Download docx - Laporan - Isi

Transcript
Page 1: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Geologi Teknik merupakan ilmu aplikasi geologi untuk kepentingan keteknikan, yang

membahas pengaruh faktor - faktor geologi terhadap lokasi, desain, konstruksi,

pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan hasil kerja keteknikan (American

Geological Institute dalam Attewell & Farmer, 1976).

Seorang geologist yang baik tidak hanya mampu untuk pemetaan saja, namun harus

juga mampu untuk mengatasi masalah-masalah keteknikan seperti sipil dan desain

kntruksi baik bangunan maupun pertambangan. Serta mampu mengkaitkan ilmu dasar

geologi dan ilmu tentang penerapan keteknikan.

Permasalahan yang biasanya muncul dalam masalah keteknikan dan sipil adalah

kestabilan lereng yang tentunya harus diselesaikan dengan ilmu Geologi Teknik, selain

itu pembuatan tunnel untuk underground mining maupun sipil harus mampu perkirakan

kekuatan batuannya oleh geologist teknik berdasarkan nilai RQD yang akan dimasukan

ke table Bieniawski untuk mendapat Rock Mass Rating atau pembobotan massa batuan

(RMR). Seberapa curam (slope) yang disarankan dalam pembuatan lereng untuk umum

atau sipil maupun open mining juga menjadi tanggung jawab seorang geologist.

1.2 Batasan Masalah

Aplikasi ilmu Geologi Teknik untuk rancangan desain tambang dan mitigasi bencana

beserta solusi pencegahannya.

1.3 Maksud dan Tujuan

Mahasiswa diharapkan mampu untuk melakukan pengambilan data dilapangan serta

dapat melakukan analisa di laboratorium sehingga mahasiswa mendapatkan hasil positif

dan negative pada suatu tempat dan dapat memperkirakan rancangan solusi baik itu

pemanfaatannya maupun pencegahaannya.

Kelompok BPlug 5 1

Page 2: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

1.4 Lokasi Penelitian

Secara administratif lokasi daerah telitian termasuk kedalam dasa , Kecamatan

Berebah, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi Penelitian

berada di sungai berbah, dengan koordinat X = 0440420; Y = 9136869; Z = 149.

Lokasi penelitian ditempuh dengan menggunakan kendaraan sepeda motor dengan

pencapaian lokasi penelitian memakan waktu sekitar 15 menit dari kampus 1 Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Gambar I.1. Lokasi Penelitian Pada Google Earth

1.5 Hasil Yang Diharapkan

Berdasarkan data dan hasil analisa yang dilakukan, mahasiswa mampu

mengklasifikasikan lereng dan membuat geometri dari lereng tersebut sehingga

memberikan nilai slope yang disarankan untuk menjaga kestabilan dari lereng tersebut

serta dengan menghitung jumlah kekar (RQD Scanline) diharapkan mampu mengetahui

pembobotan massa batuan, SMR, RSR, dan Q System yang berguna untuk menentukan

perencanaan dari tunnel yang akan dibuat pada lereng batuan tersebut.

Kelompok BPlug 5 2

Page 3: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Tahapan Pendahuluan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tahapan – tahapan

dimana keseluruhan merupakan kesatuan alur yang sistematik yang telah dijelaskan

diatas. Tahapan – tahapan kerja yang dilakukan dalam pemetaan adalah sebagai berikut :

Tahap pendahuluan meliputi:

a. Studi pustaka : sejarah geologi, mencari peta, mempelajari regional daerah, dan

mempelajari metode-metode yang akan digunakan.

b. Survei awal lapangan atau observasi

c. Rencana lintasan

d. Persiapan checklist

Palu, kompas, meteran

Buku catatan lapangan, alat tulis, clipboard

Komparator batuan sedimen dan komparator batuan beku

GPS (Global Positioning System), kamera

Plastik sampel

Pipa atau pralon dengan panjang 50 cm beserta penutup pipa (cap) 2 buah

e. Perijinan dan persiapan perlengkapan

2.1.1. Kajian Pustaka

Peniliti daerah ini menggunakan pustaka terpilih sebagai acuan, yaitu :

1. Hardiyatmo, Hary Cristady. 2002. Mekanika Tanah I. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

2. Braja M. Das, dkk. 1988. Mekanika Tanah. Erlangga : Surabaya

2.1.2. Tahap Penelitian Lapangan

Tahap penelitian meliputi :

Kelompok BPlug 5 3

Page 4: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

a. Sketsa Bentang Alam

Tujuannya untuk mengetahui gambaran penampakan daerah telitian dimana hasil

pengamatan direkam dalam buku catatan lapangan.

b. Pengukuran geometri elevasi daerah telitian

Tujuan pengukuran geometri elevasi daerah telitian adalah:

Untuk mendapatkan data terperinci mengenai ketinggian daerah tertinggi dan terendah

daerah telitian.

