Transcript
Page 1: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI 54 TAHUN DENGAN KELUHAN PERUT

SEMAKIN MEMBESAR

Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam

di RSUD Tugurejo Semarang

Disusun oleh :

Anita Mayasari

H2A010006

Pembimbing :

dr. Jacobus Albert, Sp.PD K-GEH, FINASIM, FASSGE, AGAF

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RSUD TUGUREJO SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SEMARANG

2015

Page 2: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Anita Mayasari

NIM : H2A010006

Fakultas : Kedokteran Umum

Bidang Pendidikan : Ilmu Penyakit Dalam

Pembimbing : dr. Jacobus Albert, Sp.PD K-GEH, FINASIM, FASSGE,

AGAF

Telah dipresentasikan pada tanggal , 2015

Pembimbing

dr. Jacobus Albert, Sp.PD K-GEH, FINASIM, FASSGE, AGAF

2

Page 3: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

DAFTAR MASALAH

Tanggal Masalah Aktif Masalah Pasif

23 Juli 2015 Sirosis Hepatis -

Ascites grade III

Hematemesis Melena et

causa Ruptur Varises

esofagus

3

Page 4: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. Siswoyo

Umur : 54 Tahun

Alamat : Kaligading, Boja , Kendal

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Status : Menikah

No. RM : 48-00-81

Tanggal masuk : 18 Juli 2015

Tanggal periksa : 23 Juli 2015

II. Anamnesis

Anamnesis dilakukan pada tanggal 23 Juli 2015 pukul 08.00 WIB di

bangsal Dahlia 4 RSUD Tugurejo secara autoanamnesis.

A. Keluhan utama : Perut semakin lama semakin membesar

B. Riwayat Penyakit Sekarang

No. Tanggal Keluhan

1. 1 bulan SMRS Perut semakin lama semakin membesar

secara perlahan

Perut dirasakan semakin menegang dan

rasa sebah (+)

Ke 2 mata menguning secara perlahan

(+)

Mual (+)

Badan lemas (+)

Sesak nafas (-)

2. 1 minggu SMRS Perut semakin lama semakin membesar

secara perlahan

Mual (+), muntah berupa darah berwarna

4

Page 5: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

kehitaman (+)

BAB berwarna kehitaman (+)

BAK seperti teh (+)

Kedua kaki menjadi bengkak secara

perlahan (+)

3. 17 Juli 2015 (masuk

RS)

Perut semakin membesar perlahan,

menegang dan rasa penuh diperut

Nyeri perut (+)

Mual (+)

Muntah darah kehitaman > 5x

BAB berwarna kehitaman

Kedua kaki bengkak (+)

Badan lemas (+)

Pusing (+)

Demam (-)

4. 23 Juli 2015

(perawatan hari ke- 5

)

Perut besar, menegang dan rasa penuh

diperut

Nafsu makan menurun (+)

Nyeri perut (+)

Mual (+)

Muntah darah kehitaman (+) >4x

BAB berwarna kehitaman (+) >3x

BAK seperti teh (+)

Kedua kaki bengkak (+)

Badan lemas (+)

Pusing (+)

Demam (-)

C. Riwayat Penyakit Dahulu

5

Page 6: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

Riwayat sakit serupa : diakui, pada tahun 2010 rawat inap

di RSDK karena muntah darah

kehitaman dan BAB hitam. Pasien

mengaku sudah pernah diteropong,

namun tidak mengetahui hasil dari

teropong tersebut.

Riwayat sakit kuning : disangkal

Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

Riwayat kencing manis : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat alergi obat : disangkal

Riwayat alergi makanan : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat sakit kuning : diakui, pada ibu pasien

Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

Riwayat kencing manis : disangkal

Riwayat asma : disangkal

E. Riwayat Pribadi

Kebiasaan merokok : disangkal

Kebiasaan konsumsi alkohol : pernah mengkonsumsi alkohol

waktu muda

Kebiasaan konsumsi obat-obatan : disangkal

F. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien berobat ditanggung oleh BPJS

G. Anamnesis Sistem

Keluhan utama Perut semakin lama semakin membesar

6

Page 7: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

Kepala Pusing (+), pusing berputar (-),leher kaku (-)

Mata

Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),pandangan

berputar (-), berkunang-kunang (-), konjungtiva

anemis (+), sklera ikterik (+)

Hidung pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)

Telingapendengaran berkurang (-), gembrebeg (-), keluar

cairan (-), darah (-).

Mulutsariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-

pecah (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-).

Leher Pembesaran kelenjar limfe (-)

Tenggorokan Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).

Sistem respirasi Sesak nafas (-), batuk (-), mengii (-)

Sistem

kardiovaskuler

Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-),

berdebar-debar (-), keringat dingin (-)

Sistem

gastrointestinal

mual (+), muntah berwarna merah kehitaman (+),

BAB darah kehitaman (+),nafsu makan menurun

(+)

Sistem

muskuloskeletal

Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-), badan

lemes (+)

Sistem

genitourinaria

Warna seperti teh (+), sering kencing (-), nyeri saat

kencing (-),kencing nanah(-),sulit memulai kencing

(-), anyang-anyangan (-).

Ekstremitas atas Luka (-), kesemutan (-), kaku digerakan (-) bengkak

7

Page 8: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

(-), sakit sendi (-) panas (-)

Ekstremitas

bawah

Luka (-), kesemutan (-) kaku digerakan (-) bengkak

(+) sakit sendi (-) panas (-)

Sistem

neuropsikiatri

Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-) mengigau (-),

emosi tidak stabil (-)

Sistem

Integumentum

Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-)

III. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 23 Juli 2015 pukul 08.30 WIB

di bangsal Dahlia 4 RSUD Tugurejo.

A. Keadaan Umum : cukup

B. Kesadaran : compos mentis

C. Tanda vital

- TD : 118/80 mmHg

- Nadi : 80 x/menit (regular, isi dan tegangan cukup)

- RR : 20 x/menit

- Suhu : 37 0C (per axilla)

D. Status Internus

1. Kepala : kesan mesocephal

2. Mata : konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (+/+), reflek

pupil direct (+/+), reflek pupil indirect (+/+), edem

palpebral (-/-), pupil isokor (2,5 mm/ 2,5 mm)

3. Telinga : serumen (-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus

(-/-)

4. Hidung : nafas cuping hidung (-), deformitas (-), secret (-)

5. Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-)

6. Leher : pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan tragus (-), otot

bantu pernapasan (-), pembesaran tiroid (-)

8

Page 9: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

7. Thoraks :

a. Cor

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal

- Batas atas jatung : ICS II linea parasternal sinistra

- Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra

- Batas kiri bawah jantung : ICS V linea mid clavicula sinistra

- Batas kanan bawah jantung : ICS V linea sternalis dextra

Auskultasi : suara jantung I dan II murni, bising jantung (-),

gallop (-)

b. Pulmo

Dextra Sinistra

Pulmo Depan

Inspeksi

Bentuk dada

Hemitohorax

Warna

Normal

Simetris, statis, dinamis

Sama seperti kulit

sekitar

Normal

Simetris, statis, dinamis

Sama seperti kulit

sekitar

Palpasi

Nyeri tekan

Stem fremitus

(-)

