post Operatif
Pengkajian dasar data klien
Tinjau ulang catatan prenatal dan intra operatif dan adanya indikasi untuk
kelahiran searea.
Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
Integritas ego
- Dapat menunjukkan labilitas emosional, dari kegembiraan, sampai
ketakutan, marah atau menarik diri.
- Klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam
pengalaman kelahiran, mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk
menghadapi situasi baru.
Eliminasi
- Kateter urinaris indweiling mungkin terpasang: urine jernih pucat.
- Bising usus tidak ada, samar atau jelas.
Makanan/ cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
Neurosensasi
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
Nyeri/ ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber. Misal: trauma
bedah/ insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek
anestesia, mulut mungkin kering.
Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vaskuler.
Keamanan
- Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda kering dan utuh.
- Jalur parental bila digunakan paten can sisi bebas eritema, bengkok, nyeri
tekan.
Seksualitas
- Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus.
- Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan berlebihan/ banyak.
INDIKASIDisproporsi sefalopelvik, Palsenta previa, Gawat janin, Pernah SC sebelumnya, Kelainan letak janin, Hipertensi, Rupture uteri mengancam, Partus lama, Partus
tak maju, Distorsio servik Ketidakmampuan ibu mengejan
Resti perdarahan
Atonia uteri
Mempengaruhi tonus uteri
Resti kekurangan volume cairan dan
elektrolit
Respon mual muntah
Medulla oblongata
Pola napas tak efektif
Gangguan pada pons
Supresi SSP
Efek anestesi
Resti infeks
i
Invasi
mikroorganism
e
Luka bekas insisi
Nyeri
Diskontinu itas jaringan
Trauma jaringan
Cemas Pasca operatif
SC (tranperitonialis profunda)
Adaptasi psikologis
Adaptasi fisiologis
Post partum
Proses laktasi
Produksi ASI
Isapan bayi Stimulasi Hip. Posterior
Stimulasi Hip.anterior Sekresi oksitosin
Putting inverte
Stimulasi duktus alveoli Kelj. Mamae
Sekresi prolaktin
Taking in Taking hold Letting go
Penerimaan peran
baru
Perubahan peran
Cemas
Menghambat sekresi oksitosin
Pressure the ejection of breast feeding
Ineffective breast feeding
c. Pathway
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan (trauma jaringan)
2) Pola napas tak efektif berhubungan dengan supresi pada ssp
3) Ineffective breast feeding berhubungan dengan terhambatnya pengeluaran ASI
4) Cemas berhubungan dengan tindakan pasca operasi
5) Resti kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan mual,
muntah
6) Resti infeksi berhubungan dengan pemajanan luka bekas insisi dengan
lingkungan luar.
7) Perubahan peran berhubungan dengan adanya peran-peran baru setelah
melahirkan.
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional1. Nyeri berhubungan dengan
diskontinuitas jaringan (trauma jaringan)
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 x 2 jam diharapkan klien dapat mengontrol nyeri yang dibuktikan dengan Criteria hasil : Klien menyatakan nyeri
hilang/ terkontrol Ekspresi wajah tidak
menunjukkan rasa menahan sakit
Kualitas nyeri menunjukkan skala 0-3
Perilaku relaksasi TD 120/80 – 130/90
mmHg Nadi 90x/ menit Pola nafas efektif 24x/
menit
Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat
Evaluasi tekanan darah (TD) dan nadi. Perhatikan perubahan perilaku (bedakan antara kegelisahan karena nyeri atau kehilangan darah akibat dari proses pembedahan.
Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya dan berikan gosokan punggung anjurkan penggunaan teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi (rangsangan jaringan kutan)
Palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh, memudahkan berkemih periodic setelah pengangkatan kateter indwelling.
Anjurkan penggunaan dengan penyokong.
Lakukan latihan nafas dalam, spirometri intensif dan batuk dengan menggunakan prosedur-prosedur tepat, 30 menit setelah pemberian analgesic.
Meningkatan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas dan ketakutan karena ketidaktahuan dan memberikan rasa control.
Pada banyak klien menyebabkan gelisah
Merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri, meningkatkan kjetidaknyaman dan menurunkan distraksi tidak menyenangkan, meningkatkan rasa ketidaksejahteraan.
Kembalinya kandung kemih normal memerlukan 4-7 hari dan over distena kandung kemih menciptakan peranan dorongan dan ketidaknyamanan.
Mengangkat payudara kedalam dan keatas mengakibatkan posisi lebih nyaman dan menurunkan kelelahan otot.
Napas dalam meningkatkan upaya pernafasan, pembebatan menurunkan regangan area insisi dan mengurangi nyeri dan ketidaknyaman berkenaan dengan gerakan otot abdomen, baruk diindikasikan bila sekresi atau ronki terdengar.