Untuk mendapatkan ketinggian lereng yang akan digunakan sebagai data pengukuran

kestabilan lereng.

c. Pengukuran unsur-unsur struktur geologi.

Hal-hal yang dikerjakan pada tahapan ini adalah:

Pengukuran terhadap struktur kekar untuk mendapatkan jumlah kekar per meternya

dengan membentangkan meteran sepanjang bidang lereng penelitian dan identifikasi

keadaan kekar pada tempat telitian, apakah terisi air atau tidak, basah atau lapuk, dan

sebagainya.

Mengukur slope, azimuth, jurus, dan kemiringan lapisan.

d. Pengamatan keadaan daerah telitian

Analisis tersebut meliputi kondisi mata air, tingkat kelembaban litologi, dan lain-lain.

2.1.3. Tahap Analisis

1. Uji Basic Properties

Uji ini dilakukan untuk mendapatkan sifat – sifat fisik tanah (Indeks Properties tanah),

antara lain :

1) Kadar air (Water Content)

Test dilakukan untuk mengetahui kadar air dari contoh tanah, dinyatakan dalam

prosentase dari berat air pada suatu massa terhadap berat dari suatu partikel tanah.

Peralatan Yang Digunakan

o Oven pemanas / heater dengan suhu sampai 110º C.

o Cawan kedap udara.

o Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.

o Jangka sorong.

Kelompok BPlug 5 4

Page 5: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Prosedur Pelaksanaan

o Tanah yang akan diperiksa baik disturb maupun undisturb ditempatkan dalam cawan

yang bersih, kering, dan telah diketahui beratnya (disturbed), dan dalam cincin

(undisturbed).

o Kedua wadah tersebut beserta isinya kemudian ditimbang dan beratnya dicatat

dalam formulir yang tersedia.

o Kemudian kedua wadah tersebut dipanaskan dalam oven pemanas / heater sampai

berat contoh tanah konstan.

o Setelah dingin, ditimbang dan beratnya dicatat.

Perhitungan

o Berat wadah + tanah basah = W1 (gram).

o Berat wadah + tanah kering = W2 (gram).

o Berat wadah kosong = W3 (gram).

o Berat air = (W1 – W2) (gram).

o Berat tanah kering = (W2 – W3) (gram).

Kadar Air=W 1−W 2

W 2−W 1

x 100 %

2) Berat Isi Tanah

Test dilakukan untuk mendapattkan berat isi tanah yang merupakan perbandingan

antara berat tanah basah dengan volumenya dalam gr/cm3.

Peralatan Yang Digunakan

o Cincin uji dengan diameter 6 cm dan tinggi 2 cm.

o Pisau pemotong contoh.

o Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.

o Jangka sorong.

Prosedur Pelaksanaan

o Cincin dalam keadaan bersih ditimbang (W1).

o Sample (undisturbed) disiapkan dengan menekan cincin pada tabung contoh

sampai cincin terisi penuh.

o Ratakan kedua permukaan dan bersihkan cincin sebelah luar.

Kelompok BPlug 5 5

Page 6: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

o Timbang cincin beserta isinya (W2).

o Hitung volume tanah dengan mengukur ukuran dalam cincin dengan ketelitian 0,01

cm dengan menggunakan jangka sorong.

o Kemudian menghitung berat isi tanah dengan menggunakan rumus :

γ=W 2−W 2

V( gr

cm3 )

2. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)

Uji ini dilakukan untuk menentukan nilai kekuatan geser tana dengan mengubah – ubah

tegangan axial pada beberapa contoh sehingga diperoleh tegangan gesernya, kecepatan

perubahan contoh tanah pada arah horizontal disesuaikan dengan keadaan jenis tanahnya.