Normal

(-)

Normal

Perkusi Sonor seluruh lapang

paru

Sonor seluruh lapang

paru

Auskultasi

Suara dasar

Suara tambahan

- Wheezing

- Ronki kasar

- RBH

Vesikuler

(-)

(-)

(-)

Vesikuler

(-)

(-)

(-)

9

Page 10: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

- Stridor (-) (-)

Pulmo Belakang

Inspeksi

Bentuk dada

Hemitohorax

Warna

Normal

Simetris, statis, dinamis

Sama seperti kulit

sekitar

Normal

Simetris, statis, dinamis

Sama seperti kulit

sekitar

Palpasi

Nyeri tekan

Stem fremitus

(-)

Normal

(-)

Normal

Perkusi Sonor seluruh lapang

paru

Sonor seluruh lapang

paru

Auskultasi

Suara dasar

Suara tambahan

- Wheezing

- Ronki kasar

- RBH

- Stridor

Vesikuler

(-)

(-)

(-)

(-)

Vesikuler

(-)

(-)

(-)

(-)

Tampak pulmo anterior Tampak pulmo posterior

8. Abdomen

10

Suara dasar vesikuler

Page 11: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

Inspeksi : permukaan cembung, distensi (+), warna sama seperti

kulit sekitar, spider nevi (-), venectasi kolateral (+),

caput medusa (-) , umbilicus cembung (-)

Auskultasi : bising usus (+) melemah

Perkusi :

Redup Timpani Redup

Redup Timpani Redup

Redup Redup Redup

pekak sisi (+), pekak alih (+),shifting dullness (+)

dan traube space redup

Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), hepar, lien dan renal

sulit dievaluasi, undulasi (+)

Lingkar perut : 104cm

Ektremitas

Superior Inferior

Akral dingin -/- -/-

Oedem -/- +/+

Sianosis -/- -/-

Capillary Refill <2 detik / <2 detik <2 detik / <2 detik

Gerak Dalam batas normal

5/5

5/5

Dalam batas normal

5/5

5/5

Eritema palmaris (+)

E. Pemeriksaan Penunjang

11

Page 12: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

Tanggal 23-07-2015

No. Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Darah Rutin (WB EDTA)

1. Lekosit L 1.44 10x3/ul 3.8 - 10.6

2. Eritrosit L 3.07 10x6/uL 4.4 - 5.9

3. Hemoglobin L 8.1 g/dL 13.2 - 17.3

4. Hematokrit L 25.6 % 40 – 52

5. MCV 83.4 fL 80 – 100

6. MCH 26.5 Pg 26 – 34

7. MCHC L 31.60 g/dL 32 – 36

8. Trombosit L 63 10x3/ul 150 – 440

9. RDW H 18,9 % 11.5 - 14.5

10. Eosinoil Absolute 0.07 10x3/ul 0.045 - 0.44

11. Basofil Absolut 0.01 10x3/ul 0 - 0.2

12. Netrofil Absolute L 0.97 10x3/ul 1.8 – 8

13. Limfosit Absolute L 0,22 10x3/ul 0.9 - 5.2

14. Monosite absolute 0,38 10x3/ul 0.16 – 1

15. Eosinofil H 6.30 % 2 – 4

16. Basofil 0.30 % 0 – 1

17. Neutrofil 57,3 % 50 – 70

18. Limfosit L 15.3 % 25 – 40

19. Monosit H 11,0 % 2 – 8

Kimia Klinik (Serum) B

1. Total Protein L6.0 g/dl 6.1-8.0

2. Albumin L 2.8 g/dl 3.2-5.2

3. Globulin H 3.2 g/dL 2.9-3.0

12

Page 13: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

No. Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

1. SGOT 23 U/L 0-35

2. SGPT 16 U/L 0-35

Tanggal 25 -07- 2015

No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Sero-Imun (Serum)

1. HBsAg Non reaktif (-) Non reaktif (-)

2. Anti HCV Negatif Negatif

3. HIV UMUM

R1

R2

R3

Negatif Negatif

Penilaian prognosis dengan skor child pugh

Skor Child Pugh pada pasien ini:

Ascites : 3

Ecefalopati hepatic : 1

Bilirubin : 1

Albumin : 3

Protrombin time : 3

Total score : 11 Sirosis decompensata

USG (23 -07-2015)13

Page 14: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

USG : Klinis Sirosis Hepatis, Asites grade III, Splenomegali

Punksi : Cairan asites ± 8L warna kuning jernih

EGD ( 27-07-15)

IV. DAFTAR ABNORMALITAS14

Page 15: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjung

1. Perut

membesar

perlahan,

menegang dan

sebah

2. Ke 2 mata

menguning

3. Mual (+)

4. Muntah darah

merah

kehitaman (+)

5. Nyeri perut

6. BAB kehitaman

7. BAK seperti teh

8. Kaki bengkak

9. Lemas

10. Pusing

11. Nafsu makan

menurun

12. Riwayat sakit

yang sama

tahun 2010

( pernah

diteropong)

13. Riwayat sakit

kuning pada

ibu pasien

14. Riwayat alkohol

15. konjungtiva pucat

(+/+)

16. sklera ikterik (+/+)

17. Abdomen

permukaan

cembung

18. Distensi (+)

19. venectasi kolateral

(+)

20. Perkusi : redup

21. pekak sisi (+),pekak

alih (+),

22. shifting dullness (+)

23. traube space redup

24. nyeri tekan

epigastrium (+),

25. Lingkar perut

105cm

26. Ekstremitas inferior

oedem (+)

27. Eritema palmaris

28. Hemoglobin 8,1(L)

29. Trombosit 63 (L)

30. Albumin 2.8 (L)

31. Globulin 3.2 (H)

32. Skor child plugh :

sirosis decompensata

33. USG : Sirosis hepatis,

Asites grade III

34. Punksi : cairan asites

8L kuning jernih

35. EGD : Varises

esofagus grade III

15

Page 16: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

V. ANALISIS MASALAH

1. Sirosis Hepatis :2,7,8,9,10,11,13,14,16,26,27,30,31,32,33

2. Ascites grade III : 1,17,18,19,20,21,22,23,25,34

3. Hematemesis–melena e.c Varises esofagus gr. III : 3,4,5,6,12, 15,24,28,29,35

VI. RENCANA PEMECAHAN MASALAH

1. Assessment Sirosis Hepatis

A. Ass. Etiologi

Virus: Hepatitis B, C dan D

Hepatitis Alkoholik

NAFLD/NASH

Kholestasis

Perlemakan hati

B. Ass. Faktor Risiko

Riwayat hepatitis

Konsumsi alkohol

Konsumsi makanan berlemak

Konsumsi obat hepatotoksik

C. Ass. Komplikasi

Varises Esofagus

Sindroma Hepatopulmoner

Ascites

Peritonitis Bakterial Spontan

Sindrom Hepatorenal

Karsinoma Hepar

Ensefalopati hepatic

D. Initial Plan Diagnosis

Darah Rutin

Pemeriksaan serologi (HbsAg, HBV DNA, Anti HCV)