2. Pola napas tak efektif berhubungan dengan supresi pada ssp
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 x 2 jam diharapkan Klien dapat bernafas secara efektif yang dibuktikan dengan criteria hasil: Pola nafas efektif 24x/
Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, alirean darah faringeal
Observasi frekuensi dan kedalaman pernafasan, pemakaian otot-otot Bantu pernafasan
Mencegah obstruksi jalan nafas
Dilakukan untuk memastikan efektifitas pernafasan sehingga upaya memperbaikinya dapat segera dilakukan.
menit Pantau tanda-tanda vital secara terus menerus
Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernafasan dan jenis pembedahan.
Lakukan latihan gerakan sesegera mungkin pada pasien yang reaktif dan lanjutkan pada pasca operasi.
Meningkatkan pernfasan, takikardia/ brakikardia menunjukkan kemungkinan terjadinya hipoksia.
Evaluasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aspirasi dari muntah.
Ventilasi dalam yang aktif membuka alveolus, mengeluarkan sekresi, meningkatkan pengangkutan oksigen, membuang gas anestesi.
3. Ineffective breast feeding berhubungan dengan terhambatnya pengeluaran asi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 4 jam diharapkan klien dapat mengungkapkan tingkat kepuasan proses menyusui yang dibuktikan dengan posisi menyusui bayi nyaman dan benar.
Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.
Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien dan sikap pasangan atau keluarga
Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui, perawatan putting dan oayudara, kebutuhan diet khusus dan factor-faktor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
Demontrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui. Perhatikan posisi bayi selama menyusui dan lama menyusui
Demontrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik perawatan payudara.
Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20-30 menit setelah menyusui dan memberikan preparat lanolin setelah
Membantu dalam mengidentifikasi kebututhan sat ini dan mengembangkan rencana keperawatan.
Mempunyai dukungan yang cukup meningkatkan untuk pengalaman menyusui dengan berhasil. Sikap dan komentar negative mempengaruhi upaya-upaya dan dapat menyebabkan klien menolak mencoba untuk menyusui.
Membantu menjalin suplai susu adekuat, mencegah putting pecah dan luka,m memberikan kenyamanan dan membantu peran ibu menyusui. Pamphlet dan buku-buku menyediakan sumber yang dapat dirujuk klien sesuai kebutuhan.
Posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting, tanpa memperhatikan lamanya menyusui.
Tindakan perawatan payudara yang teratur dapat memperlancar produksi ASI.
Pemajanan pada udara atau anas membantu mengencangkan putting, sedangkan sabun dapat menyebabkan kering. Mempertahankan putting dalam media
menyusui, atau menggunakan lampu pemanas dengan lampu 40 watt ditempatkan 18 inchi dari payudara selama 20 menit. Instruksikan klien menghindari penggunaan sabun atau penggunaan bantalan bra berlapis plastic dan mengganti pembalut bila basah atau lembab.
Instruksikan klien untuk menghindari penggunaan pelindung putting kecuali secara khusus diindikasikan.
Berikan pelindung putting payudara khusus (missal: pelindung eschman) untuk klien menyusui dengan putting masuk dan datar. Anjurkan penggunaan kompres es sebelum menyusui dan latihan putting dengan memutar diantara ibu jari dan jari tengah dan menggunakan teknik Hoffman.
lembab meningkatkan pertumbuhan bakteri dan kerusakan kulit.
Ini telah diketahui menambah kegagalan laktasi. Pelindung mencegah mulut bayi mengarah untuk kontak dengan outing ibu yang mana perlu untuk melanjutkan pelepasan prolaktin (meningkatkan produksi susu) dan dapat mengganggu atau mencegah tersedianya suplai susu yang adekuat.
Mangkuk laktasi atau pelindung payudara, latihan, dan kompres es membantu membuat putting lebih ereksi, teknik hoffman melepaskan perlengketan yang menyebabkan inverse putting.
4. Cemas berhubungan dengan tindakan pasca operasi
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 x 3 jam diharapkan klien dapat mengatasi ansietas yang dibuktikan dengan Criteria hasil : Klien mengungkapkan rasa
takut dari masalah Klien mengungkapkan rasa
ansietas berkurang Menggunakan mekanisme
koping yang tepat.
Kaji respon psikologis kejadian dan ketersediaan system pendukung.
Tetap bersama klien dan tetap bicara perlahan, tunjukkan empati.
Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin
Anjurkan klien atau pasangan mengungkapkan dan mengekspresikan perasaan
Makin klien mengatakan ancaman makin besar tingkat ansietas
Membantu membatasi transmisi ansietas interpersonal dan mendemonstrasikan perhatian terhadap klien.
Memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan hasil akhir dan membantu membawa ancaman yang dirasakan.
Membantu mengidentifikasi perasaan atau masalah negative dan memberikan kesempatan untuk mengatasi perasaan berduka
Menunjukkan TTV normal Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan
Berikan masa privasi, kurangi rangsang lingkungan.
Mendukung mekanisme koping dasar otomatik, meningkatkan kepercayaan diri dan penerimaan menurunkan ansietas.
Memungkinkan kesempatan bagi klien/ pasangan untuk menginternalisasi informasi, menyusun sumber-sumber dan mengatasi dengan efektik.
5. Resti kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan mual, muntah
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan klien dapat terpenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit yang dibuktikan dengan klien minum 2000-2500 ml /hari
Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran (termasuk pengeluaran cairan gastrointestinal). Tinjau ulang catatan intraoperasi
Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan
Berikan bantuan pengukuranberkemih sesuai kebutuhan. Misalnya privasi, posisi duduk, air yang mengalir dalam BAK, mengalirkan air hangat diatas perineum.
Pantau tanda-tanda vital
Catat munculnya mual muntah. Riwayat pasien mabuk perjalanan
Periksa pembalut pada alat drein pada interval regular. Kaji luka untuk terjadinya pembengkakan
Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/ kebutuhan penggantian dan pilihan-pilihan yang mempengaruhi intervensi
Mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada system genitourinarius dan/ atau struktur yang membedakan (misalnya: ureteroplasti, ureterolitotomi, histeroktomi abdominal ataupun vaginal), mengindikasikan malfungsi ataupun obstruksi system urinarius.
Meningkatkan relaksasi oto parineal dan memudahkan upaya pengosongan.
Hipotensi, takikardi, peningkatan pernafasan mengindikasikan kekurangan cairan, misal dehidrasi/ hipovolemia.
wanita pasien dengan obesitas dan mereka yang memiliki kecenderungan mabuk perjalanan penyakit memiliki risiko mual/ muntah yang lebih tinggi pada masa pascaoperasi. Selain itu semakin lama durasi anestesi, semakin besar resiko untuk mual.
Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia/ hemoragi. Pembengkakan local mungkin
Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
Kolaborasi : Berikan cairan parenteral, produksi
darah dan/ atau plasma sekspander sesuai petunjuk. Tingkatkan intravena jika diperlukan
mengindikasikan formasi hematoma/ perdarahan. Catatan kedalam rongga (misalnya retroperitoneal) mungkin tersembunyi dan hanya terdiagnosa melalui depresi tanda-tanda vital, laporan pasien akan sensasi tekanan pada daerah yang terpengaruh
Kulit dingin/ lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan.
Gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu penggantian volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, misalkan ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, pingsan kardiovaskuler. Catatan : pada awalnya mungkin dibutuhkan peningkatan volume untuk mendukung volume sirkulasi/ mencegah hipotensi karena penurunan tonus vasomotor akan mengikuti pemberian fluothane. Pemasukan oral bergantung kepada pengembalian fungsi gastrointestinal.
6. Resti infeksi berhubungan dengan pemajanan luka bekas insisi dengan lingkungan luar.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan klien dapat menerapkan teknik kontrol infeksi yang dibuktikan dengan criteria hasil: Suhu 37 C Poal nafas efektif 24x/
menit Tidak terdapat nyeri tekan
Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pangalas kotoran pembakut parineal dan linen terkontaminasi dengan tepat
Tinjau ulang Hb/Ht prenatal: perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan klien pada infeksi pasca operasi
Infeksi balutan abdominal terhadap eksudat/ rembesan. Lepaskan balutans
Membantu mencegah/ mengatasi penyebaran infeksi
Anemia, diabetes dan persalinan yang lama (khususnya pada pecah ketuban) sebelum kelahiran sesarea meningkatkan resiko infeksi dan pelambatan penyembuhan.
Balutan steril menutupi luka pada 24 jam pasca kelahiran sesarea membantu
Luka bekas dari drainase dengan tanda awal penyembuhan
Tidak terdapat kemerahan
sesuai indikasi
Dorong dan masukan cairan oral dan diet tinggi protein, Vit C dan besi
Kaji suhu, nadi, dan jumlah sel darah putih
Kaji lokasi dan kontraktivitas uterus, perhatikan perubahan involusi/ adanya nyeri tekan uterus yang ekstrim
Kolaborasi: Berikan infuse antibiotic profilaksi
dengan detil pertama biasanya diberikan segera setelah pengekleman tali pusat dan 2 dosis lagi masing-masing berjarak 6 jam.