Kecepatan perubahan gerakan ini ditentukan dari waktu yang dicapai hingga contoh tanah

longsor. Dengan ini diperoleh garis yang memberikan hubungan antara tegangan geser dan

tegangan axial.

Peralatan Yang Digunakan

o Direct Shear Box

o Sample tanah

o Alat pengeluaran contoh

o Pisau pemotong

o Dial indicator

o Proving Ring

o Stopwatch

Prosedur Pelaksanaan

o Siapkan sample tanah yang akan diuji

o Hitung luas dan volume dari benda uji

o Masukan benda uji kedalam cincin geser yang masih terkunci menjadi satu, posisi

tanah berada pada dua batu pori.

o Atur posisi setang penekan dalam posisi vertikal dan tepat menyentuh bidang

penekan.

o Putar engkol pendorong sampai tepat menyentuh stang penggeser benda uji.

o Buka kunci cincin geser.

Kelompok BPlug 5 6

Page 7: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

o Pasang dial konsolidasi pada posisi Nol (0).

o Berikan beban normal pertama sesuai dengan beban yang diperlukan.

o Putar engkol pendorong sehingga tanah mulai menerima benda geser. Baca nilai

proving ring dan dial pergeseran setiap 15 detik sampai terapai beban maksimum

atau deformasi 10% ϕ benda uji.

o Berikan beban normal pada benda uji kedua dan ketiga sebesar 2 kali dan 3 kali

beban normal pertama dengan mengulangi prosedur di atas.

o Melakukan perhitungan dengan rumus :

Tegangan Normal : τ n=NA

Tegangan Geser : τ=PA

Kuat Geser : S=c+τn tan θ

Dimana :

N : beban (kg)

A : luas contoh (cm2)

P : tekanan terbesar (kg/cm2)

c : kohesi

θ : sudut geser dalam (º)

3. Rock Quality Designation (RQD)

Prinsip dasar penggunaan metode ini dengan penandaan atau penilaian kualitas batuan

berdasarkan kerapatan kekar. Perhitungan RQD biasa didapat dari perhitungan langsung dari

singkapan batuan yang mengalami retakan-retakan (baik lapisan batuan maupun kekar atau

sesar) berdasarkan rumus Hudson, 1979 (dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996) sebagai

berikut :

RQD = 100 (0.1n + 1) e- 0.1*n

Keterangan :

n = jumlah kekar per meter

Kelompok BPlug 5 7

Page 8: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

4. Fellenius Method

Banyak rumus perhitungan Faktor Keamanan lereng (material tanah) yang

diperkenalkan untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng ini. Rumus dasar Faktor

Keamanan (Safety Factor, (F)) lereng (material tanah) yang diperkenalkan oleh Fellenius

dan kemudian dikembangkan adalah : (Lambe & Whitman, 1969; Parcher & Means, 1974)

:

F=(C x Ʃ l )+(wt cosα x θ)

wt sin α

Keterangan :

C = Kohesi

l =

θ = Sudut geser dalam

α =

Menurut Bowles (1991), kelompok rentang faktor keamanan (FK) dapat dibagi 3 ditinjau dari

intensitas kelongsorannya, yaitu:

Nilai Faktor Keamanan (FK) Kejadian / Intensitas Longsor

FK < 1,07 Longsor terjadi biasa / sering (kelas labil)

FK Antara 1,07 – 1,25 Longsor pernah terjadi (kelas kritis)

FK > 1,25 Longsor jarang terjadi (kelas stabil)

Tabel 2. Kelompok Rentang Faktor Keamanan Menurut Bowles, 1991

5. Rock Mass Rating

Rock Mass Rating (RMR) adalah pembobotan massa batuan. Metode ini dipakai

dalam memperkirakan kestabilan suatu pengelupasan lereng massa batuan. Penilaian

kestabilan lereng juga menggunakan data lapangan dan data laboratorium. Parameter yang

digunakan dalam pengklasifikasian menggunakan system RMR ini adalah :

1. Kekuatan kompresif uniaxial dari material batuan (Uniaxial compressive

strength of rock material)

Kelompok BPlug 5 8

Page 9: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

2. Rock Quality Designation (RQD)

3. Spasi dari rekahan (Spacing of discontinuities)

4. Keadaan dari rekahan (Condition of discontinuities)

5. Orientasi dari rekahan (Orientation of discontinuities)

6. Keadaan airtanah (Groundwater conditions)

6. Slope Mass Rating

Penerapan nilai RMR untuk memperkirakan sudut kemiringan lereng pengupasan. Penentuan

slope yang disarankan menurut beberapa ahli:

Hall (1985)

SMR = 0,65 RMR + 25

Orr (1992)

SMR = 35 ln RMR – 71

Laubscher (1975)

Sudut Lereng yang disarankan (SMR) dalam derajat

Nilai RMR

75 81-100

65 61-80

55 41-60

45 21-40

35 0-20

Tabel 1. Nilai RMR dan Sudut Lereng Yang Disarankan Menurut Laubscher, 1975

7. Q system

Q system (Tunnelling Quality Index) diusulkan oleh Barton et al. (1974) dari Norwegian

Geotechnical Institute dengan rumus:

Q = RQD Jr Jw

Jn Ja SRF

8. Pembuatan Tunnel

2.1.4. Tahap Penyusunan Laporan

Kelompok BPlug 5 9

Page 10: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Penyusunan laporan ini meliputi :

a. Pembuatan poster

b. Pembuatan slide presentasi

c. Pembuatan laporan

2.1.5. Presentasi

Presentasi hasil penelitian.

Kelompok BPlug 5 10

Page 11: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

BAB III

ANALISA KESTABILAN LERENG

Analisis kestabilan lereng didasarkan pada konsep keseimbangan plastis batas (limit

plastic equilibrium), (Wesley, 1977). Adapun maksud analisis kestabilan lereng adalah untuk

menentukan faktor aman dari bidang longsor yang potensial. Dalam analisis kestabilan lereng

beberapa anggapan telah dibuat, yaitu :

1. Longsoran lereng terjadi disepanjang permukaan bidang longsor tertentu dan dapat

dianggap sebagai masalah bidang 2 dimensi.

2. Massa tanah yang longsor dianggap berupa benda yang masif.

3. Tahanan geser dari massa tanah pada setiap titik sepanjang bidang longsor tidak

tergantung dari orientasi permukaan longsoran, atau dengan kata lain kuat geser

tanah dianggap isotropis.

4. Faktor aman didefinisikan dengan memperhatikan tegangan geser rata-rata

sepanjang bidang longsor yang potensial dan kuat geser tanah rata-rata sepanjang

permukaan longsoran.

Ada beberapa metode untuk menganalisis kestabilan lereng, yang paling umum

digunakan ialah metode irisan yang dicetuskan oleh Fellenius (1939). Metode ini banyak

digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng yang tersusun oleh tanah, dan bidang

gelincirnya berbentuk busur (arc-failure). Menurut Sowers (1975), tipe longsoran terbagi

kedalam 3 bagian berdasarkan kepada posisi bidang gelincirnya, yaitu longsorang kaki lereng

(toe failure), longsorang muka lereng (face failure), dan longsoran dasar lereng (base

failure). Longsoran kaki lereng umumnya terjadi pada lereng yang relatif agak curam (>450)

dan tanah penyusunnya relatif mempunyai nilai sudut geser dalam yang besar (>300).

Longsoran muka lereng biasa terjadi pada lereng yang mempunyai lapisan keras (hard layer),

dimana ketinggian lapisan keras ini melebihi ketinggian kaki lerengnya, sehingga lapisan

lunak yang berada diatas lapisan keras berbahaya untuk longsor. Longsoran dasar lereng

biasa terjadi pada lereng yang tersusun oleh tanah lempung, atau bisa juga terjadi pada lereng

yang tersusun oleh beberapa lapisan lunak (soft seams).

Kelompok BPlug 5 11

Page 12: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Perhitungan lereng dengan metode Fellenius dilakukan dengan membagi massa

longsoran menjadi segmen-segmen, untuk bidang longsor circular adalah:

Gambar 1. Gaya Yang Bekerja Pada Longsoran Lingkaran

Metode Fellenius dapat digunakan pada lereng-lereng dengan kondisi isotropis, non

isotropis dan berlapis-lapis. Massa tanah yang bergerak diandaikan terdiri dari atas beberapa

elemen vertikal. Lebar elemen dapat diambil tidak sama dan sedemikian sehingga lengkung

busur di dasar elemen dapat dianggap garis lurus. Berat total tanah/batuan pada suatu elemen

(W,) termasuk beban Iuar yang bekerja pada permukaan lereng (gambar 2) Wt, diuraikan

dalam komponen tegak lurus dan tangensial pada dasar elemen. Dengan cara ini, pengaruh

gaya T dan E yang bekerja disamping elemen diabaikan.