16

Page 17: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

Tes Fungsi Hati (SGPT, SGOT, GGT, ALP, Bilirubin Direct-

Indirect dan Total, Albumin, Globulin, Protrombin Time)

Rontgen Thorax

USG Abdomen

EGD

E. Initial Plan Terapi

Infus Asering 20 tpm

Somatostatin 1 ampul / 12 jam

Lactulac syrup 3x 15cc

Curcuma 3x1

Diet bubur halus

F. Initial Plan Monitoring

Keadaan umum

Vital sign

Lingkar perut, urine output, kesadaran, suhu

Lab: Hb, Ht, Albumin

G. Initial Plan Edukasi

Edukasi tentang penyakit yang diderita, prognosis penyakit, dan

survival rate

Edukasi jenis makan yang sebaiknya dikonsumsi tinggi kalori, rendah

protein

2. Assesment Ascites Grade III

A. Ass. Etiologi

Sirosis hepatis

Tumor

Tuberculosis

Keganasan

B. Ass. Komplikasi

Edema pulmo

C. Initial Plan Diagnosis

17

Page 18: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

USG abdomen

Punksi

D. Initial Plan Terapi

Furosemid 1ampul / 12 jam

E. Initial Plan Monitoring

Keadaan Umum dan Tanda vital

Lingkar perut, kesadaran, urinn output, suhu

F. Initial Plan Edukasi

Istirahat yang cukup

3. Assesment Hematemesis–melena e.c Varises esofagus gr. III

A. Ass. Etiologi

Non varises Varises

- Penggunaan obat NSAID dalam jangka waktu yang lama

- Infeksi helicobacter pylory

- Stres, konsumsi alhokol, konsumsi kafein

- Kelainan pada esofagus : esofagitis, ulkus esofagus, sindroma Mallory-Weiss, kista esofagus, keganasan.

- Kelainan pada lambung-duodenum : Ulkus peptikum, ulkus duodenum, Gastritis erosif, Tumor gaster

- Varises esofagus akibat hipertensi portal dan sirosis hepatis.

B. Ass. Faktor Risiko

Kebiasaan mengkonsumsi alkohol

Kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengiritasi

lambung seperti NSAID, antibiotik,iron,biphosponate

Stres

C. Ass. Komplikasi

anemia posthemoragik

syok hipovolemik

aspirasi pneumon18

Page 19: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

D. Initial Plan Diagnosis

lab. Darah rutin

liver function test (SGPT, SGOT, GGT, ALP, Bilirubin Direct &

Indirect, Albumin, Globulin, Protrombin Time)

USG abdomen

EGD

E. Initial Plan Terapi

non-medikamentosa

Diit bubur

Istirahat yang cukup

Hindari stres dan kecemasan

Medikamentosa

Injeksi cefoperazone 1 gr/ 12 jam

Omeprazole / 12 jam

Metocloprmide / 12 jam

Ulsafat 3x1

F. Initial Plan Monitoring

Keadaan umum

Vital sign

Monitoring lab darah rutin

Perdarahan

G. Initial Plan Edukasi

Istirahat yang cukup

Mengindari obat NSAID, jamu, alkohol, rokok

Saran cek ulang ligasi 1 bulan

19

Page 20: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

VII. PROGRESS NOTE

Tanggal Follow Up

23/07/15 S Perut besar dan tegang

O KU : baik

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 88 x/menit

RR : 22 x/menit

T : 36,5oC

Kepala : mecochepal

Mata : CPA (+/+)

Telinga : dbn

Hidung : dbn

Mulut : dbn

Leher : dbn

Thorax : BJ I-II regular

SD Vesikuler (+/+)

Suara tambahan (-/-)

Abdomen : Pekak alih (+), pekak sisi(+),shifting dullnes

(+), Lingkar perut 104cm

A Sirosis Hepatis

Asites grade III

Hematemesis–melena e.c Varises esofagus gr. III

P Infus assering 10 tpm

Cefoperazone 1 ampul/ a2jam

Omeprazole / 12 jam

Furosemid / 12 jam

Metoclopramide 1 ampul/ 12 jam

Ulsafat 3x1

Koreksi albumin albumin 20% 100cc

20

Page 21: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

Curcuma 3x1

Diet bubur halus

Program pungsi

24/07/15 S Perut tegang berkurang, lemes

O KU : baik

TD : 120/90 mmHg

Nadi : 82 x/menit

RR : 20 x/menit

T : 36 oC

Mata : CPA(+/+), SI (+/+)

Telinga : dbn

Hidung : dbn

Mulut : dbn

Leher : dbn

Thorax : BJ I-II regular

SD Vesikuler (+/+)

Suara tambahan (-/-)

Abdomen : Peristaltik (+) normal, pekak sisi (+),pekak

alih (-), lingkar perut 94cm

A Sirosis Hepatis

Asites grade III

Hematemesis–melena e.c Varises esofagus gr. III

P Infus assering 10 tpm

Cefoperazone 1 ampul/ a2jam

Omeprazole / 12 jam

Furosemid / 12 jam

Metoclopramide 1 ampul/ 12 jam

Ulsafat 3x1

Curcuma 3x1

21

Page 22: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

Diet bubur halus

Program EGD

27/07/15 S Lemes , pusing, perut tegang berkurang

O KU : baik

TD : 125/87 mmHg

Nadi : 77 x/menit

RR : 20 x/menit

T : 36 oC

Mata : CPA(+/+)

Telinga : dbn

Hidung : dbn

Mulut : dbn

Leher : dbn

Thorax : BJ I-II regular

SD Vesikuler (+/+)

Suara tambahan (-/-)

Abdomen : Peristaltik (+) normal

Nyeri tekan (-), Lingkar perut 92

A Sirosis Hepatis

Asites grade III

Hematemesis–melena e.c Varises esofagus gr. III

P Terapi lanjut

EGD hari ini

22

Page 23: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

Tanggal Follow Up

28/07/15 S Tidak ada keluhan

O KU : baik

TD : 125/70 mmHg

Nadi : 88 x/menit

RR : 22 x/menit

T : 36,5oC

Kepala : mecochepal

Mata : CPA (+/+)

Telinga : dbn

Hidung : dbn

Mulut : dbn

Leher : dbn

Thorax : BJ I-II regular

SD Vesikuler (+/+)

