Transcript
Page 1: Laporan Pendahuluan Askep Abses

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ABSES

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah

mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi

(biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya

serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan

oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang

lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi

nanah. (Siregar, 2004)

Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi

yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari

jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh

enzim autolitik. (Morison, 2003)

Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang kemudian

pecah, rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis, meninggalkan

jaringan parut yang kecil. (Underwood, 2000)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah terbentuknya

kantong berisi nanah pada jaringan kutis dan subkutis akibat infeksi kulit yang

disebabkan oleh bakteri/parasit atau karena adanya benda asing.

2. Anatomi dan Fisiologi

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,

merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar

16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6kg dan luasnya sekitar 1,5 –

1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 - 6 mm tergantung dari letak,

umur dan jenis kelamin. Kulit tipis seperti : kelopak mata, penis, labium minus dan

kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal seperti pada telapak tangan,

telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, yaitu :

Page 2: Laporan Pendahuluan Askep Abses

Lapisan luar adalah epidermis yang merupakan Lapisan epitel berasal dari

ectoderm

Lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang

merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang

terdalam), yaitu :

1) Stratum Korneum (lapisan tanduk)

Merupakan lapisan epidermis paling atas, terdiri atas beberapa lapis sel pipih,

tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan

sangat sedikit mengandung air. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa

mengelupas dan berganti.

2) Stratum Lusidum (lapisan bening)

Disebut juga lapisan barrier terletak dibawah lapisan tanduk dengan lapisan

berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yg kecil-

kecil, tipis, dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus

cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

3) Stratum Granulosum (lapisan berbutir)

Tersusun oleh sel-sel keratonosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-

butir di dalam protoplsmanya, berbutir kasar dan berinti mengkerut. Lapisan ini

tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.

4) Stratum Spinosum (lapisan bertaju)

Disebut juga lapisisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan

dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-

sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi

filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju

normal, tersusun menjadi beberapa baris.

5) Stratum Basale /Stratum Germinativum (lapisan benih)

Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak

(silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-

sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina

basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Terdapat

aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan

sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk

Page 3: Laporan Pendahuluan Askep Abses

migrasi kepermukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan

satu lapis sel yg mengandung melanosit.

Epidermis mempunyai fungsi sebagai berikut, yaitu :

Proteksi barier

Organisasi sel

Sintesis vitamin D dan sitokin

Pembelahan dan mobilisasi sel

Pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).

Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap

sebagai “True Skin” karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit. Terdiri atas

jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan

subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.

Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan

kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak,

pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus

arektor pili).

Lapisan Dermis terdiri dua lapisan, yaitu :

Lapisan papiler, tipis mengandung jaringan ikat jarang.

Lapisan retikuler, tebal terdiri dari jaringan ikat padat

Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri

dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit

secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda

menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai

darah ke dermis untuk regenerasi. Subkutis/hipodermis mempunyai fungsi sebagai

berikut :

Melekat ke struktur dasar

Isolasi panas

Cadangan kalori

Kontrol bentuk tubuh

Mechanical shock absorber.

Suplai darah dan nutrisi untuk kulit diperoleh dari arteri yang membentuk

pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara

dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini

memperdarahi papilla dermis tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu

Page 4: Laporan Pendahuluan Askep Abses

cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient

dari dermis melalui membran epidermis pembuluh darah kulit.

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh, yaitu :

1) Memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan

2) Sebagai barier infeksi

3) Mengontrol suhu tubuh (termoregulasi)

4) Sensasi

5) Eskresi

6) Metabolisme.

Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dan elektrolit,

trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.

Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon

rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, putting dan

ujung jari.

Kulit berperan pada pengaturan suhu & keseimbangan cairan elektrolit.

Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses

keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa

bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah

kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian

tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara

mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada

temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian

akan mempertahankan panas.

Gambar 1. Struktur Kulit

3. Etiologi

Page 5: Laporan Pendahuluan Askep Abses

Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui

beberapa cara :

a) Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang

tidak steril

b) Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain

c) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak

menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

a) Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi

b) Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang

c) Terdapat gangguan sistem kekebalan

Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus

4. Tanda dan Gejala

Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut,

rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan di dalam kulit atau tepat dibawah

kulit terutama jika timbul di wajah.

Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi

dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:

a) Nyeri

b) Nyeri tekan

c) Teraba hangat

d) Pembengkakan

e) Kemerahan

f) Demam

Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai

benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika

abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit

diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala

seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Paling sering, abses akan menimbulkan

Nyeri tekan dengan massa yang berwarna merah, hangat pada permukaan abses,

dan lembut.

5. Fatofisiologi

Page 6: Laporan Pendahuluan Askep Abses

Nyeri

(Pre Operasi)

Nyeri

(Post Operasi)

Bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus Streptococcus mutans)

Mengeluarkan enzim hyaluronidase dan enzim koagulase

merusak jembatan antar sel

transpor nutrisi antar sel terganggu

Jaringan rusak/mati/nekrosis

Media bakteri yang baik

Jaringan terinfeksi

Peradangan Sel darah putih mati

Demam Jaringan menjadi abses

& berisi PUS

Pecah

Reaksi Peradangan

(Rubor, Kalor, Tumor, Dolor, Fungsiolaesea)

Sumber : Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, 2001

6. Pemeriksaan Penunjang

Pembedahan

Luka Insisi

Resiko Penyebaran Infeksi(Pre dan Post Operasi)

Gangguan

Thermoregulator

(Pre Operasi)

Page 7: Laporan Pendahuluan Askep Abses

1) Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan jumlah sel darah putih.

2) Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan rontgen,

USG, CT Scan, atau MRI.

7. Komplikasi

Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar

atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren).

Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya,

sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan

adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun

jarang, apabila abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher

dalam yang dapat menekan trakea. (Siregar, 2004)

8. Penatalaksanaan

Menurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak membutuhkan

penanganan menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh

ditangani dengan intervensi bedah, debridement dan kuretase.

Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya,

terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus

diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong

dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgetik dan antibiotik.

Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila

abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah

yang lebih lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang

senantiasa diproduksi bakteri.

Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis,

tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang

perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota

gerak dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.

9. Pencegahan

Page 8: Laporan Pendahuluan Askep Abses

Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat anti-

bakteri merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi atau mencegah

penularan.

B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

1. Gangguan thermoregulator

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri

3. Kerusakan integritas kulit

4. Resiko penyebaran infeksi

C. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

Abses bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa saja,

namun yang paling sering diserang adalah bayi dan anak-anak.

b. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Nyeri, panas, bengkak, dan kemerahan pada area abses.

2. Riwayat kesehatan sekarang

a) Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan

abses dalam seringkali sulit ditemukan.

b) Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak steril atau terkena

peluru, dll.

c) Riwayat infeksi (suhu tinggi) sebelumnya yang secara cepat

menunjukkan rasa sakit diikuti adanya eksudat tetapi tidak bisa

dikeluarkan.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit menular dan kronis, seperti TBC dan diabetes mellitus.

c. Pemeriksaan fisik

1. Sistem pernafasan

Dalam batas normal

2. Sistem kardiovaskuler

Dalam batas normal

3. Sistem persarafan

Page 9: Laporan Pendahuluan Askep Abses

Dalam batas normal

4. Sistem perkemihan

Dalam batas normal

5. Sistem pencernaan

Dalam batas normal

6. Sistem muskuloskeletal

Dalam batas normal.

7. Sistem integumen

Bengkak, kemerahan dan luka pada daerah abses

8. Sistem endokrin

Dalam batas normal

9. Sistem reproduksi

Dalam batas normal.

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul

1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi atau insisi pembedahan

2) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

3) Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan.

4) Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan luka terbuka

3. Intervensi keperawatan

1) Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan/insisi pembedahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.

Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri

berkurang, klien dapat rileks, klien mampu

mendemonstrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas

sesuai dengan kemampuannya, TTV dalam batas normal;

TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 x / menit, pernapasan : 20

x / menit.

Intervensi Rasional

1) Observasi TTV 1) Sebagai data awal untuk melihat keadaan

Page 10: Laporan Pendahuluan Askep Abses

2) Kaji skala, lokasi, dan karakteristik nyeri.

3) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.

4) Dorong menggunakan teknik manajemen relaksasi.

5) Kolaborasikan obat analgetik sesuai indikasi.

umum klien2) Sebagai data dasar mengetahui seberapa hebat

nyeri yang dirasakan klien sehingga mempermudah intervensi selanjutnya

3) Reaksi non verba menandakan nyeri yang dirasakan klien hebat

4) Untuk mengurangi ras nyeri yang dirasakan klien dengan non farmakologis

5) Mempercepat penyembuhan terhadap nyeri

2) Gangguan thermoregulator berhubungan dengan proses peradangan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

hipertermi dapat teratasi.

Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36 0 C – 37 0C).

Intervensi Rasional

1) Observasi TTV, terutama suhu tubuh klien.

2) Anjurkan klien untuk banyak minum, minimal 8 gelas / hari.

3) Lakukan kompres hangat.

4) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.

1) Untuk data awal dan memudahkan intervensi

2) Untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan tubuh dari demam

3) Membantu vasodilatasi pembuluh darah sehingga mempercepat hilangnya demam

4) Mempercepat penurunan demam

3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan

Tujuan : Dapat tercapainya proses penyembuhan luka

tepat waktu.

Kriteria hasil : Luka bersih, tidak bau, tidak ada pus/sekret,

udema disekitar luka berkurang.

Intervensi Rasional

1) Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

2) Rawat luka dengan baik dan benar dengan teknik aseptik

3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti biotik.

1) Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.

2) Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka.

3) Menghilangkan infeksi penyebab kerusakan jaringan.

4) Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan luka terbuka

Page 11: Laporan Pendahuluan Askep Abses

Tujuan : Penyebaran infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil : Klien bebas tanda dan gejala penyebaran infeksi

Intervensi Rasional

1) Observasi tanda-tanda infeksi2) Lakukan perawatan luka dengan teknik

aseptik dan antiseptik3) Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian antibiotik

1) Deteksi dini terhadap infeksi 2) Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan

penyebaran bakteri3) Menghilangkan infeksi penyebab kerusakan

jaringan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: Laporan Pendahuluan Askep Abses

Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris : kurt J. Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi 13. jakarta : EGC. 1999.

Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2. Jakarta:EGC,2004.

Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia :Monica Ester. Edisi 8 jakarta : EGC,2001.

NANDA, 2005

NIC, 2005

NOC, 2005