Data yang diperlukan dalam suatu perhitungan sederhana untuk mencari nilai FK

(faktor keamanan lereng) adalah sebagai berikut :

a. Data lereng (terutama diperlukan untuk membuat penampang lereng) meliputi :

sudut lereng, tinggi lereng, atau panjang lereng dari kaki lereng ke puncak

lereng.

b. Data mekanika tanah :

sudut geser dalam (derajat)

bobot isi tanah basah (ᵧ wet ; g/cm³ atau kN/m³ atau ton/m³)

kohesi (c ; kg/cm² atau kN/m² atau ton/m²)

kadar air (ᵚ,%)

Kelompok BPlug 5 12

Page 13: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Data mekanika tanah yang diambil sebaiknya dari sampel tanah tak terganggu. Kadar

air tanah ( ᵚ ) diperlukan terutama dalam perhitungan yang menggunakan komputer (terutama

bila memerlukan data ᵧdry atau bobot satuan isi tanah kering, yaitu : ᵧdry = ᵧwet / ( 1 + ᵚ ).

Pada lereng yang dipengaruhi oleh muka air tanah nilai F (dengan metoda sayatan, Fellenius)

adalah sebagai berikut :

F=c . L+ tan ϕ. Ʃ ¿¿¿

Dimana :

c : kohesi (kN /m2¿¿

ϕ : sudut geser dalam (derajat)

α : sudut bidang gelincir pada tiap sayatan (derajat)

µ : tekanan air pori (kN /m2¿¿

l : panjang bidang gelincir pada tiap sayatan (m)

L : jumlah panjang bidang gelincir

μix li : tekanan pori disetiap sayatan (kN /m¿¿

W : luas tiap bidang sayatan (m2) x bobot satuan isi tanah (γ . kN /m2)

Sebelum menghitung perhitungan Faktor Keamanan dengan menggunakan metode

Fellenius pada lereng tanpa pengaruh muka air tanah, beberapa langkah yang perlu dilakukan

diantaranya adalah :

1. Membuat sketsa lereng berdasarkan penampang lereng

2. Membuat sayatan – sayatan vertikal sampai batas bidang gelincir

3. Membuat table perhitungan

Kelompok BPlug 5 13

Page 14: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Gambar 3. 1. Metode Sayatan Fellenius

Ukur pada masing – masing sayatan, panjang bidang gelincir (L),tinggi sisi sayatan (h),

dan lebar sayatan (x) serta sudut α masing – masing bidang gelincir (segmen) Kemudian

setelah itu hitung luas masing – masing sayatan, sin α, cos α, W (luas sayatan X γ), (W sin α),

(W cos α). Kemudian hitung jumlah L, jumlah W sin α dan W cos α (dimasukkan kedalam

rumus FK), sehingga didapatkan nilai FK.

Kelompok BPlug 5 14

Page 15: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Gambar 4. Sistem Gaya pada Metode Fellenius

3.1.1 Hasil Analisa

NO L h x luassudut

sin cos Wt W sin W cos meter meter meter m2 derajat luas x

1 26.00 24.80 6.00 127.00 63.00 0.900 0.450 524.16 471.74 235.872 8.00 17.40 6.00 90.00 40.00 0.640 0.760 161.28 103.22 122.573 6.60 20.00 6.00 111.60 35.00 0.570 0.820 133.06 75.84 109.114 6.00 20.40 6.00 121.20 0.00 0.000 1.000 120.96 0.00 120.96

Kelompok BPlug 5 15

Page 16: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

5 6.00 19.60 6.00 121.20 -25.00 -0.420 -0.900 120.96 -50.80 -108.866 6.60 7.00 6.00 111.60 -40.00 -0.640 -0.760 133.06 -85.16 -101.127 8.00 11.00 6.00 87.00 -51.00 -0.770 -0.620 161.28 -124.19 -99.998 12.00 11.00 4.60 24.80 80.00 0.980 0.100 241.92 237.08 24.19