Dapatkan kultur darah, vagina dan urin bila infeksi dicurigai
Berikan antibiotic khusus untuk untuk proses infeksi yang diidentifikasi.
melindungi luka dari cidera/ kontaminasi, rembesan dapat mendapatkan hemetoma, gangguan penyatuan jahitan/ dehisens luka memerlukan intervensi lanjut.
Mencegah dehidrasi memaksimalkan volume sirkulasi dan aliran urine. Protein dan vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesis HB
Dalam pasca operasi hari ke-3 leukositas dan takikardia menunjukkan infeksi, peningkatan suhu sampai 38C dalam 24 jam pertama sangat mengindikasikam infeksi.
Setelah kelahiran sesarea fundus tetap pada ketinggian umbilicus selama sampai 5 hari, bila involusi mulai disertai dengan peningkatan aliran lokia. Perlambatan involusi meningkatkan resiko endometritis. Perkembangan nyeri tekan ekstrim menandakan kemungkinan jaringan plasenta tertahan/ infeksi
. Menurunkan kemungkinan endometritis
pasca partum sesuai komplikasi seperti obsess insisi/ tromboflekbitis pelvis.
Bakterinus lebih sering pada klien yang mengalami pecah ketuban selama 6 jam/ lebih lama daripada klien yang ketubannya tetap utuh sebelum melahirkan sesarea
Perlu untuk mematikan organisme.
7. Perubahan peran berhubungan dengan adanya peran-peran
Setelah dilaukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
Perhatikn repon klen atau pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi
Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua mungkin
baru setelah melahirkan diharapkan klien dapat menerima peran-peran baru setelah melahirkan yang dibuktikan dengan Mengungkapkan masalah
tentang peran menjadi orang tua
Mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realitis.
orang tua. mulai asuhan keperawat primer umtuk
ibu dan bayi saat unit
Evaluasi sifat dari menjadi orang tua secara emosi dan fisik yang pernah dialami/ atau pasangan selama masa kanak- kanak.
Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalinan, adanya kompikasi dn peran pasangan pada persalinan.
Evaluasi status gizi mas lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi prenatal, intra natal atau pasca partatal.
Evaluasi kondisi bayi : komunikasikan dengan staf perawatan sesuai indikasi. Perhatikan adanya masalah tau perhatin khusus.
Berikan kesempatan pendidikan formal dan informal diikuti dengan demontrasi
dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat. Meningkatkan perawatn berpusat pada
keluarga, kontinuitas dan asuhan yang diberikan secara individu serta mungkin memudahkan terjadinya ikatan keluarga positif .
Peran menjadi orang tua mempelajari, dan individu memakai peran orang tua mereka sediri menjadi model peran. Yang mengalami pengaruh negative atau menjadi orang tua yang buruk beresiko besra terhadap kegagalan memenuhi tantangan dari pada yang merasakan menjadi orang tua positif.
Persalinan lama dan sulit,dapat secara sementara menurunkan energi fisik dan emosional yang perlu untuk mempelajari peran menjadi ibu dan dapat secara negative mempengaruhi menyusui (catatan : ini sering memerlukan waktu 24 jam setelah kelahiran untuk ibu meninggal fase ”taking in”nya sendiri).
Kejadian seperti pre term, hemoragi, infeksi, atau adanya komplikasi ibu dapat mempengaruhi kondisi psiologis klien.
Ibu sering mengalami kesedian karena mendapati bayinya tidak seperti yang diharapkannya.masalah-masalah emosional dan ketidak mampuan dalam menilai peran menjadi orang tua positif, mungkin akibat dari kecacatan kelahiran sementara pada bayi, kelahiran byi resiko tinggi atau ketidak mampuan ibu untuk menemukan perbedaan antara fantasi pra natal dan realitas dan pasca natal.
Membantu orang tua belajar dasar-dasar keperawatn bayi, meningkatkan diskusi dan
staff, bantuan staff dan video tape pendidikan untuk perawatan bayi, pem berian makanan bayi dan menjadi orang tua.
pemecahan masalah bersama, dan memberikann dukungan kelompok. Batu orang tua untuk menjadi lebih yaman dan menambah ketrampilan dan kenyamanan dalam menangani dan merawat bayi sebelum pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M. Rencana Perawatan Maternitas / Bayi, EGC : jakarta. 2001.
Mansjoer, A. Dasar-dasar Keperwatan Maternitas, EGC : jakarta. 1995.
Mochtar, R. Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid 2. EGC : Jakarta. 2002.
Syaifudin, Abdul Bari, Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. 2002.
Winkjosastro, H. Dkk. Ilmu kebidanan, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. 2002.
Winkjosastro, H. Dkk. Ilmu bedah kebidanan, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. 2000.