Suara tambahan (-/-)

Abdomen : Pekak alih (+), pekak sisi(+),shifting dullnes

(+), Lingkar perut 90cm

A Sirosis Hepatis

Asites grade III

Hematemesis–melena e.c Varises esofagus gr. III

P Tx lanjut

29/07/15 S Perut tegang berkurang, lemes

O KU : baik

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit

RR : 20 x/menit

T : 36 oC

Mata : CPA(+/+), SI (+/+)

Telinga : dbn

23

Page 24: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

Hidung : dbn

Mulut : dbn

Leher : dbn

Thorax : BJ I-II regular

SD Vesikuler (+/+)

Suara tambahan (-/-)

Abdomen : Peristaltik (+) normal, pekak sisi (+),pekak

alih (-), lingkar perut 88cm

A Sirosis Hepatis

Asites grade III

Hematemesis–melena e.c Varises esofagus gr. III

P Boleh pulang

24

Page 25: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

TINJAUAN PUSTAKA

SIROSIS HEPATIS

A. DEFINISI

Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari

kata Khirrosyang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna

pada nodul-nodulyang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai

berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang

normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.

Secara lengkap Sirosis hati adalah Kemunduran fungsi liver yang

permanen yang ditandai dengan perubahan histopatologi. Yaitu kerusakan pada

sel-sel hati yang merangsang proses peradangan dan perbaikan sel-sel hati yang

mati sehingga menyebabkan terbentuknya jaringan parut. Sel-sel hati yang tidak

mati beregenerasi untuk menggantikan sel-sel yang telah mati. Akibatnya,

terbentuk sekelompok-sekelompok sel-sel hati baru (regenerative nodules) dalam

jaringan parut.

B. INSIDENS

Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika

dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak

antara golongan umur 30 – 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 49 tahun.

C. ETIOLOGI

1. Alkohol

adalah suatu penyebab yang paling umum dari cirrhosis, terutama

didunia barat. Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan

keteraturan dari konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol pada tingkat-tingkat

25

Page 26: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

yang tinggi dan kronis melukai sel-sel hati. Tiga puluh persen dari

individu-individu yang meminum setiap harinya paling sedikit 8 sampai

16 ounces minuman keras (hard liquor) atau atau yang sama dengannya

untuk 15 tahun atau lebih akan mengembangkan sirosis. Alkohol

menyebabkan suatu jajaran dari penyakit-penyakit hati; dari hati berlemak

yang sederhana dan tidak rumit (steatosis), ke hati berlemak yang lebih

serius dengan peradangan (steatohepatitis atau alcoholic hepatitis), ke

sirosis. Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) merujuk pada suatu

spektrum yang lebar dari penyakit hati yang, seperti penyakit hati

alkoholik (alcoholic liver disease), mencakup dari steatosis sederhana

(simple steatosis), ke nonalcoholic Steatohepatitis (NASH), ke sirosis.

Semua tingkatan-tingkatan dari NAFLD mempunyai bersama-sama

akumulasi lemak dalam sel-sel hati. Istilah nonalkoholik digunakan karena

NAFLD terjadi pada individu-individu yang tidak mengkonsumsi jumlah-

jumlah alkohol yang berlebihan, namun, dalam banyak aspek-aspek,

gambaran mikroskopik dari NAFLD adalah serupa dengan apa yang dapat

terlihat pada penyakit hati yang disebabkan oleh alkohol yang berlebihan.

NAFLD dikaitkan dengan suatu kondisi yang disebut resistensi insulin,

yang pada gilirannya dihubungkan dengan sindrom metabolisme dan

diabetes mellitus tipe 2. Kegemukan adalah penyebab yang paling penting

dari resistensi insulin, sindrom metabolisme, dan diabetes tipe 2. NAFLD

adalah penyakit hati yang paling umum di Amerika dan adalah

bertanggung jawab untuk 24% dari semua penyakit hati.

2. Sirosis Kriptogenik ,

Cryptogenic cirrhosis (sirosis yang disebabkan oleh penyebab-

penyebab yang tidak teridentifikasi) adalah suatu sebab yang umum untuk

pencangkokan hati. Di-istilahkan sirosis kriptogenik (cryptogenic

cirrhosis) karena bertahun-tahun para dokter telah tidak mampu untuk

menerangkan mengapa sebagian dari pasien-pasien mengembangkan

sirosis. Dipercaya bahwa sirosis kriptogenik disebabkan oleh NASH

26

Page 27: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

(nonalcoholic steatohepatitis) yang disebabkan oleh kegemukan, diabetes

tipe 2, dan resistensi insulin yang tetap bertahan lama. Lemak dalam hati

dari pasien-pasien dengan NASH diperkirakan menghilang dengan

timbulnya sirosis, dan ini telah membuatnya sulit untuk para dokter

membuat hubungan antara NASH dan sirosis kriptogenik untuk suatu

waktu yang lama. Satu petunjuk yang penting bahwa NASH menjurus

pada sirosis kriptogenik adalah penemuan dari suatu kejadian yang tinggi

dari NASH pada hati-hati yang baru dari pasien-pasien yang menjalankan

pencangkokan hati untuk sirosis kriptogenik. Akhirnya, suatu studi dari

Perancis menyarankan bahwa pasien-pasien dengan NASH mempunyai

suatu risiko mengembangkan sirosis yang serupa seperti pasien-pasien

dengan infeksi virus hepatitis C yang tetap bertahan lama. Bagaimanapun,

kemajuan ke sirosis dari NASH diperkirakan lambat dan diagnosis dari

sirosis secara khas dibuat pada pasien-pasien pada umur kurang lebih 60

tahun.

3. Hepatitis Virus Yang Kronis

adalah suatu kondisi dimana hepatitis B atau hepatitis C virus

menginfeksi hati bertahun-tahun. Kebanyakan pasien-pasien dengan

hepatitis virus tidak akan mengembangkan hepatitis kronis dan sirosis.

Contohnya, mayoritas dari pasien-pasien yang terinfeksi dengan hepatitis

A sembuh secara penuh dalam waktu berminggu-minggu, tanpa

mengembangkan infeksi yang kronis. Berlawanan dengannya, beberapa

pasien-pasien yang terinfeksi dengan virus hepatitis B dan kebanyakan

pasien-pasien terinfeksi dengan virus hepatitis C mengembangkan

hepatitis yang kronis, yang pada gilirannya menyebabkan kerusakan hati

yang progresif dan menjurus pada sirosis, dan adakalanya kanker-kanker

hati.