L= 79.20 46.60

Tabel 3. Data Perhitungan Menggunakan Metode Fellenius

Gambar 5. Sketsa Metode Fellenius

C (Kohesi) = 63,7

Φ (Sudut Geser Dalam) = 20

γ (Berat Isi) = 22,064

Faktor Keamanan (F)

F=c . L+ tan ϕ. Ʃ ¿¿¿

F=6,5 .19,65+ tan 20 .(932,1333−601,8783)

932,1333=0,776

Nilai Faktor Keamanan (F) Kejadian / Intensitas Longsor

FK < 1,07 Longsor terjadi biasa / sering (kelas labil)

FK Antara 1,07 – 1,25 Longsor pernah terjadi (kelas kritis)

FK > 1,25 Longsor jarang terjadi (kelas stabil)

Kelompok BPlug 5 16

Page 17: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Tabel 2. Kelompok Rentang Faktor Keamanan Menurut Bowles, 1991

Gambar 6. Interpretasi Metode Fellenius Dengan Menggunakan Software Slide 6.0

BAB IV

PERENCANAAN MINING PROJECT

IV. 1. Metode RQD (Rock Quality Designation)

Prinsip dasar penggunaan metode ini dengan penandaan atau penilaian kualitas batuan berdasarkan kerapatan kekar. Perhitungan RQD biasa didapat dari perhitungan langsung dari

Kelompok BPlug 5 17

Page 18: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

singkapan batuan yang mengalami retakan-retakan (baik lapisan batuan maupun kekar atau sesar) berdasarkan rumus Hudson, 1979 (dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996)

Perhitungan RQD :

Gambar 7. Tabel Kualitas Batuan (Stagg dan Zienkiewicz, 1974)

Berdasarkan hasil analisa laboratorium di dapatkan hasil RQD = 99.74% kemudian diplotkan pada table kualitas batuan (Stagg and Zienkiewich,1974) didapatkan hasil Excelent.

IV. 2. Metode Rock Mass Rating (RMR)

Rock Mass Rating (RMR) adalah pembobotan massa batuan. Metode ini dipakai dalam

memperkirakan kestabilan suatu pengelupasan lereng massa batuan. Penilaian kestabilan

lereng juga menggunakan data lapangan dan data laboratorium. Parameter yang digunakan

dalam pengklasifikasian menggunakan sistem RMR ini adalah :

Kelompok BPlug 5 18

Page 19: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

1) Kekuatan kompresif uniaxial dari material batuan (Uniaxial compressive strength

of rock material)

2) Rock Quality Designation (RQD)

3) Spasi dari rekahan (Spacing of discontinuities)

4) Keadaan dari rekahan (Condition of discontinuities)

5) Orientasi dari rekahan (Orientation of discontinuities)

6) Keadaan airtanah (Groundwater conditions)

Gambar 8. Tabel Pembobotan Massa Batuan

Total Pembobotan RMR = 4 + 20 + 5 + 25 + 10 = 64

Gambar 8. Hasil Pengeplotan Rock Mass Rating (RMR) Menurut Bieniawski, 1989

Nilai RMR yang didapat adalah 72

Kelompok BPlug 5 19

Page 20: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Gambar 9. Tabel Kelas Pembobotan Masa Batuana

3. Metode Slope Mass Rating Penerapan nilai RMR untuk memperkirakan sudut kemiringan lereng pengupasan berdasarkan beberapa metode perhitungan:

Gambar 10. Tabel Hubungan RMR dan SMR

Tabel SMR

Hall (1985)

SMR=0,65 RMR +25

=0,65*72+25

=71,08

Orr(1992)

SMR=35 ln RMR – 71

=35 ln 72 – 71

=

Laubscher (1975)

Kelompok BPlug 5 20

Page 21: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

4. Evaluatin of Tunnel Metode ini digunakan untuk perencanaan pembangunan tunnel berdasarkan parameter – parameter tertentu, terutama umur tunnel.

Gambar 11. Grafik Evaluation of Tunnelas based on RMR

Berdasarkan penarikan nilai RMR 64 dan perkiraan lama tambang 3.5 tahun, didapatkan

Roof Spam berjarak 3,1 m

Kelompok BPlug 5 21

Page 22: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

5. Metode Q System

Metode ini digunakan untuk menentukan menentukan perencanaan span dan jangka waktu penggunaannya.

Gambar 12. Tabel RQD dan Joint Set Number

Berdasarkan hasil analisa RQD dan kondisi kekar dilapangan didapatkan hasil dari RQD Excelent

dan Jn = 4

Kelompok BPlug 5 22

Page 23: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Gambar 13. Tabel Joint Roughness Number

Berdasarkan kondisi kekar di lapangan yang menunjukkan tekstur kekar yang kasar, tidak beraturan dan planar, didpaatkan nilai Jr = 4

Kelompok BPlug 5 23

Page 24: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Gambar 14. Tabel Joint Altration Number

Kelompok BPlug 5 24

Page 25: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Gambar 15. Tabel Joint Water Reduction Factor and Stress Reduction Factor

Kelompok BPlug 5 25

Page 26: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Gambar 16. Rock Tunnelling Quality Index

Berdasarkan nilai kuantitatif dari kualitatif kondisi kekar dilapangan didapatkan nilai Q = 10,81.

5. ESR

Kelompok BPlug 5 26

Page 27: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Gambar 17. ESR Values (Barton et al 1974)

Kelompok BPlug 5 27

Page 28: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Gambar 18. Evaluation of Tunnels Based on RMR

Berdasarkan hasil pemboran RMR didapat hasil 64, berdasarkan grafik Stand-up Time diatas bahwa data RMRbila dipasang tinggi Ro Of Span adalah 5 m di ketahui umur tunnel adalah 3 bulan dengan kondisi no support required.

Kelompok BPlug 5 28

Page 29: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Gambar 19. Tunnels and the Q rating

Kelompok BPlug 5 29

Page 30: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Gambar 20.

Kelompok BPlug 5 30

Page 31: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

7. Rock Structure Rating

Basic Rock Type: Sedimentary-Medium(type 3)

Geological Structure : slightly Folded or faulted (18)

Sejajar dengan strike – Vertical – Moderate to blocky, 1-2 ft (24)

Kelompok BPlug 5 31

Page 32: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

8. Tunnels And The Q Rating

Q 1

Kelompok BPlug 5 32

Span : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 mSpan : 5 mpanjang baut: 2,4 mQ = 33,09 spasi baut: 2,7 m

Page 33: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

BAB V

KESIMPULAN

1. Pada identifikasi lereng berupa soil, didapatkan nilai faktor keamanan F kurang dari 1,07 yaitu 0,589 dengan klasifikasi Longsor terjadi biasa/sering (lereng labil).

2. Direkomendasikan : Lereng timbunan sebaiknya di semen dengan memasang pipa di didalamnya

agar dalam kondisi hujan(rainfall) air tidak langsung merembes masuk kedalam lereng.

Ketinggian lereng di buat landai dengan cara memperkecil ketinggian lereng dan membuat lereng lebih datar dengan mengurangi sudut kemiringan.

Pada kaki lereng perlu diberikan Counterweight yaitu tanah timbunan pada kaki lereng dengan tujuan untuk memperkuat kaki lereng agar tidak cepat runtuh dan aman.

3. Pada lereng batuan berdasarkan slope mass rating (SMR) yang disarankan adalah sebesar 75,05ᵒ menurut perhitungan, Hall (1985) dan 81,03ᵒ menurut Orr(1992), dan berkisar 65ᵒ untuk RMR sebesar 61-80 berdasarkan klasifikasi Laubscher (1975)

4. Berdasarkan klasifikasi Bieniawski (1984) didapatkan nilai RMR = 77, dengan nilai RQD scanline 99,125%. Sehingga tunnel dapat bertahan selama > 10 tahun apabila menggunakan span = 5m

5. Tunnel yang digunakan sebagai Penyangga mining memiliki nilai ESR = 1, sehingga baut yang dibutuhkan dengan panjang 2,4 m ; spasi antar baut 2,7 m ; dengan shotcrete 40 mm.

6. Tunnel dibuat Searah strike, dengan kondisi kekar fair = slightly weathered or altered.

Kelompok BPlug 5 33

Page 34: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

LAMPIRAN

Kelompok BPlug 5 34

Page 35: Laporan - Isi

Laboratorium Geologi Teknik

Kelompok BPlug 5 35

RQD = 99,125%

RQD scanline=100 (0,1*n+1) e-0,1*n

Ket: n = jumlah kekar e = epsilon