4. Kelainan-Kelainan Genetik Yang Diturunkan/Diwariskan

27

Page 28: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

berakibat pada akumulasi unsur-unsur beracun dalam hati yang

menjurus pada kerusakkan jaringan dan sirosis. Contoh-contoh termasuk

akumulasi besi yang abnormal (hemochromatosis) atau tembaga (penyakit

Wilson). Pada hemochromatosis, pasien-pasien mewarisi suatu

kecenderungan untuk menyerap suatu jumlah besi yang berlebihan dari

makanan. Melalui waktu, akumulasi besi pada organ-organ yang berbeda

diseluruh tubuh menyebabkan sirosis, arthritis, kerusakkan otot jantung

yang menjurus pada gagal jantung, dan disfungsi (kelainan fungsi) buah

pelir yang menyebabkan kehilangan rangsangan seksual. Perawatan

ditujukan pada pencegahan kerusakkan pada organ-organ dengan

mengeluarkan besi dari tubuh melaui pengeluaran darah. Pada penyakit

Wilson, ada suatu kelainan yang diwariskan pada satu dari protein-protein

yang mengontrol tembaga dalam tubuh. Melalui waktu yang lama,

tembaga berakumulasi dalam hati, mata, dan otak. Sirosis, gemetaran,

gangguan-gangguan psikiatris (kejiwaan) dan kesulitan-kesulitan syaraf

lainnya terjadi jika kondisi ini tidak dirawat secara dini. Perawatan adalah

dengan obat-obat oral yang meningkatkan jumlah tembaga yang

dieliminasi dari tubuh didalam urin.

5. Primary biliary cirrhosis (PBC)

adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu kelainan dari

sistim imun yang ditemukan sebagian besar pada wanita-wanita. Kelainan

imunitas pada PBC menyebabkan peradangan dan perusakkan yang kronis

dari pembuluh-pembuluh kecil empedu dalam hati. Pembuluh-pembuluh

empedu adalah jalan-jalan dalam hati yang dilalui empedu menuju ke usus.

Empedu adalah suatu cairan yang dihasilkan oleh hati yang mengandung

unsur-unsur yang diperlukan untuk pencernaan dan penyerapan lemak

dalam usus, dan juga campuran-campuran lain yang adalah produk-produk

sisa, seperti pigmen bilirubin. (Bilirubin dihasilkan dengan

mengurai/memecah hemoglobin dari sel-sel darah merah yang tua).

Bersama dengan kantong empedu, pembuluh-pembuluh empedu membuat

saluran empedu. Pada PBC, kerusakkan dari pembuluh-pembuluh kecil

28

Page 29: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

empedu menghalangi aliran yang normal dari empedu kedalam usus.

Ketika peradangan terus menerus menghancurkan lebih banyak pembuluh-

pembuluh empedu, ia juga menyebar untuk menghancurkan sel-sel hati

yang berdekatan. Ketika penghancuran dari hepatocytes menerus, jaringan

parut (fibrosis) terbentuk dan menyebar keseluruh area kerusakkan. Efek-

efek yang digabungkan dari peradangan yang progresif, luka parut, dan

efek-efek keracunan dari akumulasi produk-produk sisa memuncak pada

sirosis.

6. Primary Sclerosing Cholangitis (PSC)

adalah suatu penyakit yang tidak umum yang seringkali ditemukan

pada pasien-pasien dengan radang borok usus besar. Pada PSC, pembuluh-

pembuluh empedu yang besar diluar hati menjadi meradang, menyempit,

dan terhalangi. Rintangan pada aliran empedu menjurus pada infeksi-

infeksi pembuluh-pembuluh empedu dan jaundice (kulit yang menguning)

dan akhirnya menyebabkan sirosis. Pada beberapa pasien-pasien, luka

pada pembuluh-pembuluh empedu (biasanya sebagai suatu akibat dari

operasi) juga dapat menyebabkan rintangan dan sirosis pada hati.

7. Hepatitis Autoimun

adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu kelainan sistim

imun yang ditemukan lebih umum pada wanita-wanita. Aktivitas imun

yang abnromal pada hepatitis autoimun menyebabkan peradangan dan

penghancuran sel-sel hati (hepatocytes) yang progresif, menjurus akhirnya

pada sirosis.

8. Bayi-bayi dapat dilahirkan tanpa pembuluh-pembuluh empedu (biliary

atresia) dan akhirnya mengembangkan sirosis. Bayi-bayi lain dilahirkan

dengan kekurangan enzim-enzim vital untuk mengontrol gula-gula yang

menjurus pada akumulasi gula-gula dan sirosis. Pada kejadian-kejadian

29

Page 30: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

yang jarang, ketidakhadiran dari suatu enzim spesifik dapat menyebabkan

sirosis dan luka parut pada paru (kekurangan alpha 1 antitrypsin).

9. Lain-lain

Penyebab-penyebab sirosis yang lebih tidak umum termasuk reaksi-

reaksi yang tidak umum pada beberapa obat-obat dan paparan yang lama

pada racun-racun, dan juga gagal jantung kronis (cardiac cirrhosis). Pada

bagian-bagian tertentu dari dunia (terutama Afrika bagian utara), infeksi

hati dengan suatu parasit (schistosomiasis) adalah penyebab yang paling

umum dari penyakit hati dan sirosis.

D. PATOFISIOLOGI

Pada sirosis, hubungan antara darah dan sel-sel hati hancur. Meskipun sel-

sel hati yang selamat atau dibentuk baru mungkin mampu untuk menghasilkan

dan mengeluarkan unsur-unsur dari darah, mereka tidak mempunyai hubungan

yang normal dan intim dengan darah, dan ini mengganggu kemampuan sel-sel hati

untuk menambah atau mengeluarkan unsur-unsur dari darah. Sebagai tambahan,

luka parut dalam hati yang bersirosis menghalangi aliran darah melalui hati dan ke

sel-sel hati. Sebagai suatu akibat dari rintangan pada aliran darah melalui hati,

darah tersendat pada vena portal, dan tekanan dalam vena portal meningkat, suatu

kondisi yang disebut hipertensi portal. Karena rintangan pada aliran dan

tekanan-tekanan tinggi dalam vena portal, darah dalam vena portal mencari vena-

vena lain untuk mengalir kembali ke jantung, vena-vena dengan tekanan-tekanan

yang lebih rendah yang membypass hati. Hati tidak mampu untuk menambah atau

mengeluarkan unbsur-unsur dari darah yang membypassnya. Merupakan

kombinasi dari jumlah-jumlah sel-sel hati yang dikurangi, kehilangan kontak

normal antara darah yang melewati hati dan sel-sel hati, dan darah yang

membypass hati yang menjurus pada banyaknya manifestasi-manifestasi dari

sirosis.

30

Page 31: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

Hipertensi portal merupakan gabungan antara penurunan aliran darah porta

dan peningkatan resistensi vena portal. Hipertensi portal dapat terjadi jika tekanan

dalam sistem vena porta meningkat di atas 10-12 mmHg. Nilai normal tergantung

dari cara pengukuran, terapi umumnya sekitar 7 mmHg. Peningkatan tekanan

vena porta biasanya disebabkan oleh adanya hambatan aliran vena porta atau

peningkatan aliran darah ke dalam vena splanikus. Obstruksi aliran darah dalam

sistem portal dapat terjadi oleh karena obstruksi vena porta atau cabang-cabang

selanjutnya (ekstra hepatik), peningkatan tahanan vaskuler dalam hati yang terjadi

dengan atau tanpa pengkerutan (intra hepatik) yang dapat terjadi presinusoid,

parasinusoid atau postsinusoid dan obstruksi aliran keluar vena hepatik (supra

hepatik).

Hipertensi portal adalah sindroma klinik umum yang berhubungan dengan

penyakit hati kronik dan dijumpai peningkatan tekanan portal yang patologis.

Tekanan portal normal berkisar antara 5-10 mmHg. Hipertensi portal timbul bila

terdapat kenaikan tekanan dalam sistem portal yang sifatnya menetap di atas harga

normal.

Hipertensi portal dapat terjadi ekstra hepatik, intra hepatik, dan supra hepatik.

Obstruksi vena porta ekstra hepatik merupakan penyebab 50-70% hipertensi

portal pada anak, tetapi dua per tiga kasus tidak spesifik penyebabnya tidak

diketahui, sedangkan obstruksi vena porta intra hepatik dan supra hepatik lebih

banyak menyerang anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun yang tidak

mempunyai riwayat penyakit hati sebelumnya.

Penyebab lain sirosis adalah hubungan yang terganggu antara sel-sel hati

dan saluran-saluran melalui mana empedu mengalir. Pada sirosis, canaliculi

adalah abnormal dan hubungan antara sel-sel hati canaliculi hancur/rusak, tepat

seperti hubungan antara sel-sel hati dan darah dalam sinusoid-sinusoid. Sebagai

akibatnya, hati tidak mampu menghilangkan unsur-unsur beracun secara normal,

dan mereka dapat berakumulasi dalam tubuh. Dalam suatu tingkat yang kecil,

pencernaan dalam usus juga berkurang.

31

Page 32: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

E. KLASIFIKASI

A. Berdasarkan morfologi Sherlock membagi Sirosis hati atas 3 jenis, yaitu :

1. Mikronodular

Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, di dalam septa parenkim

hati mengandung nodul halus dan kecil yang merata. Sirosis mikronodular

besar nodulnya sampai 3 mm, sedangkan sirosis makronodular ada yang

berubah menjadi makronodular sehingga dijumpai campuran mikro dan

makronodular.

2. Makronodular

sirosis makronodular ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan

bervariasi, mengandung nodul yang besarnya juga bervariasi ada nodul

besar didalamnya ada daerah luas dengan parenkim yang masih baik atau

terjadi regenerasi parenkim.

3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular)

B. Secara Fungsional Sirosis terbagi atas :

1. Sirosis hati kompensata. Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada

stadium kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya

stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan screening.

2. Sirosis hati Dekompensata Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan

stadium ini

Biasanya gejala-gejala sudah jelas, misalnya : ascites, edema dan ikterus.

C. Klasifikasi sirosis hati menurut Child – Pugh :

Skor/parameter 1 2 3

Bilirubin(mg %) < 2,0 2 - < 3 > 3,0

Albumin(mg %) > 3,5 2,8 - < 3,5 < 2,8

Protrombin time

(Quick %)

> 70 40 - < 70 < 40

32

Page 33: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

Asites 0 Min. – sedang

(+) – (++)

Banyak (+++)

Hepatic

Encephalopathy

Tidak ada Stadium 1 & 2 Stadium 3 & 4

F. MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang timbul tergantung pada tingkat berat sirosis hati yang terjadi.

Sirosis Hati dibagi dalam tiga tingkatan yakni Sirosis Hati yang paling rendah

Child A, Child B, hingga pada sirosis hati yang paling berat yakni Child C. Gejala

yang biasa dialami penderita sirosis dari yang paling ringan yakni lemah tidak

nafsu makan, hingga yang paling berat yakni bengkak pada perut, tungkai, dan

penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik pada tubuh penderita terdapat

palmar eritem, spider nevi.

Palmar Eritem Spider Naevi

Beberapa dari gejala-gejala dan tanda-tanda sirosis yang lebih umum

termasuk:

1. Kulit yang menguning (jaundice) disebabkan oleh akumulasi bilirubin

dalam darah

33

Page 34: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

2. Asites, edema pada tungkai

3. Hipertensi portal

4. Kelelahan

5. Kelemahan

6. Kehilangan nafsu makan

7. Gatal

8. Mudah memar dari pengurangan produksi faktor-faktor pembeku darah

oleh hati yang sakit.

Pada keadaan sirosis hati lanjut, terjadi pemecahan protein otot. Asam

amino rantai cabang (AARC) yang terdiri dari valin, leusin, dan isoleusin

digunakan sebagai sumber energi (kompensasi gangguan glukosa sebagai sumber

energi) dan untuk metabolisme amonia. Dalam hal ini, otot rangka berperan

sebagai organ hati kedua sehingga disarankan penderita sirosis hati mempunyai

massa otot yang baik dan bertubuh agak gemuk. Dengan demikian, diharapkan

cadangan energi lebih banyak, stadium kompensata dapat dipertahankan, dan

penderita tidak mudah jatuh pada keadaan koma.

Penderita sirosis hati harus meringankan beban kerja hati. Aktivitas sehari-

hari disesuaikan dengan kondisi tubuh. Pemberian obat-obatan (hepatotoksik)

harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Penderita harus melakukan diet

seimbang, cukup kalori, dan mencegah konstipasi. Pada keadaan tertentu,

misalnya, asites perlu diet rendah protein dan rendah garam.

G. KOMPLIKASI

1. Edema dan ascites

Ketika sirosis hati menjadi parah, tanda-tanda dikirim ke ginjal-ginjal

untuk menahan garam dan air didalam tubuh. Kelebihan garam dan air

pertama-tama berakumulasi dalam jaringan dibawah kulit pergelangan-

pergelangan kaki dan kaki-kaki karena efek gaya berat ketika berdiri atau

duduk. Akumulasi cairan ini disebut edema atau pitting edema. (Pitting edema

merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah ujung jari dengan kuat pada suatu

34

Page 35: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

pergelangan atau kaki dengan edema menyebabkan suatu lekukan pada kulit

yang berlangsung untuk beberapa waktu setelah pelepasan dari tekanan.

Ketika sirosis memburuk dan lebih banyak garam dan air yang tertahan, cairan

juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan

organ-organ perut. Akumulasi cairan ini (disebut ascites) menyebabkan

pembengkakkan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang

meningkat.

2. Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP)

Cairan dalam rongga perut (ascites) adalah tempat yang sempurna untuk

bakteri-bakteri berkembang. Secara normal, rongga perut mengandung suatu

jumlah yang sangat kecil cairan yang mampu melawan infeksi dengan baik,

dan bakteri-bakteri yang masuk ke perut (biasanya dari usus) dibunuh atau

menemukan jalan mereka kedalam vena portal dan ke hati dimana mereka

dibunuh. Pada sirosis, cairan yang mengumpul didalam perut tidak mampu

untuk melawan infeksi secara normal. Sebagai tambahan, lebih banyak

bakteri-bakteri menemukan jalan mereka dari usus kedalam ascites. Oleh

karenanya, infeksi didalam perut dan ascites, dirujuk sebagai spontaneous

bacterial peritonitis atau SBP, kemungkinan terjadi. SBP adalah suatu

komplikasi yang mengancam nyawa. Beberapa pasien-pasien dengan SBP

tdak mempunyai gejala-gejala, dimana yang lainnya mempunyai demam,

kedinginan, sakit perut dan kelembutan perut, diare, dan memburuknya

ascites.

3. Perdarahan dari Varises-Varises Kerongkongan (Oesophageal

Varices)

Pada sirosis hati, jaringan parut menghalangi aliran darah yang kembali ke

jantung dari usus-usus dan meningkatkan tekanan dalam vena portal

(hipertensi portal). Ketika tekanan dalam vena portal menjadi cukup tinggi, ia

menyebabkan darah mengalir di sekitar hati melalui vena-vena dengan

tekanan yang lebih rendah untuk mencapai jantung. Vena-vena yang paling

umum yang dilalui darah untuk membypass hati adalah vena-vena yang

35

Page 36: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

melapisi bagian bawah dari kerongkongan (esophagus) dan bagian atas dari

lambung.

Sebagai suatu akibat dari aliran darah yang meningkat dan peningkatan

tekanan yang diakibatkannya, vena-vena pada kerongkongan yang lebih

bawah dan lambung bagian atas mengembang dan mereka dirujuk sebagai

esophageal dan gastric varices; lebih tinggi tekanan portal, lebih besar varices-

varices dan lebih mungkin seorang pasien mendapat perdarahan dari varices-

varices kedalam kerongkongan (esophagus) atau lambung.

Perdarahan juga mungkin terjadi dari varices-varices yang terbentuk

dimana saja didalam usus-usus, contohnya, usus besar (kolon), namun ini

adalah jarang. Untuk sebab-sebab yang belum diketahui, pasien-pasien yang

diopname karena perdarahan yang secara aktif dari varices-varices

kerongkongan mempunyai suatu risiko yang tinggi mengembangkan

spontaneous bacterial peritonitis.

4. Hepatic encephalopathy

Beberapa protein-protein dalam makanan yang terlepas dari pencernaan

dan penyerapan digunakan oleh bakteri-bakteri yang secara normal hadir

dalam usus. Ketika menggunakan protein untuk tujuan-tujuan mereka sendiri,

bakteri-bakteri membuat unsur-unsur yang mereka lepaskan kedalam usus.

Unsur-unsur ini kemudian dapat diserap kedalam tubuh. Beberapa dari unsur-

unsur ini, contohnya, ammonia, dapat mempunyai efek-efek beracun pada

otak. Biasanya, unsur-unsur beracun ini diangkut dari usus didalam vena

portal ke hati dimana mereka dikeluarkan dari darah dan di-detoksifikasi

(dihilangkan racunnya).

Ketika unsur-unsur beracun berakumulasi secara cukup dalam darah,

fungsi dari otak terganggu, suatu kondisi yang disebut hepatic

encephalopathy. Tidur waktu siang hari daripada pada malam hari (kebalikkan

dari pola tidur yang normal) adalah diantara gejala-gejala paling dini dari

hepatic encephalopathy. Gejala-gejala lain termasuk sifat lekas marah,

ketidakmampuan untuk konsentrasi atau melakukan perhitungan-perhitungan,

kehilangan memori, kebingungan, atau tingkat-tingkat kesadaran yang

36

Page 37: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

tertekan. Akhirnya, hepatic encephalopathy yang parah/berat menyebabkan

koma dan kematian.

5. Hepatorenal syndrome

Pasien-pasien dengan sirosis yang memburuk dapat mengembangkan

hepatorenal syndrome. Sindrom ini adalah suatu komplikasi yang serius

dimana fungsi dari ginjal-ginjal berkurang. Itu adalah suatu persoalan fungsi

dalam ginjal-ginjal, yaitu, tidak ada kerusakn fisik pada ginjal-ginjal. Sebagai

gantinya, fungsi yang berkurang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam

cara darah mengalir melalui ginjal-ginjalnya. Hepatorenal syndrome

didefinisikan sebagai kegagalan yang progresif dari ginjal-ginjal untuk

membersihkan unsur-unsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urin

yang memadai walaupun beberapa fungsi-fungsi penting lain dari ginjal-

ginjal, seperti penahanan garam, dipelihara/dipertahankan

6. Hepatopulmonary syndrome

Jarang, beberapa pasien-pasien dengan sirosis yang berlanjut dapat

mengembangkan hepatopulmonary syndrome. Pasien-pasien ini dapat

mengalami kesulitan bernapas karena hormon-hormon tertentu yang dilepas

pada sirosis yang telah berlanjut menyebabkan paru-paru berfungsi secara

abnormal. Persoalan dasar dalam paru adalah bahwa tidak cukup darah

mengalir melalui pembuluh-pembuluh darah kecil dalam paru-paru yang

berhubungan dengan alveoli (kantung-kantung udara) dari paru-paru. Darah

yang mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat

mengambil cukup oksigen dari udara didalam alveoli. Sebagai akibatnya

pasien mengalami sesak napas, terutama dengan pengerahan tenaga.

7. Hyperspleenism

Limpa (spleen) secara normal bertindak sebagai suatu saringan (filter)

untuk mengeluarkan/menghilangkan sel-sel darah merah, sel-sel darah putih,

dan platelet-platelet (partikel-partikel kecil yang penting uktuk pembekuan

darah) yang lebih tua. Darah yang mengalir dari limpa bergabung dengan

darah dalam vena portal dari usus-usus. Ketika tekanan dalam vena portal naik

pada sirosis, ia bertambah menghalangi aliran darah dari limpa. Darah

37

Page 38: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

tersendat dan berakumulasi dalam limpa, dan limpa membengkak dalam

ukurannya, suatu kondisi yang dirujuk sebagai splenomegaly. Adakalanya,

limpa begitu bengkaknya sehingga ia menyebabkan sakit perut.

Ketika limpa membesar, ia menyaring keluar lebih banyak dan lebih banyak

sel-sel darah dan platelet-platelet hingga jumlah-jumlah mereka dalam darah

berkurang. Hypersplenism adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan kondisi ini, dan itu behubungan dengan suatu jumlah sel

darah merah yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih yang rendah

(leucopenia), dan/atau suatu jumlah platelet yang rendah (thrombocytopenia).

Anemia dapat menyebabkan kelemahan, leucopenia dapat menjurus pada

infeksi-infeksi, dan thrombocytopenia dapat mengganggu pembekuan darah

dan berakibat pada perdarahan yang diperpanjang (lama).

8. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)

Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja meningkatkan risiko kanker

hati utama/primer (hepatocellular carcinoma). Utama (primer) merujuk pada

fakta bahwa tumor berasal dari hati. Suatu kanker hati sekunder adalah satu

yang berasal dari mana saja didalam tubuh dan menyebar (metastasizes) ke

hati.

H. DIAGNOSTIK DAN PENATALAKSANAAN

A. Pemeriksaan Diagnostik

a. Scan/biopsy hati : Mendeteksi infiltrate lemak, fibrosis, kerusakan

jaringan hati,

b. Kolesistografi/kolangiografi : Memperlihatkan penyakit duktus

empedu yang mungkin sebagai faktor predisposisi.

c. Esofagoskopi : Dapat melihat adanya varises esophagus

d. Portografi Transhepatik perkutaneus : Memperlihatkan sirkulasi

system vena portal,

e. Pemeriksaan Laboratorium :

38

Page 39: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

Bilirubin serum, AST(SGOT)/ALT(SPGT),LDH, Alkalin

fosfotase, Albumin serum, Globulin, Darh lengkap, masa

prototrombin, Fibrinogen, BUN, Amonia serum, Glukosa serum,

Elektrolit, kalsium, Pemeriksaan nutrient, Urobilinogen urin, dan

Urobilinogen fekal.

B. Penatalaksanaan

Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :

1. Simtomatis

2. Supportif, yaitu :

a. Istirahat yang cukup

b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang;

misalnya : cukup kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin

c. Pengobatan berdasarkan etiologi

Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat

dicoba dengan interferon. Sekarang telah dikembangkan perubahan

strategi terapi bagian pasien dengan hepatitis C kronik yang belum

pernah mendapatkan pengobatan IFN seperti a) kombinasi IFN

dengan ribavirin, b) terapi induksi IFN, c) terapi dosis IFN tiap

hari.

A) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit

3 x seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat

badan (1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang

diberikan untukjangka waktu 24-48 minggu.

B) Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan

dosis yang lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu

39

Page 40: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

yang dilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48

minggu dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.

C) Terapi dosis interferon setiap hari.

Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari

sampai HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati.

3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah

terjadi komplikasi seperti

1. Asites

2. Spontaneous bacterial peritonitis

3. Hepatorenal syndrome

4. Ensefalophaty hepatic

1. Asites

Dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :

- istirahat

- diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet

rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka

penderita harus dirawat.

- Diuretik

Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah garam

dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah

4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian diuretic adalah

hipokalemia dan hal ini dapat mencetuskan encephalopaty hepatic, maka pilihan

utama diuretic adalah spironolacton, dan dimulai dengan dosis rendah, serta dapat

40

Page 41: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis maksimal

diuresinya belum tercapai maka dapat kita kombinasikan dengan furosemid.

2. Spontaneous bacterial peritonitis

Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporins Generasi III

(Cefotaxime),

secara parental selama lima hari, atau Qinolon secara oral. Mengingat akan

rekurennya tinggi maka untuk Profilaxis dapat diberikan Norfloxacin

(400mg/hari) selama 2-3 minggu.

3. Hepatorenal Sindrome

Sindroma ini dicegah dengan menghindari pemberian Diuretik yang

berlebihan, pengenalan secara dini setiap penyakit seperti gangguan elekterolit,

perdarahan dan infeksi. Penanganan secara konservatif dapat dilakukan berupa :

Restriksi cairan,garam, potassium dan protein. Serta menghentikan obat-obatan

yang Nefrotoxic.

Manitol tidak bermanfaat bahkan dapat menyebabkan Asifosis intra

seluler. Diuretik dengan dosis yang tinggi juga tidak bermanfaat, dapat

mencetuskan perdarahan dan shock. TIPS hasil jelek pada Child’s C, dan dapat

dipertimbangkan pada pasien yang akan dilakukan transplantasi.Pilihan terbaik

adalah transplantasi hati yang diikuti dengan perbaikan dan fungsi ginjal.

4. Perdarahan karena pecahnya Varises Esofagus

Kasus ini merupakan kasus emergensi sehingga penentuan etiologi sering

dinorduakan, namun yang paling penting adalah penanganannya lebih dulu.

Prrinsip penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi sampai keadaan

pasien stabil,dalam keadaan ini maka dilakukan :

- Pasien diistirahatkan dan dipuasakan

- Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi41

Page 42: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

- Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali

kegunaannyayaitu : untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es, pemberian

obat-obatan, evaluasi darah

- Pemberian obat-obatan berupa antasida,ARH2,Antifibrinolitik,Vitamin K,

Vasopressin, Octriotide dan Somatostatin

- Disamping itu diperlukan tindakan-tindakan lain dalam rangka menghentikan

perdarahan misalnya Pemasangan Ballon Tamponade dan Tindakan

Skleroterapi / Ligasi aatau Oesophageal Transection.

5. Ensefalopati Hepatik

Prinsip penggunaan ada 3 sasaran :

1. mengenali dan mengobati factor pencetua

2. intervensi untuk menurunkan produksi dan absorpsi amoniak serta toxin-toxin

yang berasal dari usus dengan jalan :

- Diet rendah protein

- Pemberian antibiotik (neomisin)

- Pemberian lactulose/ lactikol

3. Obat-obat yang memodifikasi Balance Neutronsmiter

- Secara langsung (Bromocriptin,Flumazemil)

- Tak langsung (Pemberian AARS)

I. PROGNOSIS

Prognosis sirosis hepatis menjadi buruk apabila:

Ikterus yang menetap atau bilirubin darah > 1,5 mg%

Asites refrakter atau memerlukan diuretik dosis besar

42

Page 43: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

Kadar albumin rendah (< 2,5 gr%)

Kesadaran menurun tanpa faktor pencetus

Hati mengecil

Perdarahan akibat varises esofagus

Komplikasi neurologis

Kadar protrombin rendah

Kadar natriumn darah rendah (< 120 meq/i), tekanan systole < 100 mmHg

43

Page 44: Laporan Kasus Asites, Hemel, Sirosis

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW.Buku Ajar I Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi V. Jakarta :

InternaPublishing. 2009.

2. Waleleng BJ, Abdullah Murdani. Perdarahan Saluran Cerna. SetyoHadi

B, et all ed. EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam

( Emergency in Internal Medicine ), Jakarta: InternaPublishing, 2011.

3. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, et

al.Harrison's Principles ofInternal Medicine. Seventeenth Edition. 2008.

44